Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga,
perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan
berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah
yang lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan
beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena
apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) tersebut dibiarkan ataupun
dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah
dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah Bahan Berbahaya
dan beracun tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat
dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus
pada kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka
pendek ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan
datang.
Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,namun
seperti kata pepatahLebih Baik Mencegah Daripada Mengobati, hal tersebut
menjadi salah satu aspek pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah
dampak dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut, ketimbang menyaksikan
dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi dihadapan kita, dan kita semakin sulit
untuk menanggulanginya Secara garis besar,hal tersebut menjadi salah satu patokan
bagi kita,bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama
untuk menanggulanginya,khususnya pada masalah limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) tersebut. Maka dari itu penulis mengangkat topic ini untuk diketahui
lebih lanjut tentang masalah B3 tersebut.


1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa Definisi dari Limbah B3 ?
2. Bahan-bahan apa saja yang mengandung limbah B3 ?
3. Apa akibat Limbah B3 terhadap manusia ?
4. Bagaimana system pembuangan Limbah B3 ?
5. Bagaimana teknologi pengolahan Limbah B3 ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Definisi dari Limbah B3
2. Untuk memberitahukan bahan apa saja yang mengandung limbah B3
3. Mengetahui dan memahami akibat Limbah B3 terhadap manusia
4. Memberikan informasi system pembuangan limbah B3
5. Dapat menjelaskan teknologi dalam pengolahan Limbah B3







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah B-3 mungkin kata-kata ini tidak asing ditelinga kita, ketika melihat
begitu banyak kasus pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia, dimulai dari
kasus PT Newmont di Teluk Buyat, hingga kasus penolakan ekspor ikan Indonesia
karena mengandung limbah B-3. Melihat dan mendengar itu semua tentu saja menjadi
suatu pertanyaan seperti apakah limbah B-3 tersebut sehingga begitu berbahaya serta
diawasi dengan ketat sekali.
A. Pengertian Limbah B3
Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

B. Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1) Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut
kerak, pengemasan, dll.
2) Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi :
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

C. Karakteristik B3
Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu :
1) Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala
dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala,
misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
2) Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala
secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan
atau kegiatan oksidasi.
3) Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
4) Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam
kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan
benzoyl perioksida.
5) Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan
kulit bila berkontak dengannya.
6) Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
7) Radioactive, yaitu unsur yang secara spontan memancarkan radiasi. Unsur-unsur
ini biasanya mempunyai nomor atom diatas 83, misal Uranium (nomor atom 92)
2.2 Bahan bahan yang mengandung B3 dalam rumah tangga
Pada mulanya, banyak orang yang menyambut gembira dengan penemuan
bahan-bahan dan senyawa kimia. Dengan berjalannya waktu, ternyata ditemukan pula
dampak negatifnya. Untuk itu, limbah B3 dan B3 perlu dikelola dengan baik dan
benar, baik pada saat masih digunakan maupun setelah tidak digunakan lagi.
Rumah adalam tempat tinggal dan berfungsi sebagai tempat pembinaan
anggota. Segala hal yang berkaitan dengan aktifitas manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya di rumah tanggga diharapkan dapat dikelola dengan baik.
Dengan demikian, dampak dari limbah B3 di dalam rumah tangga dapat dikelola
dengan baik. Oleh karena itu, setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat.
Sumber sampah di dalam rumah tangga
Kamar tidur: kaleng hairspray, kaleng
obat nyamuk, lampu TL, tisu, kapas,
botol/wadah kosmetik, abu, dan debu
Kamar mandi/cuci: pembungkus sabun,
wadah sabun cair, pembungkus shampoo,
wadah pasta gigi, wadah deterjen, dan
wadah pemutih pakaian
Ruang keluarga: bekas beterai,
spidol/tinta bekas, kaleng obat nyamuk,
lampu TL, abu, debu, sisa dan
pembungkus makanan, kertas, serta obat
kadaluarsa
Ruang tamu: lampu TL, abu, debu, sisa
dan pembungkus makanan serta kertas
Dapur: sisa dan pembungkus makanan,
lampu TL, botol/wadah sabun cuci,
wadah minyak tanah dan debu
Garasi: oli bekas, kaleng/wadah
pembersih mobil, debu, aki beka
Ruang makan: sisa dan pembungkus
makanan dan debu
Taman/kebun: daun-daun, kertas, plastic,
dan pembungkus makanan

2.3 Akibat Limbah B3 Terhadap Manusia
Limbah B-3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan.
Hal ini dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga
tanpa menyadari kita terkena penyakit tersebut. Penulis dalam kesempatan ini
mendapatkan sumber dari sebuah buku dimana memberikan uraian yang cukup
menarik di dalam mengenai akibat langsung dari limbah B-3 tersebut.

A. Keracunan Air Raksa
Keracunan Air Raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal
sebagai penyakit Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di kota
pesisir Minamata di Pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu berlangsung tujuh
bulan, yaitu dari 1953- 1968, disebabkan pabrik plastic membuang air raksa ke dalam
perairan ikan di Minamata mengandung merkuri antara 27-102 ppm berat kering.
Berbagai penelitian di Indonesia sudah pula mendapatkan berbagai hewan laut dan air
yang mengandung merkuri seperti yang terjadi di Teluk Jakarta dan Medan. Gejala
keracunan secara umum timbul sebagai sakit kepala, mudah lelah dan teriritasi lengan
dan kaki terasa kebal, sulit menelan, penglihatan kabur, luas penglihatan menciut,
ketajaman pendengaran berkurang dan koordinasi otot-otot lenyap. Beberapa orang
secara konstan merasa seperti ada logam di mulut, gusi membengkak, dan diare
terdapat secara meluas. Kematian terjadi infeksi sekunder maupun kelemahan yang
semakin parah.
Melalui peristiwa ini, gambaran limbah B-3 begitu berbahayanya seandainya
kita memakan ataupun mengkonsumsi ikan ataupun makanan yang mengandung
merkuri. Walaupun seharusnya merkuri digunakan di dalam Industri plastik dan
industri pertambangan, tetapi seharusnya hal tersebut tidak dibuang ke laut ataupun ke
sungai dikarenakan membahayakan jiwa penduduk sekitar, begitu juga
membahayakan diri kita sendiri seandai suatu saat nanti tanpa sadar anda memakan
ikan yang berasal dari wilayah yang telah tercemari oleh pembuangan merkuri itu
sendiri. Oleh karena itu kesadaran kepada para pihak yang selalu berurusan dengan
Limbah B-3 untuk lebih memperhatikan kepentingan orang yang lebih banyak
daripada mementingkan kepentingan perusahaan yang sedang anda jalankan sehingga
para pihak di dunia industri juga memperhatikan tentang usaha-usaha untuk
melanggengkan bisnis anda di suatu tempat.

B. Keracunan Cadmium
Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan
Polyvynil Khlorida. Di masa silam Cadmium malah digunakan dalam pengobatan
Sypilis dan Malaria. Hasil Otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi
Cadmium dalam tubuh masyarakat umum secara rata-rata di dapat 30 mgCd di dalam
tubuh; 33% di dalam ginjal, 14% di dalam hati, 2% di dalam paru-paru dan 0,3% di
dalam pakreas. Cadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara
langsung maupun titik langsung lewat ginjal sebagai akibatnya terjadi kenaikan
tekanan darah. Percobaan hewan menunjukkan bahwa kematian dapat terjadi karena
gagal jantung, kasus keracunan Cadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama
Jepang. Sekelompok masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama beberapa
tahun. Penyakit tersebut kemudian menjadi parah tulang-tulang punggung terasa
sangat nyeri yang diikuti oleh osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang
punggung yang multiple kematian dapat diakibatkan oleh gagal ginjal.
Jika kita lihat dari uraian tentang Cadmium ternyata juga sangat
membahayakan walaupun cadmium tersebut digunakan untuk pengobatan malaria dan
penyakt syphilis atau raja singa. Oleh karena itu melalui uraian yang mungkin
kebanyakan mengutip dari uraian buku yang penulis dapat tetapi setidaknya dengan
adanya uraian tersebut dapat memberikan uraian yang cukup mengenai akibat dari
Limbah B-3 yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan mahkluk hidup
lainnya. Harapan tentang tidak terjadi pencemaran yang selalu diidam-idamkan
masyarakat selama ini dapat tercapai dan bukan hanya untuk kepentingan uang
semata, dimana masyarakat merasa tidak peduli dengan kesehatan mereka
dikarenakan mungkin menurut mereka sudah bisa makan sehari saja merupakan
berkah tak ternilai. Hal itu dikarenakan edukasi yang kurang yang diberikan oleh
pihak yang seharusnya memberikan informasi bahwa dalam bekerja kesehatan itu
penting.

2.4 Sistem pembuangan limbah B3
Sistem pembuangan limbah B3 melalui beberapa tahap. Hal ini disebabkan
limbah B3 sangat berbahaya jika terkontaminasi dengan manusia atau makhluk hidup
yang lain. Pengelolaan limbah B3 adalah serangkaian kegiatan yang mencangkup
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan limbah B3, dan menimbun
hasil pengolahan.
Penyimpanan adalah enyimpanan sementara limbah B3 di dalam lokasi
kegiatannya sebelum diserahkan kepada pengumpul atau pengolahan limbah B3.
Penyimpanan ini dilakukan oleh penghasil limbah B3, baik perorangan maupun badan
usaha.
Syarat tempat penyimpanan limbah B3 adalah
1. Dibuat dengan kapasitas yang sesui dengan jumlah B3 yang akan disimpan
2. Tempat penyimpanan bebas banjir
3. Secara geologi, dinyatakan stabil
4. Perancangan bangunan disesuaikan dengan karakteristik limbah
5. Perencanaan upaya pengendalian pencemaran lingkungan

Pengumpulan adalah proses mengumpulan limbah B3. Proses ini dapat
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha dari penghasil limbah B3 dengan maksud
menyimpan untuk kemudian diserahkan kepada pengolah limbah B3.
Syarat-syarat sebagai pengumpul limbah B3 adalah
1. Memperhatikan karakteristik limbah B3
2. Mempunyai laboratorium yang dapat mendeteksi karakteristik limbah B3
3. Mempunyai lahan minimum satu hektar
4. Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kecelakaan
5. Konstruksi dan bahan bangunan disesuaikan dengan karateristik limbah B3
6. Jauh dari sumber air
7. Bukan merupakan daaerah tangkapan air
8. Jauh dari fasilitas pemukiman penduduk atau fasilitas umum
Pengangkutan adalah proses untuk memindahkan limbah B3 dari penghasil ke
pengumpul atau ke pengolahan termasuk ke tempat penimbun akhir dengan
menggunakan alat angkut yang dilakukan oleh suatu badan usaha. Pengolahan adalah
proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 menjadi tidak
berbahaya dan tidak beracun. Jika memungkinkan, mengolah agar limbah B3
dimurnikan atau di daur ulang
Persyaratan pengolahan limbah B3 meliputi;
1. Lokasi pengolahan limbah
2. Fasilitas pengolahan limbah
3. Penanganan limbah B3 sebelum diolah
4. Pengolahan limbah B3
5. Hasil pengolahan limbah B3

2.5 Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang
paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,
dan incineration.
A. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning.
Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
Mendestruksi organisme pathogen
Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki
nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman
dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
Concentratiothickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah
dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada
tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada
dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada
tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan
centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada
tahapan awal ini.

Treatment, stabilization, andconditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan
partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan
bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian
secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan
reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning,
anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation,
chemical conditioning, dan elutriation.

De-wateringanddrying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada
tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan
adalah drying bed,filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang
terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting.
Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land,
atau injection well.

B. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/ stabilization juga
dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat
didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif)
dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk
mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai
proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses
tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama.
Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi enam
golongan, yaitu :
2. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar
3. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
4. Precipitation
5. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
6. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan padat
7. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa
lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur
(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah
metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai
solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkanKep-03/BAPEDAL/09/1995
dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

C. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi
final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan
limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses
insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki
beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan
lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating
value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan
berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi
yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum
diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple
hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary
kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair,
dan gas secara simultan






BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah
hal yang penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu
diketahui agar dalam penanggulangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
tersebut menjadi tepat dan bukannya malah menambahkan masalah pada
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut.
2. Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2
kategori yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat
menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem
pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan system pernafasan,
kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu, efek kronis dapat
menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek
mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong
terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.
3. Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang
paling populer diantaranya ialah chemical conditioning, solidification /
Stabilization, dan incineration.
5.2 Saran
Mengingat penjelasan-penjelasan dalam makalah diatas sangat jauh dari
kesempurnaan, karena masih banyaknya kekurangan dan kurang merinci dan
lengkapnya materi yang dikutip atau disampaikan. Maka untuk masa-masa yang
akan datang semoga makalah ini dapat lebih disempurnakan, dan lebih mendalami
serta memperinci materi-materinya lagi,sehingga makalah ini dapat disajikan
dengan lebih baik lagi.
Dan dari segi materi, berhubung penulis mengambil tema yaitu B3 atau Bahan
Berbahaya dan Beracun,maka selaku penulis berharap agar penanganan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele,
namun hal tersebut tentunya dapat menjadi perhatian kita bersama,bukan hanya
pemerintah ,tetapi kita semua, karena apabila dampak dari limbah B3 tersebut
telah menyebar luas, maka bukan hanya satu ataupun dua orang yang akan
menerima akibatnya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap orang banyak
termasuk mungkin diri kita sendiri.















DAFTAR PUSTAKA
Memanik, Karden Eddy Sontang. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Jambatan
Press, Soemartono, R.M. 2009. Sistem Pengelolaan Limbah B3 di Indonesia.
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuB3/B3.html.
Siahaan, N.H.T., Ekologi Pembangunan dan Hukum Tata Lingkungan, Jakarta: Erlangga
Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Supardi, Imam.2003.Lingkungan Hidup Kelestariannya.Bandung: PT ALUMNI
Syamsudin dkk.2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Gersik: Tiga Serangkai
















Makalah Farmasi Lingkungan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Disusun oleh :
Dini Damayanti
0661 12 067










Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
Bogor
2014

Anda mungkin juga menyukai