Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENUGASAN FARMAKOGNOSI

“Keefektifan Bawang Putih (Allium sativum L), Kunyit (Curcuma longa L) Sebagai
Tanaman Herbal Antikanker dan Mahoni (Swietenia macrophylla King), Paria
(Momordica charantia L) Sebagai Tanaman Herbal Antidiabetes”

PJMA:
Rini Hamsidi, S. Farm., M. Farm., Apt.

Dosen Pengampu:
Myrna Adianti, S. Si., M. Kes., Ph.D.

Disusun Oleh:
Rima Azimah (152110483033)

PROGRAM STUDI PENGOBAT TRADISIONAL


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Neoplasia merupakan suatu keadaan massa abnormal dari sel-sel yang mengalami
proliferasi. Sel neoplasma merupakan sel yang awalnya berupa sel normal, namun seiring
bertambahnya waktu sel tersebut mengalami pertumbuhan dengan kecepatan yang tidak
seimbang dengan kebutuhan dan fungsi tubuh. Neoplasia dapat disebut juga dengan tumor,
yang dapat berupa tumor jinak ataupun tumor ganas (kanker).
Sedangkan diabetes merupakan penyakit degenerative yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia (meningkatnya kadar gula dalam darah) akibat tubuh kekurangan insulin.
Pengobatan Tradisional adalah rumpun ilmu kesehatan yang berbasis pada kealamian
tradisional seperti akupuntur, pijat dan herbal. Untuk mengobati atau mengurangi kondisi
neoplasia dan diabetes, dalam pengobatan tradisional pasien neoplasia dapat mengonsumsi
ramuan herbal dari tumbuhan alami yang memiliki aktivitas farmakologi antitumor seperti
bawang putih (Allium sativum L), gingseng (Panax ginseng C.A.Mey.), kunyit (Curcuma
longa L), the hijau (Camellia sinensis L), dan tanaman obat lainnya tergantung pada kondisi
neoplasia-nya. (Zafrial & Amalia, 2018), sedangkan untuk pasien penderitas diabetes dapat
mengonsumsi ramuan herbal dari tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King), bawang
putih (Allium sativum L), paria (Momordica charantia), dan sebagainya.

1.2.Tujuan dan Manfaat


1) Dapat mengetahui arti neoplasia (ganas/jinak) dan diabetes,
2) Dapat mengetahui penyebab dari neoplasia dan diabetes,
3) Dapat mengetahui tanaman herbal antikanker, untuk mengobati/mengurangi neoplasia.
Dan anti diabetes, untuk mengobati/mengurangi kondisi hiperglikemia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. NEOPLASIA
2.1.1. Pengertian Neoplasia
Neoplasia merupakan suatu keadaan massa abnormal dari sel-sel yang
mengalami proliferasi. Sel neoplasma merupakan sel yang awalnya berupa sel
normal, namun seiring bertambahnya waktu sel tersebut mengalami pertumbuhan
dengan kecepatan yang tidak seimbang dengan kebutuhan dan fungsi tubuh.
Neoplasia dapat disebut juga dengan tumor, yang dapat berupa tumor jinak ataupun
tumor ganas (kanker). (Pangestika, Anindhita; R Danu N, Lalu Wisnu, 2021)
Kata neoplasia memiliki arti “pertumbuhan baru”, dimana sel neoplastic
mengalami perubahan karena adanya proses replikasi tanpa adanya kendali dari
pertumbuhan sel yang normal. Neoplasma memiliki kemampuan autonomy dan
cenderung akan membesar tanpa ada pengaruh dari lingkungan sekitar, meskipun
beberapa neoplasma memiliki dukungan dari endokrin, sehingga ketergantungan
neoplasma kepada endokrin tersebut dapat digunakan sebagai salah satu jalan terapi
penyembuhan neoplasma / tumor. (Kumar, Aster, & Abbas, 2015).

2.1.2. Jenis Neoplasia


a. Tumor Jinak
Tumor dapat dikatakan sebagai tumor jinak ila tidak memiliki gambaran
mikroskopik yang tidak berbahaya, dengan maksud tumor tersebut bersifat lokal,
hanya terletak pada satu lokasi, tidak menyebar ke daerah lain yang jauh dan
pertumbuhan dari tumor tersebut lamban. Neoplasma jinak terdiri dari sel
berdiferensiasi baik yang mirip dengan sel normal. (Kumar, Aster, & Abbas,
2015)
b. Tumor Ganas
Tumor ganas dapat dikatakan sebagai kanker. Tumor dikatakan ganas
karena sifatnya yang melekat erat di satu tempat dan merusak struktur di
sekitarnya. Tumor ganas menyebar ke tempat yang lebih jauh dengan waktu
yang lebih cepat. Neoplasma ganas ditandai dengan diferensiasi baik hingga
yang tidak berdiferensiasi. (Kumar, Aster, & Abbas, 2015)
Kedua jenis tumor tersebut memiliki dua unsur dasar, yaitu parenkim,
yaitu sel yang tersusun atas sel yang sudah mengalami perubahan atau sel
neoplastic. Dan yang kedua yaitu stroma penunjang non-neoplastic yang berasal
dari pejamu, terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel radang yang
berasal dari pajemu.
Kedua neoplasia tersebut dapat disebabkan dan dipengaruhi berbagai
factor seperti Variabel geografi dan lingkungan, usia, keturunan/genetic, dan
infeksi.

2.1.3. Penanganan Neoplasia dengan Tanaman Obat (Herbal)


Hingga saat ini, penanganan dalam neoplasia paling umum adalah dengan operasi,
kemoterapi, radioterapi, dan konsumsi obat-obatan. Namun, penanganan tersebut dapat
menimbulkan efek samping yang cukup terlihat, seperti kerontokan pada rambut supresi
sumsum tulang, resistensi obat, lesi gastrointestinal, disfungsi neurologi, dan toksisitas
jantung. (Zafrial & Amalia, 2018)
Senyawa aktif pada tanaman obat (herbal) merupakan salah satu alternatif
pengobatan tumor jinak maupun tumor ganas karena diyakini memiliki efek samping
yang sedikit. Berikut ini adalah herbal untuk menangani neoplasia:

a. Bawang Putih (Allium sativum L)


i) Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum L.
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)

ii) Kegunaan
Secara pengobatan tradisional yang didukung oleh data klinis,
bawang putih digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan dan
saluran kemih, kurap dan kondisi rematik. Ramuan bawang putih digunakan
sebagai karminatif (mengurango kolik/kembung) dalam pengobatan
dyspepsia. (World Health Organization, 1999).
Adapun penggunaan tradisional bawang putih yang tidak didukung
oleh eksperimen atau data klinis bawang putih digunakan sebagai
afrodisiak, antipiretik, diuretic, ekspektoran dan obat penenang. Untuk
mengobati asma dan bronchitis. (World Health Organization, 1999).
Pada jurnal toksiko yang disusun oleh Zafrial dan Amalia, bawang
putih memiliki kandungan S-allylmercaptocysteine dan aktavitas
farmakologi sebagai antikanker yang telah terbukti dapat menghambat
pertumbuhan serta menonaktifkan sel pada fase G-2-M dan menginduksi
terjadinya apoptosis.
Konsumsi bawah putih memberi efek proteksi pada kanker
gastrointestinal. Namun, konsumsi bawang putih harus diperhatikan
jumlahnya karena jika berlebihan dapat menimbulkan efek samping berupa
atal, eksim pada ekstremitas atas, nyeri epigastrium, dan glossitis. (Zafrial
& Amalia, 2018)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ishikawa dkk, bawang putih tua
yang diberikan kepada pasien penderita kanker stadium lanjut pada system
pencernaan meningkatkan aktivitas sel NK (Natural Killer/Pembunuh
Alami) untuk meredamkan sel kanker.

b. Kunyit (Curcuma longa L)


i) Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma longa L.
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan, 2001)
ii) Kegunaan
Secara tradisonal rimpang kunyit berkhasiat sebagai obat demam,
obat mencret, obat sesak nafas, obat radang hidung dan penurun panas.
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan, 2001)
Kunyit memiliki senywa aktif kurkumin yang memiliki aktivitas
farmakologis pada pasien kanker pancreas. Clipophile dikemas dalam
liposom dapat diberikan secara intravena. Kurkumin liposom yang
digunakan secara sistemik memiliki aktivitas anti-tumor in vitro dan in vivo.
(Zafrial & Amalia, 2018)
Dosis penggunaan perlu diperhatikan karena dosis berlebih akan
menyebabkan terhambatnya penyerapan zat besi pada tubuh dan masalah
pada lambung. (Zafrial & Amalia, 2018)
Penelitian yang dilakukan oleh Ida Wati dkk. menunjukkan bahwa
kandungan senyawa kurkumin pada kunyit kuning aktif sebagai antikanker
leukimia sel P388 dengan nilai IC50 yaitu 7,1769 μg/mL. (Wati, Musadi,
Khumaira, & Amelia, 2017)

2.2.DIABETES MELITUS
2.2.1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin
atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. (Guyton & Hall, 2011, p. 950)

2.2.2. Jenis Diabetes Melitus


Terdapat 2 tipe / jenis diabetes yang masing-masing memiliki penyebab
berbeda. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
sehingga DM 1 disebut sebagai diabetes melitus bergantung pada insulin (IDDM).
Sedangkan diabetes melitus tipe 2 awalnya disebabkan oleh penurunan
sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin. Penurunan sensitivitas
terhadap insulin ini sering kali disebut sebagai resistansi insulin, sehingga DM 2
disebut sebagai diabetes melitus tidak bergantung pada insulin (Guyton & Hall,
2011, p. 950).
Pada kedua bentuk diabetes melitus, metabolisme semua bahan utama
terganggu. Efek dasar dari resistensi pada ketiadaan insulin pada metabolisme
glukosa adalah untuk mencegah penggunaan dan pengambilan glukosa secara
efisien oleh sebagian besar sel dalam tubuh kecuali otak. Hal ini meningkatkan
konsentrasi glukosa dalam darah, secara signifikan mengurangi penggunaan
glukosa oleh sel dan meningkatkan penggunaan lemak dan protein. (Guyton & Hall,
2011, p. 950)

2.2.3. Penanganan Diabetes dengan Tanaman Obat (Herbal)


Dalam Kedokteran Barat, pengobatan efektif diabetes melitus tipe I memerlukan
pemberian insulin secukupnya sehingga metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
pada pasien dapat senormal mungkin. Pada orang dengan diabetes tipe II, diet dan
olahraga biasanya direkomendasikan untuk menurunkan berat badan dan mengurangi
resistansi insulin. (Guyton & Hall, 2011, p. 953)
Namun, hal ersebut bukan satu satunya jalan untuk menangani kasus diabetes
melitus. Pada Kedokteran Timur atau Pengobatan Tradisional, konsumsi herbal dapat
dilakukan untuk membantu mengatasi diabetes. Adapun tanaman herbal yang dapat
digunakan yaitu :

a. Mahoni (Swietenia macrophylla King)


i) Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Meliaceae
Marga : Swietenia
Jenis : Swietenia macrophylla King.
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan, 2001, p. 227)

ii) Kegunaan
Pada penggunaan tradisional, biji mahoni berkhasiat sebagai obat
tekanan darah tinggi, obat encok, obat eksim, dan obat masuk angin karena
memiliki kandungan saponin, flavonoida dan polifenol. (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesejahteraan, 2001, p. 227)
Pada penelitian (Dompeipen & Simanjuntak, 2015), dilakukan metode
inhibsi α-glucosidase. Aktivitas inhibisi α-glucosidase untuk ekstrak filtrat
dan biomassa untuk isolat A.Sm.2F (72,59 dan 92,22%), A.Sm.3F (81,87
dan 79,37%), B.Sm.1F (63,40 dan 96,09%), B.Sm.2F (65,60 dan 62,72%),
B.Sm.3F (93,91 dan 51,48%) dan B.Sm.4F (87,48 dan 74,64%) sehingga
berpotensi sebagai antidiabetes. (Dompeipen & Simanjuntak, 2015).
Kapang endofit B.Sm.1F aktif sebagai antioksidan dengan IC50 sebesar
84,41 dan memiliki aktivitas antidiabetes dengan ekstrak filtrat dan
biomassa masing masing sebesar 63,40% dan 96,09% sehingga berpotensi
sebagai agen antidiabetes dan antioksidan. (Dompeipen & Simanjuntak,
2015)
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Rachmatiah, Permatasari, & Dewi,
2015) menggunakan metode penghambatan kerja enzim α-glukosidase
dengan substrat p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida. Serbuk simplisia daun,
kulit batang dan biji mahoni (Swietenia macrophylla King) dimaserasi
menggunakan etanol 96%.Penapisan golongan senyawa kimia pada
serbuk dan ekstrak etanol daun dan kulit batang memperlihatkan adanya
kandungan saponin, tanin, flavonoid dan steroid/triterpenoid, namun
serbuk dan ekstrak etanol biji mengandung alkaloid, steroid/triterpenoid
dan pada serbuknya juga terdapat saponin. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak etanol dari daun, kulit batang dan biji mahoni mempunyai
aktivitas antidiabetes terhadap enzim α-glukosidasedengan nilai IC50 18,78
μg/ml, 21,31 μg/ml dan 1049,05μg/ml.

b. Paria (Momordica charantia L)


i) Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Cucurbitales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Momordica
Jenis : Momordica charantia L
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan, 2001, p. 229)
ii) Kegunaan
Secara tradisional, daun pare/paria digunakan sebagai obat cacing pada
anak-anak, obat batuk, obat demam nifas, obat kencing nanah, obat malaria,
obat mual, dan obat konstipasi. Bijinya digunakan sebagai obat luka,
dagingnya sebagai obat sariawan dan penambah nafsu makan, karena
memiliki kandungan kimia yaitu saponin, flavonoida dan polifenol. (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan, 2001, p. 229)
Pada penelitian (Adnyana, Meles, Wurlina, Zakaria, & Suwasanti, 2016)
dilakukan perusakan pancreas pada 5 kelompok tikus putih dengan Induksi
aloksan dosis 150 mg/kgbb secara intraperitoneal. Tiga kelompok
diantaranya diterapi dengan berbagai dosis ekstrak buah paria. Hasil
menunjukkan bahwa ekstrak buah pare (Momordica charantia L) memiliki
efek antidiabetik yang dapat menurunkan kadar gula darah, meningkatkan
jumlah sel insula Langerhans dan meningkatkan jumlah sel Leydig pada
dosis 50 mg/1ml/hari pada hari ke 21 setelah perlakuan. (Adnyana, Meles,
Wurlina, Zakaria, & Suwasanti, 2016)
Pada jurnal (Puspitasari & Choerunisa, 2021) disebutkan Hasil
identifikasi menunjukkan bahwa buah pare memiliki efek antidiabetes
dengan menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi aloksan
melalui proses penghambatan glukoneogenesis di hati, melindungi sel β-
pankreas, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mengurangi stres oksidatif.
Pada 3 penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang
signifikan, sedangkan pada 4 penelitian menunjukkan penurunan kadar
glukosa darah yang kurang signifikan. Buah pare (Momordica charantia
L.) memiliki efek antidiabetes dengan menurunkan kadar glukosa darah
pada tikus yang diinduksi aloksan berkisar antara 36-73% tergantung pada
dosis ekstrak buah pare yang digunakan, durasi perlakuan, dan pelarut yang
digunakan dalam proses ekstraksi. (Puspitasari & Choerunisa, 2021)
BAB III
PENUTUP

Dari literatur-literatur yang telah dikaji, terbukti bahwa peran pengobatan tradisional
dapat berpengaruh besar terhadap kondisi seseorang, khususnya pada kasus neoplasia (Tumor
Jinak/Ganas) dan diabetes mellitus (DM 1/DM 2). Tanaman herbal memiliki mekanisme
spesifik dan efek farmakologis sebagai antikanker dan antidiabetes yang efektif kegunaannya
sesuai dengan dosis pemberiannya.
Daftar Pustaka

Kumar, V., Aster, J. C., & Abbas, A. K. (2015). Buku Ajar Patologi Robbins (Vol. 9). Singapura:
Elsevier Saunders.
Pangestika, Anindhita; R Danu N, Lalu Wisnu. (2021, Desember 12). SOFT TISSUE TUMOR.
Jurnal Kedokteran, 1(12), 833-839.
Zafrial, R. M., & Amalia, R. (2018). ARTIKEL TINJAUAN : ANTI KANKER DARI TANAMAN
HERBAL . Jurnal Toksiko, 16(1), 15-20.
World Health Organization. (1999). WHO monographs on selected medicinal plants (Vol. 1).
Geneva: World Health Organization.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2000). Inventaris Tanaman Obat
Indonesia (Vol. 1). Jakarta: Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI.
Wati, I., Musadi, M. R., Khumaira, N. S., & Amelia, A. R. (2017). PENGARUH KONSENTRASI
PELARUT, WAKTU EKSTRAKSI, DAN NISBAH BAHAN BAKU DENGAN PELARUT
TERHADAP EKSTRAKSI KUNYIT KUNING (Curcuma longa L.). Jurnal ITEKIMIA, 2(1), 52-
59.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011). Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Vol. 12).
Philadelphia: Elsevier.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan. (2001). Inventaris Tanaman Obat
Indonesia (Vol. 1). Jakarta: Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI.
Dompeipen, E. J., & Simanjuntak, P. (2015). AKTIVITAS ANTIDIABETES DAN ANTIOKSIDAN
KAPANG ENDOFIT DARI TANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla King). Jurnal
Biopropal Industri, 6(1), 7-15.
Rachmatiah, T., Permatasari, D., & Dewi, R. T. (2015). Potensi Antidiabetes pada Daun, Kulit
Batang dan Biji Mahoni (Swietenia macrophylla King). Jurnal Sainstech, 25(2), 88-91.
Adnyana, I. P., Meles, D. K., Wurlina, Zakaria, S., & Suwasanti, N. (2016). Efek Anti Diabetes
Buah Pare (Momordica charantia Linn.) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Sel Penyusun
Pulau Langerhans dan Sel Leydig pada Tikus Putih Hiperglikemia. 4(2), 43-49.
Puspitasari, V., & Choerunisa, N. (2021). KAJIAN SISTEMATIK: EFEK ANTIDIABETES BUAH
PARE (Momordica charantia Linn.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS
YANG DIINDUKSI ALOKSAN. Journal of Research in Pharmacy, 1(2), 18-26.

Anda mungkin juga menyukai