Anda di halaman 1dari 114

Nama : Arta Lebrina Nakmofa

Nim : 1811B0007

Tugas : Take Home Paliativ Care

Judul : Tentang Kanker Serviks dengan masalah keperawatan nutrisi kurang dari
kebutuhan

Pendahuluan

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks uterus (leher
rahim), suatu daerah pada organ reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
(uterus) yang terletak antara rahim dengan liang senggama (vagina) atau rahim bagian bawah. Kanker
serviks (leher rahim) adalah penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan yang
dapat berdampak terhadap fisik, mental dan sosial, bahkan kematian penderitanya. Kondisi demikian
sangat merugikan sehingga tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa Cancer is a public health
problem”. Kanker serviks adalah jenis kanker kedua setelah kanker payudara yang paling umum
diderita oleh perempuan.

Beberapa faktor penyebab gangguan nutrisi pada penderita kanker serviks yaitu :

- Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologik dan lost response terhadap
kanker berupa cepat kenyangatau perubahan pada indra pengecap (lidah).
- Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena masalah pada saluran cerna, gangguan
absorbs zat gizi, dan kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah-muntah dan diare.
- Perubahan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
- Peningkatan pengeluaran energi.

Salah satu zat gizi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya kanker adalah Lemak. Konsumsi
lemak yang berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Hal ini disebabkan lemak bersifat
Cancer Promoting. Adanya lemak dalam tubuh membuat zat yang bersifat karsinogenik, zat yang
membentuk terjadinya kanker, berkembang. Beberapa cara zat gizi lemak menjadi penunjang
timbulnya kanker, diaritaranya adalah Sebagai penyebab : tubuh mengeluarkan hormon tertentu
secara berlebihan, diantaranya sekresi hormon esterogen yang berlebih meriunjang tumbuhnya
kanker payudara.

Penurunan berat badan yang terjadi terus menerus pada pasien kanker disebabkan oleh adanya
penurunan intake energi1 .ataupun peningkatan pengeluaran energi (karena tumor )1 serta
perubahan metabolisme protein dalam tubuh. Produksi insulin pada pasien kanker akan menurun.
Rendahnya produksi insulin tubuh selanjutnya dapat menyebabkan meningkatnya kadar glukosa
darah. Tingginya kadar glukosa darah selanjutnya dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
pasien. Oleh sebab itu makan pagi merupakan waktu makan yang tepat dibandingkan waktu makan
lainnya karena pagi hari keadaan kadar glukosa darah adalah yang terendah. Toleransi kadar glukosa
juga mempengaruhi fungsi gastrointestinal, .karena kadar glukosa darah yang tinggi dapat
memperlambat gerakan peristaltik di lambung.

Faktor penyebab · terjadinya kanker bersifat multifaktor, demikian pula dengan keberhasilan
pengobatan kanker. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keberhasilan
pengobatan kanker diantaranya adalah:

- dukungan nutrisi yang tepat,


- dukungan dari lingkungan keluarga, orangorang terdekat, maupun dari lingkungan tempat
tinggal,
- penanganan psikologis untuk meningkatkan motivasi dan rasa optimis yang kuat untuk
dapat terus berjuang melawan kanker dan bcrserah diri pada takdir yang Kuasa

Pengkajian

Menghadapi kenyataan bahwa memiliki penyakit yang dapat mengancam jiwa apalagi bila
menyadari telah berada dalam fase teminal, tidaklah mudah diterima oleh penderita, keluarga dan
bahkan juga oleh dokter yang menanganinya. Berbagai respon psikologik dapat timbul dalam keadan
ini, seperti rasa tak berdaya, putus asa, sedih, takut, marah dan sebagainya.

Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual, unsur-unsur badan, jiwa,


lingkungan dan spiritual berada dalam suatu kesatuan. Pada seorang penderita kanker, seringkali
bukan kematian yang ditakuti tetapi lebih kepada proses menuju kematian. Perawatan penderita
haruslah menyentuh semua demensi kehidupan ini, karena masing-masing dimensi akan selalu
berinteraksi secara timbal-balik. Bayangan mengenai penderitaan dan saat akhir kehidupan, dapat
mendominasi pikiran penderita dengan penyakit terminal. Keluhan fisik dan psikologis yang ada
sering saling terkait dan menberikan efek negatif terhadap kuali-tas fisik serta memiliki peran yang
penting terhadap kesejahteraan penderita dengan penyakit kanker stadium lanjut.

Penyakit kanker adalah penyakit yang dikonotasikan akan berujung pada kematian. Pada fase
awal penderita nampak seper-ti orang yang sehat namun umumnya mulai mengalami masa-lah-
masalah yang berkaitan dengan masalah psikososiospiritual. Masalah -masalah ini bisa muncul pada
saat Melakukan pemeriksaan penunjang

Ketika ada dugaan menderita kanker, beberapa penderita sudah mulai merasakan gangguan
psikologis berupa cemas, sulit tidur, nafsu makan menurun dan penyangkalan sehingga seringkali
berujung pada penolakan atau penundaan pemeriksaan laboratorium. Hal ini terkadang berkaitan
dengan masalah-masalah finansial untuk melakukan pemeriksaan terkait dengan penyakitnya.

Ketika pasien mengetahui bahwa dirinya menderita kanker biasanya timbul distress. Timbul
rasa marah kepada diri sendiri dan orang lain disekitarnya. Pada saat ini sangat penting bagi seorang
dokter menguasai cara menyampaikan Kebutuhan finansial, dukungan keluarga dan lingkungan
sangat dibutuhkan selama menjalani terapi, namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya sehingga
timbul berbagai masalah psikososial spiritual. Efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi oleh
penderita juga bisa mencetuskan gangguan

Pembahasan
Terapi konvensional sudah terbukti secara empiris digunakan dalam penanganan pasien dan
sudah digunakan oleh kalangan medis. Saat ini terapi tradisional dan komplementer alternatif
digunakan sebagai pelengkap mendampingi terapi konvensional sehingga penanganan pasien menjadi
komprehensif. Terapi non konvensional sudah diakui oleh pemerintah bahkan sudah digunakan
secara luas dimasyarakat dari dulu karena merupakan suatu budaya masyarakat tersebut.

Kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan akan tercapai
karena biaya berhasil digunakan secara optimal dengan kualitas maksimal.

Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan obat obatan tradisional dan obat
komplementer alternatif yang berbasis tanaman, bianatang, Memasukkan terapi tradisional dan
komplementer alternatif didalam pengajaran kepada anak didik, sehingga mereka lebih mengenal
manfaat dan keuntungan penanganan pasien secara komprehensif
JURNAL 1

ANALISIS FUNGSIONAL TERAPI TRADISIONAL DAN TERAPI


KOMPLEMENTER ALTERNATIF DIERA
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

I Wayan Artana1)
1) Dosen S1 Keperawatan, STIKES Bina Usada Bali

Abstrak

Pelayanan dibidang kesehatan lebih baik dilakukan secara menyeluruh, karena manusia tidak dapat
dipandang secara bagian perbagian. Kesepuluh sistem organ bekerjanya secara fungsional dalam
mempertahankan tubuh agar tetap dalam keadaan seimbang. Penanganan penyakit secara
menyeluruh/komprehensif meliputi penanganan secara konvensional dan non konvensional. Tulisan
ini menggunakan metode analisis studi kepustakaan tentang peranan terapi non konvensional dalam
penanganan penyakit.Penanganan konvensional meliputi semua penanganan yang telah terbukti
secara ilmiah dan sudah dipergunakan oleh kalangan medis, sedangkan penanganan non
konvensional belum seluruhnya terbukti secara ilmiah tetapi sudah ada digunakan oleh kalangan
medis. Tujuan dari penulisan ini mengetahui peran yang bisa diambil oleh terapi non konvensional
dalam penanganan penyakit diera JKN. Penanganan non konvensional terdiri dari terapi tradisional
dan terapi komplementer alternative. Terapi ini ada beberapa yang sudah diperbolehkan digunakan
sebagai terapi tambahan atau terapi pelengkap pada penanganan pasien, asalkan tidak bertentaangan
dengaan terapi medis konvensional. Hal ini dibuktikan dengan telah diundangkannya peraturan
peraturan mengenai terapi tradisional dan komplementer alternative. Hasil tulisan ini dapat
dipergunakan oleh kalangan medis untuk penanganan penyakit yang menyeluruh sehingga pasien
menjadi lebih puas. Begitu juga dapat memberikan hasil yang baik kepada kendali mutu dan kendali
biaya pada program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Perlu
dilakukan penelitian dan pengembangan obat obatan tradisional dan obat komplementer alternatif
oleh institusi pendidikan STIKES Bina Usada dan institusi kesehatan lain. Memasukkan terapi
tradisional dan komplementer alternatif kedalam materi pengajaran kepada anak didik sehingga
mereka lebih mengenal manfaat dan keuntungan penanganan pasien secara komprehensif.

Kata Kunci: Analisis Fungsional, Terapi Tradisional, Terapi Komplementer Alternatif, BPJS.
Korespondensi: Klinik Sidhi Sai Abiansemal Badung, mobile 081338471009.
Email:wayan.artana@gmail.com

Volume 1 Nomor 1, Juni 2017


FUNCTIONAL ANALYSIS OF TRADITIONAL THERAPY AND THERAPY
COMPLEMENTARY ALTERNATIVE DIERA
NATIONAL HEALTH INSURANCE

Abstract

Service at better health area is done thoroughly, since man can't see quotient part ala. Tenth organ
system works it functionally deep keep that body evens state deep regular. Diseased handle
thoroughly/komprehensif covers handle conventionally and non conventional. This writing utilize
analisis studi's method bibliography about therapy role non conventional in diseased handle.
Handle conventionaling to cover all handle has already evident scientifically and be used by
medical circle, meanwhile handle non conventional was entirely evident scientifically but have
available utilized by medical circle. To the effect of inscriptive it knows role who can be taken by
therapy non conventional in diseased handle at JKN'S era. Handle non conventional consisting of
traditional therapy and alternative's complementary therapy. This therapy available many already
been let are utilized as therapy of affix or complement therapy on patient handle, provided that
don't bertentaangan dengaan be damped down by medical conventional. It proved by have
diundangkannya regulation hits to be damped down traditional and complementary alternative.
Usufruct this writing gets to be used by medical circle for comprehensive disease handle so patient
becomes more pleased. So can also give good result to conduct quality and conducts cost on
programs Social Security Promoter Body health (BPJS is health). Need to be done by research and
development obatan traditional and alternative complementary medicine by STIKES'S education
institution Builds Usada and other health institutions. Inserting traditional therapy and
complementary alternative into teaching material to protege so they more know benefit and patient
handle gain komprehensif's ala.

Keyword: Functional Analisis, Traditional Therapy, Alternative Complementary Therapy, BP


Pendahuluan
Kehidupan manusia dari segi kesehatan dapat
dilihat dari adanya perubahan dalam pertumbuhan kesehatan, serta sikap dan perilaku dalam batas
dan perkembangannya. batas tertentu secara rata rata.
Pertumbuhan membicarakan tentang terjadinya Tubuh manusia merupakan suatu
perubahan pada jumlah dan pembesaran dari sel, kumpulan beberapa struktur yang tersusun
jaringan, organ, dan sistem organ. Pertumbuhan secara rapi dari yang terkecil sampai terbentuk
hanya mengenai segi fisik saja, yang dapat struktur terbesar yaitu seorang individu. Struktur
dilihat dari keadaan antropometri tubuh struktur ini bersifat fungsional terhadap struktur
manusia. Perkembangan tubuh manusia yang lainnya. Struktur terkecil dari individu
mengenai hal yang lebih luas dan abstrak, seperti adalah sebuah sel yang merupakan struktur unit
kemampuan dalam hal fungsinya, intelektual terkecil dan mampu melaksanakan semua proses
(kognitif), ketrampilan (psikomotor), sikap dan kehidupan. Individu merupakan organisme
perilaku (apektif), dan kesehatannya. kompleks memiliki banyak sel dengan
Pertumbuhan yang baik adanya pertambahan spesialisasi struktural dan fungsional yang
dalam hal jumlah dan ukuran sampai batas waktu berbeda. Kumpulan sel yang memiliki struktur
tertentu dari bagian bagian yang membentuk dan fungsi yang sama membentuk suatu struktur
tubuh secara fisik. Perkembangan meliputi baru dinamakan jaringan. Selanjutnya jaringan
kemampuan fungsional, intelektual, ketrampilan, jaringan bergabung membentuk organ (alat), dan
organ organ
Volume 1 Nomor 1, Juni 2017

Penyakit
GENETIK

PERILAKU PENYAKIT

LINGKUNGAN

Sumber: Wirawan, 2013

bersatu menjadi suatu strutur baru yaitu sistem social, dan bebas dari penyakit dan kecacatan
organ. Jadi seorang individu terdiri dari (WHO dalam Artana, W, 2013).
beberapa sistem organ (Silverthorn, DU,
Blum (1981) seperti yang dikutip
2015:3). Kelangsungan hidup individu bisa
Wirawan, (2013) mengemukakan empat faktor
terwujud apabila tubuh berada dalam keadaan
yang berperanan didalam terjadinya penyakit
sehat dan walafiat, yang berarti tubuh itu sehat
atau yang mempengaruhi derajat kesehatan
baik secara jasmani maupun rohani. Kesehatan
suatu masyarakat. Keempat faktor tersebut,
tubuh sekarang ini dipandang dari dua dimensi
antara lain: a) genetik, b) perilaku, c)
yaitu sehat secara jasmani dan sehat secara
lingkungan, d) Pelayanan Kesehatan
spiritual. WHO menyebutkan manusia yang
sehat tidak hanya sehat jasmani, sehat rohani, Masyarakat.
dan bebas dari kecacatan. Tubuh yang sehat dan
ideal meliputi sehat dari aspek fisik, mental, Gambar 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

PELAYANAN
KESEHATAN
Pada jaman reformasi ini pelayanan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian
kesehatan menjadi fenomenal karena adanya Kesehatan yang ditindaklanjuti dengan
suatu produk peraturan yang mengatur tentang Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Undang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Undang ini sebagai implementasi pelaksanaan
Kesehatan, telah ditetapkan bahwa Direktorat
Undang Undang dasar 1945 (UUD 1945)
Pelayanan Kesehatan Tradisional berada di
tentang Kesejahteraan Sosial dan keadilan
bawah Direktorat Jenderal Pelayanan
sosial. Kesejahteraan dan keadilan sosial
merupakan falsafah hidup Bangsa Indonesia Kesehatan.
yang tercantum pada Sila Kelima dari Pancasila.
Artinya semua rakyat Indonesia harus a. Terapi Tradisional
mendapatkan keadilan sosial dan kesejahteraan Pengobatan tradisional merupakan
sosial secara merata, termasuk dibidang pengobatan dan/atau perawatan dengan
pelayanan kesehatan. cara, obat dan pengobatnya yang mengacu
kepada pengalaman, ketrampilan turun
temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan,
Terapi Non Konvensional dan diterapkan sesuai dengan norma yang
Merupakan terapi yang diberikan kepada berlaku dalam masyarakat. (Kepmenkes
pasien dengan menggunakan obat obatan
tradisional atau komplementer alternatif. Terapi
ini sebagai terapi tambahan pada terapi
konvensional. Ada beberapa terapi ini sudah
dipakai di Rumah sakit seperti akupuntur dan
hiperbarik. Sumber daya di bidang kesehatan
merupakan segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat. Kementerian Kesehatan
RI telah menetapkan suatu langkah maju sejalan
dengan upaya reformasi birokrasi yaitu
pembentukan Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif dan
Komplementer melalui Permenkes No. 1144
tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan RI. Upaya yang
dilakukan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif dan
Komplementer adalah pengembangan integrasi
pelayanan kesehatan tradisional dan
komplementer alternative kedalam fasilitas
pelayanan kesehatan (Puskesmas), melalui
peningkatan kemampuan tenaga kesehatan,
optimalisasi penapisan, dan pemberdayaan
masyarakat melalui asuhan mandiri di bidang
kesehatan tradisional. Peraturan Presiden
1076/Menkes/SK/VII/2003). UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 48 menyatakan
“Pelayanan kesehatan tradisional merupakan bagian dari penyelenggaraan upaya kesehatan”. Untuk
kepentingan tersebut perlu peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tradisional oleh tenaga
kesehatan baik di fasilitas kesehatan maupun praktek tenaga kesehatan.Pelayanan kesehatan ini harus
dapat dipertanggungjawabkan keamanan dan manfaatnya serta tidak bertentangan dengan norma
agama dan kebudayaan masyarakat. Pelayanan ini menggunakan obat tradisional yaitu bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Riset kesehatan Dasara
(Riskesdas) Tahun 2013 mendapatkan proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional sebesar 30,4 % dengan jenis pelayanan yang paling banyak digunakan adalah
keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan ramuan sebesar 49%. Kondisi ini menggambarkan bahwa
pelayanan kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup besar dan perlu mendapat perhatian
yang serius sebagai bagian dari pembangunan kesehatan nasional. Jenis pelayanan kesehatan
tradisional (PP 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional) meliputi:
1. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris;
Merupakan penerapan pelayanan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti
secara empiris. Pelayanan ini dapat menggunakan satu cara perawatan atau kombinasi cara
perawatan dalam satu sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris.

2. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer;


Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer adalah penerapan kesehatan tradisional yang
memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan keamanannya
terbukti secara ilmiah.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Integrasi.
Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap atau pengganti.

b. Terapi Komplementer Alternatif


Penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif diatur dalam Permenkes no. 1109 tahun
2007 yang menyatakan pengobatan komplementer alternatif adalah pengobatan non konvensional
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, kuratif,
preventif dan rehabilitative yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan
dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tetapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional. Dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lain merupakan pelaksana utama
untuk pengobatan komplementer alternative secara sinergi dan atau terintegrasi di fasilitas pelayanan
kesehatan. Mereka yang melakukan pengobatan komplementer alternatif, selain harus memiliki Surat
Bukti Registrasi Tenaga Pengobatan Komplementer-Alternatif (SBR-TPKA) yang dikeluarkan oleh
dinas kesehatan provinsi dan Surat Tugas Tenaga Pengobatan Komplementer-Alternatif (STTPKA)

ii
yang dikeluarkan dinas kesehatan kabupaten/kota juga harus memiliki surat ijin praktik/surat ijin
kerja sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan kesehatan komplementer alternatif oleh
tenaga kesehatan merupakan salah satu alternative pengobatan yang dapat berkontribusi
meningkatkan derajat kesehatan, dan dewasa ini makin banyak diminati oleh masyarakat. Terapi ini
sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional medis, dan pelaksanaannya
dapat dilakukan bersamaan dengan terapi medis (Moyad & Hawks, 2009). Pemanfaatan terapi
alternative komplementer meningkat pesat di seluruh pelosok dunia. Perkembangan tersebut tercatat
dengan baik di Afrika dan populasi secara global antara 20% sampai dengan 80%. Hal yang menarik
dari terapi alternative komplementer ini didasarkan pada asumsi dasar dan prinsip-prinsip sistem
organ yang beroperasi (Amira dan Okubadejo, 2007). Terbukti bahwa pemanfaatan. terapi alternatif
komplementer mengalami peningkatan secara global, dan pengakuan diberikan oleh penyedia
asuransi kesehatan di negara-negara maju (Eisenberg,et al., 1998). Di Indonesia Keputusan Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan
metode pengobatan komplementer–alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Jenis pelayanan pengobatan Komplementer Alternatif berdasarkan Permenkes RI, Nomor:
1109/Menkes/Per/2007 adalah :
Sistem pelayanan pengobatan alternative meliputi : Akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurveda . Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) seperti:
Hipnoterapi, meditasi, penyembuhan spiritual, doa, dan yoga. Cara penyembuhan manual seperti:
Chiropractice, healing touch, shiatsu, osteopati, pijat urut. Pengobatan farmakologi dan biologi
seperti: Jamu, herbal, dan gurah. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan seperti: diet
makro dan mikro nutrient. Cara lain dalam diagnose dan pengobatan meliputi: terapi ozon,
hiperbarik. Beberapa pengobatan alternatif yang berkembang antara lain akupuntur, hipnotherapi,
hiperbarik, terapi musik, ayur weda dan sebagainya.
.hukumonline.com Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan).
Mencegah penyakit lebih baik daripada mengobati. Hal itu sudah sering kita dengar sehari hari.
Pernyataan tersebut sangat perlu dilaksanakan dalam bentuk tindakan agar benar benar terwujud karena
akan memberikan keuntungan yang baik bagi individu, masyarakat, serta negara secara luas. Secara
filosofis apabila kita berhasil mencegah terjadinya penyakit, maka tidak akan ada penyakit yang
menyentuh manusia, dan tidak pernah manusia itu sakit. Hal ini tidaklah mungkin didapatkan. Kita bisa
menerima penyakit tersebut tapi tidaklah penyakit tersebut menjadi lebih berat dan lebih lama tinggal
ditubuh kita.
Makin banyak manusia sehat, secara ekonomi meningkatkan taraf hidupnya karena biaya untuk
berobat sudah tidak diperlukan atau bila diperlukan jumlahnya hanya minimal saja. Kinerja individu
makin baik, tempat kerja makin berkembang. dan pada akhirnya kesejahteraan akan meningkat. Angka
harapan hidup juga menjadi lebih lama. Peningkatan jumlah lansia ini tidaklah mengkawatirkan karena
lansia masih dapat berfungsi sesuai dengan kemampuan dan lansia yang ada tidak berada dalam keadaan
sakit. Para lansia akan tetap dalam keadaan “GAUL” (Gaya hidupnya tetap sehat, Aktifitas lansia tetap
bermanfaat, Uangnya banyak/Keadaan ekonominya tetap terjamin, serta Lupa/penyakitnya sedikit)
(Setiabudi,T dan Maruta,J.20141-27).
Pemerintah telah membuat kebijakan dalam hal pelayanan kesehatan menyeluruh bagi rakyat
Indonesia. Kebijakan ini dilaksanakan dengan diundangkannya UndangUndang Republik Indonesia
nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

iii
Indonesia nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.
Peraturan tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat
Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan
sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem
Jaminan Sosial Nasional merupakan suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial. Pelaksana dalam jaminan kesehatan ini diselenggarakan
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan, yaitu
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Setiap Peserta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri berwenang melakukan:
a. penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);
b. pertimbangan klinis (clinical advisory);
c. penghitungan standar tarif;
d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan.
Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment) sebagaimana dilakukan dalam rangka
pengembangan penggunaan teknologi dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan untuk peningkatan mutu
dan efisiensi biaya serta penambahan manfaat jaminan kesehatan.

Fungsi dan Kedudukan Terapi Tradisional dan Komplementer Alternatif


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti dokter praktek, dokter gigi praktek, Klinik
Pratama, Puskesmas wajib melayani pasien dalam bidang promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan, serta rehabilitasi. Pengobatan penyakit diutamakan kepada penyebab dari penyakit tersebut,
memperlambat bahkan menghambat proses penyakit, disamping juga mengobati keluhan serta gejala
gejala yang ditimbulkan oleh penyakit (Pangkahila,W.2011). Menurut Bloom ada empat faktor yang
mempengaruhi penyakit yaitu genetik atau keturunan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan lingkungan.
Manusia yang sehat tidak hanya sehat jasmani, sehat rohani, dan bebas dari kecacatan. Tubuh yang sehat
dan ideal meliputi sehat dari aspek fisik, mental, social, dan bebas dari penyakit dan kecacatan. Sehat
secara mental, sosial, dan spiritual merupakan perluasan definisi sehat, dari yang sebelumnya hanya
sehat fisik dan bebas dari kecacatan. Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya dalam jaminan
pelayanan kesehatan ini penulis melihat adanya hubungan yang erat antara apa yang dimaksud dengan
sehat, faktor faktor yang mempengaruhi penyakit, serta harapan pemerintah supaya masyarakat mendapat
pelayanan yang prima dengan biaya yang terjangkau. Untuk itu sudah sepatutnya para insan kesehatan
melakukan terobosan dalam rangka;a).pencegahan penyakit (preventif); b).pengobatan penyebab, proses,
serta keluhan dan gejala penyakit (kuratif);c).mengembalikan kerusakan yang terjadi yang ditimbulkan
oleh penyakit
(rehabilitative).
Pencegahan penyakit dilakukan dengan mencegah penyebab penyakit masuk atau mengenai tubuh
dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kuman kuman penyebab penyakit seperti virus, bakteri, spirocaheta,
dan lainnya yang berupa mahluk hidup dicegah dan dikendalikan perkembangbiakannya. Mencegah
penyakit dari pengaruh fisik dan kimia dilakukan dengan menghindari atau melindungi diri dari pengaruh
tersebut, sedangkan penyebab penyakit dari pergaulan sosial dilakukan dengan menerima perubahan yang
terjadi tanpa ketergantungan dengan perubahan tersebut. Kita mengikuti perubahan yang terjadi tetapi
jangan terseret dengan perubahan tersebut, karena tidak semua perubahan dapat kita ikuti. Penggunaan

iv
terapi komplementer alternatif pada pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan: a). Intervensi tubuh
dan pikiran (mind and body interventions) seperti:
Hipnoterapi, meditasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga; b).Sistem pelayanan pengobatan alternative
seperti: Akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda;c).Cara penyembuhan
manual seperti pijat urut.d).Pengobatan farmakologi dan biologi seperti Jamu, herbal, dan gurah;e).Diet
dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro dan mikro nutrient.
Penggunaan terapi tersebut dapat dimungkinkan karena berpengaruh terhadap pengendalian
perasaan, sikap, dan emosi. Perasaan, sikap, dan emosi yang tenang membuat tubuh mengeluarkan
hormon ketenangan seperti endorfine, enkhafalin dan lainnya. Disamping itu juga hormon yang membuat
kecemasan dan emosi yang meledak ledak seperti adrenalin, nor adrenalin, dan kortisol dihambat,
sehingga tubuh berada dalam keadaan seimbang, sistem organ akan bekerja dengan baik. Keseimbangan
ini dapat mencegah kerusakan sistem organ tubuh, karena sistem organ bekerja secara gradual sesuai
dengan kebutuhan tubuh (tidak terjadi kesalahan pemakaian sistem organ). Seperti yang dikatakan dr.
Augusmant dari Jerman “tubuh itu rusak karena sering dipakai dan salah pemakaian (Wear and Tear
theory”).
Makanan dapat juga digunakan dalam pencegahan penyakit. Makanan jangan dilihat dari
kandungan gizinya saja tetapi perhatikan juga sifat sifat yang terkandung didalamnya. Agama Hindu
berpandangan tubuh manusia selain menyerap sari makanan juga menyerap sifat sifat yang melekat pada
makanan. Sari makanan akan membentuk bagian fisik, sedangkan sifat makanan akan berperanan dalam
membentuk ketiga sifat (Tri Guna) yang terdapat dalam individu.
Tri Guna manusia yaitu tiga sifat manusia yang terdiri dari sattvam, rajas, dan tamas. Makanan
yang bersifat sattvam akan membentuk sifat sattvam yang dominan pada tubuh dibandingkan dengan
rajas, dan tamas. Makanan rajas menghasilkan sifat rajas yang lebih dominan, begitu juga makanan
tamas. Svami Vivekananda mengatakan setiap jenis makanan baik dari daging, ikan, sayur mayur, dan
buah buahan dipengaruhi oleh tiga sifat “guna” yaitu sattvam, rajas, dan tamas dengan kadar yang
berbeda beda. Sattwam yang bersifat tenang, bersinar, selalu berdasarkan kasih sayang, tenang, bijaksana,
tidak terburu buru, kebenaran, dan kedamaian. Sifat rajas merupakan sifat yang didorong oleh semangat
dan kemauan besar untuk hasil, tujuannya yang diinginkan agar tercapai segera. Tamas mencerminkan
sifat yang tidak perduli, egois, cenderung jahat, malas, tidak bertanggung jawab. Secara umum ditekankan
oleh agama, sifat yang baik adalah sattwam, dalam situasi tertentu sifat rajas dapat diterima dalam artian
bersemangat untuk mencapai atau melaksanakan sesuatu agar hasilnya baik. Makanan yang bersifat
sattwan dapat mencegah penyakit terutama yang disebabkaan oleh perasaan, emosi, kecemasan, dan
depresi (Widnya,Ketut, 2009).
Penggunaan terapi tradisonal komplementer integratif dan terapi komplementer alternatif dalam
pengobatan penyakit bisa diberikan pada penyakit yang disebabkan oleh kuman ataupun karena gaya
hidup yang salah. Diantara keduanya tersebut penggunaan pada penyakit karena gaya hidup lebih
diutamakan. Hal ini dimungkinkan karena pengobatan ini tidak selalu membutuhkan obat obatan
konvensional. Dengan mengatur jenis makanan dan pola makanan, pemasukan gizi atau zat yang
berlebihan kedalam tubuh dapat dikurangi. Penggunaan olah raga atau aktifitas tubuh juga diperlukan
untuk mempercepat metabolisme zat gizi.
Sikap dan perilaku dalam kehidupan sosial dimanajemen dengan baik untuk mencegah kerusakan
struktur dan fungsi sistem organ. Sebagai contoh penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis,
perlemakan hati, serta penyakit lain yang tidak digolongkan kepada penyakit tidak menular (PTM) atau
penyakit karena penuaan/aging/degenerative merupakan penyakit dengan penyebab yang kompleks

v
(Perki, 2015). Penyebabnya antara lain asupan makanan yang berlebihan/kurang, berlebihan/kurang
melakukan aktifitas, merokok, kolesterol yang tinggi, dan tidak kurang pentingnya adalah keadaan
perasaan, sikap, dan emosi yang tidak stabil. Disinilah peran terapi tradisional dan alternative diperlukan
sebagai terapi pendamping atau tambahan pada terapi konvensional, sehingga penanganan yang
komprehensif ini diharapkan dapat mempercepat penyembuhan pasien. Disamping itu menggunakan
bahan lokal dan budaya lokal yang sudah sering dilakukan oleh pasien dapat menekan biaya pengobatan
denga kualitas pelayanan yang lebih baik. Ditahun tahun mendatang tidak menutup kemungkinan terapi
komplementer alternative dan terapi tradisional dapat berdiri sendiri terlepas dari terapi konvensional,
setrgantng dari penyebab penyakitnya.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Pada penelitian ini semua data
menggunakan data sekunder yang berasal dari kepustakaan yang ditelaah, untuk melihat fungsi dan
kedudukan dari terapi nonkonvensional di era Jaminan Pelayanan Kesehatan Nasional.

Hasil
Pada masa ini pengobatan non konvensional berkembang dengan pesatnya. Banyak masyarakat
mencari pengobatan alternatif untuk memberikan kepuasan bathin. Apalagi penyakit yang sudah
dikatakan cukup berat dan keberhasilan kesembuhannya minimal. Pasien dan atau keluarganya akan
berusaha mencari pengobatan tambahan baik kedukun, paranormal, atau pengobatan alternatif lainnya.
Pemerintah memberikan ruang untuk berkembangnya pengobatan non kompensional seperti pengobtan
tradisional dan pengobatan komplementer alternatif. Peraturan dari pemerintah telah dikeluarkan berarti
perkembangan pengobatan secara legal sudah diakui, tetapi memang kalangan medis tidak seluruhnya
bisa merima jenis pengobatan tersebut. Sikap kalangan medis dapat kita pahami karena kalangan medis
bekerja berdasarkan ilmu kedokteran barat yang menekankan metode ilmiah dan empiris. Pengobatan non
konvensional sedang menuju penggunaannya secara ilmiah dan empiris, sehingga belum seluruhnya bisa
dipakai di Rumah Sakit. Beberapa terapi komplementer alternatif yang sudah diterima oleh kalangan
medis adalah akupuntur dan hiperbarik.

Pembahasan
Kesehatan tubuh sekarang ini dipandang dari dua dimensi yaitu sehat secara jasmani dan sehat
secara spiritual. WHO menyebutkan manusia yang sehat tidak hanya sehat jasmani, sehat rohani, dan
bebas dari kecacatan. Tubuh yang sehat dan ideal meliputi sehat dari aspek fisik, mental, social, dan
bebas dari penyakit dan kecacatan. Bebas dari penyakit fisik saja belum tentu disebut sehat bila kejiwaan
atau emosi pasien masih mengalami gangguan. Untuk mendapat sehat secara menyeluruh tidak cukup
hanya menggunakan pengobatan konvensional saja. Disini pengobatan tradisional dan komplementer
alternatif sangat berperan. Untuk terapi keadaan emosi diperlukan terapi non konvensional yang
mempengaruhi pikiran dan tubuh pasien seperti terapi musik, meditasi dan sebagainya. Pengobatan pada
kelainan sistem organ muskuloskletal disamping penggunaan obat obatan penghilang rasa sakit, perlu
dilakukan terapi tambahan non konvensional berupa manipulatif tubuh. Begitu juga pada penyakit
lainnya. Terapi non konvensional ini bukan bermaksud menggantikan terapi konvensional tetapi sebagai
pelengkap, dan berjalan berdampingan dengan terapi konvensional. Ini dimungkinkan selama tidak ada
pertentangan dalam kerja obat obatan antar keduanya. Pemerintah disamping melalui peraturan untuk
mendukung penggunaan pengobtan non konvensional juga memberikan dukungan secara tidak langsung.
Hal ini dapat kita lihat dari ditekankannya kendali mutu dan kendali biaya kepada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kendali mutu dan kendali biaya ini dapat

vi
diartikan sebagai salah satu cara pemerintah memberikan kepuasan kepada masyarakat dalam bidang
kesehatan. Biaya yang dapat ditekan dengan kualitas yang baik sangat diharapkan. Disinilah pengobatan
non konvensional dapat berperan serta dalam era pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional, karena tidak
semua orang yang sakit memerlukan terapi konvensional medis. Adakalany mereka sakit karena faktor
non fisik.
Simpulan dan saran
Terapi konvensional sudah terbukti secara empiris digunakan dalam penanganan pasien dan sudah
digunakan oleh kalangan medis. Saat ini terapi tradisional dan komplementer alternatif digunakan sebagai
pelengkap mendampingi terapi konvensional sehingga penanganan pasien menjadi komprehensif. Terapi
non konvensional sudah diakui oleh pemerintah bahkan sudah digunakan secara luas dimasyarakat dari
dulu karena merupakan suatu budaya masyarakat tersebut.
Kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan akan tercapai
karena biaya berhasil digunakan secara optimal dengan kualitas maksimal.
Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan obat obatan tradisional dan obat komplementer alternatif
yang berbasis tanaman, bianatang, budaya dan kebiasaan masyarakat oleh institusi pendidikan STIKES
Bina Usada dan lainnya. Memasukkan terapi tradisional dan komplementer alternatif didalam pengajaran
kepada anak didik, sehingga mereka lebih mengenal manfaat dan keuntungan penanganan pasien secara
komprehensif.

Daftar Pustaka
Amira OC, Okubadejo NU. (2007). Frequency of Complementary and Alternative Medicine Utilization in
Hypertensive Patient Attending an Urban Tertiary Care Centre in Nigeria: BMC Complementary
and Alternative
Medicine,
Artana, W, (2013). Pemberian Tepung Kedelai
Secara Oral Meningkatkan Kadar Hormon Estradiol Tikus Putih galur Wistar yang Diovariektomi
(Tesis). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Eisenberg DM, et al., (1998). Trends in
Alternative MedicineUse in The United States, 1990–1997: Result of aFollow up
National Survey. JAMA,
Kepmenkes 1076/Menkes/SK/VII/2003.
“tentang Pengobatan Tradisional”
Moyad M dan Hawks JH, (2009): Complementary Alternative Therapies, dalam Black JM dan Hawks JH.
Medical-Surgical Nursing: Clinical Management for positive Outcome (8th Edition). Elvier
Saunders.
Pangkahila, Wimpie. (2013). Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia (Perki), (2015). Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskuler.Jakarata:Perki.
Permenkes No. 1144, tahun (2010) “Struktur
Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan RI”jo

vii
Permenkes N0. 64,tahun 2015”
Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan.
Permenkes No. 1109 tahun (2007)”tentang Terapi Komplementer Alternatif.”
Peraturan Pemerintah No. 103 tahun 2014
“tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional.
Kementrian Kesehatan RI, (2013): Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes
Setiabudi, T dan Maruta,J. 2014. Pensiun Gaul
7 langkah jitu mempersiapkan PHK,VRP atau pension. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Silverthorn, Dee Unglaub. (2015). Fisiologi
Manusia Sebuah Pendekatan
Terintegrasi (PenyelarasTerj.Herman Octavius).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
UU No 36 tahun (2009) “tentang Kesehatan
Widnya,Ketut, (2009). Pengaruh Makanan Terhadap Pikiran. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi.
Wirawan, DN, (2013). Handout Epidemiologi Dasar. Denpasar: Program Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat (MIKM) Pascasarjana, Univ. Udayana.

JURNAL 2

viii
ASUHAN EPERAWATAN PADA PASIEN KANKER SERVIKS
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUANG
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD BAHTERAMAS
KOTA KENDARI TAHUN 2018

STUDI KASUS PENELITIAN

Disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program Diploma III
Keperawatan

OLEH :

NINING SELVA MARSENTIANI

ix
NIM. P00320015038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2018/2019

x
xi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nining Selva Maresentiani

NIM : P00320015038

Institusi Pendidikan : Politeknik Kesehatan Kendari / Jurusan Keperawatan

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER


SERVIKS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI DI RUANG OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD BAHTERAMAS KOTA KENDARI

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang

lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 30 Juli 2018

Yang membuat pernyataan,

NINING SELVA MARSENTIANI

xii
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

1. Nama : Nining Selva Marsentiani

2. Nim : P00320015038

3. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 16 Juni 2018

4. Jenis kelamin : Perempuan

5. Suku/Bangsa : Muna/Indonesia

6. Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD Negeri 01 Abeli, Tamat tahun 2009

2. SMP Negeri 07 Kendari, Tamat tahun 2012

3. SMA Negeri 02 Kendari, Tamat tahun 2015


MOTTO

Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah, kecuali ia yang selalu

mengoreksi diri dan membenarkan kebenaran orang lain atas

xiii
kekeliruan diri sendiri

Berangkat dengan penuh keyakinan . berjalan dengan penuh keiklasan

. istiqomah dalam menghadapi cobaan. YAKIN, IKHLAS,ISTIQOMAH

Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada Ayah dan Ibu tercinta,

agama, Nusa dan Bangsa, Keluarga yang selalu memberikan dukungan

dan doa, serta Almamater yang menjadi kebanggaan , dan Poltkkes

Kemenkes Kendari tempat saya menempuh pendidikan selama Tiga

Tahun.

ABSTRAK

Nining Selva Marsentiani (P00320015038) Asuhan keperawatan pada pasien kanker


serviks dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di ruang laika waraka obstetric dan ginekologi
RSUD Bahteramas Kota Kendari. Yang dibimbing oleh Ibu lena Atoy, SST.,MPH dan bapak
Akhmad, SST.,M.Kes . Kanker serviks menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian
wanita diseluruh dunia setelah kanker payudara. Gejala awal kanker serviks sering kali tidak
begitu disadari oleh wanita karena tidak ada tanda dan gejala khusus, sehinggaseseorang
yang divonis menderita kanker serviks akan mengalami kecemasan, dan stress yang berlebih
sehingga merangsang hormon katekolamin, yaitu hormon yang dapat menurunkan nafsu
makan. Penurunan nafsu makan akan menyebabkan penurunan berat badan drastis
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat gizi yang
meningkat.Tujuan dari studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada pasien
kanker serviks dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif. Subjek pada studi kasus ini berjumlah satu orang pasien.
Instrumen dalam studi kasus adalah penimbangan berat badan setiap hari. Hasil studi kasus
diperoleh bahwa pasien mengalami penurunan berat badan dari sebelum sakit 47 kg dan
setelah sakit menjadi 42 kg, merasa mual dan ingin muntah, mukosa bibir kering dan pucat.

xiv
Diagnosa pada studi kasus ini yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Intervensi yang dapat di buat yaitu penerapan manajemen nutrisi pada pasien kanker
serviks. Evaluasi pada studi kasus ini dilakukan setelah selama lima hari perawatan dengan
hasil bahwa penerapan manejemen nutrisi dapat mencegah penurunan berat badan yang
signifikan yang dibuktikan dengan berat badan setelah sakit 42 kg dan setelah lima hari
perawatan menjadi 42,5 kg .Bagi perawat tindakan manejemen nutrisi dapat dijadikan
sebagai Discharge Planning bagi pesien yang mengalami gangguan kebutuhan nutrisi.

Kata Kunci : Kanker serviks, kekurangan nutrisi, Asuhan keperawatan

Daftar pustaka : 14 (2009-2017)

Isi : xiv + 82 + 10 lampiran


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian studi kasus ini yang berjudul “ Asuhan
keperawatan pada pasien kanker serviks dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di ruang Laika
Waraka Obstetric dan Ginekologi RSUD Bahteramas Kota Kendari.

Dalam penyelesaian studi kasus ini penulis sadari bahwa amat banyak hambatan yang
melintang, namun berkat rahmat Allah SWT yang senantiasa memberi petunjuk-Nya
sehingga segala hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilai
penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang amat kucintai ayahanda La Ati dan Ibunda Wd.
Lisoni atas segala doa dan kasih sayangnya yang tak henti tercurahkan demi keberhasilanku.
Penulis juga menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan Ibu Lena Atoy,SST.,MPH selaku
pembimbing I dan Bapak Akhmad SST., M.Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan studi kasus ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Kepala kantor Badan Riset Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis

3. Direktur RSUD Bahteramas Kota Kendari yang telah memberikan izin

penelitian.
4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns.,M.kes selaku ketua jurusan keperawatan

xv
Poltekkes Kemenkes Kendari

5. Bapak H.Taamu,A.kep.,S.pd.,M.Kes selaku penguji I,Bapak Muslimin

L,A.Kep.,S.pd.,M.Si selaku penguji II, dan Bapak Abdul Sykur Bau,S.Kep.,Ns.,MM selaku penguji III yang
telah membantu dan mengarahkan penulis dalam ujian proposal sebelumnya.

6. Bapak, Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu pengetahuan
pada penulis selama kuliah.

7. Keluarga orang – orang tersayang yang selalu meberi dukungan dan kasih sayangnya.

8. Teruntuk sahabat – sahabatku Sri Rezgy,Samsia,Fauzia,Fifin,Insan,Hilya, Isra, dan Adel,


serta teman – teman angkatan 2015 khususnya kelas III A keperawatan.

Penulis menyadari Studi kasus ini masih terdapat kekurangan. Akhir kata, penulis
berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
DAFTAR ISI

Halaman judul depan....................................................................................i


Halaman judul dalam...................................................................................ii
Halaman pengesahan ..................................................................................iii
Halaman keaslian tulisan............................................................................iv
Riwayat hidup ...............................................................................................v
Motto hidup..................................................................................................vi
Abstrak .......................................................................................................vii
Kata pengantar..........................................................................................viii
Daftar isi ........................................................................................................x
Daftar tabel..................................................................................................xii
Daftar lampiran.........................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1 B.
Rumusan Masalah ...........................................................................5 C.
Tujuan Studi Kasus .........................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus .......................................................................6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Kanker Serviks.........................................................7 B. Konsep
Dasar Kebutuhan Nutrisi ..................................................17

xvi
C. Asuhan keperawatan Kebutuhan Nutrisi .......................................26

BAB III METODE STUDI KASUS


A. Rancangan Studi Kasus..................................................................39 B.
Subyek Studi Kasus .......................................................................39 C. Fokus
studi kasus...........................................................................40 D. Definisi
Operasional ......................................................................40 E. Instrumen
Studi Kasus...................................................................40 F. Tempat dan
waktu studi kasus.......................................................41 G. Metode
Pengumpulan Data............................................................41 H. Penyajian
Data...............................................................................44
I. Etika Studi Kasus...........................................................................44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Studi Kasus...........................................................................46 B.
Pembahasan Studi Kasus ...............................................................72 C.
Keterbatasan Studi Kasus .............................................................79 BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................81
B. Saran .............................................................................................82

Daftar pustaka.
Lampiran.

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahap I kanker terbatas pada daerah serviks

Tabel 2.2. Tahap II penyebaran kestruktur yang berdekatan

Tabel 2.3. Tahap III berkembang lebih luas, tetapi masih dalam panggul

Tabel 2.4. Tahap IV menyebar luas dan melibatkan organ panggul

Tabel 2.5 Standar ukur Anthropometri berdasarkan kelompok umur

Tabel 2.6 Tanda klinis status nutrisi

Tabel 2.7 Tabel intervensi keperawatan

Tabel 4.1 Perkembangan data Antropometri pasien

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format pengkajian keperawatan

Lampiran 2 : Instrumen studi kasus

Lampiran 3 : Surat Izin pengambilan data awal

Lampiran 4 : Surat permohonan Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenes Kendari

Lampiran 5 : Surat Izin penelitian dari Batlitbang Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 6 : Surat izin penelitian dari RSUD Bahteramas Kota Kendari

Lampiran 7 : Surat persetujuan menjadi Responden

Lampiran 8 : Surat keterangan telah melakukan penelitian

Lampiran 9 : Surat Keterangan Bebas Administrasi

Lampiran 10 : Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 11 : Foto Dokumentasi

xix
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Masalah kesehatan reproduksi yang banyak dialami oleh wanita saat ini yaitu kanker
serviks. Kanker serviks menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian wanita
diseluruh dunia setelah kanker payudara. Kanker serviks adalah tumor ganas yang terjadi
pada serviks atau leher rahim suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim dan ling senggama.(Notodiharjo 2002 dalam Ria
Riksani & Reimediaservis 2016).

Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah penyakit keganasan dari serviks yang
disebabkan oleh Human papiloma virus (HPV).Faktor lain yang menyebabkan terjadinya
kanker serviks yaitu pernikahan pada usia muda, berganti–ganti pasangan seksual, jarak
kelahiran yang terlalu dekat,dan kondisi sosial ekinomi yang rendah.

Terjadinya kanker serviks diawali pada inveksi lapisan sel–sel serviks. Sel ini tidak
tiba–tiba berubah menjadi sel kanker, tetapi berkembang secara bertahap karena
pangaruh zat–zat yang bersifat karsinogen (zat pemicu kanker). Awalnya sel yang
normal berubah menjadi sel prakanker, kemudian menjadi sel kanker.(Ria Riksani &
Reimediaservis 2016).

Pasien yang terdiagnosis kanker serviks mempunyai resiko lebih tinggi mengalami
malnutrisi yang lebih dikenal sebagai kaheksia. Kaheksia merupakan masalah klinik yang
paling umum terjadi terutama pada pasien stadium lanjut yang memberi dampak negatif
pada prognosis. Malnutrisi pada pasien kanker serviks bukan hanya disebabkan oleh
penurunan asupan makanan saja tetapi juga tidak adanya respons adaptasi terhadap
starvasi seperti pada orang normal, sehingga terjadi perubahan metabolisme.(Alwi,
I.,Setiyohadi.,dkk 2009)

Gejala awal kanker serviks sering kali tidak begitu disadari oleh wanita karena tidak
ada tanda dan gejala khusus, sehingga 70% dari kasus serviks yang terjadi ditemukan
dalam kondisi stadium lanjut atau stadium kanker diatas IIIb sehinggaseseorang yang
divonis menderita kanker serviks akan mengalami ketakutan, kecemasan, dan stress
yang berlebih. Dengan kondisi tersebut dapat merangsang hormon katekolamin, yaitu
hormon yang dapat menurunkan nafsu makan (Ria Riksani & Reimediaservis 2016)

Penurunan nafsu makan akan menyebabkan penurunan berat badan drastis


sehingga terjadi ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat gizi yang
meningkat. Gangguan gizi yang dapat timbul pada penderita kanker serviks disebabkan
kurang asupan nutrisi, tindakan medis, efek psikologik, dan pengaruh keganasan sel
kanker. Dalam keadaan berat bisa menyebabkan, anoreksia, penurunan berat badan,
lemas, anemia, kurang energy protein, dan keadaan deplesia secara keseluruhan.

1
. Masalah gizi yang sering terjadi pada pasien kanker servika adalah asupan protein
dan kalori yang kurang, hal inilah yang bisa menjadi resiko penderita kanker serviks lebih
mudah terkena infeksi maupun lambatnya proses penyembuhan yang dapat
memperburuk keadaan bahkan sampai kematian, maka diperlukannya terapi gizi yang
tepat pada penderita kanker serviks (Eryn

Trijayanti & Enny Probosari 2016)


Setiap tahun, sekitar 470.000 orang diseluruh dunia didiagnosis menderita kanker
serviks,230.000 orang diantaranya harus meninggal karena penyakit berbahaya ini, dan
lebih dari 190.000 orang diantaranya berasal dari negara berkembang. Dari kasus yang
berkembang dalam tiga dekade terakhir, diketahui bahwa terdapat peningkatan kasus
kanker serviks pada wanita yang berusia lebih mudah, yaitu dibawah 30 tahun. Angka
kematian yang disebabkan oleh kanker serviks, dilaporkan bahwa setiap dua menit,
seorang wanita didunia meninggal dunia, sementara di Asia pasifik, setiap empat menit 1
wanita meninggal dunia dan di Indonesia setiap satu jam 1 wanita meninggal dunia. (Ria
Riksani &

Reimediaservis, 2016)

Indonesia berada pada posisi keenam dari 50 negara di dunia degan angka kematian
akibat kanker serviks yaitu 7.493 orang, sedangkan untuk Asia Indonesia berada pada
urutan keempat dengan jumlah penderita sebanyak 17,3 per 100.000 perempuan
pertahun. Di Indonesia Sekitar 20.928 wanita didiagnosa kanker serviks wanita (ICO
onformation cencer on HPV and center 2014 dalam studi kasus Darmawati 2017).
Sulawesi tenggara menempati urutan ke 28 dari 34 profinsi dengan jumlah kasus 353
wanita didiagnosa penderita penyakit kanker serviks (depkes RI 2013)

Survei awal yang penulis lakukan di RSUD Bahteramas Kota Kendari pada tanggal 20
maret 2018 jumlah penderita kanker serviks rawat inap tahun 2015 jumlah pasien
sebanyak 22 orang , dengan usia 25-44 sebanyak 8 orang, usia 4564 sebanyak 12 orang,
usia >65 tahun sebanayak 2 orang, jumlah pasien keluar sebanyak 22 orang. Pada tahun
2016 jumlah pasien sebanyak 36 orang, denga usia 25-44 tahun sebanyak 24 orang, usia
45-64 sebanyak 7 orang, usia >65 tahun 2 orang, dan jumlah pasien meninggal sebanyak
4 orang, jumlah pasien keluar sebanyak 32 orang dan yang meninggal 4 orang. Pada
tahun 2017 jumlah pasien sebanyak 55 orang, usia 15-24 sebanyak 2 orang, usia 25-44
sebanyak 23 orang, usia 45-64 sebanyak 30 orang, jumlah pasien keluar 55 orang.
Berdasarkan data rawat jalan 2015 sampai dengan tahun 2017 kunjungan di poli
berjumlah 1 orang.(Rekam medik RSUD Bahtermas Kota Kendari 2018)

Tingginya angka penderita kanker serviks banyak terjadi pada negara-negara


berkembang termaksud Indonesia, karena masih banyaknya wanita Indonesia yang
berada dibawah garis kemiskinan, yang menyebabkan mereka tidak bisa mendapatkan
gizi yang baik untuk menunjang sistem kekebalan tubuhnya.

Kekurangan nutrisi pada pasien kanker serviks sangat berpengaruh pada


keberhasilan pengobatan, terapi medik termasuk radiasi maupun kemoterapi. Selain
mempengaruhi hasil pengobatan, malnutrisi tidak jarang menyebabkan kematian

2
penderita. Asupan nutrisi yang adekuat pada pasien kanker serviks sulit dicapai, oleh
karena itu terapi nutrisi yang adekuat baik jumlah, komposisi maupun cara pemberian
yang tepat harus dimulai sejak dini (sejak awal

terdiagnosis).

Nutrisi yang adekuat memunyai peranan penting sejak penderita kanker serviks di
diagnosis, pelaksanaan, pengobatan sampai penyembuhan. Penatalaksanaan nutrisi
pada penderita kanker dapat meningkatkan berat badan, meskipun tidak dapat
mengembalikan status gizi secara sempurna. Namun, keadaan ini akan menurunkan
kerentangan terhadap infeksi dan mengurangi gejala akibat efek samping mengobatan
sehingga pengobatan dapat berlangsung sampai tuntas. Tatalaksana nutrisi yang adekuat
meliputi pemberian nutrisi berupa diet makronutrient dan mikonutient serta pemberian
nutrient spesifik dapat meningkatkan asupan kalori pasien dan memperbaiki kualitas
hidup pasien

Mengingat pentingnya kebutuhan nutrisi pada pasien kanker serviks maka peneliti
tertarik untuk malakukan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker
Serviks dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Bahremas

Kota Kendari tahun 2018.

B. Rumusan masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Serviks dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi Di RSUD Bahteramas Kota Kendari 2018 ?

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks dengan


gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasinya pengkajian keperawatan pada pasien kanker serviks dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

b. Teridentifikasinya diagnosa keperawatan pada pasien kanker serviks dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

3
c. Teridentifikasinya intervensi keperawatan pada pasien kanker serviks

dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi


d. Teridentifikasinya implementasi keperawatan pada pasien kanker serviks dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

e. Teridentifikasinya evaluasi keperawatan pada pasien kanker serviks dengan


gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

D. Manfaat studi kasus

Manfaat yang diharapkan pada studi kasus ini adalah :

1. Bagi keluarga/masyarakat

Meningkatkan pengetahuan keluarga / masyarakat mengenai kebutuhan nutrisi pada pasien kanker
serviks

2. Bagi pengembang ilmu dan teknologi keperawatan

Dapat menambah wawasan dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada pasien kanker serviks.

3. Bagi peneliti

Menambah pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus
tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien kanker serviks

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kanker Serviks

4
1. Pengertian

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuomosa.
kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim,
letaknya antara rahim dan liang seggama(vagina).

( Notodiharjo 2002 dalam Ria Riksani & reiMediaservis 2016)

2. Anatomi Fisiologi sistem reproduksi wanita

Adapun Anatomi Fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian


yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam dan alat reproduksi wanita bagian luar

a. Alat genitalia wanita bagian luar

1) Mons veneris, merupakan bagian yang menonjol dibagian depan


simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah
dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.

2) Bibir besar (Labia mayora), merupakan kelanjutan dari mons


veneris berbentuk lonjong, kedua bibir ini dibagian bawah
bertemu membentuk perineumpermukaan terdiri dari:

a) Bagian luar

Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan darirambut pada


mons veneris
b) Bagian dalam

Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea


(lemak)

3. Bibir kecil (labia minora), merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar
tanparambut.

4. Klitoris, merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat
sensitive analog dengan penis laki-laki.

5. Vestibulum, Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh

a. kedua bibir kecil

b. bagian atas klitoris

5
c. bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil

6. Kelenjar Bartholin, merupakan kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina
yang bersifat rapuh dan mudah robek.

7. Himen (selaput darah), yaitu jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat
rapuh dan mudah robek.

b. Alat genetalia wanita bagaian dalam

1) Vagina, merupakan saluran smuskulo-membraneus yang

menghubungkan rahim dengan vulva .

2) Uterus, merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rectum.
3) Tuba Fallopi, terletak ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai
dari osteum tuba internum pada dinding rahim dengan ukuran 12 cm diameter
3-8 cm.

4) Ovarium, terletak ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo


pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.

5) Parametrium, adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua lembar


ligamentum latum.

3. penyebab kanker serviks

Human papiloma virus( HPV ) merupakan penyebab dari kanker serviks. Virus ini
bersifat eksklusif dan spesifik karena hanya bisa tumbuh dan menyerang sel – sel
manusia, terutama pada sel epitel mulut rahim.

Pada serviks terdapat bagian dalam serviks atau disebut endoserviks dan ada
bagian luar serviks yang disebut ekstoserviks, sedangkan perbatasan antara kedunya
disebut dengan zona transformasi. Pada zona inilah sebagian besar kanker serviks
bermula. Infeksi HPV ini menyebabkan terjadinya dysplasia, yaitu sel-sel yang sudah
mulai berubah atau mulai mengarah menjadi sel kanker.

Infeksi bisa terjadi karena berbagai penyebab termasuk diketahui banyak factor
pencetus yang bisa menimbulkan kanker serviks dan penyebab mutlaknya adalah
virus HPV . secara garis besar, terdapat tiga factor penyebab kanker serviks, yaitu :
a. The seed, yang dimaksud adalah HPV. Infeksi HPV merupakan penyakit menular
seksual yang ditularkan malaui aktivitas seksual dengan psanagan yang sudah
terinfeksi HPV.

6
b. The soil, yaitu perubahan yang terjadi pada sel-sel epitel mulut rahim terutama
pada zona transformasi sebagai mana sudah dipaparkan sebelumnya.

c. The nutrients, yaitu pengaruh nutrisi dan gaya hidup yang bisa memengaruhi
secara langsung imunitas tubuh seseorang secara spesifik, seperti kebiasaan
merokok, penggunaan alat kontrasepsi terutama pil, termasuk apakah tubuh
terinfeksi penyakit yang menurunkan daya tahan seperti terserang HIV, HSV, atau
chalamyda.

Selaian dari infeksi yang disebabkan oleh human papiloma virus ( HPV ) juga
terdapat beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi penyebab terjadinya
kanker serviks yang menonjol yaitu:

1) Melakukan hubungan seksual pada usia dini

Hal ini dikaitkan dengan pembentukan sel epitel atau lapisan dinding
vagina dan serviks yang belum matang sempurna, disebabkan
ketidakseimbangan hormonal.

2) Jumlah Kehamilan dan Partus

Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat kanker serviks.
3) Jumlah Perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergantiganti


pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker
serviks

4) Sosial ekonomi

Kanker servik banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah.


Hal ini dikaitkan dengan kemampuan untuk mendapatkan asupan nutrisi
yang baik yang berfungsi untuk menjaga serta meningkatkan daya tahan
tubuh, terutama serangan infeksi virus dari

luar.

5) Hygine dan Sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita


yang pasangannya belum disirkumsisi hal ini karena pada pria non sirkumsisi
higine penis tidak terawat sehingga banyak kumpulankumpulan smegma.

6) Wanita yang merokok

7
Zat kimia beracun yang terdapat dalam rokok ikut bersama dalam aliran
darah dan menginfeksi bagaian tubuh lainnya termaksud pada serviks.

4. Tahapan kanker serviks

Berikut ini merupakan pembagian stadium kanker serviks menurut FIGO


( international federation gynecologic anda obstetric ).
Tabel. 2.1 Tahap I kanker terbatas pada daerah serviks

Stadium Penyebaran

0 Karsinoma in situ, yaitu kanker yang masih terbatas pada lapisan


epitel mulut rahim dan belum memiliki potensi untuk menyebar
ketempat atau organ lain.

I Terbatas diuterus

IA Terdeteksi kanker invasive hanya mikroskopis

IA1 Invasive dengan kedalaman kurang dari 3 mm dan lebar kurang dari
5 mm.

IA2 Invasive dengan kedalaman lebih dari 3 mm tetapi kurang dari 5


mm, dan lebar kurang dari 7 mm.

IB Kanker dapat terlihat dengan jelas dipermukaan serviks.

IB1 Kanker dileher rahim kurang dari 4 cm

IB2 Kanker dileher rahim lebih besar dari 4 cm

Sumber

Tabel 2.2 Tahap II penyebaran kestruktur yang berdekatan

Stadium Penyebaran

8
II Invasi tidak sampai kedinding panggul atau mencapai sepertiga
bagian bawah vagina

IIA Menyebar kebagian vagina

IIB Menyebar membujur dinding panggul

Sumber
Tabel 2.3 Tahap III berkembang lebih luas, tetapi masih dalam panggul

Stadium Penyebaran

III Invasi mencapai dinding panggul, sepertiga bagian bawah vagina


atau timbul bendungan ginjal.

III A Kanker berkembang panjang kedaerah vagina yang lebih rendah.

IIIB Kanker berkembang panjang ke dinding panggul, hingga mengambat


saluran kencing.

Sumber

Tabel 2.4 Tahap IV menyebar luas dan melibatkan organ panggul

Stadium Penyebaran

IV Kanker sudah keluar dari panggul.

IVA Meliputi bagian dalam kandung kemih dan rectum.

IVB Metastasi jauh hingga kebagian paru-paru, hati atau tulang.

Sumber

5. Gejala Kanker Serviks

a. Gejala awal

Berikut merupakan gejala yang dirasakan pada stadium awal kanker, yaitu :

9
1) Perdarahan pervagina (melalui vagina). Perdarahan yang dimaksud adalah
perdarahan yang terjadi setelah melakukan hubungan atau perdarahan
spontan yang keluar diluar masa haid.
2) keputihan berulang. keputihan yang menjadi gejala kanker serviks biasanya
tidak memperlihatkan perbaikan atau kesembuhan meskipun sudah
mendapatkan pengobatan.

b. Gejala Lanjutan

Gejala selanjutnya yang akan dirasakan seiring dengan peningkatan stdium


kanker adalah keluarnya cairan dari vagina yang berbau tidak sedap, terasa nyeri
pada bagian panggul, pinggang, dan tungkai, gangguan saat berkemih, atau
kesulitan buang air kecilkarena adanya sumbatan pada saluran kencing, nyeri di
daerah kandung kemih serta anus, penurunan berat badan, dan mudah merasa
lelah. Keluhan-keluhan semakin bertambah karena pertumbuhan kanker yang
mendesak atau menginfaksi organ sekitarnya.
6. Patofisiologi

10
Sumber
7. Penatalaksan
aan

a. Pengobatan secara medis

1) Pemeriksaan Pap Smear

Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim
sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.

11
2) Operasi

Pada prinsipnya, operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim


dilakukan apabila kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada
didalam jaringan servik dan ukurannya masih kurang dari 3mm.maka
dilakukan operasi ekstra facial histerektomi. Biasanya operasi dengan cara
ini pada penderita tingkat klinik seperti ini. Resiko kambuh dan penyebaran
ke kelenjar getah bening adalah kurang dari 1%.kanker serviks tingkat 1A2,
1B, atau dilakukan operasi pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar
getah bening sekitarnya ( radikal histerektomi ). Secara umum pengobatan
kanker leher rahim adalah: penyinaran ( radioterapi ), pengobatan dengan
zat kimia, dan cara operasi

b. Pengobatan secara alami

1) Terapi herbal

Terapi herbal adalah terapi yang dilakukan dengan memanfaatkan


tanaman obat, baik dikonsumsi secara tunggal atau campuran dengan jenis
tanaman obat lainnya.
2) Terapi jus

Terapi jus adalah terapi yang dilakukan dengan mengonsumsi buah-


buahan atau sayuran untuk dibuat jus.buah-buahan banyak mengandung zat
antioksidan yang dapat mencegah penyebab terjadinya kanker. Beberapa
komponen penting yang terdapat dalam buah dan sayuran seperi likopen,
flavonoid, vitamin dan mineral.

3) Terapi diet

Terapi diet adalah terapi yang dilakukan dengan memperhatikan asupan


makanan dan minuman yang dikonsumsi. Terapi diet bertujuan untuk
mempertahankan berat badan ideal karena umumnya penderita kanker akan
cepat mengalami kehilangan berat badan.

B. Konsep dasar kebutuhan nutrisi

1. Pengertian nutrisi

Nutrisi adalah zat – zat gizi atau zat – zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termaksud keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan
sisanya.makanan yang kita makan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dalam
bentuk energy sebelum melaui proses pencernaan , absorbsi, dan metabolisme.

12
Tubuh memerlukan energy untuk fungsi-fungsi fisiologis organ
tubuh,pergerakanmempertahankan terperatr,fungsi kelenjar,kerja
hormone,pertumbuhan,dan penggantian sel-sel yang rusak.
2. Jenis-jenis nutrisi

Nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energy utama tubuh. Karbohidrta akan


terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan kelebiha
glukosa akan disimpan dihati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen.
Karbohidrat mempunyai peranan penting bagi tubuh seperti sumber energy,
cadangan untuk cadangan tubuh, pengatur metabolisme lemak dan memberikan
rasa kenyang.

b. Protein

Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino, yang dihubungakan
dengan rantai peptide. protein sangat berperan penting dalam penyusunan
senyawa-senyawa seperti enzim, hormon,dan antibody. Protein memiliki
beberpa fungsi yaitu sebagai penyeimbang cairan dengan meningkatkan tekanan
osmotik koloid serta keseimbangan asam basa, pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon, serta
sebagai sumber energi.

c. Lemak

Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menhasilkan jumlah kalori
lebih besar daripada karbohidrat dan protein. Lemak memiliki beberapa fungsi
yaitu sebegai sumber energi, pelarut vitamin sehingga dapat diserap oleh usus,
dan penyusun hormon seperti biosintesis hormone steroid.
d. Vitamin

Vitamin merupakan komponen organic yang dibutuhkan tubuh untuk


pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, reproduksi, serta dalam proses
metabolism karena fungsinya sebagai katalisator.

e. Mineral

Mineral merupakan ion anorganik esensial untuk tubuh karena


perananyasevagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak
menghasilkan energi, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam
mempertahankan proses tubuh. Mineral memiliki beberapa fungsi yaitu
penentuan konsentrasi osmotic cairan tubuh, proses fisiologis, dan sebagai
kofaktor esensial berbagai reaksi enzimatik.

13
f. Air

Air merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan
sel-sel tubuh.

3. Kebutuhan nutrisi pada penderita kanker serviks

Nutrisi yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan nutrisi secara individual


baik jumlah maupun komposisinya. Kebutuhan nutrisi pasien kanker sangat
individual dan berubah dari waktu-kewaktu selama perjalanan penyakit serta
tergantung dari terapi yang dijalankan.

a. Kebutuhan energi
Untuk mempertahankan status gizi, diet energi tinggi yaitu 25-35 kal/kgBB
sedangkan apabila pasien dalam keadaan gizi kurang maka kebutuhan energi
menjadi 40-50 kal/kgBB.
b. kebutuhan protein
Kebutuhan protein untuk pasien kanker dengan adanya peningkatan
kebutuhan atau pasien dengan hipermetabolisme atau wasting yang berat
dianjurkan diet protein tinggi, yaitu 1,5-2 g/kgBB

c. Kebutuhan lemak

Kebutuhan lemak dapat diberikan antara 15-20% dari kebutuhan

energi total.

d. Karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat pada penderita kanker yaitu sisa dari kebutuhan energi
total.

e. Vitamin dan mineral

Kebutuhan vitamin dan mineral di syaratkan agar cukup, terutama vitamin A,


B kompleks, C dan E. bila perlu ditambah dengan sumplemen.

4. Cara pembeian nutrisi pada penderita kanker serviks

Terapi nutrisi tergantung dari kondisi pasien, status nutrisi, serta insikasi terapi
untuk pasien. Strategi dukungan nutrisi tergantung dari maslah nutrisi yang dihadapi
dan derajat ,deplesi.

a. Pemberian nutrisi oral

14
Pemberian nutrisi secara oral merupakan pilihan pertama. Namun pada
pasien kanker serviks yang mengalami anoreksia, mual, perubahan rasa kecap,
dan disfragia pemberian makanan peroral dapat menjadi masalah dan perlu
perhatian khusus. Sebagaian besar pasien dapat mentoleransi makanan dengan
porsi kecil dan sering. Untuk dapat meningkatkan asupan makanan pasien
dianjurkan mengonsumsi makanan atau minuman berkalori tinggi. Pada psien
dengan gangguan menelan, makanan dapat diberikan dalam bentuk lunak atau
cair dengan suhu kamar dingin.

b. Pemberian nutrisi enteral


Pasien kanker serviks dengan fungsi saluran cerna yang masih baik,
pemberian nutrisi enteral bisa melalui nasogastrik, lambung, duodenum, atau
jejunum. Pemberiannya dapat dilakukan secara bolus, intermitern, atau kontinu.
Nutrisi enteral berguna untuk menormalkan fungsi usus.

Lebih murah, kurang invasive, dan kurang resiko dibanding parenteral.

c. Pemberian nutrisi parenteral

Pemberian nutrisi parenteral memberikan resiko namun pada keadaan


tertentu, cara pemberian nutrisi ini perlu diperimbangkan. Nutrisi parenteral
dipertimbangkan bila fungsi saluran cerna tidak dapat digunakan atau jika terapi
nutrisi enteral tidak dapat mencapai nutrisi yang adekuat. Nutrisi parenteral juga
diperlukan untuk pasien yang tidak dapat mentolerir penggunaan saluran cerna
akibat mual, muntah, obstruksi, dan malabsorbsi.

5. Gangguan nutrisi pada penderita kanker serviks

Beberapa faktor penyebab gangguan nutrisi pada penderita kanker serviks yaitu :

a. Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologik dan lost response
terhadap kanker berupa cepat kenyangatau perubahan pada indra pengecap
(lidah).
b. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena masalah pada saluran cerna,
gangguan absorbs zat gizi, dan kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah-
muntah dan diare.

c. Perubahan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.

d. Peningkatan pengeluaran energi.

Berdasarkan faktor penyebab tersebut, masalah nutrisi yang dapat terjadi pada
penderita kanker serviks yaitu :

a. Anoreksia

15
Anoreksia adalah menurunnya keinginan untuk makan dan merupakan salah
satu gejala paling sering pada penderita kanker. Penyebab dan mekanisme
anoreksia pada kanker sangat kompleks dan mulifaktorial, dapat terjadi karena
peubahan rasa kecap yang menyebabkan pasien menolak makanan tertentu,
stress psikologis, maupun terjadi karena sitokin dalam regulasi maknan di
hipotalamus melalui jaras anoreksigenik dan oroksigenik yang melibatkan leptin
dan neoropeptida Y.

Leptin adalah hormone yang disekresikan oleh jaringan adiposa yang berperan
mestimulus respon starvasi.

b. Perubahan metabolisme

Metabolisme berkaitan erat dengan metabolisme karbohidrat, protein dan


lemak. Pada pasien kanker serviks metabolisme zat tersebut mengalami
perubahan dan berpengaruh pada terjadinya penurunan berat badan.
Hipermetabolisme sering terjadi pada pasien kanker, peningkatan metabolisme
ini sampai 50% lebih tinggi dibandingkan pasien bukan kanker. Tetapi
peningkatan metabolisme tersebut tidak terjadi pada semua pasien
kankerbeberapa penelitian menemukan peningkatan metabolisme ini
berhubungan dengan penurunan status gizi dan jenis serta besar tumor.
Peningkatan metabolisme pada kanker kemungkinan akibat tubuh tidak mampu
beradaptasi dengan asupan makanan yang rendah.

1) perubahan metabolisme karbohidrat

Perubahan metabolisme yang sering terjadi adalah intoleransi glukosa,


diduga dari peningkatan resistensi insulin dan pelepasan insulin yang tidak
adekuat. Peningkatan resistensi insulin sepertinya dimediasi oleh sitokin
seperti TNF alfa melalui fosforilasi reseptor insulin dan strubstar reseptor
insulin serta menurunkan ekspresi transforter glukosa (GLUT-4). Gangguan
metabolisme karbohidrat yang lain yaitu terdapat peningkatan asam laktat.
Sel kanker sangat mebutuhkan glukosa sebagai sumber energi. Berbeda
dengan sel normal, sel tumor mendapatkan energi dari metabolisme
anaerob melalui siklus kori dan asam laktat sebagai produk akhir. Siklus kori
merupakan siklus tidak efisien, karena untuk sintesa 1 molekul glukosa
dibutuhkan 6 molekul ATP dan hanya 2 molekul ATP yang dihasilkan.

2) Perubahan metabolisme protein

Metabolisme protein pada pasien kanker yaitu terjadi peningkatan


protein trun-over,peningkatan sintesis protein dihati, penurunan sintesis
diotot yang berakibat terjadinya wasting. Deplesi masa otot skelet
merupakan perubahan yang paling penting pada kakesia kanker.massa otot
dapat berkurang sekitar 75% ketika terjadi kehilangan berat badan sebesar
30% dan keadaan tersebut sangat dekat dengan kematian.

16
Degradasi protein pada otot akan melepaskan beberapa asam amino,
khususnya alanin dan glutamine. Glutamin merupakan asam amino yang
paling besar jumlahnya mempunyai beberapa fungsi. Salah satu fungsi
penting glutamine adalah dipergunakan sel untuk membelah diri.

3) Perubahan metabolisme lemak

Pada kakesia kanker deplesi jaringan lemak paling besar yaitu sekitar
85% baik melalui peningatan lipolisis atau penurunan lipogenesis. Perubahan
metabolisme lemak terjadi malalui peningkatan mobilitas lipid, penurunan
lipogenesis, dan penurunan aktivitas liprotein lipase ( LPL ).

Pasien kanker mengalami turn-over gliserol dan asam lemak yang


tinggi,dan peningkatan mobilitas lipid sering terjadi bahkan sebelum terjadi
penurunan berat badan. Terdapat beberapa bukti bahwa peningatan
mobilitas asam lemak merupakan bagian dari peningkatan aktivitas reseptor
adrenergic-beta. Pasien knker yang mengalami kehilagan berat badn juga
mengalami peningkatan level katekolamin di urin dan plasma, peningktan
denyut jantung dan peningkatan oksidasi lemak.
6. Pedoman untuk mengatasi masalah nutrisi

a. Bila pasien menderita anoreksia:

1) Anjurkan makan-makanan yang disukai atau dapat diterima walaupun tidak


lapar

2) Hindari minum sebelum makan.

3) Tekankan bahwa makan adalahbagian penting dalamprogram pengobatan

4) Olahraga sesuai dengan kemampuan penderita

b. Bila ada kesulitan mengunyah atau menelan

1) Minum dengan menggunakan sedotan

2) Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar dingin

3) Bentuk makanan disaring atau cair

4) Hindari makan terlalu asam atau manis

c. Bila mulut kering

17
1) Makanan atau minuman diberikan dengan suhu dingin.

2) Bentuk makanan cair

3) Kunyah permen karet atau hard candy

d. Bila mual dan muntah

1) Beri makanan kering

2) Hindari makanan yang berbau merangsang

3) Hindari makanan lemak tinggi

4) Makanan dan minum secara perlahan-lahan

5) Hindari makanan atau minuman terlalu manis


6) Batasi cairan pada saat makan

7) Tidak tiduran setelah makan

C. Asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien.(Budiono & Pertami,S 2015)

Pengkajian status gizi pasien dengan gangguan nutrisi dapat dikaji dengan
menggunakan pedoman A-B-C-D

a) Anthropometric Measurement (A)

Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran tubuh dan bagian


khusus tubuh. Pengukuran anthropometri dapat membantu dalam
mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk :

1) Tinggi badan dan berat badan

Pengukuran tinggi badan dan berat badan pasien harus diperoleh ketika
masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan. Karakteristik
status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body massa
index) dan berat tubuh ideal (ideal body weight).

18
Rumus BMI yaitu : BB (kg)
TB (m)

Ideal body weight (IBW) merupakan perhitungan berta badan optimal


dalam fungsi tubuh yang sehat.

Rumus IBW yaitu : TB-100(-/+)10% ( TB-100)


(a) Untuk perempuan :

(1)Kurus : < 18,5 kg/m2

(2)Normal : 18,5 – 23 kg/m2

(3)Kegemukan : 23,5 – 27 kg/m2

(4)Obesitas : > 27 kg/m2

(b) Untuk laki – laki :

(1) Kurus : < 18,5 kg/m2

(2) Normal : 18,5 – 25 kg/m2

(3) Kegemukan : 25 – 27 kg/m2

(4) Obesitas : > 27 kg/m2

2) Lingkar pergelangan tangan

Lingkar pergelangan tangan digunakan untuk memperkirakan kerangka


tubuh klien.

19
Tabel 2.5 Standar ukur Anthropometri berdasarkan kelompok umur

Sumber
b) Biochemical data(B)

1) Tes laboratorium

Tes laboratorium biasanya digunakan untuk mempelajari status nutrisi


termasuk ukuran protein plasma, sepertialbumin, transferin, retinol yang
mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin.. Untuk
hasil pemeriksaan akan didapatkan hasil, Albumin 4-5mg/100 ml, Transferin
170-25 mg/100 ml, Hb 12 mg%, BUN 1020 mg/100 ml dan ekskresi kreatinin
untuk 24 jam (laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100 ml).

2) Tes lain

Tes lain digunakan untuk menentukan status nutrisi termasuk ukuran


imunitas, seperti penundaan sensitivitas kutaneus, dan ukuran metabolisme
protein, seperti studi 24 jam nitrogen urea urine dan keseimbangan
nitrogen.

c) Cinical Sign (C)

Klien dengan masalah nutrisi akan memperlihatkan tanda-tanda klinik yang


jelas. Tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya,
tetapi juga fungsi fisiologisnya.
Tabel 2.6 Tanda klinis status nutrisi

20
Organ/sistem tubuh Tanda nutrisi baik Tanda nutrisi buruk

Penampilan umum Sadar, responsive Lesu, apatis, kaheksia

Barat badan Norma untuk tinggi Obesitas atau kurus


badan, usia, bentuk
tubuh

Postur Tegak, lengan dan Bahu kendur, dada cekung,


punggung bungkuk
tungkai lurus

Otot Berkembang baik, kuat, Kurang berkembang, lemah,

tonus bagus, tonus buruk, edema, tidak

mampu
terdapat lemak

dibawah kulit berjalan dengan baik.

kontrol sistem saraf Perhatian baik, refleks Kurang perhatian,

normal, iritabilitas, bingung,

kehilangan posisi,
psikologis stabil

kelemahan dan nyeri otot,


penurunan atau kehilangan
refleks lutut dan tumit.

Fungsi gastrointestinal Nafsu makan dan Anoreksia, tidak dapat


mencerna, konstipasi atau
pencernaan baik, diare, pembesaran hati

eliminasi teratur dan

21
normal, tidak ada organ atau limfe

atau massa

yang teraba
Fungsi kardiovaskuler Denyut dan irama Takikardia, pembesaran
jantung, irama tidak normal,
jantung normal, tidak tekanan darah meningkat

ada mur-mur,

tekanan darah normal

Vitalitas umum Ketahanan, bertenaga, Mudah lelah, kurang energy,


kebiasaan tidur baik, mudah tertidur, apatis
kuat

Rambut Bersinar, berkilau, kuat, Rambut berserabut,


tidak mudah patah,
kulit kepala sehat kusam, kusust, kering,

tipis, kasar, mudah rontok

Kulit Merah mudah, warna Kasar, kering, bersisik,


merata, turgor baik
pucat, berpigmen, kehilangan

lemak

subkutan
Wajah dan leher Merah mudah, warna Berminyak, diskolorasi,
merata, halus, tidak ada bersisik,bengkak, kulit gelap
bengkak dipipi dan bawah mata, kulit
sekitar hidung

22
dan mulut kasar

Bibir Halus, warna baik, Kering, bersisik, lesi sudut


lembab (tidak pecah
atau bengkak) mulut, fisura atau

stomatitis

Mulut, membran Membran mukosa Membrane mukosa mulut


mukosa lembut dan bengkak
rongga mulut warna
merah muda sampai
kemerahan

Gusi Warna merah muda, Gusi bengkak dan mudah


tidak bengkak atau
berdarah berdarah, margin

kemerahan, inflamasi, gusi


tertarik kebelakang

Lidah Warna merah muda Bengkak, kasar,


warna
atau kemerahan
magenta, papilla

gelap, tidak bengkak, hyperemia dan hipertrofi

terdapat papilla

dipermukaan, tidak

ada lesi
Gigi Bersih dan tidak ada Karies
disklorosi

23
Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva pucat, kering
anemis, tidak ada
lingkaran kelelahan
dibawa mata

Leher (kelenjar) Tidak ada Pembesaran tiroid

pembesaran kelenjar

Kuku Keras, merah muda Mudah patah

Kaki, tungkai Tidak nyeri,tidak Edema, nyeri betis,


lemah, tidak edema,
warna baik kesemutan, lemah

Kerangka Tidak ada malforasi Kaki bengkok , derfomitas


dada pada diagfragma

Sumber

d) Dietary history (D)

1) Kebiasaan asupan makanan dan cairan: pilihan, alergi, masalah, dan area yang
berhubungan lainnya, seperti kemampuan klien untuk memperoleh makanan.

2) Tingkat aktivitas:untuk menentukan kebutuhan energi dan


membandingkannya dengan asupan makanan.

3) Faktor yang memengaruhi pola diet dan status nutrisi:

a) Status kesehatan: nafsu makan, anoreksia, dukungan nutrisi


b) Kultur dan agama: jenis makanan dan diet, jumlah, kebiasaan makanan
etnik.

c) Status sosial ekonomi: kecukupan ekonomi untuk menunjang harga


makanan.

24
d) Pilihan pribadi: kesukaan terhadap diet, makanan favorit atau yang
dihindari, makanan mewah (simbol status).

e) Faktor psikologis: motivasi untuk makan makanan yang seimbang, persepsi


tentang diet, makanan mempunyai nilai simbolik ( susu/kelemahan,
daging/kekuatan ).

f) Alkohol dan obat-obatan: alkohol dan obat berlebihan berdampak pada


defisiensi nutrisi, memengaruhi organ gastrointestinal, menekan nafsu
makan, menghabiskan zat gizi yang tersimpan, dan mengurangi absorbsi zat
gizi di dalam intestinal.

g) Kesalahan informasi dan keyakinan terhadap makanan: mitos terhadap


makanan, minat terhadap makanan, tekanan sebaya, keinginan untuk
mengontrol pilihan diet. Keyakinan terhadap makanan sering salah (yogurt
lebih bernutrisi dari susu, kerang meningkatkan potensi seksual, madu lebih
menyehatkan daripada gula).

4) Catatan makanan dalam 24 jam, frekuensi makan yang membantu untuk


menyusun pola makanan sepanjang waktu.
2. Diagnosa Kebutuhan Nutrisi

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang menggambarkan


respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari
individu atau kelompok tempat anda secara legal mengidentifikasi dan anda dapat
memberikam intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk
mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.

Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi, meliputi:

a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Batasan karakteristik:

1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal

2) Cepat kenyang setelah makan

3) Gangguan sensasi rasa

4) Ketidakmampuan memakanan makanan

5) Kurang minat pada makanan

25
Factor yang berhubungan:

1) Faktor biologis

2) Ketidakmampuan makan

3) Kurang asupan makan

4) Ketidakmampuan mencerna makanan


3. Intervensi tindakan keperawatan Kebutuhan Nutrisi

Perencanaan/intervensi adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,


mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi
masalah diagnosi keperawatan.Kriteria hasil merupakan batasan karakteristik atau
indikator keberhasilan dari tujuann yang telah ditetapkan. Perencanaan keperawatan
berpatokan pada standar NIC dan

NOC.

Tabel 2.7 tabel intervensi keperawatan

No Diagnosa Rencana asuhan keperawatan

Tujuan & KH Intervensi

26
1 Ketidakseimba NOC : NIC
ngan nutrisi
kurang dari Nutrient status Setelah Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh
tindakan keperawatan a. Kolaborasi dengan ahli gizi
selama untuk menentukan nutrisi

yang dibutuhkan pasien


5 X 24 jam kebutuhan

nutrisi pasien b. Anjurkan pasien untuk


terpenuhidengan KH meningkatkan intake Fe

: c. Anjurkan pasien untuk


meningkatkan
- Tidak ada tanda
mengonsumsi protein dan

– tanda mal

- nutrisi d. vitamin

Memperlihatkan Berikan informasi tentang

adanya selera e. kebutuhan nutrisi

- Observasi kemampuan
makan
pasien untuk
Tidak terjadi
mendapatkan nutrisi yang
penurunan berat
badan yang dibutuhkan
berarti f.

Tentukan status gizi


pasien

g. Atur diet pasien

h.
Anjurkan makan sedikit
tapi sering

27
i.
Ukur berat badan dan
tinggi badan pasien setiap
hari

j.
Sarankan kebiasaan oral
hygine sebelum dan
sesudah makan

k. Kolaborasi pemberian
obat

Sumber
4. Pelaksanaan Kebutuhan Nutrisi

Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Tahap pelaksanaan merupakan
tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan.

5. Evaluasi Kebutuhan Nutrisi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan


keadan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Tahap evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan
dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam mengevaluasi perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai, serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Tahap evaluasi terdiri
atas dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses perawatan berlangsung atau menilai respon
pasien, sedangkan Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan atas target tujuan
yang diharapkan.
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dengan adanya kemampuan
dalam

a. Terpenuhnya kebutuhan nutrisi ditujukan dengan tidak adanya tanda kekurangan


atau kelebihan berat badan.

28
b. Tidak ada tanda – tanda mal nutrisi

c. Memperlihatkan adanya selera makan

d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

29
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan studi kasus

Rancangan studi kasus yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
rancangan deskriptif yaitu suatu pengamatan terhadap prosedur tindakan yang
dilakukan orang lain dan atau peneliti yang dilaporkan secara lengkap tentang
keadaan atau kondisi yang menjadi fokus studi yaitu pada pasien kanker serviks
dalam pemenuhunan kebutuhan nutrisi di RSUD Bahteramas Kota

Kendari.

B. Subyek studi kasus

Subyek studi kasus dalam penelitian ini sebanyak satu pasien yang sesuai dengan
criteria inklusiasi. kriteria inklusi yaitu batasan karakteristik umum subyek studi kasus
dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan

diteliti.

1. Kriteria Inklusi :

a. Pasien penderita kanker serviks yang dirawat di RSUD bahtermas Kota Kendari.

b. Pasien kooperatif dan berkomunikasi dengan cukup baik kepada

peneliti.

c. Mampu membaca dan menulis.

d. Bersedia menjadi subyek penelitian dan mengisi lembar persetujuan

(informed consent).
C. Fokus studi kasus

1. Kebutuhan nutrisi pada pasien kanker serviks

2. Penerapan manajemennutrisi pada pasien kanker serviks

D. Definisi operasional

1. Kanker serviks adalah penyakit yang disebabkan oleh human papiloma virus ( HPV )
yang terjadi pada serviks atau leher rahim suatu daerah pada organ reproduksi
wanita.

30
2. Kebutuhan nutrisi adalah kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh untuk memperoleh
energi bagi aktivitas tubuh yang berfungsi membentuk sel dan jaringan tubuh, serta
mengatur beberapa proses kimia dalam tubuh

3. Manajemen nutrisi adalah pengaturan intake makanan untuk pemberian nutrisi bagi
pasien kanker serviks.

Manajemen nutrisi meliputi :

a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
gizi

b. Tentukan apa yang menjadi preferensi makan bagi pasien

c. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutirisi yng dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi

d. Atur diet yang diperlukan

E. Instrumen pengumpulan data

Instrumen dalam penelitian ini yaitu pengaturan diet untuk memantau


peningkatan berat badan pasien. Pemantauan berat badan dilakukan dengan
penimbangan berat badan setiap hari.

F. Tempat dan waktu studi

1. Tempat Studi Kasus

Penelitian ini akan dilakukan di ruangan rawat inap obstetri dan ginekologi

RSUD Bahtermas Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

2. Waktu Studi Kasus

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 02 Juli – 07 Juli 2018.

G. Metode pengumpulan data

Sumber data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data primer dan data
sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian terhadap
responden. Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini
diperoleh dari status pasien dan rekam medik di RSUD

Bahteramas Kendari.

1. Data primer

31
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek penelitian
oleh perorangan maupun organisasi. Data primer diperoleh dari:

a. Wawancara

Yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana


penelitian mendapatkan keterangan atau penelitian secara lisan dari
seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakap-cakap, berhadapan
muka dengan orang tersebut (face to face).

b. Observasi

Observasi adalah suatu prosedur terencana antara lain meliputi: melihat,


mencatat jumlah data, syarat-syarat aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah nutrisi pada pasien kanker serviks.
c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik pasien


secara sistematis dengan cara:

1) Inspeksi

Suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematis dengan


mengguanakan indera penglihatan, pandangan dan penciuman sebagai
suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara
berurutan mulai dari kepala sampai kaki.

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat


terabah dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk
mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, pergerekan dan konsistensi.

3) Perkusi

Mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan getaran


yang menjalar melalui jaringan tubuh. Perkusi dilakukan pada daerah
abdomen.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melaui pendengaran,


biasanya menggunakan alat stetoskop.

2 . Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Data sekunder didapat dari:

a) Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung


ditujukan pada objek penelitian, namun melalui dokumen.

32
b) Studi kepustakaan adalah tehnik pengumpulan data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari ilmu pengetahuan
yang sudah ada sebelumnya. Penelitian memanfaatkan teori-teori yang sudah
ada di buku atau hasil penelitian lain untuk kepentingan penelitian.Adapun
prosedur mengumpulan data yaitu :

1) Persiapan

a) Mengajukan izin mengambilan data awal di rekam medik

RSUD bahtermas kota kendari

b) Memberikan surat izin penelitian ke RSUD bahteramas Kota

Kendari untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian

c) Menentukan responden yaitu pasien kanker serviks

d) Memberikan penjelasan kepada subyek penelitian maksud, tujuan, dan


waktu yang dibutuhkan dalammelakukan studi

kasus ini.

e) Memberikan lembar persetujuan (informant consent) kepada subyek


penelitian

2) Pelaksanaan

a) Peneliti dan subyek peneliti menyiapkan tempat untuk melakukan studi


kasus

b) Peneliti menjelaskan prosedur studi kasus kepeda subyek

peneliti

c) Peneliti melakukan wawancara dan obsrvasi sesuai dengan waktu yang


telah disepakati bersama
d) Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan setiap hari dalam jangka yang
telah ditentukan

3) Evaluasi

Peneliti melakukan pengelolaan data yang sudah diperoleh selama


studi kasus.

H. Penyajian data

33
Data yang akan disajikan pada penelitian ini yakni secara dekskriptif atau
menggambarkan keadaan pasien, disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dan
respon dari subyek studi kasus yang merupakan data pendukung dari penelitian.

I. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi


pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi
tempat penelitian dalam hal ini RSUD Bahteramas Kota Kendari. Setelah mendapat
persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekan masalah etika penelitian
yang meliputi:

1. Informent consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Informent consent di berikan kepada responden yang akan diteliti disertai


judul penelitian,apabila responden menerima atau menolak, maka penelti harus
mampu menerima keputusan responden.

2. Aninimity ( tanpa nama )

Untuk menajaga kerahasiaan, peneliti tidak akan menyebutkan nama respoden


tetapi akan menggantinya menjadi inisial atau kode responden.
3. Confidentiality ( kerahasiaan informasi )

Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti dan hanya kelompok


data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Beneficience

Penelitian melindungi subjek agar terhindar dari bahaya dan ketidak nyamanan
fisik .

5. Full disclosure

Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat keputusan secara


suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan keputusan tersebut
tidak dapat di buat tanpa memberikan penjelasan selengkaplengkapnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus

34
1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Letak geografis

Sejak tanggal 21 November 2012 RSU Provinsi Sulawesi Tenggara pindah


lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No.151 Kelurahan Kemaraya Kecamatan Mandonga
ke jalan Kapiten Piere Tenden No.40 Baruga, dan bernama Rumah Sakit Umum
Daerah ( RSUD )Bahteramas Prov.Sultra. di lokasi yang baruh ini mudah dijangkau
dengan kendaraan umum, dengan batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah utara : Kantor pengadilan agama

2) Sebelah timur : Kantor Polsek Baruga

3) Sebelah selatan : Perumahan penduduk

4) Sebelah barat : Balai pertanian provinsi Sulawesi tenggara

b. Lingkungan fisik

RSUD Bahteramas berdiri diatas lahan seluas 17,5 Ha. Luas seluruh
bangunan adalah 53,269 m2. Pengelompokan ruangan berdasarkan fungsinya
sehingga menjadi empat kelompok , yaitu kelompok kegiatan pelayanan
rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang medis, kelompok kegiatan
penunjang non medis, dan kelompok kegiatan administrasi.

c. Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas atau pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :


1) Pelayanan kesehatan rawat jalan

a) Instalasi gawat darurat (IGD)

b) Instalasi rawat jalan

Pelayanan kesehatan rawat jalan terdiri dari Poliklink kebidanan dan


penyakit kandungan, Poliklinik kesehatan anak, Poliklinik penyakit
dalam, Poliklinik bedah, Poliklinik neurologi, Poliklinik mata, Poliklinik
Telinga, Hidung, dan Tenggorokan ( THT), Poliklinik gigi dan mulut,
Poliklinik penyakit jantung dan pembuluh darah, Poliklinik kulit dan
kelamin, Poliklinik Orthopedy, Poliklinik gizi, Poliklinik jiwa,

Poliklinik terpadu (klinik VCT), dan Poliklinik Onkologi

c) Instalansi Rehabilitas medik


(1) Fisioterapi

35
(2) Akupuntur

2) Pelayanan Kesehatan Rawat Inap

Pelayanan kesehatan rawat inap yang berada dirumah sakit RSUD

Bahtermas kota kendari terdiri dari ruang perawatan Laika Waraka,

Laika Mendidoha, Raha Mongkilo, Raha Sangia Lombo, Laika

Peroha, Banua Puago, dan Tumbu Dadi

3) Pelayanan penunjang medic

Pelayanan pnunjang medis terdiri dari Patologi klinik, Patologi anatomi,


Radiologi, Farmasi/Apotik, Sterilisasi Sentral (CSSD), Sentral Gas Medik,
Gizi, Binatu, Pemulasara n Jenazah,

Ambulance 118
d. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi


Tenggara hingga 31 Desember 2015 Berjumlah 789 0rang yang merupakan
pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai kontrak, terdiri atas tenaga medis,
paramedis, dan non medis.

e. Visi dan Misi RSU Bahteramas

1) Visi

Rumah Sakit Unggulan Dalam Pelayanan Kesehatan Rujukan,

Pendidikan dan Penelitian di Sulawesi Tenggara Tahun 2018

2) Misi

a) Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandaskan etika profesi

b) Menyelenggarakan pendidikan profesi dokter, pendidikan dokter,


pendidikan kesehatan lainnya serta pelatihan dan penelitian

c) Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang rumah sakit


pendidikan

d) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan


kesejahteraan karyawan
2. Pengkajian studi kasus

a. Biodata

36
1) Identitas Pasien

a) Nama : Ny. H

b) Umur : 37 Tahun

c) Pendidikan : SMA

d) Agama : Islam

e) Pekerjaan : Ibu rumah tangga

f) Alamat : Jl. Kelinci,Tipulu

g) Tanggal masuk : 30 Juni 2018

h) No RM : 53 – 19 – 88

i) Diagnosa medis : Kanker Serviks

j) Tanggal pengkajian : 02 Juli 2018

2) Penanggung jawab

a) Nama : Tn. S

b) Usia : 41 tahun

c) Pekerjaan : Wiraswasta

d) Hubungan dengan klien : Suami


b. Riwayat kesehatan

1) Alasan kunjungan ke rumah sakit :

Keluar darah dari jalan lahir sejak 3 Minggu yang lalu.

2) Keluhan utama saat ini :

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 02 Juli 2018 pasien mengatakan


perdarahan sudah mulai berkurang, sering merasa mual dan ingin muntah,
tidak nafsu makan , kurang minum, tubuh terasa lemah dan mudah lelah.
Keluarga mengatakan setiap makan pasien tidak menghabiskan setengah
porsi dari satu porsi makanan yang diberikan Pasien mengatakan berat
badan sebelum sakit 47

Kg.

3) Riwayat perjalanan penyakit

Pasien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Kota

37
Kendari pada hari Sabtu Sabtu 30 Juni 2018 pukul 19.45 melalui IGD
dengan keluahan keluar darah dari jalan lahir yang dialami sejak tiga
minggu yang lalu. Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan keluar
darah dari jalan lahir yang terjadi secara terus menerus selama tiga
minggu. Sebelum terjadi perdarahan tersebut pasien mengalami
keputihan yang tidak biasa dialami yaitu terasa gatal dan berbau busuk.

4) Riwayat kesehatan lalu

Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat dirumah sakit,


dan tidak ada alergi terhadap obat – oatan dan makanan tertentu

5) Riwayat obstetric

a) Riwayat menstruasi

(1) Menarche : 14 Tahun

(2) Banyaknya : Tidak menentu

(3) Siklus : Tidak teratur

(4) Lamanya : 4 – 5 hari


(5) Keluhan : Nyeri panggul

(6) HPHT : 17 Februari 2017

b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak


ke
Tahun Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdar JK BB PB
ahan
2006 9 bln Tidak Nor Bidan Tidak Tidak Tidak Tidak L 3 50
ada mal ada ada ada ada
Sumber Data Primer

c) Riwayat keluarga berencan

Pada saat penggajian pasien mengatakan tidak menggunakan


Jenis kontrasepsi apapun,dan tidak mengikuti program keluarga
berencana

6) Riwayat kesehatan keluarga

a) Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan terhadap


anggaota keluarga dan tidak ada yang menderita penyakit
tertentu seperti DM dan Tb paru.

38
b) Bagan genogram

? 41 ? ? ? 37 ?

12

Keterangan

: Laki – laki: Menikah

: perempuan: pasien

: Keturunan .….. : Tinggal serumah

c. Aspek psikososial

Pasien mengatakan sangat khawatir dengan penyakitnya dan berharap


bisa sembuh agar dapat mengurus keluarganya kembali. Bagi pasien orang
yang sangat terpenting baginya yaitu keluarga.

d. Keadaan kesehatan umum

1) Keadaan umum : lemah

2) Kesadaran : compos mentis

3) Tanda – tanda vital

a) Tekanan darah : 100 / 80


b) Suhu : 36,5

c) Nadi : 80x/menit

d) Pernapasan : 20 x/ menit
4 ) Tinggi badan dan berat badan

a) Tinggi badan : 156 Cm

b) Berat badan : 42 Kg

c) IMT : BB(kg)/TB(m)2 = 42/(2,43)2 = 17,28 ( Kurus )

5 ) Lingkar pergelangan tangan

39
a) Lingkar lengan atas : 20 cm

b) Lipat kulit trisep : 15 cm


e. Pemeriksaan fisik

1) Kepala

Pada saat pengkajian nampak tidak ada benjolan, distribusi rambut mudah
rontok, kulit kepala kotor, dan tidak ada nyeri tekan

2) Mata

Berdasarkan pengkajian nampak kelopk mata normal, sclera tidak ikterik,

konjungtiva anemis, reaksi pupil isokor, tidak ada gangguan penglihatan.

3) Telinga

Berdasarkan pengkajian kemampuan pendengaran pasien baik, tidak


memakai alat bantu, tidak ada tanda – tanda infeksi.

4) Hidung dan sinus

Berdasarkan pengkajian bentuk hidung simetris, fungsi penciuman baik,


tidak ada dan tidak perdarahan.

5) Mulut dan tenggorokan

Berdasarkan pengkajian Nampak mukosa bibir kering, pucat,Nampak gigi


berkaries, Nampak gusi berdarah, pasien mengatakan kadang merasa
sakit saat mengunyah dan menelan.

6) Leher

Berdasarkan pengkajian pengkajian Nampak tidak ada massa,dan tidak ada


pembesaran limfe,tidak ada tekanan vena jugularis.

7) Payudara

Berdasarkan pengkajian Nampak keadaan aroela mamae normal, tidak ada


nyeri tekan
8) Dada dan paru – paru

Berdasarkan pengkajian bentuk dada normal simetris antara kiri dan


kanan, pengembangan dada normal.

9) Abdomen

40
Berdasarkan pengakajian bentuk abdomen normal, terdapat nyeri tekan
pada region delapan hipogastrium, peristaltic usus

10) Ekstremitas

a) Ekstremitas atas : tonus otot lemah

b) Ekstremitas bawah : tonus otot lemah

f. Kebutuhan dasar khusus

NO Aktivitas sehari – Sebelum sakit Setelah sakit

hari

1 Cairan

a. Jenis minuman Air putih 7 -8 Air putih 3- 4


gelas gelas
b. Jumlah

2 Eliminasi

a. BAB

- Frekuensi 2 x/ hari 1 x/ hari

- Konsistensi Lunak Lunak

b. BAK

a.Frekuensi 4 – 5 x/ hari 2 -3 x/ hari

b. keluhan Tidak ada keluhan Nyeri

3 Istirahat dan tidur

a. Tidur siang Jam 14.00 s/d jam 16.30 Tidak menentu

b. Tidur malam Jam 21.30 s/d jam 06.00

41
4 Personal hygene Belum mandi

a. Mandi Belum cuci


2 x/ hari
b. Cuci rambut rambut
3 x/ minggu
c. gosok gigi
2 x/ hari 1 x/ hari
Sumber Data Primer

g. Riwayat kebutuhan nutrisi

1) Sebelum sakit

a) Problem pemasukan nutrisi

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tangal 02 Juli 2018


pasien mengatakn sebelum sakit nafsu makan baik, tidak ada
gangguan menelan atau menggunyah dan tidak ada

program diet yang diikuti.

b) Pola dan kebiasaan makan

Waktu Jenis Jumlah/porsi

07.00 Teh hangat 1 gelas

10.00 Makan mie instant 1 Bungkus

12.00 Nasi, ikan, sambel 1 porsi

16.00 Snack 1 Bungkus

18.00 - -

20.00 Nasi, ikan, tahu tempe 1 porsi

23.00 - -

Sumber Data Primer


c) Jenis makanan yang paling disukai

Hasil pengkajian pasien mengatakan tidak ada jenis makanan khusus


yang paling disukai.

d) Jenis makanan yang tidak disukai

42
Hasil pengkajian pasien mengatakan tidak menyukai jenis sayura –
sayuran.

e) Intake cairan

Hasil pengkajian pasien mengatakan dalam sehari minum air putih 7 -8


gelas, teh 1 gelas sehari.

2) Selama sakit

a) Problem pemasukan nutrisi

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tangal 02 Juli 2018


pasien mengatakn selama sakit tidak nafsu makan,sering merasa
mual dan ingin muntah, kurang minum dan tidak menghabiskan
setegah dari satu porsi makanan yang diberikan. Selama sakit pasien
kurang mengonsumsi buah – buahan atau makanan selingan. Pasien
mengatakan berat badan sebelum sakit 47 Kg.

b) Pola dan kebiasaan makan

Waktu Jenis Makanan Jumlah/porsi

07.00 Bubur, telur 1 porsi

10.00 Roti, susu 1 porsi

12.00 Nasi, sup, ayam 1 porsi

16.00 Jus Apel 1 apel

18.00 Biscuit Secukupnya

20.00 Nasi, sayur, tahu tempe 1 porsi

23.00 - -

Sumber Data Primer

c) Jenis makanan yang paling disukai

Berdasarkan pengkajian pasien mengatakan tidak ada jenis


makanan khusus yang paling disukai.

d) Jenis makanan yang tidak disukai

Berdasarkan pengkajian pasien mengatakan tidak menyukai sayur -


sayuran

43
e) Intake cairan

Berdasarkan pengkajian pasien mengatakan dalam sehari minum air


putih 3 -4 gelas.

h. Therapi yang diberikan

1) Infus Ringer Laktat 20 tetes/menit

2) Ondancetron 1 amp/8 jam/intravena.

3) Levofloxacin 1 tablet/12 jam/oral

4) Tramadol 1 amp/IV/ 8 jam


i. Tes diagnostic

Tanggal pemeriksaan 30 Juni 2018

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

HEMATOTOLI

Hematokrit 0,6 % 4 ,0 – 12
6
10 /uL
Eritrosit 2,55 4 ,4 – 5, 9
%
Grand % 79,9 50 ,0 – 70, 0
Pg g/Dl
MCH 26,0 27 ,0 – 34, 0
g/dL
MCHC 30,6 31 ,0 – 36, 0

103/uL
HGB 11,3 12 – 16

103/uL
Leokosit 8,32 3.6 – 11

Trombosit 174 150 – 400


mg/dL
KIMIA KLINIK
Mg/dL
Ureum 11 15 – 39

Kreatinin 0,8 0 ,60 – 1, 30

Sumber Data Primer

44
Klasifiksi data

1) Data subjektif :
a) Pasien mengatakan sering merasa mual dan ingin muntah
b) Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan kurang minum
c) Pasien mengatakan tubuh terasa lemah dan mudah lelah.
d) Keluarga mengatakan setiap makan pasien tidak menghabiskan setengah
porsi dari satu porsi makanan yang diberikan

e) Pasien mengatakan berat badan sebelum sakit 47 Kg


f) Pasien mengatakan khawatir dengan penyakitnya
2) Data Objektif :

a) keadan umum pasien lemah

b) Nampak turgor kulit kering

c) Mukosa bibir kering

d) Konjungtiva anemis

e) Distribusi rambut mudah rontok

f) Nyeri tekan pada abdomen di kandung kemih

g) Hasil pengukuran tanda – tanda vital : Tekanan darah : 110 / 80,

Suhu 36,5 , Nadi, 80x/menit, Pernapasan 20 x/ menit

h) Berat badan 42 Kg

Analisa data

Symtom Etiologi Problem

45
Data subjektif: Virus HPV Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
a) Pasien mengatakan sering merasa kebutuhan tubuh
mual dan ingin muntah
Ca Serviks
b) Pasien mengatakan tidak nafsu
makan dan kurang minum
Pengobatan
c) Pasien mengatakan tubuh terasa
lemah dan mudah lelah.

d) Keluarga mengatakan setiap makan Mual muntah

pasien tidak menghabiskan setengah


porsi dari satu porsi makanan yang
Ketidakseimbangan
diberikan

Nutrisi kurang dari


e) Pasien mengatakan berat badan
kebutuhan tubuh
sebelum sakit 47 Kg Data objektif :

a) keadan umum pasien lemah


b) Nampak turgor kulit kering

c) Mukosa bibir kering

d) Konjungtiva anemis

e) distribusi rambut mudah rontok

f) nyeri tekan pada abdomen

diregiokedelapan(Hypogastriu)

g) Berat badan 42 Kg
3. Diagnosa keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan makan ditandai dengan :

a. Data subjektif :

1) Pasien mengatakan sering merasa mual dan ingin muntah

46
2) Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan kurang minum 3) Pasien
mengatakan tubuh terasa lemah dan mudah lelah.

4) Keluarga mengatakan setiap makan pasien tidak menghabiskan setengah


porsi dari satu porsi makanan yang diberikan

5) Pasien mengatakan berat badan sebelum sakit 47 Kg


b. Data objektif :

1) keadan umum pasien lemah

2) Nampak turgor kulit kering

3) Mukosa bibir kering

4) Konjungtiva anemis

5) distribusi rambut mudah rontok

6) nyeri tekan pada abdomen diregio kedelapan( Hypogastrium)

7) Berat badan 42 Kg
4. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Rencana asuhan keperawatan

Tujuan & KH Intervensi

47
2 Ketidakseimbanga n NOC : NIC

nutrisi kurang dari Nutrient status Setelah Manajemen nutrisi

kebutuhan tubuh tindakan keperawatan a. Kolaborasi dengan


berhubungan kurang selama 5 X 24 jam
ahli gizi untuk
asupan makan kebutuhan nutrisi menentukan nutrisi
ditandai dengan : pasien terpenuhi yang dibutuhkan
Data subjektif : dengan KH : pasien

a. Pasien - Memperlihatkan b. Anjurkan pasien


mengatakan
adanya selera untuk meningkatkan
sering merasa
makan intake Fe
mual dan ingin
- Tidak terjadi
muntah c. Anjurkan pasien
penurunan berat
badan yang berarti untuk meningkatkan
b. Pasien
mengonsumsi protein
mengatakan
dan vitamin
tidak nafsu
makan dan
kurang minum d. Berikan informasi

c. Pasien tentang kebutuhan


mengatakan nutrisi
tubuh terasa
lemah dan
mudah lelah. e. Observasi
kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang

48
d. Keluarga dibutuhkan
mengatakan
f. Tentukan status gizi
setiap makan
pasien tidak pasien

menghabiskan
setengah porsi g. Atur diet pasien
dari satu porsi
h. Anjurkan makan
makanan yang
diberikan sedikit tapi sering

e. Pasien i.Ukur berat badan dan


mengatakan
tinggi badan pasien
berat badan
sebelum sakit setiap hari

47 Kg
j. Sarankan kebiasaan
Data objektif :
oral hygine sebelum
a. keadan umum
dan sesudah makan
pasien lemah

k. kolaborasi pemberian
b. Nampak turgor obat

kulit kering

c. Mukosa bibir

kering

d. Konjungtiva

anemis

e. distribusi rambut

mudah rontok

f. nyeri tekan pada


abdomen

49
diregio

kedelapan(

Hypogastrium)

g. Berat badan
42

Kg
5. Implementasi keperawatan

No Hari/Tanggal Jam Tindakan keperawatan Paraf

1 Selasa, 03 09.10 1. Tentukan status gizi pasien

Juli 2018 Hasil : status gizi pasien termasuk

dalam kategori gizi kurang (kurus)

2. Observasi kemampuan pasien


09.15
untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Hasil : kondisi pasien lemah

09.20 3. Mengatur diet pasien

Hasil :diet yang diberikan pada

pasien yaitu diet TKTP

09.35
4. Menganjurkan pasien makan

sedikit tetapi sering

Hasil : pasien mau mengikuti


anjuran yang diberikan

50
10.00 5. Menimbang berat badan

Hasil : BB 42 Kg

12.10
6. Mengkolaborasi pemberian obat

Hasil : Ondancetron 1 amp/8

jam/intravena, Levofloxacin

1 tablet/12 jam/oral, Tramadol 1

amp/IV/ 8 jam
12.20

7. Memberikan informasi tentang

nutrisi pasien kanker

Hasil :pasien mengerti


2 Rabu, 04 Juli 08.00 1 .Mengatur diet pasien

2018 Hasil :diet yang diberikan pada

pasien yaitu diet TKTP

08.15
2.Menganjurkan pasien makan

sedikit tetapi sering

Hasil : Nampak pasien mengikuti

anjuran yang diberikan

08.20 3.Menganjurkan pasien untuk

meningkatkan mengonsumsi

protein dan vitamin

Hasil : pasien mau mengikuti

51
08.40 anjuran perawat

4.Sarankan kebiasaan oral hygine

sebelum dan sesudah makan

Hasil : pasien mau mengikuti saran

yang diberikan
07.00

5 .Menimbang berat badan

12.15 Hasil : BB 42 Kg

6.mengkolaborasi pemberian obat

Hasil : Ondancetron 1 amp/8

jam/intravena

Kamis, 05 09.10 1 .Mengatur diet pasien

Juli 2018 Hasil :diet yang diberikan pada

pasien yaitu diet TKTP

10.15
2.Menganjurkan pasien makan

sedikit tetapi sering

Hasil : Nampak pasien mengikuti

anjuran yang diberikan

10.25 3.Menganjurkan pasien untuk


meningkatkan mengonsumsi
protein dan vitamin

52
Hasil : pasien mengatakan untuk

meningkatkan konsumsi protein

pasien mengonsumsi makan

selingan yaitu susu dan buah -

buahan

4.Sarankan kebiasaan oral hygine

sebelum dan sesudah makan

Hasil : pasien mengatakan sudah

melakukan oral hygen sebelum dan

sesudah makan
10.00

5 .Menimbang berat badan

Hasil : BB 42,5 Kg

6. Mengkolaborasi pemberian obat

Hasil :Ondancetron 1 amp/8


07.00 jam/intravena, Levofloxacin 1
tablet/12 jam/oral

12.10
Jumat, 06 08.10 1. Mengatur diet pasien

Juli 2018 Hasil :diet yang diberikan pada

pasien yaitu diet TKTP

08.15
2. Menganjurkan pasien makan

sedikit tetapi sering

53
Hasil : Nampak pasien mengikuti

anjuran yang diberikan

3. Menganjurkan pasien untuk

meningkatkan mengonsumsi

protein dan vitamin

08.30
Hasil : pasien mengatakan untuk

meningkatkan konsumsi protein

pasien mengonsumsi makan

selingan yaitu susu dan buah -

buahan

4. Sarankan kebiasaan oral hygine

sebelum dan sesudah makan

Hasil : pasien mengatakan sudah


08.45
melakukan oral hygen sebelum

dan sesudah makan

5. Menimbang berat badan

Hasil : BB 42,5 Kg

6. mengkolaborasi pemberian obat

07.00
Hasil : Ondancetron 1 amp/8
jam/intravena, Levofloxacin

12.05
1 tablet/12 jam/oral

54
Sabtu, 07 08.20 1 .Mengatur diet pasien

Juli 2018 Hasil :diet yang diberikan pada

pasien yaitu diet TKTP

08.30
2.Menganjurkan pasien makan

sedikit tetapi sering

Hasil : Nampak pasien mengikuti

anjuran yang diberikan

08.50 3.Menganjurkan pasien untuk

meningkatkan mengonsumsi

protein dan vitamin

Hasil : pasien mengatakan untuk

meningkatkan konsumsi protein

pasien mengonsumsi makan

selingan yaitu susu dan buah -

buahan

4 .Menimbang berat badan


10.00
Hasil : BB 42,5 Kg

6. Evaluasi keperawatan

No Hari/Tanggal Jam Catatan perkembangan Paraf

55
1 Selasa, 03 14.05 S : pasien mengakan masih Nining
selva.M
Juli 2018 merasa mual dan belum ada nafsu

makan, 1 porsi makan tidak

dihabiskan

O : keadaan umum pasien lemah,

nampak ½ porsi makan tidak

dihabiskan, turgor kulit kering,

mukosa bibir kering

BB : 42 Kg

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
2 Rabu, 04 Juli 14.00 S : pasien Nining
mengatakan selva.M
2018
mengikuti anjuran peneliti dengan

makan sedikit tapi

sering.

O : keadaan umum pasien masih

lemah, turgor kulit kering, nampak

belum

menghabiskan 1 porsi makan yang

diberikan. BB 42 Kg

A : Masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

56
Kamis, 05 14.10 S : Pasien mengatakan nafsu Nining
selva.M
Juli 2018 makan sudah mulai ada tetapi

tidak bisa jika langsung

menghabiskan satu porsi

makan yang diberikan

O : keadaan umum pasien sedang,

nampak turgor kulit kering, BB 42

Kg

A : masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
Jumat, 06 juli 14.00 S : pasien Nining
mengatakan selva.M
2018
mengkuti anjuran peneliti yaitu

menyikat gigi sebelum dan

sesudah makan, rasa mual sudah

mulai berkurang, nafsu makan

sudah ada

O : keadaan umum pasien sedang,

nampak pasien

mengikuti anjuran peneliti dengan

memakan satu buah

apel , BB 45

A : Masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

57
Sabtu, 07 Juli 10.00 S : pasien mengatakan rasa Nining

2018 mual sudah mulai berkurang, selva.M

nafsu makan sudah mulai ada, dan

mencoba mengikuti semua

anjuran yang diberikan

O : keadaan umum pasien sedang,

nampak pasien sudah mulai

menghabiskan satu porsi

makan yang diberikan

walaupun cara makan sedikit –

sedikit tapi sering, BB 45 Kg

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dipertahankan
Tabel4.1 Perkembangan data antropometri pasien

Pengukuran antropometri

Hari Lingkar lengan

TB BB IMT Status Gizi

Lengan Kulit
atas trisep

I 156 Cm 42 Kg 17,28 20 15 Gizi kurang

II 156 Cm 42 Kg 17,28 20 15 Gizi kurang

III 156 Cm 42 Kg 17,28 20 15 Gizi kurang

58
IV 156 Cm 42,5 Kg 17,48 20 15 Gizi kurang

V 156 Cm 42,5 Kg 17,48 20 15 Gizi kurang

Berdasarkan tabel prkembangan antropometri pada hari pertama setelah


dilakukan tindakan keperawatan belum ada perubahan berat badan, begitupun
pada hari kedua dan ketiga, berat badan pasien masih 42 kg. stelah lima hari
perawatan, pada hari ke empat berat badan pasien mengalami kenaikan 0,5 kg
yang bertahan sampai hari ke lima. setelah lima hari perawatan berat badan
pasien menjadi 42,5 kg. kenaikan berat badan pasien tidak terjadi begitu
signifikan.

B. Pembahasan

Pada Bab sebelumnya, penulis memaparkan tinjaun teori mengenai kanker


serviks dan kebutuhan nutrisi. Pada pembahasan ini penulis akan membahas tentang
perbandingan antara teori dan hasil studi kasus yang ditemukan selama melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien Ny. H berumur 37 tahun dengan kanker serviks
stadium III B dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di ruang laika waraka obstetric dan
ginekologi kamar 14 Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas kota kendari pada
tanggal 02 juli sampai dengan tanggal 07 juli 2018 dengan menggunakan pendekatan
proses asuhan keperawatan yang meliputi Pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien.(Budiono & Pertami,S 2015)
Menurut teori pada tahap pengkajian penderita kanker serviks keluhan yang
akan dirasakan yaitu mulanya perdarahan pervagina yang terjadi setelah
melakukan hubungan atau perdarahan spontan yang keluar diluar masa haid,
seiring dengan peningkatan stdium kanker maka keluhan lainyang dirasakan
adalah keluarnya cairan dari vagina yang berbau tidak sedap, terasa nyeri pada
bagian panggul, pinggang, dan tungkai, gangguan saat berkemih, atau kesulitan
buang air kecilkarena adanya sumbatan pada saluran kencing, nyeri di daerah
kandung kemih serta anus, penurunan berat badan, dan mudah merasa lelah.

Hasil pengkajian yang didapatkan penulis bahwa sebelum masuk rumah sakit
pasien mengatakan keluar darah dari jalan lahir yang terjadi secara terus
menerus selama tiga minggu. Sebelum terjadi perdarahan tersebut pasien
mengalami keputihan yang tidak biasa dialami yaitu terasa gatal dan berbau
busuk. Keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian pasien
mengatakan, tidak nafsu makan karena rasa mual dan ingin muntah, merasa
nyeri pada daerah panggul dan susah buang air kecil, tubuh terasa lemah dan

59
mudah lelah. Pasien mengatakan berat badan sebelum sakit 47 Kg dan saat ini BB
pasien 42 Kg. Nampak pasien lemah, turgor kulit kering, dan mukos bibir kering.

Berdasarkan teori yang telah di paparkan dan hasil pengkajian yang penulis
dapatkan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian yang
dimana keluhan yang dirasakan pasien sebagian besar sama dengan teori yang
telah dipaparkan.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons individu,


keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab. Pada pengkajian dan analisa
data yang dilakukan pada Ny. H tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
hasil studi kasus dimana diagnosa keperawatan yang ditegakan penulis yaitu
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan


nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik dengan batasan
karakteristik yaitu :

6) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal

7) Cepat kenyang setelah makan

8) Gangguan sensasi rasa

9) Ketidakmampuan memakanan makanan

10) Kurang minat pada makanan

Factor yang berhubungan:

5) Faktor biologis

6) Ketidakmampuan makan

7) Kurang asupan makan

8) Ketidakmampuan mencerna makanan

Batasan karakteristik yang ditemukan pada hasil pengkajian Ny. H sesuai


dengan teori, berdasarkan data yang didaptkan yaitu nampak pasien lemah mukosa
bibir kering. pasien mengatakan kurang nafsu makan, merasa mual dan ingin
muntah, porsi makan tidak dihabiskan. Pasien mengatakan berat badan sebelum
sakit 47 Kg dan sekarang 42 Kg.

3. Intervensi keperawatan

60
Intervensi atau Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan.

Berdasarkan teori, intervensi yang dapat dilakukan untuk masalah kebutuhan


Nutrisi bedasarkan standar NIC yaitu :

Manajemen nutrisi

a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi yang dibutuhkan pasien

b. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

c. Anjurkan pasien untuk men ingkatkan mengonsumsi protein dan vitamin

d. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

e. Observasi kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

f. Tentukan status gizi pasien

g. Atur diet pasien

h. Anjurkan makan sedikit tapi sering

i. Ukur berat badan dan tinggi badan pasien setiap hari

j. Sarankan kebiasaan oral hygine sebelum dan sesudah makan

k. Kolaborasi pemberian obat


Berdasarkan diagnosa yang telah ditegakan oleh penulis maka untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien perencanaan yang dilakukan disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Intervensi yang penulis tetapkan
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

Hasil intervensi yang ditetapkan penulis sesuai dengan teori yang dipaparkan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan nutrisi pasien.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi atau Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana


tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang
baru. Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan.

61
Implementasi keperawatan dilaksanakan selama lima hari dimulai tanggal 03
Juli – 07 Juli 2018, dimana semua tindakan yang dilaksankan selalu berorientasi
pada rencana yang telah dibuat berdasarkan teori NIC sehingga dapat tercapai
sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan Pelaksanaan tindakan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut :

Manajemen nutrisi :

a. Menentukan status gizi pasien

b. Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

c. Menganjurkan makan sedikit tapi sering


d. Mengatur diet pasien

e. Meganjurkan pasien untuk meningkatkan mengonsumsi protein dan vitamin

f. Mengukur berat badan pasien setiap hari

g. Menyarankan kebiasaan oral hygine sebelum dan sesudah makan

h. Kolaborasi pemberian obat

Pada implementasi keperawatan, tidak semua intervensi yang


ditetapkan dilaksanakan melainkan penulis menyusuaikan dengan kondisi dan
keluhan pasien. Pada implemantasi mengatur diet pasien hampir setiap hari
dilakukan, pengaturan diet tersebut bertujuan agar terpenuhinya kebutuhan
nutrisi pasien yang adekuat. Tujuan ini juga sesuai dengan tujuan pada teori yaitu
tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti akibat dari nutrisi yang tidak
adekuat. pengukuran berat badan digunaikan sebagai tolak ukur untuk melihat
apakah dengan tindakan manajemen nutrisi tersebut dapat mencegah
penurunan berat badan yang yang signifikan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan


perubahan keadan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Tahap evaluasi merupakan tahap akhir
proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi
secara umum yaitu:
a. Terpenuhnya kebutuhan nutrisi ditujukan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.

b. Tidak ada tanda – tanda mal nutrisi

c. Memperlihatkan adanya selera makan

62
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Evaluasi keperawatan dilakukan pada hari sabtutanggal 07 Juli 2018


pukul 10.00 WIT setelah lima hari perawatan. berdasarkan hasil evaluasi
keperarawatan yang dilakukan setiap hari didapatkan data bahwa pada hari
peratama tindakan evaluasi yang didapatkan pasien mengakan masih merasa
mual dan belum ada nafsu makan, 1 porsi makan tidak dihabiskan. Keadaan
umum pasien lemah, nampak ½ porsi makan tidak dihabiskan, turgor kulit
kering, mukosa bibir kering, BB : 42 Kg. pada hari kedua tindakan keperawatan
hasil evaluasi yang didapatkan : pasien mengatakan mengikuti anjuran peneliti
dengan makan sedikit tapi sering, keadaan umum pasien masih lemah, turgor
kulit kering, nampak belum menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan. BB 42
Kg. Pada hari ketiga perawatan didapatkan hasil evaluasi : pasien mengatakan
mengkuti anjuran peneliti yaitu menyikat gigi sebelum dan sesudah makan,
rasa mual sudah mulai berkurang, nafsu makan sudah ada, keadaan umum
pasien sedang, nampak pasien mengikuti anjuran peneliti dengan memakan
satu buah apel , BB 45. pada hari keempat tindakan keperawatan didaptkan
hasil evaluasi pasien mengatakan mengkuti anjuran peneliti yaitu menyikat gigi
sebelum dan sesudah makan, rasa mual sudah mulai berkurang, nafsu makan
sudah ada, keadaan umum pasien sedang, nampak pasien mengikuti anjuran
peneliti dengan memakan satu buah apel , BB 42,5. dan pada hari kelima
tindakan keperawatan didaptkan hasil evaluasi pasien mengatakan rasa mual
sudah mulai berkurang, nafsu makan sudah mulai ada, dan mencoba mengikuti
semua anjuran yang diberikan, keadaan umum pasien sedang, nampak pasien
sudah mulai menghabiskan satu porsi makan yang diberikan walaupun cara
makan sedikit – sedikit tapi sering, BB 42,5 Kg.

Menurut hasil analisa peneliti tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil
penelitian karena berdasarkan teori evaluasi keperawatan pada kebutuhan
nutrisi diharapkan terpenuhnya kebutuhan nutrisi pasien ditujukan dengan tidak
adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan, Tidak ada tanda – tanda
mal nutrisi, Memperlihatkan adanya selera makan, dan tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti. Teori tersebut sejalan dengan evaluasi yang dilakukan
penulis pada Ny. H selama lima hari perawatan didapatkan data pasien
mengatakan rasa mual sudah bisa diatasi, sudah mampu menghabiskan satu
porsi makan yang berikan walaupun cara makannnya sedikit – sedikit tapi sering,
dan setelah dilakukan penimbangan berat badan terjadi kenaikan 0,5 Kg.
tercapainya hasil yang diharapkan tidak terlepas dari peberian obat farmakoloigi
untuk membantu mengurangi keluhan yang dirasakan pasien.

C. keterbatasan studi kasus

1. keterbatasan studi kasus yang dilakukan selama penulis melakukan penelitian


yaitu sumber informasi dan referensi buku maupun penelitian sebelumnya
mengenai asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks terutama dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Sumber informasi dan referensi yang diperoleh
dari buku memiliki tahun terbit yang hampir sudah tidak dapat digunakan dalam
pustaka KTI, sehingga teori yang dipaparkan penulis masih sangat terbatas.

63
2. keterbatasan yang selanjutnya yaitu mengenai referensi dalam pembuatan studi
kasus, karena studi kasus ini untuk pertama kali diterapkan pada angkatan tahun
2015, sehingga peneliti belum paham bagai mana tepatnya pembuatan studi kasus
ini.

64
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan studi kasus pada bab sebelumnya dan
setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat disimpulkan :

1. Pengkajian keperawatan

Hasil pengkajian pada pasien didapatkan data pasien mengatakan tidak nafsu
makan,sering merasa mual dan muntah, tubuh terasa lemah dan mudah
lelah.keluarga mengatakan pasien tidak menghabiskan setengah dari satu porsi
makanan yang diberikan.berat badan sebelum sakit 47 kg dan setelah sakit 42 kg.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang menulis tegakan yaitu ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan data yang penulis temukan dari hasil
pengkajian

3. Intervensi keperawatan

Rencana keperawatan untuk diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan adalah
manajemen nutrisi

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan selama lima hari yaitu disesuaikan


dengan kondisi dan kebutuhan nutrisi pasien.
5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan pada diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurangdari

kebutuhan tubuh yaitu tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan

B. Saran

1. Bagi perawat

Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam
penerapan manajemen nutrisi pada pasien dengan kekurangan

nutrisi

2. Bagi institusi keperawatan

65
Dapat dijadikan bahan bacaan diperpustakaan untuk menambah wawasan dalam
melakukan asuhan keperawatan secara professional

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya dalam penerapan
asuhan keperawatan secara profesional

66
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2010). Penuntun diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Alwi, I.,setiyohadi, B.,dkk. (2009). Ilmu penyakit dalam jilid 1 edisi V. Jakarta:
Internapublishing

Budiono, & Pertami, S. B. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi medika

Darmawati. (2017). Hubungan penegetahuan ibu tentang deteksi dini kanker serviks
dengan metode IVA dengan motivasi pemeriksaan IVA di wilayah kerja
Puskesmas Waetuno kabupaten Wakatobi tahun
2017.Politeknik kesehatan:Kendari

Donsu, J. D. T. (2016). Metodologi Penelitian keperawatan. Yogyakarta: Pustaka baru


press.

Harnanto , A., M. & Rahayu, S. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta:
Pusdiknakes

Herdman, T. H., & Kamitsuro, S. (2015). Diagnosa keperawatan definisi & klasifikasi
2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC

Novelia, D. (2017). Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks post
kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP
Dr.Djamil pada.Poltekkes Padang

Riksani., R. & reiMediaservice. (2016). Kenali kanker serviks sejak dini. Yogyakarta:
Rapha Publishing.

Tarwoto, & Wartonah. (2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Depkes RI, 2013. Situasi penyakit kanker. Kendari. www.depkes.go.id diakses 13 Maret
2018

Trijayanti, E., & Probosari, E. (2016). Hubungan Asupan Makan dan Status Gizi Pada
Pasien Kanker Serviks Post kemoterapi. Jurnal Kedokteran Diponegoro
5(4) 751-760.

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico. Diakses 13 Maret 2018

RSUD Bahteramas. 2018. Profil RSUD Bahteramas.Kendari: Staf Rekam Medik


RSUD bahteramas

81
Wahida,. Elyasari,. Malahayatin, A. (2016). Efektivitas penyuluhan kanker serviks
menggunakan IVA test di kelurahan Talia Kecamatan abeli Kota Kendari.
http://169.254.182.216/etd/index.php?p=show_detail&id=596&keyw
ords=kanker+serviks . diakses 16 Maret 2018

82
Lampiran 1.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

80
Data diambil tanggal : ………………………………………………….
Ruang rawat/kelas : …………………………………………………. No. Rekam Medik :
………………………………………………….

I. IDENTITAS ANAK IDENTITAS ORANG TUA


Nama : Nama Ayah :
Tanggal lahir : Nama Ibu :
Jenis kelamin : Pekerjaan ayah/ibu :
Tanggal MRS : Pendidikan ayah/ibu :
Alamat : Agama :
Diagnosa medis : Suku/bangsa :
Sumber informasi : Alamat :

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Riwayat keperawatan sekarang
a. Keluhan utama :
b. Riwayat penyakit saat ini :
2. Riwayat keperawatan sebelum
a. Riwayat kesehatan yang lalu :
- Penyakit yang penah diderita
:

81
DemamKejang
Mimisan

Batuk/pilekLain-lain

- OperasiYaTidak
Tahun
- Alergi

MakanObat Udara

b. Imunisasi: BCG Polio DPT

Campak Hepatitis

82
Masalah Keperawatan :

…………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

3. Riwayat penyakit keluarga

a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga :

b. Lingkungan rumah dan komunitas:

c. Perilaku yang mempengaruhi keluarga

d. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak

Masalah Keperawatan :

Lain-lain :

Riwayat nutrisi

• Nafsu makan :

• Pola makan :

• Minum : Jumlah :

• Pantangan :

• Menu makanan :

Masalah Keperawatan :

4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

• BB saat ini : TB: , LK : LD : LLA :

• BB lahir : BB sebelum sakit :

• Panjang lahir :

• Pengkajian perkembangan (DDST)

• Tahap perkembangangan sosial Tahap perkembangan seksual :

83
Masalah Keperawatan :

…………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………
5. Genogram

III. OBSERVASI DAN PENGKAJIAN FISIK (BODY SISTEM)


Keadaan umum :
o
T/D : mmHg S: C N : x/menit RR :

x/menit

1. PERNAPASAN
a. Bentuk dada :Normal Tidak, jenis
b. Pola nafas : Frekuensi
Irama :teratur Tidak teratur
Jenis :Dispnea

OrthopneaKusmaul
Biot Cheyne stokesPCH
Bunyi nafas :Vesikuler BronchialBron, vesikuler
Ronchi WeezingFrictien rub
c. Retraksi otot bantu nafas : AdaTidak ada
ICS SupraclavikulaSuprasternal
d. Perkusi thorax :Sonor HipersonorRedup/pekak
e. Alat bantu pernafasan : TidakYa : liter/menit
Nasal MaskerRespirator
f. Batuk :Tidak Ya, sputum :Tidak ada
Ada warna : ........ Jumlah ; .... Konsistensi

84
g. Lain-lain

Masalah keperatan :

2. KARDIOVASKULER
a. Nyeri dada
:TidakYaMenjalar
b. Irama jantung
:RegulerIreguler
c. Pulsasi :Kuatlemah
d. Bunyi jantung : S1, S2 tunggalYaTidak
MumurGallopThirl
e. CRT :< 3 detik> 3 detik
f. Cyanosis :YaTidak
g. Clubingfinger :AdaTidak ada
h. Lain-lain
………………………………………………………………………………………
3. PERSYARAFAN
a. KesadaranCM ApatisSomnolen
Sopor Koma

b. GCS :Eye : 4Verbal : 5Motorik : 6

Nilai total GCS :


c. Reflek-reflek :
Mengisap :Ada Tidak
Menolah :Ada Tidak
Menggenggam :Kuat Lemah
Babinsky :Positif Negatif
Moro :Ada Tidak
Patella :Positif Negatif
d. Kejang :Tidak ada Ada, lamanya :
Jenis :Tonik Klonik Tonik klonik
e. Kaku kuduk :Ada Tidak
f. Brudsky 1 :Ada Tidak
g. Nyeri kepala :Ya Tidak
h. Istirahat dulu :
Kebiasaan sebelum tidur :

85
Minum susuMainan Cerita/dongen
i. Kelainan N. Cranialis :Tidak Ada, sebutkan :
...................................................................................................................................
j. Lain-lain :
Masalah keperawatan :

4. GENETOURINARIA
a. Bentuk :Normal Tidak normal sebutkan
b. Uretra :Normal Hipospadia
Lainnya, sebutkan
.........................................................................................................................
c. Kebersihan alat kelamin
Bersih Kotor
Frekuensi kemih : bau :
Produksi urine :
Masalah eliminasi urine :
Normal Disuria Oliguria
Poliuria Inkontinensia
Retensio Menggunakan kateter
d. Lain-lain :
.........................................................................................................................
Masalah keperawatan :

86
:

5. PENCERNAAN
a. Mulut
Mukosa :Lembab Kering Somatitis
Bibir :Normal Labioskisis Patatoskisis
Lidah :Hiperemik Kotor Bergetar
Kebersihan rongga mulut :

BersihKotorBerbau
Kebiasaan gosok gigi :2 x sehari3 x sehari
Caries :AdaTidak ada
b. Tenggorokan :KemerahanSakit saat menelan
c. Abdomen :MualMuntah ...... kaliNyeri
Normal/supelTegangkembung
Nyeri tekan, lokasi........... peristaltik................ x/menit
Buang air besar : Konsistensi Masalah
eliminasi alvi :
Konstipasi DiareObstipasi
Feces berdarah / berlendir
Pemakaian obat pencahar : YaTidak
Lavement :Ya Tidak
Masalah keperawatan :

6. MUSKULUS KELETAL DAN INTEGUMEN


a. Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM)

87
Bebas Terbatas
b. Kekuatan otot / tonus otot :

c. Fraktur : Tidak Ya, lokasi...........


d. Dislokasi : Tidak Ya, lokasi...........
e. Kulit : Ikterik Hyperpigmentasi Pucat
f. Akral : Hangat Dingin
g. Turgor : Baik Kurang Jelek
h. Kelembaban : Kering Kurang Basah
i. Oedema : Tidak ada Ada, lokasi

j. Kebersihan : Bersih Kotor


k. Lain-lain : ........................................................................................
Masalah keperawatan :
7. PENGINDERAAN
a. Mata
Pupil

:IsoskorAnisokorMidriasis
Miosis
Reflek cahayaPositifNegatif
Konsungtiva :PucatMerah mudaMerah
Sklera :IkterikTidak ikterik
Palpebra :EdemaTidak
Alat bantu :Kaca mataTidak
b. Hidung :NormalMimisal Beringus
Mukosa :Pucat Edema
Sekret :PurulenJernih
Pergerakan bila mata :NormalTidak
Kelainan lain, sebutkan :

..................................................................................

88
c. Telinga, Bentuk :NormalTidak
Nyeri / gatalSekret mukopurulenBerbau
Benda asingSerumen
Ketajaman pendengaranNormalTidak
Kelainan lain, sebutkan :
..................................................................................
d. Perasa : Manis PahitAsin
c. Peraba : Panas Dingin
f. Kelainan lain :
......................................................................................................................
Masalah keperawatan :

8. ENDOKRIN
a. Pembesaran kelenjar tiroid :Ya Tidak
b. Pembesaran kelenjar parotis :Ya Tidak
c. Hiperglikemia :Ya Tidak
d. Hipoglikemua :Ya Tidak
e. Lain-lain
........................................................................................................................
Masalah keperawatan :

9. ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Ekspresi efek dan emosiSenang
SedihMenangis
Cemas Marah diam Takut Lain

b. Hubungan dengan keluargaAkrabKurang akrab


c. Dampak hospitalisasi bagi anak :
d. Dampak hospitalisasi bagi orang tua :
-
Masalah Keperawatan :

IV. KARDIOVASKULER

89
V. TERAPI

VI. DAFTAR PRIORITAS MASALAH

90
88

91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101

Anda mungkin juga menyukai