Anda di halaman 1dari 20

2.

TERAPI GEN

I. PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk dalam bidang pengobatan merupakan
hasil karsa dan karya manusia yang dihasilkan dengan akalnya. Kemajuan pesat dalam
bidang molekuler telah melahirkan beberapa alternatif baru dalam usaha pengobatan dan
memberikan harapan baru bagi para penderita, bahkan untuk beberapa penyakit yang di masa
lampau mustahil untuk diobati, misalnya penyakit keturunan. Terapi gen merupakan
kemajuan teknologi yang cukup dapat memberikan harapan di bidang pengobatan.

Penyakit-penyakit metabolik bawaan biasanya akibat tidak adanya gen atau adanya kerusakan
pada gen tertentu. Pengobatan yang paling radikal adalah memberikan gen yang tepat, agar
tubuh mampu membuat enzim atau protein yang diperlukan, dengan demikian akar penyebab
penyakit dapat dihilangkan. Sejak ditemukan bahwa informasi genetik pada semua makhluk
hidup ternyata terdapat pada DNA, maka pengetahuan genetika dan biologi molecular
tumbuh dengan sangat pesat. Secara genetika sejumlah penyakit keturunan telah
diidentifikasi dan diharapkan gen penyebab dapat diklon dan dikarakterisasi. Dunia
pengobatan merasakan keuntungan dengan perkembangan biologi molekular melalui
penemuan cara diagnosis dan penemuan obat. Dengan cara memasukan gene terapetik
kedalam sel pasien, maka fungsi gen yang rusak digantikan oleh gen terapetik.

Terapi gen adalah teknik memperbaiki gen yang rusak atau cacat yang bertanggungjawab atas
timbulnya penyakit tertentu. Seorang ahli menyatakan bahwa terapi gen merupakan teknologi
masa kini yang membolehkan gen-gen yang rusak diganti dengan gen-gen normal dimana
kita menggunakan vektor untuk menyisipkan DNA yang diingini ke dalam sel dan
disuntikkan ke dalam tubuh. Terapi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990. Selama
ini pendekatan terapi gen yang berkembang adalah menambahkan gen-gen normal ke dalam
sel yang mengalami ketidaknormalan. Pendekatan lain adalah melenyapkan gen abnormal
dengan melakukan rekombinasi homolog. Pendekatan ketiga adalah mereparasi gen abnormal
dengan cara mutasi balik selektif, sedemikian rupa sehingga akan mengembalikan fungsi gen
tersebut. Selain pendekatan-pendekatan tersebut, ada pendekatan lain untuk terapi gen yaitu
mengendalikan regulasi ekspresi gen abnormal tersebut.

Perkembangan terapi gen yang terkini untuk penyakit-penyakit adalah lebih ke arah gagasan
mencegah diekspresikannya gen-gen yang jelek atau abnormal, atau dikenal dengan gene
silencing. Untuk tujuan gene silencing atau membungkam ekspresi gen tersebut, maka
penggunaan RNA jika dibandingkan dengan DNA lebih dimungkinkan, sehingga dikenal
istilah RNA therapeutic. Gagasan terapi gen dengan mereparasi mRNA (messenger RNA)
daripada mengganti gen yang cacat berarti menggunakan mekanisme regulasi sel itu sendiri,
sehingga efek samping yang merugikan lebih dapat ditekan Setelah adanya laporan-laporan
penelitian, maka dimulailah booming dalam bisnis perusahaan-perusahaan yang berkaitan
dengan riset RNA, maupun perusahaan-perusahaan farmasi yang berharap RNA therapeutic
ini segera dapat diluncurkan sebagai sediaan obat. Namun, para pakar memperkirakan masih
sekitar tujuh sampai limabelas tahun lagi baru bias terealisasi.

II. ISI
1. A. Definisi Terapi Gen

Pengobatan dengan terapi gen telah berkembang dengan pesat sejak clinical trial terapi ini
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990. Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi
gen-gen yang cacat yang bertanggung jawab terhadap suatu penyakit atau perbaikan kelainan
genetik dengan memperbaiki gen.

1. B. Tujuan Terapi Gen

Tujuan dari terapi gen adalah untuk menambahkan, memperbaiki atau menghilangkan
ekspresi gen tertentu pada penyakit herediter dan non herediter. Untuk membawa gen
terapeutik diperlukan suatu vektor (Virus atau non virus). Adapun cara-cara dari terapi gen:

a. Menambah gen

Cara ini yaitu dengan menambahkan kopi gen fungsional kedalam sel penderita agar dapat
menggantikan gen yang rusak atau kurang berfungsi/hilang guna menormalkan ekspresi gen
yang cacat tersebut.

b. Menghambat gen

Pada otosomal dominan, alel yang sakit menghasilkan protein yang dapat berfungsi sebagai
racun atau mengganggu produksi alel yang normal. Untuk menghambat ekspresi gen yang
sakit, dimasukan RNA atau asam nukleat sintetik yang dapat mengikat dRNA sehingga tidak
terjadi translasi.

c. Reparasi gen

Yaitu dengan cara memasukan sekuens gen DNA normal sebagai suatu cetakan yang akan
memperbaiki DNA yang cacat

d. Memusnahkan sel sakit

Yaitu dengan cara memasukan gen tertentu yang menghasilkan produk yang dapat
mematikan sel yang sakit. Biasanya untuk pengobatan sel kanker.

1. Pengobatan dengan Terapi Gen

Pengobatan dengan terapi gen meliputi:

v Imunoterapi

Menggunakan sel yang telah dimodifikasi secara genetik dari partikel virus untuk
menstimulir sistem imun tubuh sehingga mampu mengalahkan keganasan sel kanker.

v Viro onkolitik

Menggunakan partikel sel virus yang bereplikasi di dalam sel kanker dan menyebabkan sel
kanker menjadi mati.
v Transfer Gen

Teknik ini relative baru, dengan cara memperkenalkan 2 gen baru yang dimasukkan ke dalam
sel kanker atau mengelilingi jaringan kanker sehingga dapat menghentikan pertumbuhan dan
menghancurkan sel kanker.

1. D. Teknik Transfer Gen

Transfer gen yang telah dimodifikasi atau gen normal kedalam sel-sel sasaran pada pasien.

1. Menggunakan vektor biologi yaitu virus.

Susunan genetiknya telah diubah sehingga dapat membawa gen manusia yang normal. Gen
yang telah diperbaiki dimasukkan kedalam sel-sel sasaran pada tubuh manusia dengan cara
tertentu dan kemudian berintegrasi pada genom tertentu. Gen-gen pada virus yang dapat
menyebabkan penyakit harus dihilangkan dan diganti dengan gen-gen yang telah diperbaiki.

Virus yang dapat digunakan sebagai vektor :

Retro virus

Keuntungannya, transgen yang dimasukkan bisa di transmisikan kesemua sel yang terinfeksi
dan turunannya. Kerugiannya, dapat menyebabkan terjadinya mutasi genetik yang berbahaya
selama tahap pengintegrasian.

Adeno virus

Ketika adenovirus menginfeksi sebuah sel inang, molekul DNA virus tersebut akan
dimasukkan kedalam sel inang tersebut. Materi genetik adenovirus tidak bersatu dengan
materi genetik sel inang. Molekul DNA virus terletak bebas dalam inti sel dan proses
transkripsinya berlangsung secara sendiri. Molekul DNA virus tidak ikut berreplikasi ketika
sel mengalami pembelahan sehingga sel-sel inang hasil pembelahan tidak mengandung DNA
virus. Keuntungannya adalah dapat diproduksi dalam jumlah besar dan immunogenisitas
pada sel inang yang rendah

Adeno associated virus

Virusnya kecil mempunyai single strandid DNA dan dapat memasukan material DNA serta
dapat memasukan material genetik di tempat spesifik pada kromosom.

Virus herpes

Golongan virus dengan rantai ganda DNA yang menginfeksi sebagian dari sel seperti sel
neuron.

1. Menggunakan cara non virus

Oligonucleotides

Metoda menginaktifkan gen-gen yang terlibat dalam proses penyakit.


1. Menggunakan antisense yang spesifik untuk gen sasasaran. Yaitu mengganggu proses
transkripsi gen sasaran yang rusak.
2. Menggunakan oligonukleotida rantai ganda (double strand oligonucleotide). Yaitu
mengikat faktor-faktor transkripsi yang diperlukan untuk regulasi promoter gen
sasaran

Lipoplexes dan polyplexes

Meningkatkan efisiensi transfer dengan cara melindungi DNA dari kerusakan dan
memfasilitasi pemasukkannya kedalam sel. Lipoplexes dan polyplexes dirancang untuk
melindungi DNA dari proses degradasi selama proses transfeksi. Membungkus plasmid yang
mengandung DNA dalam bentuk seperti micelle atau liposome. Lipoplexes atau polyplexes
yang telah mengandung DNA dikenal sebagai lipoplex. Lipoplex akan berinteraksi dengan
membran sel dan masuk kedalam secara endositosis. Endosome yang mengandung lipoplex
ini kemudian akan lisis dan transgen yang ada di dalamnya akan dikeluarkan ke dalam
sitoplasma sel untuk kemudian akan masuk ke dalam inti sel.

Hibrid methods

Untuk meningkatkan efisiensi trnasfer transgen dikembangkan metoda hibrid (campuran)


yaitu kombinasi liposome dengan virus influenza atau HIV yang diinaktifkan

Transfer Liposom

Liposom dapat membawa gen kedalam sel somatik karena sifat-sifat fisik dan kimianya untuk
mengganti gen yang abnormal.

Kimiawi

Kalsium dan fosfat dapat membuat lobang sementara pada membran sel yang dapat dilalui
DNA pengganti

Elektroporasi

Lubang pada membran dibuat dengan bantuan arus listrik.

Mikro injeksi

DNA baru diinjeksikan dengan menggunakan jarum mikro ke sel normal.

Bombardir partikel

Dengan bantuan tekanan udara, DNA pengganti yang dilapisi partikel metal dapat memasuki
sel resipien.

Chimeraplasti

Merangsang sel mutasi untuk memperbaiki DNAnya sendiri. Chimeraplast terdiri dari DNA
dan RNA dengan 25-40 nukleotida.
1. E. Sel Target

Sel target adalah sel yang gennya akan dilakukan modifikasi. Sel target dapat berupa sel yang
terserang penyakit atau mudah membelah, yang ideal adalah sel tunas (stem cell). Ada dua
tipe sel target, yaitu gametik dan somatik.

1. Sel Gametik

Terjadi perubahan DNA sel gamet yang akan menyebabkan perubahan DNA seluruh sel dari
individu tersebut. Terapi ini diturunkan pada generasi berikutnya, sperma pada laki-laki, sel
telur pada wanita dan zigot. Terapi gen germcell pada manusia tidak diperkenankan karena
alasan moral.

2. Sel Somatik

Sel somatik membentuk bagian-bagian dari tubuh, jadi tidak diturunkan pada generasi
berikutnya. Biasanya dilakukan pada endothelium, kulit, otot, hepar, paru-paru dan jaringan
saraf. Pertimbangan moral pada terapi gen somatik telah dibicarakan secara panjang lebar dan
menghasilkan suatu persetujuan untuk memanipulasi genetik sel somatik pasien dengan
tujuan membetulkan kerusakan gen yang ada.

1. F. Penyakit Untuk Terapi Gen

1. Neurological disorder : Parkinson, Huntington

2. Muscular dystrophies

3. Immunological disorder : severe combined immunodeficiency syndrome (SCIDS)

4. Blood abnormalities : thalassemia, hemophilia

5. Cancer

G. Hambatan Terapi Gen

1. Masa hidup alami terapi gen yang pendek (Short-lived nature of gene therapy).

Gen yang dimasukkan kedalam sel-sel target harus dapat berfungsi. Sel-sel yang mengandung
gen terapi ini harus dapat hidup lama dan stabil.

1. Respons Imunologik.

Adanya stimulus tertentu yang merangsang timbulnya respons imunologik dapat menurunkan
efektivitas terapi gen. Selain itu adanya respon imunologik ini juga akan menyulitkan
pengulangan terapi gen pada pasien.

1. Masalah dengan virus yang berfungsi sebagai vektor.

Toksisitas, reaksi imunologik dan inflamasi, kontrol gen dan jaringan sasaran. Kemungkinan
pulihnya kembali kemampuan virus untuk menyebabkan penyakit pada manusia
1. Kelainan gen multipel

Terapi gen sulit digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan oleh adanya
kombinasi gen-gen yang mengalami kerusakan. Seperti penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, Alzheimer, artritis dan diabetes.

1. Potensi untuk timbulnya tumor

Bila DNA diintegrasikan pada tempat yang salah di dalam genom, misalnya pada daerah
tumor suppressor gene, hal ini dapat menyebabkan timbulnya tumor. Contohnya, pasien
dengan X-linked severe combined immunodeficiency (X-SCID) yang diterapi dengan sel
punca darah (Hematopoietic stem cells) yang diinfeksi oleh retrovirus yang mengandung
transgen. Tiga dari 20 pasien yang diterapi menderita leukemia.

1. H. Prasyarat Terapi Gen

National Institute of Health (NIH)

1. Gen harus di klon dan diketahui karakteristiknya. Juga harus tersedia dalam bentuk
murni.
2. Metoda efektif.
3. Resiko terapi gen harus dievaluasi secara berhati-hati dan seminimal mungkin.
4. Penyakit tidak dapat diobati dengan cara lainnya. Harus ada data penelitian
pendahuluan.
5. I. Contoh Terapi Gen

v Terapi gen yang dipakai untuk mengobati cystic fibrosis (CF).

Adenovirus yang membawa gen CF diinhalasi oleh pasien. Sel-sel paru akan terinfeksi dan
mensintesa produk gen CF untuk mengatasi simptom dan gejala penyakit. Kuatnya reaksi
imunologik tubuh menyebabkan terapi gen menjadi tidak efektif. Sel-sel yang terinfeksi virus
dan mengandung transgen akan mati dan tidak bisa memperbanyak diri.

v Pengobatan Sel Kanker.

Saat ini para ilmuwan sedang mencoba beberapa cara kerja terapi gen untuk pengobatan
kanker, yaitu :

Menambahkan gen sehat pada sel yang memiliki gen cacat atau tidak lengkap. Contohnya
sel sehat memiliki gen penekan tumor seperti p53 yang mencegah terjadinya kanker. Setelah
diteliti, ternyata pada kebanyakan sel kanker gen p53 rusak atau bahkan tidak ada. Dengan
memasukkan gen p53 yang normal ke dalam sel kanker, diharapkan sel tersebut akan normal
dan sehat kembali.

Menghentikan aktivitas gen kanker (oncogenes). Gen kanker merupakan hasil mutasi dari
sel normal, yang menyebabkan sel tersebut membelah secara liar menjadi kanker. Ada juga
gen yang menyebabkan sel kanker bermetastase (menjalar) ke bagian tubuh lain.
Menghentikan aktivitas gen ini atau protein yang dibentuknya dapat mencegah kanker
membesar maupun menyebar.
Menambahkan gen tertentu pada sel kanker sehingga lebih peka terhadap kemoterapi
maupun radiasi, atau menghalangi kerja gen yang dapat membuat sel kanker kebal terhadap
obat-obat kemoterapi. Juga dicoba cara lain, membuat sel sehat lebih kebal terhadap
kemoterapi dosis tinggi, sehingga tidak menimbulkan efek samping.

Menambahkan gen tertentu sehingga sel-sel tumor/kanker mudah dikenali dan dihancurkan
oleh sostem kekebalan tubuh. Atau sebaliknya, menambahkan gen pada sel-sel kekebalan
tubuh sehingga lebih mudah terdeteksi dan menghancurkan sel-sel kanker.

Menghentikan gen yang berperan dalam pembentukan jaringan pembuluh darah baru atau
menambahkan gen yang bisa mencegah angiogenesis. Jika suplai darah dan makannya
terhenti, kanker akan berhenti tunbuh atau bahkan mengecil lalu mati.

Memberikan gen yang mengaktifkan protein toksik tertentu pada sel kanker, sehingga sel
tersebut melakukan aksi bunuh diri (apoptosis).

1. III. PENUTUP

Terapi gen merupakan hasil kemajuan iptek yang dapat memberikan harapan baru bagi para
penderita penyakit yang di masa lampau yang mustahil untuk disembuhkan, misalnya
penyakit keturunan. Terapi gen pada penyakit kanker masih dalam tahap penelitian, tetapi
kemajuan yang pesat telah diperoleh pada beberapa uji klinik. Walaupun banyak tantangan
yang harus dihadapi, namun metode ini, telah menunjukkan toleransi yang baik dan efektif
bagi sejumlah kanker. Untuk pasien dengan kanker yang tidak responsif terhadap penanganan
konvensional, maka terapi gen tampaknya perlu dipertimbangkan. Pendekatan dari terapi gen
adalah dengan cara menggantikan gen yang mengalami mutasi dengan pasangannya atau
counterpart-nya yang normal. Pendekatan secara molekular ini harus jelas karakteristiknya.
Meskipun begitu, di masa mendatang terapi gen merupakan harapan besar dalam dunia
pengobatan.

Terapi gen dapat diklasifikasikan ke dalam jenis berikut:

Garis germinal terapi gen

Dalam kasus terapi gen garis kuman, sel-sel germinal, yaitu, sperma atau telur, yang
dimodifikasi oleh pengenalan gen fungsional, yang biasanya diintegrasikan ke dalam genom
mereka. Oleh karena itu, perubahan akibat terapi akan diwariskan dan akan diteruskan kepada
generasi berikutnya. Pendekatan baru ini, secara teoritis, harus sangat efektif dalam
menangkal gangguan genetik dan penyakit keturunan. Namun, banyak yurisdiksi melarang
hal ini untuk aplikasi pada manusia, setidaknya untuk saat ini, untuk berbagai alasan teknis
dan etika.

Terapi gen somatik

Dalam kasus terapi gen somatik, terapi gen ditransfer ke dalam sel-sel somatik pasien. Setiap
modifikasi dan efek akan dibatasi kepada pasien saja, dan tidak akan diwarisi oleh keturunan
pasien atau generasi kemudian.
Terapi Gen

Terapi gen atau gen therapy merupakan modifikasi materi genetik (DNA)
dari sel untuk tujuan pengobatan. Berbeda dengan pengobatan umumnya saat ini, pengobatan ini
dilakukan dengan cara mengubah struktur gen yang kemudian disisipkan ke DNA target.

Dengan menggunakan sistem tersebut, klinik percobaan terapi gen manunjukan bahwa terapi gen
mampu mengobati beberapa jenis penyakit diantaranya : penyakit kanker, peredaran darah,
monogenik dan beberapa jenis penyakit lainnya.

Berdasarkan sel target yang diunakan, terapi gen dibedakan dalam dua tipe utama, yaitu Somatik
dan Germ-line. Modifikasi gen yang tidak melewati keturunan disebut dengan terapi gen somatik
sedangkan modifikasi gen yang mencakup sel reproduksi adalah terapi gen Germ-line. Sel target dari
terapi gen somatik adalah sel stem, fibroblas dan sel stem lainnya. Target dari terapi gen germ-line
adalah sperma atau sel telur.

Transfer gen merupakan langkah penting dalam proses terapi gen. Gen yang akan digunakan mula-
mula diisolasi dan kemudian di transformasikan ke sel target dengan cara di kloning.

Strategi utama dalam transfer gen somatik manusia dibedakan dalam dua kelompok, yaitu : Ex vivo
dan in vivo. Pada ex vivo, gen dibungkus vektor kemudian dikenalkan ke sel yang diambil dari pasien
(sel target) dan dikembangkan secara invitro dan kemudian di transformasi ke sel yang diinjeksi
kembali. Pada invivo pengiriman gen dilakukan secara langsung ke sel pasien tanpa dikembangkan
dulu secara invitro.

Pada exvivo terdapat juga cara transfer gen nonviral yaitu pengiriman gen tanpa menggunakan
bakteri atau virus. Pengiriman gen dilakukan dengan cara injeksi langsung, gen gun dan liposom.
Injeksi secara langsung dilakukan dengan mengirimkan DNA ke tempat ekstra seluler yang memiliki
perbedaan hipertonik solution salinitas dan sukrosa. Gen gun digunakan dengan cara memanfaatkan
ledakan kecil helium yang membawa potongan DNA patogen yang berukuran sangat kecil sehingga
mampu masuk ke nukleus kulit dan sel otot. Teknik liposom dilakukan dengan cara memanfaatkan
virus yang mampu menginjeksi DNA nya ke dalam nukleus sel target. Viral vektor yang digunakan
dalam teknik ini adalah Adenovirus, Adeno-associated Virus, Lentivirus dan Retrovirus. Tipe virus
tersebut digunakan dengan alasan mampu menginfeksi banyak varietas tipe sel, mudah
dimanipulasi, dan sebagainya.
Salah satu vektor dalam terapi gen adalah Sleeping beauty (SB). Sleeping beauty (SB) merupakan gen
yang dapat meloncat yang diisolasi dari ikan. Loncatan dari gen ini dimanfaatkan dalam terapi gen
karena mampu melakukan mutasi pada transpos penerjemahan gen. Gen SB ini akan terpotong jika
bertemu dengan enzim transposase, kedua ujungnya selanjutnya akan berikatan dengan enzim
tersebut dan bersama-sama berpindah ke rantai DNA yang lain. Transposase akan memotong rantai
DNA tersebut dan menyambungnya dengan gen SB. Apabila dalam gen SB ini ditambahkan gen yang
kita inginkan, gen tersebut juga akan ikut melompat bersama dengan gen SB ke rantai DNA pasien,
sehingga gen tersebut dapat diekspresikanm dan mengembalikan fungsi tubuh pasien.
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bioteknologi modern memanfaatkan keterampilan manusia dalam melakukan manipulasi


makhluk hidup agar dapat digunakan untuk menghasilkan suatu barang yang
diinginkan.Bioteknologi modern menggunakan organisme hasil rekayasa genetika melalui
perlakuan yang mengubah landasan penentu kemampuan hidup, yaitu mengubah tatanan gen
yang menentukan sifat spesifik suatu organisme, sehingga proses pengubahan yang dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.

Kemajuan bioteknologi, tak terlepas dari peran mikroba. Karena materi genetika mikroba
sederhana, sehingga mudah dimanipulasi untuk disisipkan ke gen yang lain. Disamping itu
karena materi genetik mikroba dapat berperan sebagai vektor (plasmid) yang dapat
memindahkan suatu gen dari kromosom oganisme ke gen organisme lainnya, misalnya terapi
gen (Anonima, b, 2007).

Bioteknologi bak mesin ajaib, yang mampu melakukan berbagai proses penting dalam dunia
industri di beberapa bidang antara lain bidang kesehatan, pangan, pertanian, industri lainnya
serta lingkungan. Di bidang kesehatan, penerapan bioteknologi atau kegiatan rekayasa
genetika menghasilkan produk-produk penting berupa senyawa-senyawa yang mempunyai
fungsi terapeutik seperti antibiotik, vaksin, hormon, kit diagnostika atau memperbaiki gen
rusak/ tidak fungsional (terapi gen), produk farmasi lainnya.

Oleh karena itu, dalam masalah ini akan dibahas mengenai terapi gen sebagai salah satu
produk bioteknologi modern di bidang kesehatan.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan terapi gen?
2. Bagaimana mekanisme kerja terapi gen?
3. Bagaimana prinsip-prinsip terapi gen ?
4. Bagaimana penanggulanan penyakit melalui beberapa gen oleh terapi gen?

1. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian terapi gen.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja terapi gen.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip terapi gen.
4. Untuk mengetahui penanggulanan penyakit melalui beberapa gen oleh terapi gen?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Terapi Gen

Jika rekayasa genetika sudah banyak diterapkan dan berhasil, maka terapi gen baru boleh
dilakukan dalam skala penelitian dan para pakar memperkirakan masih sekitar tujuh sampai
lima belas tahun lagi terapi gen baru dapat terealisasi (Pray, 2004:Wang, et al., 2004 dalam
Duwi, 2010). Namun demikian terapi gen cukup menjanjikan harapan bagi para penderita
penyakit, terutama penyakit keturunan (Dwi : 2010).

Menurut Farida (2007), terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang
bertanggung jawab terhadap suatu penyakit. Pendekatan terapi gen yang perkembangan
adalah :

1. Menambahkan gen-gen normal ke dalam sel yang mengalami ketidaknormalan.


2. Melenyapkan gen abnormal dengan gen normal dengan melakukan rekombinasi homolog.
3.gen abnormal dengan cara mutasi balik selektif, sedemikian rupa sehingga akan
mengembalikan fungsi gen tersebut.

4. Mengendalikan regulasi ekspresi gen abnormal tersebut, lebih kearah gagasan mencegah
diekspresikannya gen-gen yang jelek atau abnormal, dikenal dengan istilah gene silencing.
Gene silencing adalah satu proses membungkam ekspresi gen yang pada mulanya diketahui
melibatkan mekanisme pertahanan alami pada tanaman untuk melawan virus.

Terapi gen atau gen therapy merupakan modifikasi materi genetik (DNA) dari sel untuk
tujuan pengobatan. Berbeda dengan pengobatan umumnya saat ini, pengobatan ini dilakukan
dengan cara mengubah struktur gen yang kemudian disisipkan ke DNA target (Anonima :
2010).

Dengan menggunakan sistem tersebut, klinik percobaan terapi gen menunjukan bahwa terapi
gen mampu mengobati beberapa jenis penyakit diantaranya : penyakit kanker, peredaran
darah, monogenik dan beberapa jenis penyakit lainnya. Terapi gen merupakan pendekatan
baru dalam pengobatan kanker, yang saat ini masih bersifat eksperimental. Sejak mengetahui
bahwa kanker merupakan penyakit akibat mutasi gen, para ahli mulai berpikir bahwa terapi
gen tentu efektif untuk mengobatinya. Apalagi kanker jauh lebih banyak penderitanya
dibandingkan dengan penyakit keturunan akibat kelainan genetis yang selama ini diobati
dengan terapi gen (Anonima : 2010).

Berdasarkan sel target yang digunakan, terapi gen dibedakan dalam dua tipe utama, yaitu
Somatik dan Germ-line. Modifikasi gen yang tidak melewati keturunan disebut dengan terapi
gen somatik sedangkan modifikasi gen yang mencakup sel reproduksi adalah terapi gen
Germ-line. Sel target dari terapi gen somatik adalah sel stem, fibroblas dan sel stem lainnya.
Target dari terapi gen germ-line adalah sperma atau sel telur (Anonima : 2010).

1. Pengertian Terapi Gen

1. Terapi gen secara ex vivo dan in vivo

Transfer gen merupakan langkah penting dalam proses terapi gen. Gen yang akan
digunakan mula-mula diisolasi dan kemudian di transformasikan ke sel target dengan cara di
kloning (Mohammad : 2008).

Strategi utama dalam transfer gen somatik manusia dibedakan dalam dua kelompok, yaitu
: Ex vivo dan in vivo. Pada ex vivo, gen dibungkus vektor kemudian dikenalkan ke sel yang
diambil dari pasien (sel target) dan dikembangkan secara invitro dan kemudian di
transformasi ke sel yang diinjeksi kembali. Pada invivo pengiriman gen dilakukan secara
langsung ke sel pasien tanpa dikembangkan dulu secara invitro (Mohammad : 2008).
Pada ex-vivo terdapat juga cara transfer gen nonviral yaitu pengiriman gen tanpa
menggunakan bakteri atau virus. Pengiriman gen dilakukan dengan cara injeksi langsung, gen
gun dan liposom. Injeksi secara langsung dilakukan dengan mengirimkan DNA ke tempat
ekstra seluler yang memiliki perbedaan hipertonik solution salinitas dan sukrosa. Gen gun
digunakan dengan cara memanfaatkan ledakan kecil helium yang membawa potongan DNA
patogen yang berukuran sangat kecil sehingga mampu masuk ke nukleus kulit dan sel otot.
Teknik liposom dilakukan dengan cara memanfaatkan virus yang mampu menginjeksi DNA
nya ke dalam nukleus sel target. Viral vektor yang digunakan dalam teknik ini adalah
Adenovirus, Adeno-associated Virus, Lentivirus dan Retrovirus. Tipe virus tersebut
digunakan dengan alasan mampu menginfeksi banyak varietas tipe sel, mudah dimanipulasi,
dan sebagainya (Mohammad : 2008).

Salah satu vektor dalam terapi gen adalah Sleeping beauty (SB). Sleeping beauty (SB)
merupakan gen yang dapat meloncat yang diisolasi dari ikan. Loncatan dari gen ini
dimanfaatkan dalam terapi gen karena mampu melakukan mutasi pada transpos
penerjemahan gen. Gen SB ini akan terpotong jika bertemu dengan enzim transposase, kedua
ujungnya selanjutnya akan berikatan dengan enzim tersebut dan bersama-sama berpindah ke
rantai DNA yang lain. Transposase akan memotong rantai DNA tersebut dan
menyambungnya dengan gen SB. Apabila dalam gen SB ini ditambahkan gen yang kita
inginkan, gen tersebut juga akan ikut melompat bersama dengan gen SB ke rantai DNA
pasien, sehingga gen tersebut dapat diekspresikanm dan mengembalikan fungsi tubuh pasien
(Mohammad : 2008).

2. Mekanisme terapi gen berdasarkan sel target

Berdasarkan sel target yang digunakan, terapi gen dibedakan dalam dua tipe utama, yaitu
Somatik dan Germ-line. Modifikasi gen yang tidak melewati keturunan disebut dengan terapi
gen somatik sedangkan modifikasi gen yang mencakup sel reproduksi adalah terapi gen
Germ-line. Sel target dari terapi gen somatik adalah sel stem, fibroblas dan sel stem lainnya.
Target dari terapi gen germ-line adalah sperma atau sel telur (Anonima: 2010).

3. Gene Transfer Agents (Agen Pembawa Gen)

Tanggal 24 Juni 2010, Eurekanetwork mempublikasikan penemuan senyawa organik baru


yang dapat menjadi agen pembawa gen dalam proses terapi untuk penyembuhan penyakit
genetik. Proyek penelitian yang dinamakan EUREKA project E! 3371 Gene Transfer Agents
telah berhasil mengembangkan senyawa turunan dari kation amfifilik 1,4-dihidropiridin atau
1,4-DHP (cationic amphiphilic 1,4-dihydropyridine) untuk menjadi pengantar gen normal ke
dalam inti sel dan mengganti gen sebelumnya yang rusak (Anonima : 2010).

Kelebihan derivat 1,4-DHP sebagai pembawa gen ini adalah kesiapan untuk diproduksi
dalam skala besar, lebih efektif dibanding senyawa organik lain, dan karena bukan virus
maka resistensi kekebalan tubuh penerimanya dapat dihindari. Saat ini agen pembawa yang
dianggap paling efektif dalam terapi gen adalah virus yang telah dilemahkan (Anonima :
2010).

Peneliti yang terlibat dalam proyek ini antara lain Professor Arto Urtti dari Helsinki
University, Finlandia; dan Dr. Aiva Plotniece, Dr. Arkadijs Sobolevs serta kolega-koleganya
dari Latvian Institute, Latvia. Selain itu terlibat juga Bapeks, salah satu produsen di bidang
industri kimia dari Latvia.EUREKAnetwork didirikan tahun 1985, bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saing bisnis anggota-anggotanya melalui
pengembangan teknologi.Anggota-anggotanya berasal dari negara-negara Eropa dan Turki
(Anonimb. 2010).

Untuk memahami arti penting penemuan ini, terlebih dahulu harus mengetahui
permasalahan yang dihadapi metode terapi gen dalam penyembuhan penyakit-penyakit
genetik seperti hemofilia, diabetes, dan berbagai jenis kanker (Anonimb. 2010).
Beberapa metode pengobatan penyakit genetik lainnya yaitu dengan injeksi makromolekul
organik.Contohnya adalah pemberian hormon insulin untuk penderita diabetes atau
pemberian faktor pembekuan darah bagi pengidap hemofilia. Kelemahan cara ini yaitu,
substansi tersebut mudah terurai dalam darah dan adanya ketergantungan penderita terhadap
pasokan zat tersebut dari luar tubuhnya (Anonimb. 2010).

Pengidap kanker dan penyakit kronis lain memperoleh pemberian obat beropium untuk
meredakan rasa sakit yang hebat. Efek samping obat beropium adalah rasa kantuk berlebihan,
gangguan mental, dan halusinasi (Anonimb. 2010).

Aspek revolusioner dari terapi gen adalah terbukanya kemungkinan bahwa penderita
kelainan genetik dapat memproduksi senyawa-senyawa terapeutik yang diperlukannya secara
endogen (diproduksi tubuh sendiri). Hal ini tentu lebih murah dibandingkan penyuntikkan
senyawa terapeutik secara berkala yang mahal biayanya.Selain itu penderita juga terlepas dari
ketergantungan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya (Anonimb. 2010).

Sayang sekali riset terapi gen ini bukanlah riset yang murah dan mudah. Pada era sebelum
tahun 1995 saja Amerika Serikat mengeluarkan dana 200 juta dollar tiap tahun untuk riset
terapi gen. Sementara itu hasil yang diperoleh masih jauh dari kategori memuaskan
(Anonimb. 2010

4. Masalah Gene Transfer Agents (Agen Pembawa Gen)

Pemetaan dan pengamatan genome manusia secara lengkap memberi banyak manfaat
dalam penelusuran penyakit genetik. Lokasi gen yang mengalami kelainan dapat dilacak
kaitannya dengan penyakit atau gangguan yang ditimbulkannya (Anonimb. 2010).

Setelah lokasi gen pemicu masalah diketahui, langkah selanjutnya adalah membawa gen
normal pengganti gen rusak di dalam inti sel. Untuk melaksanakan tugas ini diperlukan suatu
agen pembawa atau pengantar gen (gene transfer agents) yang dapat melakukannya secara
efektif, tepat sasaran, dan tanpa efek samping. Dewasa ini cara untuk melakukan penggantian
gen rusak yaitu dengan memanfaatkan agen virus yang telah dilemahkan, senyawa kimia
organik, atau dengan cara penyuntikkan (Anonimb. 2010).

Penggunaan virus sebagai agen pembawa gen disebut metode viral. Metode ini memiliki
keuntungan efektivitas yang tinggi.Metode ini dapat memanfaatkan sifat serangan virus pada
jaringan tertentu yang khas.Sebagai contoh, retrovirus penyerang sel-sel yang membelah
cepat, mungkin cocok sebagai agen pembawa gen terapeutik untuk penyakit tumor.
Adenovirus penyerang sel dinding paru-paru mungkin cocok untuk mengirim duplikat gen
cystic fibrosis yang dibutuhkan dalam sistem pernapasan (Anonimb.2010).

Metode viral cukup dapat diandalkan dari segi efektivitas.Kelemahannya adalah


pembiakkanya dalam skala besar memiliki potensi bahaya yang serius.Bagaimanapun juga
virus tetaplah virus yang mempunyai kemampuan mutagenik dan karakteristik yang sukar
diramalkan. Selain itu, tubuh manusia juga memiliki sistem kekebalan terhadap virus
sehingga dapat mengganggu proses terapi (Anonimb. 2010).

Penggunaan senyawa kimia organik sebagai agen pengantar gen dapat mengatasi masalah
resistensi dari sistem kekebalan tubuh penerima. Senyawa kimia juga memiliki kemudahan
dalam produksi, baik dalam skala kecil maupun skala besar.Hanya saja efektivitas metode ini
sangat rendah apabila dibandingkan dengan metode viral.Saat ini agen senyawa kimia standar
yang digunakan secara luas yaitu DOTAP (dioleoyl trimethylammonium propane) dan PEI
25 (polyethylenimine) (Anonimb. 2010).

Penemuan derivat 1,4-DHP sebagai senyawa organik pembawa gen memiliki keunggulan
gabungan metode viral dan metode kimiawi. Derivat-derivat 1,4-DHP saat ini masih dalam
tahap pengembangan, namun efektivitasnya lebih tinggi dibanding senyawa organik lain
yaitu DOTAP dan PEI 25. Sebagai senyawa kimia organik tentu saja 1,4-DHP akan lebih siap
dan mudah diproduksi dalam berbagai skala (Anonimb. 2010).

1. Prinsip-prinsip terapi gen

Prinsip-prinsip terapi gen adalah gen yang akan dipindahkan itu harus diletakkan ke dalam
sel yang akan berfungsi normal dan efektif. Untuk hemofilia gen harus diletakkan ke dalam
sel yang akan menghantarkan protein faktor VIII atau faktor IX ke dalam peredaran darah.
Saat ditransfer, gen tersebut harus berfungsi dalam sel dalam jangka waktu yang lama,
demikian pula sel baru yang disebut transduced cell, harus pula bertahan lama.Program terapi
gen terbagi dalam dua jenis.Pertama, pemindahan gen dilakukan di dalam tubuh pasien (in
vivo transfer).Kedua, pemindahan gen dilakukan di luar tubuh pasien (ex vivo transfer).
Terapi gen in vivo transfer bersandarkan pada kemampuan sel-sel untuk menyerap DNA.
Peneliti berharap dapat memetakan gen yang berfungsi normal sehingga memungkinkan sel-
sel menerimanya sesegera mungkin, misalnya melalui penyuntikan. Sedangkan ex vivo
transfer, gen yang berfungsi normal disisipkan ke dalam sel di dalam laboratorium.
Kemudian sel yang telah ditransferkan ke gen baru tadi di letakkan ke dalam tubuh pasien.
Sel penderita dapat digunakan untuk pemindahan gen ini. Tentu kedua cara ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan in vivo transfer adalah sangat sedikit membutuhkan
manipulasi laboratorium dan dapat digunakan dalam skala besar. Sedangkan ex vivo lebih
sarat dengan operasi pembedahan, seperti bagaimana mengangkat dan meletakkan kembali
sel, karena meletakkan gen baru ke tubuh pasien tidaklah segampang menelan pil atau
semudah menyuntikkanya ke dalam darah (Farida :2007).

1. Penanggulangan penyakit melalui beberapa gen

1. Penghasil Enzim ADA

Wacana terapi gen mencuat tahun 1990 ketika untuk pertama kalinya gen normal adenosine
deaminase (ADA) dimasukkan ke dalam sel darah putih seorang penderita defisiensi
kekebalan kombinasi akut. Metode ini dilakukan oleh National Health Institute, Amerika
Serikat pada Ashanti De Silva, berusia 4 tahun (Anonimb. 2010).

Aplikasi terapi gen pertama kali dilakukan pada anak penderita defisiensi ADA pada
September 1990. Terapi ini dilakukan terhadap anak perempuan berumur 4 tahun. Ashanthi
De Silva di Clnical Center of the US national Institutes of Health di Behtesda Washington
D.C. USA. Usulan untuk terapi gen yang diprakarsai oleh Anderson dan Blaese ini diajukan 3
tahun sebelumnya. ADA merupakan enzim untuk metabolisme purin.Defisiensi ADA
merupakan penyakit Immunodeficiency, karena tubuh kekurangan enzim tersebut limfosit-T
dan limfosit-B yang mutlak dibutuhkan untuk pembentukan sistem kekebalan tidak dapat
berkembang dengan semestinya. Enzim ADA diperlukan untuk perkembangan sel T, gen
ADA terletak pada kromosom X. pada penderita defisiensi ADA, gen untuk menyandi enzim
tersebut tidak ada, akibatnya tidak dapat memproduksi enzim tersebut tidak ada, akibatnya
tidak dapat memproduksi enzim tersebut. Dengan tidak adanya enzim ini sel T dan sel B
tidak terbentuk dengan sempurna,dan menjadikan tidak berfungsinya sistem kekebalan. Jika
bayi penderita defisiensi ADA ini tidak berada dalam lingkungan bebas mikroba (steril) maka
tidak dapat mempertahankan hidup. Bayi ini terkenal dengan nama baby balloon karena bayi
tersebut harus dimasukkan dala bola plastik yang steril, baik mainan atau makanan yang akan
disentuhnya harus disterilkan terlebih dahulu. Meskipun begitu bayi tersebut hanya berumur
sampai 4 tahun. Injeksi langsung enzim ADA dalam darah tidak dapat menolong karena akan
rusak dalam beberapa menit. Dengan cara pemindahan sumsum tulangpun memiliki
kelemahan, yaitu perlu pendonor yang cocok. Telah pula diusahakan dan disepakati
penggunaan PEG-ADA (polyethylene glycol-conyugated ADA).Senyawa ini dapat
bertahan dalam darah selama beberapa hari. Namun injeksi yang dilakukan tiap minggu akan
memakan biaya US $ 60,000 pertahunnya. Dengan rekayasa genetik yang diusulkan oleh
Anderson dan Blaese melalui terapi gen, gangguan ini telah dapat diatasi. Sel T diisolasi dari
penderita, kemudian ditumbuhkan di dalam kultur diatasi. Sel T diisolasi dari penderita,
kemudian ditumbuhkan di dalam kultur medium yang dibuat khusus untuk dapat
menstimulasi aktivasi dan pertumbuhan sel T. Setelah sel T berkembang biak, retrovirus
(yang bertindak sebagai vektor) yang sudah mengandung DNA penyandi ADA ditambahkan
dan kemudian ditumbuhkan beberapa hari sebelum diberikan kepada penderita. Disini
retrovirus yang telah membawa gen ADA akan menginfeksi sel, kemudian bergabung ke
dalam DNA sel T. akhirnya larutan yang mengandung berjuta-juta sel-T yang telah
membawa gen ADA dimasukkan pada vena penderita. Dengan demikian gen penyandi ADA
di dalam sel T akan diekspresikan, sehingga tubuh penderita akan mampu menghasilkan
enzim tersebut. Sementara enzim tersebut belum diproduksi oleh tubuh, penderita tetap diberi
PEG-ADA.Salinan-salinan gen terklon untuk enzim ADA disisipkan ke dalam retrovirus
lemah (sebagai vector). Retrovirus ini dicampurkan dengan sel T Ashanti, retrovirus
kemudian mengjankiti sel T dan menyisipkan gen ADA ke dalam DNA sel T. setelah
dilakukan penyaringan, sel T rekombinan tersebut diklonkan, sebagan lagi disimpan dalam
penyimpanan gen (sebagai simpanan). Ashanti disuntik berulang kali, dan ternyata setelah
lima tahun didapati sel T Ashanti menunjukkan kehadiran gen ADA, diprediksikan satu
milyar sel telah diberikan pada Ashanti (Farida : 2007).

1. Pengobatan Hemofilia

Penderita hemofilia adalah manusia yang faktor VIII dalam darahnya jumlahnya sedikit. Jika
orang normal memiliki jumlah factor VIII dalam darahnya sebanyak 100 unit, maka penderita
hemofili ringan hanya memiliki sekitar 30 unit saja (6-30 persen), sedangkan penderita
hemofili berat hanya memiliki factor VIII dalam darahnya kurang dari 5 unit atau 1 persen
saja. Akibatnya penderita tidak memiliki kemampuan dalam pemkuan darah. Terapi gen
merupakan salah satu cara penyembuhan penyakit hemofili dengan memperbaiki kerusakan
genetis, yaitu melalui penggantian gen yang tidak rusak dan berfungsi normal. Penyembuhan
melalui terapi gen ini tidak dapat secara permanen dan masih harus dilakukan secara berkala
(Dwi : 2010).
Menurut Moeslichan (2005) dalam Duwi (2010), hingga saat ini terapi gen belum diterapkan
pada penderita hemofili Indonesia. Ditambahkannya bahwa di luar negeri studi terapi gen
terus dikembangkan. Bahkan percobaan kepada binatangpun telah dilakukan. Sebuah kasus
terapi gen yang dilakukan pada seekor anjing yang mengidap hemofilia dapat sembuh dalam
waktu 30 hari. Namun, serangan hemofilia kembali terjadi setelah itu.Pada manusia penderita
hemofili, masa penyembuhan setelah terapi gen, memakan waktu hingga satu atau dua tahun.

Risiko terapi gen adalah kemungkinan terjadinya viral vector yang akan beraksi layaknya
virus dan akan menyebabkan infeksi. Namun demikian sejauh ini viral vector yang telah
dilakukan investigasi tidak menyebabkan penyakit pada manusia. Penyembuhan penyakit
hemofilia melalui terapi gen saat ini masih terus dilakukan. Percobaan terhadap anjing telah
berhasil, demikian juga dengan manusia, percobaan terhadap dua penderita hemofilia pun
telah dilakukan (Dwi : 2010).

1. Pengobatan Thalasemia

Thallasemia merupakan suatu penyakit darah bawaan yang menyebabkan sel darah merah
pecah (hemolisis), sel darah merah penderita mengandung sedikit hemoglobin dan sel darah
putihnya meningkat jumlahnya (Supriyadi, dkk, 1992 dalam Duwi, 2010)).Thallasemia
merupakan penyakit keturunan yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia.6 sampai
10% dari 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Jika dua orang yang sama-sama
membawa gen ini menikah maka satu dari empat anak mereka akan menderita.

Kelainan gen ini akan mengakibatkan kekurangan salah satu unsur pembentuk hemoglobin
(Hb), sehingga produksi Hb berkurang. Terdapat tiga jenis thallasemia yaitu : mayor,
intermediate dan karier. Pada thallasemia mayor, Hb sama sekali tidak diproduksi. Akibatnya
penderita akan mengalami anemia berat. Dalam hal ini jika penderita tidak diobati, maka
bentuk tulang wajahnya akan berubah dan wama kulitnya menjadi hitam. Selama hidupnya
penderta akan tergantung pada transfusi darah. Hal ini dapat berakibat fatal, karena efek
samping dari transfuse darah yang terus menerus akan mengakibatkan kelebihan zat besi
(Dwi : 2010).

Terapi gen merupakan harapan baru bagi penderita thallasemia di masa mendatang. Terapi
dilakukan dengan menggantikan sel tunas yang rusak pada sumsum tulang penderita dengan
sel tunas dari donor yang sehat. Hal ini sudah di uji cobakan pada mencit (Dwi : 2010).

1. Memperpanjang usia sel/ penanggulangan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan


keuzuran.

The Sunday Times (15 Januari 1998) mengabarkan, seorang ilmuwan AS telah berhasil
menyingkap rahasia penuaan. Dari main-main dengan materi genetik, mereka menemukan
sumber zat awet muda untuk membuat sel manusia hidup lebih lama. Usaha
memperpanjang usia sel manusia dpandang akan sangat bermanfaat bagi penanggulangan
penyakit-penyakit yang berkaitan dengan keuzuran. Tim Dr. Woodring Wright, professor
biologi sel di niversity of Texas, Dallas, menggunakan enzim telomerase. Enzim ini
dihasilkan oleh sel kecambah, seperti sel telur dan sperma, dan mempengaruhi telomerase
(ujung kromosom).Sebagian kecil telomer ternyata hilang setiap kali sel biasa pada tubuh
manusia membelah diri.Namun karena sel normal tidak menghasilkan enzim telomer,
telomere tidak tumbuh lagi. Tim Dr. Wright berhasil menemukan cara untuk menumbuhkan
kembali telomer ini dengan menggunakan enzim telomerase. Hilangnya telomer berkaitan
dengan keuzuran. Dengan telomerase, telomer bisa diregenerasi sehingga penuaan
(setidaknya ditingkat sel) dapat dihentikan ini tidak berarti manusia dapat hidup selamanya,
karena matinya sel hanya salah satu saja dari sekian banyak proses yang membuat seseorang
menjadi tua. Penuaan ini dapat membantu memperpanjang usia sel dengan cukup berarti.
Kebutuhan akan sel yang jauh lebih panjang umur dari yang sampai kini ada, memang amat
dibutuhkan oleh para terapis gendalam usahanya menyembuhkan pasien berpenyakit
menurun, misalnya cystic fibrosis. Dalam terapi ini yang biasa dilakukan adalah mengambil
sel-sel si pasien, memasukkan gen sehat ke dalam sel-sel itu, lalu mengembalikan ke tubuh
pasien. Diharapkan sel yang telah dimanipulasi itu akan mengambil alih peran sel-sel yang
membawa kelainan penyakit tadi. Sayangnya, seringkali sel-sel sehatnya keburu menua di
saat terapis selesai menanganinya, sehingga mati sebelum bisa berbuat banyak. Dengan
mencegah kematian sel, proses telomerase diharapkan juga akan merangsang sel-sel bekerja
lebih baik (Farida : 2007).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penulisan makalah ini, yaitu :

1. Terapi gen atau gen therapy merupakan modifikasi materi genetik (DNA) dari sel untuk
tujuan pengobatan.

2. Mekanisme terapi gen melalui transfer gen baik secara ex vivo maupun in vivo dan melalui
agen pembawa gen.

3. Prinsip-prinsip terapi gen adalah gen yang akan dipindahkan itu harus diletakkan ke dalam
sel yang akan berfungsi normal dan efektif.

4. Penanggulangan penyakit melalui terapi gen diantaranya penyakit defisiensi ADA


(Adenosin Deaminase), Hemofilia, Thallasemia, memperpanjang usia sel/ penanggulangan
penyakit-penyakit yang berkaitan dengan keuzuran.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan, agar dapat meningkatkan pemahaman kita mengenai
terapi gen
Apa adalah gen terapi?

Gen terapi adalah penyisipan gen ke individu sel dan jaringan untuk mengobati penyakit,
seperti penyakit keturunan di mana alel mutan yang merugikan diganti dengan yang
fungsional. Meskipun teknologi masih dalam masa kanak-kanak, telah digunakan dengan
beberapa keberhasilan. Terobosan ilmiah terus bergerak Terapi gen menuju obat utama.

Ilmuwan pertama mengambil langkah logis mencoba untuk memperkenalkan gen langsung
ke sel-sel manusia, yang berfokus pada penyakit yang disebabkan oleh cacat gen tunggal,
seperti cystic fibrosis, hemofilia, muscular dystrophy dan anemia sel sabit. Namun, hal ini
telah terbukti lebih sulit daripada memodifikasi bakteri, terutama karena dari masalah-
masalah yang terlibat dalam membawa besar bagian dari DNA dan mengantarkan mereka ke
tempat yang benar tentang genome relatif besar. Hari ini, kebanyakan gen terapi studi
ditujukan kanker dan penyakit kelainan keturunan yang terkait dengan cacat genetik. Terapi
antisense yang tidak terlalu ketat bentuk terapi gen, tetapi adalah terapi yang terkait,
diperantarai secara genetis.

Terapi gen yang menggunakan vektor adenovirus: gen baru disuntikkan ke dalam vektor adenovirus,
yang digunakan untuk memperkenalkan DNA diubah ke dalam sel manusia. Jika perawatan berhasil,
gen baru akan membuat protein fungsional.

Biologi manusia gen terapi tetap kompleks dan membutuhkan banyak teknik lebih lanjut
pengembangan. Banyak penyakit dan link genetik yang ketat mereka perlu dipahami lebih
sepenuhnya sebelum Terapi gen dapat digunakan dengan tepat. Perdebatan kebijakan publik
seputar penggunaan mungkin rekayasa genetika materi dalam subjek manusia telah sama-
sama kompleks. Peserta utama dalam perdebatan berasal dari bidang biologi, pemerintah,
hukum, Kedokteran, filsafat, politik, dan agama, masing-masing membawa pandangan yang
berbeda untuk diskusi.
Ada berbagai metode yang berbeda untuk mengganti atau memperbaiki gen yang ditargetkan
pada terapi gen.

Gen normal dapat dimasukkan ke lokasi spesifik dalam genom untuk menggantikan gen
berfungsi. Pendekatan ini paling umum.
Gen yang abnormal dapat ditukarkan dengan gen normal melalui rekombinasi homolog.
Gen yang abnormal dapat diperbaiki melalui selektif mutasi yang terbalik, yang kembali gen
untuk fungsi normal.
Peraturan (gelar yang gen diaktifkan atau dinonaktifkan) gen tertentu bisa diubah.'' '
Gelendong transfer digunakan untuk menggantikan seluruh mitokondria yang membawa
cacat DNA mitokondria

Anda mungkin juga menyukai