Anda di halaman 1dari 7

NAMA : TATI MARGARETA

SNR : 18213056
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF CARE
DOSEN : IBU SURTIKANTI, M.Kep

JUDUL JURNAL
STUDI FENOMENOLOGI: PENGALAMAN PASIEN KANKER STADIUM
LANJUT YANG MENJALANI KEMOTERAPI

Dwi Wahyuni1, Nurul Huda2, Gamya Tri Utami3

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau


Email: wahyudwini23@gmail.com

Adapun beberapa kesimpulan dari jurnal ini diantaranya:

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan


fenomenologi. Jumlah sampe 7 orang pasien dengan kanker stadium lanjut dimana 6 orang
pasien dengan Kanker Payudara dan 1 orang pasien dengan Kanker KNF dirawat di ruang rawat
inap Anyelir RSUD Arifin Achmad.
Pengumpulan data adalah diri peneliti sendiri menggunakan alat bantu tambahan berupa
handphone, field note dan pedoman panduan wawancara. Wawancara menggunakan metode in
depth interview. Penelitian ini melakukan studi Fenomenologi pengalaman pasien kanker
stadium lanjut dengan menjalani kemoterapi.
Pada pasien Kanker stadium lanjut yang menjalani kemoterapi, didapatkan 3 efek
samping yang paling sering dialami oleh pasien yaitu alopesia, mual dan muntah. Efek samping
lainnya adalah myalgia, neuropati, rentan infeksi, stomatitis, diare, dan efek samping yang
paling jarang ialah trombositopenia.
Dari beberapa efek samping di atas maka pasien kanker dengan terapi kemoterapi
memiliki tekanan psikologis yang perlu kita pahami. Koping yang baik sangat dibutuhkan
pasien sebagai upaya menghadapi ancaman fisik dan psikososial seperti cemas, stress dan
depresi yang diakibatkan oleh efek kemoterapi. Mekanisme koping yang efektif berpengaruh
terhadap penurunan kecemasan selama menjalani kemoterapi demi meningkatkan kepatuhan
pasien melakukan kemoterapi dan peningkatan kesejahteraan psikologis.
Diperlukan peran keluarga dalam membantu membangun koping pasien. Selain itu
peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dimana pemberian informasi tentang efek
kemoterapi dan penanganannya dapat meminimalkan cemas, stress dan depresi pada pasien dan
keluarga. Kenyataan dilapangan caring dalam asuhan keperawatan masih dirasakan kurang.
Selain masalah secara psikologi beberapa masalah fisik yang didapatkan pada
penelitian ini Partisipan mengeluhkan terjadinya perubahan fisik yang sangat berarti setelah
menjalani kemoterapi. Perubahan fisik yang dialami partisipan tersebut ialah kebotakan, badan
kurus, perut membesar, kelemahan anggota badan, serta kulit dan kuku menghitam. Perubahan
fisik yang dirasakan partisipan ini tergolong kedalam kategori berat. Sesuai dengan pernyataan
Smeltzer dan Bare (2006) bahwa pada penderita kanker yang mendapati kemoterapi
lebih dari satu tahun akan mengalami banyak perubahan secara fisik setelah kemoterapi.
Masalah keperawatan yang ditemukan Waluyo (2004) dalam penelitiannya yang juga
sesuai dengan hasil penelitian ini adalah:
1. gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual,
2. keterbatasan pemenuhan kebutuhan sehari- hari berhubungan dengan kelemahan,
3. gangguan konsep diri: gambaran diri rendah berhubungan dengan kerontokan rambut,
4. ketidakpastian berhubungan dengan penyakit yang dideritanya & proses kemoterapi.
Hasil penelitian diketahui koping perilaku yang dilakukan partisipan dalam mengatasi
masalah fisik adalah seperti meminum obat, beristirahat dan makan makanan yang bergizi.
Sedangkan dalam mengatasi masalah psikologis adalah dengan cara mengingat keluarga,
kegiatan spiritual dan melakukan kegiatan distraksi. Dukungan keberadaan yang diberikan
keluarga dapat membantu partisipan terhadap penguasaan emosi yang dapat timbul saat
menjalani pengobatan kemoterapi.
Partisipan mengungkapkan kinerja perawat dalam melayani mereka secara keseluruhan
dinilai baik. Tersedianya sarana dan prasana kerja yang memadai, nyamannya tempat kerja,
kebersihan tempat kerja dan keamanan dapat mempengaruhi kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Koping yang baik ditunjukkan dengan melakukan hal-hal yang positif yang membantu
dalam pemulihan fisik maupun psikologis. Komunikasi antar pasien, perawat dan keluara
adalah hal yang sangat diinginkan pasrtisipan terhadap, komunikasi yang baik dari perawat
sangat membantu keadaan psikologis mereka. Perawat yang bisa mengerti kondisi pasien,
sabar, lemah lembut, memberikan semangat, dan memperhatikan kondisi pasien secara
keseluruhan
Pengkajian secara menyeluruh dapat meningkatkan pemberian asuhan keperawatan
yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas dan sikap caring dari perawat
yang diimplementasikan dengan komunikasi yang terapeutik dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien kanker stadium lanjut yang menjalani kemoterapi.
NAMA : TATI MARGARETA
SNR : 18213056
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF CARE
DOSEN : IBU SURTIKANTI, M.Kep

ANALISIS JURNAL

1. Judul Jurnal
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Self Esteem Pada Perawatan Paliatif Pasien
Kanker Serviks
Relationship Between Family Support And Self Esteem In Palliative Care Of Cervical
Cancer Patients
2. Nama Peneliti
1Selvia Anggraini, 2*Nurna Ningsih, 3Jaji

3. Kata Kunci
Dukungan Keluarga, Self Esteem, Kanker Serviks yang menjalani kemoter
4. Latar Belakang
Berdasarkan beberapa fenomena-fenomena yang menunjukkan ada beberapa masalah yang
dapat mempengaruhi self esteem pasien. di dapatkan dari beberapa penelitan yang
dilakukan oleh beberapa orang peneliti dimana menyatakan bahwa d
5. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan self esteem
pada perawatan paliatif pasien kanker serviks yang menjalani terapi perawatan paliatif
berupa kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, sumatra selatan.
6. Waktu dan Tempat penelitian
Dilakukan penelitian tahun 2016 di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang,
7. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap self esteem pada
perawatan paliatif pasien kanker serviks.
 Person:
Responden dalam penelitian ini berjumlah 51 responden yaitu seluruh pasien kanker
serviks yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Kriteria Inklusi:
- Pasien yang bersedia menjadi responden,
- Pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad
Hoesin.
- Pasien yang terdiagnosa kanker servik stadium II –IV
- Pasien yang mampu berkomunikasi verbal dengan baik.
 Intervention:
Intervensi dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner yaitu kuesioner
dukungan keluarga berjumlah 20 pertanyaan yang telah dimodifikasi oleh peneliti dan
kuesioner self esteem berjumlah 10 pertanyaan, untuk mengukur pengetahuan dan
sikap responden.
 Comparison:
Ada perbandingan dalam jurnal ini, berbeda dengan penelitian Husni (2015) yang
menyatakan dukungan keluarga pada pasien di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang,, kurang baik yaitu sebagian besar 32 responden (75%), sedangkan pada
hasil penelitian ini dukungan keluarga informasional memliki mayoritas dukungan
keluarga paling tinggi yaitu 39 responden (76,5%) dari dimensi dukungan keluarga
yang lain.
 Outcome
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan sel esteem pada perawatan paliatif kanker serviks, yang menjalani terapi paliatif
berupa kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang (p= 0,016, OR=
4,242), artinya pasien kanker yang tinggi dukungan keluarganya memiliki
kecendrungan self esteemnya meningkat sebesar 4,242 atau 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan penderita kanker serviks yang rendah dukungan keluarganya.

8. Implikasi Keperawatan
Ditinjau dari sisi keperawatannya dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada
pelayanan kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatannya, khususnya dalam
meningkatkan self esteem pasien kanker serviks, dengan memberikan informasi-informasi
tentang pentingnya dukungan keluarga dalam meningkatkan self esteem pasien kanker
serviks.

9. Kesimpulan dan saran


Responden yang paling banyak berusia antara 51-64 tahun yang berjumlah 23 (45,1%),
diketahui bahwa dukungan keluarga pada pasien kanker serviks dalam menjalani
kemoterapi adalah mayoritas tinggi yaitu sebanyak 31 (60,8%), dari self esteem diketahui
bahwa self esteem pada pasien kanker serviks yang menjalani perawatan di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang, hampir berimbang namun sebagian besar tergolong yang
tinggi sebanyak 26 responden (51,0%), sedangkan dari dukungan keluarga dengan self
esteem sebanyak 31 responden yang mendapat dukungan keluarga tinggi, mayoritas
mempunyai self esteem yang tinggi berjumlah 20 responden (64,5%).
Dengan memberikan informasi-informasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
yang kurang tentang pentingnya dukungan keluarga dalam meningkatkan self esteem
pasien kanker serviks.
NAMA : TATI MARGARETA
SNR : 18213056
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF CARE
DOSEN : IBU SURTIKANTI, M.Kep

Pembahasan artikel ditinjau dari aspek etik keperawatan

Judul Artikel
Perawatan Paliatif: 'Menyambut' Kematian Anak Pejuang Kanker
1. udul jurnal
Pengaruh Malnutrisi Dan Faktor Lainya Terhadap Kejadian Wound Dehiscence Pada
Pembedahan Abdominal Anak Pada Periode Perioperatif
1. 2. Kata kunci
Wound dehiscence, gizi buruk, risiko relatif
1. 3. Penulis Jurnal
Tinuk Agung Meilany, Alexandra, Ariono Arianto, Qamarrudin Bausat,Endang S K,Joedo
Prihartono Damayanti R Sjarif.
1. 4. Latar belakang masalah
Wound dehiscence adalah salah satu komplikasi bedah abdominal yang jarang ditemui,
namun sering menyebabkan kematian, meningkatkan lama rawat, biaya, dan risiko infeksi
berat dengan akibat kematian. Malnutrisi dianggap sebagai salah satu faktor yang
berkontribusi terhadap kejadian dehiscence tersebut.
1. 5. Tujuan Penelitian
Menilai angka kejadian dehiscence bedah mayor pada anak yang berbeda status gizi, risiko
relatif serta faktor lain yang mempengaruhi risiko dehiscence.
1. 6. Metodelogi penelitian
Penelitian kohort prospektif pada 262 kasus bedah abdominal mayor pada anak. Pasien yang
memenuhi kriteria dibagi 2 kelompok yaitu menderita malnutrisi dan tidak. Tata laksana
dilakukan sesuai standar Bagian Bedah Anak RSAB Harapan Kita. Pengamatan dilakukan
selama periode perioperatif sampai pulang dari rumah sakit. Dihitung angka kejadian, risiko
relatif, dan faktor atribusi dehiscence. Pengolahan data dan analisis menggunakan SPSS versi
11.5 dan Open Epi. Penelitian kohort prospektif dilakukan di Rumah Sakit Anak dan Bunda
Harapan Kita Jakarta Bagian Bedah Anak pada Januari 2005 sampai Desember 2010.
Kriteria inklusi :
1) Subjek yang menyetujui keikut sertaan dalam penelitian
2) Belum pernah mengalami dehiscence
3) Kasus bedah abdominal mayor yaitu perforasi usus karena typhoid appendisitis,
invaginasi, morbus hirschsprung, atresia ani, atresia oesophagus, atresia ileum, stenosis pada
usus halus ataupun usus besar.
Kriteria eksklusi :
1) Dengan riwayat dehiscence sebelumnya
2) pasien yang tidak memenuhi persyaratan pembiusan
1. 7. Hasil penelitian
Angka kejadian dehiscence 2,7% (7/262), satu pasien gizi baik (0,8%), gizi kurang
2/7(1,7%), gizi buruk 4/4(100%). Terjadi pada hari kelima pasca operasi (kisaran 3-7hari).
Lama rawat 25 hari (14-73) vs 10 hari (1-10) tidak dehiscence. Meninggal dunia
1/7dehiscence. Risiko dehiscence meningkat secara bermakna pada gizi buruk vs gizi baik
(RR136, IK95% 19,3-958,6, p=0,000). Hipoalbumin vs normal (RR23,6, IK95% 5,8-95,4,
p=0,000). Anemia vs normal (RR18,6, IK95% CI3.7-91.9, p=0,000). Sepsis vs normal
(RR10,7, IK95% 2,5-45,5, p=0,000). Faktor atribusi dehiscence 99,3% karena gizi buruk,
hipoalbumin 96,6%, sepsis 90,7%, gizi kurang 59%. Status gizi buruk, hipoalbumin, dan
sepsis berperan hampir seratus persen terhadap kejadian dehiscence pada anak
1. 8. Kelemahan penelitian yang di dapat pada jurnal ini, yaitu :
1) Penelitian ini hanya dilakukan pada anak bukan untuk semua umur
2) Penelitian ini tidak menjelaskan secara bermakana antara kasus gizi buruk baru dan kasus
gizi yang lama dimana diantara nya yang bepotensi mengalami dehiscence.
3) Penelitian ini tidak menjelaskan apakah bisa dilakukan pada kasus kanker atau tumor
abdomen.
4) Penelitian tidak menjelaskan faktor resiko yang mempengaruhi dehiscence dari segi
bentuk atau model insisi bedah yang dilakukan.
5) Penelitian tidak meneliti faktor yang mempengaruhi penyembuhan yaitu dari segi faktor
respon stres akibat luka bedah/ insisi.
1. 9. Kelebihan penelitian yang di dapat pada jurnal ini, yaitu :
1) Penelitian sudah menjelaskan resiko dehiscence dari kasus gizi kurang, gizi buruk,
hipoalbumin, sepsis, dan anemia.
2) Model penelitian sudah menggunakan kohort prospektif yang mana penelitian ingin
mengetahui kedepan yang mana hasil penelitian lebih baik dari penelitian lainnya.
3) Waktu penelitian dilakukan selama 5 tahun yaitu pada tahun 2005 – 2010 sehingga faktor
bias penelitian sangat kecil kemungkinan.
4) Observasi untuk 1 orang subjek dilakukan selama 14 -73 hari sehingga dapat mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap kejadian dehiscence.
1. 10. Manfaat penelitian yang di dapat pada jurnal ini bagi kesehatan, yaitu :
1) Memberikan sumber referensi bagi para peneliti berikutnya dalam melakukan
penelitian dalam hal yang sama.
2) Dapat menyusun persiapan operasi dalam perawatan nutrisi perioperatif yang lebih
baik.
3) Penelitian ini dapat menjadikan landasan teori rumah sakit dalam pemberian dukungan
nutrisi pada pasien anak malnutrisi periode perioperatif.
4) Bagi perawat dapat memberikan suatu tindakan pemenuhan nutrisi pada periode
perioperatif yang mengalami malnutrisi.

Anda mungkin juga menyukai