Berbagai jenis radioisotop digunakan untuk mendeteksi (diagnosa) berbagai penyakit antara
lain Teknesium-99 (Tc-99),Talium-201 (TI-201), Iodin-131 (I-131),Natrium-24 (Na24),Xenon-133 (Xe-133), Fosforus-32 (P-32), dan besi-59 (Fe-59).
Teknetum-99 (Tc-99) yang disuntikkan kedalam pembuluh darah akan akan diserap
terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti jantung, hati dan paru-paru.
Sebaliknya, TI-201 terutama akan diserap oleh jaringan sehat pada organ jantung. Oleh
karena itu, kedua radioisotop itu digunakan bersama-sama untuk mendeteksi kerusakan
jantung.
Iodin-131 (I-131) diserap terutama oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu
dari otak. Oleh karena itu, I-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar
gondok, hati, dan untuk mendeteksi tumor otak.
Iodin-123 (I-123) adalah radioisotop lain dari Iodin. I-123 yang memancarkan sinar
Larutan NaCl yang tersusun atas Na-24 dan Cl yang stabil disuntikkan ke dalam darah dan
aliran darah dapat diikuti dengan mendeteksi sinar yang dipancarkan, sehingga dapat
diketahui jika terjadi penyumbatan aliran darah.
Phospor-32 (P-32) digunakan untuk mendeteksi penyakit mata, tumor, dan lain-lain. Serta
dapat pula mengobati penyakit polycythemia rubavera, yaitu pembentukan sel darah merah
yang berlebihan. Dalam penggunaanya isotop P-32 disuntikkan ke dalam tubuh sehingga
radiasinya yang memancarkan sinar beta dapat menghambat pembentujan sel darah merah
pada sum-sum tulang belakang.
Kobalt-60 (Co-60) sumber radiasi gamma untuk terapi tumor dan kanker. Karena sel
kanker lebih sensitif (lebih mudah rusak) terhadap radiasi radioisotop daripada sel normal,
maka penggunakan radioisotop untuk membunuh sel kanker dengan mengatur arah dan dosis
radiasi.
alat-alat medis.
RADIOISOTOP
Bidang
Pertanian
Radioisotop yang digunakan sebagai perunut dalam penelitian efisiensi pemupukan
tanaman
adalah fosfor-32 (32P). Teknik perunut dengan radioisotop akan memberikan cara
pemupukan yang tepat dan hemat.
Bidang
hidrologi
Natrium-24 (24P) merupakan radioisotop yang sering digunakan untuk mengukur
kecepatan
laju dan debit air sungai, air dalam tanah dan rembesan. Kebocoran dam serta pipa
penyalur yang terbenam dalam tanah dapat dideteksi menggunakan radioisotop
iodium-131 dalam bentuk senyawa CH3131l, sedangkan lokasi dumping, asal/pola
aliran sedimen dan laju pengendapan dapat diukur menggunakan krom-51 dan
brom-82 masing-masing dalam bentuk senyawa K251Cr2P7 dan K82Br.
Bidang
Industri
Teknik radiografi merupakan teknik yang sering dipakai terutama pada tahap-tahap
konstruksi. Pada sektor industri minyak bumi, teknik ini digunakan dalam pengujian
kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta instalasi kilang minyak.
Selain bagianbagian konstruksi besi yang dianggap kritis, teknik ini digunakan juga
pada uji kualitas las dari ketel uap tekanan tinggi serta uji terhadap kekerasan dan
keretakan pada konstruksi beton. Radioisotop yang sering digunakan adalah kobal60 (60Co). Dalam bidang industri, radioisotop digunakan juga sebagai perunut
misalnya untuk menguji kebocoran cairan/gas dalam pipa serta membersihkan pipa,
yang dapat dilakukan dengan menggunakan radioisotop iodoum-131 dalam bentuk
senyawa CH3131l. Radioisotop seng-65 (65Zn) dan fosfor-32 merupakan perunut
yang sering digunakan dalam penentuan efisiensi proses industri, yang meliputi
pengujian homogenitas pencampuran serta residence time distribution (RTD).
Sedangkan untuk kalibrasi alat misalnya flow meter, menentukan volume bejana tak
beraturan serta pengukuran tebal material, rapat jenis dan penangkal petir dapat
digunakan radioisotop kobal-60, amerisium-241 (241Am) dan cesium-137(137Cs).
misalnya, beberapa pusat penanganan kanker (gan senta) telah didirikan. Institusi ini
mendedikasikan dirinya dalam riset dan pengembangan yang berkaitan dengan
momok umat manusia ini.
Di dunia penanganan kanker, radioisotop telah memainkan peran yang besar.
Kiprah radioisotop tersebut terlihat semakin besar dari hari ke hari karena potensi
yang disimpannya. Radioisotop memendam kemampuan untuk memburu dan
bahkan membunuh kanker secara efektif pada tahap yang paling dini ketika kanker
masih berupa benih, yaitu saat metabolisme sel kanker mulai terjadi.
Beberapa hasil pengembangan teknologi di bidang ini mulai dipasarkan dan
memberikan kontribusi secara nyata. Beberapa saat yang lalu sebuah rumah sakit di
Singapura menawarkan berbagai jasa kesehatan, di antaranya jasa deteksi dini
kanker menggunakan PET (positron emission tomography) yang dikombinasikan
dengan CT (computed tomography).
PET merupakan salah satu hasil di garis depan pengembangan radioisotop untuk
dunia kedokteran. PET adalah metode visualisasi fungsi tubuh menggunakan
radioisotop pemancar positron.Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah
citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh. Kelainan dan ketidaknormalan
fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan
(imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain, seperti MRI
(magnetic resonance imaging) dan CT (computed tomography). MRI dan CT scans
adalah visualisasi anatomi tubuh yang menggambarkan bentuk organ tubuh.
Dengan kedua metode ini, yang terdeteksi adalah kelainan dan ketidaknormalan
bentuk organ
belum terdeteksi, keberadaan kanker telah diketahui ketika metabolisme sel kanker
telah terjadi. Kemampuan radioisotop memburu kanker pada stadium ini belum
dapat ditandingi oleh metode lain. Penemuan adanya sel kanker pada stadium
sangat dini ini akan memudahkan penanganan selanjutnya.
PET dapat pula digunakan pula untuk menganalisis hasil penanganan kanker yang
telah dilakukan. Setelah operasi pengangkatan kanker melalui operasi, misalnya,
perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih ada benih benih kanker yang tersisa.
Untuk keperluan ini, PET merupakan metode yang paling tepat karena pada kondisi
ini keberadaan kanker sulit dilihat secara fisik.
Yang diperlukan adalah melihat keberadaan metabolisme sel kanker. Selain itu, PET
dapat pula digunakan untuk melihat kemajuan pengobatan kanker baik dengan
chemotherapy maupun radiotherapy. Kemajuan hasil pengobatan kanker dapat
diketahui dari perubahan metabolisme di samping perubahan secara fisik. Untuk
keperluan ini, kombinasi PET dan CT memberikan informasi yang sangat berharga
untuk menentukan tingkat efektivitas pengobatan yang telah dilakukan.
Perangkat PET secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian produksi
fluor-18, bagian sintesa 18FDG, dan bagian kamera PET. Penggunaan PET diawali
dengan proses produksi radioisotop fluor-18. Radioisotop fluor-18 diproduksi dari
isotop oksigen-18 menggunakan siklotron.
Partikel bermuatan berupa proton ditembakkan dari siklotron ke dalam inti oksigen18 dan terbentuklah fluor-18 sambil melepaskan sebuah neutron. Oksigen di alam
memiliki kandungan isotop oksigen-18 sebanyak 0,20 persen. Sisanya berupa isotop
oksigen-16 dan oksigen-17 dengan kandungan masing-masing sebesar 99,76
persen dan 0,04 persen.
Karena kandungan oksigen-18 di alam sangat kecil, maka untuk keperluan ini
diperlukan oksigen yang telah ditingkatkan kandungan isotop oksigen-18 di
dalamnya. Peningkatan kandungan isotop oksigen-18 ini dapat dilakukan sampai
lebih dari 90 persen. Pada proses produksi fluor-18 ini, oksigen-18 digunakan dalam
bentuk air(H2O).
Radioisotop fluor-18 yang telah didapatkan digunakan untuk mensintesa 18FDG.
Reaksi "menempelkan" fluor-18 ini dikenal dengan reaksi penandaan (labelling). Di
beberapa negara yang telah menggunakan PET secara rutin seperti Jepang,
Amerika Serikat, dan Korea, reaksi penandaan ini dilakukan menggunakan alat
otomatis.
Pertimbangan utama penggunaan alat otomatis ini adalah mempercepat waktu
proses. Hal ini dikarenakan fluor-18 memiliki waktu paruh, waktu yang diperlukan
untuk meluruh sehingga radioaktivitas tinggal separuhnya, yang pendek kurang dari
2 jam (110 menit). Jadi, reaksi penandaan ini berpacu dengan waktu. Jika proses ini
terlalu lama, sebagian besar fluor-18 telah meluruh sehingga radioaktivitasnya akan
berkurang jauh dari radioaktivitas awal.
Setelah 18FDG selesai disiapkan, radiofarmaka tersebut segera disuntikkan ke
pasien. Jumlah yang disuntikkan antara 10 dan 20 milicurie, tergantung keperluan,
Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi alamiah
contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang terdapat pada lapisan
kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atmosfer akibat terjadinya pergeseran lintasan
perputaran bola bumi. Sedangkan sumber radiasi buatan contohnya radiasi sinar x,
radiasi sinar beta, radiasi sinar alpha, dan radiasi sinar gamma.
Radioisotop adalah suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif. Radioaktif
mempunyai peranan penting dalam melengkapi kebutuhan manusia di berbagai bidang. Salah
satunya di bidang kedokteran dan kesehatan. Penggunaan radioisotop di bidang kesehatan
untuk keperluan radiodiagnostik dan radioterapi dalam kedokteran nuklir. Teknik nulkir
dengan menggunakan radioisotop di bidang kedokteran nuklir dimulai pada tahun 1930-an
sebagai wujud dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan di Indonesia dimulai pada
tahun 1967 tidak lama setelah peresmian reaktor nuklir di Bandung.
Ilmu kedokteran nuklir merupakan salah satu ilmu cabang kedokteran yang memanfaatkan
sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radioaktif buatan untuk tujuan diagnostik melalui
pemantauan proses fisiologi dan biokimia.
Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan
yang sangat berharga dalam menegakkan diagnostik maupun terapi berbagai jenis penyakit.
Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit saraf, ilmu
penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari tehnik nuklir. Sehingga pada
kesempatan kali ini akan dipaparkan tentang peranan radioaktif, mekanisme kerja dan
dampak yang ditimbulkannya dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
II. PEMBAHASAN
A. Peranan Radioaktif dalam Bidang Kesehatan dan Kedokteran
Bidang kesehatan dan kedokteran merupakan bidang terbesar yang menggunakan
senyawa bertanda radioaktif. Hampir dari 80% dari penggunaan zat radioaktif terletak di
bidang ini. Dengan isotop radioaktif telah dapat diselidiki dan dipelajari proses fisiologi,
biokimia, patologi dan farmakologi berbagai macam obat.
Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran, sebetulnya telah dimulai semenjak tahun
1936 pada waktu John Lawrence et. al. Menggunakan fosfor-32 untuk terapi. Walaupun
dimulai untuk terapi, tetapi penggunaan radioisotop selanjutnya hampir 90% ditujukan untuk
diagnosis, dan sebagian besar telah dalam bentuk senyawa bertanda.
Cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik pendek, seperti
sinar x disebut radiologi. Radiologi dimanfaatkan untuk menunjang diagnosis penyakit.
Dalam dunia kedokteran nuklir, prinsip radiologi dimanfaatkan dengan memakai isotop radio
aktif yang disuntikkan ke dalam tubuh. Kemudian, isotop tersebut ditangkap oleh detektor di
luar tubuh sehingga diperoleh gambaran yang menunjukan distribusinya di dalam tubuh.
Sebagai contoh untuk mengetahui letak penyempitan pembuluh darah, digunakan radioisotop
natrium. Kemudian jejak radioaktif tersebut dirunut dengan menggunakan pencacah Geiger.
Letak penyempitan pembuluh darah ditunjukan dengan terhentinya aliran natrium.
Selain digunakan untuk mendiagnosis penyakit, radioisotop juga digunakan untuk terapi
radiasi. Terapi radiasi adalah cara pengobatan dengan memakai radiasi. Terapi seperti ini
biasanya digunakan dalam pengobatan kanker. Pemberian terapi dapat menyembuhkan,
mengurangi gejala, atau mencegah penyebaran kanker, bergantung pada jenis dan stadium
kanker.
1. Radiodiagnostik
Radiodiagnostik adalah kegiatan penunjang diagnostik menggunakan perangkat radiasi
sinar pengion (sinar x), untuk melihat fungsi tubuh secara anatomi. Ahli dalam bidang ini
dikenal sebagai radiolog. Salah satu contoh radiodiagnostik adalah rontgen. Radiodiagnostik
dilakukan sebelum melakukan radioterapi.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah tindakan medis menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel
kanker sebanyak mungkin, dengan kerusakan pada sel normal sekecil mungkin. Tindakan
terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup pemancar radiasi gamma atau pesawat sinar-x
dan berkas elektron.
Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan
merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan
terhambat. Sekitar 50 60% penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan radioterapi
adalah untuk pengobatan secara radikal, yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa
sakit atau tidak nyaman akibat kanker, selain itu juga bertujuan untuk mengurangi resiko
kekambuhan dari kanker. Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe, dan stadium
tumor bersamaan dengan responnya terhadap radio terapi.
Terdapat dua teknik dalam radioterapi yaitu teleterapi (sumber eksternal) dan brakiterapi
(sumber internal). Pada tindakan teleterapi, posisi sumber radiasi gamma energi tinggi yang
berasal dari Cobalt-60 yang disimpan dalam kontainer metal yang tebal pada alat, dapat
diatur sedemikian rupa sehingga kanker dapat diradiasi dari berbagai arah yang ditujukan
setepat mungkin pada jaringan tumor. Tumor ganas dikenai radiasi yang sangat kuat secara
berulang-ulang menggunakan teknik fraksinasi (dosis terbagi atas perkali pemberian dari total
dosis yang harus diterima oleh pasien) selama jangka waktu beberapa minggu. Radioterapi
diberikan setiap hari dari berbagai arah secara tepat pada kanker. Dengan demikian kanker
akan menerima radiasi yang bersilang dengan dosis tinggi sementara jaringan normal dan
sehat di sekitar lokasi kanker hanya akan menerima dosis yang lebih rendah dengan tingkat
kerusakan yang dapat ditoleransi tubuh dan berangsur pulih.
Radioterapi dapat pula dilakukan dengan menggunakan sumber radiasi terbuka yang
diposisikan sedekat mungkin dengan kanker, dikenal sebagai tindakan brakiterapi. Sumber
radiasi terbuka yang umum digunakan antara lain I-125, Ra-226, yang dikemas dalam bentuk
jarum, biji sebesar beras, atau kawat dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh (intracavitary)
seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker esopagus, dalam organ/jaringan (interstisial)
seperti kanker prostat, kanker kepala dan leher, kanker payudara, atau dalam lumen
(intraluminal).
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1. Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan atau
tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
2. Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan,radioterapi berguna untuk
mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan
berhenti menyebar.
3. Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi gejala
yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita
lebih nyaman.
4. Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut
sebagai adjuvant therapy atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan
kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
B. Manfaat Radioisotop dalam Bidang Kesehatan dan Kedokteran
Banyak radioisotop yang digunakan dalam bidang kesehatan dan kedokteran dan
masing-masing radioisotop tersebut memiliki manfaat yang berbeda, antara lain:
1. I-131 Terapi penyembuhan kanker Tiroid, mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati
dan otak.
Efek somatik non stokastik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis, mulai dengan
kemerahan sampai luka bakar dan kematian jaringan. efek somatik stokastik pada kulit adalah
kanker kulit.
7. Tulang
Bagian tulang yang peka terhadap radiasi adalah sumsum tulang dan selaput dalam
serta luar pada tulang. kerusakan pada tulang biasanya terjadi karena penimbunan stontium90 atau radium-226 dalam tulang. Efek somatik stokastik berupa kanker pada sel epithel
selaput tulang.
8. Kelenjar Gondok
Kelenjar gondok berfungsi mengatur metabolisme umum melalui hormon tiroxin yang
dihasilkannya. Kelenjar ini relatif tahan terhadap penyinaran luar namun mudah rusak karena
kontaminasi internal oleh yodium radioaktif.
9. Paru-paru
Paru-paru pada umumnya menderita kerusakan akibat penyinaran dari gas, uap atau partikel
dalam bentuk aerosol yang bersifat radioaktif yang terhirup melalui pernafasan.
Sumber Referensi:
Anonymus, 2006, Radioactive Iodine (I-131) Therapy, North America: RadiologiInfo. Radiological
Society of North America, Inc
http://eddyrumhadi.blogdetik.com/ (diakses 23 Mei 2011)
http://gurufisikamuda.blogspot.com/2010/02/manfaat-zat-radioaktif-radioisotop.html (diakses 23
Mei 2011)
http://klikharry.wordpress.com/2007/03/08/radioterapi-karsinoma-tiroid/ (diakses 23 Mei 2011)
http://www.infonuklir.com/indexes/lists/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang_kesehatan/second/iptek
_nuklir (diakses 23 Mei 2011)
Indrajit, Dudi, 2007, Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas XI Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung: Setia Purna Inves
Kreshnamurti, Irwan, dkk., Refrat Radioterapi: Radioterapi Pada Kanker Serviks, Palembang:
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
Setiawan, Duyeh, 2010, Radiokomia Teori Dasar dan Aplikasi Teknik Nuklir, Bandung: Widya
Padjadjaran