Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

FARMAKOLOGI BAHAN ALAM


“AKTIVITAS ANTIKANKER DARI TANAMAN”

OLEH:
A. SRI NURULFADILA ASTRI
1801242
STIFA E 018

DOSEN PENGAMPUH: Apt. MIRNAWATI SALAMPE, S.Si., M.Kes

PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
A. KANKER

Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kematian cukup tinggi di
Indonesia maupun di dunia. Kanker merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel yang tidak
terkontrol yang terjadi di dalam tubuh. Insidensi berbagai jenis kanker mengalami peningkatan di
negara-negara berkembang (Garcia et al., 2007). Kanker payudara dan kanker serviks merupakan dua
jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di Indonesia (Tjindarbumi & Mangunkusumo, 2002).
Perkembangan kanker seringkali dijumpai sudah dalam stadium lanjut (metastatis) dan melibatkan
mekanisme molekuler yang komplek sehingga menimbulkan masalah dalam terapinya (Gibbsb, 2000).

Dalam perkembangannya, penanganan penyakit kanker dilakukan dengan kemoterapi, radioterapi,


dan operasi. Beberapa obat kemoterapi yang paling sering digunakan adalah antimetabolit, senyawa
interaktif DNA, senyawa antitubulin, hormon dan senyawa penarget molekular (Nussbaumer et al,
2011). Namun, penggunaan obat-obat kemoterapi tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti
rambut rontok, supresi sumsum tulang, resistensi obat, lesi gastrointestinal, disfungsi neurologi, dan
toksisitas jantung (Hosseini dan Ghorbani, 2015). Senyawa aktif tanaman herbal merupakan salah satu
alternatif dalam pencarian antikanker baru karena dipercaya memiliki efek samping minimal. Antikanker
dari tanaman herbal dapat berupa ekstrak tanaman atau senyawa aktif tunggal yang diisolasi dari
tanaman. Review ini akan membahas beberapa tanaman herbal yang telah diteliti memiliki aktivitas
antikanker.

B. ANTI KANKER

Anti kanker atau yang sering disebut obat sitostatika merupakan suatu obat yang digunakan untuk
membunuh atau menghambat mekanisme proliferasi sel kanker. Obat ini bersifat toksik bagi sel kanker
itu sendiri maupun sel normal yang proliferasinya cepat, khususnya sel pada sumsum tulang belakang,
sel pada epitel gastrointestinal, dan sel folikel rambut. Terapi antikanker dapat diberikan secara per oral
atau secara parenteral. Dengan adanya obat antikanker diharapkan memiliki toksisitas selektif, artinya
hanya menghancurkan sel kanker tanpa harus merusak jaringan normal disekitarnya. (Neal, 2005).
Tetapi obat antikanker memiliki efek toksik yang dapat muncul ketika sedang melakukan pengobatan
atau beberapa waktu setelah pengobatan. Efek toksik yang sering muncul antara lain mual, muntah,
tubuh terasa lemas, gangguan hematologis, gangguan gastrointestnal, toksisitas pada rambut,
neurotoksisitas, toksisitas saluran kemih, kelainan metabolik, hepatotoksisitas, sitotoksisitas,
kardiotoksisitas, toksisitas paru, toksisitas gonad, gangguan indera perasa kelainan otot dan saraf,
kelainan pada darah, kulit kering, produksi hormon tidak stabil, dan lain-lain (Remesh,2003).

C. Mekanisme Kerja Kunyit (Curcuma longa L.) Sebagai Anti Kanker

Kunyit mengandung senyawa aktif kurkumin. Kurkumin oral ditoleransi dengan baik, meskipun
penyerapannya terbatas dengan kadar nanogram, tapi memiliki aktivitas biologis pada beberapa pasien
dengan kanker pankreas. Data praklinis menunjukkan bahwa curcumin memiliki aktivitas ampuh
melawan kanker pankreas, tetapi tingkat paparan yang lebih tinggi perlu dicapai. Kurkumin bersifat
hidrofobik oleh karena itu tidak dapat diberikan intra vena (i.v). Namun lipofilik yang dienkapsulasi
dalam liposom dapat diberikan dengan rute i.v. Kurkumin liposomal yang diberikan secara sistemik
memiliki aktivitas antitumor in vitro dan in vivo, dan tidak memiliki toksisitas pada hewan uji. Namun
dapat menyebabkan efek samping berupa yaitu ruam, menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh,
dan masalah pada lambung bila dikonsumsi berlebihan (Dhillon et al., 2008).
Daftar Pustaka

Dhillon N, Aggarwal BB, Newman RA, Wolff RA, Kunnumakkara AB, Abbruzzese JL, Ng CS, Badmaev V,
Kurzrock R. 2008. Phase II trial of curcumin in patients with advanced pancreatic cancer. Clin Cancer
Res, 14: 4491-4499.

Gibbs, C.R., Jackson, G. & Lip, G.Y.H., 2000, ABC of Heart Failure: Non Drug Management, BMJ, 320,
366-369

Howlett, Michael, and Ramesh, M. (2003). Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy Subsystems.
Oxford University Press.

Hosseini A dan Ghorbani A. 2015. Cancer therapy with phytochemicals: evidence from clinical studies.
Avicenna J Phytomed. 5 (2): 84-97.

Nussbaumer S, Bonnabry P, Veuthey JL, Sandrine F. 2011. Analysis of anticancer drugs: A review.
Talanta, 85: 2265-2289.

Tjindarbumi D, Mangunkusumo R. 2002. Cancer in Indonesia, Present and Future. Japanese Journal of
Clinical Oncology. 32: S17-S21.

Anda mungkin juga menyukai