Anda di halaman 1dari 12

Radioisotop dalam Bidang Kedokteran

Berbagai jenis radioisotop digunakan untuk mendeteksi (diagnosa) berbagai penyakit antara
lain Teknesium-99 (Tc-99),Talium-201 (TI-201), Iodin-131 (I-131),Natrium-24 (Na24),Xenon-133 (Xe-133), Fosforus-32 (P-32), dan besi-59 (Fe-59).

Teknetum-99 (Tc-99) yang disuntikkan kedalam pembuluh darah akan akan diserap

terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti jantung, hati dan paru-paru.
Sebaliknya, TI-201 terutama akan diserap oleh jaringan sehat pada organ jantung. Oleh
karena itu, kedua radioisotop itu digunakan bersama-sama untuk mendeteksi kerusakan
jantung.

Iodin-131 (I-131) diserap terutama oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu

dari otak. Oleh karena itu, I-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar
gondok, hati, dan untuk mendeteksi tumor otak.

Iodin-123 (I-123) adalah radioisotop lain dari Iodin. I-123 yang memancarkan sinar

gamma yang digunakan untuk mendeteksi penyakit otak.

Natrium-24 (Na-24) digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan peredaran darah.

Larutan NaCl yang tersusun atas Na-24 dan Cl yang stabil disuntikkan ke dalam darah dan
aliran darah dapat diikuti dengan mendeteksi sinar yang dipancarkan, sehingga dapat
diketahui jika terjadi penyumbatan aliran darah.

Xenon-133 (Xe-133) digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru.

Phospor-32 (P-32) digunakan untuk mendeteksi penyakit mata, tumor, dan lain-lain. Serta

dapat pula mengobati penyakit polycythemia rubavera, yaitu pembentukan sel darah merah
yang berlebihan. Dalam penggunaanya isotop P-32 disuntikkan ke dalam tubuh sehingga
radiasinya yang memancarkan sinar beta dapat menghambat pembentujan sel darah merah
pada sum-sum tulang belakang.

Sr-85 untuk mendeteksi penyakit pada tulang.

Se-75 untuk mendeteksi penyakit pankreas.

Kobalt-60 (Co-60) sumber radiasi gamma untuk terapi tumor dan kanker. Karena sel

kanker lebih sensitif (lebih mudah rusak) terhadap radiasi radioisotop daripada sel normal,
maka penggunakan radioisotop untuk membunuh sel kanker dengan mengatur arah dan dosis
radiasi.

Kobalt-60 (Co-60) dan Skandium-137 (Cs-137), radiasinya digunakan untuk sterilisasi

alat-alat medis.

RADIOISOTOP

Untuk bidang : Kesehatan, Pertanian, Hidrologi, Industri


Produksi Radioisotop
Radioisotop yang sering digunakan dalam berbagai bidang kebutuhan manusia
seperti
bidang
kesehatan, pertanian, hidrologi dan industri, pada umumnya tidak terdapat di alam,
karena
kebanyakan umur paronya relatif pendek. Radioisotop dibuat di dalam suatu reaktor
nuklir yang mempunyai kerapatan (fluks) neutron tinggi dengan mereaksikan antara
inti atom tertentu dengan neutron. Selain itu, radioisotop dapat juga diproduksi
menggunakan akselerator melalui proses reaksi antara inti atom tertentu dengan
suatu partikel, misalnya alpha, neutron, proton atau partikel lainnya.
Penggunaan Radioisotop
Bidang
Kesehatan
Radioisotop dapat digunakan untuk radioterapi, seperti larutan iodium-131 (Na131l)
untuk
terapi
kelainan tiroid dan fosfor-32 (Na2H32PO4) yang merupakan radioisotop andalan
dalam
terapi
polisitemia vera dan leukemia. Selain, itu radioisotop juga dapat digunakan untuk
radiodiagnosis seperti teknesium-99m (Na99mTcO4) untuk diagnosis fungsi dan
anatomis organ tubuh, sedangkan studi sirkulasi dan kehilangan darah dapat
dilakukan dengan radioisotop krom-51 (Na2 51CrO4).

Bidang
Pertanian
Radioisotop yang digunakan sebagai perunut dalam penelitian efisiensi pemupukan
tanaman
adalah fosfor-32 (32P). Teknik perunut dengan radioisotop akan memberikan cara
pemupukan yang tepat dan hemat.

Bidang
hidrologi
Natrium-24 (24P) merupakan radioisotop yang sering digunakan untuk mengukur
kecepatan
laju dan debit air sungai, air dalam tanah dan rembesan. Kebocoran dam serta pipa
penyalur yang terbenam dalam tanah dapat dideteksi menggunakan radioisotop
iodium-131 dalam bentuk senyawa CH3131l, sedangkan lokasi dumping, asal/pola
aliran sedimen dan laju pengendapan dapat diukur menggunakan krom-51 dan
brom-82 masing-masing dalam bentuk senyawa K251Cr2P7 dan K82Br.

Bidang
Industri
Teknik radiografi merupakan teknik yang sering dipakai terutama pada tahap-tahap
konstruksi. Pada sektor industri minyak bumi, teknik ini digunakan dalam pengujian
kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta instalasi kilang minyak.
Selain bagianbagian konstruksi besi yang dianggap kritis, teknik ini digunakan juga
pada uji kualitas las dari ketel uap tekanan tinggi serta uji terhadap kekerasan dan
keretakan pada konstruksi beton. Radioisotop yang sering digunakan adalah kobal60 (60Co). Dalam bidang industri, radioisotop digunakan juga sebagai perunut
misalnya untuk menguji kebocoran cairan/gas dalam pipa serta membersihkan pipa,
yang dapat dilakukan dengan menggunakan radioisotop iodoum-131 dalam bentuk
senyawa CH3131l. Radioisotop seng-65 (65Zn) dan fosfor-32 merupakan perunut
yang sering digunakan dalam penentuan efisiensi proses industri, yang meliputi
pengujian homogenitas pencampuran serta residence time distribution (RTD).
Sedangkan untuk kalibrasi alat misalnya flow meter, menentukan volume bejana tak
beraturan serta pengukuran tebal material, rapat jenis dan penangkal petir dapat
digunakan radioisotop kobal-60, amerisium-241 (241Am) dan cesium-137(137Cs).

Kanker dengan Radioisotop


Penyakit kanker, penyakit yang digolongkan ke dalam penyakit degeneratif ini
telah menempati papan atas penyebab kematian di berbagai negara, utamanya di
negara negara maju yang telah berhasil mengatasi penyakit yang disebabkan oleh
infeksi kuman.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi penyakit karena pertumbuhan sel
tidak terkendali ini. Di negara negara maju, dana dalam jumlah besar telah
digelontorkan untuk membiayai riset yang berkaitan dengan pendeteksian,
pengobatan, serta mekanis. Kemunculan dan pertumbuhan kanker. Di Jepang,

misalnya, beberapa pusat penanganan kanker (gan senta) telah didirikan. Institusi ini
mendedikasikan dirinya dalam riset dan pengembangan yang berkaitan dengan
momok umat manusia ini.
Di dunia penanganan kanker, radioisotop telah memainkan peran yang besar.
Kiprah radioisotop tersebut terlihat semakin besar dari hari ke hari karena potensi
yang disimpannya. Radioisotop memendam kemampuan untuk memburu dan
bahkan membunuh kanker secara efektif pada tahap yang paling dini ketika kanker
masih berupa benih, yaitu saat metabolisme sel kanker mulai terjadi.
Beberapa hasil pengembangan teknologi di bidang ini mulai dipasarkan dan
memberikan kontribusi secara nyata. Beberapa saat yang lalu sebuah rumah sakit di
Singapura menawarkan berbagai jasa kesehatan, di antaranya jasa deteksi dini
kanker menggunakan PET (positron emission tomography) yang dikombinasikan
dengan CT (computed tomography).
PET merupakan salah satu hasil di garis depan pengembangan radioisotop untuk
dunia kedokteran. PET adalah metode visualisasi fungsi tubuh menggunakan
radioisotop pemancar positron.Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah
citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh. Kelainan dan ketidaknormalan
fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan
(imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain, seperti MRI
(magnetic resonance imaging) dan CT (computed tomography). MRI dan CT scans
adalah visualisasi anatomi tubuh yang menggambarkan bentuk organ tubuh.
Dengan kedua metode ini, yang terdeteksi adalah kelainan dan ketidaknormalan
bentuk organ

Berbagai kelainan metabolisme di dalam tubuh, termasuk di dalamnya adalah


adanya metabolisme sel kanker, dapat diketahui dengan cepat melalui PET. Salah
satu bentuk perbedaan sel kanker dengan sel normal di sekelingnya adalah pada
bentuk metabolisme glukosa. Sel kanker mengonsumsi glukosa dalam jumlah yang
lebih besar dari sel di sekelilingnya.Secara umum, kecepatan pertumbuhan sel
kanker yang mencerminkan tingkat keganasannya sebanding dengan tingkat
konsumsi glukosa. Bentuk metabolisme glukosa di dalam tubuh ini dapat dideteksi
menggunakan bahan radiofarmaka 18FDG (18 F-2-fluoro-2-deoxy-D-glucose).
Keberadaan radioisotop fluor-18 yang ada di dalam senyawa tersebut dapat
dideteksi dengan mudah dari luar tubuh melalui radiasi yang dipancarkannya.
Dengan meletakkan detektor radiasi di luar tubuh, image reconstruction
terhadap sebaran fluor-18 di dalam tubuh dapat dilakukan dengan mengolah sinyalsinyal yang ditangkap oleh detektor detektor tersebut. Sebaran fluor-18 di dalam
tubuh ini menunjukkan pola metabolisme glukosa di berbagai bagian tubuh.
Konsumsi glukosa yang berlebihan di suatu tempat mengindikasikan adanya
metabolisme sel kanker di tempat tersebut. Inilah yang dinamakan menemukan
kanker dalam bentuk benih. Meskipun secara bentuk fisik belum ditemukan atau

belum terdeteksi, keberadaan kanker telah diketahui ketika metabolisme sel kanker
telah terjadi. Kemampuan radioisotop memburu kanker pada stadium ini belum
dapat ditandingi oleh metode lain. Penemuan adanya sel kanker pada stadium
sangat dini ini akan memudahkan penanganan selanjutnya.
PET dapat pula digunakan pula untuk menganalisis hasil penanganan kanker yang
telah dilakukan. Setelah operasi pengangkatan kanker melalui operasi, misalnya,
perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih ada benih benih kanker yang tersisa.
Untuk keperluan ini, PET merupakan metode yang paling tepat karena pada kondisi
ini keberadaan kanker sulit dilihat secara fisik.
Yang diperlukan adalah melihat keberadaan metabolisme sel kanker. Selain itu, PET
dapat pula digunakan untuk melihat kemajuan pengobatan kanker baik dengan
chemotherapy maupun radiotherapy. Kemajuan hasil pengobatan kanker dapat
diketahui dari perubahan metabolisme di samping perubahan secara fisik. Untuk
keperluan ini, kombinasi PET dan CT memberikan informasi yang sangat berharga
untuk menentukan tingkat efektivitas pengobatan yang telah dilakukan.
Perangkat PET secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian produksi
fluor-18, bagian sintesa 18FDG, dan bagian kamera PET. Penggunaan PET diawali
dengan proses produksi radioisotop fluor-18. Radioisotop fluor-18 diproduksi dari
isotop oksigen-18 menggunakan siklotron.
Partikel bermuatan berupa proton ditembakkan dari siklotron ke dalam inti oksigen18 dan terbentuklah fluor-18 sambil melepaskan sebuah neutron. Oksigen di alam
memiliki kandungan isotop oksigen-18 sebanyak 0,20 persen. Sisanya berupa isotop
oksigen-16 dan oksigen-17 dengan kandungan masing-masing sebesar 99,76
persen dan 0,04 persen.
Karena kandungan oksigen-18 di alam sangat kecil, maka untuk keperluan ini
diperlukan oksigen yang telah ditingkatkan kandungan isotop oksigen-18 di
dalamnya. Peningkatan kandungan isotop oksigen-18 ini dapat dilakukan sampai
lebih dari 90 persen. Pada proses produksi fluor-18 ini, oksigen-18 digunakan dalam
bentuk air(H2O).
Radioisotop fluor-18 yang telah didapatkan digunakan untuk mensintesa 18FDG.
Reaksi "menempelkan" fluor-18 ini dikenal dengan reaksi penandaan (labelling). Di
beberapa negara yang telah menggunakan PET secara rutin seperti Jepang,
Amerika Serikat, dan Korea, reaksi penandaan ini dilakukan menggunakan alat
otomatis.
Pertimbangan utama penggunaan alat otomatis ini adalah mempercepat waktu
proses. Hal ini dikarenakan fluor-18 memiliki waktu paruh, waktu yang diperlukan
untuk meluruh sehingga radioaktivitas tinggal separuhnya, yang pendek kurang dari
2 jam (110 menit). Jadi, reaksi penandaan ini berpacu dengan waktu. Jika proses ini
terlalu lama, sebagian besar fluor-18 telah meluruh sehingga radioaktivitasnya akan
berkurang jauh dari radioaktivitas awal.
Setelah 18FDG selesai disiapkan, radiofarmaka tersebut segera disuntikkan ke
pasien. Jumlah yang disuntikkan antara 10 dan 20 milicurie, tergantung keperluan,

kondisi kamera, dan sebagainya. Di University of Iowa, misalnya, secara rutin


digunakan 18FDG sebanyak 10 milicurie untuk tiap pasien guna mendeteksi
metabolisme sel kanker.
Sebaran fluor-18 di dalam tubuh dideteksi dengan memasukkan tubuh ke dalam
rangkaian detektor elektronik berbentuk melingkar. Dari hasil pendeteksian ini
dilakukan image reconstruction untuk mendapatkan gambaran sebaran fluor-18 di
dalam tubuh. Perangkat kamera PET biasanya telah dilengkapi dengan program
untuk keperluan ini sehingga hasil image reconstruction dapat diperoleh dengan
mudah.
Kamera PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan dengan
kamera gamma yang secara umum digunakan pada kedokteran nuklir. Hal ini
dikarenakan pendeteksiannya didasarkan pada coincidence detection. Ketika
positron dilepaskan dari fluor-18, partikel ini akan segera bergabung dengan elektron
dan terjadilah anihilasi.
Dari anihilasi ini dihasilkan radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi
sebesar 511 ke V dengan arah berlawanan (180 derajat). Adanya dua buah photon
yang dilepaskan secara bersamaan ini memungkinkannya dilakukan coincidence
detection. Pada coincidence detection ini, sinyal yang ditangkap oleh detektor akan
diolah jika dua buah sinyal diperoleh secara bersamaan. Jika hanya satu buah sinyal
yang ditangkap, sinyal tersebut dianggap sebagai pengotor. Oleh karena itu, hampir
seluruh sinyal pengotor dapat dieliminasi dengan cara ini.
PET hanyalah salah satu dari beberapa hasil terdepan pemanfaatan radioisotop
pada penanganan kanker. Berbagai aplikasi lain sedang dikembangkan di
laboratorium-laboratorium terkemuka di bidang ini. Salah satu contohnya adalah
pengembangan cancer seeking agent dengan memanfaatkan metabolisme spesifik
yang terjadi pada sel kanker.
Radioisotop-radioisotop pemancar partikel seperti partikel alpha dan beta
memiliki kemampuan membunuh sel secara efektif dalam jarak dekat. Oleh karena
itu, pembunuhan sel-sel kanker secara efektif dapat dilakukan dengan "memuatkan"
radioisotop-radioisotop itu ke dalam cancer seeking agent. Jadi, cancer seeking
agent seperti layaknya peluru kendali yang secara otomatis mencari sasaran yang
telah ditetapkan dan radioisotop adalah hulu ledak yang akan menghancurkan
sasaran yang dituju.
Perkembangan terkini menunjukkan bahwa pengembangan teknologi PET dan
beberapa aplikasi radioisotop yang lain pada penanganan kanker tidak lagi terbatas
pada lorong-lorong lembaga penelitian. Hasil pengembangan teknologi ini telah
merambah ke wilayah bisnis karena jasa kesehatan yang ditawarkan memiliki nilai
ekonomi yang tidak kecil.

RADIOAKTIF DALAM BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


Radiasi adalah pencemaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau sebuah
substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom
dimana mempunyai masa bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi
kinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha,photon, dan neutron.

Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi alamiah
contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang terdapat pada lapisan
kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atmosfer akibat terjadinya pergeseran lintasan
perputaran bola bumi. Sedangkan sumber radiasi buatan contohnya radiasi sinar x,
radiasi sinar beta, radiasi sinar alpha, dan radiasi sinar gamma.
Radioisotop adalah suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif. Radioaktif
mempunyai peranan penting dalam melengkapi kebutuhan manusia di berbagai bidang. Salah
satunya di bidang kedokteran dan kesehatan. Penggunaan radioisotop di bidang kesehatan
untuk keperluan radiodiagnostik dan radioterapi dalam kedokteran nuklir. Teknik nulkir
dengan menggunakan radioisotop di bidang kedokteran nuklir dimulai pada tahun 1930-an
sebagai wujud dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan di Indonesia dimulai pada
tahun 1967 tidak lama setelah peresmian reaktor nuklir di Bandung.
Ilmu kedokteran nuklir merupakan salah satu ilmu cabang kedokteran yang memanfaatkan
sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radioaktif buatan untuk tujuan diagnostik melalui
pemantauan proses fisiologi dan biokimia.
Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan
yang sangat berharga dalam menegakkan diagnostik maupun terapi berbagai jenis penyakit.
Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit saraf, ilmu
penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari tehnik nuklir. Sehingga pada
kesempatan kali ini akan dipaparkan tentang peranan radioaktif, mekanisme kerja dan
dampak yang ditimbulkannya dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
II. PEMBAHASAN
A. Peranan Radioaktif dalam Bidang Kesehatan dan Kedokteran
Bidang kesehatan dan kedokteran merupakan bidang terbesar yang menggunakan
senyawa bertanda radioaktif. Hampir dari 80% dari penggunaan zat radioaktif terletak di
bidang ini. Dengan isotop radioaktif telah dapat diselidiki dan dipelajari proses fisiologi,
biokimia, patologi dan farmakologi berbagai macam obat.

Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran, sebetulnya telah dimulai semenjak tahun
1936 pada waktu John Lawrence et. al. Menggunakan fosfor-32 untuk terapi. Walaupun
dimulai untuk terapi, tetapi penggunaan radioisotop selanjutnya hampir 90% ditujukan untuk
diagnosis, dan sebagian besar telah dalam bentuk senyawa bertanda.
Cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik pendek, seperti
sinar x disebut radiologi. Radiologi dimanfaatkan untuk menunjang diagnosis penyakit.
Dalam dunia kedokteran nuklir, prinsip radiologi dimanfaatkan dengan memakai isotop radio
aktif yang disuntikkan ke dalam tubuh. Kemudian, isotop tersebut ditangkap oleh detektor di
luar tubuh sehingga diperoleh gambaran yang menunjukan distribusinya di dalam tubuh.
Sebagai contoh untuk mengetahui letak penyempitan pembuluh darah, digunakan radioisotop
natrium. Kemudian jejak radioaktif tersebut dirunut dengan menggunakan pencacah Geiger.
Letak penyempitan pembuluh darah ditunjukan dengan terhentinya aliran natrium.
Selain digunakan untuk mendiagnosis penyakit, radioisotop juga digunakan untuk terapi
radiasi. Terapi radiasi adalah cara pengobatan dengan memakai radiasi. Terapi seperti ini
biasanya digunakan dalam pengobatan kanker. Pemberian terapi dapat menyembuhkan,
mengurangi gejala, atau mencegah penyebaran kanker, bergantung pada jenis dan stadium
kanker.
1. Radiodiagnostik
Radiodiagnostik adalah kegiatan penunjang diagnostik menggunakan perangkat radiasi
sinar pengion (sinar x), untuk melihat fungsi tubuh secara anatomi. Ahli dalam bidang ini
dikenal sebagai radiolog. Salah satu contoh radiodiagnostik adalah rontgen. Radiodiagnostik
dilakukan sebelum melakukan radioterapi.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah tindakan medis menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel
kanker sebanyak mungkin, dengan kerusakan pada sel normal sekecil mungkin. Tindakan
terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup pemancar radiasi gamma atau pesawat sinar-x
dan berkas elektron.
Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan
merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan
terhambat. Sekitar 50 60% penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan radioterapi
adalah untuk pengobatan secara radikal, yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa
sakit atau tidak nyaman akibat kanker, selain itu juga bertujuan untuk mengurangi resiko

kekambuhan dari kanker. Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe, dan stadium
tumor bersamaan dengan responnya terhadap radio terapi.
Terdapat dua teknik dalam radioterapi yaitu teleterapi (sumber eksternal) dan brakiterapi
(sumber internal). Pada tindakan teleterapi, posisi sumber radiasi gamma energi tinggi yang
berasal dari Cobalt-60 yang disimpan dalam kontainer metal yang tebal pada alat, dapat
diatur sedemikian rupa sehingga kanker dapat diradiasi dari berbagai arah yang ditujukan
setepat mungkin pada jaringan tumor. Tumor ganas dikenai radiasi yang sangat kuat secara
berulang-ulang menggunakan teknik fraksinasi (dosis terbagi atas perkali pemberian dari total
dosis yang harus diterima oleh pasien) selama jangka waktu beberapa minggu. Radioterapi
diberikan setiap hari dari berbagai arah secara tepat pada kanker. Dengan demikian kanker
akan menerima radiasi yang bersilang dengan dosis tinggi sementara jaringan normal dan
sehat di sekitar lokasi kanker hanya akan menerima dosis yang lebih rendah dengan tingkat
kerusakan yang dapat ditoleransi tubuh dan berangsur pulih.
Radioterapi dapat pula dilakukan dengan menggunakan sumber radiasi terbuka yang
diposisikan sedekat mungkin dengan kanker, dikenal sebagai tindakan brakiterapi. Sumber
radiasi terbuka yang umum digunakan antara lain I-125, Ra-226, yang dikemas dalam bentuk
jarum, biji sebesar beras, atau kawat dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh (intracavitary)
seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker esopagus, dalam organ/jaringan (interstisial)
seperti kanker prostat, kanker kepala dan leher, kanker payudara, atau dalam lumen
(intraluminal).
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1. Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan atau
tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
2. Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan,radioterapi berguna untuk
mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan
berhenti menyebar.
3. Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi gejala
yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita
lebih nyaman.
4. Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut
sebagai adjuvant therapy atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan
kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
B. Manfaat Radioisotop dalam Bidang Kesehatan dan Kedokteran
Banyak radioisotop yang digunakan dalam bidang kesehatan dan kedokteran dan
masing-masing radioisotop tersebut memiliki manfaat yang berbeda, antara lain:
1. I-131 Terapi penyembuhan kanker Tiroid, mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati
dan otak.

2. Pu-238 energi listrik dari alat pacu jantung.


3. Tc-99 & Ti-201 Mendeteksi kerusakan jantung.
4. Na-24 Mendeteksi gangguan peredaran darah.
5. Xe-133 Mendeteksi Penyakit paru-paru.
6. P-32 Penyakit mata, tumor dan hati.
7. Fe-59 Mempelajari pembentukan sel darah merah.
8. Cr-51 Mendeteksi kerusakan limpa.
9. Se-75 Mendeteksi kerusakan Pankreas.
10. Tc-99 Mendeteksi kerusakan tulang dan paru-paru.
11. Ga-67 Memeriksa kerusakan getah bening.
12. C-14 Mendeteksi diabetes dan anemia.
13. Co-60 Membunuh sel-sel kanker.
C. Mekanisme kerja
1. Radiodiagnostik
I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over aktif atau
kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari iodin yang selalu
memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil,
maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan
akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut.
Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat
merubah kondisi tiroid.
2. Radioterapi
Bila jaringan terkena radiasi penyinaran, maka jaringan akan menyerap energi radiasi
dan akan menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisasi tersebut dapat menimbulkan perubahan
kimia dan biokimia yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan biologik. Kerusakan
sel yang terjadi dapat berupa kerusakan kromosom, mutasi, perlambatan pembelahan sel dan
kehilangan kemampuan untuk berproduksi.
Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila mengenai sebuah
atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit elektron tersebut. Pancaran
energi dapat berupa gelombang elektromagnetik, yang dapat berupa sinar gamma dan sinar
X. Pancaran partikel dapat berupa pancaran elektron (sinar beta) atau pancaran partikel
netron, alfa, proton.
Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang mati
dan tumor akan mengecil. Sel-sel yang mati akan hancur, dibawa oleh darah dan diekskresi
keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa pulih kembai dari pengaruh radiasi.
Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang terjadi pada sel-sel sehat merupakan penyebab
terjadinya efek samping radiasi.

D. Efek radioaktif bidang kesehatan dan kedokteran


Efek samping radioterapi bervariasi pada tiap pasien. Secara umum efek samping tersebut
tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan umum pasien. Beberapa efek samping
berupa kelelahan, reaksi kulit (kering, memerah, nyeri, perubahan warna dan ulserasi), penurunan
sel-sel darah, kehilangan nafsu makan, diare, mual dan muntah bisa terjadi pada setiap
pengobatan radioterapi. Kebotakan bisa terjadi tetapi hanya pada area yang terkena radioterapi.
Radiasi tidak menyebabkan kehilangan rambut yang total. Pasien yang menjalani radiasi
eksternal tidak bersifat radioaktif setelah pengobatan sehingga tidak berbahaya bagi orang di
sekitarnya. Efek samping umumnya terjadi pada minggu ketiga atau keempat dari pengobatan dan
hilang dua minggu setelah pengobatan selesai.
Efek radiasi pada sistem, organ atau jaringan:
1. Darah dan Sumsum Tulang Merah
Darah putih merupakan komponen seluler darah yang tercepat mengalami perubahan
akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlah sel. KompOnen seluler darah
yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusun setelah sel darah putih. Sumsum
tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel-sel darah
merah, sedang pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir
dengan kematian ( dosis lethal 3 5 sv). Akibat penekanan aktivitas sumsum tulang maka
orang yang terkena radiasi akan menderita kecenderungan pendarahan dan infeksi, anemia
dan kekurangan hemoglobinefek stokastik pada penyinaran sumsum tulang adalah leukemia
dan kanker sel darah merah.
2. Saluran Pencernaan Makanan
Kerusakan pada saluran pencernaan makanan memberikan gejala mual, muntah,
gangguan pencernaan dan penyerapan makanan serta diare. kemudian dapat timbul karena
dehidrasi akibat muntah dan diare yang parah. Efek stokastik yang dapat timbul berupa
kanker pada epithel saluran pencernaan.
3. Organ Reproduksi
Efek somatik non stokastok pada organ reproduksi adalah sterilitas, sedangkan efek
genetik (pewarisan) terjadi karena mutasi gen atau kromosom pada sel kelamin.
4. Sistem Syaraf
Sistem syaraf termasuk tahan radiasi. Kematian karena kerusakan sistem syaraf terjadi
pada dosis puluhan sievert.
5. Mata
Lensa mata peka terhadap radiasi. Katarak merupakan efek somatik non stokastik yang
masa tenangnya lama (bisa bertahun-tahun).
6. Kulit

Efek somatik non stokastik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis, mulai dengan
kemerahan sampai luka bakar dan kematian jaringan. efek somatik stokastik pada kulit adalah
kanker kulit.
7. Tulang
Bagian tulang yang peka terhadap radiasi adalah sumsum tulang dan selaput dalam
serta luar pada tulang. kerusakan pada tulang biasanya terjadi karena penimbunan stontium90 atau radium-226 dalam tulang. Efek somatik stokastik berupa kanker pada sel epithel
selaput tulang.
8. Kelenjar Gondok
Kelenjar gondok berfungsi mengatur metabolisme umum melalui hormon tiroxin yang
dihasilkannya. Kelenjar ini relatif tahan terhadap penyinaran luar namun mudah rusak karena
kontaminasi internal oleh yodium radioaktif.
9. Paru-paru
Paru-paru pada umumnya menderita kerusakan akibat penyinaran dari gas, uap atau partikel
dalam bentuk aerosol yang bersifat radioaktif yang terhirup melalui pernafasan.
Sumber Referensi:
Anonymus, 2006, Radioactive Iodine (I-131) Therapy, North America: RadiologiInfo. Radiological
Society of North America, Inc
http://eddyrumhadi.blogdetik.com/ (diakses 23 Mei 2011)
http://gurufisikamuda.blogspot.com/2010/02/manfaat-zat-radioaktif-radioisotop.html (diakses 23
Mei 2011)
http://klikharry.wordpress.com/2007/03/08/radioterapi-karsinoma-tiroid/ (diakses 23 Mei 2011)
http://www.infonuklir.com/indexes/lists/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang_kesehatan/second/iptek
_nuklir (diakses 23 Mei 2011)
Indrajit, Dudi, 2007, Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas XI Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung: Setia Purna Inves
Kreshnamurti, Irwan, dkk., Refrat Radioterapi: Radioterapi Pada Kanker Serviks, Palembang:
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
Setiawan, Duyeh, 2010, Radiokomia Teori Dasar dan Aplikasi Teknik Nuklir, Bandung: Widya
Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai