Sel abnormal membentuk sebuah kelompok dan mulai berproliferasi secara abnormal, membiarkan sinyal
pengatur pertumbuhan dilingkungan sekitarnya sel. Sel mendapatkan karakteristik invasive sehingga terjadi
perubahan jaringan sekitar. Sel menginfiltrasi jaringan dan memperoleh akses kelimfe dan pembuluh darah, yang
membawa sel kearea tubuh yang lain. kejadian ini dinamakan metastasis (kanker menyebar kebagian tubuh yang
lain).
Sel-sel kanker disebut neoplasma ganas atau maligna dan diklasifikasikan serta diberi nama berdasarkan tempat
jaringan yang tumbuhnya sel kanker tersebut. Kegagalan sistem imun untuk menghancurkan sel abnormal secara
cepat dan tepat tersebut meneyebabkan sel-sel tumbuh menjadi besar untuk dapat ditangani dengan menggunakan
imun yang normal. (Suddarth, 2016)
Neoplasma merupakan pertumbuhan baru. Menurut seorang ankolog dari inggris menemakan neoplasma
sebagai massa jaringan yang abnormal, tumbuhan berlebih, dan tidak terkordinasi dengan jaringan yang normal,
dan selalu tumbuh meskipun rangsangan yang menimbulkan sudah hilang. Proliferasi neoplastik menimbulkan
massa neoplasma sehingga menimbulkan pembengkakan atau benjolan pada jaringan tubuh, sehingga terbentuknya
tumor. Istilah tumor digunakan untuk pembengkakan oleh sembaban jaringan atau perdarahan. (Padila, 2013)
Stadium Kanker
Stadium 0
Sel kanker baru tumbuh dan belum menyebar ke jaringan atau organ lain di sekitarnya. Kanker stadium 0 yang disebut juga sebagai
karsinoma in situ ini umumnya tidak bergejala, sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa ada sel kanker di dalam tubuhnya.
Stadium I
Kanker stadium I menggambarkan kondisi ketika sel kanker sudah tumbuh dan membentuk jaringan tumor berukuran kecil.
Pertumbuhan sel atau jaringan kanker pada stadium ini umumnya tidak menimbulkan gejala khas. Sel kanker pada stadium ini juga belum
tumbuh hingga ke dalam jaringan tubuh atau belum menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Stadium II
Pada stadium II, sel kanker sudah berkembang dan tumbuh dengan ukuran yang lebih besar. Namun, sel kanker ini masih berada di
tempat awal tumbuh dan belum menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kanker stadium II yang tidak segera ditangani bisa berkembang
menjadi kanker stadium lanjut.
Stadium III
Sel kanker stadium III memiliki kemiripan dengan sel kanker stadium II. Hanya saja sel-sel tersebut sudah tumbuh lebih dalam ke
jaringan atau organ tubuh. Umumnya, sel kanker stadium III sudah mulai menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya. Namun,
penyebarannya belum sampai ke bagian tubuh lain yang jauh dari lokasi awal munculnya sel kanker.
Stadium IV
Pada stadium ini, sel kanker yang semula tumbuh di jaringan tubuh tertentu sudah berkembang dan menyebar ke organ tubuh lain.
Misalnya, sel kanker yang awalnya tumbuh di paru-paru dapat menyebar ke otak ketika sudah mencapai stadium IV. Penyebaran ini
dikenal dengan istilah metastasis sel kanker.
Semakin tinggi stadium kanker, semakin rendah pula peluang untuk sembuh dari penyakit ini. Inilah yang melandasi mengapa deteksi
kanker perlu dilakukan sedini agar segera mendapatkan penanganan. Umumnya, dokter akan mengatasi sel kanker dengan beberapa cara,
seperti operasi, kemoterapi, imunoterapi, radioterapi, atau terapi hormon.
Tingkatan Kanker
1. Tingkat 1
Sel kanker belum tampak seperti sel abnormal. Pada tingkatan ini, sel kanker masih tampak
mirip dengan sel normal, begitu juga dengan
2. Tingkat 2
Sel kanker mulai menampakkan ciri-ciri yang berbeda dengan sel normal. Pertumbuhan sel
kanker mulai lebih cepat jika dibandingkan dengan sel normal.
3. Tingkat 3
Sel kanker pada tingkat ini sudah tampak jelas sebagai sel abnormal. Sel-sel kanker di tingkat 3
ini juga sudah mulai berkembang dengan sangat aktif dan mulai merusak jaringan normal di
sekitarnya.
Prinsip Penatalaksanaan
Prinsip tata laksana gejala pada pasien kanker meliputi tahap identifikasi
dan evaluasi, penjelasan, diskusi, pengelolaan secara individu, perhatian
khusus serta pengawasan.
1. Identifikasi dan evaluasi
2. Penjelasan
3. Diskusi
4. Pengelolaan secara invidu
5. Perhatian khusus
6. Pengawasan
Penatalaksanaan Terapi Non-Farmakologis
Penatalaksanaan Nyeri
• Modifikasi lingkungan dan gaya hidup: hindari aktifitas yang memacu atau memperberat nyeri, immobilisasi
bagian yang sakit dengan alat, gunakan alat bantu untuk jalan atau kursi roda
• Fisik: kompres hangat, TENS
• Psikoterapi : cognitive-behavioural terapy, psychodynamic therapy
• Relaksasi misalnya dengan berdoa, meditasi, dan pemijatan
• Edukasi Pasien
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengontrol nyeri yaitu :
• Dukungan emosi dari orang terdekat pasien
• Metode fisik seperti sentuhan, belaian, anjuran bernapas teratur, menggunakan air dingin/es batu di daerah nyeri
dan air hangat untuk mengurangi kembung.
• Metode kognitif, misalnya mendengarkan musik, membayangkan hal yang menyenangkan, menggunakan
aromaterapi, dsb.
• Berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.
• Menggunakan praktek alternatif/ tradisional yang bermanfaat dan tidak membahayakan.
Penatalaksanaan Terapi Non-Farmakologis
ketakutan dengan mendengarkan secara aktif, • Batuk kering: kodein atau morfin
pemberian penjelasan dan yakinkan. • Oksigen rendah untuk batuk karena emfisema
• Ajarkan cara menggunakan dan menyimpan energi • Endobronkial, limfangitis, pneumonitis akibat
• Perdarahan ringan yang terlihat pada sputum tidak tidur, memperbaiki emosi dan kualitas hidup.
Gangguan Kulit
1) Pruitus 2) Keringatan Berlebihan (Hyperhydrosis)
Gangguan Kulit
3) Dekubitus
Tata laksana : 4) Luka Kanker
• Debridemen yaitu terapi konservatif yang meliputi Terapi topikal: Dressing secara teratur dan
pencegahan tekanan pada lokasi yang rentan terjadi sering sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan,
ulkus dekubitus, pengawasan nutrisi, kontrol infeksi, tetap kering dan bebas infeksi. Rendam dengan air
tatalaksana nyeri dan perawatan luka, serta hangat atau waktu mandi. Pada luka bersih gunakan
pembedahan sesuai kebutuhan klinis dan derajat saline. Pada jaringan mati gunakan campuran
• Bersihkan dengan larutan salin Pada luka infeksi gunakan antiseptik. Hentikan
• Memacu tumbuhnya jaringan (superficial: membran perdarahan dengan alginte atau dengan adrenalin
impermeabel)
Penatalaksanaan Terapi Non-Farmakologis
Gangguan Kulit
5) Limfedema
Tata laksana meliputi:
• Perawatan kulit: Kelembaban kulit perlu dijaga agar tidak mudah pecah dan infeksi. Kulit harus kering,
terutama perhatikan bagian lipatan.
• Positioning: letakkan bagian yang mengalami limfedema pada posisi horisontal dengan memberikan
bantalan agar nyaman.
• Gunakan bandage dengan tekanan ringan
• Anjurkan untuk melakukan latihan ringan. Bila latihan aktif tidak memungkinkan, latihan pasif akan
bermanfaat.
• Massage dan penggunaan Kompresi Pneumatik konsultasikan dengan bagian rehabilitasi medik
Penatalaksanaan Terapi Non-Farmakologis
Tata Laksana Non Farmakologis: aromaterapi essential oil rose, aromaterapi jahe,
Obati pasien BUKAN hasil laboratoriumnya. peppermint, dan pijat aromaterapi.Jamu yang juga bisa
Lemah dan cepat lelah bisa dikarenakan oleh anemia menjadi terapi komplementer kanker, baik dengan
atau kankernya sendiri. Transfusi darah dianjurkan pada menghambat pertumbuhan beberapa jenis kanker atau
pasien dengan kelemahan dan cepat lelah bila terdapat dengan mematikan sel kanker. Beberapa komponen
anemia dengan mengkonsumsi buah-buahan,kurma jamu yang paling sering digunakan yaitu kunyit putih
sayur, teh rosella, dan juga ekstrak daun kelor. Semua (C. Zedoaria), rumput mutiara (Hedyoris corymbosa),
bahan-bahan ini dapat dibuat jus ataupun puding. umbi bidara upas (Merremia mammosa Hall.f),
sambiloto (Andrographis paniculata Nees), keladi tikus,
temu manga, benalu, daun sirsak, daun dewa.
Penatalaksanaan Terapi Non-Farmakologis
Gangguan Hematologi
3) Trombosis Vena Dalam
Tata Laksana Non Farmakologis:
1) NSAID
2) Kompresi dengan stocking
3) Pada DVT di tungkai bawah: Posisi tungkai lebih tinggi
4) Antikoagulan: Pada pasien dengan resiko perdarahan tinggi seperti renal cell karsinoma dan melanoma,
pemberian anti-koagulan adalah kontraindikasi. Konsultasi dengan hematologist/internist diperlukan untuk
pemberian antikoagulan.
Penatalaksanaan Terapi Non-Farmakologis
pada traktus urinaria baik yang disebabkan oleh bakteri maupun trauma pasca operasi berikut beberapa contoh
Tatalaksana dengan pemberian minum yang cukup dan hygiene yang bersih
• Inkontinensia urine
Tatalaksana dengan mengganti alas tidur secara berkala dan usahakan selalu dalam keadaan kering,
Gangguan Psikiatri
1) Delerium
Tata laksana:
1) Koreksi penyebab yang dapat segera diatasi : penyebab yang mendasari atau pencetusnya
2) Pastikan berada di tempat yang tenang, dan pasien merasa aman, nyaman dan familier
3) Singkirkan barang yang dapat membahayakan.
4) Jangan sering mengganti petugas
5) Hadirkan keluarga, dan barang barang yang dikenal
6) Dukungan emosional
Penatalaksanaan Terapi Non-Farmakologis
Gangguan Psikiatri
2) Depresi
Tata laksana :
1) Depresi ringan dan sedang: dukungan, empati, penjelasan, terapi kognitif, simptomatis
2) Depresi berat: Terapi suportif
3) Kecemasan
Tata laksana:
1) Dukungan termasuk mencari dan mengerti kebutuhan dan apa yang menjadi kecemasannya dengan mende-
ngarkan dengan seksama dan memberikan perhatian pada hal- hal yang khusus.
2) Memberikan informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa akan terus memberikan dukungan untuk
mencapai harapan yang realistik.
3) Intervensi psikologi: distraksi untuk menghilangkan kejenuhan dan pikiran yang terpusat pada diri sendiri
4) Perawatan spiritual