Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Volume 8, Nomor 3, Juli 2019


Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma


xanthorrhiza) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN
MIKROSKOPIS HEPAR MENCIT BALB/C JANTAN YANG
DIINDUKSI RIFAMPISIN
Prasityvia Bakti Pratama1, Akhmad Ismail 2, R.B. Bambang Witjahjo 2
1
Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Ilmu Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK
Latar Belakang : Rifampisin menimbulkan efek samping diantaranya yaitu demam, mual,
dan muntah. Rifampisin diduga dapat mempengaruhi sel hepar dengan adanya mekanisme
stress oksidatif. Temulawak memiliki zat kurkumin dan fenol yang bermanfaat sebagai
hepatoprotektif. Temulawak berpotensi mencegah kerusakan hepar yang disebabkan oleh
paparan rifampisin. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis hepar pada mencit balb/c
jantan yang diinduksi rifampisin. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True
Experimental Laboratorik dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel
sebanyak 25 ekor mencit balb/c jantan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
diadaptasi selama 7 hari, diberi pakan minum standar. Kelompok kontrol negatif tidak diberi
perlakuan, kontrol positif dan perlakuan diberi rifampisin 7mg/grBB. Kelompok perlakuan
setelah 5 jam diberi ekstrak temulawak dengan dosis P1 2mg/grBB; P2 4mg/grBB; P3
8mg/grBB. Perlakuan diberikan selama 14 hari. Pada hari ke 15, mencit diterminasi, diambil
organ hepar, dan dilakukan pembuatan preparat histologi menggunakan pengecatan HE.
Setiap preparat dibaca pada 5 lapangan pandang dan dinilai kerusakan sel heparnya
menggunakan skor Manja Roenigk. Hasil : Rerata kerusakan sel hepar tertinggi pada
kelompok kontrol positif. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,000).
Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p< 0,05) antara K(+) dan K(-); K(+)
dan P1, P2, P3 ; serta P1 dan P3. Simpulan : Pemberian ekstrak temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) memberikan perbaikan terhadap gambaran mikroskopis hepar pada mencit
balb/c jantan yang diinduksi rifampisin.
Kata Kunci : ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza), sel hepar , degenerasi
perenkimatosa, degenerasi hidropik, nekrosis, rifampisin

ABSTRACT
THE EFFECT OF EXTRACTS CURCUMA (Curcuma xanthorrhiza) IN GRADUAL
DOSAGE ON LIVER MICROSCOPIC APPEARANCE OF RIFAMPICIN-INDUCED
MALE BALB/C MICE
Background: Rifampicin causes side effects such as fever, nausea, and vomiting. Rifampicin
is thought to affect the liver cells with the presence of oxidative stress mechanisms. Curcuma
has curcumin and phenol substances useful as hepatoprotective. Curcuma potentially prevents
hepatic damage caused by rifampicin exposure. Objective: To know the effect of extract
curcuma (Curcuma xanthorrhiza) in gradual dosage on liver microscopic appearance of
rifampicin induced balb / c mice. Method: This research uses True Experimental Laboratory
research type with Post Test Only Control Group Design. Samples of 25 male mice balb / c
that meet inclusion and exclusion criteria, adapted for 7 days, were given standard drinking

1026 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

feed. Negative control groups were not treated, positive control and treatment group was
given rifampicin 7mg / 20grBB. After 5 hours treatment group were given extract of curcuma
with doses amounted : P1 2mg/grBB; P2 4mg/grBB; P3 8mg/grBB. The treatment was given
for 14 days. On the 15th day, mice were terminated, taken hep organs, and made histology
preparations using HE paintings. Each preparat was read in 5 field points and assessed
damage to the hepar cell using Manja Roenigk scoring. Results: The highest average hepar
cell damage in the positive control group. Kruskal Wallis test showed a significant difference
(p = 0,000). Mann Whitney test showed a significant difference (p <0,05) between K (+) and
K (-); K (+) and P1, P2, P3; as well as P1 and P3. Conclusion: Extract of curcuma (Curcuma
xanthorrhiza) had an effect repairs on the liver microscopic appearance of rifampicin induced
balb / c mice.
Keywords: extract of curcuma (Curcuma xanthorrhiza), liver cell, perenkimatosa
degeneration, hydrophilic degeneration, necrosis, rifampicin.

PENDAHULUAN fase lanjutan5,6. Penggunaan rifampisin


Penyakit Tuberkulosis merupakan adalah enam bulan berturut-turut dan tidak
masalah kesehatan masyarakat semua boleh sampai terlewatkan walaupun hanya
Negara karena menjadi salah satu satu hari saja. Dalam proses pengobatan
penyebab kematian utama yang disebabkan harus dilakukan sampai tuntas dan sesuai
oleh infeksi1,2, menurut data WHO 2013 aturan untuk menghindari terjadinya
diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus3. resistensi obat OAT atau yang biasa
Menurut data yang ada di Indonesia pada disebut Tuberkulosis MDR (Multi Drugs
tahun 2013 ditemukan jumlah kasus baru Resistensi)7.
BTA positif (BTA+) sebanyak 196.310 Mengonsumsi suatu obat pasti tidak
kasus, menurun bila dibandingkan kasus lepas dari adanya efek samping yang
baru BTA+ yang ditemukan tahun 2012 ditimbulkan oleh obat tersebut, walaupun
4
yang sebesar 202.301 kasus . pemakaian hanya sekali namun pasti tetap
Rifampisin adalah salah satu obat ada efeknya yang mungkin sangat
anti tuberkulosis (OAT) dimana rifampisin minimal. Apalagi dalam pengobatan
ini merupakan obat lini pertama yang tuberkulosis ini dibutuhkan waktu yang
digunakan dalam pengobatan kasus baru cukup lama pastinya akan ada efek
tuberkulosis. Pengobatan tuberkulosis samping yang akan dirasakan.
sendiri dibagi dalam dua fase yaitu fase Efek samping rifampisin yang
intensif dan fase lanjutan. Rifampisin sering muncul adalah ruam kulit, demam,
dalam aturan pakai yang telah ditetapkan mual dan muntah8. Efek samping lain dari
harus dikonsumsi selama fase intensif dan rifampisin yang mungkin terjadi adalah

JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036


1027
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

hepatotoksik walaupun tidak sering terjadi, yang dijual di pasaran harganya cukup
karena obat-obatan merupakan bahan terjangkau.
kimia yang sangat mungkin mempengaruhi Kandungan yang ada di temulawak
fungsi organ dalam tubuh, terutama hepar. berisi senyawa-senyawa kimia yang
Istilah yang digunakan untuk obat memiliki kandungan aktif secara fisiologi,
penyebab kerusakan hepar disebut ‘obat beberapa contohnya yaitu kurkumin, pati
penginduksi kerusakan hepar’, sedangkan dan minyak atsiri. Adanya kandungan
efeknya disebut hepatotoksik atau toksik kurkumin dalam temulawak berfungsi
ke hepar9. Pada rifampisin sendiri 60-80% sebagai antibakteria, antikanker, antitumor,
obat ini dimetabolisme di hepar10. serta mengandung antioksidan13.
Hepatotoksik yang ditimbulkan Kandungan kurkuminoid dalam temulawak
dari obat yang dikonsumsi, dalam WHO sebesar 1-2% dan kandungan minyak atsiri
2015 telah merekomendasikan penggunaan dalam temulawak sebesar 3-12%14.
obat herbal guna melakukan pencegahan Mekanisme hepatoprotektif terjadi
serta penanganan suatu penyakit terhadap karena adanya kandungan kurkumin pada
penyakit kronis serta degeneratif. WHO temulawak yang berfungsi sebagai
juga memperkirakan 80% penduduk dunia antioksidan yang mampu menangkap ion
saat ini bergantung pada pengunaan obat superoksida dan memutus rantai antar ion
herbal guna pengobatan suatu penyakit superoksida (O2-) sehingga mencegah
yang diderita11. kerusakan sel hepar karena peroksidasi
Indonesia merupakan negara tropis lipid dengan cara dimediasi oleh enzim
yang mudah mendapatkan berbagai macam antioksidan yaitu superoxide dismutase
tanaman herbal yang digunakan untuk (SOD) yang akan akan mengonversi O2
pengobatan dan juga sudah banyak menjadi produk yang kurang
15,16,17,18
penelitian tentang pembuktian khasiat toksik .
tanaman herbal dalam pengobatan suatu Pembuktian efektifitas temulawak
penyakit yang ada, salah satu contoh obat (Curcuma xanthorriza) sebagai
herbal yang diketahui sebagai agen hepatoprotektif, penulis akan melakukan
hepatoprotektif adalah temulawak penelitian lebih lanjut tentang pemberian
(Curcuma xanthorriza)12. Tanaman temulawak (Curcuma xanthorriza) dosis
temulawak untuk di Indonesia tergolong bertingkat berpengaruh terhadap gambaran
mudah didapatkan dan untuk temulawak

JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036


1028
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

mikroskopis hepar mencit balb/c jantan dan setelah 5 jam diberi ekstrak temulawak
yang diinduksi rifampisin. 2mg/grBB. Kelompok P2 diberi pakan
minum standart, rifampisin 7mg/grB/hari ,
METODE PENELITIAN dan setelah 5 jam diberi ekstrak temulawak
Penelitian ini menggunakan jenis 4mg/grBB. Kelompok P3 diberi pakan
penelitian True Experimental Laboratorik minum standart, rifampisin 7mg/grB/hari ,
dengan rancangan Post test only control dan setelah 5 jam diberi ekstrak temulawak
group design, menggunakan kelompok 8mg/grBB. Perlakuan diberikan selama 14
control dan kelompok perlakuan dengan hari. Pada hari ke 15, mencit diterminasi,
randomisasi sederhana. Perlakuan yang diambil organ hepar, dan dilakukan
diberikan adalah ekstrak temulawak, pembuatan preparat histologi
sedangkan luarannya (outcome) adalah menggunakan pengecatan HE.
gambaran histologis hepar mencit balb/c Analisis data diolah dengan
jantan yang diinduksi rifampisin. program komputer SPSS, pertama
Sampel yang digunakan adalah 25 dilakukan uji normalitas dengan uji
mencit balb/c jantan yang terbagi dalam 5 Shapiro Wilk karena sampel <50 dan
kelompok, setiap kelompok berisi. Kriteria didapatkan hasil berdistribusi tidak normal
Inklusi sampel sebagai berikut: jantan, sehingga uji statistik yang digunakan
berat badan mencit 20-40 gram, usia 2-3 adalah uji Kruskall-Wallis. Hasil uji beda
bulan, dan mencit dalam keadaan sehat dan menggunakan uji statistik non parametrik
lincah. Kriteria eksklusi sebagai berikut Kruskall-Wallis didapat p ≤ 0,05.
:mati pada saat penelitian berlansung dan Selanjutnya uji statistik dilanjutkan dengan
perilaku berubah (lemah dan tidak aktif uji Mann-Whitney untuk mengetahui antar
bergerak). kelompok mana yang terdapat perbedaan
Seluruh sampel yang memenuhi secara bermakna.
kriteria inklusi diadaptasi selama 7 hari,
diberi pakan minum standar. Kelompok
kontrol negatif hanya diberi pakan minum
standart tidak . Kontrol positif diberi pakan
minum standrat dan rifampisin
7mg/grB/hari. Kelompok P1 diberi pakan
minum standart, rifampisin 7mg/grB/hari ,

JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036


1029
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

HASIL PENELITIAN Perubahan histologis hepar


Tabel 1. Analisa Deskriptif Gambaran tertinggi terdapat pada kelompok K+
Histologis Skoring Derajat Kerusakan Hepar dengan rerata 3,36±0,046, sedangkan hasil
Mencit Balb/c rerata terkecil terdapat pada kelompok K-
Standar
Kelompok Mean Minimum Maksimum yaitu 1,84±0,006. Hasil rerata perubahan
Deviasi
K- 1,84 0,006 1,6 2,0 gambaran histologi hepar mencit balb/c

K+ 3,36 0,046 2,8 3,6 pada kelompok P1 yaitu 2,52±0,201,


P1 2,52 0,201 2,2 2,8 rerata pada kelompok P2 yaitu 2,20±0,119,
P2 2,20 0,119 2,0 2,4 dan rerata pada kelompok P3 yaitu
P3 2,04 0,000 2,0 2,2 2,04±000.

Gambar 1. Grafik rerata perubahan gambaran histologis hepar mencit balb/c


Data diuji normalitasnya Tabel 2. Hasil Uji Kruskal-Wallis Perubahan
menggunakan uji Saphiro-Wilk karena Histologis Hepar Mencit Balb/C

sampel <50 dan diperoleh distribusi data Kelompok Rerata P

tidak normal (p<0,05). Distribusi data yang K- 4,80


K+ 22,80
tidak normal menyebabkan data harus
P1 17,20 0,000*
ditransformasi. Setelah ditransformasi,
P2 12,00
tetap diperoleh distribusi data yang tidak
P3 8,20
normal, sehingga dilanjutkan dengan uji
non parametrik Kruskal-Wallis.

JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036


1030
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

Hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh bermakna antara kelompok K- dengan


hasil signifikan p<0,05 sehingga dapat kelompok K+, P1 dan P2, K+ dengan
disimpulkan terdapat perbedaan bermakna kelompok P1, P2 dan P3, P1 dengan
pada keempat kelompok. Selanjutnya, kelompok P3 dengan p<0,05. Sedangkan,
dilakukan uji Mann-Whitney untuk antara kelompok K- dengan P3, P1 dengan
mengetahui perbedaan antar kelompok. kelompok P2, P2 dengan kelompok P3
Tabel . 3 Hasil Uji Mann-Whitney Perubahan diperoleh hasil perbedaan yang tidak
Histologis Hepar Mencit Balb/c bermakna dengan p>0,05.
Kelompok K- K+ P1 P2 P3
K- - 0,007* 0,008* 0,033* 0,093
K+ - 0,013* 0,008* 0,006*
P1 - 0,082 0,009*
P2 - 0,155
P3 -

Uji beda Mann-Whitney


menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

B
A

Gambar 2. Gambaran mikroskopis kelompok kontrol negatif dan positif(HE,400X)


Keterangan:
A : sel hepar normal
B : sel hepar yang nekrosis

JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036

1031
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

Gambar 12. Gambaran mikroskopis kelompok perlakuan. (HE,400X)


Keterangan:
C : sel yang mengalami degenerasi perenkimatosa
D : sel yang mengalami degenerasi hidropik

PEMBAHASAN dimana terjadi pembengkakan sel disertai


Hepar merupakan organ metabolik sitoplasma keruh dan bergranula. Ada juga
terbesar dan terpenting dalam tubuh, organ degenerasi hidropik, dimana sel terlihat
ini dapat disebut sebagai pabrik biokimia sembab, dan bervakuola yang berisi cairan.
utama ditubuh. Hepar merupakan jembatan Dan kerusakan sel hepar yang permanen
penghubung antara saluran cerna dengan adalah sel hepar akan nekrosis21.
organ-organ lainnya, oleh karena itu hepar Penelitian yang dilakukan oleh
merupakan organ yang memelihara penulis dengan memberikan ekstrak
homeostatis metabolisme. Oleh sebab itu temulawak dengan dosis bertingkat pada
salah satu fungsi hepar sebagai mencit balb/c jantan yang telah diinduksi
detoksifikasi, karena hal ini hepar rentan rifampisin telah didapatkan hasil gambaran
terhadap mengalami kerusakan sel berupa mikroskopis yang dilakukan uji beda.
peradangan, degenarasi, dan nekrosis19,20. Hasilnya menunjukkan uji beda pada
Sebelum terjadi kerusakan pada kelompok kontrol negatif (K-) yang tidak
gambaran mikroskopis hepar sel hepar diberi perlakuan apapun dengan kelompok
berbentuk poligonal, sitoplasma berwarna kontrol positif (K+) yang diberi rifampisin
merah homogen, dan dinding sel berbatas menunjukkan adanya perbedaan yang
tegas. Perubahan gambaran mikroskopis signifikan (p= 0,007). Hasil ini sesuai
hepar berupa degenerasi parenkimatosa., dengan hipotesis yang menunjukkan

1032 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

bahwa terdapat perbedaan gambaran masih terdapat degenerasi parenkimatosa


mikroskopis antara kedua kelompok. hingga degenerasi hidropik namun tidak
Kelompok kontrol positif (K+) mengalami sebanyak yang tedapat pada kelompok P1
kerusakan sel bila dibandingkan dengan dan, P2 .
kelompok kontrol negatif (K-) yang tidak Hasil uji beda pada kelompok
diberi perlakuan apapun. Kerusakan yang kontrol positif (K+) yang diberi rifampisin
terjadi berupa denegenerasi hidropik dengan semua kelompok perlakuan
hingga terdapat sel yang nekrosis. Hal ini pemberian ekstrak temulawak, masing-
menunjukkan pemberian rifampisin selama masing menunjukkan perbedaan yang
2 minggu sudah menyebabkan adanya signifikan (p= 0,013;0,008;0;006). Hasil
stress oksidatif dimana terjadi peroksidasi penelitian ini menunjukkan adanya
lipid, penipisan antioksidan GSH dan pengaruh pemberian ekstrak temulawak
enzim radikal bebas yang selanjutnya dosis bertingkat terhadap gambaran
22
terjadi kerusakan hepar . mikroskopis hepar mencit balb/c jantan
Hasil uji beda pada kelompok yang diinduksi rifampisin. Tingkat
kontrol positif (K-) yang tidak diberi kerusakan lebih ringan terdapat pada
perlakuan apapun dengan semua gambaran mikroskopis mukosa hepar
kelompok perlakuan pemberian ekstrak mencit balb/c yang diberi ekstrak
temulawak, hanya pada perlakuan 1 (P1) temulawak dibandingkan dengan
dan perlakuan 2 (P2) dengan pemberian kelompok kontrol positif (K+) yang hanya
dosis ekstrak temulawak 2mg/grBB/hari diberi rifampisin. Hal ini membuktikan
dan 4mg/grBB/hari signifikan bahwa kandungan kurkumin dan fenol
(p=0,008;0,033) sedangkan dua kelompok berfungsi sebagai antioksidan yang mampu
lainnya tidak signifikan yaitu pada menangkap ion superoksida dan memutus
perlakuan 3 (P3) pemberian dosis ekstrak rantai antar ion superoksida (O2-) sehingga
temulawak masing-masing 4mg/grBB/hari mencegah kerusakan sel hepar karena
dan 8mg/grBB/hari (p= 0,093). Hal ini peroksidasi lipid dengan cara dimediasi
disebabkan oleh pemberian dosis P1 dan oleh enzim antioksidan yaitu superoxide
P2, efek hepatoprotektifnya belum sebaik dismutase (SOD) yang akan akan
dengan dosis permberian pada kelompok mengonversi O2 menjadi produk yang
P3 hal ini ditunjukkan pada hasil skor kurang toksik pada temulawak. Selain itu
pembacaan pada kelompok P3 walaupun sebagai fungsi antiinflamasi dengan cara

JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036


1033
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

meningkatkan glutheparon S-transferase Secara keseluruhan penelitian ini


(GST) dan menghambat beberapa faktor menunjukkan adanya pengaruh pemberian
proinflamasi seperti nuclear factor-ĸB ekstrak temulawak (Curcuma
(NF-kB) dan profibrotik sitokin, dengan xanthorrhiza) terhadap gambaran
cara menekan kerja NF-kB maka radikal mikroskopis hepar mencit balb/c jantan
bebas dari hasil sampingan inflamasi yang diinduksi rifampisin.
berkurang 15,16,17,18,23. Kelemahan pada penelitian ini
Hasil uji beda antar kelompok dapat mempengaruhi hasil penelitian,
perlakuan menunjukkan perbedaan yang waktu perlakuan yang kurang lama
tidak signifikan, yaitu antara kelompok P1 memungkinkan hasil antar kelompok
dengan P2 (p= 0,082), P2 dengan P3 (p= perlakuan kurang signifikan.
0,155). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
gambaran mikroskopis hepar untuk hampir SIMPULAN DAN SARAN
sama saat dosis pemberian dengan Simpulan
perbedaan dosis 2mg, sehingga dosis Pemberian ekstrak temulawak
pemberian ekstrak temulawak memberikan (Curcuma xanthorrhiza) memberikan
efek yang sama, hal ini mungkin dapat perbaikan terhadap gambaran mikroskopis
terjadi karena pemberian ekstrak hepar pada mencit balb/c jantan yang
temulawak kurang lama sehingga belum diinduksi rifampisin.
terlihat hasil yang signifikan dan Saran
kemungkinan dosis ekstrak temulawak Penelitian lebih lanjut dengan
yang kurang sehingga memberikan hasil penambahan waktu perlakuan untuk lebih
yang tidak signifikan. Sedangkan pada melihat beda antar kelompoknya dan juga
kelompok antara P1 dan P3 menunjukkan perlu penelitian lebih lanjut dengan variasi
perbedaan yang signifikan (p=0,009), hal rentang dosis pemberian ekstrak rifampisin
ini menunjukkan bahwa gambaran dan ektrak temulawak.
mikroskopis hepar memiliki hasil yang
berbeda dan berarti dosis dengan
DAFTAR PUSTAKA
perbedaan 4mg memberikan efek yang 1. Abbas A. Monitoring Of Side
berbeda dimana dosis yang lebih tinggi Effects Of Anti-Tuberculosis Drugs
( ATD ) On The Intensive Phase
lebih memperbaiki kerusakan sel hepar. Treatment Of Pulmonary TB
Patients In Makassar. J

JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036


1034
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

Agromedicine Med Sci. klinik beberapa obat berpotensi


2017;3(1):19–24. hepatotoksik pada pasien rawat inap
di bangsal paru RSUP DR. M.
2. Bina Farmasi Komunitas dan
Djamil Padang periode Oktober
Klinik. Pharmaceutical care untuk
2011- Januari 2012. J Progr master
penyakit tuberkulosis. Dep Kesehat
Unand. 2012;3(5):1–12.
RI. 2005;1–110.
10. World Health Organization. Global
3. Kementrian Kesehatan Republik
Tuberculosis Report 2015 [Internet].
Indonesia. Tuberkulosis (Temukan
Glob Tuberc Rep 20th Ed. 2015.
Obati Sampai Sembuh). Jakarta:
Available from:
Pusat Data data Informasi
http://www.who.int/tb/areas-of-
Kementrian Kesehatan RI; 2015. p.
work/treatment/risk-factors/en/
2–10.
11. Sirait R, Windarti I, Fiana dewi nur.
4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan
Effect of Oral Route Rhizome
Indonesia [Internet]. Vol. 70,
Temulawak ( Curcuma xanthorriza
Kesehatan. 2016. 1780-1790 p.
Roxb ) On Liver Damage Of White
Available from:
Male Rats ( Rattus norvegicus )
http://www.depkes.go.id/resources/d
Sprague Dawley Strain Induced by
ownload/pusdatin/profil-kesehatan-
Aspirin Sirait RRU , Windarti I ,
indonesia/profil-kesehatan-
Fiana DN Faculty of medicine
Indonesia-2015.pdf
Lampung University Pendahuluan
5. Kementrian Kesehatan Republik As. Majority. 2014;4(4):129–37.
Indonesia Direktorat Jendral
12. Li Y, Shi X, Zhang J, Zhang X,
Pengandalian Penyakit dan
Martin RCG. Hepatic protection and
Penyehat Lingkungan. Pedoman
anticancer activity of curcuma: A
Nasional Pengendalian
potential chemopreventive strategy
Tuberkulosis. 2011;
against hepatocellular carcinoma.
6. Subuh M, Priohutomo S, Int J Oncol. 2014;44(2):505–13.
Widaningrup C, Dinihari TN,
13. Dermawaty DE. Potential Extract
Siaglan V. Pedoman Nasional
Curcuma ( Curcuma xanthorrizal ,
Pengendalian Tuberkulosis.
Roxb ) As Antibacterial. Majority.
Pedoman Nasional Pengendalian
2015;4:5–11.
Tuberkulosis. 2014. p. 3.
14. Rosidi A, Khomsan A, Setiawan B,
7. PDPI. Pedoman Penatalaksanaan
Riyadi H, Briawan D. Potensi
TB (Konsensus TB). Perhimpun Dr
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Paru Indones [Internet]. 2011;1–55.
Roxb) sebagai Antioksidan. Pros
Available from:
hasil-hasil Semin Nas. 2014;(1995).
http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/
tb.pdf 15. Rivera Y, Espinoza MP.
Pharmacological actions of
8. Gunawan SG. Farmakologi dan
curcumin in liver diseases or
Terapi. 6th ed. Jakarta: Dapartemen
damage. Liver Int.
Farmakologi dan Terapeutik
2009;29(10):1457–66.
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2017. 616-617 p. 16. Samuhasaneeto S, Tong-Ngam D,
Kulaputana O, Suyasunanont D KN.
9. Julita I. Aspek farmakokinetik

JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036


1035
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Prasityvia Bakti Pratama, Akhmad Ismail, RB Bambang Witjahjo

Curcumin decreased oxidative 21. Indahsari NK. Histopatologi Hepar


stress, inhibited NF-kB activation, Tikus Putih ( Rattus Novergicus )
and improved liver pathology in yang diinduksi dengan Parasetamol
ethanol-induced liver injury in rats. Dosis Toksik Pasca Pemberian
Jounal Biomed Biotechnol. 2009;1– Ekstrak Etanol Daun Kelor
8. (Moringa Oleifera). 2017;2(2):123–
30.
17. Marinda FD. Hepatoprotective
effect of curcumin in chronic 22. Swamy, A.H.M.V., Kulkarni, R.V,
hepatitis. 2014;3:52–6. Koti, B.C., Gadad, P.C.,
Thippeswamy, A.H.M., & Gore A.
18. Wati I. Pemanfaatan Kurkumin
Hepatoprotective effect of cissus
untuk Mengeliminir Pengaruh
quadrangularis stem extract against
Isoniazid dan Rifampisin terharap
rifampicin-induced hepatotoxicity in
Kerusakan Struktur Hati Mencit
rats. Indian J Pharm Sci.
(Mus musculus) Balb/c. Universitas
2012;74(2):183–7.
Jember; 2004.
23. Rechtman MM, Bar-Yishay I,
19. Abbas, A.K.,Aster, JC.,dan Kumar
Fishman S, Adamovich Y, Shaul Y,
V. Buku Ajar Patologi Robbins. 9th
Halpern Z SA. Curcumin inhibits
ed. Singapura: Elsevier Saunders;
hepatitis B via down-regulation of
2015.
the metabolic coactivator PGC-1α.
20. Sherwood L. Fisiologi Manusia : dari FEBS Lett. 2010;2485–90.
sel ke sistem. 8th ed. Jakarta: EGC;
2016.

1036 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1026-1036

Anda mungkin juga menyukai