Anda di halaman 1dari 9

Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002, air minum


adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum meliputi :

1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga

2. Air yang didistribusikan melalui tangki air

3. Air kemasan

4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada
masyarakat Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting.

Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap hidup
air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi
dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun,
agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis
(Suriawiria, 1996).

Menurut Slamet (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna, tidak berasa,
dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah
fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis.
Selain itu kebutuhan kualitas dan kuantitas air masyarakat harus dipenuhi untuk memenuhi
syarat hidup sehat.

2.2 Sumber Air Minum

Menurut Chandra (2007), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus
berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang bersih dan
aman tersebut antara lain :

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.


c. Tidak berasa dan tidak berbau.

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen


Kesehatan

Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-sumber air dapat
dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2003):

1. Air Hujan Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni.
Walau pada saat prestipasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer
dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon dioksida,
nitrogen dan amonia. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah
pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih
banyak mengandung kotoran.

2. Air Permukaan Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai,
danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar dari air hujan yang
jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh
tanah, sampah maupun lainnya. Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan
berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih
dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.

3. Air Tanah Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses
filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam
perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni
dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena
berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat
tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.

4. Mata Air Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku,
karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga
belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah
terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.
2.3. Syarat Kualitas Air Minum

Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik kualitas dan
kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi persyaratan
kuantitas apabila air tersebut mencukupi semua kebutuhan keluarga baik sebagai air minum
maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya. Sedangkan air yang memenuhi persyaratan
kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002,
secara garis besar dapat digolongkan dengan empat syarat :

1. Syarat Fisik Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau,
tidak berwarna (maksimal 15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), dan suhu udara
maksimal ± 30C dari udara sekitar.

2. Syarat Kimia Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung zat-zat organik
dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimum dan minimum
(6,5 –8,5). Nilai ambang batas pH untuk air minum sesuai dengan Permenkes No
492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 6,5 – 8,5. Air dengan pH rendah (8,5) berupa basa. Air
tersebut tidak terlalu berdampak buruk pada kesehatan, akan tetapi dapat menimbulkan
masalah berupa rasa basa pada air dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan.

3. Syarat Bakteriologis Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan
kontaminasi Escherechia coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum.
Keberadaan E. coli dalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya kontaminasi tinja
manusia.

4. Syarat Radioaktif Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari
kemungkinan terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan.

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi


beberapa golongan menurut peruntukannya, antara lain :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. Syarat – syarat air minum adalah,
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Air minum juga seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah
fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Pada
hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan
air (Slamet, 2004).

2.4 Manfaat Mineral Dalam Air Minum

Mengonsumsi air putih yang sehat dan kaya mineral akan membuat nutrisi dan
vitamin mudah diserap oleh tubuh lewat aliran darah. Ini yang akan membuat energi cepat
pulih dan bugar. Apabila konsumsi air kurang, penyerapan vitamin dan nutrisi dalam tubuh
akan terhambat. Akibatnya, tubuh akan menjadi lemah dan daya tahan tubuh akan menurun
(Muyosaro, 2012).

Kandungan mineral yang tinggi dalam air minum sangat mempengaruhi penyerapan
zat essensial dan zat non essensial. Jika kandungan zat essensial misalnya kalsium, kalium,
dan magnesium yang diperlukan tinggi, maka penyerapan non essensial akan sedikit atau
bahkan tidak ada, dan akhirnya akan diekskresi dari tubuh (Silalahi, 2011).

Air demineral merupakan air yang mengandung sedikit mineral atau tanpa mineral.
Air demineral tanpa penambahan mineral tidak dapat digunakan sebagai air minum karena
sangat reaktif terhadap wadah atau pipa penyalur yang terbuat dari logam, tidak memberi
rasa, dan tidak mengandung mineral tertentu yang diperlukan tubuh. Air rendah mineral
berdampak negatif terhadap mekanisme homeostatis yang menyangkut metabolisme mineral
dan air dalam tubuh. Merangsang diuresis sehingga menambah ekskresi dari ion-ion intradan
ekstraselluler dari tubuh yang selanjutnya mempengaruhi proses fisiologis dalam tubuh. Jika
air rendah mineral diminum, usus akan memberikan mineral ke air ini yang diambil dari
cadangan dalam tubuh, dikeluarkan bersama mineral dari tubuh. Jadi air rendah mineral akan
mengencerkan mineral yang terlarut dalam cairan tubuh, sehingga tubuh kekurangan mineral.
Gejala mungkin tidak akan kelihatan dalam waktu yang lama tetapi efek akut dapat terjadi
jika mengonsumsi air destilat dalam jumlah yang banyak sesudah latihan fisik yang berat,
efek hiponatremia yang akut bisa terjadi. Garam akan terkuras dari tubuh karena pengaruh air
minum rendah total dissolved solid (TDS) (50 mg/L), dan sebaiknya minimal 100 mg/L.
Beberapa penelitian juga menunjukan air dengan konsentrasi kalsium dan kalium yang
rendah dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan kanker (Kozisek, 2005).

2.4.1 Kalsium

Kalsium diperlukan semua sel. Kalsium di dalam tubuh 99% berada sebagai penopang
struktur di dalam tulang dan gigi. Kalsium adalah mineral yang paling besar jumlahnya,
sebanyak 40% sekitar (1,2 kg) dari semua mineral di dalam tubuh. Kalsium terdapat dalam
sirkulasi darah untuk memenuhi kebutuhan sel (Silalahi, 2011).

Penyerapan kalsium terjadi terutama di bagian atas usus kecil, karena kalsium
memerlukan pH di bawah 6 agar tetap dalam keadaan ionik (Ca+2) dalam larutan. Manusia
menyerap sekitar 25% kalsium dari makanan yang dimakan. Namun ketika tubuh
membutuhkan ekstra kalsium seperti selama pada masa bayi dan kehamilan penyerapan bisa
mencapai setinggi 60%. Orang muda cenderung menyerap kalsium lebih baik daripada orang
tua, terutama pada umur lebih 70 tahun (Most, 2007).

Kalsium berfungsi dalam perkembangan dan pemeliharaan tulang, proses pembekuan


darah, kontraksi otot, transmissi impuls syaraf dan metabolisme sel. Kadar kalsium yang
rendah di dalam darah dikompensasi dengan menarik kalsium dari tulang untuk memenuhi
jumlah kalsium untuk mempertahankan fungsi jantung dan otot bekerja. Asupan kalsium
yang rendah juga dapat menyebabkan hipertensi dan menambah resiko penyakit kanker
seperti kanker kolon (Silalahi, 2011).

Penyakit yang paling umum disebabkan defisiensi kalisum adalah osteoporesis, tapi
tidak hanya kalsium yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang. Untuk mencegah
kalsium dalam darah rendah, tubuh menarik kembali kalsium dari tulang. Tindakan ini untuk
mempertahankan fungsi yang sangat membutuhkan kalsium, seperti kerja jantung dan otot.
Batas maksimum kalsium adalah 2500 mg/hari berdasarkan pertimbangan resiko
pembentukan batu ginjal (Most, 2007).
2.4.2 Kalium

Kalium terutama terdapat di dalam sel, sebanyak 95% kalium berada di dalam cairan
intraseluler. Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta keseimbangan asam basa (Almatsier, 2004).

Asupan yang dianjurkan bagi orang dewasa adalah 4700 mg/hari. Sama seperti
natrium, kalium juga elektrolit utama di dalam cairan tubuh, tetapi tidak menaikkan tekanan
darah justru menurunkan tekanan darah. Kebanyakan kalium terdapat di dalam sel walupun
ada sedikit dalam aliran darah. Sebagaimana natrium, keseimbangan kalium terjadi melalui
retensi atau ekskresi melalui ginjal. Kalium berfungsi seperti natrium untuk keseimbangan
cairan dan penerus impuls syaraf. Juga berperan dalam kontrasksi otot (Silalahi, 2011).

Kadar kalium rendah di dalam darah dapat mengancam hidup. Gejalanya meliputi
hilang selera, kejang otot, konstipasi, kebingungan, peningkatan ekskresi kalsium dari urin
dan akhirnya, denyut jantung tidak teratur dan menurunkan kemampuan memompa darah
(Silalahi, 2011). Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi tanpa diimbangi oleh
kenaikan ekskresi (18 gram untuk orang dewasa). Hiperkalemia akut dapat menyebabkan
gagal jantung yang berakibat pada kematian (Almatsier, 2004).

2.5.3 Magnesium

Magnesium adalah kation urutan ke empat dari kalsium, kalium dan natrium yang
paling besar jumlahnya, dan kation kedua setelah kalium di dalam sel. Biasanya sekitar 40%
– 60% magnesium di dalam diet akan diserap oleh tubuh. Sebagian magnesium disimpan di
dalam tulang dan sedikit di dalam otot. Ginjal mengatur kadar magnesium didalam darah
dengan mengurangi ekskresi jika kadar rendah di dalam darah (Silalahi, 2011).

Magnesium sangat vital dalam berbagai proses biokimia dan fisiologis di dalam
tubuh. Magnesium dibutuhkan lebih dari 300 enzim yang memakai ATP, dan salah satu
adalah enzim yang berperan di dalam pompa natriumkalium, dan proses ini peka terhadap
defisiensi magnesium. Magnesium juga berperan pada sintesa DNA dan RNA serta berperan
di dalam metabolisme kalsium berkaitan dengan struktur tulang. Magnesium juga berperan
penting untuk fungsi syaraf dan jantung serta pelepasan insulin dari pankreas dan fungsi
insulin terhadap sel. Fungsi lainnya adalah menurunkan tekanan darah dengan dilatasi arteri
dan mencegah ritme jantung yang tidak normal (Silalahi, 2011).
Tubuh manusia mengandung kurang lebih 25 gram magnesium, 50% - 60%
daripadanya dalam kerangka, sedangkan sisanya terdapat dalam cairan intraseluler, juga
sebagai ko-faktor enzim yang menghasilkan energi. Fungsi magnesium adalah memegang
peranan penting pada relaksasi otot, mungkin juga untuk myocard, pada otot jantung orang
yang meninggal akibat infark ditemukan kadar magnesium dan kalium yang rendah. Oleh
karena itu magnesium digunakan untuk terapi infark jantung (Tan dan Rahardja, 2007).

Defisensi magnesium akan menyebabkan denyut jantung yang tidak teratur, disertai
dengan kelelahan, kejang otot, mual, muntah dan kejang. Hal ini mungkin karena
terganggunya pompa natrium-kalium. Magnesium dibutuhkan sebanyak 310 - 400 mg/hari.
Latihan fisik dapat menyebabkan kekurangn magnesium, yang selanjutnya dapat
mengganggu metabolisme energi dan kemampuan kerja fisik. Magnesium berperan untuk
meningkatkan performa atelet (Silalahi, 2011).

2.5 Kadar Mineral Dalam Air Minum

Pada tahun 1970-an World Health Organization melakukan studi untuk memberikan
informasi tentang pedoman air destilasi. Studi ini dilakukan oleh tim peneliti dari A.N. Sysin
Institute Of General and Public Hygiene dan USSR Academy of Medical Sciences. Laporan
akhir diterbitkan pada tahun 1980 sebagai dokumen kerja internal, menyimpulkan bahwa air
demineralisasi (destilat) tidak hanya memiliki keuntungan dikarenakan organoleptiknya,
tetapi juga memiliki pengaruh yang merugikan pada hewan dan manusia. Setelah
mengevaluasi berdasarkan efek kesehatan, organoleptik, dan informasi lainnya, tim
merekomendasikan bahwa air demineral mengandung garam terlarut dengan konsentrasi
minimal 100 mg/l, ion bikarbonat 30 mg/l, dan kalsium 30 mg/l (Kozisek, 2005).

Studi epidemiologi dilakukan untuk menentukan efek kalsium dan magnesium


terhadap morbiditas penyakit kardiovaskular (Cardiovascular Disease, CVD), magnesium dan
kalsium dalam air minum dapat menurunkan resiko CVD. Penelitian yang lebih baru telah
memberikan informasi tambahan tentang tingkat minimum dan optimum mineral yang harus
ada dalam air demineralisasi. Misalnya, efek air minum dengan kesadahan yang berbeda
terhadap status kesehatan perempuan berusia 20 - 49 tahun dengan subyek dari dua studi
epidemiologi (460 dan 511 perempuan) di empat kota Siberia selatan. Air di kota A memiliki
konsentrasi kalsium dan magnesium yang rendah (3,0 mg/l kalsium dan 2,4 mg/l
magnesium). Air di kota B memiliki kadar sedikit lebih tinggi (18,0 mg/l kalsium dan 5,0
mg/l magnesium). Kadar tertinggi berada di kota C (22,0 ml/l kalsium dan 11,3 mg/l
magnesium) dan kota D (45,0 mg/l kalsium dan 26,2 mg/l magnesium). Perempuan yang
tinggal di kota-kota A dan B lebih sering menunjukkan perubahan kardiovaskular (seperti
diukur dengan EKG), tekanan darah tinggi, disfungsi autonom perut, sakit kepala, pusing,
dan osteoporosis (diukuran oleh X-ray absorptiometry) dibandingkan dengan kota C dan D .
Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan magnesium minimum air minum harus 10 mg/l dan
kandungan kalsium minimal harus 20 mg/l lebih dari 30 mg/l seperti yang direkomendasikan
dalam laporan World Health Organization 1980 (Kozisek, 2005). Beberapa hasil studi di
Taiwan menyatakan magnesium memiliki efek perlindungan terhadap resiko penyakit
serebrovaskular dan hipertensi, kesadahan air menunjukkan efek perlindungan terhadap
CVD, kanker kerongkongan, kanker pankreas, kanker rektum, dan kanker payudara. Kalsium
dalam air minum juga terbukti melindungi terhadap kanker kolorektal dan kanker lambung
(Kozisek, 2005).

Konsentrasi kalium biasanya ditemukan dalam air minum umumnya rendah dan tidak
menimbulkan masalah kesehatan. Sebuah survei dilakukan, menemukan konsentrasi kalium
rata-rata 2,5 mg/l dalam air minum dan pada tahun 90 diperoleh kadar kalium 5,2 mg/l. Data
menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata kalium dalam baku air minum bervariasi antara <1
dan 8 mg/l (WHO, 2009)

Daftar Pustaka

1. Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Air Buangan Secara
Biologis, Penerbit Alumni, Bandung.
2. Slamet, Juli Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: UGM press.
3. Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
4. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
5. Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002
7. Permenkes No 492/Menkes/Per/IV/2010
8. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990
9. Muyosaro, P. 2012. Terapi Air Putih. Jakarta. Dunia Sehat.
10. Silalahi, J. (2011). Air Mineral dan Minuman Isotonik, Makalah. Dipersentasikan Pada
Seminar Sehari Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU, 26 Mei 2011, Medan: Universitas Sumatera Utara.
11. Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
12. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta: Elex Media Komputindo.
13. Kozisek, F. 2005. Health Risk From Drinking Demineralized Water. Nutrients in Drinking
water. Water, Sanitation and Health Protection and The Human Environment. World Health
Organization, Geneva, pp. 148-163

Anda mungkin juga menyukai