Kanker terutama berasal oleh kerusakan atau mutasi dari protoonkogen yang dikode untuk protein yang terlibat dalam induksi proliferasi dan diferensiasi sel, dan tumor supresor gen yang dikode untuk protein yang menghasilkan sinyal penghambatan pertumbuhan sel dan merangsang apoptosis . Saat ini, kanker merupakan penyakit mematikan dan penyebab utama kematian di negara industri dan penyebab kedua kematian di negara berkembang. 1 Sebanyak 12,7 kasus baru kanker dilaporkan setiap tahun dengan angka kematian 7,6 juta diseluruh dunia (Wardani et al., n.d.) Kanker, sampai saat ini masih menjadi penyakit yang menakutkan bagi banyak orang. Lebih dari 10 juta kasus baru terdeteksi setiap tahunnya. Sementara itu, pengetahuan mengenai kanker belum seluruhnya tuntas. Di sisi lain, ahli kanker di Indonesia jumlahnya masih sangat sedikit. Perkembangan persoalan kanker ini semakin mengkhawatirkan, apalagi rumah sakit khusus yang menangani penyakit mengerikan ini hanya satu di Indonesia, ditambah lagi alat untuk mendukung operasionalnya kurang begitu memadai. Risetriset untuk menangani penyakit kanker menjadi masalah yang sangat penting.(Nasution, n.d.) Penyebab pasti kanker belum diketahui, bebrapa kanker dihubungkan dengan inveksi virus seperti kanker nasofaring terkait infeksi Human Papiloma Virus (HPV) dan kanker hati disebabkan oleh infeksi virus hepatitis. Beberapa penelitian berhasil menemukan beberapa faktor resiko terjadi kanker. Menurut terdapat 8 faktor yang terbukti dapat menyebabkan kanker antara lain (Kurniasari et al., 2017) 1. Obesitas dan berat badan berlebih 2. Asupan makanan kurang buah dan sayuran 3. Inaktivasi fisik 4. Merokok 5. Penggunaan alcohol 6. Hubungan sexs yang tidak aman 7. Polusi udara 8. Usia Pengobatan kanker di Indonesia saat ini banyak menggunakan kemoterapi dan proses pembedahan. Penggunaan terapi kanker dengan radiasi belum banyak digunakan dan masih terbatas. (Fitriatuzzakiyyah et al., 2017) Terapi atau pengobatan pada kanker dibagi menjadi 3, yaitu pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Terapi tersebut dapat menimbulkan mual, muntah, diare, penurunan nafsu makan, gangguan menelan, dan gangguan absorpsi. Efek samping yang ditimbulkan membuat penderita merasa cemas hingga frustasi bahkan putus asa dengan serangkaian pengobatan yang memakan waktu lama. Pasien kanker memerlukan asupan dari beraneka ragam makanan karena zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis makanan akan dilengkapi oleh zat gizi dari bahan makanan lain. Asupan nutrisi yang cukup nutrien sangat dibutuhkan oleh pasien kanker yang mendapat kemoterapi dan radioterapi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pemenuhan zat gizi menjadi sesuatu yang penting untuk mendukung keadaan pasien menjadi lebih optimal sehingga dapat memengaruhi keberhasilan terapi dan meningkatkan respon terapi.(Wahyuni and Khambri, 2019) Salah satu tanaman obat yang bekerja sinergis mengurangi peradangan kronis adalah kurkumin. Kurkumin telah terbukti bermanfaat dalam pencegahan dan pengobatan jumlah penyakit inflamasi yang terkait dengan aktivitas antiinflamasinya. Kurkumin memiliki efek antiinflamasi melalui mekanisme non-imunologis penghambatan aktivitas siklooksigenase dan lipoksigenase. (Suhartanto et al., 2012) Studi klinik kurkumin terbukti efektif sebagai terapi penyakit kanker diantaranya sebagai terapi paliatif kanker, pencegahan kanker, terapi kuratif kanker kolon, kanker payudara, kanker pankreas dan multiple myeloma. Namun sebaiknya terapi dilakukan dalam bentuk kombinasi dengan obat antikanker yang lain (misal: gemcitabine, 5-fluorourasil). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efek sinergisme dan atau potensiasi obat antikanker tsb. Selain itu kurkumin juga telah terbukti menetralisir efek samping antikanker pada terapi kombinasi.(Mutiah, 2015) Penelitian dari (Kurniawan et al., 2016) menunjukkan bahwa ekstrak kunyit dengan konsentrasi 184,5 Ǎg/ml mampu mematikan 50% sel HeLa. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2007) yang menguji ekstrak rimpang Curcuma longa terhadap sel kanker payudara T47D, didapatkan harga IC50 = 100 Ǎg/ml.5 Perbedaan sensitivitas terhadap paparan ekstrak yang seringkali dijumpai dalam penelitian bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti kadar kurkumin yang terkandung di dalam ekstrak, jenis ekstrak, dan perbedaan cell line yang dipakai, sehingga setiap sel bisa memberikan respons yang berbedabeda terhadap paparan ekstrak. Pada penelitian (Araujo and Leon, 2001)meneliti efek penghambatan kurkumin pada proliferasi sel mononuklear darah dan pembuluh darah halus sel otot. Dalam sel mononuklear darah, kurkumin mampu mengganggu respon sel terhadap mitogen, PHA dan respon terhadap alloantigen, MLR. Para peneliti menyarankan bahwa kurkumin dapat digunakan secara klinis dalam transplantasi aterosklerosis. NS turunan asam sinamat kurang aktif dibandingkan kurkumin. Amon dkk. (1992) menunjukkan kurkumin sebagai penghambat pembentukan leukotriene pada neutrofil polimorfonuklear peritoneum tikus (PMNL), dengan EC50 27 x 10-7 M, sebaliknya, hidrokortison tidak menunjukkan efek apa pun. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi potensi senyawa curcumin dari tanaman Curcuma Longa sebagai bahan obat antikanker dengan menggunakan metode analisis in silico, sehingga pada penelitian ini diharapkan dapat mempermudah penelitian selanjutnya untuk infotmasi terkait antikanker pada senyawa tanaman Curcuma Longa.
1.2. Rumusan Masalah
1. Senyaüa metabolit sekunder apa saja yang terkandung didalam tanaman Curcuma Longa 2. Bagaimana profil farmakokinetika senyaüa metabolit sekunder dari tanaman Curcuma Longa yang telah diprediksi menggunakan metode in silico 3. Bagaimana interaksi senyaüa metabolit sekunder Curcuma Longa dengan enzim sel kanker yang diprediksi menggunakan in silico 1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum 1. Memberikan informasi tentang senyaüa yang terkandung pada tanaman Curcuma Longa 2. Memberikan informasi tentang aktivitas biologi senyaüa pad ataman Curcuma Longa dengan reseptor sel kanker 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui potensi senyaüa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman Curcuma Longa sebagai antikanker secara in silico 2. Mengetahui interaksi senyaüa metabolit sekunder Curcumin dari tanaman Curcuma Longa sebagai antikanker secara in silico
1.4. Hipotesis Terdapat senyaüa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman Curcuma Longa sebagai obat antikanker.
1.5. Kebaruan Penelitian
Hasil pengukuran nilai absorbansi supernatan menggunakan spektrofotometer (Bio-Rad Laboratories) mengindikasikan bahwa persentase kematian sel HeLa terus meningkat sebanding dengan kenaikan konsentrasi ekstrak Curcuma Longa yang diberikan (Kurniawan et al., 2016). Beberapa peneliti menunjukkan sulitnya kurkumin dalam proses penyerapan usus. Selain itu, pada penelitian ini menunjukkan bahwa curcumin mengalami biotransformasi selama penyerapan dari usus menjadi tetrahydrocurcumin glucuronide dan hexahydrocurcumin. Penelitian dengan hewan dan model in vitro telah dilakukan didapatkan mekanisme dari curcumin-glukuronide aktivitasnya melawan beberapa patologi.(Zahra et al., 2020) Aktivitas kurkumin dan beberapa senyawa turunannya terhadap tripanosomatid telah dipelajari dalam bentuk promastigot (ekstra seluler) dan amastigot (intraseluler) pada Leishmania amazonensis. Hasil menunjukkan bahwa kurkumin secara in vitro memiliki aktivitas dengan LD50 = 24 μM atau 9 μg/ml; dan senyawa semi-sintetiknya yaitu metilkurkumin memiliki aktivitas terbaik dengan LD50 < 5 μg/ml terhadap bentuk promastigot. Senyawa turunan ini diuji secara in vivo pada mencit dan memperlihatkan aktivitas yang baik sebagai antiprotozoa dengan penghambatan sebesar 65,6%(Simanjuntak, 2015). Penelitian pada hewan yang melibatkan tikus dan mencit, serta penelitian in vitro yang menggunakan garis sel manusia, telah menunjukkan kemampuan kurkumin untuk menghambat karsinogenesis pada tiga tahap, yaitu promosi tumor, angiogenesis, dan pertumbuhan tumor. Dalam dua penelitian kanker usus besar dan prostat, kurkumin menghambat proliferasi sel dan pertumbuhan tumor. Kunyit dan kurkumin juga mampu menekan aktivitas beberapa mutagen dan karsinogen yang umum dalam berbagai jenis sel dalam studi in vitro dan in vivo.(Abdurrahman, 2019) Pada semua penelitian diatas merupakan penelitian yang membutuhkan üaktu yang lebih lama dan memakan biaya yang banyak. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk eksplorasi bioaktif tersebut adalah metode in silico. In silico merupakan metode yang berbasis pada komputasi. Metode ini digunakan untuk menganalisis suatu senyawa kimia dan interaksi yang dihasilkan. Penggunaan lain dari metode in silico adalah untuk sebagai informasi awal yang diduga memiliki sifat farmakologis serta meningkatkan efisiensi optimasi aktivitas senyawa. Tahapan analisis in silico dimulai memprediksi, memberi hipotesis, memberi penemuan baru atau kemajuan baru dalam pengobatan dan terapi(Bare et al., 2019).
1.6. Manfaat penelitian
Pada penelitian ini diharapkan dapat membantu mempreediksi senyaüa metabolit sekunder Curcumin pada tanaman kunyit ( Curcuma Longa ) yang dapat dijadikan sebagai obat antikanker dengan menggunakan metode in silico. Daftar pustaka Abdurrahman, N., 2019. Kurkumin pada Curcuma longa sebagai Tatalaksana Alternatif Kanker. J. Agromedicine 6. Araujo, C.A.C., Leon, L.L., 2001. Biological activities of Curcuma longa L. Mem. Inst. Oswaldo Cruz 96, 723–728. Bare, Y., Sari, D.R., Rachmad, Y.T., Tiring, S., Rophi, A.H., Nugraha, F.A.D., 2019. Prediction potential chlorogenic acid as inhibitor ACE (In silico study). Bioscience 3, 197–203. Fitriatuzzakiyyah, N., Sinuraya, R.K., Puspitasari, I.M., 2017. Terapi Kanker dengan Radiasi: Konsep Dasar Radioterapi dan Perkembangannya di Indonesia. J. Farm. Klin. Indones. 6, 311–320. Kurniasari, F.N., Harti, L.B., Ariestiningsih, A.D., Wardhani, S.O., Nugroho, S., 2017. Buku Ajar Gizi dan Kanker. Universitas Brawijaya Press. Kurniawan, C., Siagian, J.W., Hutomo, S., 2016. Sitotoksisitas ekstrak etanolik curcuma longa pada sel hela, Studi In Vitro. Berk. Ilm. Kedokt. Duta Wacana 1, 165. Mutiah, R., 2015. Evidence based kurkumin dari tanaman kunyit (Curcuma longa) sebagai terapi kanker pada pengobatan modern. J. Islam. Pharm. 1, 28–41. Nasution, A.I., n.d. EPIDEMIOLOGI MOLEKULER KANKER. Simanjuntak, P., 2015. Studi Kimia Dan Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L) Sebagai Tumbuhan Obat Serbaguna. AGRIUM J. Ilmu Pertan. 17. Suhartanto, H., Yanuar, A., Hilman, M.H., Wibisono, A., Dermawan, T., 2012. Performance Analysis Cluster Computing Environments on Molecular Dynamic Simulation of RAD GTPase and LOX-Curcumin Molecules with AMBER. Int. J. Comput. Sci. Issues IJCSI 9, 90. Wahyuni, F.S., Khambri, D., 2019. Evaluasi Terapi Adjuvant Hormonal Dan Hubungannya Terhadap Outcome Klinis Pasien Kanker Payudara Stadium Dini Di Kota Padang. J. Sains Farm. Klin. 5, 176–184. Wardani, R.K., Rohmaniah, S.N., Chairunnisa, F., n.d. PENGOBATAN KANKER MELALUI METODE GEN TERAPI. Zahra, A.P., Farishal, A., Siregar, B.A., 2020. Potensi Curcumin sebagai Modalitas Terapi Suportif Pada Pasien Kanker Payudara. J. Major. 9, 56–61.