Nim : 1811B0007
Judul : Tentang Kanker Serviks dengan masalah keperawatan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Pendahuluan
Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks uterus (leher
rahim), suatu daerah pada organ reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
(uterus) yang terletak antara rahim dengan liang senggama (vagina) atau rahim bagian bawah. Kanker
serviks (leher rahim) adalah penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan yang
dapat berdampak terhadap fisik, mental dan sosial, bahkan kematian penderitanya. Kondisi demikian
sangat merugikan sehingga tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa Cancer is a public health
problem”. Kanker serviks adalah jenis kanker kedua setelah kanker payudara yang paling umum
diderita oleh perempuan.
Beberapa faktor penyebab gangguan nutrisi pada penderita kanker serviks yaitu :
- Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologik dan lost response terhadap
kanker berupa cepat kenyangatau perubahan pada indra pengecap (lidah).
- Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena masalah pada saluran cerna, gangguan
absorbs zat gizi, dan kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah-muntah dan diare.
- Perubahan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
- Peningkatan pengeluaran energi.
Salah satu zat gizi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya kanker adalah Lemak. Konsumsi
lemak yang berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Hal ini disebabkan lemak bersifat
Cancer Promoting. Adanya lemak dalam tubuh membuat zat yang bersifat karsinogenik, zat yang
membentuk terjadinya kanker, berkembang. Beberapa cara zat gizi lemak menjadi penunjang
timbulnya kanker, diaritaranya adalah Sebagai penyebab : tubuh mengeluarkan hormon tertentu
secara berlebihan, diantaranya sekresi hormon esterogen yang berlebih meriunjang tumbuhnya
kanker payudara.
Penurunan berat badan yang terjadi terus menerus pada pasien kanker disebabkan oleh adanya
penurunan intake energi1 .ataupun peningkatan pengeluaran energi (karena tumor )1 serta
perubahan metabolisme protein dalam tubuh. Produksi insulin pada pasien kanker akan menurun.
Rendahnya produksi insulin tubuh selanjutnya dapat menyebabkan meningkatnya kadar glukosa
darah. Tingginya kadar glukosa darah selanjutnya dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
pasien. Oleh sebab itu makan pagi merupakan waktu makan yang tepat dibandingkan waktu makan
lainnya karena pagi hari keadaan kadar glukosa darah adalah yang terendah. Toleransi kadar glukosa
juga mempengaruhi fungsi gastrointestinal, .karena kadar glukosa darah yang tinggi dapat
memperlambat gerakan peristaltik di lambung.
Faktor penyebab · terjadinya kanker bersifat multifaktor, demikian pula dengan keberhasilan
pengobatan kanker. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keberhasilan
pengobatan kanker diantaranya adalah:
Pengkajian
Menghadapi kenyataan bahwa memiliki penyakit yang dapat mengancam jiwa apalagi bila
menyadari telah berada dalam fase teminal, tidaklah mudah diterima oleh penderita, keluarga dan
bahkan juga oleh dokter yang menanganinya. Berbagai respon psikologik dapat timbul dalam keadan
ini, seperti rasa tak berdaya, putus asa, sedih, takut, marah dan sebagainya.
Penyakit kanker adalah penyakit yang dikonotasikan akan berujung pada kematian. Pada fase
awal penderita nampak seper-ti orang yang sehat namun umumnya mulai mengalami masa-lah-
masalah yang berkaitan dengan masalah psikososiospiritual. Masalah -masalah ini bisa muncul pada
saat Melakukan pemeriksaan penunjang
Ketika ada dugaan menderita kanker, beberapa penderita sudah mulai merasakan gangguan
psikologis berupa cemas, sulit tidur, nafsu makan menurun dan penyangkalan sehingga seringkali
berujung pada penolakan atau penundaan pemeriksaan laboratorium. Hal ini terkadang berkaitan
dengan masalah-masalah finansial untuk melakukan pemeriksaan terkait dengan penyakitnya.
Ketika pasien mengetahui bahwa dirinya menderita kanker biasanya timbul distress. Timbul
rasa marah kepada diri sendiri dan orang lain disekitarnya. Pada saat ini sangat penting bagi seorang
dokter menguasai cara menyampaikan Kebutuhan finansial, dukungan keluarga dan lingkungan
sangat dibutuhkan selama menjalani terapi, namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya sehingga
timbul berbagai masalah psikososial spiritual. Efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi oleh
penderita juga bisa mencetuskan gangguan
Pembahasan
Terapi konvensional sudah terbukti secara empiris digunakan dalam penanganan pasien dan
sudah digunakan oleh kalangan medis. Saat ini terapi tradisional dan komplementer alternatif
digunakan sebagai pelengkap mendampingi terapi konvensional sehingga penanganan pasien menjadi
komprehensif. Terapi non konvensional sudah diakui oleh pemerintah bahkan sudah digunakan
secara luas dimasyarakat dari dulu karena merupakan suatu budaya masyarakat tersebut.
Kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan akan tercapai
karena biaya berhasil digunakan secara optimal dengan kualitas maksimal.
Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan obat obatan tradisional dan obat
komplementer alternatif yang berbasis tanaman, bianatang, Memasukkan terapi tradisional dan
komplementer alternatif didalam pengajaran kepada anak didik, sehingga mereka lebih mengenal
manfaat dan keuntungan penanganan pasien secara komprehensif
JURNAL 1
I Wayan Artana1)
1) Dosen S1 Keperawatan, STIKES Bina Usada Bali
Abstrak
Pelayanan dibidang kesehatan lebih baik dilakukan secara menyeluruh, karena manusia tidak dapat
dipandang secara bagian perbagian. Kesepuluh sistem organ bekerjanya secara fungsional dalam
mempertahankan tubuh agar tetap dalam keadaan seimbang. Penanganan penyakit secara
menyeluruh/komprehensif meliputi penanganan secara konvensional dan non konvensional. Tulisan
ini menggunakan metode analisis studi kepustakaan tentang peranan terapi non konvensional dalam
penanganan penyakit.Penanganan konvensional meliputi semua penanganan yang telah terbukti
secara ilmiah dan sudah dipergunakan oleh kalangan medis, sedangkan penanganan non
konvensional belum seluruhnya terbukti secara ilmiah tetapi sudah ada digunakan oleh kalangan
medis. Tujuan dari penulisan ini mengetahui peran yang bisa diambil oleh terapi non konvensional
dalam penanganan penyakit diera JKN. Penanganan non konvensional terdiri dari terapi tradisional
dan terapi komplementer alternative. Terapi ini ada beberapa yang sudah diperbolehkan digunakan
sebagai terapi tambahan atau terapi pelengkap pada penanganan pasien, asalkan tidak bertentaangan
dengaan terapi medis konvensional. Hal ini dibuktikan dengan telah diundangkannya peraturan
peraturan mengenai terapi tradisional dan komplementer alternative. Hasil tulisan ini dapat
dipergunakan oleh kalangan medis untuk penanganan penyakit yang menyeluruh sehingga pasien
menjadi lebih puas. Begitu juga dapat memberikan hasil yang baik kepada kendali mutu dan kendali
biaya pada program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Perlu
dilakukan penelitian dan pengembangan obat obatan tradisional dan obat komplementer alternatif
oleh institusi pendidikan STIKES Bina Usada dan institusi kesehatan lain. Memasukkan terapi
tradisional dan komplementer alternatif kedalam materi pengajaran kepada anak didik sehingga
mereka lebih mengenal manfaat dan keuntungan penanganan pasien secara komprehensif.
Kata Kunci: Analisis Fungsional, Terapi Tradisional, Terapi Komplementer Alternatif, BPJS.
Korespondensi: Klinik Sidhi Sai Abiansemal Badung, mobile 081338471009.
Email:wayan.artana@gmail.com
Abstract
Service at better health area is done thoroughly, since man can't see quotient part ala. Tenth organ
system works it functionally deep keep that body evens state deep regular. Diseased handle
thoroughly/komprehensif covers handle conventionally and non conventional. This writing utilize
analisis studi's method bibliography about therapy role non conventional in diseased handle.
Handle conventionaling to cover all handle has already evident scientifically and be used by
medical circle, meanwhile handle non conventional was entirely evident scientifically but have
available utilized by medical circle. To the effect of inscriptive it knows role who can be taken by
therapy non conventional in diseased handle at JKN'S era. Handle non conventional consisting of
traditional therapy and alternative's complementary therapy. This therapy available many already
been let are utilized as therapy of affix or complement therapy on patient handle, provided that
don't bertentaangan dengaan be damped down by medical conventional. It proved by have
diundangkannya regulation hits to be damped down traditional and complementary alternative.
Usufruct this writing gets to be used by medical circle for comprehensive disease handle so patient
becomes more pleased. So can also give good result to conduct quality and conducts cost on
programs Social Security Promoter Body health (BPJS is health). Need to be done by research and
development obatan traditional and alternative complementary medicine by STIKES'S education
institution Builds Usada and other health institutions. Inserting traditional therapy and
complementary alternative into teaching material to protege so they more know benefit and patient
handle gain komprehensif's ala.
Penyakit
GENETIK
PERILAKU PENYAKIT
LINGKUNGAN
bersatu menjadi suatu strutur baru yaitu sistem social, dan bebas dari penyakit dan kecacatan
organ. Jadi seorang individu terdiri dari (WHO dalam Artana, W, 2013).
beberapa sistem organ (Silverthorn, DU,
Blum (1981) seperti yang dikutip
2015:3). Kelangsungan hidup individu bisa
Wirawan, (2013) mengemukakan empat faktor
terwujud apabila tubuh berada dalam keadaan
yang berperanan didalam terjadinya penyakit
sehat dan walafiat, yang berarti tubuh itu sehat
atau yang mempengaruhi derajat kesehatan
baik secara jasmani maupun rohani. Kesehatan
suatu masyarakat. Keempat faktor tersebut,
tubuh sekarang ini dipandang dari dua dimensi
antara lain: a) genetik, b) perilaku, c)
yaitu sehat secara jasmani dan sehat secara
lingkungan, d) Pelayanan Kesehatan
spiritual. WHO menyebutkan manusia yang
sehat tidak hanya sehat jasmani, sehat rohani, Masyarakat.
dan bebas dari kecacatan. Tubuh yang sehat dan
ideal meliputi sehat dari aspek fisik, mental, Gambar 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
PELAYANAN
KESEHATAN
Pada jaman reformasi ini pelayanan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian
kesehatan menjadi fenomenal karena adanya Kesehatan yang ditindaklanjuti dengan
suatu produk peraturan yang mengatur tentang Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Undang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Undang ini sebagai implementasi pelaksanaan
Kesehatan, telah ditetapkan bahwa Direktorat
Undang Undang dasar 1945 (UUD 1945)
Pelayanan Kesehatan Tradisional berada di
tentang Kesejahteraan Sosial dan keadilan
bawah Direktorat Jenderal Pelayanan
sosial. Kesejahteraan dan keadilan sosial
merupakan falsafah hidup Bangsa Indonesia Kesehatan.
yang tercantum pada Sila Kelima dari Pancasila.
Artinya semua rakyat Indonesia harus a. Terapi Tradisional
mendapatkan keadilan sosial dan kesejahteraan Pengobatan tradisional merupakan
sosial secara merata, termasuk dibidang pengobatan dan/atau perawatan dengan
pelayanan kesehatan. cara, obat dan pengobatnya yang mengacu
kepada pengalaman, ketrampilan turun
temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan,
Terapi Non Konvensional dan diterapkan sesuai dengan norma yang
Merupakan terapi yang diberikan kepada berlaku dalam masyarakat. (Kepmenkes
pasien dengan menggunakan obat obatan
tradisional atau komplementer alternatif. Terapi
ini sebagai terapi tambahan pada terapi
konvensional. Ada beberapa terapi ini sudah
dipakai di Rumah sakit seperti akupuntur dan
hiperbarik. Sumber daya di bidang kesehatan
merupakan segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat. Kementerian Kesehatan
RI telah menetapkan suatu langkah maju sejalan
dengan upaya reformasi birokrasi yaitu
pembentukan Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif dan
Komplementer melalui Permenkes No. 1144
tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan RI. Upaya yang
dilakukan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif dan
Komplementer adalah pengembangan integrasi
pelayanan kesehatan tradisional dan
komplementer alternative kedalam fasilitas
pelayanan kesehatan (Puskesmas), melalui
peningkatan kemampuan tenaga kesehatan,
optimalisasi penapisan, dan pemberdayaan
masyarakat melalui asuhan mandiri di bidang
kesehatan tradisional. Peraturan Presiden
1076/Menkes/SK/VII/2003). UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 48 menyatakan
“Pelayanan kesehatan tradisional merupakan bagian dari penyelenggaraan upaya kesehatan”. Untuk
kepentingan tersebut perlu peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tradisional oleh tenaga
kesehatan baik di fasilitas kesehatan maupun praktek tenaga kesehatan.Pelayanan kesehatan ini harus
dapat dipertanggungjawabkan keamanan dan manfaatnya serta tidak bertentangan dengan norma
agama dan kebudayaan masyarakat. Pelayanan ini menggunakan obat tradisional yaitu bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Riset kesehatan Dasara
(Riskesdas) Tahun 2013 mendapatkan proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional sebesar 30,4 % dengan jenis pelayanan yang paling banyak digunakan adalah
keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan ramuan sebesar 49%. Kondisi ini menggambarkan bahwa
pelayanan kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup besar dan perlu mendapat perhatian
yang serius sebagai bagian dari pembangunan kesehatan nasional. Jenis pelayanan kesehatan
tradisional (PP 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional) meliputi:
1. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris;
Merupakan penerapan pelayanan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti
secara empiris. Pelayanan ini dapat menggunakan satu cara perawatan atau kombinasi cara
perawatan dalam satu sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris.
ii
yang dikeluarkan dinas kesehatan kabupaten/kota juga harus memiliki surat ijin praktik/surat ijin
kerja sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan kesehatan komplementer alternatif oleh
tenaga kesehatan merupakan salah satu alternative pengobatan yang dapat berkontribusi
meningkatkan derajat kesehatan, dan dewasa ini makin banyak diminati oleh masyarakat. Terapi ini
sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional medis, dan pelaksanaannya
dapat dilakukan bersamaan dengan terapi medis (Moyad & Hawks, 2009). Pemanfaatan terapi
alternative komplementer meningkat pesat di seluruh pelosok dunia. Perkembangan tersebut tercatat
dengan baik di Afrika dan populasi secara global antara 20% sampai dengan 80%. Hal yang menarik
dari terapi alternative komplementer ini didasarkan pada asumsi dasar dan prinsip-prinsip sistem
organ yang beroperasi (Amira dan Okubadejo, 2007). Terbukti bahwa pemanfaatan. terapi alternatif
komplementer mengalami peningkatan secara global, dan pengakuan diberikan oleh penyedia
asuransi kesehatan di negara-negara maju (Eisenberg,et al., 1998). Di Indonesia Keputusan Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan
metode pengobatan komplementer–alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Jenis pelayanan pengobatan Komplementer Alternatif berdasarkan Permenkes RI, Nomor:
1109/Menkes/Per/2007 adalah :
Sistem pelayanan pengobatan alternative meliputi : Akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurveda . Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) seperti:
Hipnoterapi, meditasi, penyembuhan spiritual, doa, dan yoga. Cara penyembuhan manual seperti:
Chiropractice, healing touch, shiatsu, osteopati, pijat urut. Pengobatan farmakologi dan biologi
seperti: Jamu, herbal, dan gurah. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan seperti: diet
makro dan mikro nutrient. Cara lain dalam diagnose dan pengobatan meliputi: terapi ozon,
hiperbarik. Beberapa pengobatan alternatif yang berkembang antara lain akupuntur, hipnotherapi,
hiperbarik, terapi musik, ayur weda dan sebagainya.
.hukumonline.com Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan).
Mencegah penyakit lebih baik daripada mengobati. Hal itu sudah sering kita dengar sehari hari.
Pernyataan tersebut sangat perlu dilaksanakan dalam bentuk tindakan agar benar benar terwujud karena
akan memberikan keuntungan yang baik bagi individu, masyarakat, serta negara secara luas. Secara
filosofis apabila kita berhasil mencegah terjadinya penyakit, maka tidak akan ada penyakit yang
menyentuh manusia, dan tidak pernah manusia itu sakit. Hal ini tidaklah mungkin didapatkan. Kita bisa
menerima penyakit tersebut tapi tidaklah penyakit tersebut menjadi lebih berat dan lebih lama tinggal
ditubuh kita.
Makin banyak manusia sehat, secara ekonomi meningkatkan taraf hidupnya karena biaya untuk
berobat sudah tidak diperlukan atau bila diperlukan jumlahnya hanya minimal saja. Kinerja individu
makin baik, tempat kerja makin berkembang. dan pada akhirnya kesejahteraan akan meningkat. Angka
harapan hidup juga menjadi lebih lama. Peningkatan jumlah lansia ini tidaklah mengkawatirkan karena
lansia masih dapat berfungsi sesuai dengan kemampuan dan lansia yang ada tidak berada dalam keadaan
sakit. Para lansia akan tetap dalam keadaan “GAUL” (Gaya hidupnya tetap sehat, Aktifitas lansia tetap
bermanfaat, Uangnya banyak/Keadaan ekonominya tetap terjamin, serta Lupa/penyakitnya sedikit)
(Setiabudi,T dan Maruta,J.20141-27).
Pemerintah telah membuat kebijakan dalam hal pelayanan kesehatan menyeluruh bagi rakyat
Indonesia. Kebijakan ini dilaksanakan dengan diundangkannya UndangUndang Republik Indonesia
nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
iii
Indonesia nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.
Peraturan tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat
Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan
sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem
Jaminan Sosial Nasional merupakan suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial. Pelaksana dalam jaminan kesehatan ini diselenggarakan
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan, yaitu
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Setiap Peserta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri berwenang melakukan:
a. penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);
b. pertimbangan klinis (clinical advisory);
c. penghitungan standar tarif;
d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan.
Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment) sebagaimana dilakukan dalam rangka
pengembangan penggunaan teknologi dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan untuk peningkatan mutu
dan efisiensi biaya serta penambahan manfaat jaminan kesehatan.
iv
terapi komplementer alternatif pada pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan: a). Intervensi tubuh
dan pikiran (mind and body interventions) seperti:
Hipnoterapi, meditasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga; b).Sistem pelayanan pengobatan alternative
seperti: Akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda;c).Cara penyembuhan
manual seperti pijat urut.d).Pengobatan farmakologi dan biologi seperti Jamu, herbal, dan gurah;e).Diet
dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro dan mikro nutrient.
Penggunaan terapi tersebut dapat dimungkinkan karena berpengaruh terhadap pengendalian
perasaan, sikap, dan emosi. Perasaan, sikap, dan emosi yang tenang membuat tubuh mengeluarkan
hormon ketenangan seperti endorfine, enkhafalin dan lainnya. Disamping itu juga hormon yang membuat
kecemasan dan emosi yang meledak ledak seperti adrenalin, nor adrenalin, dan kortisol dihambat,
sehingga tubuh berada dalam keadaan seimbang, sistem organ akan bekerja dengan baik. Keseimbangan
ini dapat mencegah kerusakan sistem organ tubuh, karena sistem organ bekerja secara gradual sesuai
dengan kebutuhan tubuh (tidak terjadi kesalahan pemakaian sistem organ). Seperti yang dikatakan dr.
Augusmant dari Jerman “tubuh itu rusak karena sering dipakai dan salah pemakaian (Wear and Tear
theory”).
Makanan dapat juga digunakan dalam pencegahan penyakit. Makanan jangan dilihat dari
kandungan gizinya saja tetapi perhatikan juga sifat sifat yang terkandung didalamnya. Agama Hindu
berpandangan tubuh manusia selain menyerap sari makanan juga menyerap sifat sifat yang melekat pada
makanan. Sari makanan akan membentuk bagian fisik, sedangkan sifat makanan akan berperanan dalam
membentuk ketiga sifat (Tri Guna) yang terdapat dalam individu.
Tri Guna manusia yaitu tiga sifat manusia yang terdiri dari sattvam, rajas, dan tamas. Makanan
yang bersifat sattvam akan membentuk sifat sattvam yang dominan pada tubuh dibandingkan dengan
rajas, dan tamas. Makanan rajas menghasilkan sifat rajas yang lebih dominan, begitu juga makanan
tamas. Svami Vivekananda mengatakan setiap jenis makanan baik dari daging, ikan, sayur mayur, dan
buah buahan dipengaruhi oleh tiga sifat “guna” yaitu sattvam, rajas, dan tamas dengan kadar yang
berbeda beda. Sattwam yang bersifat tenang, bersinar, selalu berdasarkan kasih sayang, tenang, bijaksana,
tidak terburu buru, kebenaran, dan kedamaian. Sifat rajas merupakan sifat yang didorong oleh semangat
dan kemauan besar untuk hasil, tujuannya yang diinginkan agar tercapai segera. Tamas mencerminkan
sifat yang tidak perduli, egois, cenderung jahat, malas, tidak bertanggung jawab. Secara umum ditekankan
oleh agama, sifat yang baik adalah sattwam, dalam situasi tertentu sifat rajas dapat diterima dalam artian
bersemangat untuk mencapai atau melaksanakan sesuatu agar hasilnya baik. Makanan yang bersifat
sattwan dapat mencegah penyakit terutama yang disebabkaan oleh perasaan, emosi, kecemasan, dan
depresi (Widnya,Ketut, 2009).
Penggunaan terapi tradisonal komplementer integratif dan terapi komplementer alternatif dalam
pengobatan penyakit bisa diberikan pada penyakit yang disebabkan oleh kuman ataupun karena gaya
hidup yang salah. Diantara keduanya tersebut penggunaan pada penyakit karena gaya hidup lebih
diutamakan. Hal ini dimungkinkan karena pengobatan ini tidak selalu membutuhkan obat obatan
konvensional. Dengan mengatur jenis makanan dan pola makanan, pemasukan gizi atau zat yang
berlebihan kedalam tubuh dapat dikurangi. Penggunaan olah raga atau aktifitas tubuh juga diperlukan
untuk mempercepat metabolisme zat gizi.
Sikap dan perilaku dalam kehidupan sosial dimanajemen dengan baik untuk mencegah kerusakan
struktur dan fungsi sistem organ. Sebagai contoh penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis,
perlemakan hati, serta penyakit lain yang tidak digolongkan kepada penyakit tidak menular (PTM) atau
penyakit karena penuaan/aging/degenerative merupakan penyakit dengan penyebab yang kompleks
v
(Perki, 2015). Penyebabnya antara lain asupan makanan yang berlebihan/kurang, berlebihan/kurang
melakukan aktifitas, merokok, kolesterol yang tinggi, dan tidak kurang pentingnya adalah keadaan
perasaan, sikap, dan emosi yang tidak stabil. Disinilah peran terapi tradisional dan alternative diperlukan
sebagai terapi pendamping atau tambahan pada terapi konvensional, sehingga penanganan yang
komprehensif ini diharapkan dapat mempercepat penyembuhan pasien. Disamping itu menggunakan
bahan lokal dan budaya lokal yang sudah sering dilakukan oleh pasien dapat menekan biaya pengobatan
denga kualitas pelayanan yang lebih baik. Ditahun tahun mendatang tidak menutup kemungkinan terapi
komplementer alternative dan terapi tradisional dapat berdiri sendiri terlepas dari terapi konvensional,
setrgantng dari penyebab penyakitnya.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Pada penelitian ini semua data
menggunakan data sekunder yang berasal dari kepustakaan yang ditelaah, untuk melihat fungsi dan
kedudukan dari terapi nonkonvensional di era Jaminan Pelayanan Kesehatan Nasional.
Hasil
Pada masa ini pengobatan non konvensional berkembang dengan pesatnya. Banyak masyarakat
mencari pengobatan alternatif untuk memberikan kepuasan bathin. Apalagi penyakit yang sudah
dikatakan cukup berat dan keberhasilan kesembuhannya minimal. Pasien dan atau keluarganya akan
berusaha mencari pengobatan tambahan baik kedukun, paranormal, atau pengobatan alternatif lainnya.
Pemerintah memberikan ruang untuk berkembangnya pengobatan non kompensional seperti pengobtan
tradisional dan pengobatan komplementer alternatif. Peraturan dari pemerintah telah dikeluarkan berarti
perkembangan pengobatan secara legal sudah diakui, tetapi memang kalangan medis tidak seluruhnya
bisa merima jenis pengobatan tersebut. Sikap kalangan medis dapat kita pahami karena kalangan medis
bekerja berdasarkan ilmu kedokteran barat yang menekankan metode ilmiah dan empiris. Pengobatan non
konvensional sedang menuju penggunaannya secara ilmiah dan empiris, sehingga belum seluruhnya bisa
dipakai di Rumah Sakit. Beberapa terapi komplementer alternatif yang sudah diterima oleh kalangan
medis adalah akupuntur dan hiperbarik.
Pembahasan
Kesehatan tubuh sekarang ini dipandang dari dua dimensi yaitu sehat secara jasmani dan sehat
secara spiritual. WHO menyebutkan manusia yang sehat tidak hanya sehat jasmani, sehat rohani, dan
bebas dari kecacatan. Tubuh yang sehat dan ideal meliputi sehat dari aspek fisik, mental, social, dan
bebas dari penyakit dan kecacatan. Bebas dari penyakit fisik saja belum tentu disebut sehat bila kejiwaan
atau emosi pasien masih mengalami gangguan. Untuk mendapat sehat secara menyeluruh tidak cukup
hanya menggunakan pengobatan konvensional saja. Disini pengobatan tradisional dan komplementer
alternatif sangat berperan. Untuk terapi keadaan emosi diperlukan terapi non konvensional yang
mempengaruhi pikiran dan tubuh pasien seperti terapi musik, meditasi dan sebagainya. Pengobatan pada
kelainan sistem organ muskuloskletal disamping penggunaan obat obatan penghilang rasa sakit, perlu
dilakukan terapi tambahan non konvensional berupa manipulatif tubuh. Begitu juga pada penyakit
lainnya. Terapi non konvensional ini bukan bermaksud menggantikan terapi konvensional tetapi sebagai
pelengkap, dan berjalan berdampingan dengan terapi konvensional. Ini dimungkinkan selama tidak ada
pertentangan dalam kerja obat obatan antar keduanya. Pemerintah disamping melalui peraturan untuk
mendukung penggunaan pengobtan non konvensional juga memberikan dukungan secara tidak langsung.
Hal ini dapat kita lihat dari ditekankannya kendali mutu dan kendali biaya kepada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kendali mutu dan kendali biaya ini dapat
vi
diartikan sebagai salah satu cara pemerintah memberikan kepuasan kepada masyarakat dalam bidang
kesehatan. Biaya yang dapat ditekan dengan kualitas yang baik sangat diharapkan. Disinilah pengobatan
non konvensional dapat berperan serta dalam era pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional, karena tidak
semua orang yang sakit memerlukan terapi konvensional medis. Adakalany mereka sakit karena faktor
non fisik.
Simpulan dan saran
Terapi konvensional sudah terbukti secara empiris digunakan dalam penanganan pasien dan sudah
digunakan oleh kalangan medis. Saat ini terapi tradisional dan komplementer alternatif digunakan sebagai
pelengkap mendampingi terapi konvensional sehingga penanganan pasien menjadi komprehensif. Terapi
non konvensional sudah diakui oleh pemerintah bahkan sudah digunakan secara luas dimasyarakat dari
dulu karena merupakan suatu budaya masyarakat tersebut.
Kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan akan tercapai
karena biaya berhasil digunakan secara optimal dengan kualitas maksimal.
Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan obat obatan tradisional dan obat komplementer alternatif
yang berbasis tanaman, bianatang, budaya dan kebiasaan masyarakat oleh institusi pendidikan STIKES
Bina Usada dan lainnya. Memasukkan terapi tradisional dan komplementer alternatif didalam pengajaran
kepada anak didik, sehingga mereka lebih mengenal manfaat dan keuntungan penanganan pasien secara
komprehensif.
Daftar Pustaka
Amira OC, Okubadejo NU. (2007). Frequency of Complementary and Alternative Medicine Utilization in
Hypertensive Patient Attending an Urban Tertiary Care Centre in Nigeria: BMC Complementary
and Alternative
Medicine,
Artana, W, (2013). Pemberian Tepung Kedelai
Secara Oral Meningkatkan Kadar Hormon Estradiol Tikus Putih galur Wistar yang Diovariektomi
(Tesis). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Eisenberg DM, et al., (1998). Trends in
Alternative MedicineUse in The United States, 1990–1997: Result of aFollow up
National Survey. JAMA,
Kepmenkes 1076/Menkes/SK/VII/2003.
“tentang Pengobatan Tradisional”
Moyad M dan Hawks JH, (2009): Complementary Alternative Therapies, dalam Black JM dan Hawks JH.
Medical-Surgical Nursing: Clinical Management for positive Outcome (8th Edition). Elvier
Saunders.
Pangkahila, Wimpie. (2013). Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia (Perki), (2015). Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskuler.Jakarata:Perki.
Permenkes No. 1144, tahun (2010) “Struktur
Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan RI”jo
vii
Permenkes N0. 64,tahun 2015”
Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan.
Permenkes No. 1109 tahun (2007)”tentang Terapi Komplementer Alternatif.”
Peraturan Pemerintah No. 103 tahun 2014
“tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional.
Kementrian Kesehatan RI, (2013): Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes
Setiabudi, T dan Maruta,J. 2014. Pensiun Gaul
7 langkah jitu mempersiapkan PHK,VRP atau pension. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Silverthorn, Dee Unglaub. (2015). Fisiologi
Manusia Sebuah Pendekatan
Terintegrasi (PenyelarasTerj.Herman Octavius).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
UU No 36 tahun (2009) “tentang Kesehatan
Widnya,Ketut, (2009). Pengaruh Makanan Terhadap Pikiran. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi.
Wirawan, DN, (2013). Handout Epidemiologi Dasar. Denpasar: Program Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat (MIKM) Pascasarjana, Univ. Udayana.
JURNAL 2
viii
ASUHAN EPERAWATAN PADA PASIEN KANKER SERVIKS
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUANG
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD BAHTERAMAS
KOTA KENDARI TAHUN 2018
Disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program Diploma III
Keperawatan
OLEH :
ix
NIM. P00320015038
x
xi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P00320015038
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
xii
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
2. Nim : P00320015038
5. Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
6. Agama : Islam
B. Pendidikan
Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah, kecuali ia yang selalu
xiii
kekeliruan diri sendiri
Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada Ayah dan Ibu tercinta,
Tahun.
ABSTRAK
xiv
Diagnosa pada studi kasus ini yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Intervensi yang dapat di buat yaitu penerapan manajemen nutrisi pada pasien kanker
serviks. Evaluasi pada studi kasus ini dilakukan setelah selama lima hari perawatan dengan
hasil bahwa penerapan manejemen nutrisi dapat mencegah penurunan berat badan yang
signifikan yang dibuktikan dengan berat badan setelah sakit 42 kg dan setelah lima hari
perawatan menjadi 42,5 kg .Bagi perawat tindakan manejemen nutrisi dapat dijadikan
sebagai Discharge Planning bagi pesien yang mengalami gangguan kebutuhan nutrisi.
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian studi kasus ini yang berjudul “ Asuhan
keperawatan pada pasien kanker serviks dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di ruang Laika
Waraka Obstetric dan Ginekologi RSUD Bahteramas Kota Kendari.
Dalam penyelesaian studi kasus ini penulis sadari bahwa amat banyak hambatan yang
melintang, namun berkat rahmat Allah SWT yang senantiasa memberi petunjuk-Nya
sehingga segala hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilai
penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang amat kucintai ayahanda La Ati dan Ibunda Wd.
Lisoni atas segala doa dan kasih sayangnya yang tak henti tercurahkan demi keberhasilanku.
Penulis juga menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan Ibu Lena Atoy,SST.,MPH selaku
pembimbing I dan Bapak Akhmad SST., M.Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan studi kasus ini.
2. Kepala kantor Badan Riset Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis
penelitian.
4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns.,M.kes selaku ketua jurusan keperawatan
xv
Poltekkes Kemenkes Kendari
L,A.Kep.,S.pd.,M.Si selaku penguji II, dan Bapak Abdul Sykur Bau,S.Kep.,Ns.,MM selaku penguji III yang
telah membantu dan mengarahkan penulis dalam ujian proposal sebelumnya.
6. Bapak, Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu pengetahuan
pada penulis selama kuliah.
7. Keluarga orang – orang tersayang yang selalu meberi dukungan dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari Studi kasus ini masih terdapat kekurangan. Akhir kata, penulis
berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1 B.
Rumusan Masalah ...........................................................................5 C.
Tujuan Studi Kasus .........................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus .......................................................................6
xvi
C. Asuhan keperawatan Kebutuhan Nutrisi .......................................26
A. Kesimpulan ...................................................................................81
B. Saran .............................................................................................82
Daftar pustaka.
Lampiran.
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3. Tahap III berkembang lebih luas, tetapi masih dalam panggul
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah kesehatan reproduksi yang banyak dialami oleh wanita saat ini yaitu kanker
serviks. Kanker serviks menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian wanita
diseluruh dunia setelah kanker payudara. Kanker serviks adalah tumor ganas yang terjadi
pada serviks atau leher rahim suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim dan ling senggama.(Notodiharjo 2002 dalam Ria
Riksani & Reimediaservis 2016).
Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah penyakit keganasan dari serviks yang
disebabkan oleh Human papiloma virus (HPV).Faktor lain yang menyebabkan terjadinya
kanker serviks yaitu pernikahan pada usia muda, berganti–ganti pasangan seksual, jarak
kelahiran yang terlalu dekat,dan kondisi sosial ekinomi yang rendah.
Terjadinya kanker serviks diawali pada inveksi lapisan sel–sel serviks. Sel ini tidak
tiba–tiba berubah menjadi sel kanker, tetapi berkembang secara bertahap karena
pangaruh zat–zat yang bersifat karsinogen (zat pemicu kanker). Awalnya sel yang
normal berubah menjadi sel prakanker, kemudian menjadi sel kanker.(Ria Riksani &
Reimediaservis 2016).
Pasien yang terdiagnosis kanker serviks mempunyai resiko lebih tinggi mengalami
malnutrisi yang lebih dikenal sebagai kaheksia. Kaheksia merupakan masalah klinik yang
paling umum terjadi terutama pada pasien stadium lanjut yang memberi dampak negatif
pada prognosis. Malnutrisi pada pasien kanker serviks bukan hanya disebabkan oleh
penurunan asupan makanan saja tetapi juga tidak adanya respons adaptasi terhadap
starvasi seperti pada orang normal, sehingga terjadi perubahan metabolisme.(Alwi,
I.,Setiyohadi.,dkk 2009)
Gejala awal kanker serviks sering kali tidak begitu disadari oleh wanita karena tidak
ada tanda dan gejala khusus, sehingga 70% dari kasus serviks yang terjadi ditemukan
dalam kondisi stadium lanjut atau stadium kanker diatas IIIb sehinggaseseorang yang
divonis menderita kanker serviks akan mengalami ketakutan, kecemasan, dan stress
yang berlebih. Dengan kondisi tersebut dapat merangsang hormon katekolamin, yaitu
hormon yang dapat menurunkan nafsu makan (Ria Riksani & Reimediaservis 2016)
1
. Masalah gizi yang sering terjadi pada pasien kanker servika adalah asupan protein
dan kalori yang kurang, hal inilah yang bisa menjadi resiko penderita kanker serviks lebih
mudah terkena infeksi maupun lambatnya proses penyembuhan yang dapat
memperburuk keadaan bahkan sampai kematian, maka diperlukannya terapi gizi yang
tepat pada penderita kanker serviks (Eryn
Reimediaservis, 2016)
Indonesia berada pada posisi keenam dari 50 negara di dunia degan angka kematian
akibat kanker serviks yaitu 7.493 orang, sedangkan untuk Asia Indonesia berada pada
urutan keempat dengan jumlah penderita sebanyak 17,3 per 100.000 perempuan
pertahun. Di Indonesia Sekitar 20.928 wanita didiagnosa kanker serviks wanita (ICO
onformation cencer on HPV and center 2014 dalam studi kasus Darmawati 2017).
Sulawesi tenggara menempati urutan ke 28 dari 34 profinsi dengan jumlah kasus 353
wanita didiagnosa penderita penyakit kanker serviks (depkes RI 2013)
Survei awal yang penulis lakukan di RSUD Bahteramas Kota Kendari pada tanggal 20
maret 2018 jumlah penderita kanker serviks rawat inap tahun 2015 jumlah pasien
sebanyak 22 orang , dengan usia 25-44 sebanyak 8 orang, usia 4564 sebanyak 12 orang,
usia >65 tahun sebanayak 2 orang, jumlah pasien keluar sebanyak 22 orang. Pada tahun
2016 jumlah pasien sebanyak 36 orang, denga usia 25-44 tahun sebanyak 24 orang, usia
45-64 sebanyak 7 orang, usia >65 tahun 2 orang, dan jumlah pasien meninggal sebanyak
4 orang, jumlah pasien keluar sebanyak 32 orang dan yang meninggal 4 orang. Pada
tahun 2017 jumlah pasien sebanyak 55 orang, usia 15-24 sebanyak 2 orang, usia 25-44
sebanyak 23 orang, usia 45-64 sebanyak 30 orang, jumlah pasien keluar 55 orang.
Berdasarkan data rawat jalan 2015 sampai dengan tahun 2017 kunjungan di poli
berjumlah 1 orang.(Rekam medik RSUD Bahtermas Kota Kendari 2018)
2
penderita. Asupan nutrisi yang adekuat pada pasien kanker serviks sulit dicapai, oleh
karena itu terapi nutrisi yang adekuat baik jumlah, komposisi maupun cara pemberian
yang tepat harus dimulai sejak dini (sejak awal
terdiagnosis).
Nutrisi yang adekuat memunyai peranan penting sejak penderita kanker serviks di
diagnosis, pelaksanaan, pengobatan sampai penyembuhan. Penatalaksanaan nutrisi
pada penderita kanker dapat meningkatkan berat badan, meskipun tidak dapat
mengembalikan status gizi secara sempurna. Namun, keadaan ini akan menurunkan
kerentangan terhadap infeksi dan mengurangi gejala akibat efek samping mengobatan
sehingga pengobatan dapat berlangsung sampai tuntas. Tatalaksana nutrisi yang adekuat
meliputi pemberian nutrisi berupa diet makronutrient dan mikonutient serta pemberian
nutrient spesifik dapat meningkatkan asupan kalori pasien dan memperbaiki kualitas
hidup pasien
Mengingat pentingnya kebutuhan nutrisi pada pasien kanker serviks maka peneliti
tertarik untuk malakukan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker
Serviks dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di RSUD Bahremas
B. Rumusan masalah
2. Tujuan Khusus
3
c. Teridentifikasinya intervensi keperawatan pada pasien kanker serviks
1. Bagi keluarga/masyarakat
Meningkatkan pengetahuan keluarga / masyarakat mengenai kebutuhan nutrisi pada pasien kanker
serviks
Dapat menambah wawasan dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada pasien kanker serviks.
3. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus
tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien kanker serviks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
1. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuomosa.
kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim,
letaknya antara rahim dan liang seggama(vagina).
a) Bagian luar
3. Bibir kecil (labia minora), merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar
tanparambut.
4. Klitoris, merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat
sensitive analog dengan penis laki-laki.
5
c. bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil
6. Kelenjar Bartholin, merupakan kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina
yang bersifat rapuh dan mudah robek.
7. Himen (selaput darah), yaitu jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat
rapuh dan mudah robek.
2) Uterus, merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rectum.
3) Tuba Fallopi, terletak ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai
dari osteum tuba internum pada dinding rahim dengan ukuran 12 cm diameter
3-8 cm.
Human papiloma virus( HPV ) merupakan penyebab dari kanker serviks. Virus ini
bersifat eksklusif dan spesifik karena hanya bisa tumbuh dan menyerang sel – sel
manusia, terutama pada sel epitel mulut rahim.
Pada serviks terdapat bagian dalam serviks atau disebut endoserviks dan ada
bagian luar serviks yang disebut ekstoserviks, sedangkan perbatasan antara kedunya
disebut dengan zona transformasi. Pada zona inilah sebagian besar kanker serviks
bermula. Infeksi HPV ini menyebabkan terjadinya dysplasia, yaitu sel-sel yang sudah
mulai berubah atau mulai mengarah menjadi sel kanker.
Infeksi bisa terjadi karena berbagai penyebab termasuk diketahui banyak factor
pencetus yang bisa menimbulkan kanker serviks dan penyebab mutlaknya adalah
virus HPV . secara garis besar, terdapat tiga factor penyebab kanker serviks, yaitu :
a. The seed, yang dimaksud adalah HPV. Infeksi HPV merupakan penyakit menular
seksual yang ditularkan malaui aktivitas seksual dengan psanagan yang sudah
terinfeksi HPV.
6
b. The soil, yaitu perubahan yang terjadi pada sel-sel epitel mulut rahim terutama
pada zona transformasi sebagai mana sudah dipaparkan sebelumnya.
c. The nutrients, yaitu pengaruh nutrisi dan gaya hidup yang bisa memengaruhi
secara langsung imunitas tubuh seseorang secara spesifik, seperti kebiasaan
merokok, penggunaan alat kontrasepsi terutama pil, termasuk apakah tubuh
terinfeksi penyakit yang menurunkan daya tahan seperti terserang HIV, HSV, atau
chalamyda.
Selaian dari infeksi yang disebabkan oleh human papiloma virus ( HPV ) juga
terdapat beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi penyebab terjadinya
kanker serviks yang menonjol yaitu:
Hal ini dikaitkan dengan pembentukan sel epitel atau lapisan dinding
vagina dan serviks yang belum matang sempurna, disebabkan
ketidakseimbangan hormonal.
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat kanker serviks.
3) Jumlah Perkawinan
4) Sosial ekonomi
luar.
7
Zat kimia beracun yang terdapat dalam rokok ikut bersama dalam aliran
darah dan menginfeksi bagaian tubuh lainnya termaksud pada serviks.
Stadium Penyebaran
I Terbatas diuterus
IA1 Invasive dengan kedalaman kurang dari 3 mm dan lebar kurang dari
5 mm.
Sumber
Stadium Penyebaran
8
II Invasi tidak sampai kedinding panggul atau mencapai sepertiga
bagian bawah vagina
Sumber
Tabel 2.3 Tahap III berkembang lebih luas, tetapi masih dalam panggul
Stadium Penyebaran
Sumber
Stadium Penyebaran
Sumber
a. Gejala awal
Berikut merupakan gejala yang dirasakan pada stadium awal kanker, yaitu :
9
1) Perdarahan pervagina (melalui vagina). Perdarahan yang dimaksud adalah
perdarahan yang terjadi setelah melakukan hubungan atau perdarahan
spontan yang keluar diluar masa haid.
2) keputihan berulang. keputihan yang menjadi gejala kanker serviks biasanya
tidak memperlihatkan perbaikan atau kesembuhan meskipun sudah
mendapatkan pengobatan.
b. Gejala Lanjutan
10
Sumber
7. Penatalaksan
aan
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim
sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
11
2) Operasi
1) Terapi herbal
3) Terapi diet
1. Pengertian nutrisi
Nutrisi adalah zat – zat gizi atau zat – zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termaksud keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan
sisanya.makanan yang kita makan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dalam
bentuk energy sebelum melaui proses pencernaan , absorbsi, dan metabolisme.
12
Tubuh memerlukan energy untuk fungsi-fungsi fisiologis organ
tubuh,pergerakanmempertahankan terperatr,fungsi kelenjar,kerja
hormone,pertumbuhan,dan penggantian sel-sel yang rusak.
2. Jenis-jenis nutrisi
Nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
a. Karbohidrat
b. Protein
Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino, yang dihubungakan
dengan rantai peptide. protein sangat berperan penting dalam penyusunan
senyawa-senyawa seperti enzim, hormon,dan antibody. Protein memiliki
beberpa fungsi yaitu sebagai penyeimbang cairan dengan meningkatkan tekanan
osmotik koloid serta keseimbangan asam basa, pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon, serta
sebagai sumber energi.
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menhasilkan jumlah kalori
lebih besar daripada karbohidrat dan protein. Lemak memiliki beberapa fungsi
yaitu sebegai sumber energi, pelarut vitamin sehingga dapat diserap oleh usus,
dan penyusun hormon seperti biosintesis hormone steroid.
d. Vitamin
e. Mineral
13
f. Air
Air merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan
sel-sel tubuh.
a. Kebutuhan energi
Untuk mempertahankan status gizi, diet energi tinggi yaitu 25-35 kal/kgBB
sedangkan apabila pasien dalam keadaan gizi kurang maka kebutuhan energi
menjadi 40-50 kal/kgBB.
b. kebutuhan protein
Kebutuhan protein untuk pasien kanker dengan adanya peningkatan
kebutuhan atau pasien dengan hipermetabolisme atau wasting yang berat
dianjurkan diet protein tinggi, yaitu 1,5-2 g/kgBB
c. Kebutuhan lemak
energi total.
d. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat pada penderita kanker yaitu sisa dari kebutuhan energi
total.
Terapi nutrisi tergantung dari kondisi pasien, status nutrisi, serta insikasi terapi
untuk pasien. Strategi dukungan nutrisi tergantung dari maslah nutrisi yang dihadapi
dan derajat ,deplesi.
14
Pemberian nutrisi secara oral merupakan pilihan pertama. Namun pada
pasien kanker serviks yang mengalami anoreksia, mual, perubahan rasa kecap,
dan disfragia pemberian makanan peroral dapat menjadi masalah dan perlu
perhatian khusus. Sebagaian besar pasien dapat mentoleransi makanan dengan
porsi kecil dan sering. Untuk dapat meningkatkan asupan makanan pasien
dianjurkan mengonsumsi makanan atau minuman berkalori tinggi. Pada psien
dengan gangguan menelan, makanan dapat diberikan dalam bentuk lunak atau
cair dengan suhu kamar dingin.
Beberapa faktor penyebab gangguan nutrisi pada penderita kanker serviks yaitu :
a. Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologik dan lost response
terhadap kanker berupa cepat kenyangatau perubahan pada indra pengecap
(lidah).
b. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena masalah pada saluran cerna,
gangguan absorbs zat gizi, dan kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah-
muntah dan diare.
Berdasarkan faktor penyebab tersebut, masalah nutrisi yang dapat terjadi pada
penderita kanker serviks yaitu :
a. Anoreksia
15
Anoreksia adalah menurunnya keinginan untuk makan dan merupakan salah
satu gejala paling sering pada penderita kanker. Penyebab dan mekanisme
anoreksia pada kanker sangat kompleks dan mulifaktorial, dapat terjadi karena
peubahan rasa kecap yang menyebabkan pasien menolak makanan tertentu,
stress psikologis, maupun terjadi karena sitokin dalam regulasi maknan di
hipotalamus melalui jaras anoreksigenik dan oroksigenik yang melibatkan leptin
dan neoropeptida Y.
Leptin adalah hormone yang disekresikan oleh jaringan adiposa yang berperan
mestimulus respon starvasi.
b. Perubahan metabolisme
16
Degradasi protein pada otot akan melepaskan beberapa asam amino,
khususnya alanin dan glutamine. Glutamin merupakan asam amino yang
paling besar jumlahnya mempunyai beberapa fungsi. Salah satu fungsi
penting glutamine adalah dipergunakan sel untuk membelah diri.
Pada kakesia kanker deplesi jaringan lemak paling besar yaitu sekitar
85% baik melalui peningatan lipolisis atau penurunan lipogenesis. Perubahan
metabolisme lemak terjadi malalui peningkatan mobilitas lipid, penurunan
lipogenesis, dan penurunan aktivitas liprotein lipase ( LPL ).
17
1) Makanan atau minuman diberikan dengan suhu dingin.
1. Pengkajian
Pengkajian status gizi pasien dengan gangguan nutrisi dapat dikaji dengan
menggunakan pedoman A-B-C-D
Pengukuran tinggi badan dan berat badan pasien harus diperoleh ketika
masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan. Karakteristik
status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body massa
index) dan berat tubuh ideal (ideal body weight).
18
Rumus BMI yaitu : BB (kg)
TB (m)
19
Tabel 2.5 Standar ukur Anthropometri berdasarkan kelompok umur
Sumber
b) Biochemical data(B)
1) Tes laboratorium
2) Tes lain
20
Organ/sistem tubuh Tanda nutrisi baik Tanda nutrisi buruk
mampu
terdapat lemak
kehilangan posisi,
psikologis stabil
21
normal, tidak ada organ atau limfe
atau massa
yang teraba
Fungsi kardiovaskuler Denyut dan irama Takikardia, pembesaran
jantung, irama tidak normal,
jantung normal, tidak tekanan darah meningkat
ada mur-mur,
lemak
subkutan
Wajah dan leher Merah mudah, warna Berminyak, diskolorasi,
merata, halus, tidak ada bersisik,bengkak, kulit gelap
bengkak dipipi dan bawah mata, kulit
sekitar hidung
22
dan mulut kasar
stomatitis
terdapat papilla
dipermukaan, tidak
ada lesi
Gigi Bersih dan tidak ada Karies
disklorosi
23
Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva pucat, kering
anemis, tidak ada
lingkaran kelelahan
dibawa mata
pembesaran kelenjar
Sumber
1) Kebiasaan asupan makanan dan cairan: pilihan, alergi, masalah, dan area yang
berhubungan lainnya, seperti kemampuan klien untuk memperoleh makanan.
24
d) Pilihan pribadi: kesukaan terhadap diet, makanan favorit atau yang
dihindari, makanan mewah (simbol status).
Batasan karakteristik:
1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
25
Factor yang berhubungan:
1) Faktor biologis
2) Ketidakmampuan makan
NOC.
26
1 Ketidakseimba NOC : NIC
ngan nutrisi
kurang dari Nutrient status Setelah Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh
tindakan keperawatan a. Kolaborasi dengan ahli gizi
selama untuk menentukan nutrisi
– tanda mal
- nutrisi d. vitamin
- Observasi kemampuan
makan
pasien untuk
Tidak terjadi
mendapatkan nutrisi yang
penurunan berat
badan yang dibutuhkan
berarti f.
h.
Anjurkan makan sedikit
tapi sering
27
i.
Ukur berat badan dan
tinggi badan pasien setiap
hari
j.
Sarankan kebiasaan oral
hygine sebelum dan
sesudah makan
k. Kolaborasi pemberian
obat
Sumber
4. Pelaksanaan Kebutuhan Nutrisi
28
b. Tidak ada tanda – tanda mal nutrisi
29
BAB III
Rancangan studi kasus yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
rancangan deskriptif yaitu suatu pengamatan terhadap prosedur tindakan yang
dilakukan orang lain dan atau peneliti yang dilaporkan secara lengkap tentang
keadaan atau kondisi yang menjadi fokus studi yaitu pada pasien kanker serviks
dalam pemenuhunan kebutuhan nutrisi di RSUD Bahteramas Kota
Kendari.
Subyek studi kasus dalam penelitian ini sebanyak satu pasien yang sesuai dengan
criteria inklusiasi. kriteria inklusi yaitu batasan karakteristik umum subyek studi kasus
dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan
diteliti.
1. Kriteria Inklusi :
a. Pasien penderita kanker serviks yang dirawat di RSUD bahtermas Kota Kendari.
peneliti.
(informed consent).
C. Fokus studi kasus
D. Definisi operasional
1. Kanker serviks adalah penyakit yang disebabkan oleh human papiloma virus ( HPV )
yang terjadi pada serviks atau leher rahim suatu daerah pada organ reproduksi
wanita.
30
2. Kebutuhan nutrisi adalah kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh untuk memperoleh
energi bagi aktivitas tubuh yang berfungsi membentuk sel dan jaringan tubuh, serta
mengatur beberapa proses kimia dalam tubuh
3. Manajemen nutrisi adalah pengaturan intake makanan untuk pemberian nutrisi bagi
pasien kanker serviks.
a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
gizi
c. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutirisi yng dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
Penelitian ini akan dilakukan di ruangan rawat inap obstetri dan ginekologi
Sumber data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data primer dan data
sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian terhadap
responden. Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini
diperoleh dari status pasien dan rekam medik di RSUD
Bahteramas Kendari.
1. Data primer
31
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek penelitian
oleh perorangan maupun organisasi. Data primer diperoleh dari:
a. Wawancara
b. Observasi
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
2 . Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Data sekunder didapat dari:
32
b) Studi kepustakaan adalah tehnik pengumpulan data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari ilmu pengetahuan
yang sudah ada sebelumnya. Penelitian memanfaatkan teori-teori yang sudah
ada di buku atau hasil penelitian lain untuk kepentingan penelitian.Adapun
prosedur mengumpulan data yaitu :
1) Persiapan
kasus ini.
2) Pelaksanaan
peneliti
3) Evaluasi
H. Penyajian data
33
Data yang akan disajikan pada penelitian ini yakni secara dekskriptif atau
menggambarkan keadaan pasien, disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dan
respon dari subyek studi kasus yang merupakan data pendukung dari penelitian.
I. Etika penelitian
4. Beneficience
Penelitian melindungi subjek agar terhindar dari bahaya dan ketidak nyamanan
fisik .
5. Full disclosure
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
34
1. Gambaran umum lokasi penelitian
a. Letak geografis
b. Lingkungan fisik
RSUD Bahteramas berdiri diatas lahan seluas 17,5 Ha. Luas seluruh
bangunan adalah 53,269 m2. Pengelompokan ruangan berdasarkan fungsinya
sehingga menjadi empat kelompok , yaitu kelompok kegiatan pelayanan
rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang medis, kelompok kegiatan
penunjang non medis, dan kelompok kegiatan administrasi.
35
(2) Akupuntur
Ambulance 118
d. Sumber Daya Manusia
1) Visi
2) Misi
a. Biodata
36
1) Identitas Pasien
a) Nama : Ny. H
b) Umur : 37 Tahun
c) Pendidikan : SMA
d) Agama : Islam
h) No RM : 53 – 19 – 88
2) Penanggung jawab
a) Nama : Tn. S
b) Usia : 41 tahun
c) Pekerjaan : Wiraswasta
Kg.
37
Kendari pada hari Sabtu Sabtu 30 Juni 2018 pukul 19.45 melalui IGD
dengan keluahan keluar darah dari jalan lahir yang dialami sejak tiga
minggu yang lalu. Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan keluar
darah dari jalan lahir yang terjadi secara terus menerus selama tiga
minggu. Sebelum terjadi perdarahan tersebut pasien mengalami
keputihan yang tidak biasa dialami yaitu terasa gatal dan berbau busuk.
5) Riwayat obstetric
a) Riwayat menstruasi
38
b) Bagan genogram
? 41 ? ? ? 37 ?
12
Keterangan
: perempuan: pasien
c. Aspek psikososial
c) Nadi : 80x/menit
d) Pernapasan : 20 x/ menit
4 ) Tinggi badan dan berat badan
b) Berat badan : 42 Kg
39
a) Lingkar lengan atas : 20 cm
1) Kepala
Pada saat pengkajian nampak tidak ada benjolan, distribusi rambut mudah
rontok, kulit kepala kotor, dan tidak ada nyeri tekan
2) Mata
3) Telinga
6) Leher
7) Payudara
9) Abdomen
40
Berdasarkan pengakajian bentuk abdomen normal, terdapat nyeri tekan
pada region delapan hipogastrium, peristaltic usus
10) Ekstremitas
hari
1 Cairan
2 Eliminasi
a. BAB
b. BAK
41
4 Personal hygene Belum mandi
1) Sebelum sakit
18.00 - -
23.00 - -
42
Hasil pengkajian pasien mengatakan tidak menyukai jenis sayura –
sayuran.
e) Intake cairan
2) Selama sakit
23.00 - -
43
e) Intake cairan
HEMATOTOLI
Hematokrit 0,6 % 4 ,0 – 12
6
10 /uL
Eritrosit 2,55 4 ,4 – 5, 9
%
Grand % 79,9 50 ,0 – 70, 0
Pg g/Dl
MCH 26,0 27 ,0 – 34, 0
g/dL
MCHC 30,6 31 ,0 – 36, 0
103/uL
HGB 11,3 12 – 16
103/uL
Leokosit 8,32 3.6 – 11
44
Klasifiksi data
1) Data subjektif :
a) Pasien mengatakan sering merasa mual dan ingin muntah
b) Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan kurang minum
c) Pasien mengatakan tubuh terasa lemah dan mudah lelah.
d) Keluarga mengatakan setiap makan pasien tidak menghabiskan setengah
porsi dari satu porsi makanan yang diberikan
d) Konjungtiva anemis
h) Berat badan 42 Kg
Analisa data
45
Data subjektif: Virus HPV Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
a) Pasien mengatakan sering merasa kebutuhan tubuh
mual dan ingin muntah
Ca Serviks
b) Pasien mengatakan tidak nafsu
makan dan kurang minum
Pengobatan
c) Pasien mengatakan tubuh terasa
lemah dan mudah lelah.
d) Konjungtiva anemis
diregiokedelapan(Hypogastriu)
g) Berat badan 42 Kg
3. Diagnosa keperawatan
a. Data subjektif :
46
2) Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan kurang minum 3) Pasien
mengatakan tubuh terasa lemah dan mudah lelah.
4) Konjungtiva anemis
7) Berat badan 42 Kg
4. Intervensi keperawatan
47
2 Ketidakseimbanga n NOC : NIC
48
d. Keluarga dibutuhkan
mengatakan
f. Tentukan status gizi
setiap makan
pasien tidak pasien
menghabiskan
setengah porsi g. Atur diet pasien
dari satu porsi
h. Anjurkan makan
makanan yang
diberikan sedikit tapi sering
47 Kg
j. Sarankan kebiasaan
Data objektif :
oral hygine sebelum
a. keadan umum
dan sesudah makan
pasien lemah
k. kolaborasi pemberian
b. Nampak turgor obat
kulit kering
c. Mukosa bibir
kering
d. Konjungtiva
anemis
e. distribusi rambut
mudah rontok
49
diregio
kedelapan(
Hypogastrium)
g. Berat badan
42
Kg
5. Implementasi keperawatan
dibutuhkan
09.35
4. Menganjurkan pasien makan
50
10.00 5. Menimbang berat badan
Hasil : BB 42 Kg
12.10
6. Mengkolaborasi pemberian obat
jam/intravena, Levofloxacin
amp/IV/ 8 jam
12.20
08.15
2.Menganjurkan pasien makan
meningkatkan mengonsumsi
51
08.40 anjuran perawat
yang diberikan
07.00
12.15 Hasil : BB 42 Kg
jam/intravena
10.15
2.Menganjurkan pasien makan
52
Hasil : pasien mengatakan untuk
buahan
sesudah makan
10.00
Hasil : BB 42,5 Kg
12.10
Jumat, 06 08.10 1. Mengatur diet pasien
08.15
2. Menganjurkan pasien makan
53
Hasil : Nampak pasien mengikuti
meningkatkan mengonsumsi
08.30
Hasil : pasien mengatakan untuk
buahan
Hasil : BB 42,5 Kg
07.00
Hasil : Ondancetron 1 amp/8
jam/intravena, Levofloxacin
12.05
1 tablet/12 jam/oral
54
Sabtu, 07 08.20 1 .Mengatur diet pasien
08.30
2.Menganjurkan pasien makan
meningkatkan mengonsumsi
buahan
6. Evaluasi keperawatan
55
1 Selasa, 03 14.05 S : pasien mengakan masih Nining
selva.M
Juli 2018 merasa mual dan belum ada nafsu
dihabiskan
BB : 42 Kg
P : intervensi dilanjutkan
2 Rabu, 04 Juli 14.00 S : pasien Nining
mengatakan selva.M
2018
mengikuti anjuran peneliti dengan
sering.
belum
diberikan. BB 42 Kg
P : intervensi dilanjutkan
56
Kamis, 05 14.10 S : Pasien mengatakan nafsu Nining
selva.M
Juli 2018 makan sudah mulai ada tetapi
Kg
P : Intervensi dilanjutkan
Jumat, 06 juli 14.00 S : pasien Nining
mengatakan selva.M
2018
mengkuti anjuran peneliti yaitu
sudah ada
nampak pasien
apel , BB 45
P : intervensi dilanjutkan
57
Sabtu, 07 Juli 10.00 S : pasien mengatakan rasa Nining
P : intervensi dipertahankan
Tabel4.1 Perkembangan data antropometri pasien
Pengukuran antropometri
Lengan Kulit
atas trisep
58
IV 156 Cm 42,5 Kg 17,48 20 15 Gizi kurang
B. Pembahasan
1. Pengkajian keperawatan
Hasil pengkajian yang didapatkan penulis bahwa sebelum masuk rumah sakit
pasien mengatakan keluar darah dari jalan lahir yang terjadi secara terus
menerus selama tiga minggu. Sebelum terjadi perdarahan tersebut pasien
mengalami keputihan yang tidak biasa dialami yaitu terasa gatal dan berbau
busuk. Keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian pasien
mengatakan, tidak nafsu makan karena rasa mual dan ingin muntah, merasa
nyeri pada daerah panggul dan susah buang air kecil, tubuh terasa lemah dan
59
mudah lelah. Pasien mengatakan berat badan sebelum sakit 47 Kg dan saat ini BB
pasien 42 Kg. Nampak pasien lemah, turgor kulit kering, dan mukos bibir kering.
Berdasarkan teori yang telah di paparkan dan hasil pengkajian yang penulis
dapatkan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian yang
dimana keluhan yang dirasakan pasien sebagian besar sama dengan teori yang
telah dipaparkan.
2. Diagnosa keperawatan
6) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
5) Faktor biologis
6) Ketidakmampuan makan
3. Intervensi keperawatan
60
Intervensi atau Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan.
Manajemen nutrisi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Hasil intervensi yang ditetapkan penulis sesuai dengan teori yang dipaparkan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan nutrisi pasien.
4. Implementasi keperawatan
61
Implementasi keperawatan dilaksanakan selama lima hari dimulai tanggal 03
Juli – 07 Juli 2018, dimana semua tindakan yang dilaksankan selalu berorientasi
pada rencana yang telah dibuat berdasarkan teori NIC sehingga dapat tercapai
sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan Pelaksanaan tindakan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut :
Manajemen nutrisi :
5. Evaluasi Keperawatan
62
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Menurut hasil analisa peneliti tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil
penelitian karena berdasarkan teori evaluasi keperawatan pada kebutuhan
nutrisi diharapkan terpenuhnya kebutuhan nutrisi pasien ditujukan dengan tidak
adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan, Tidak ada tanda – tanda
mal nutrisi, Memperlihatkan adanya selera makan, dan tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti. Teori tersebut sejalan dengan evaluasi yang dilakukan
penulis pada Ny. H selama lima hari perawatan didapatkan data pasien
mengatakan rasa mual sudah bisa diatasi, sudah mampu menghabiskan satu
porsi makan yang berikan walaupun cara makannnya sedikit – sedikit tapi sering,
dan setelah dilakukan penimbangan berat badan terjadi kenaikan 0,5 Kg.
tercapainya hasil yang diharapkan tidak terlepas dari peberian obat farmakoloigi
untuk membantu mengurangi keluhan yang dirasakan pasien.
63
2. keterbatasan yang selanjutnya yaitu mengenai referensi dalam pembuatan studi
kasus, karena studi kasus ini untuk pertama kali diterapkan pada angkatan tahun
2015, sehingga peneliti belum paham bagai mana tepatnya pembuatan studi kasus
ini.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan studi kasus pada bab sebelumnya dan
setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat disimpulkan :
1. Pengkajian keperawatan
Hasil pengkajian pada pasien didapatkan data pasien mengatakan tidak nafsu
makan,sering merasa mual dan muntah, tubuh terasa lemah dan mudah
lelah.keluarga mengatakan pasien tidak menghabiskan setengah dari satu porsi
makanan yang diberikan.berat badan sebelum sakit 47 kg dan setelah sakit 42 kg.
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
kebutuhan tubuh yaitu tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan
B. Saran
1. Bagi perawat
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam
penerapan manajemen nutrisi pada pasien dengan kekurangan
nutrisi
65
Dapat dijadikan bahan bacaan diperpustakaan untuk menambah wawasan dalam
melakukan asuhan keperawatan secara professional
Dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya dalam penerapan
asuhan keperawatan secara profesional
66
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I.,setiyohadi, B.,dkk. (2009). Ilmu penyakit dalam jilid 1 edisi V. Jakarta:
Internapublishing
Budiono, & Pertami, S. B. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi medika
Darmawati. (2017). Hubungan penegetahuan ibu tentang deteksi dini kanker serviks
dengan metode IVA dengan motivasi pemeriksaan IVA di wilayah kerja
Puskesmas Waetuno kabupaten Wakatobi tahun
2017.Politeknik kesehatan:Kendari
Harnanto , A., M. & Rahayu, S. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta:
Pusdiknakes
Herdman, T. H., & Kamitsuro, S. (2015). Diagnosa keperawatan definisi & klasifikasi
2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC
Novelia, D. (2017). Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks post
kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP
Dr.Djamil pada.Poltekkes Padang
Riksani., R. & reiMediaservice. (2016). Kenali kanker serviks sejak dini. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Tarwoto, & Wartonah. (2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Depkes RI, 2013. Situasi penyakit kanker. Kendari. www.depkes.go.id diakses 13 Maret
2018
Trijayanti, E., & Probosari, E. (2016). Hubungan Asupan Makan dan Status Gizi Pada
Pasien Kanker Serviks Post kemoterapi. Jurnal Kedokteran Diponegoro
5(4) 751-760.
81
Wahida,. Elyasari,. Malahayatin, A. (2016). Efektivitas penyuluhan kanker serviks
menggunakan IVA test di kelurahan Talia Kecamatan abeli Kota Kendari.
http://169.254.182.216/etd/index.php?p=show_detail&id=596&keyw
ords=kanker+serviks . diakses 16 Maret 2018
82
Lampiran 1.
80
Data diambil tanggal : ………………………………………………….
Ruang rawat/kelas : …………………………………………………. No. Rekam Medik :
………………………………………………….
81
DemamKejang
Mimisan
Batuk/pilekLain-lain
- OperasiYaTidak
Tahun
- Alergi
MakanObat Udara
Campak Hepatitis
82
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :
Lain-lain :
Riwayat nutrisi
• Nafsu makan :
• Pola makan :
• Minum : Jumlah :
• Pantangan :
• Menu makanan :
Masalah Keperawatan :
• Panjang lahir :
83
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
5. Genogram
x/menit
1. PERNAPASAN
a. Bentuk dada :Normal Tidak, jenis
b. Pola nafas : Frekuensi
Irama :teratur Tidak teratur
Jenis :Dispnea
OrthopneaKusmaul
Biot Cheyne stokesPCH
Bunyi nafas :Vesikuler BronchialBron, vesikuler
Ronchi WeezingFrictien rub
c. Retraksi otot bantu nafas : AdaTidak ada
ICS SupraclavikulaSuprasternal
d. Perkusi thorax :Sonor HipersonorRedup/pekak
e. Alat bantu pernafasan : TidakYa : liter/menit
Nasal MaskerRespirator
f. Batuk :Tidak Ya, sputum :Tidak ada
Ada warna : ........ Jumlah ; .... Konsistensi
84
g. Lain-lain
Masalah keperatan :
2. KARDIOVASKULER
a. Nyeri dada
:TidakYaMenjalar
b. Irama jantung
:RegulerIreguler
c. Pulsasi :Kuatlemah
d. Bunyi jantung : S1, S2 tunggalYaTidak
MumurGallopThirl
e. CRT :< 3 detik> 3 detik
f. Cyanosis :YaTidak
g. Clubingfinger :AdaTidak ada
h. Lain-lain
………………………………………………………………………………………
3. PERSYARAFAN
a. KesadaranCM ApatisSomnolen
Sopor Koma
85
Minum susuMainan Cerita/dongen
i. Kelainan N. Cranialis :Tidak Ada, sebutkan :
...................................................................................................................................
j. Lain-lain :
Masalah keperawatan :
4. GENETOURINARIA
a. Bentuk :Normal Tidak normal sebutkan
b. Uretra :Normal Hipospadia
Lainnya, sebutkan
.........................................................................................................................
c. Kebersihan alat kelamin
Bersih Kotor
Frekuensi kemih : bau :
Produksi urine :
Masalah eliminasi urine :
Normal Disuria Oliguria
Poliuria Inkontinensia
Retensio Menggunakan kateter
d. Lain-lain :
.........................................................................................................................
Masalah keperawatan :
86
:
5. PENCERNAAN
a. Mulut
Mukosa :Lembab Kering Somatitis
Bibir :Normal Labioskisis Patatoskisis
Lidah :Hiperemik Kotor Bergetar
Kebersihan rongga mulut :
BersihKotorBerbau
Kebiasaan gosok gigi :2 x sehari3 x sehari
Caries :AdaTidak ada
b. Tenggorokan :KemerahanSakit saat menelan
c. Abdomen :MualMuntah ...... kaliNyeri
Normal/supelTegangkembung
Nyeri tekan, lokasi........... peristaltik................ x/menit
Buang air besar : Konsistensi Masalah
eliminasi alvi :
Konstipasi DiareObstipasi
Feces berdarah / berlendir
Pemakaian obat pencahar : YaTidak
Lavement :Ya Tidak
Masalah keperawatan :
87
Bebas Terbatas
b. Kekuatan otot / tonus otot :
:IsoskorAnisokorMidriasis
Miosis
Reflek cahayaPositifNegatif
Konsungtiva :PucatMerah mudaMerah
Sklera :IkterikTidak ikterik
Palpebra :EdemaTidak
Alat bantu :Kaca mataTidak
b. Hidung :NormalMimisal Beringus
Mukosa :Pucat Edema
Sekret :PurulenJernih
Pergerakan bila mata :NormalTidak
Kelainan lain, sebutkan :
..................................................................................
88
c. Telinga, Bentuk :NormalTidak
Nyeri / gatalSekret mukopurulenBerbau
Benda asingSerumen
Ketajaman pendengaranNormalTidak
Kelainan lain, sebutkan :
..................................................................................
d. Perasa : Manis PahitAsin
c. Peraba : Panas Dingin
f. Kelainan lain :
......................................................................................................................
Masalah keperawatan :
8. ENDOKRIN
a. Pembesaran kelenjar tiroid :Ya Tidak
b. Pembesaran kelenjar parotis :Ya Tidak
c. Hiperglikemia :Ya Tidak
d. Hipoglikemua :Ya Tidak
e. Lain-lain
........................................................................................................................
Masalah keperawatan :
9. ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Ekspresi efek dan emosiSenang
SedihMenangis
Cemas Marah diam Takut Lain
IV. KARDIOVASKULER
89
V. TERAPI
90
88
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101