Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI ADIKSI

“ADIKSI ALKOHOL”

Dosen pengampu :
Elrisfa Magistarina S.Psi., M.Sc.

Disusun oleh :
Nella Setriawati (17011041)
Atikah Salma (17011087)
Mega Mutia (17011164)
Tria Pratiwi (17011199)
Resty Audina (17011298)
Windy An-nisa’ (17011323)
Wira Santika (17011074)

Jurusan Psikologi
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Konsumsi alkohol di kalangan pemuda adalah masalah kesehatan
serius, minum alkohol berdampak negatif bagi kesehatan dan sosial di
masyarakat. Individu yang sudah sampai pada fase penyalahgunaan
dan ketergantungan miras dapat berperilaku anti sosial seperti mencuri, suka
berkelahi dan marah-marah, acuh dan apatis terhadap permasalahan dan
kondisi sosialnya, hingga berdampak bagi kesehatannya yaitu mengalami
gangguan perkembangan otak, bunuh diri dan depresi, kehilangan memori,
risiko tinggi terhadap perilaku seksual, kecanduan, pengambilan keputusan
terganggu, prestasi akademis yang buruk, kekerasan, dan kecelakaan
kendaraan bermotor (cedera dan kematian), (Dariyo, 2004). Dampak lain
adalah psikoneurologis yaitu pengaruh kecanduan, imsonia, depresi,
gangguan kejiwaaan, serta dapat merusak jaringan otak secara permanen
sehingga menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian,
kemampuan belajar, dan gangguan neurosis lainnya, serta dampak sosial.
Dampak minuman beralkohol yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alkohol?
2. Apa perilaku-perilaku yang disebabkan penggunaan alkohol?
3. Bagaimana teknik intervensi untuk adiksi alkohol?

C. Tujuan penelitian
1. Agar mengetahui definisi dari alkohol.
2. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku yang disebabkan dari penggunaan
alcohol.
3. Mengetahui intervensi apa saja yang dapat dilakukan oleh pengguna
alkohol.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ALKOHOL
Alkohol adalah golongan senyawa kimia alifatik yang mempunyai
satu gugusan –OH. Golongan alkohol banyak digunakan sebagai
pelarut dan jenis alkohol yang sering dijumpai adalah metanol, etanol,
dan isopropanol. Minuman beralkohol dengan alkohol adalah dua hal
yang berbeda. Alkohol dalam bentuk murni (alkohol 100%) tidak dapat
dikonsumsi karena dapat menyebabkan kematian. Jenis alkohol yang biasa
terkandung dalam minuman beralkohol bisa diproduksi dari proses
fermentasi. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung
alkohol atau etanol (C2H5OH) yang dibuat secara fermentasi dari
jenis bahan baku nabati yang mengandung karbohidrat, seperti biji-bijian,
buah-buahan, nira atau yang dibuat dengan cara distilasi/penyulingan hasil
fermentasi.

Dengan demikian, senyawa alkohol yang biasa digunakan dalam


minuman beralkohol adalah etanol (C2H5OH). Etanol atau etil
alkohol, digunakan untuk pelarut, antiseptik, campuran obat batuk,
anggur obat, dalam minuman keras, dan minuman lain yang mengandung
alkohol (Irianto, 2014)Alkohol dianggap sebagai depressant (depresan karena
bahan utamanya adalah etanol, yang memiliki beberapa efek pada aktivitas
saraf otak, seperti meningkatkan pelepasan dopamin di otak , juga dikenal
sebagai hormon bahagia yang dapat merangsang produksi endorphin morfin
alami di otak yang menciptakan efek relaksasi.(Kalat, 2009)

Pada dosis moderat, peminum alkohol mengalami berbagai tingkat


hendaya kognitif, perseptual, verbal, motorik,serta hilangnya kontrol sosial
yang mengakibatkan tindakan yang secara sosial tidak bisa diterima. Dosis
tinggi dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, dan bila kadarnya di darah
mencapai 0,5 % ada resiko kematian. Rona wajah kemerah-merahan akibat
toksikasi alkohol yang disebabkan oleh dilation (pelebaran)pembuluh darah
dikulit. Alkohol juga bersifat dereutik, yakni meningkatkan prosuksi urin oleh
ginjal. Alkohol juga seperti obat adiktif lainya yakni menghasilkan toleransi
maupun ketergantungan fisik.(Pinel, 2009)

1. Penggolongan minuman beralkohol


Menurut Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013, Minuman
Beralkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau
etanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi
atau fermentasi tanpa destilasi. Minuman beralkohol yang
berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor dikelompokan
dalam golongan sebagai berikut:

2
a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman yang
mengandung etil alkohol atau etanol dengan kadar sampai
dengan 5% (lima persen);
b. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman yang
mengandung etil alkohol atau etanol dengan kadar lebih dari 5%
(lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen);
c. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman yang
mengandung etil alkohol atau etanol dengan kadar lebih dari
20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh
lima persen).

Jenis minuman keras (minuman beralkohol) ada berbagai macam, di


antaranya: (Kemenkes, 2015: 6):

a. Brandy, disuling dari fermentasi air buah dan penambahan karamel


yang kemudian disimpan dalam tong kayu kecil.
b. Whisky, dibuat melalui proses penyulingan dari jus yang telah
difrementasi dari biji-bijian seperti jagung dan gandum.
c. Rum adalah minuman yang disuling dari fermentasi sirop gula
atau air tebu selama paling tidak 3 tahun. Sedangkan sebagai
pewarnanya, kadang-kadang digunakan karamel.
d. Wine, terbuat berbagai macam jenis buah- buahan (anggur, peach,
plum atau aprikot) . Sebagian besar wine dihasilkan dari anggur.
e. Bir, dibuat dari proses fermentasi, campuran cairan yang
disebut wort, disiapkan dengan menggabungkan ragi dan
biji-bijian seperti jagung, gandum, dan gandum hitam. Fermentasi
dari campuran cairan ini menghasilkan alkohol dan CO2.
Fermentasi cairan ini dihentikan sebelum selesai untuk batas
kandungan alkohol. Alkohol yang dihasilkan disebut sebagai
bir yang kandungan alkoholnya 4–8% alkohol.

Selain itu, ada juga komponen-komponen lain yang umumnya


digunakan untuk bahan industri namun digunakan sebagai bahan
minuman keras yang dikenal dengan istilah oplosan, di antaranya
aseton, spritus, dan lain-lain. Secara patofisiologi, jika seseorang untuk
pertama kalinya mengonsumsi minuman beralkohol, walau jumlah yang
masuk ke dalam tubuh masih sedikit, alkohol tersebut tetap akan
memberikan efek pada otak dan tubuh. Oplosan merupakan minuman
keras yang paling berbahaya bagi kesehatan, karena selain kadar
alkohol yang tidak terkontrol, hasil akhir cerna dalam tubuh juga
akan berubah menjadi formaldehyd yang beracun, pada akhirnya
dapat menyebabkan kebutaan meskipun diminum dalam jumlah kecil.
Oplosan mengandung senyawa metanol atau methyl etanol (CH3OH) yang
biasanya digunakan dalam pelarut untuk industri, pembersih/penghapus cat
dan fotokopi (Kemenkes, 2015:12).

3
2. Pengaturan Mengonsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia
Di Indonesia sampai saat ini belum ada pengaturan terkait
konsumsi minuman beralkohol secara menyeluruh. Pengaturan
tentang mengonsumsi minuman beralkohol sampai saat ini
masih tersebar mulai dari tingkat peraturan
perundang-undangan sampai pada peraturan daerah. Selain itu,
peraturan yang ada tersebut belum mengatur konsumsi
minuman beralkohol secara spesifk dan komprehensif mulai
dari produksi, peredaran sampai pengonsumsian beserta upaya
perlindungan dari efek negatif minuman beralkohol. Peraturan
perundang-undangan terkait konsumsi minuman beralkohol yang
ada sampai saat ini antara lain, peraturan yang berkaitan
dengan larangan minuman beralkohol, peraturan yang terkait dengan
investasi industri, izin usaha, minuman beralkohol, pengenaan cukai,
tindak kriminal sebagai efek dari mengonsumsi minuman beralkohol,
dan Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur minuman beralkohol.

B. PERILAKU PENGGUNAAN ALKOHOL


1. Perilaku agresif
Taylor, peplau, sears (2009) perilaku agresif merupakan problem
utama manusia. Kejahatan seorang individu dan kekerasan skala besar
sama – sama dapat membahayakan orang lain dan masyarakat pada
umumnya. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
agresif adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk melukai baik itu secara
verbal dan nonverbal terhadap individu lain yang di sengaja sehingga dapat
merugikan orang lain.
Perilaku agresif adalah perilaku yang disebabkan karena kemarahan
yang memuncak dan tindakan yang dilakukan dapat merugikan diri sendiri
ataupun orang lain yang bersifat menyerang ataupun mengintimidasi.
Agresif sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi,
melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain.
Faktor internal meliputi persepsi negatif ketika melihat senjata dan
alcohol. Senjata yang ditemui atau dilihat dalam gambar dapat
menimbulkan persepsi negative yang mendorong timbulnya perilaku
agresif. Selain itu, faktor internal yang mempengaruhi perilaku agresif
adalah kemarahan, kebencian yang tersimpan serta kebiasaan perilaku
agresif.

4
Faktor eksternal terdiri dari crowding, kebisingan, dan polusi udara.
Crowding merupakan kepadatan ruangan sebagai tempat yang tidak
menyenangkan yang dipengaruhi pengalaman subjektif. Perilaku agresif ini
berdampak negatif karena sulit terkontrol oleh individu. Selain faktor diatas
faktor yang mempengaruhi perilaku agresif individu adalah faktor frustrasi.
Frustrasi disebabkan karena seorang individu tidak mampu untuk
mengendalikan kekecewaan dan amarahnya akibat harapan dan tujuan tidak
tercapai. Seseorang yang mengalami frustrasi lebih suka menyalahkan
orang lain karena kemarahanya . Rasa frustrasi yang dialami individu akan
menimbulkan perilaku agresif dan perilaku tersebut akan dilampiaskan
melalui perilaku-perilaku tertentu yang banyak merugikan orang lain
ataupun individu itu sendiri.
Perilaku agresif dari alkoholik lebih cepat muncul karena terdapat
rangsangan-rangsangan dari lingkunganya untuk bertindak agresif .
Seseorang alkoholik tidak hanya melakukan perilaku agresif terhadap orang
lain, melainkan juga terhadap diri sendiri karena sering merasa bersalah
pada diri sendiri. Individu akan terlalu sering menyalahkan dirinya sendiri
dengan kegagalan yang sedang dialami, sehingga individu merasa tidak
berarti lagi. Kecanduan alkohol dapat menjadi salah satu penyebab
seseorang bunuh diri. Pada awalnya, konsumsi alkohol dilakukan untuk
menghilangkan perasaan tertekan dan frustrasi yang dialami. Namun lama
kelamaan timbul perasaan bersalah yang memperburuk perasaan tertekan
dan frustrasi . dapat disimpulkan bahwa seorang pecandu alkohol yang
cenderung penyendiri memiliki kecenderungan untuk menyalahkan diri
sendiri dan melakukan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
Mengkonsumsi minuman beralkohol dengan tujuan menghilangkan rasa
frustrasinya dapat menyebabkan ketergantungan secara fisik atau pun
psikologis. Ketergantungan secara fisik menyebabkan rasa tidak
menyenangkan ketika berhenti mengkonsumsi. Ketergantungan secara
psikologis menyebabkan rasa tidak nyaman dan stress maka
pengkonsumsian alkohol akan terus diulang-ulang. Seorang individu yang
mengalami frustrasi cenderung melakukan tindakan agresif terhadap
seseorang baik secara verbal ataupun non verbal. Seseorang yang memiliki
tipe kepribadian tertentu yang kurang mampu untuk mengendalikan amarah

5
dan agresinya memiliki peluang yang besar untuk melakukan tindakan
agresi fisik (O'Leary, 2008). Perilaku agresif yang muncul pada pecandu
alkohol beraneka ragam , alkoholik laki-laki lebih berperilaku agresif secara
fisik, namun perempuan cenderung untuk berperilaku agresif secara verbal.
Perilaku agresif dilakukan secara verbal ataupun non verbal. Faktor
yang mempengaruhi perilaku agresif adalah frustrasi, menggkonsumsi
minuman beralkohol, lingkungan dan sebagainya. Pengkonsumsian
minuman beralkohol yang tak terkontrol dapat menyebabkan hilangnya
kontrol atas perilaku harus dihentikan. Selama ini belum ada deskripsi
tentang perilaku agresif pada pecandu alkohol. Beradasarkan uraian diatas
maka peneliti ingin menemukan, memahami dan mendeskripskan perilaku
agresif pada pecandu alkohol. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana
perilaku agresi pada pecandu alkohol. Adapun tujuan penelitian ini adalah
mengungkap dan mendeskripsikan perilaku agresif pada pecandu alkohol.
Informasi tentang jenis perilaku agresif sangat diperlukan untuk
menghindarkan orang-orang di sekitar dari tindak kekerasan yang dilakukan
oleh pencandu alkohol.
Pecandu alkohol menjelaskan bahwa alkoholisme adalah suatu
perilaku atau kekacauan dan rusaknya kepribadian disebabkan oleh perilaku
atau nafsu minum yang kompulsif sifatnya. bahwa hal tersebut terjadi
karena individu meminum minuman yang memiliki kadar alkohol yang
sangat tinggi (terlalu banyak) dan dijadikan suatu kebiasaan.
Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka seseorang akan
menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi
depresi. Psikosa alkoholik (alcoholic psychosis) adalah suatu penyakit
mental parah yang ditandai dengan adanya peradangan kronis atau akut di
otak, hadirnya delirium, halusinasi-halusinasi, adanya kerusakan pada daya
ingat atau memori, dan individu akan mengalami kemunduran umum dalam
daya pertimbangan, hal tersebut dapat terjadi jika individu benar-benar
menjadi seorang alkoholik yang kronis (Chaplin, 2000). Jika dikonsumsi
dalam jumlah yang kecil, alkohol dapat menimbulkan perasaan releks, dan
pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosinya, seperti rasa
senang, sedih ataupun marah .

6
Menurut penelitian di Amerika Serikat terhadap para narapidana, 80%
diantaranya melakukan tindak kejahatan dibawah pengaruh menuman keras
beralkohol. Hal ini disebabkan karena pengaruh alkohol pusat pendidikan
diri seseorang sehingga yang bersangkutan menjadi agresi.
a. Efek akut utama dari konsumsi alkohol (etanol) adalah peningkatan
jumlah NADH yang merupakan konsekuensi dari reaksi ADH untuk
menghasilkan asetal dehid dan ALDH untuk mengkonversi asetal dehid
menjadi asetat.
b. Efek akut yang lain adalah pembentukan senyawa adduct oleh asetal
dehida dengan protein, asam nukleat dan senyawa lainnya yang
mengakibatkan gangguan aktivitas pada senyawa yang tersebut. Selain
itu efek akut akibat metabolisme etanol adalah defisit oksigen (hipoksia)
di hati dan pembentukan molekul yang mengandung oksigen sangat
reaktif (spesies oksigen reaktif, ROS) yang dapat merusak komponen
sel lainnya. Alkohol (etanol) yang masuk ke dalam tubuh akan
mengalami serangkaian proses biokimia. Etanol yang dikomsumsi 90%
diantaranya akan dimetabolisme oleh tubuh terutama di hati.
Metabolisme etanol di hati menghasilkan penigkatan jumlah
nikotinamid adenine dinokleotida dehydrogenase(NADH) sitosolik dan
mitokondria yang menyebabkan gangguan pada proses metabolisme
normal di hati. Etanol akan dioksidasi akibat mekanisme reaksi alcohol
dehydrogenase (ADH) di sitosol menjadi asetaldehid yang bersifat
toksik. Didalam mitokondria, asetal dehid akan dioksidasi oleh
aldehyde dehydrogenase (ALDH) menjadi asetat. Kelebihan asetat ini
diubah menjadi asetil-KoA melalui aksi asetil-CoAsintetase
mitokondria dan sitoplasma. Asetil-KoA kemudian dikonversi menjadi
asam lemak. Peningkatan trigliserida di dalam hati kemudian
dikeluarkan hingga ke pembuluh darah sehingga menyebabkan
penumpukan trigliserida di dalam pembuluh darah.

2. Penyakit yang ditimbulkan dari efek alkolhol

7
1. Depresi
Menenggak minuman beralkohol hanya akan membuat perasaan
lebih baik di awal saja. Namun, tubuh akan memecah zat kimia yang ada
dalam alkohol. Hal ini membuat kestabilan neurontransmiter dalam otak
terganggu. Menurut National Institute on Alcohol Abuse and
Alcoholism (NIAAA), dalam jangka pendek alkohol memberikan
penurunan suasana hati. Seiring waktu, hal itu menyebabkan sel-sel otak
menyusut dan memicu masalah seperti depresi.
2. Kegemukan
Studi menunjukkan, asupan alkohol yang terlalu banyak dapat
meningkatkan faktor risiko obesitas. Karena, alkohol merupakan
sumber kalori yang sangat tinggi. Terkadang, ketika mengonsumsi
alkohol, orang tidak mengurangi asupan makanan. Ini karena alkohol
dapat mendorong Anda untuk makan lebih banyak.
3. Kehilangan memori dan demensia
Kacaunya otak juga bisa membuat Anda kehilangan ingatan jangka
pendek, serta masalah kognitif jangka panjang, termasuk demensia.
Sebuah penelitian di Perancis menemukan, dari 1 juta lebih orang
dewasa yang mengalami kasus demensia, 57 ribunya terkait dengan
konsumsi alkohol yang berlebihan.
4. Lemak di liver
Tugas hati atau liver adalah memetabolisme nutrisi dari makanan
atau minuman yang dikonsumsi. Terlalu banyak minum alkohol
membebani hati. "Kelebihan lemak disimpan dalam sel-sel hati. Mereka
terakumulasi untuk membentuk hati yang berlemak," kata Robert
Duhaney, MD, seorang internis di Amerika Serikat. Semua lemak
berlebih ini, meningkatkan risiko terkena hepatitis alkohol. Selain itu,
bisa menyebabkan sirosis dan membuat hati tidak bisa melakukan
fungsinya.
5. Stroke
Sekalipun hati Anda sehat, konsumsi alkohol berlebih tetap bisa
menyebabkan stroke. Sebuah studi menemukan, pria yang
mengonsumsi lebih dari 6 kali dalam sehari, atau wanita yang minum

8
lebih dari 4 kali, memiliki risiko stroke hampir 40 persen lebih tinggi,
dibanding mereka yang tidak pernah minum alkohol.

C. TEKNIK INTERVENSI ADIKSI ALKOHOL


Berikut ini adalah beberapa teknik intervensi yang digunakan dalam
penanganan adiksi alkohol, yaitu :
1. Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
Zainuddin (2009) sebagai penemu SEFT mengatakan SEFT sebagai
sebuah teknik terapi berbasis energy psychology and spiritualitas power
dimana penggunanya melakukan sejumlah ketukan pada titik-titik
merindian tubuh di sepanjang jalur merindian tubuh sambil melakukan doa
pada sang pencipta
Hakam dkk., (2009) mengatakan SEFT merupakan teknik
penggabungan dari terapi sistem energi tubuh dan spiritualitas. Stimulasi
titik energi tubuh dilakukan dengan menggunakan metode tapping pada
titik tertentu pada tubuh sambil berdoa yang disertai sikap pasrah kepada
Tuhan.
Pada saat tapping terjadi peningkatan proses perjalanan
sinyal-sinyal neurotransmitter yang menurunkan regulasi
hipotalamic-pitutiary-adrenal axis(HPA axis) sehingga mengurangi
produksi hormon stres yaitu kortisol. Sedangkan untuk orang yang berdoa
memiliki kondisi psikologis yang baik.
2. Intervensi Pencegahan dan Penanggulangan Penggunaan NAZA
(Narkotika, Alkohol, Zat Adiktif) Melalui Proses Belajar
Kegiatan diawali dengan melakukan pre-test terhadap subjek,
kemudian dilakukan detoksifikasi pada para pengguna NAZA, selanjutnya
ceramah dan tanya jawab oleh dokter, psikolog, pemuka agama, dan
pekerja sosial yang membahas mengenai penyalahgunaan NAZA dari
sudut pandang profesi masing-masing. Selanjutnya penayangan video
yang menggmabarkan pengalaman penggunan NAZA. Langkah
berikutnya dilakukan diskusi kelompok dan diakhiri dengan post-test.
Tujuan dari pre-test dan post-test adalah untuk melihat pengaruh proses
pembelajaran menggunakan vicarious reinforcement.

9
3. Teknik Terapi Cognitive Behavior Therapy
Aaron T. Beck (1964) mengatakan CBT merupakan pendekatan
konseling yang dirancang untuk menyelesaikan pemasalahan konseli pada
saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang
menyimpang. Proses konseling didasarkan pada konseptualisasi
ataupemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli.
Harapan dari CBT yaitu munculnya restrukturisasi kognitif yang
menyimpang dan sistem kepercayaan untuk membawa perubahan emosi
dan perilaku ke arah yang lebih baik.
4. Teknik Thought Stopping
Menurut Bakker teknik thougth stopping merujuk pada sekolompok
prosedur yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar
bisa memblokir secara kognitif serangkaian tanggapan yang diterima.
Teknik ini merupakan salah satu contoh dari teknik CBT yang digunakan
untuk membantu konseli mengubah proses berpikir. Teknik ini
dimaksudkan karena pikiran yang negatif dapat menyebabkan adanya
perilaku yang negatif sehingga perlu adanya penghentian pikiran negatif
dari konseli/klien.
5. Detoksifikasi Racun
Detoksifikasi racun adalah salah satu cara yang wajib dilakukan
dalam penanganan kecanduan. Membersihkan racun dari alkohol
membantu pasien untuk menghilangkan halangan terbesar dari
kecanduannya. Teknik dilakukan dengan cara penghentian asupan alkohol
secara tiba-tiba, proses ini sering digabungkan dengan substitusi
obat-obatan yang toleran silang dan memiliki efek mirip dengan efek
alkohol untuk mencegah penarikan alkohol. Kelompok obat yan paling
umum digunakan untuk detoksifikasi ini adalah Benzodiazepin.
6. Tempat Rehabilitasi
Setelah proses detoksifikasi selesai maka langkah selanjutnya adalah
memulai rehabilitasi. Rehabilitasi dilengkapi sesi terapi dan workshop
untuk mengetahu akar permasalahan terjadinya alkolohisme dan dengan
adanya tempat rehabilitasi akan memfokuskan pasien untuk mengatasi
kecanduannya dan menghindarkan pasien dari pengaruh luar untuk

10
sementara waktu yang dapat memunculkan perilaku kecanduaannya
kembali.
7. Tempat Pemulihan Jangka Panjang
Untuk pasien yang menderita kecanduan dalam konteks yang sangat
parah, maka diperlukan tempat pemulihan jangka panjang yang akan
memberikan mereka konseling, terapi yang berkelanjutan dan
mengajarkan sudut pandang baru tentang dunia tanpa alkohol. Tempat
pemulihan seperti ini biasanya ditujukan untuk orang-orang yang
menderita kecanduan selama bertahun-tahun.
8. Rawat Jalan
Rawat jalan ditujukan kepada pasien yang sudah tidak terlalu
membutuhkan banyak penanganan khusus terhadap adiksinya dan tahap
ini bisa diaplikasikan kepada pasien yang ingin memulai hidup barunya
secara normal. Walaupun sudah tidak dirawat secara medis, pasien masih
harus melakukan konsultasi dengan terapis setidaknya enam minggu sekali
untuk mengontrol perkembangan pasien.

11
LAPORAN HASIL WAWANCARA

A. Identitas
Nama : TN
Umur : 26 Tahun
Jenis kelamin : Laki –laki

B. Hasil Wawancara
Wawancara kami lakukan kepada salah seorang mantan pecandu alcohol
yang bernama TN dengan usia 26 tahun. Beliau adalah salah satu mantan
residivis dan mantan pasien rehabilitasi di salah satu kota Depok. Baru satu
tahun belakangan TN memilih pindah ke Padang untuk berkumpul kembali
bersama keluarga.
Status praesens ketika pertama bertemu dengan TN sama sekali tidak
menandakan bahwa TN adalah mantan pecandu alcohol, karna beliau memiliki
badan tinggi dan cukup berisi,penampilan rapi dengan kemeja hitam dan sepatu
wing tip, Kulit bersih serta mata berbinar, jauh sekali dari kesan alcoholic.
Ketika dilakukan wawancara TN tampak terbuka sekali dengan cerita
kehidupannya. TN mengaku menggunakan alcohol sejak usia 10 tahun. Awal
mulanya pada usia 8 tahun ia dibawa merantau orang tuanya dari kota padang
ke Depok, sehingga telah terbiasa dengan kehidupan keras disana. Lingkungan
sekelilingnya atau tetangganya setiap malam sering mengkonsumsi alcohol,
dan TN mengaku ia ditawari oleh tetangganya setiap malam. Ini berlangsung
sampai TN berusia 13 tahun. Lalu berlanjut usianya ia mulai mencoba berbagai
jenis minuman alcohol bersama teman teman sepermainannya dengan harga
yang murah. Pada usia 18 tahun karan kebiasaannya mengkonsumsi alcohol dan
menuntutnya untuk terus membeli, TN pernah tertangkap oleh pihak kepolisian
dalam kasus pencurian motor. TN mengaku mencuri motor untuk dijual dan
hasilnya untuk pesta miras. Pada usia 22 tahun hal itu kembali terulang, namun
kali ini yang dicuri adalah kambing tetangga.
Ketika usia 23 tahun pula setelah ia keluar dari penjara TN kembali lagi
dengan kebiasaan meminum miras, namun kali ini miras yang diminumnya
adalah miras oplosan yang akhirnya membuat ia overdosis( untung saja masih
selamat, ungkapnya). Dan berkat hal ini membuat TN dibawa ke panti

12
rehabilitasi, disana ia mendapat perawatan baik kognitif(CBT) maupun
obat-obatan. Beliau mendapat perawatan selama 8 bulan lamanya sampai
benar-benar bersih.

13
BAB III
PENUTUP

Ketergantungan miras dapat berperilaku anti sosial seperti mencuri, suka


berkelahi dan marah-marah, acuh dan apatis terhadap permasalahan dan
kondisi sosialnya, hingga berdampak bagi kesehatannya yaitu mengalami
gangguan perkembangan otak, bunuh diri dan depresi, kehilangan memori,
risiko tinggi terhadap perilaku seksual, kecanduan, pengambilan keputusan
terganggu, prestasi akademis yang buruk, kekerasan, dan kecelakaan
kendaraan bermotor.
Dampak lain adalah psikoneurologis yaitu pengaruh kecanduan,
imsonia, depresi, gangguan kejiwaaan, serta dapat merusak jaringan otak
secara permanen sehingga menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan
penilaian, kemampuan belajar, dan gangguan neurosis lainnya, serta dampak
sosial. Dampak minuman beralkohol yang berlebihan dapat membahayakan
kesehatan.

14
DAFTAR REFERENSI

Budi, P. F. (2018). Pengaruh terapi SEFT dan terapi keagamaan untuk menurunkan
kecanduan alkohol pada remaja di kalangan karangtaruna desa ngijo, tasikmadu
karanganyar (unpublished undergraduate thesis). Institut Agama Islam Surakarta

Irianto, Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Kalat,W. J.,(2009) Biopsikologi. (edisi ke-9). Jakarta: Salemba Humanika

Lestari, T.R.P., (2016). Menyoal persoalan pengaturan konsumsi minuman beralkohol

di Indonesia. 7(2) 127- 141 http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/

O'Leary, H. M. (2008). Problem Drinking, Jealousy, and Anger Control: Variables


Predicting Physical Aggression Against a Partner. jurnal of family violence,
141-148.

Pinel, John.P.,(2009) Biopsikologi. (Edisi ke-7 Terjemahan).Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

Supraptiningsih, E. (2004). Upaya intervensi pencegahan dan penanggulangan


penyalahgunaan NAZA (narkotika, alkohol, dan zat adiktif) pada remaja melalui
proses belajar. Mimbau, XX (2), 164-178

Taylor. S. E., Peplau. L. A., Sears. D.O. (2009). psikologi sosial. JAKARTA: Kencana.

15

Anda mungkin juga menyukai