(DNA) yang sama. Masalah lain yang ditemukan adalah pola pita RAPD
muncul pada DNA keturunan tetapi tidak muncul pada DNA tetua, dimana
fenomena ini biasa disebut heteroduplex formation. Hal ini mungkin
disebabkan karena reaksi RAPD dipengaruhi oleh persaingan antar primer sites
dalam genom.
2. AFLP (Amplification Fragment Length Polymorphism)
Metode AFLP merupakan penggabungan antara teknik RFLP dan RAPD.
DNA genomik dipotong dengan ezim restriksi seperti pada RFLP, akan tetapi
pada AFLP digunakan dua enzim restriksi yang berbeda. Tujuannya adalah
memperoleh fragmen dalam jumlah besar. Beberapa fragmen terseleksi
diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer universal seperti pada RAPD,
walaupun sebenarnya primer yang digunakan tidak benar-benar dipilih secara
acak. Primer yang digunakan adalah primer yang komplementer dengan
adapters. Adapters merupakan oligonukleotida spesifik yang komplementer
dengan restriction sites sepanjang 25-30bp dan menempel pada fragmen DNA
yang dipotong. Polimorphisme kemudian dideteksi dari perbedaan panjang
fragmen hasil amplifikasi PCR pada polyacrilamide gel electrophoresis
(PAGE) atau capillary electrophoresis yang divisualisasi dengan menggunakan
otoradiografi atau pewarnaan perak. Pita polimorphik lalu diidentifikasi seperti
pada analisis RAPD. Pita polimorphik ini bahkan bisa dipotong dari gel dan
disekuensi, yang memungkinkan kita untuk merakit primer PCR spesifik.
Metode AFLP biasanya digunakan untuk meneliti variasi genetik diantara
individu dalam suatu spesies, mengevaluasi variasi genetik untuk koleksi
plasma nutfah dan skrining biodiversitas. Metode AFLP juga sering digunakan
untuk membuat peta genetik dan percobaan untuk menemukan gen-gen yang
bertanggung jawab terhadap karakter tertentu. Kelebihan metode ini yaitu tidak
memerlukan informasi sekuen dari genom, hasil amplifikasinya stabil, tingkat
pengulangan dan variabilitasnya sangat tinggi, dan dapat mendeteksi variasi
genetik diantara spesies, varietas, atau kultivar yang berkerabat dekat.
Kekurangan metode ini yaitu pengerjaan yang rumit dan intensif dibandingkan
metode lainnya, pengadaan alat dan bahan sangat mahal, serta dibutuhkannya
kits yang berbeda-beda yang dapat beradaptasi dengan ukuran genom selama
analisis.
3. RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism)
Metode RFLP diestimasi berdasarkan perbedaan ukuran fragmen DNA.
Susunan nukleotida spesifik pada sekuens DNA dipotong dengan enzim retriksi
endonuclease berdasarkan ukurannya. Selanjutnya hasil pemotongan enzim
retriksi endonuclease tersebut dicampur dengan DNA probes dan dilakukan
analisis southern bolt. Fragmen DNA yang komplementer dengan probes akan
terhibridisasi dan muncul pada layer. Polimorphisme dideteksi berdasarkan
perbedaan ukuran fragmen yang muncul. Polimophisme yang dihasilkan dapat
disebabkan
karena
adanya
mutasi,
insersi,
delesi,
dll.
genom
sehingga
menghasilkan
polimorphisme
yang
tinggi.
Dalam
Primer
SSR
merupakan
primer
tunggal
spesifik
yang
mengamplifikasi hanya pada satu site tertentu, berbeda dengan RAPD yang
menggunakan primer universal, yang dapat mengamplifikasi pada beberapa
site sekaligus. Primer SSR juga merupakan marka ko-dominan yang dapat
membedakan heterosigos dan homosigos sedangkan primer RAPD merupakan
marka dominan. Perbedaan lainnya terletak pada pita yang dihasilkan. Metode
SSR biasanya hanya menghasilkan satu atau dua pita pada tiap individu
sedangkan metode RAPD dapat menghasilkan beragam pita pada tiap individu.
Metode SSR merupakan salah satu alat molekular yang sering digunakan
untuk penelitian diversitas genetik karena keakuratan informasi yang tinggi dan
sangat polimorfik bahkan untuk spesies atau galur yang berkerabat dekat.
Genetik populasi dan analisis hubungan kekerabatan bisa dilakukan dengan
metode SSR. Kelebihan metode ini yaitu primer yang digunakan untuk satu
spesies tertentu dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman dalam satu
spesies, kuantitas DNA yang digunakan sangat kecil, metodenya relatif
sederhana dan dapat dilakukan secara otomatis, dan pasangan primer SSR
tersedia dipasaran dalam jumlah yang besar. Sedangkan kekurangan metode ini
yaitu kesulitan kloning dan sequencing daerah flanking SSR, biaya yang cukup
tinggi untuk merancang primer baru yang spesifik.