Anda di halaman 1dari 9

Vol.

XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DAN PENERIMAAN DIRI PADA KLIEN KANKER


PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PACARKELING

Lintang Mega Puspita1, Padoli2


1 Rumah sakit Universitas Surabaya
2Program Studi D3 Keperawatan Soetomo Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Author Corespondence : lintangmegg@yahoo.com

ABSTRAK
Salah satu terapi kanker payudara adalah kemoterapi. Klien kanker yang menjalani kemoterapi akan
mengalami berbagai efek samping kemoterapi baik efek fisik maupun efek psikologis, salah satunya
adalah penerimaan diri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya hubungan antara
spiritualitas dan penerimaan diri pada klien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Puskesmas
Pacar Keling Surabaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsiSubyek penelitian ini 30
klien kanker payudara yang dipilih dengan accidental sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah
spiritualitas sebagai variabel independen dan variabel terikat penerimaan diri . Instrumen pengumpulan
data pada penelitian terdiri dari kuesioner data demografi dan karakteristik, kuesioner Spiritualitas
(Spiritual Well Being) dan kuesioner penerimaan diri menggunakan Acceptance Illness Scale (AIS).
Hubungan antara spiritualitas dengan penerimaan diri pada klien kanker payudara dianalisis dengan
Spearman Rank (Rho) test. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengahnya (46,7%) klien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi memiliki spiritualitas sedang dan spiritualitas rendah (30%); hampir
setengahnya (46,7%) mengalami penerimaan diri sedang dan tinggi (33,3%). Ada hubungan antara
spiritualitas dan penerimaan diri (p = 0,001), dimana klien yang memiliki spiritualitas tinggi maka
penerimaan dirinya juga tinggi. Hasil ini menyarankan perawat untuk menjelaskan makna sakit dalam
kehidpan, memberikan waktu beribadah, berdoa meminta kesembuhan

Kata Kunci : Spiritualitas, Penerimaan Diri, Kanker Payudara, Kemoterapi

THE RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUALITY AND SELF-ACCEPTANCE OF A CLIENT


OF BREAST CANCER UNDERGOING CHEMOTHERAPY AT PACAR KELING PUBLIC
HEALTH CENTER’S WORKING AREA SURABAYA

ABSTRACT

One therapy for breast cancer is chemotherapy. Cancer clients who undergo chemotherapy will
experience various side effects of chemotherapy both physical and psychological effects, one of which is
self-acceptance. The purpose of this study is to determine the relationship between spirituality and self-
acceptance in breast cancer clients undergoing chemotherapy at the Pacar Keling Health Center in
Surabaya. This type of research is a research description. The research subjects 30 breast cancer clients
selected by accidental sampling. The variable in this research is spirituality as an independent variable and
the dependent variable is self-acceptance. Data collection instruments in the study consisted of
demographic and characteristics data questionnaires, Spirituality Well Being questionnaire and Acceptance
Illness Scale (AIS) questionnaire for self-acceptance. The relationship between spirituality and self-
acceptance in breast cancer clients was analyzed by the Spearman Rank (Rho) test. The results showed
almost half (46.7%) of breast cancer clients undergoing chemotherapy had moderate spirituality and low
spirituality (30%); almost half (46.7%) experienced moderate and high self-acceptance (33.3%). There is
a relationship between spirituality and self-acceptance (p = 0.001), where clients who have high
spirituality have high self-acceptance. These results suggest nurses to explain the meaning of pain in life,
give time to worship, pray for healing.

Keywords: Spirituality, Self-Acceptance, Breast Cancer, Chemotherapy

JURNAL KEPERAWATAN 71
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091

PENDAHULUAN
kanker payudara sebanyak 31 orang. Dari data
PENDAHULUAN Salah satu pengobatan kanker tersebut menjadikan kanker menjadi penyakit
yaitu dengan kemoterapi. Kemoterapi penyulit yang sangat di waspadai dan kliennya
merupakan cara pengobatan kanker yang paling memprihatinkan. Untuk dapat bertahan dan
banyak dilakukan (Azwar, 2007). Klien kanker sembuh klien kanker harus melakukan berbagai
yang menjalani kemoterapi akan mengalami pengobatan. Pengobatan paling efektif dan
berbagai efek samping kemoterapi yaitu efek sering digunakan dalam pengobatan kanker
fisik misalnya rambut rontok, menurunnya sel adalah kemoterapi dan radioterapi (De Jong,
darah sehingga klien lebih mudah lelah dan 2002). Pengobatan ini dapat mempengaruhi
efek psikologis misalnya kecemasan, rasa takut kondisi fisik dan psikologis kliennya. Klien kanker
akan kematian, takut menjadi beban, takut di yang menjalani kemoterapi, biasanya mengalami
tinggalkan, dan gangguan harga diri (Kova dan efek fisiologis yang tidak menyenangkan seperti
Miha, 2011).Berdasarkan penelitian Noviana rambut rontok, menurunnya sel darah sehingga
(2008) efek samping kemoterapi dapat klien lebih mudah lelah atau mengalami
memberikan berbagi dampak bagi klien, salah pendarahan, kulit menjadi hitam, kering serta
satunya yaitu perubahan penerimaan diri. gatal-gatal, mual, muntah dan nyeri perut serta
Keadaan akan perubahan-perubahan tersebut menurunnya nafsu seksual dan tingkat fertilitas
membuat seorang klien kanker cenderung tidak (Susanti dan Tarigan, 2012). Efek samping
mensyukuri hidupnya dan cenderung akan kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi
merubah penerimaan dirinya secara fisik. tidak hanya menghancurkan sel kanker tetapi
Perubahan penerimaan diri tersebut dapat juga menyerang sel-sel sehat terutama yang
diatasi dengan spiritualitas. Menurut American membelah dengan cepat (Noorwati, 2007).
Pshycological Association bahwa spiritualitas Disamping efek fisiologis pada klien kanker yang
dapat meningkatkan kemampuan seseorang menjalani kemoterapi juga mengalami efek
dalam mengatasi klienan jika seseorang sedang psikologis yang semakin beragam, anatara lain
sakit dan mempercepat penyembuhan selain kecemasan, rasa takut akan kematian, takut
terapi medis yang diberikan. Jenis kanker yang menjadi beban, takut di tinggalkan,
paling banyak diderita oleh perempuan adalah ketidakmampuan dan gangguan harga diri (Kova
kanker payudara. Pada umumnya, kanker dan Miha, 2011). Penerimaan terhadap penyakit
payudara menyerang kaum wanita, dianggap sebagai masalah yang cukup besar
kemungkinana menyerang kaum laki-laki kecil pada klien dengan penyakit kronis. Kurangnya
yaitu 1 : 1000 (Mulyani, 2013). Berdasarkan penerimaan dapat menyebabkan kepatuhan
estimasi Globocan, International Agency for yang lebih rendah untuk perawatan medis dan
Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker penundaan pengobatan (Zalewska, Miniszewka,
payudara adalah kanker dengan presentase Chodkiewicz, &Narbutt,2006). Di sisi lain, klien
kasus baru tertinggi (43,3 %) dan presentase merasakan pentingnya pemenuhan kebutuhan
kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di spiritual (Murray, 2004). Klien dengan penyakit
dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar terminal akan lebih mencari makna dari
tahun 2013, prevalensi kanker payudara di kehidupan sebagai cara untuk memperpanjang
Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan kelangsungan hidup mereka (Guillory,Sowell,
(Kemenkes RI, 2015). Moneyham dan Seals, 2007). Penyembuhan
Keganasan kanker payudara di Indonesia penyakit dapat dimaknai sebagai penerimaan
menempati urutan kedua pada wanita stelah terhadap penyakit dan ketentraman dalam
kanker leher rahim pada penelitian phatological- kehidupan dan spiritual menjadi inti dari
based, dengan frekuensi relative 15,83% penyembuhan (Puchalski, 2009). Untuk
sesudah kanker leher rahim (25,57%), walaupun mengatasi efek kemoterapi salah satunya yaitu
di beberapa rumah sakit terlihat bahwa dengan meningkatkan spiritualitas dan
frekuensi relative kanker payudara lebih tinggi penerimaan diri terhadap penyakit. Namun,
dibannding kanker leher rahim. Prevalensi spiritualitas yang dimiliki oleh tiap orang
penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok berbeda-beda Hal ini membuat perbedaan dalam
umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5,0‰ dan cara klien menghadapi apa yang datang
prevalensi terendah pada anak kelompok umur kepadanya. Ketika menjalani proses pengobatan
1-4 tahun dan 5-14 tahun sebesar 0,1‰. yang berat dan membosankan, efek pengobatan
Terlihat peningkatan prevalensi yang cukup serta berbagai distress psikologis yang terjadi
tinggi pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 sepanjang perjalanan penyakitnya, berbagai
tahun, dan 45-54 tahun (Pusat Data dan reaksi berbeda diperlihatkan klien. Hal tersebut
Informasi Kemenkes RI, 2013). Data di menandakan adanya perbedaan tingkat
Puskesmas Pacar Keling pada bulan Desember spiritualitas yang ada dalam diri klien, sehingga
2017 menunjukkan bahwa jumlah klien kanker menimbulkan tingkat penerimaan terhadap
yaitu 66 orang, dengan kasus terbanyak yaitu penyakit yang berbeda pula. Pada klien kanker

JURNAL KEPERAWATAN 72
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091

spiritualitas bermanfaat untuk meningkatkan kuesioner data demografi dan karakteristik,


makna dan tujuan hidup, memberikan kuesioner Spiritualitas dan kuesioner
kenyamanan emosional dan memberikan penerimaan diri. Untuk mengetahui orientasi
harapan hidup. Dengan demikian, klien kanker Spiritual Well Being peneliti mengadopsi Spiritual
diharapkan dapat menerima dengan ikhlas sakit Well Being Scale milik Ellison yang
yang dialami dan mampu memahami makna dari diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
peyakitnya (Arnovella,2015 ). Berdasarkan Kuesioner yang digunakan menggunakan skala
paparan di atas, penerimaan diri klien kanker Likert, dimana jawaban tersebut disusun dalam
terhadap penyakitnya berhubungan dengan enam skala kontinum, dengan kategori sangat
spiritualitas. Namun belum ada data yang tidak setuju (STS), cukup tidak setuju (CTS),
menunjukkan tentang hubungan kedua hal tidak setuju (TS), setuju (S), cukup setuju (CS),
tersebut.Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk sangat setuju (SS ). Kategori penilaian
melakukan penelitian dengan judul hubungan kesejahteraan spiritual yaitu kesejahteraan
antara spiritualitas dengan penerimaan diri pada spiritual rendah = 20 – 59, kesejahteraan
klien kanker yang menjalani kemoterapi di spiritual sedang = 60 – 99, dan kesejahteraan
wilayah kerja Puskesmas Pacar Keling. spiritual tinggi = 100 – 120. Pengukuran variabel
penerimaan diri menggunakan kuesioner
BAHAN DAN METODE Acceptance of Illness Scale (AIS) oleh B.J Felton,
T.A Reverson dan G.A Hinrichen yang diadopsi
Jenis penelitian yang digunakan adalah peneltian dari Z. Juczynski. Pemberian skor pada skala
kuantitatif non-eksperimental dengan metode penerimaan diri berdasarkan penilaian dalam
korelasional yaitu untuk melihat gambaran skala Likert. Kategori penilaian pada Acceptance
derajat hubungan yang ada antara variabel Illness Scale (AIS) yaitu rendah = 8 – 19,
spiritualitas dan penerimaan diri pada klien sedang = 20-29, tinggi = 30 – 40 (Elzbieta,
kaner payudara yang menjalani kemoterapi di Cipora, dkk, 2017). Untuk mengetahui hubungan
Puskesmas Pacar Keling Surabaya. Populasi antara spiritualitas dengan penerimaan diri pada
dalam penelitian ini adalah seluruh klien kanker klien kanker dengan kemoterapi dilakukan uji
payudara yang menjalani kemoterapi di statistic Spearman Rank (Rho) dengan derajat
Puskesmas Pacar Keling dengan besar sample signifikansi atau kemaknaan yang telah
31 klien yang dipilih dengan accidental sampling. ditentukan yaitu α = 5%
Variabel dalam penelitian ini adalah spiritualitas
sebagai variabel independen dan variabel HASIL DAN PEMBAHASAN
terikat penerimaan diri . Instrumen
pengumpulan data pada penelitian terdiri dari 1. Karakteristik
Karakteristik klien yang menjalani kemoterapi setengahnya (36,7%) stadium III A, hampir
setengahnya (50,0 %) berusia 40-60 tahun, setengahnya (33,3%) menjalani kemoterapi siklus
seluruhnya berjenis kelamin perempuan, hampir 3, dan seluruhnya sudah menjalani mastektomi
setengahnya (36,7 %) lulusan SMP, sebagian besar (tabel 1).
(60%) merupakan ibu rumah rumah tangga, hampir

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Klien Kanker Payudara yang menjalani Kemoterapi di
Puskesmas Pacar Keling Surabaya Juni 2018

Karakteristik Kategori f %

Usia 18-39 tahun 3 10,0


40-60 tahun 15 50,0
>60 tahun 12 40,0
Jenis Kelamin Perempuan 30 100
Pekerjaan IRT 18 60,0
Swasta 10 33,3
PNS 2 6,7
Tingkat Pendidikan SD 10 33,3
SMP 11 36,7
SMA 6 20,0
PT 3 10,0
Stadium Kanker IIA 5 16,7
IIB 10 33,3
IIIA 11 36,7

JURNAL KEPERAWATAN 73
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091

IIIB 2 6,7
IIIC 1 3,3
IVA 1 3,3
Riwayat Mastektomi Ya 30 100
Siklus Kemoterapi Siklus 2 3 10,0
Siklus 3 8 26,7
Siklus 4 10 33,3
Siklus 5 7 23,3
Siklus 6 2 6,7

2. Spiritualitas
dilakukan oleh Juwita (2013) tentang
Gambaran spiritualitas klien yang karakteristik spiritualitas pada pasien kanker
menjalani kemoterapi hampir setengahnya yang menyatakan bahwa spiritualitas pada
(46,7%) memiliki spiritualitas sedang dan kategori tinggi dipengaruhi oleh usia. Sejalan
sebagian kecil (23,3%) memiliki spiritualitas dengan pendapat tersebut, Hamid (2009)
tinggi ( tabel 2) menjelaskan bahwa terdapat tahap
perkembangan manusia yang mempengaruhi
Tabel 2 Distribusi Spiritualitas Klien Kanker status spiritual seseorang. Pada kelompok usia
Payudara di Puskesmas Pacar Keling pertengahan dan lansia memiliki lebih banyak
Surabaya Juni 2018 waktu untuk melakukan kegiatan keagamaan
dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang
Karakteristik Kategori f % diyakini oleh generasi muda.
Spiritualitas Rendah 9 30,0 Faktor lain yang mempengaruhi spiritualitas
Sedang 14 46,7 yaitu dukungan dari semua anggota keluarga
Tinggi 7 23,3 terutama pasangan sangat berperan dalam
pengambilan keputusan dan strategi ketahanan
Jumlah 30 100,0
hidup dalam mengelola emosional (dukungan
emosional); memberikan inspirasi & motivasi
Murray dan Zentner (dalam McSherry, dukungan penilaian); memberikan dukungan
2006) menjelaskan spiritualitas sebagai kualitas informasi tentang kesehatan, gaya hidup, diet;
yang bersinergi dengan keterikatan religius dan juga mendukung penyediaan fasilitas
(Tuhan), yang memberikan inspirasi, (dukungan instrumental) sangat membantu bagi
penghargaan terhadap orang lain, kekaguman, klien kanker payudara yang sedang menjalani
serta makna dan tujuan hidup. Spiritualias pengobatan dan akan membantu untuk
mengharmoniskan keberadaan individu dengan meningkatkan ketahanan hidup pasien kanker
alam semesta, sebab memberi keyakinan akan (Muhamad, Afshari, & Kazilan, 2011 dalam
keberadaan kekuatan maha besar (high power) Ratna Dewi, 2017). Masalah fisik dan psikososial
yang jauh melebihi kekuatan manusia (Murray & yang muncul pada pasien kritis dapat
Zentner, 1989, Reed, 1992 dalam McSherry, berdampak pada spiritualitas pasien. Spiritualitas
2006). Sebuah studi juga mengatakan bahwa adalah suatu hal yang sangat penting untuk
menurut pengalaman beberapa orang dengan setiap individu. pasien-pasien kanker yang
penyakit kronis, spiritualitas merupakan bentuk mengalami cemas, rasa takut akan penyakitnya,
dukungan yang penting bagi mereka saat kehilangan kontrol dan harapan hidup. Kondisi
mengatasi penyakitnya (Stefanek et al. 2005). ini menyebabkan krisis dan perubahan yang
Meskipun seseorang sedang sakit, namun jika merupakan salah satu faktor yang
dia memiliki kesejahteraan spiritual yang positif, mempengaruhi spiritualitas seseorang (Artika,
maka akan membantunya untuk mengatasi atau 2017). Krisis dan perubahan yang terjadi akibat
menghadapi masalah fisik yang dialaminya. penyakit dapat menguatkan spirituaitas
Menurut Dwidianti (2008) faktor yang seseorang (Dwidianti, 2008). Selain itu,
mempengaruhi spiritualitas yaitu tahap spiritualitas juga dipengaruhi oleh latar belakang
perkembangan, latar belakang etnik/budaya, etnik dan budaya. Umumnya seseorang akan
krisis dan perubahan dan dukungan dari mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Anak belajar pentingnya menjalankan agama.
sebagian besar spiritualitas pasien kanker dalam Termasuk nilai oral dari hubungan keluarga dan
menjalani kemoterapi dipengaruhi oleh tahap peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan
perkembangan menurut usia, dimana keagamaan. Perlu diperhatikan apapun tradisi
setengahnya (50%) responden berada pada usia agama atau sistem kepercayaan yang dianut
40-60 tahun memiliki spiritualitas sedang. Hal ini individu, tetap saja pengalaman spiritual unik
memiliki kesamaan dengan penelitian yang bagi tiap individu (Dwidianti, 2008).

JURNAL KEPERAWATAN 74
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil


penelitian Risqiyanti (2018) yang menunjukkan Karakteristik Kategori f %
spiritualitas klien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSUD Kraton Kabupaten Penerimaan Rendah 6 20 ,0
Pekalongan sebagian besar kategori spiritualitas Diri Sedang 14 46,7
sedang (56,4%). Bagi individu yang Tinggi 10 33,3
menganggap penyakit kanker adalah sebuah
Jumlah 30 100,0
ancaman, akan berubah menjadi sebuah
tantangan apabila individu memiliki kekuatan
Menurut Jersild (dalam Rizkiana, 2008) individu
spiritualitas. Kekuatan spiritualitas juga
yang memiliki penerimaan diri berfikir lebih
memberikan informasi, bimbingan dan petunjuk
realistik tentang penampilan dan bagaimana
untuk membuat pilihan yang diperlukan untuk
dirinya terlihat dalam pandangan orang lain. Ini
tetap dalam keadaan sehat. Spiritualitas
bukan berarti individu tersebut mempunyai
memberikan individu menemukan dirinya dan
gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan
pemahaman spiritualitas yang tidak pernah
individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan
individu alami, sehingga kehidupan menjadi
berbicara dengan baik mengenai dirinya yang
bermakna bahkan mungkin menemukan hikmah
sebenarnya. Penerimaan terhadap penyakit
dibalik penyakit yang dirasakannya. Hal tersebut
adalah kemampuan seseorang untuk dapat
ditegaskan dengan adanya subjek klien kanker
memahami penyakitnya dan sadar akan kondisi
payudara yang menggunakan kekuatan berdoa
penyakitnya tersebut, dan pada saat itulah
dan berpikir positif sebagai cara untuk
seseorang mampu menunjukkan optimisme dan
menemukan kekuatan spiritual. Berpikir positif
harapan untuk hidup, mempercayai kepada
berarti memberikan pemahaman yang positif
orang yang mampu menyembuhkannya melalui
pula tentang kesejahteraan fisik dan
jalan pengobatan, percaya akan proses
emosionalnya (Risqiyanti, 2018). Hasil penelitian
pengobatan dan berpartisipasi aktif terhadap
menunjukkan bahwa klien kanker payudara
proses pengobatan (Rizqiyanti, 2018). Dalam
yang menjalani kemoterapi di Puskesmas Pacar
penelitian yang dilakukan oleh Rizqiyanti (2018)
Keling memiliki spiritualitas sedang. Saat
responden mengatakan bahwa dirinya menerima
dilakukan wawancara, klien mengatakan bahwa
kondisi penyakitnya dan berusaha untuk
kondisi penyakitnya merupakan suatu ujian dari
menjalani berbagai macam pengobatan dengan
Tuhan, dan percaya bahwa ketika Allah SWT
baik.
memberikan sebuah penyakit pasti Tuhan juga
Responden beranggapan apabila dirinya
akan memberikan obat bagi kesembuhan
hanya merenungi penyakitnya justru akan
dirinya. Itu artinya, klien telah mampu
muncul berbagai macam masalah baru dalam
meyakinkan pada dirinya bahwa setiap sakit
dirinya, mulai dari tidak adanya semangat untuk
pasti akan ada kesembuhan jika klen berusaha
dapat menjalani pengobatan maupun semangat
keluar dari kondisi tersebut. Klien yang
melawan penyakitnya agar dapat sembuh. Hal
beranggapan bahwa penyakit yang dialaminya
tersebut sejalan dengan pendapat Hurlock
saat ini merupakan beban yang diberikan Tuhan,
(dalam Sugiarti, 2008) ketika seseorang memiliki
tidak akan mampu bertahan karena cenderung
harapan yang realistis dalam mencapai sesuatu,
pesimis, menyalahkan Tuhan dan menjauhi-Nya.
maka tingkah lakunya akan tampil sesuai
Hal ini justru akan membuat mereka semakin
dengan harapannya itu. Hal ini akan
terpuruk dan tidak mampu untuk keluar dari
mempengaruhi kepuasan diri yang merupakan
kondisisakit. Klien diharapkan dapat
esensi dari penerimaan diri. Tinggi rendahnya
meningkatkan spiritualitas dengan cara berdoa,
penerimaan diri klien juga dapat dikaitkan
bersikap optimis dan yakin agar dapat sembuh
dengan usianya. Dari data penelitian didapatkan
dari penyakit. Dengan meningkatnya
setengahnya ( 50%) klien yang berada pada
spiritualitas, klien dapat menerima kondisi
rentang usia 40-60 tahun memiliki penerimaan
penyakitnya dengan baik serta mampu
diri sedang. Menurut Kuntari (2008) pada umur
menjalani prosedur pengobatan dan mematuhi
ini individu sudah dapat mengetahui kepastian
proses pengobatan.
akan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Selain
itu, dengan usia dewasa tengah klien kanker
3. Penerimaan Diri
payudara telah mempunyai kematangan dalam
Tingkat penerimaan diri klien yang menjalani
bersikap dan berfikir, sehingga mampu
kemoterapi hampir setengahnya (46,7%)
menghadapi kehidupan yang lebih realistis.
memiliki spiritualitas sedang dan dan tinggi
Selain faktor umur, faktor pendidikan juga dapat
sebagian kecil (33,3%) ( tabel 3)
mempengaruhi penerimaan diri seseorang. Pada
dasarnya, pendidikan bertujuan untuk
Tabel 3 Distribusi Penerimaan Diri Klien Kanker
mengembangkan dan memperluas
Payudara di Puskesmas Pacar Keling
pengetahuan, pengalaman serta pengertian
Surabaya Juni 2018
individu (Djumhur dan Surya, 1975 dalam

JURNAL KEPERAWATAN 75
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091

Kuntari 2008). Makin tinggi pendidikan, maka menjalani kemoterapi di RSUD Kraton
makin mudah pula seseorang mendapatkan Kabupaten Pekalongan hampir setengahnya
pengetahuan karena tingkat pendidikan akan (49,1%) memiliki penerimaan diri terhadap
mempengaruhi seseorang untuk menerima ide penyakit sedang. Hal ini dipengaruhi karena
dan teknologi atau informasi baru (Meliano, adanya optimisme dan keyakinan dalam diri
2007). Dari data yang diperoleh menunjukkan pasien yang membuat dirinya dapat menerima
bahwa 33,3 % lulusan SD, 36,7 % lulusan SMP, kondisi penyakitnya (Risqiyanti, 2018).
20% lulusan SMA dan 10% lulusan perguruan Sebagian responden mengatakan bahwa
tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa dari dirinya menerima kondisi penyakitnya dan
faktor pendidikan sebagian besar subjek berusaha untuk menjalani berbagai macam
memiliki latar belakang yang tidak cukup pengobatan dengan baik. Hal tersebut karena
memadai, sehingga hanya memiliki kemampuan responden memiliki penerimaan diri yang baik,
penerimaan diri sedang. artinya responden telah menjalani proses yang
Faktor lain yang dapat mempengaruhi membuat dirinya mampu memahami keadaan
penerimaan diri klien kanker payudara yang tentang dirinya dan menerimanya. Klien tetap
menjalani kemoterapi yaitu faktor lingkungan, merasa percaya diri terhadap penampilannya,
yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan mendapat dukungan sosial, dan mampu
tempat kerja maupun lingkungan tempat tinggal melakukan interaksi sosial yang baik tanpa harus
(Kuntari, 2008). Dari data penelitian yang merasa malu ataupun terbebani. Responden
diperoleh menunjukkan bahwa 60% berprofesi juga beranggapan apabila dirinya hanya
sebagai ibu rumah tangga dan 40% lainnya merenungi penyakitnya justru akan membuat
berprofesi sebagai PNS, dan swasta. Klien yang mereka semakin terpuruk dan tidak mampu
tetap melakukan pekerjaannya dapat untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini.
bersosialisasi dengan pekerja lainnya sehingga Untuk itu, perlu ditingkatkan penerimaan diri
merasa nyaman dengan lingkungan tempat klien agar mampu beradaptasi dengan keadaan.
kerja dan mampu beraktifitas seperti orang Dengan adanya dukungan dari lingkungan social
normal, sementara klien yang berprofesi sebagai dan terpenuhinya kebutuhan spiritualitas,
ibu rumah tangga mendapat dukungan dari diharapkan klien mampu meningkatkan
anggota keluarga dan lingkungan tempat penerimaan terhadap kondisinya dan
tinggalnya. Klien merasa bahwa dirinya masih menumbuhkan kepercayaan diri.
mampu melakukan pekerjaan sehari-hari seperti 4. Spiritualitas dan Penerimaan Diri
orang normal tanpa harus membebani orang Hasil tabulasi silang antara spiritualitas dan
lain. Irchansjah mengatakan bahwa penerimaan penerimaan diri, klien kanker yang menjalani
diri akan semakin baik apabila terdapat kemoterapi menunjukkan sebagian besar (55,5
dukungan dari lingkungan sekitar, hal ini %) klien dengan spiritualitas rendah memiliki
dikarenakan individu yang mendapat dukungan penerimaan diri rendah. Sebagian besar (64,3%)
social akan mendapat perlakuan baik dan klien dengan spiritualitas sedang memiliki
menyenangkan (Kompas, 28 Juli 2002 dalam penerimaan diri sedang. Sedangkan hampir
Kuntari 2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan seluruhnya (85,7%) klien dengan spiritualitas
hasil penelitian Risqiyanti (2018) yang tinggi memiliki penerimaan diri tinggi (tabel 4).
menunjukkan spiritualitas klien kanker yang

Tabel 4 Tabulasi Silang Penerimaan Diri dengan Spiritualitas pada Klien Kanker Payudara yang
Menjalani Kemoterapi di Wilayah Kerja Puskesmas Pacar Keling Surabaya, Juni 2018

Spiritualitas Penerimaan Diri Total


Rendah Sedang Tinggi
f % f % f % f %
Rendah 5 55,5 4 44,4 0 0 9
Sedang 1 7,1 9 64,3 4 28,6 14
Tinggi 0 0 1 14,3 6 85,7 7
Total 6 14 10 30
r = 0,722 ; p = 0,001; α = 0,05

Tabel 4 menunjukkan klien yang spiritualitas dan penerimaan diri. Sedangkan


memiliki spiriualitas rendah sampai sedang nilai r = 0,722. Nilai r pada hasil tersebut
mengalami penerimaan diriyang rendah dan bernilai positif, hal tersebut menunjukkan
sedang, dan klien yang memiliki spiritualitas hubungan kedua variabel bersifat searah.
sedang dan tinggi mengalami penerimaan diri Dengan demikian dapat di artikan bahwa jika
tinggi. Berdasarkan uji statistik, diperoleh nilai p spiritualitas tinggi maka penerimaan diri akan
= 0,001, artinya ada hubungan antara variabel tinggi. Begitu pula sebaliknya, jika spiritualitas

JURNAL KEPERAWATAN 76
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091

rendah maka penerimaan diri akan rendah. dimaknai sebagai proses penerimaan terhadap
Seseorang yang mengalami sakit, apalagi penyakit sehingga pasien merasa tentram dalam
sampai dirawat di rumah sakit, respon mereka kehidupannya. Hal ini karena adanya optimisme
tidak hanya terkait dengan biologis (organ yang dalam diri responden yang dipengaruhi oleh
sakit saja), tetapi akan berpengaruh terhadap adanya kesadaran diri akan dimensi transenden
psikologisnya, seperti menjadi pendiam, malu, (Tuhan, Allah SWT) dalam hidupnya. Menurut
mudah marah, merasa tidak berdaya. Respon Harlianty dan Ediati (2016) secara keseluruhan
psikologis ini juga dipengaruhi oleh kondisi sosial pasien kanker payudara menganggap
dan spiritual seseorang. Beberapa penelitian spiritualitas merupakan hal yang penting bagi
menunjukkan bahwa perasaan tidak senang, hidup mereka, hal tersebut dapat membantu
sedih, atau depresi dapat mengakibatkan supresi pasien kanker payudara dalam melakukan
terhadap immunoglobulin (Ig) A. Perasaan sedih coping terhadap penyakit mereka dan mampu
dapat menurunkan aktivitas limfosit darah dan menghadapi distress psikologis akan kondisi
penurunan imunoglobulin humoral maupun penyakitnya.
selular. Setiap stresor, baik berupa stres Hal ini sejalan dengan penelitian yang
psikologis, fisik, maupun sosial yang menimpa dilakukan oleh Rizkiana (2008) menjelaskan
individu akan berdampak pada berbagai sel bahwa penerimaan terhadap penyakit pada
tubuh, termasuk sel saraf. Stres akan remaja klien leukimia, menunjukan bahwa
meningkatkan aktivasi aksis hipotalamus- responden dalam penelitiannya mampu
pituitari-adrenal (HPA) melalui corticotrophin menerima dirinya dengan baik, hal tersebut
releasing factors (CRF). Karena pengaruh stres, ditunjukan dengan adanya pemahaman tentang
maka neuroglia menjadi aktif memproduksi diri sendiri dan mengenali apa yang menjadi
molekul signal berupa corticotrophin releasing kekurangan dan kelebihannya serta adanya
factors (CRF) (Nasronudin, 2011). harapan yang realistis terhadap keadaan diri dan
Dalam waktu singkat yaitu dalam hitungan tidak merasa rendah diri dengan adanya
menit sejak munculnya stres akut akan penyakit yang dialami responden. Pada
meningkatkan messenger ribonucleic acid penelitian ini responden merasa bahwa penyakit
(mRNA) CRF, disusul peningkatan kadar CRF yang dialaminya adalah sebagai cobaan dari
pada nukleus paraventrikuler. CRF kemudian Allah SWT untuk dirinya oleh karena itu
mengaktifkan reseptor sel-sel basofil pada responden tidak merasa rendah diri karena
hipofisis anterior dan menginduksi poliprotein penyakitnya.
proopiomelanocortin (POMC) yang pasca Hasil penelitian di Puskesmas Pacar Keling
translasi memproduksi ACTH, α,β,γ melanosit Surabaya menunjukkan bahwa seseorang yang
stimulating hormone (MSH), dan β endorphin. memiliki spiritualitas rendah maka akan memiliki
ACTH menstimuler spongiosa pada zona penerimaan diri yang rendah pula. Begitu pula
fasikulata korteks adrenal untuk produksi sebaliknya. Pentingnya pemenuhan kebutuhan
kortikosteroid sebagai hormon stres spiritual yaitu untuk meningkatkan proses
(Nasronudin, 2011). penyembuhan. Proses penyembuhan ini
Pada bagian medula adrenal, ACTH dimaknai sebagai proses penerimaan terhadap
menstimulasi chromafin untuk memproduksi dan penyakit sehingga pasien merasa tentram dalam
mensekresi katekolamin. Peningkatan kadar kehidupannya. Hal ini karena adanya
CRF, kortikosteroid, dan katekolamin pada peningkatan spiritualitas dalam diri responden
keadaan stres juga diikuti oleh peningkatan yang dipengaruhi oleh adanya kepercayaan
argininvasopresin (AVP) oleh hipotalamus yang dengan Tuhan serta keyakinan agar dapat
bekerja sinergis dengan CRF untuk menginduksi sembuh dari penyakit.
ekpresi gen POMC dan ekpresi norepinefrin dari Petugas kesehatan diharapkan dapat
locus ceruleus. CRF juga menginduksi sekresi memberikan motivasi kepada klien kanker
somatostatin dan dopamine oleh hipotalamus. payudara yang menjalani kemoterapi agar dapat
Kadar kortikosteroid yang meningkat selama menerima diri melalui peningkatan spiritualitas
stres berlangsung mempunyai efek dengan cara membiasakan klien untuk berdoa
imunosupresif pada sistem limforetikuler. meminta kesembuhan kepada tuhan,
Kortikosteroid menghambat fungsi limfosit, memberikan waktu kepada klien untuk
makrofag, dan leukosit serta efek pada tempat melakukan ibadah. Dengan meningkatkan
infeksi. Kortikosteroid mempunyai kemampuan spiritualitas, klien kanker dapat menerima
menekan produksi sitokin dan mediator inflamasi kondisi penyakitnya dengan baik serta mampu
(Yusuf, A, dkk, 2016). menjalani prosedur pengobatan dan patuh akan
Pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual proses pengobatan yang dijalaninya.
menurut Pulchaski (2009) yang menyatakan
bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan SIMPULAN DAN SARAN
namun selalu ada ruang “healing” atau
penyembuhan. Proses penyembuhan ini Berdasarkan hasil penelitian pada klien

JURNAL KEPERAWATAN 77
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091

kanker payudara yang menjalani kemoterapi di spiritualitas dan penerimaan diri, dimana klien
Wilayah Kerja Puskesmas Pacar Keling Surabaya, yang memiliki spiritualitas tinggi maka
dapat disimpulkan Hampir setengahnya (46,7%) penerimaan dirinya juga tinggi. Hasil ini
klien kanker payudara yang menjalani menyarankan perawat untuk menjelaskan
kemoterapi memiliki spiritualitas sedang dan kepada klien tentang makna sakit dalam
spiritualitas rendah (30%); hampir setengahnya kehidupan, memberikan waktu beribadah,
(46,7%) mengalami penerimaan diri sedang dan berdoa meminta kesembuhan .
tinggi (33,3%). Ada hubungan antara

DAFTAR PUSTAKA Fakultas Kedokteran Unika Atma


Achiryani, Hamid.(2009). Aspek Spiritual Daalam Jaya.Neoplasma sistem hematopoeitik
Keperawatan.Jakarta:Widya Medika. leukemia. Jakarta
Ardilla, F. & Herdiana, I. (2013). Penerimaan diri
pada narapidana wanita. Jurnal Gralla, J. R., Grunberg, M. S., Messner,
Psikologi Kepribadian dan Sosial. C. (2008). Coping with Nausea a and
Tanggal akses : 10 Oktober 2017 Vomiting from Chemotheraphy.
pukul 19.45 WIB www.cancercare.com. Tanggal akses :
Arnovella.(2015) .Hubungan Antara Spiritualitas 12 Januari 2018 pukul 21.00 WIB
Dengan Penerimaan Terhadap Penyakit Harlianty dan Ediati.(2016).Hubungan Antara
Klien Kanker Payudara Di Bandung. Kesejahteraan Spiritual dengan
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Kepuasan Hidup Pada Pasien Kanker
Padjajaran. Tersedia di : Payudara di RSUD Dr.H Abdul
http://repository.unpad.ac.id/21349/1/ Moeloek Provinsi Lampung.
Hubungan-Antara-Spiritualitas-Dengan- Skripsi,Fakultas Psikologi Universitas
Penerimaan-Terhadap-Penyakit-Klien- Diponegoro. Tersedia di:
Kanker-Payudara-Di-Bandung.pdf. https://ejournal3.undip.ac.id/index.ph
[diakses 1 Maret 2018] p/empati/article/view/. [Diakses 12
Cipora, Elzbieta,dkk. (2017).Acceptance of Ilness Juli 2018]
by Women Breast Cancer. Annals of Hidayat, A.Alimul. (2007). Metode penelitian
Agricultural and Environmental keperawatan dan teknis analisis data.
Medicine. Tersedia di: Jakarta:Salemba Medika.
http://www.aaem.pl/Acceptance-of- Ika Novita Risqiyanti, Ratnawati. (2018).
illness-by-women-with-breast- Hubungan Spiritual Well Being dan
cancer,75876,0,2.html.[diakses 1 Maret Penerimaan Diri Terhadap Pasien
2018] Kanker Yang Menjalani Kemoterapi di
Dinkes Jatim. (2014). Profil Kesehatan Provinsi RSUD Kraton Pekalongan.Tersedia di :
Jawa Timur .Surabaya: Dinas http://www.e-skripsi.stikesmuh-
Kesehatan Provinsi Jawa Timur. pkj.ac.id/e-skripsi/index.php.[Diakses
12Juli 2018
Diyanti, Devi Kurnia. (2014). Hubungan Antara Junqueira, L. (2007). Imunologi Dasar. Jakarta :
Koping dengan Spiritual Well Being EGC.
musyrif/ah Ma’had Sunan Ampel Al-‘Aly
(MSAA) di Universitas Islam Negeri __________ . (2015). Profil Kesehatan Provinsi
Maulana Malik Ibrahim. Tesis. Fakultas Jawa Timur .Surabaya: Dinas
Psikologi UIN Malang. Tersedia di : Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
http://etheses.uinmalang.ac.id/789/3/1
0410080%20Inggris.pdf. [diakses 1 Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan
Maret 2018] Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI
Djumhur dan Surya, Moh. (1975).Bimbingan dan
Konseling di Sekolah.Bandung: CV. Kuntari, Noviana Prima. (2008). Penerimaan Diri
Ilmu. Pada Pasien Pasca Mastektomi.Skripsi.
Dwidianti,M. (2008). Keperawatan Dasar : Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Konsep Caring, Kmunikasi, Etik dan Dharma. [di akses 21 Januari 2018]
Aspek Spiritual dalam Pelayanan Mamier I, Taylor EJ. (2015). Psychometric
Keperawatan. Semarang:Hasani evaluation of the nurse spiritual care
Fawcett, Don W. (2002). Buku Ajar Imunologi. theurapetics scale.Western Journal of
Jakarta: EGC Nursing Research.
Madadeta, gadis dan Suzana
widyaningsih.(2015). Jurnal
:Gambaran Dukungan Spiritual

JURNAL KEPERAWATAN 78
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091

Perawat dan Keluarga Terhadap proses, dan praktik ed.4 vol.1.


Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Jakarta : EGC
Pasien Kanker Serviks Di RSUD Dr Religioni, Urszula,dkk. (2015).Acceptance of
Moerwadi. Fakultas Kedokteran Cancer in Patients Diagnosed with
Universitas Diponegoro. Tanggal akses Lung, Breast, Colorectal and Prostate
23 November 2017 pukul 17.00 WIB Carcinoma.
McSherry.( 2006).Making Sense f Spirituality in https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti
Nursing and Health Care Practice:An cles/PMC4645734/.[Diakses 1 Maret
Interactive Approach Second Edition. 2018]
Tersedia di: Rizkiana,Ulfa Retnaningsih.(2009). Penerimaan
https://books.google.co.id/books?id= Diri Pada Remaja Klien
4AApTUryKpoC&dq=McSherry,+2006) Leukemia.Tersedia di:
+self+acceptance&hl=id&lr=. http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.
[Diakses 10 Juli 2018] php/psiko/article/view/412. [Diakses 13
Meliano .(2007) . Pendidikan Kesehatan Dalam Juli 2018]
Keperawatan.Jakarta:Pusposwara Santjaka, Aris. (2011). Statistik untuk penelitian
Mukhabibah, Widwi,dkk. (2017). Kesejahteraan kesehatan (Deskriptif, inferensial,
Spiritual pada Mahasiswa Penghafal parametrik dan nonparametrik).
Alquran. Studio Insania 5 (2): pp 204. Yogyakarta:Mutia Medika
Tersedia di: Sari, Devina Juwita.(2013). Hubungan Antara
https://www.researchgate.net/publicati Dukungan Sosial dengan Penerimaan
on/321350193_Kesejahteraan_Spiritual Diri Pada Remaja Klien HIV di
_pada_Mahasiswa_Penghafal_Al- Surabaya. Tersedia di
Qur'an.[diakses 1 Maret 2018] :http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/ind
Nasronudin. (2011). Pengaruh Psikososial ex.php. [Diakses 12 Juli 2018]
terhadap Perkembangan Infeksi HIV Sugiarti, Lintang.(2008). Gambaran Proses
menjadi AIDS dalam Psikoneurologi Penerimaan Diri Wanita Involuntary
Kedokteran. Surabaya : Airlangga Childless.Tersedia di :
University Press http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/12603
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi 3-155.633%20SUG%20g%20-
penelitian kesehatan. Jakarta : %20Gambaran%20Proses%20-
RinekaCipta. %20HA.pdf.[Diakses 12 Juli 2018]
Stefanek et al. (2005). Religion, spirituality and
Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan cancer: current status and
Metodelogi Penelitian Ilmu methodological challengesTersedia di:
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
dan Instrumen Penelitian Keperawatan. 15376283/.[Diakses 13 Juli 2018].
Jakarta : Salemba Medika Wrastari, A. (2003). Jurnal: Pengaruh Pemberian
Pelatihan Neuro Linguistic Programming
PK, Noviana. (2008). Penerimaan Diri Pada (Nlp) Terhadap Peningkatan
Pasien Pasca Mastektomi.Fakultas Penerimaan Diri Penyandang Cacat
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Tubuh Pada Remaja Penyandang Cacat
Tanggal akses 8 Januari 2018 pukul Tubuh Di Pusat Rehabilitasi Panti Sosial
23.00 WIB Bina Daksa “Suryatama” Bangil
Patricia Potter, dkk. (2005). Fundamental Pasuruan. Fakultas Psikologi Universitas
Keperawatan Konsep, Proses dan Airlangga. [ Di akses 10 0ktober 2017 ]
Praktik. Jakarta : Penerbit Buku Yusuf, A, dkk. (2016). Kebutuhan Spiritual :
Kedokteran EGC.hlm:563 Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan
Potter PA, Perry AG. (2005). Buku ajar Keperawatan. Jakarta : Mitra Wacana
fundamental keperawatan : konsep, Media

JURNAL KEPERAWATAN 79

Anda mungkin juga menyukai