KELAS B
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Radiofarmaka adalah senyawa kimia yang mengandung atom radioaktif
dalam strukturnya dan digunakan untuk diagnosis atau terapi. Dengan kata lain,
radiofarmaka merupakan obat radioaktif. Sediaan radiofarmaka dibuat dalam
berbagai bentuk kimia dan fisik yang diberikan dengan berbagai rute pemberian
untuk memberikan efek radioaktif pada target bagian tubuh tertentu.
Beberapa contoh rute pemberian: per oral (kapsul dan larutan), intravena,
intraperitoneal, intrapleural, intratekal, inhalasi, instilasi melalui tetes mata,
kateter urin, kateter intraperitoneal dan shunts. Bentuk fisika dan kimiawi
sediaan radiofarmaka dapat berupa unsur (Xenon 133, krypton 81m), ion
sederhana (iodida, pertechnetate), molekul kecil yang diberi label radioaktif,
makromolekul yang diberi label radioaktif, partikel yang diberi label radioaktif,
sel yang diberi label radioaktif.
Kanker merupakan salah satu penyakit dengan jumlah penderita cukup besar
di Indonesia. CureResearchTM pada tahun 2008 menyatakan bahwa di Amerika
diperkirakan ada sekitar 1,3 juta kasus kanker dari sekitar 293 juta penduduk,
sedangkan di Indonesia diperkirakan ada sekitar 1,1 juta kasus kanker dari
sekitar 238 juta penduduk.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan
ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
2. Pola makan yang buruk, antara lain terlalu banyak daging dan lemak
yang tidak diimbangi buah dan sayuran segar yang banyak
mengandung serat.
3. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu,
daging sapi dan kambing serta tranfusi darah.
4. Lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol).
5. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi
asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
6. Obesitas.
7. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai
administrasi, atau pengemudi kendaraan umum.
dari EGFR, sehingga dapat menghambat ikatan ligan dan aktivasi reseptor.
Secara umum sel kanker bersifat seperti stem sel, mereka dapat
memperbanyak diri secara cepat, dan sensitif mudah rusak terhadap radiasi jika
dibandingkan dengan sel normal yang sehat lainnya. Kerusakan DNA ini dapat
diturunkan melalui pembelahan sel sehingga terjadi akumulasi kerusakan
terhadap sel kanker. Sel-sel tersebut akan mati atau bahkan masih bisa
bertambah secara perlahan.
Efek Samping
Efek samping akut antara lain ialah kerusakan pada lapisan epitel (kulit,
mukosa mulut, faring, usus dan ureter). Biasanya diawali dengan kulit berubah
menjadi pink dan nyeri dalam beberapa minggu.Reaksi bahkan bisa bertambah
parah selama terapi dan seminggu setelah terapi.Kulit menjadi pecah-pecah,
berskuama, basah dan terasa tidak nyaman tetapi penyembuhannya biasanya
cepat.Pada penyinaran tumor kepala dan leher, dapat terjadi ulkus dan nyeri
sementara di mulut dan tenggorokan.Jika memberat, dapat mengganggu fungsi
menelan, sehingga pasien membutuhkan obat anti nyeri dan suplemen
makanan.Begitu pula dengan mukosa esophagus (biasanya akibat penyinaran
kanker paru-paru) dan usus besar (biasanya akibat penyinaran kanker rektum,
anus, prostat, kandung kemih, dan traktus genitalia wanita).Gejalanya berupa
rasa nyeri, diare, dan mual.Efek samping akut lainnya adalah bengkak/edema
terutama akibat penyinaran tumor di otak atau metastasis sehingga dapat
meningkatkan tekanan intrakranial atau apabila tumor mengakibatkan obstruksi
lumen (seperti trakea atau bronkus).Pada kasus seperti ini, intervensi bedah
sangat dipertimbangkan sebelum memutuskan dengan radioterapi. Namun jika
tidak memungkinkan untuk pembedahan,maka pasien diberikan steroid selama
menjalani radioterapi untuk mengurangi edema.
Efek samping lainnya ialah infertilitas karena alat kelamin (ovarium dan
testis) sangat sensitive terhadap radiasi. Efek samping jangka panjang ialah
fibrosis akibat skar, rambut rontok, keringnya kelenjar ludah (xerostomia), air
mata (xeroftalmia) dan kelenjar mukosa lainnya serta perasaan lelah (fatigue).
Radiasi sendiri berpotensi menimbulkan kanker sekunder di kemudian hari serta
kematian akibat penyakit jantung.
BAB III
KESIMPULAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Backus, H.H.J., Pinedo, H.M., Wouters, D., Kuiper, C.M., Jansen, G. and van Groeningen, C.J.,
2001, Differences in the Induction of DNA Damage, Cell Cycle Arrest, and Cell Death by 5-
Fluorouracil and Antifolates, Oncol. Res. Featuring Preclinal and Clinical Cancer Therapy, 12(5):231-
239.
Lim, Y.J.L., Rhee, J.C., Bae, Y.M. and Chun, W.J., 2007, Celecoxib Attenuates 5-Fluorouracil-
Induced Apoptosis in HCT-15 and HT-29 Human Colon Cancer Cells, World J. Gastroenterol.,
13(13):1947-1952.
Thomas, J.B.D., Sharker, A. and Glenne-Jones, R., 2004, Chest Pain Induced by 5-Fluorouracil, Br.
https://www.academia.edu/12021707/Radioterapi_Onkologi
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-18-radiofarmaka