Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TOKSIKOLOGI

“PENGANTAR TOKSIKOLOGI”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Toksikologi

Disusun Oleh :
Kelompok 1 S1 Farmasi / Kelas B1 Tahun 2018
1. Haitsam Firos 18020200053
2. Fennanda Isnaini A,W 18020201085
3. Wahyu Putri Utami 18020200021

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayat-Nya, tim penulis dapat menyelesaikan makalah
Kesehatan Lingkungan dengan judul “Pentingnya Ilmu
Toksikologi. Makalah ini ditulis dengan tujuan agar
mahasiswa dapat memahami tentangIlmu Toksikologi
dalam Kehidupan.
Tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itutim penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun, untuk kesempurnaan
makalah ini. Tim penulis juga berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Sidoarjo, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................. 4


A. Latar Belakang .................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................... 5
C. Manfaat ............................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI ............................................... 6
A. Pengantar Toksikologi ........................................ 6
1.1 Perkembangan Awal Toksikologi dalam
Kehidupan Manusia ................................................ 6
1.2 Pengertian Toksikologi ................................ 9
1.3 Kegunaan dan Terapan Toksikologi .......... 10
1.4 Cakupan dan Subdisiplin ............................... 11
B. Asas Asas Umum Toksikologi ......................... 14
1. Kondisi Efek Toksik .................................. 14
2. Mekanisme Efek Toksik ............................ 16
3. Wujud Efek Toksik ........................................... 17
4. Sifat Efek Toksik .............................................. 18
BAB III PENUTUP .................................................. 20
A. Kesimpulan ....................................................... 20
DAFTAR RUJUKAN .............................................. 21
LAMPIRAN ............................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara
dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Berdasarkan data. Badan Pusat Statistik
menunjukkan Indonesia memliki lebih dari255
juta jiwa penduduk pada tahun 2015, dengan
luas wilayah negara 1.890.754 km2. Padatnya
penduduk Indonesia juga diikuti dengan
munculnya berbagai penyakit. Penyakit yang
timbul disebabkan oleh berbagai hal salah
satunya yaitu senyawa toksik yang mencemari
lingkungan hingga bahan pangan. Oleh karena
itu, untuk meminimalisir efek berbagai penyakit
tersebut diperlukan ilmu yang mempelajari
penyebab dan penyebaran suatu penyakit.
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan
batas aman dari bahan kimia (Casarett and
Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga
mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada
organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi,
mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi
juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada
organisme dan mempelajari kerja kimia yang
merugikan terhadap organisme.
Saat ini indonesia memiliki tantangan
utama untuk menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan yang terjadi. Berbagai masalah
kesehatan tersebut memberi dampak negatif bagi
kehidupan masyarakat Indonesia. Data
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 angka
kematian terbesar penduduk Indonesia
disebabkan oleh penyakit tidak menular
misalnya seperti penyakit kanker, diabetes,
maupun jantung (...). Seperti yang telah
diketahui kanker salah satunya disebabkan
karena adanya akumulasi senyawa toksik dalam
tubuh,

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan awal toksikologi
dalam kehidupan manusia?
2. Apa Definisi Toksikologi dan Istilahnya yang
terkait?
3. Apa sajakah pentingnya mempelajari
toksikologi bagi kehidupan manusia?
4. Seberapa Luas Ruang Lingkup Toksikologi?
5. Apa Saja Asas – Asas Umum Toksikologi ?

C. Manfaat
1. Mengetahui perkembangan awal toksikologi
dalam kehidupan manusia
2. Mengetahui apa itu Toksikologi dan
Istilahnya
3. Mengetahui pentingnya mempelajari
toksikologi dan epidemiologi bagi kehidupan
manusia
4. Hubungan toksikologi dan epidemiologi
dalam kesehatan lingkungan
5. Mengetahui asas-asas umum toksikologi
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengantar Toksikologi

1.1 Perkembangan Awal Toksikologi dalam


Kehidupan Manusia

Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari


Bahasa Yunani, yaitu dari akar kata tox, dimana
dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana
panah pada saat itu digunakan sebagai senjata
dalam peperangan, yang selalu pada anak
panahnya terdapat racun.Di dalam kitab mesir
kunodimuat informasi lengkap tentang pengobatan
dan obat. Di kitabini juga memuat ramuan untuk
racun, seperti antimon (Sb), tembaga, timbal,
hiosiamus, opium, terpentine, dan verdigris
(kerak hijau pada permukaan tembaga).
Sedangkan di India (500 - 600 B.C.) di dalam
Charaka Samhita disebutkan, bahwa tembaga,
besi, emas, timbal, perak, seng, bersifat sebagai
racun, dan di dalam SusrataSamhita banyak
menulis racun dari makanan, tananaman, hewan,
dan penangkal racun gigitan ular (Wirasuta dan
Niruri, 2007).
Hippocrates (460-370 B.C.), dikenal
sebagai bapak kedokteran, disamping itu dia juga
dikenal sebagai toksikolog dijamannya. Dia
banyak menulis racun bisa ular dan di dalam
bukunya juga menggambarkan, bahwa orang
Mesir kuno telah memiliki pengetahuan
penangkal racun, yaitu dengan menghambat laju
penyerapan racun dari saluran’ pencernaan.
Disamping banyak lagi nama besar toksikolog
pada jaman ini, terdapat satu nama yang perlu
mendapat catatan disini, yaitu besar pada jaman
Mesir dan Romawi kuno adalah Pendacious
Dioscorides (A.D. 50), dikenal sebagai bapak
Materia Medika, adalah seorang dokter tentara. Di
dalam bukunya dia mengelompokkan racun dari
tanaman, hewan, dan mineral (Wirasuta dan
Niruri, 2007).
Hal ini membuktikan, bahwa efek
berbahaya (toksik) yang ditimbulkan oleh zat
racun (tokson) telah dikenal oleh manusia sejak
awal perkembangan beradaban manusia.Oleh
manusia efek toksik ini banyak dimanfaatkan
untuk tujuan seperti membunuh atau bunuh
diri.Untuk mencegah keracunan, orang senantiasa
berusaha menemukan dan mengembangkan upaya
pencegahan atau menawarkan racun.Usaha ini
seiring dengan perkembangan toksikologi itu
sendiri. Namun, evaluasi yang lebih kritis
terhadap usaha ini baru dimulai oleh Maimonides
(1135 - 1204) dalam bukunya yang terkenal
“Racun dan Andotumnya”(Wirasuta dan Niruri,
2007).
Sumbangan yang lebih penting bagi
kemajuan toksikologi terjadi dalam abad ke-16
dan sesudahnya. Paracelcius adalah nama samara
dari Philippus Aureolus Theophratus Bombast von
Hohenheim(1493-1541), toksikolog besar yang
pertama kali meletakkan konsep dasar dasar dari
toksikologi. Dalam postulatnya menyatakan
bahwa Semua zat adalah racun dan tidak ada zat
yang tidak beracun, hanya dosis yang
membuatnya menjadi tidak beracun. Pernyataan
ini menjadi dasar bagi konsep hubungan dosis
reseptor dan indeks terapi yang berkembang
dikemudian hari (Wirasuta dan Niruri, 2007).
Matthieu Joseph Bonaventura
Orfiladikenal sebagai bapak toksikologi modern.Ia
adalah orang Spayol yang terlahir di pulau
Minorca, yang hidup antara tahun 1787 sampai
tahun 1853. Pada awak karirnya ia mempelajari
kimia dan matematika, dan selanjutnya
mempelajari ilmu kedokteran di Paris. Dia adalah
orang pertama, yang menjelaskan nilai pentingnya
analisis kimia guna membuktikan bahwa
simtomatologi yang ada berkaitan dengan adanya
zat kimia tertentu di dalam badan.Orfila juga
merancang berbagai metode untuk mendeteksi
racun dan menunjukkan pentingnya analisis kimia
sebagai bukti Hukum pada kasus kematian akibat
keracunan.Orfila bekerja sebagai ahli medicolegal
di Sorbonne di Paris. Orfila memainkan peranan
penting pada kasus La Farge (kasus pembunuhan
dengan arsen) di paris, dengan metode analisis
arsen, ia membuktikan kematian diakibatkan oleh
keracunan arsen. M.J.B. Orfila dikenal sebagai
bapak toksikologi modern karena minatnya
terpusat pada efek tokson, selain itu karena ia
memperkenalkan metodologi kuantitatif ke dalam
studi aksi tokson pada hewan, pendekatan ini
melahirkan suatu bidang toksikologi modern,
yaitu toksikologi forensik. Dalam bukunya
Traitedespoison, terbit pada tahun 1814, dia
membagi racun menjadi enam kelompok yaitu:
corrosives,astringents,acrids,stupefying atau
narcotic,narcoticacid, dan septica atau
putreficants (Wirasuta dan Niruri, 2007).

1.2 Pengertian Toksikologi


Toksikologi merupakan ilmu yang sangat
luas yang mencakup berbagai disiplin ilmu yang
sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi,
Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain.
Disamping itu ilmu ini terus berkembang sejalan
dengan perkembangan ilmu lainnya, dan ini
semua pada gilirannya akan menyulitkan kita
dalam membuat definisi yang singkat dan tepat
mengenai toksikologi. Sebagai contoh, menurut
Ahli Kimia, toksikologi adalah ilmu yang
bersangkutan paut dengan efek dan mekanisme
kerja yang merugikan dari agen kimia terhadap
binatang dan manusia.Sedangkan dari para Ahli
Farmakologi mengartikan toksikologi sebagai
cabang farmakologi yang berhubungan dengan
efek samping zat kimia di dalam sistem biologis
(Masyur, 2002).
Toksikologi juga dapat diartikan sebagai
suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas
tentang racun dan racun dapat didefinisikan
sebagai suatu substansi yang memiliki efek
berbahaya ketika digunakan baik secara sengaja
maupun tidak terhadap organisme hidup.Secara
sederhana dan ringkas, toksikologi dapat
didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan
mekanisme efek berbahaya (efek toksik)
berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup
dan sistem biologik lainnya (Hodgson, 2004).
Menurut Lu (1995), toksikologi
didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan
mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap
makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia
juga membahas penilaian kuantitatif tentang
berat dan kekerapan efek ini sehubungan dengan
terpenjannya makhluk tadi. Penilaian akan
bahaya bahan kimia industri, pencemar
lingkungan, dan bahan lainnya bagi kesehatan
merupakan unsur penting dalam perlindungan
kesehatan pekerja dan anggota masyarakat.

1.3 Kegunaan dan Terapan Toksikologi


Penelitian mendalami tentang efek
toksikan dan mekanismenya itu sangat berguna
untuk menemukan penawar khusus dan upaya
penanggulangan lainnya. Bersama dengan ilmu
lain, toksikologi memberi sumbangan bagi
pengembangan bahan kimia yang lebih aman
untuk digunakan sebagai obat, zat tambahan
makanan, pestisida, dan bahan kimia yang
digunakan dalam industri. Bahkan efek toksik itu
sendiri telah dimanfaatkan untuk mencari
insektisida yang efektif.Anthelmintic,
antimikroba, dan zat-zat yang digunakan dalam
perang kimia (Lu, 1995).
Apabila zat kimia dikatakan beracun atau
toksik, maka kebanyakan diartikan sebagai zat
yang berpotensial memberikan efek berbahaya
terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu
organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa
ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di
reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut,
kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme,
paparan terhadap organisme dan bentuk efek
yang ditimbulkan. Sehingga apabila
menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka
perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi
dimana efek berbahaya itu timbul.Sedangkan
toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat
kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek
berbahaya atau penyimpangan mekanisme
biologi pada suatu organisme (Wirasuta dan
Niruri, 2007).

1.4 Cakupan dan Subdisiplin


Toksikologi modern merupakan bidang
yang didasari oleh multi displin ilmu, ia dengan
dapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu
dasar,guna mempelajari interaksi antara tokson
dan mekanisme biologi yang ditimbulkan (lihat
gambar 1.1). Ilmu toksikologi ditunjang oleh
berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi,
fisika, matematika.Kimia analisis dibutuhkan
untuk mengetahui jumlah tokson yang
melakukan ikatan dengan reseptor sehingga
dapat memberikan efek toksik (Wirasuta dan
Niruri, 2007).
Gambar 1.1: Hubungan Ilmu Dasar dan
Terapan dengan Cabang Ilmu
Toksikologi(Sumber: Loomis, 1978)
Toksikologi sangat luas
cakupannya. Ia menangani penilitian toksisitas
bahan-bahan kimia yang digunakan (1) di bidang
kedokteran untuk tujuan diagnostic, pencegahan,
dan terapeutik, (2) dalam industri makanan
sebagai zat tambahan langsung maupun tak
langsung, (3) dalam pertanian sebagai pestisida,
zat pengatur pertumbuhan, penyerbuk buatan dan
zat tambahan makanan hewan dan (4) dalam
industri kimia sebagai pelarut, komponen, dan
bahan antara bagi plastic serta banyak jenis bahan
kimia lainnya. Di sini juga dipelajari pengaruh
logam (misalnya dalam pertambangan dan tempat
peleburan), produk inyak bumi, kertas dan pulpa,
tumbuhan beracun, dan racun hewan terhadap
kesehatan (Coffman et al, 1998).
Karena bidangnya yang luas, dan agar
berbagai sasaran terpenuhi, toksikologi terbagai
atas sejumlah subdisiplin.Misalnya seseorang
mungkin terpajan secara sengaja maupun tidak
sengaja, pada sejumlah besar toksikan, dan
mengalami keracunan hebat.Kalua identitas
toksikan ini tidak dikenali, toksikologi analitik
dibutuhkan untuk mengenalinya lewat analisis
cairan tubuh, isi lambung, tempat makanan yang
dicurigai, dll. Para praktisi toksikologi klinik akan
memberikan antidotumnya bila ada, untuk
mengatasi toksisitas khusus, dan mengupayakan
tindakan untuk menghilangkan gejala dan
mengeluarkan racun secepatnya dari tubuh.
Masalah hokum dalam kasus ini merupakan tugas
toksikologi forensik (Lu, 1995).
Keracunan mungkin terjadi akibat pejanan
zat beracun di tempat kerja.Ini mungkin
mengakibatkan efek buruk yang akut maupun
kronik.Keduanya merupakan masalah di bidang
toksikologi kerja.Masyarakat umum terpajan
berbagai jenis toksikan lewat udara dan air di
samping lewat makanan yaitu berupa zat
tambahan makanan, pestisida dan
pencemar.Pajanan ini sering sedemikian ringan
sehingga secara akut tidak membahayakan tetapi
dapat memberi efek buruk pada jangka
panjang.Sumber bahan-bahan ini, transpornya,
degradasi dan biokonsentrasinya di lingkungan,
serta pengaruhnya terhadap manusia dibahas
dalam toksikologi lingkungan.Toksikologi hokum
mencoba melindungi masyarakat dengan membuat
undang-undang, peraturan, dan standar yang
membatasi dan melarang penggunaan zat kimia
yang sangat beracun, juga dengan menentukan
syarat penggunaan zat kimia lainnya (Lu, 1995).
Gambaran lengkap tentang efek toksik
sangat penting untuk menetapkan peraturan dan
standar yang baik.Profil semacam itu hanya dapat
ditentukan lewat berbagai jenis penelitian
toksikologi yang relevan, dan ini mebentuk dasar
bagi toksikologi hokum.Bagian mendasar dari
kajian semacam itu disebut toksikologi
konvensional. Di samping itu, pengetahuan
tentang cara kerja, yang dicangkup oleh
toksikologi mekanistik, memperkuat evaluasi
toksikologi dan memberikan dasar bagi cabang-
cabang toksikologi lainnya (Maines ,1997.).

B. Asas Asas Umum Toksikologi


1. Kondisi Efek Toksik
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai
kajian tentang hakikat dan mekanisme efek
berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia
terhadap makhluk hidup dan system biologik
lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian
kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek
tersebut sehubungan dengan terpejannya
(exposed) makhluk tadi Apabila zat kimia
dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan
diartikan sebagai zat yang berpotensial
memberikan efek berbahaya terhadap
mekanisme biologi tertentu pada suatu
organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa
ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di
reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut,
kondisi bioorganisme atau sistem
bioorganisme, paparan terhadap organisme
dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga
apabila menggunakan istilah toksik atau
toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi
mekanisme biologi di mana efekberbahaya itu
timbul.
Kehadiran suatu zat yang berpotensial
toksik di dalam suatu organisme belum tentu
menghasilkan juga keracunan. Misal insektisida
rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak
akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi
manusia, namun pada dosis tersebut memberikan
efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini
disebabkan karena konsentrasi tersebut berada
jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada
manusia. Namun sebaliknya apabila kita terpejan
oleh DDT dalam waktu yang relatif lama,
dimana telah diketahui bahwa sifat DDT yang
sangat sukar terurai di lingkungan dan sangat
lipofil, akan terjadi penyerapan DDT dari
lingkungan ke dalamtubuh dalam waktu relatif
lama. Karena sifat fisiko 3 kimia dari DDT,
mengakibatkan DDT akan terakumulasi
(tertimbun) dalam waktu yang lama di jaringan
lemak. Sehingga apabila batas konsentrasi
toksiknya terlampaui, barulah akan
muncu l efek toksik. Efek atau kerja toksik
seperti ini lebih dikenal dengan efek toksik yang
bersifat kronis
2. Mekanisme Efek Toksik
Mekanisme efek toksik menurut sifat dan tempat
kejadiannya dibagi menjadi 2 yaitu :
A. Intrasel
B. Ekstrasel

A. Mekanisme efek toksik intrasel


Terjadi secara langsung dimana zat beracun
(baik berbentuk zat kimia induk maupun produk
metabolit) akan langsung berinteraksi dengan
dengan target molekuler yang khas maupun tidak
melalui salah satu mekanisme reaksi(misalnya
ikatan kovalen dan substitusi) di dalam sel. Yaitu
membran sel, DNA, protein dan energi.
B. Mekanisme efek toksik ekstrasel
Terjadi tidak secara langsung dimana zat
beracun akan berinteraksi di lingkungan luar sel.
Yaitu sistem syaraf dan sistem imun
Mekanisme luka intrasel bersifat langsung atau
primer. Zat kimia atau metabolitnya masuk pada
sel sasaran dan sebabkan gangguan
sel/organelanya melalui pendesakan, ikatan
kovalen, subtitusi, atau peroksidasi dan lain
sebagainya
3. Wujud Efek Toksik
Merupakan perubahan biokimia, fungsional
atau struktural yang terjadi dalam tubuh. Misal
perubahan struktural berakibat terjd perubahan
biokimia atau fungsi dari sel. Perubahan
biokimia dapat disebabkan perubahan
fungsional.

C. Perubahan Biokimia
Wujud efek toksik berupa perubahan atau
kekacauan biokimia dari sel akibat adanya
antaraksi zat beracun dan tempat aksi yg
sifatnya terbalikan (reversible)
Misal terjadi penghambatan respirasi sel,
perubahan keseimbangan cairan & elektrolit,
dan gangguan hormonal.
 Contoh : sianida menghambat transport
elektron, sehingga menghambat respirasi sel
dan gangguan pasok energy

D. Perubahan Fungsional
Wujud efek toksik yang dapat mempengaruhi
fungsi homeostasis yangg sifatnya terbalikkan
(reversible)
Misal terjadinya anoksia, gangguan
pernafasan, gangguan SSP, hipo/hipertensi,
hiperglikemia, perubahan kontraksi/relaksasi
otot, hipo/hipertermi
 Contoh :
Insektisida organofosfat malation
menyebabkan kejangnya otot-otot pernafasan
sebagai akibat penumpukan asetilkolin yang
berlebihan karena hambatan terhadap enzim
asetilkolinesterase

E. Perubahan structural
Wujud efek toksik yang berkaitan dengan
perubahan morfologi sel sehingga terwujud
sebagai kekacauan struktural.(dapat
reversible/irreversible). Terdapat 3 respon
histopatologi karena adanya luka sel yaitu
degenerasi, proliferasi, inflamasi hati

 Contoh
Tetrasiklin dapat menyebabkan terjadinya
perlemakan hati Aflatoksin dapat sebabkan
nekrosis

4. Sifat Efek Toksik


Sifat efek tosik itu ada 2 jenis yaitu
 reversible (terbalikkan)
 ireversible (tak terbalikkan)
A. Ciri-ciri efek toksik terbalikkan
 Bila zat toksik dalam tempat kerjanya atau
reseptornya habis, maka reseptor akan kembali
ke kedudukan semula
 Efek toksik akan cepat kembali normal
 Ketoksikan sangat bergantung pada dosis,
kecepatan absorbsi, distribusi dan eliminasi zat
racun

B. Ciri-ciri efek toksik takterbalikkan

 Kerusakan bersifat permanen


 Paparan berikutnya akan sebabkan kerusakan yg
sifatnya sama memungkinkan terjadinya
akumulasi efek toksik
 Paparan dengan dosis yg sangat kecil dalam
jangka panjang akan menimbulkan efek toksik
yang sama efektifnya dengan paparan dosis
besar jangka pendek. Ini berarti zat racun sangat
sulit dieliminasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Toksikologi merupakan suatu ilmu penting yang
mempelajari tentang senyawa toksikan, mulai dari efek
toksikan terhadap kesehatan manusia dan cara
menangani efek tersebut. Toksikologi memiliki cakupan
yang sangat luas. Untuk mencapai sasaran, toksikologi
terbagi menjadi beberapa subdisiplin, diantaranya
toksikologi analitik, toksikologi klinik, toksikologi
forensic, toksikologi kerja, toksikologi lingkungan,
toksikologi hokum, toksikologi konvensional dan
toksikologi mekanistik. Dan juga toksikologi memiliki
asas-asas yang patut kita pahami Selama
perkembangannya toksikologi kini menjadi suatu bidang
ilmu yang penting dalam kesehatan manusia dan
memberikan solusi mutakhir dalam berbagai masalah
kesehatan
DAFTAR RUJUKAN

Hodgson, Ernest. 2004. A Textbook of Modern


Toxicology Third Edition. Kanada: John
Wiley & Sons, Inc.
Lu, F. C. 1995. Toksikoogi Dasar: Asas, Organ
Sasaran, dan Penilaian Resiko Edisi Kedua.
Edi Nugroho (Terj). Jakarta: UI-Press.
Mansyur. 2002. Toksikologi: Keamanan, Unsur-
unsur dan Bidang-bidang Toksikologi.
Medan: USU Digital Library.
Yulain, Ariq. 2014. Toksikologi.
http://player.slideplayer.info/download/8/24
23406/hNheh9elk1JVhAn7bPxB9w/156868
5168/2423406.ppt. Diakses pada tanggal 17
September 2019 .
Maines, M.D. (1997), THE HEME OXYGENASE
SYSTEM : A Regulator of Second Messenger
Gases. Annu. Rev. Pharmacol. Toxicol. (37),
517-554.
Coffman, B.L., King, C.D., Rios, G.R. Und Tephly,
T.R. 1998. The Glucuronidation of opioids,
other xenobiotics and androgens by human
UGT2B7Y (268) and UGT2B7H (268). Drug
Metab. Dispos. 26: 73-77.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai