ABSTRAK
Salah satu terapi kanker payudara adalah kemoterapi. Klien kanker yang menjalani kemoterapi akan
mengalami berbagai efek samping kemoterapi baik efek fisik maupun efek psikologis, salah satunya
adalah penerimaan diri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya hubungan antara
spiritualitas dan penerimaan diri pada klien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Puskesmas
Pacar Keling Surabaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsiSubyek penelitian ini 30
klien kanker payudara yang dipilih dengan accidental sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah
spiritualitas sebagai variabel independen dan variabel terikat penerimaan diri . Instrumen pengumpulan
data pada penelitian terdiri dari kuesioner data demografi dan karakteristik, kuesioner Spiritualitas
(Spiritual Well Being) dan kuesioner penerimaan diri menggunakan Acceptance Illness Scale (AIS).
Hubungan antara spiritualitas dengan penerimaan diri pada klien kanker payudara dianalisis dengan
Spearman Rank (Rho) test. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengahnya (46,7%) klien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi memiliki spiritualitas sedang dan spiritualitas rendah (30%); hampir
setengahnya (46,7%) mengalami penerimaan diri sedang dan tinggi (33,3%). Ada hubungan antara
spiritualitas dan penerimaan diri (p = 0,001), dimana klien yang memiliki spiritualitas tinggi maka
penerimaan dirinya juga tinggi. Hasil ini menyarankan perawat untuk menjelaskan makna sakit dalam
kehidpan, memberikan waktu beribadah, berdoa meminta kesembuhan
ABSTRACT
One therapy for breast cancer is chemotherapy. Cancer clients who undergo chemotherapy will
experience various side effects of chemotherapy both physical and psychological effects, one of which is
self-acceptance. The purpose of this study is to determine the relationship between spirituality and self-
acceptance in breast cancer clients undergoing chemotherapy at the Pacar Keling Health Center in
Surabaya. This type of research is a research description. The research subjects 30 breast cancer clients
selected by accidental sampling. The variable in this research is spirituality as an independent variable and
the dependent variable is self-acceptance. Data collection instruments in the study consisted of
demographic and characteristics data questionnaires, Spirituality Well Being questionnaire and Acceptance
Illness Scale (AIS) questionnaire for self-acceptance. The relationship between spirituality and self-
acceptance in breast cancer clients was analyzed by the Spearman Rank (Rho) test. The results showed
almost half (46.7%) of breast cancer clients undergoing chemotherapy had moderate spirituality and low
spirituality (30%); almost half (46.7%) experienced moderate and high self-acceptance (33.3%). There is
a relationship between spirituality and self-acceptance (p = 0.001), where clients who have high
spirituality have high self-acceptance. These results suggest nurses to explain the meaning of pain in life,
give time to worship, pray for healing.
JURNAL KEPERAWATAN 71
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091
PENDAHULUAN
kanker payudara sebanyak 31 orang. Dari data
PENDAHULUAN Salah satu pengobatan kanker tersebut menjadikan kanker menjadi penyakit
yaitu dengan kemoterapi. Kemoterapi penyulit yang sangat di waspadai dan kliennya
merupakan cara pengobatan kanker yang paling memprihatinkan. Untuk dapat bertahan dan
banyak dilakukan (Azwar, 2007). Klien kanker sembuh klien kanker harus melakukan berbagai
yang menjalani kemoterapi akan mengalami pengobatan. Pengobatan paling efektif dan
berbagai efek samping kemoterapi yaitu efek sering digunakan dalam pengobatan kanker
fisik misalnya rambut rontok, menurunnya sel adalah kemoterapi dan radioterapi (De Jong,
darah sehingga klien lebih mudah lelah dan 2002). Pengobatan ini dapat mempengaruhi
efek psikologis misalnya kecemasan, rasa takut kondisi fisik dan psikologis kliennya. Klien kanker
akan kematian, takut menjadi beban, takut di yang menjalani kemoterapi, biasanya mengalami
tinggalkan, dan gangguan harga diri (Kova dan efek fisiologis yang tidak menyenangkan seperti
Miha, 2011).Berdasarkan penelitian Noviana rambut rontok, menurunnya sel darah sehingga
(2008) efek samping kemoterapi dapat klien lebih mudah lelah atau mengalami
memberikan berbagi dampak bagi klien, salah pendarahan, kulit menjadi hitam, kering serta
satunya yaitu perubahan penerimaan diri. gatal-gatal, mual, muntah dan nyeri perut serta
Keadaan akan perubahan-perubahan tersebut menurunnya nafsu seksual dan tingkat fertilitas
membuat seorang klien kanker cenderung tidak (Susanti dan Tarigan, 2012). Efek samping
mensyukuri hidupnya dan cenderung akan kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi
merubah penerimaan dirinya secara fisik. tidak hanya menghancurkan sel kanker tetapi
Perubahan penerimaan diri tersebut dapat juga menyerang sel-sel sehat terutama yang
diatasi dengan spiritualitas. Menurut American membelah dengan cepat (Noorwati, 2007).
Pshycological Association bahwa spiritualitas Disamping efek fisiologis pada klien kanker yang
dapat meningkatkan kemampuan seseorang menjalani kemoterapi juga mengalami efek
dalam mengatasi klienan jika seseorang sedang psikologis yang semakin beragam, anatara lain
sakit dan mempercepat penyembuhan selain kecemasan, rasa takut akan kematian, takut
terapi medis yang diberikan. Jenis kanker yang menjadi beban, takut di tinggalkan,
paling banyak diderita oleh perempuan adalah ketidakmampuan dan gangguan harga diri (Kova
kanker payudara. Pada umumnya, kanker dan Miha, 2011). Penerimaan terhadap penyakit
payudara menyerang kaum wanita, dianggap sebagai masalah yang cukup besar
kemungkinana menyerang kaum laki-laki kecil pada klien dengan penyakit kronis. Kurangnya
yaitu 1 : 1000 (Mulyani, 2013). Berdasarkan penerimaan dapat menyebabkan kepatuhan
estimasi Globocan, International Agency for yang lebih rendah untuk perawatan medis dan
Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker penundaan pengobatan (Zalewska, Miniszewka,
payudara adalah kanker dengan presentase Chodkiewicz, &Narbutt,2006). Di sisi lain, klien
kasus baru tertinggi (43,3 %) dan presentase merasakan pentingnya pemenuhan kebutuhan
kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di spiritual (Murray, 2004). Klien dengan penyakit
dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar terminal akan lebih mencari makna dari
tahun 2013, prevalensi kanker payudara di kehidupan sebagai cara untuk memperpanjang
Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan kelangsungan hidup mereka (Guillory,Sowell,
(Kemenkes RI, 2015). Moneyham dan Seals, 2007). Penyembuhan
Keganasan kanker payudara di Indonesia penyakit dapat dimaknai sebagai penerimaan
menempati urutan kedua pada wanita stelah terhadap penyakit dan ketentraman dalam
kanker leher rahim pada penelitian phatological- kehidupan dan spiritual menjadi inti dari
based, dengan frekuensi relative 15,83% penyembuhan (Puchalski, 2009). Untuk
sesudah kanker leher rahim (25,57%), walaupun mengatasi efek kemoterapi salah satunya yaitu
di beberapa rumah sakit terlihat bahwa dengan meningkatkan spiritualitas dan
frekuensi relative kanker payudara lebih tinggi penerimaan diri terhadap penyakit. Namun,
dibannding kanker leher rahim. Prevalensi spiritualitas yang dimiliki oleh tiap orang
penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok berbeda-beda Hal ini membuat perbedaan dalam
umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5,0‰ dan cara klien menghadapi apa yang datang
prevalensi terendah pada anak kelompok umur kepadanya. Ketika menjalani proses pengobatan
1-4 tahun dan 5-14 tahun sebesar 0,1‰. yang berat dan membosankan, efek pengobatan
Terlihat peningkatan prevalensi yang cukup serta berbagai distress psikologis yang terjadi
tinggi pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 sepanjang perjalanan penyakitnya, berbagai
tahun, dan 45-54 tahun (Pusat Data dan reaksi berbeda diperlihatkan klien. Hal tersebut
Informasi Kemenkes RI, 2013). Data di menandakan adanya perbedaan tingkat
Puskesmas Pacar Keling pada bulan Desember spiritualitas yang ada dalam diri klien, sehingga
2017 menunjukkan bahwa jumlah klien kanker menimbulkan tingkat penerimaan terhadap
yaitu 66 orang, dengan kasus terbanyak yaitu penyakit yang berbeda pula. Pada klien kanker
JURNAL KEPERAWATAN 72
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Klien Kanker Payudara yang menjalani Kemoterapi di
Puskesmas Pacar Keling Surabaya Juni 2018
Karakteristik Kategori f %
JURNAL KEPERAWATAN 73
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091
IIIB 2 6,7
IIIC 1 3,3
IVA 1 3,3
Riwayat Mastektomi Ya 30 100
Siklus Kemoterapi Siklus 2 3 10,0
Siklus 3 8 26,7
Siklus 4 10 33,3
Siklus 5 7 23,3
Siklus 6 2 6,7
2. Spiritualitas
dilakukan oleh Juwita (2013) tentang
Gambaran spiritualitas klien yang karakteristik spiritualitas pada pasien kanker
menjalani kemoterapi hampir setengahnya yang menyatakan bahwa spiritualitas pada
(46,7%) memiliki spiritualitas sedang dan kategori tinggi dipengaruhi oleh usia. Sejalan
sebagian kecil (23,3%) memiliki spiritualitas dengan pendapat tersebut, Hamid (2009)
tinggi ( tabel 2) menjelaskan bahwa terdapat tahap
perkembangan manusia yang mempengaruhi
Tabel 2 Distribusi Spiritualitas Klien Kanker status spiritual seseorang. Pada kelompok usia
Payudara di Puskesmas Pacar Keling pertengahan dan lansia memiliki lebih banyak
Surabaya Juni 2018 waktu untuk melakukan kegiatan keagamaan
dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang
Karakteristik Kategori f % diyakini oleh generasi muda.
Spiritualitas Rendah 9 30,0 Faktor lain yang mempengaruhi spiritualitas
Sedang 14 46,7 yaitu dukungan dari semua anggota keluarga
Tinggi 7 23,3 terutama pasangan sangat berperan dalam
pengambilan keputusan dan strategi ketahanan
Jumlah 30 100,0
hidup dalam mengelola emosional (dukungan
emosional); memberikan inspirasi & motivasi
Murray dan Zentner (dalam McSherry, dukungan penilaian); memberikan dukungan
2006) menjelaskan spiritualitas sebagai kualitas informasi tentang kesehatan, gaya hidup, diet;
yang bersinergi dengan keterikatan religius dan juga mendukung penyediaan fasilitas
(Tuhan), yang memberikan inspirasi, (dukungan instrumental) sangat membantu bagi
penghargaan terhadap orang lain, kekaguman, klien kanker payudara yang sedang menjalani
serta makna dan tujuan hidup. Spiritualias pengobatan dan akan membantu untuk
mengharmoniskan keberadaan individu dengan meningkatkan ketahanan hidup pasien kanker
alam semesta, sebab memberi keyakinan akan (Muhamad, Afshari, & Kazilan, 2011 dalam
keberadaan kekuatan maha besar (high power) Ratna Dewi, 2017). Masalah fisik dan psikososial
yang jauh melebihi kekuatan manusia (Murray & yang muncul pada pasien kritis dapat
Zentner, 1989, Reed, 1992 dalam McSherry, berdampak pada spiritualitas pasien. Spiritualitas
2006). Sebuah studi juga mengatakan bahwa adalah suatu hal yang sangat penting untuk
menurut pengalaman beberapa orang dengan setiap individu. pasien-pasien kanker yang
penyakit kronis, spiritualitas merupakan bentuk mengalami cemas, rasa takut akan penyakitnya,
dukungan yang penting bagi mereka saat kehilangan kontrol dan harapan hidup. Kondisi
mengatasi penyakitnya (Stefanek et al. 2005). ini menyebabkan krisis dan perubahan yang
Meskipun seseorang sedang sakit, namun jika merupakan salah satu faktor yang
dia memiliki kesejahteraan spiritual yang positif, mempengaruhi spiritualitas seseorang (Artika,
maka akan membantunya untuk mengatasi atau 2017). Krisis dan perubahan yang terjadi akibat
menghadapi masalah fisik yang dialaminya. penyakit dapat menguatkan spirituaitas
Menurut Dwidianti (2008) faktor yang seseorang (Dwidianti, 2008). Selain itu,
mempengaruhi spiritualitas yaitu tahap spiritualitas juga dipengaruhi oleh latar belakang
perkembangan, latar belakang etnik/budaya, etnik dan budaya. Umumnya seseorang akan
krisis dan perubahan dan dukungan dari mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Anak belajar pentingnya menjalankan agama.
sebagian besar spiritualitas pasien kanker dalam Termasuk nilai oral dari hubungan keluarga dan
menjalani kemoterapi dipengaruhi oleh tahap peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan
perkembangan menurut usia, dimana keagamaan. Perlu diperhatikan apapun tradisi
setengahnya (50%) responden berada pada usia agama atau sistem kepercayaan yang dianut
40-60 tahun memiliki spiritualitas sedang. Hal ini individu, tetap saja pengalaman spiritual unik
memiliki kesamaan dengan penelitian yang bagi tiap individu (Dwidianti, 2008).
JURNAL KEPERAWATAN 74
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091
JURNAL KEPERAWATAN 75
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091
Kuntari 2008). Makin tinggi pendidikan, maka menjalani kemoterapi di RSUD Kraton
makin mudah pula seseorang mendapatkan Kabupaten Pekalongan hampir setengahnya
pengetahuan karena tingkat pendidikan akan (49,1%) memiliki penerimaan diri terhadap
mempengaruhi seseorang untuk menerima ide penyakit sedang. Hal ini dipengaruhi karena
dan teknologi atau informasi baru (Meliano, adanya optimisme dan keyakinan dalam diri
2007). Dari data yang diperoleh menunjukkan pasien yang membuat dirinya dapat menerima
bahwa 33,3 % lulusan SD, 36,7 % lulusan SMP, kondisi penyakitnya (Risqiyanti, 2018).
20% lulusan SMA dan 10% lulusan perguruan Sebagian responden mengatakan bahwa
tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa dari dirinya menerima kondisi penyakitnya dan
faktor pendidikan sebagian besar subjek berusaha untuk menjalani berbagai macam
memiliki latar belakang yang tidak cukup pengobatan dengan baik. Hal tersebut karena
memadai, sehingga hanya memiliki kemampuan responden memiliki penerimaan diri yang baik,
penerimaan diri sedang. artinya responden telah menjalani proses yang
Faktor lain yang dapat mempengaruhi membuat dirinya mampu memahami keadaan
penerimaan diri klien kanker payudara yang tentang dirinya dan menerimanya. Klien tetap
menjalani kemoterapi yaitu faktor lingkungan, merasa percaya diri terhadap penampilannya,
yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan mendapat dukungan sosial, dan mampu
tempat kerja maupun lingkungan tempat tinggal melakukan interaksi sosial yang baik tanpa harus
(Kuntari, 2008). Dari data penelitian yang merasa malu ataupun terbebani. Responden
diperoleh menunjukkan bahwa 60% berprofesi juga beranggapan apabila dirinya hanya
sebagai ibu rumah tangga dan 40% lainnya merenungi penyakitnya justru akan membuat
berprofesi sebagai PNS, dan swasta. Klien yang mereka semakin terpuruk dan tidak mampu
tetap melakukan pekerjaannya dapat untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini.
bersosialisasi dengan pekerja lainnya sehingga Untuk itu, perlu ditingkatkan penerimaan diri
merasa nyaman dengan lingkungan tempat klien agar mampu beradaptasi dengan keadaan.
kerja dan mampu beraktifitas seperti orang Dengan adanya dukungan dari lingkungan social
normal, sementara klien yang berprofesi sebagai dan terpenuhinya kebutuhan spiritualitas,
ibu rumah tangga mendapat dukungan dari diharapkan klien mampu meningkatkan
anggota keluarga dan lingkungan tempat penerimaan terhadap kondisinya dan
tinggalnya. Klien merasa bahwa dirinya masih menumbuhkan kepercayaan diri.
mampu melakukan pekerjaan sehari-hari seperti 4. Spiritualitas dan Penerimaan Diri
orang normal tanpa harus membebani orang Hasil tabulasi silang antara spiritualitas dan
lain. Irchansjah mengatakan bahwa penerimaan penerimaan diri, klien kanker yang menjalani
diri akan semakin baik apabila terdapat kemoterapi menunjukkan sebagian besar (55,5
dukungan dari lingkungan sekitar, hal ini %) klien dengan spiritualitas rendah memiliki
dikarenakan individu yang mendapat dukungan penerimaan diri rendah. Sebagian besar (64,3%)
social akan mendapat perlakuan baik dan klien dengan spiritualitas sedang memiliki
menyenangkan (Kompas, 28 Juli 2002 dalam penerimaan diri sedang. Sedangkan hampir
Kuntari 2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan seluruhnya (85,7%) klien dengan spiritualitas
hasil penelitian Risqiyanti (2018) yang tinggi memiliki penerimaan diri tinggi (tabel 4).
menunjukkan spiritualitas klien kanker yang
Tabel 4 Tabulasi Silang Penerimaan Diri dengan Spiritualitas pada Klien Kanker Payudara yang
Menjalani Kemoterapi di Wilayah Kerja Puskesmas Pacar Keling Surabaya, Juni 2018
JURNAL KEPERAWATAN 76
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091
rendah maka penerimaan diri akan rendah. dimaknai sebagai proses penerimaan terhadap
Seseorang yang mengalami sakit, apalagi penyakit sehingga pasien merasa tentram dalam
sampai dirawat di rumah sakit, respon mereka kehidupannya. Hal ini karena adanya optimisme
tidak hanya terkait dengan biologis (organ yang dalam diri responden yang dipengaruhi oleh
sakit saja), tetapi akan berpengaruh terhadap adanya kesadaran diri akan dimensi transenden
psikologisnya, seperti menjadi pendiam, malu, (Tuhan, Allah SWT) dalam hidupnya. Menurut
mudah marah, merasa tidak berdaya. Respon Harlianty dan Ediati (2016) secara keseluruhan
psikologis ini juga dipengaruhi oleh kondisi sosial pasien kanker payudara menganggap
dan spiritual seseorang. Beberapa penelitian spiritualitas merupakan hal yang penting bagi
menunjukkan bahwa perasaan tidak senang, hidup mereka, hal tersebut dapat membantu
sedih, atau depresi dapat mengakibatkan supresi pasien kanker payudara dalam melakukan
terhadap immunoglobulin (Ig) A. Perasaan sedih coping terhadap penyakit mereka dan mampu
dapat menurunkan aktivitas limfosit darah dan menghadapi distress psikologis akan kondisi
penurunan imunoglobulin humoral maupun penyakitnya.
selular. Setiap stresor, baik berupa stres Hal ini sejalan dengan penelitian yang
psikologis, fisik, maupun sosial yang menimpa dilakukan oleh Rizkiana (2008) menjelaskan
individu akan berdampak pada berbagai sel bahwa penerimaan terhadap penyakit pada
tubuh, termasuk sel saraf. Stres akan remaja klien leukimia, menunjukan bahwa
meningkatkan aktivasi aksis hipotalamus- responden dalam penelitiannya mampu
pituitari-adrenal (HPA) melalui corticotrophin menerima dirinya dengan baik, hal tersebut
releasing factors (CRF). Karena pengaruh stres, ditunjukan dengan adanya pemahaman tentang
maka neuroglia menjadi aktif memproduksi diri sendiri dan mengenali apa yang menjadi
molekul signal berupa corticotrophin releasing kekurangan dan kelebihannya serta adanya
factors (CRF) (Nasronudin, 2011). harapan yang realistis terhadap keadaan diri dan
Dalam waktu singkat yaitu dalam hitungan tidak merasa rendah diri dengan adanya
menit sejak munculnya stres akut akan penyakit yang dialami responden. Pada
meningkatkan messenger ribonucleic acid penelitian ini responden merasa bahwa penyakit
(mRNA) CRF, disusul peningkatan kadar CRF yang dialaminya adalah sebagai cobaan dari
pada nukleus paraventrikuler. CRF kemudian Allah SWT untuk dirinya oleh karena itu
mengaktifkan reseptor sel-sel basofil pada responden tidak merasa rendah diri karena
hipofisis anterior dan menginduksi poliprotein penyakitnya.
proopiomelanocortin (POMC) yang pasca Hasil penelitian di Puskesmas Pacar Keling
translasi memproduksi ACTH, α,β,γ melanosit Surabaya menunjukkan bahwa seseorang yang
stimulating hormone (MSH), dan β endorphin. memiliki spiritualitas rendah maka akan memiliki
ACTH menstimuler spongiosa pada zona penerimaan diri yang rendah pula. Begitu pula
fasikulata korteks adrenal untuk produksi sebaliknya. Pentingnya pemenuhan kebutuhan
kortikosteroid sebagai hormon stres spiritual yaitu untuk meningkatkan proses
(Nasronudin, 2011). penyembuhan. Proses penyembuhan ini
Pada bagian medula adrenal, ACTH dimaknai sebagai proses penerimaan terhadap
menstimulasi chromafin untuk memproduksi dan penyakit sehingga pasien merasa tentram dalam
mensekresi katekolamin. Peningkatan kadar kehidupannya. Hal ini karena adanya
CRF, kortikosteroid, dan katekolamin pada peningkatan spiritualitas dalam diri responden
keadaan stres juga diikuti oleh peningkatan yang dipengaruhi oleh adanya kepercayaan
argininvasopresin (AVP) oleh hipotalamus yang dengan Tuhan serta keyakinan agar dapat
bekerja sinergis dengan CRF untuk menginduksi sembuh dari penyakit.
ekpresi gen POMC dan ekpresi norepinefrin dari Petugas kesehatan diharapkan dapat
locus ceruleus. CRF juga menginduksi sekresi memberikan motivasi kepada klien kanker
somatostatin dan dopamine oleh hipotalamus. payudara yang menjalani kemoterapi agar dapat
Kadar kortikosteroid yang meningkat selama menerima diri melalui peningkatan spiritualitas
stres berlangsung mempunyai efek dengan cara membiasakan klien untuk berdoa
imunosupresif pada sistem limforetikuler. meminta kesembuhan kepada tuhan,
Kortikosteroid menghambat fungsi limfosit, memberikan waktu kepada klien untuk
makrofag, dan leukosit serta efek pada tempat melakukan ibadah. Dengan meningkatkan
infeksi. Kortikosteroid mempunyai kemampuan spiritualitas, klien kanker dapat menerima
menekan produksi sitokin dan mediator inflamasi kondisi penyakitnya dengan baik serta mampu
(Yusuf, A, dkk, 2016). menjalani prosedur pengobatan dan patuh akan
Pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual proses pengobatan yang dijalaninya.
menurut Pulchaski (2009) yang menyatakan
bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan SIMPULAN DAN SARAN
namun selalu ada ruang “healing” atau
penyembuhan. Proses penyembuhan ini Berdasarkan hasil penelitian pada klien
JURNAL KEPERAWATAN 77
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091
kanker payudara yang menjalani kemoterapi di spiritualitas dan penerimaan diri, dimana klien
Wilayah Kerja Puskesmas Pacar Keling Surabaya, yang memiliki spiritualitas tinggi maka
dapat disimpulkan Hampir setengahnya (46,7%) penerimaan dirinya juga tinggi. Hasil ini
klien kanker payudara yang menjalani menyarankan perawat untuk menjelaskan
kemoterapi memiliki spiritualitas sedang dan kepada klien tentang makna sakit dalam
spiritualitas rendah (30%); hampir setengahnya kehidupan, memberikan waktu beribadah,
(46,7%) mengalami penerimaan diri sedang dan berdoa meminta kesembuhan .
tinggi (33,3%). Ada hubungan antara
JURNAL KEPERAWATAN 78
Vol. XI No 2 AGUSTUS 2018 ISSN 1979 - 8091
JURNAL KEPERAWATAN 79