Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker terutama berasal oleh kerusakan atau mutasi dari protoonkogen yang dikode
untuk protein yang terlibat dalam induksi proliferasi dan diferensiasi sel, dan tumor supresor gen
yang dikode untuk protein yang menghasilkan sinyal penghambatan pertumbuhan sel dan
merangsang apoptosis . Saat ini, kanker merupakan penyakit mematikan dan penyebab utama
kematian di negara industri dan penyebab kedua kematian di negara berkembang. 1 Sebanyak
12,7 kasus baru kanker dilaporkan setiap tahun dengan angka kematian 7,6 juta diseluruh dunia
(Wardani et al., n.d.)
Kanker, sampai saat ini masih menjadi penyakit yang menakutkan bagi banyak orang.
Lebih dari 10 juta kasus baru terdeteksi setiap tahunnya. Sementara itu, pengetahuan mengenai
kanker belum seluruhnya tuntas. Di sisi lain, ahli kanker di Indonesia jumlahnya masih sangat
sedikit. Perkembangan persoalan kanker ini semakin mengkhawatirkan, apalagi rumah sakit
khusus yang menangani penyakit mengerikan ini hanya satu di Indonesia, ditambah lagi alat
untuk mendukung operasionalnya kurang begitu memadai. Risetriset untuk menangani penyakit
kanker menjadi masalah yang sangat penting.(Nasution, n.d.)
Penyebab pasti kanker belum diketahui, bebrapa kanker dihubungkan dengan inveksi
virus seperti kanker nasofaring terkait infeksi Human Papiloma Virus (HPV) dan kanker hati
disebabkan oleh infeksi virus hepatitis. Beberapa penelitian berhasil menemukan beberapa faktor
resiko terjadi kanker. Menurut terdapat 8 faktor yang terbukti dapat menyebabkan kanker antara
lain (Kurniasari et al., 2017)
1. Obesitas dan berat badan berlebih
2. Asupan makanan kurang buah dan sayuran
3. Inaktivasi fisik
4. Merokok
5. Penggunaan alcohol
6. Hubungan sexs yang tidak aman
7. Polusi udara
8. Usia
Pengobatan kanker di Indonesia saat ini banyak menggunakan kemoterapi dan proses
pembedahan. Penggunaan terapi kanker dengan radiasi belum banyak digunakan dan masih
terbatas. (Fitriatuzzakiyyah et al., 2017) Terapi atau pengobatan pada kanker dibagi menjadi 3,
yaitu pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Terapi tersebut dapat menimbulkan mual,
muntah, diare, penurunan nafsu makan, gangguan menelan, dan gangguan absorpsi. Efek
samping yang ditimbulkan membuat penderita merasa cemas hingga frustasi bahkan putus asa
dengan serangkaian pengobatan yang memakan waktu lama. Pasien kanker memerlukan asupan
dari beraneka ragam makanan karena zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis
makanan akan dilengkapi oleh zat gizi dari bahan makanan lain. Asupan nutrisi yang cukup
nutrien sangat dibutuhkan oleh pasien kanker yang mendapat kemoterapi dan radioterapi, seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pemenuhan zat gizi menjadi sesuatu yang
penting untuk mendukung keadaan pasien menjadi lebih optimal sehingga dapat memengaruhi
keberhasilan terapi dan meningkatkan respon terapi.(Wahyuni and Khambri, 2019) Salah satu
tanaman obat yang bekerja sinergis mengurangi peradangan kronis adalah kurkumin. Kurkumin
telah terbukti bermanfaat dalam pencegahan dan pengobatan jumlah penyakit inflamasi yang
terkait dengan aktivitas antiinflamasinya. Kurkumin memiliki efek antiinflamasi melalui
mekanisme non-imunologis penghambatan aktivitas siklooksigenase dan lipoksigenase.
(Suhartanto et al., 2012) Studi klinik kurkumin terbukti efektif sebagai terapi penyakit kanker
diantaranya sebagai terapi paliatif kanker, pencegahan kanker, terapi kuratif kanker kolon,
kanker payudara, kanker pankreas dan multiple myeloma. Namun sebaiknya terapi dilakukan
dalam bentuk kombinasi dengan obat antikanker yang lain (misal: gemcitabine, 5-fluorourasil).
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efek sinergisme dan atau potensiasi obat antikanker tsb.
Selain itu kurkumin juga telah terbukti menetralisir efek samping antikanker pada terapi
kombinasi.(Mutiah, 2015)
Penelitian dari (Kurniawan et al., 2016) menunjukkan bahwa ekstrak kunyit dengan
konsentrasi 184,5 Ǎg/ml mampu mematikan 50% sel HeLa. Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Anggraini (2007) yang menguji ekstrak rimpang Curcuma longa terhadap
sel kanker payudara T47D, didapatkan harga IC50 = 100 Ǎg/ml.5 Perbedaan sensitivitas
terhadap paparan ekstrak yang seringkali dijumpai dalam penelitian bisa terjadi karena beberapa
faktor, seperti kadar kurkumin yang terkandung di dalam ekstrak, jenis ekstrak, dan perbedaan
cell line yang dipakai, sehingga setiap sel bisa memberikan respons yang berbedabeda terhadap
paparan ekstrak.
Pada penelitian (Araujo and Leon, 2001)meneliti efek penghambatan kurkumin pada proliferasi
sel mononuklear darah dan pembuluh darah halus sel otot. Dalam sel mononuklear darah,
kurkumin mampu mengganggu respon sel terhadap mitogen, PHA dan respon terhadap
alloantigen, MLR. Para peneliti menyarankan bahwa kurkumin dapat digunakan secara klinis
dalam transplantasi aterosklerosis. NS turunan asam sinamat kurang aktif dibandingkan
kurkumin. Amon dkk. (1992) menunjukkan kurkumin sebagai penghambat pembentukan
leukotriene pada neutrofil polimorfonuklear peritoneum tikus (PMNL), dengan EC50 27 x 10-7
M, sebaliknya, hidrokortison tidak menunjukkan efek apa pun.
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi potensi senyawa curcumin dari tanaman
Curcuma Longa sebagai bahan obat antikanker dengan menggunakan metode analisis in silico,
sehingga pada penelitian ini diharapkan dapat mempermudah penelitian selanjutnya untuk
infotmasi terkait antikanker pada senyawa tanaman Curcuma Longa.

1.2. Rumusan Masalah


1. Senyaüa metabolit sekunder apa saja yang terkandung didalam tanaman Curcuma Longa
2. Bagaimana profil farmakokinetika senyaüa metabolit sekunder dari tanaman Curcuma
Longa yang telah diprediksi menggunakan metode in silico
3. Bagaimana interaksi senyaüa metabolit sekunder Curcuma Longa dengan enzim sel
kanker yang diprediksi menggunakan in silico
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
1. Memberikan informasi tentang senyaüa yang terkandung pada tanaman Curcuma Longa
2. Memberikan informasi tentang aktivitas biologi senyaüa pad ataman Curcuma Longa
dengan reseptor sel kanker
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui potensi senyaüa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman
Curcuma Longa sebagai antikanker secara in silico
2. Mengetahui interaksi senyaüa metabolit sekunder Curcumin dari tanaman Curcuma
Longa sebagai antikanker secara in silico

1.4. Hipotesis
Terdapat senyaüa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman Curcuma Longa
sebagai obat antikanker.

1.5. Kebaruan Penelitian


Hasil pengukuran nilai absorbansi supernatan menggunakan spektrofotometer (Bio-Rad
Laboratories) mengindikasikan bahwa persentase kematian sel HeLa terus meningkat sebanding
dengan kenaikan konsentrasi ekstrak Curcuma Longa yang diberikan (Kurniawan et al., 2016).
Beberapa peneliti menunjukkan sulitnya kurkumin dalam proses penyerapan usus. Selain itu,
pada penelitian ini menunjukkan bahwa curcumin mengalami biotransformasi selama
penyerapan dari usus menjadi tetrahydrocurcumin glucuronide dan hexahydrocurcumin.
Penelitian dengan hewan dan model in vitro telah dilakukan didapatkan mekanisme dari
curcumin-glukuronide aktivitasnya melawan beberapa patologi.(Zahra et al., 2020) Aktivitas
kurkumin dan beberapa senyawa turunannya terhadap tripanosomatid telah dipelajari dalam
bentuk promastigot (ekstra seluler) dan amastigot (intraseluler) pada Leishmania amazonensis.
Hasil menunjukkan bahwa kurkumin secara in vitro memiliki aktivitas dengan LD50 = 24 μM
atau 9 μg/ml; dan senyawa semi-sintetiknya yaitu metilkurkumin memiliki aktivitas terbaik
dengan LD50 < 5 μg/ml terhadap bentuk promastigot. Senyawa turunan ini diuji secara in vivo
pada mencit dan memperlihatkan aktivitas yang baik sebagai antiprotozoa dengan penghambatan
sebesar 65,6%(Simanjuntak, 2015). Penelitian pada hewan yang melibatkan tikus dan mencit,
serta penelitian in vitro yang menggunakan garis sel manusia, telah menunjukkan kemampuan
kurkumin untuk menghambat karsinogenesis pada tiga tahap, yaitu promosi tumor, angiogenesis,
dan pertumbuhan tumor. Dalam dua penelitian kanker usus besar dan prostat, kurkumin
menghambat proliferasi sel dan pertumbuhan tumor. Kunyit dan kurkumin juga mampu menekan
aktivitas beberapa mutagen dan karsinogen yang umum dalam berbagai jenis sel dalam studi in
vitro dan in vivo.(Abdurrahman, 2019)
Pada semua penelitian diatas merupakan penelitian yang membutuhkan üaktu yang lebih
lama dan memakan biaya yang banyak. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
eksplorasi bioaktif tersebut adalah metode in silico. In silico merupakan metode yang berbasis
pada komputasi. Metode ini digunakan untuk menganalisis suatu senyawa kimia dan interaksi
yang dihasilkan. Penggunaan lain dari metode in silico adalah untuk sebagai informasi awal yang
diduga memiliki sifat farmakologis serta meningkatkan efisiensi optimasi aktivitas senyawa.
Tahapan analisis in silico dimulai memprediksi, memberi hipotesis, memberi penemuan baru
atau kemajuan baru dalam pengobatan dan terapi(Bare et al., 2019).

1.6. Manfaat penelitian


Pada penelitian ini diharapkan dapat membantu mempreediksi senyaüa metabolit sekunder
Curcumin pada tanaman kunyit ( Curcuma Longa ) yang dapat dijadikan sebagai obat antikanker
dengan menggunakan metode in silico.
Daftar pustaka
Abdurrahman, N., 2019. Kurkumin pada Curcuma longa sebagai Tatalaksana Alternatif Kanker.
J. Agromedicine 6.
Araujo, C.A.C., Leon, L.L., 2001. Biological activities of Curcuma longa L. Mem. Inst. Oswaldo
Cruz 96, 723–728.
Bare, Y., Sari, D.R., Rachmad, Y.T., Tiring, S., Rophi, A.H., Nugraha, F.A.D., 2019. Prediction
potential chlorogenic acid as inhibitor ACE (In silico study). Bioscience 3, 197–203.
Fitriatuzzakiyyah, N., Sinuraya, R.K., Puspitasari, I.M., 2017. Terapi Kanker dengan Radiasi:
Konsep Dasar Radioterapi dan Perkembangannya di Indonesia. J. Farm. Klin. Indones. 6,
311–320.
Kurniasari, F.N., Harti, L.B., Ariestiningsih, A.D., Wardhani, S.O., Nugroho, S., 2017. Buku
Ajar Gizi dan Kanker. Universitas Brawijaya Press.
Kurniawan, C., Siagian, J.W., Hutomo, S., 2016. Sitotoksisitas ekstrak etanolik curcuma longa
pada sel hela, Studi In Vitro. Berk. Ilm. Kedokt. Duta Wacana 1, 165.
Mutiah, R., 2015. Evidence based kurkumin dari tanaman kunyit (Curcuma longa) sebagai terapi
kanker pada pengobatan modern. J. Islam. Pharm. 1, 28–41.
Nasution, A.I., n.d. EPIDEMIOLOGI MOLEKULER KANKER.
Simanjuntak, P., 2015. Studi Kimia Dan Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L)
Sebagai Tumbuhan Obat Serbaguna. AGRIUM J. Ilmu Pertan. 17.
Suhartanto, H., Yanuar, A., Hilman, M.H., Wibisono, A., Dermawan, T., 2012. Performance
Analysis Cluster Computing Environments on Molecular Dynamic Simulation of RAD
GTPase and LOX-Curcumin Molecules with AMBER. Int. J. Comput. Sci. Issues IJCSI
9, 90.
Wahyuni, F.S., Khambri, D., 2019. Evaluasi Terapi Adjuvant Hormonal Dan Hubungannya
Terhadap Outcome Klinis Pasien Kanker Payudara Stadium Dini Di Kota Padang. J.
Sains Farm. Klin. 5, 176–184.
Wardani, R.K., Rohmaniah, S.N., Chairunnisa, F., n.d. PENGOBATAN KANKER MELALUI
METODE GEN TERAPI.
Zahra, A.P., Farishal, A., Siregar, B.A., 2020. Potensi Curcumin sebagai Modalitas Terapi
Suportif Pada Pasien Kanker Payudara. J. Major. 9, 56–61.

Anda mungkin juga menyukai