Anda di halaman 1dari 13

JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2 Juli 2017 ISSN: 1979-2344

HUBUNGAN SIKLUS KEMOTERAPI DENGAN TINGKAT KECEMASAN


PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RSUD AL- IHSAN
PROVINSI JAWA BARAT

Roni Rowawi
Program Studi Magister Terapan Kebidanan
STIKes Dharma Husada Bandung

ABSTRAK
Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara yang melapisi duktus
(kanker duktal). Beberapa kasus bermula di lobulu (kanker lobular) dan sebagian kecil bermula
di jaringan lain. Sel kanker bersifat ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh
manusia Angka kejadian kanker payudara masih sangat tinggi pada tahun 2015 sebanyak 737
kasus (63%) dan pada tahun 2016 sebanyak 70 kasus (17%) di RSUD Al- Ihsan Provinsi Jawa
Barat. Salah satu pengobatan kanker payudara adalah kemoterapi yang berupa pemberian obat-
obatan anti kanker dalam bentuk cairan melalui infus. Salah satu efek kemoterapi adalah
gangguan psikologis berupa kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
siklus kemoterapi dengan tingkat kecemasan pada penderita kanker payudara di RSUD Al-Ihsan
Provinsi Jawa Barat. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional menggunakan pendekatan
cross sectional dengan jumlah sampel 70 orang yang diambil secara total sampling. Data yang
digunakan adalah data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner DASS 42. Analisa data yang
digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Hasil penelitian menunjukkan dari analisis
univariat didapatkan karakteristik umur paling banyak dewasa akhir (65,7%), pendidikan SMP
(35,7%), pekerjaan ibu rumah tangga (60,0%), stadium III (50,0%), siklus kemoterapi yang
paling banyak yaitu siklus ke-5 (32,9%) dengan tingkat kecemasan sedang (40,0%) dan dari hasil
analisis bivariat didapatkan adanya hubungan antara siklus kemoterapi dengan tingkat
kecemasan dimana makna koefesiensi korelasi adalah sedang.menggunakan uji Korelasi
Spearman Rank diperoleh nilai P-Value sebesar 0,000 < 0,05 nilai korelasi RO sebesar -0,434.
Disarankan bagi responden yang menjalani kemoterapi untuk bisa mengatasi kecemasannya
dengan cara relaksasi nafas dalam dan distraksi agar siklus kemoterapi yang sedang dijalani
berjalan dengan lancar.
Kata Kunci : Kanker Payudara, Siklus Kemoterapi, Tingkat Kecemasan.

PENDAHULUAN kematian nomor 2 di dunia sebesar 13%


Menurut WHO (2013), insiden kanker setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes
meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 RI, 2014).
menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan Prevalensi kanker di Indonesia sebesar
jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta 1,4 per 1000 penduduk, Provinsi Bali
orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada merupakan Provinsi dengan prevalensi
tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kanker tertinggi ketiga setelah di
Yogyakarta dan Jawa Tengah sebesar 2 per
1000 penduduk. Bila dilihat dari

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 219


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2 Juli 2017 ISSN: 1979-2344

karakteristik jenis kelamin penderita kanker mengubah lingkungan hidup kanker sehingga
di Indonesia perempuan sebesar 2,2 per pertumbuhan sel-selnya akan terganggu dan
1000 penduduk dan laki-laki sebesar 0,6 per akhirnya mati sendiri.
1000 penduduk (Riskesdas, 2013). Pada penderita sebagian besar memilih terapi
tahun 2008 jumlah kasus kanker payudara kemoterapi karena terapi ini menjadi
sebesar 36,2% atau sebanyak 39.831 kasus, pilihan utama untuk mengatasi penyakitnya
dengan jumlah kematian 18,6 per 100.000 dan berdasarkan hasil wawancara studi
penduduk (ChartBin, 2011). pendahuluan pasien memulai pengobatan
Kanker payudara adalah keganasan yang ketika penyakit kankernya sudah pada
bermula dari sel-sel di payudara yang stadium lanjut. Beberapa pasien
melapisi duktus (kanker duktal). Beberapa menganggap bahwa efek samping
kasus bermula di lobulu (kanker lobular) kemoterapi yang sangat melemahkan
dan sebagian kecil bermula di jaringan lain tersebut sebagai sesuatu yang lebih buruk
(Cancer Helps, 2012). Sel kanker bersifat daripada penyakit kanker itu sendiri dan
ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap dapat muncul ketika sedang dilakukan
jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI, pengobatan atau beberapa waktu setelah
2009). Kanker payudara merupakan salah pengobatan (Burish, dkk 1987 dalam
satu penyakit yang paling banyak Setiawan, 2015). Setiap jenis pengobatan
menyerang perempuan. Kankerpayudara terhadap penyakit ini dapat menimbulkan
menempati urutan pertama pada pasien masalah-masalah fisiologis 75% (rambut
rawat inap di seluruh Rumah Sakit di rontok bahkan sampai botak, gangguan
Indonesia yaitu sebanyak 16,85%. pada sumsum tulang yaitu berkurangnya
Jenis pengobatan kanker payudara terdiri hemoglobin, trombosit dan sel darah putih,
atas kemoterapi yang berupa pemberian obat- tubuh terasa lemah, merasa lelah, sesak
obatan anti kanker dalam bentuk cairan nafas, mudah mengalami perdarahan dan
melalui infus, radioterapi yang berupa proses mudah terinfeksi, kulit membiru /
penyinaran sel kanker dengan menggunakan menghitam, kering, serta gatal, pada mulut
sinar-X dan sinar gamma, masektomi yaitu dan tenggorokan terdapat sariawan terasa
berupa pembedahan atau pengangkatan sel- kering dan sulit menelan, adanya mual
sel kanker payudara dengan cara operasi dan muntah, nyeri pada saluran pencernaan),
yang terakhir terapi hormonal yaitu untuk psikologis 84% (mengalami kekhawatiran

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 220


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2 Juli 2017 ISSN: 1979-2344

terhadap keluarga misalnya khawatir untuk mengatasi kecemasan yang


diceraikan oleh suaminya dan khawatir dialaminya (Smith dalam Etty, 2004).
tidak bisa mengurus anaknya atau tidak bisa Berdasarkan penelitian Umi dan Arinadi
menyusui bagi ibu yang masih mempunyai (2015) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
balita, kecemasan atas penyakit yang di menjelaskan bahwa dari frekuensi atau
derita, ketakutan atas efek yang akan di siklus kemoterapi hampir semua pasien
timbulkannya dalam menjalani kemoterapi yang menjalani kemoterapi mengalami
sampai tidak bisa tidur, ketidakberdayaan kecemasan maka pasien sangat
dan depresi menghadapi rasa sakit saat membutuhkan penjelasan yang baik dari
menjalani kemoterapi) dan psikososial perawat. Komunikasi yang baik diantara
61,5% (merasa malu apabila bertemu mereka akan menentukan tahap kemoterapi.
dengan tetangga, produksi hormon Responden dengan frekuensi atau siklus
terganggu sehingga menurunkan nafsu seks lebih dari 2 kali mengalami kecemasan
dan kesuburan). Perubahan fisik akibat efek ringan sampai sedang. Oleh karena itu,
dari kemoterapi cenderung membuat pasien frekuensi atau siklus kemoterapi pada
kanker merasa cemas (Bakhtiar dalam pasien penderita kanker payudara
Yunita, 2012). berpengaruh pada kecemasan.
Kecemasan adalah gangguan alam Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD
perasaan (affective) yang ditandai dengan Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat jumlah
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang penderita kanker payudara pada tahun 2014
mendalam dan berkelanjutan, tidak terdapat jumlah penderita kanker payudara
mengalami gangguan dalam menilai sebanyak 233 kasus (20%), pada tahun
realitas, kepribadian utuh, perilaku dapat 2015 sebanyak 737 kasus (63%) dan pada
terganggu tapi masih dalam batasan normal tahun 2016 sebanyak 70 (17%) kasus.
(Hawari, 2006). Kecemasan yang dialami Berdasarkan hasil wawancara kepada 3
oleh pasien kanker yang sedang menjalani orang pasien yang menjalani kemoterapi
kemoterapi akan menghambat proses sebanyak 6 siklus (3 kali sebelum
penyembuhan. Maka dari itu, agar melakukan mastektomi dan 3 kali sesudah
kemoterapi menjadi efektif dan efisien melakukan mastektomi) dikarenakan sel
sebaiknya tim medis khususnya perawat, kanker yang sudah menyebar. Pasien
keluarga atau teman dekat bisa membantu tersebut mengatakan bahwa mereka

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 221


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2 Juli 2017 ISSN: 1979-2344

mengalami kecemasan berat pada saat biasanya lama interval waktu istirahat yaitu
diberi tahu bahwa pasien menderita kanker 3-4 minggu. Menurut American Cancer
payudara dengan stadium lanjut dan harus Society (2013) siklus sel dibagi menjadi 5
menjalani kemoterapi siklus yang pertama, tahapan, yaitu : fase G0, fase G1, fase S,
sehingga tidak mau melaksanakan fase G2, fase M.
pengobatan karena tidak sanggup dengan Penelitian bertujuan mengetahui
adanya efek samping dari kemoterapi. Hubungan Siklus Kemoterapi dengan
Namun dengan adanya dukungan dari Tingkat Kecemasan pada Penderita Kanker
keluarga, pasien mau melaksanakan Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah
pengobatan kemoterapi dan sampai saat ini (RSUD) Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
dari ketiga pasien sekarang sudah menurun
METODE PENELITIAN
setelah dilakukan penanganan pada siklus
Variabel bebas dalam penelitian ini
ke 4 kecemasannya ringan yang ditandai
adalah siklus kemoterapi pada penderita
dengan pasien rileks pada saat menjalani
kanker payudara. Variabel terkait dalam
kemoterapi, dapat berkomunikasi dengan
penelitian ini adalah tingkat kecemasan
baik dan dapat menerima apa yang
penderita kanker payudara.
diucapkan oleh orang lain.
Jenis penelitian adalah korelasional yaitu
Dalam pemberian kemoterapi ada yang
penelitian yang melihat apakah ada
disebut dengan istilah ”siklus kemoterapi”,
hubungan antara dua variabel atau beberapa
yaitu waktu yang diperlukan untuk
variabel. Pendekatan yang digunakan dalam
pemberian satu kemoterapi dan siklus ini
penelitian ini adalah cross sectional untuk
dapat diberikan secara terus berulang.
mempelajari dinamika korelasi faktor-
Untuk satu siklus umumnya setiap 3 atau 4
faktor resiko dengan efek cara pendekatan,
minggu sekali, namun ada juga yang setiap
observasi atau pengumpulan data pada saat
minggu agar dapat mencegah kerusakan
penelitian. Peneliti mencari hubungan
permanen dari sel sehat. Satu siklus terdiri
antara variabel bebas yaitu siklus
dari masa pemberian obat yang biasanya
kemoterapi dengan variabel terkait yaitu
bervariasi antara 1-5 hari dan setelah itu
tingkat kecemasan pada penderita kanker
dilanjutkan dengan masa istirahat. Masa
payudara.
istirahat ditentukan berdasarkan lamanya
Populasi target dalam penelitian ini adalah
kejadian efek samping. Oleh karena itu,
pasien yang menderita kanker payudara di

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 222


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2 Juli 2017 ISSN: 1979-2344

RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat variabel-variabel yang berskala ordinal.


sebanyak 70 orang. Penentuan sampel nilai korelasi sebesar -0,434 dan nilai P-
dalam penelitian adalah toal sampling, yaitu Value sebesar 0,000 < 0,05 dimana makna
pengambilan sampel dimana jumlah sampel koefesiensi korelasi adalah sedang.
sama dengan populasi. Sampel penelitian
ini adalah responden yang menjalani HASIL DAN PEMBAHASAN

kemoterapi di ruang Bedah Onkologi di HASIL


RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
Tabel 1 Distribusi frekuensi usia pada
sebanyak 70 orang. penderita kanker payudara yang
Instrumen penelitian berupa kuesioner sedang menjalani kemoterapi di
yang berisi daftar pertanyaan yang dibuat RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa
Barat (n = 70)
sesuai dengan sumber yang telah ditentukan
No Umur F %
yaitu Depression Anxiety Stress Scale 42 1 Dewasa Awal (26-35 Th) 24 34.3
(DASS 42) dengan jumlah pertanyaan 2 Dewasa Akhir (36-45 Th) 46 65.7

secara keseluruhan yaitu 42 item Berdasarkan tabel 1, penderita kanker


pertanyaan. DASS mempunyai tingkatan payudara yang menjalani kemoterapi lebih
discrimant validity dan mempunyai nilai banyak (65,7%) pada umur dewasa akhir
reliabilitas sebesar 0,91 yang diolah (36-45 tahun)
berdasarkan penilaian Cronbach’s Alpha. Tabel 2 Distribusi Pendidikan Terakhir
Metode pengumpulan data menggunakan pada penderita kanker payudara
yang sedang menjalani
kuantitatif yaitu penelitian dengan jumlah kemoterapi di RSUD Al-Ihsan
besar. Analisa data yang digunakan adalah Provinsi Jawa Barat (n = 70)
analisis univariat untuk menjelaskan atau No Pendidikan Terakhir F %
1 Tidak Sekolah 4 5.7
mendeskripsikan karakteristik setiap
2 SD 20 28.6
variabel penelitian dan data demografi 3 SMP 25 35.7
4 SMA 19 27.1
responden (usia, pendidikan, pekerjaan)
5 Sarjana 2 2.9
siklus, stadium serta tingkat kecemasan.
Berdasarkan tabel 2, penderita kanker
Analisis bivariat untuk mengetahui
payudara yang menjalani kemoterapi,
hubungan antara variabel bebas (siklus
banyak (35,7%) memiliki latar belakang
kemoterapi) dan variabel terkait (tingkat
pendidikan SMP dan paling sedikit (2,9%)
kecemasan). Analisis bivariat dalam
penelitian ini menggunakan Korelasi latar belakang pendidikan sarjana.

Spearman Rank, untuk mengetahui

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 223


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2 Juli 2017 ISSN: 1979-2344

Tabel 3 Distribusi Pendidikan Terakhir 3 Stadium III 35 50


pada penderita kanker payudara Berdasarkan tabel 4, penderita kanker
yang sedang menjalani
payudara yang menjalani kemoterapi paling
Kemoterapi di RSUD Al-Ihsan
Provinsi Jawa Barat (n = 70) banyak (50%) berada pada stadium III dan
No Pekerjaan Sebelumnya F % paling sedikit (4.3%) pada stadium I.
1 PNS 2 2.9
2 Pegawai Swasta 3 4.3
3 Petani 6 8.6 Tabel 5 Distribusi frekuensi siklus
4 Buruh/Karyawan 3 4.3 kemoterapi pada penderita kanker
5 Tidak Bekerja 2 2.9 payudara yang sedang menjalani
6 Wirausaha 12 17.1 kemoterapi di RSUD Al-Ihsan
7 Ibu Rumah Tangga 42 60.0 Provinsi Jawa Barat (n = 70)
Berdasarkan tabel 3, penderita kanker No Siklus Kemoterapi F %
1 Siklus ke-2 7 10
payudara yang menjalani kemoterapi 2 Siklus ke-3 19 27.1
didominasi oleh ibu rumah tangga (60%). 3 Siklus ke-4 16 22.9
4 Siklus ke-5 23 32.9
Tabel 4 Distribusi Stadium pada penderita 5 Siklus ke-6 5 7.1
kanker payudara yang sedang
menjalani kemoterapi di RSUD Berdasarkan tabel 5, frekuensi siklus
Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat kemoterapi penderita kanker payudara yang
menjalani kemoterapi paling banyak
No Stadium F % (32.9%) sedang menjalani siklus ke-5.
1 Stadium I 3 4.3 Sedangkan penderita yang paling sedikit
2 Stadium II 32 45.7 (7,1%) berada pada siklus ke-6.

TingkatKecemasan

30 28 (40,0%)
24 (34,3%)
25

20

Tingkat Kecemasan
15
10 8(11,4%) 8(11,4%)

5
2(2,9%)

0
Normal Ringan Sedang Berat
Sangat

Diagram 1 Tingkat Kecemasan Penderita


Berat Kanker Payudara Di RSUD Al-Ihsan Provinsi
Jawa Barat (n = 70).

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 224


JURNAL SEHAT MASADA Volume X Nomor 2 Juli 2017 ISSN: 1979-2344

Berdasarkan diagram 1, diketahui bahwa payudara yang menjalani kemoterapi di


tingkat kecemasan yang diukur dengan 14 RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat yaitu
pertanyaan dengan menggunakan kecemasan sedang sebanyak 28 responden
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS (40,0%).
42) paling banyak dialami pasien kanker

Tabel 6 Hubungan Siklus Kemoterapi dengan Tingkat Kecemasan pada Penderita Kanker
Payudara Di RSUD Provinsi Jawa Barat (n = 70).
Tingkat Kecemasan Total
Siklus
N-R Sedang B-SB P-value OR
Kemoterapi
F % F % F % F %
2-3 7 27.0 12 46.0 7 27.0 26 100
4-6 3 7.0 16 36.0 25 57.0 44 100 0.000 -0.434
Total 10 14.0 28 40.0 32 46.0 70 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui PEMBAHASAN


1. Karakteristik pasien pada penderita
bahwa dari 26 responden yang menjalani
kanker payudara di RSUD Al- Ihsan
siklus kemoterapi ke 2-3 yaitu 12 (46%) Provinsi Jawa Barat.
responden yang mengalami kecemasan
Salah satu faktor yang mempengaruhi
sedang, 7 (27%) responden yang tidak
kecemasan yaitu usia, pekerjaan dan
mengalami kecemasan dan kecemasan
pendidikan. Hasil penelitian sebagian besar
ringan, 7 (27%) responden yang mengalami
yaitu terjadi pada dewasa akhir sebanyak 46
kecemasan berat dan sangat berat.
(65,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian
Dari jumlah total 44 responden yang
yang dilakukan Kaplan dan Sadock (2003),
menjalani siklus kemoterapi ke 4-6 yaitu 32
gangguan kecemasan dapat terjadi pada
(46%) responden yang mengalami
semua usia, namun lebih sering pada usia
kecemasan berat dan sangat berat, 28 (40%)
dewasa dan lebih banyak pada wanita,
responden yang mengalami kecemasan
sebagian besar kecemasan terjadi pada umur
sedang, 10 (14%) responden yang tidak
21-45 tahun. Fenomena di lapangan bahwa
mengalami kecemasan dan kecemasan
di usia dewasa akhir, mereka merasa sangat
ringan.
terbebani dengan kondisi yang sedang
mereka alami yaitu menjalani kemoterapi.
Mereka terkadang sering memikirkan hal-
hal yang membuat cemas seperti takut tidak

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 225


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 2. Juli 2017 ISSN: 1979-2344

bisa melakukan aktivitas yang biasanya kanker yang ada dalam tubuhnyapun tidak
sering dilakukan, khawatir karena masih disadari sebelum adanya tanda gejala yang
memiliki tanggung jawab yang penuh untuk timbul dalam dirinya. Hasil penelitian
anak dan suaminya. proporsi stadium kanker payudara
Berdasarkan karakteristik pekerjaan, kebanyakan pada stadium III dikarenakan
mayoritas pasien kanker payudara yang kurangnya informasi tentang kanker
menajalani kemoterapi itu adalah ibu rumah payudara kemudian setelah timbulnya
tangga. Hal ini sejalan dengan penelitian benjolan pasien lebih memilih berobat ke
yang dilakukan oleh Tarwan (2010) bahwa alternatif terlebih dahulu dibanding dengan
mayoritas pasien dengan kanker ditemukan berobat ke rumah sakit dan disitulah
pada pekerjaan ibu rumah tangga (42,5%). mengakibatkan kecemasan.
Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi
2. Siklus Kemoterapi Pada Penderita
tingkat kecemasan dikarenakan seseorang
Kanker Payudara Di RSUD Al- Ihsan
yang bekerja mampu mengurangi tingkat Provinsi Jawa Barat (n = 70).
kecemasan yaitu dengan cara
Frekuensi/siklus kemoterapi yang paling
bersosialisasidengan teman kerjanya,
banyak pada saat melakukan penelitian
sedangkan seseorang yang hanya menjadi
yaitu pada siklus ke-5 (32,9%). Pasien
ibu rumah tangga lebih beresiko mengalami
menjalani kemoterapi 1-6 kali, setiap satu
kecemasan karena mereka lebih fokus
siklus terdapat proses pengobatan dengan
merawat keluarganya di rumah, mengurus
kemoterapi yang diselingi dengan periode
anaknya dan untuk melakukan kegiatan
masa pemulihan. Dilanjutkan dengan
sosialnya sedikit.
periode pengobatan kembali dan seterusnya
Terdapat hubungan antara pendidikan
sesuai dengan obat kemoterapi yang
dengan terjadinya kecemasan. Sebagian
diberikan.
besar responden pendidikan SMP (35,7%).
Jumlah pemberian kemoterapi
Responden yang pendidikannya rendah
ditetapkan untuk masing-masing kanker
cenderung mengabaikan keluhan yang
dan jumlah pemberian obat kemoterapi ini
dirasakan sehingga menyebabkan
tidak boleh ditawar-tawar Kematian sel
keterlambatan dalam mengetahui bahwa ia
tidak terjadi pada saat sel terpapar dengan
telah terdiagnosis kanker payudara akibat
obat kemoterapi. Seringkali suatu sel harus
kurangnya paparan informasi sehingga
melalui beberapa tahap pembelahan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 226


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 2. Juli 2017 ISSN: 1979-2344

sebelum kemudian akhirnya mati. Oleh yang mengancam. Mekanisme koping dibagi
karena itu sebagian sel yang mati akibat menjadi 2 yaitu adaptif dan maladaptif.
obat yang diberikan pada frekuensi tertentu Tingkat kecemasan salah satunya
agar dapat mengurangi jumlah sel kanker dipengaruhi oleh mekanisme koping yang
tersebut (Abdulmuthalib dalam Sudoyo, maladaptif, kecemasan sedang seringkali
2009). dihadapi dengan 2 tipe mekanisme koping
3. Tingkat Kecemasan Pada Penderita yaitu reaksi atas orientasi tugas
Kanker Payudara Di RSUD Al-Ihsan
(menyelesaikan masalah) dan mekanisme
Provinsi Jawa Barat (n =70).
pertahanan diri (mekanisme penyesuaian ego
Pasien mengalami kecemasan sedang
atau pemikiran yang tidak rasional / negatif).
(40%), tidak mengalami kecemasan (2,9%).
Kecemasan yang dialami oleh pasien kanker 4. Hubungan Siklus Kemoterapi dengan
Tingkat Kecemasan pada Penderita
payudara yang menjalani kemoterapi
KankerPayudara Di RSUD Al-Ihsan
membuat penderita merasa cemas dan Provinsi Jawa Barat.
kecemasan ini ditunjukkan melalui respon
Pasien yang menjalani siklus kemoterapi
fisiologis. Respon afektif (perasaan) seperti :
ke-5, cenderung mengalami tingkat
terlihat gelisah, tegang, ketakutan, gugup.
kecemasan sedang. Hasil uji Korelasi
Respon kognitif (fikiran) seperti : perhatian
Spearman Rank diperoleh nilai korelasi
terganggu, pelupa, tidak mampu
sebesar -0,434 dan nilai P-Value sebesar
berkonsentrasi dan terlihat kebingungan.
0,000 < 0,05. Terdapat hubungan antara
Respon perilaku (tingkah laku) seperti :
siklus kemoterapi dengan tingkat kecemasan
terlihat gelisah,. Respon sosial : Ketika ada
pada penderita kanker payudara yang
orang baru yang menghampiri klien terlihat
menjalani kemoterapi dengan koefesiensi
ketakutan atau kebingungan dan pada saat
korelasi sedang. Tingkat kecemasan pasien
berkomunikasi menjawab pertanyaannya
kanker payudara yang menjalani kemoterapi
pun tertutup.
dipengaruhi oleh siklus kemoterapi itu
Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh
sendiri karena pengalaman baru serta efek
mekanisme koping. yaitu cara yang
samping kemoterapi seperti rambut mulai
dilakukan individu dalam menyelesaikan
rontok bahkan sampai botak, lemas, kadang
masalah, menyesuaikan diri dengan
berkeringat atau sering buang air kecil, mual
perunbahan, serta respon terhadap situasi
muntah. Pemberian obat kemoterapi dimulai

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 227


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 2. Juli 2017 ISSN: 1979-2344

dari siklus ke satu, karena obat kemoterapi SIMPULAN


bekerja hanya pada sel-sel yang aktif Berdasarkan karakteristik pada pasien
bereproduksi (bukan sel yang berada dalam kanker payudara di RSUD Al- Ihsan
fase istirahat/G0). Beberapa obat-obatan Provinsi Jawa Barat bahwa usia yang paling
khusus menyerang sel-sel dalam fase banyak yaitu usia dewasa akhir (36-45
tertentu dari siklus sel (fase G1, fase S, fase tahun) (65,7%), pendidikan terakhir yaitu
G2, dan fase M). Ketika obat kemoterapi SMP (35,7%) dan pekerjaan ibu rumah
menyerang sel-sel reproduksi, mereka tidak tangga (60,0%).
dapat membedakan antara sel-sel reproduksi Pasien yang menjalani siklus kemoterapi
dari jaringan normal (yang menggantikan sel pada penderita kanker payudara di RSUD
lama) dan sel-sel kanker. Kerusakan pada sel Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat yaitu pada
normal dapat menyebabkan efek samping siklus ke-5 (32,9%).
yang cukup berat untuk dihadapi klien Tingkat kecemasan pada penderita kanker
sehingga akan timbulnya kecemasan . payudara pasien yang menjalani kemoterapi
Dampak kecemasan terhadap sistem saraf mengalami kecemasan sedang (40,0%).
neuro transmitter terjadi peningkatan sekresi Terdapat hubungan antara siklus kemoterapi
kelenjar norepinefrin, serotonin dan gama dengan tingkat kecemasan pada penderita
aminobuyric acid sehingga mengakibatkan kanker payudara di RSUD Al-Ihsan Provinsi
terjadinya berbagai masalah baik fisiologis, Jawa Barat,hal ini ditunjukkan dengan nilai
psikologis maupun psikososial pada klien. korelasi sebesar -0,434 dan nilai P- Value
Perubahan citra tubuh yang dialami klien sebesar 0,000 < 0,05 dimana makna
merupakan pukulan terberat bagi klien itu koefesiensi korelasi adalah sedang.
sendiri. Kondisi ini membuat para klien
SARAN
mengalami kecemasan terhadap proses
Rumah sakit diharapkan memberikan
pengobatan sehingga cenderung
program edukasi yang komprehensif dari
mempengaruhi konsep diri yang pada
aspek fisiologis, psikologis dan situasional
akhirnya akan mempengaruhi hubungan untuk pasien penderita kanker payudara
interpersonal dengan orang lain termasuk yang menjalani kemoterapi walaupun dari
dengan pasangan hidup (Nurachman, 2003. tingkat kecmasan pasien sudah berkurang
Heriyacl, 2010). bahkan ringan.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 228


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 2. Juli 2017 ISSN: 1979-2344

Manajemen rumah sakit perlu Etty. (2004). mengelola emosi, tips praktis
mengembangkan instrumen pengkajian meraih kebahagiaan. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
keperawatan terutama kecemasan sebagai
Hawari, D. (2006). manajemen stres, cemas
salah satu unsur pengkajian di asuhan & depresi. Jakarta: Gaya Baru.
keperawatan kepada pasien kanker
Hendry, d. (2007). Penuntun pelayanan
payudara yang menjalani kemoterapi. pendidikan penelitian kemoterapi
Profesi keperawatan diharapkan dapat aktif kanker ginekologi, FKUI. Jakarta.
berperan serta dalam memberikan Hidayat. (2007). Keperawatan dan Teknik
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
pendidikan kesehatan atau konseling
Medika.
terutama mengenai manajemen gejala yang
Isaach, A. (2005). Mental Health and
dialami pasien kanker seperti fisik, Psychiatric Nursing. Vol. 2. Journal
psikologis, situasional). Psychology. Http://www. Google.co.id.
Acces 21 maret 2009.
KEMENKES, R. (2014). Profil Data
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Indonesia. Jakarta.
American, C. S. (2013). Breas cancer facts Lovibond, S. &. (1995). Manual for the
and figures. Depression Anxiety Stress Scale,
http://www.cancer.org/research/cance (2nd.Ed), Sydney: Psychology
rfactsstatistics/cancerfactsfigures20 Foudation di dalam M. Ramli, M.F.
15/index. Diakses tanggal 10 Mei Luwia, M. (2009). Problematika dan
2016. keperawatan payudara. Jakarta:
Anonim. (2008). protokol pemberian Kawan Pustaka.
kemoterapi RSUD Dr. Moewardi Maydiana, T. (2009). Efektivitas
Surakarta, komite medik RSUD Dr. billiotherapy untuk mengurangi
Moewardi Surakarta, Surakarta. kecemasan pada penderita kanker.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Soegijapranata. Semarang.
Rineka Cipta. Miller. (2008). Pencegahan & Pengobatan
Astrid, S. d. (2015). Kupas Tuntas Kanker Penyakit Kanker. Jakarta: Prestasi
Payudara, Leher Rahim & Pustaka.
Rahim.Yogyakarta: Pustaka Baru Notoatmojo, D. S. (2002). Metodologi
Press. Penelitian Kesehatan. Jakarta Pusat:
Baradero, M. d. (2007). seri asuhan Rineka Cipta.
keperawatan pada klien kanker. Perwitasari. (2006). onkologi klinik .
Jakarta: EGC. Surabaya: Airlangga University Press.
Brunner, &. S. (2002). Keperawatan Potter, p. (2005). Fundamental
Medikal Bedah. Edisi III. Jakarta: Keperawatan Konsep, Proses dan
EGC. Cancer, H. (2012). Stop Praktik Vol 1,Edisi 4 . Jakarta: EGC.
Kanker. Jakarta: PT Agro Media
Pustaka.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 229


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 2. Juli 2017 ISSN: 1979-2344

Price, &. W. (2006). Pathofisiology Clinical Smeltzer, &. B. (2002). Keperawatan


Concepts Of Disease Processes Edisi 6. Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
St. Louis: Mosby Year Book Inc. EGC.
Ramli, M. (2005). Deteksi Dini Kanker. Stuart. (2007). Buku Saku Keperawatan
Jakarta: FKUL. Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG. Stuart, &. S.
Rasjidi. (2008). kemoterapi kanker (2008). Buku Saku Keperawatan Jiwa.
ginekologi dalam praktik sehai-hari. Jakarta: EGC.
Jakarta: Sagung Seto. Sudoyo, d. (2009). Buku Ajar Penyakit
Riduwan, M. (2013). Belajar Mudah Dalam. Jilid II, Edisi V. Jakarta: Internal
Penelitian. Bandung: ALFABETA. Publising. 1407-1519.

Riset, K. D. (2013). Badan penelitian dan Sugiyono. (2012). Metode Penelitian


pengembangan kesehatan kementerian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
kesehatan. Jakarta: Depkes RI. ALFABETA.

Riyanto. (2011). pengolahan dan analisis Sunyoto, D. (2012). Uji Validitas Dan
data kesehatan, Nuha Medika. Reliabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yogyakarta. Supraba, N. P. (2015). Hubungan
Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial Dan
Safaria. (2009). manajemen emosi : sebuah Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup
panduan cerdas bagaimana mengelola Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas I
emosi positif dalam hidup anda. Jakarta: Denpasar Utara.
Bumi Aksara.
Videbeck, S. (2008). Buku Ajar
Sastroasmoro. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
metodologi penelitian klinis. Edisi 3.
Jakarta: Sagung Seto. WHO. (2013). Data penderita kanker dan
klasifikasi pada kanker payudara.
Setiawan. (2015). The Efect Of Http://www.google.com diakses 20 Mei
Chemotherapy In Cancer Patient To 2012.
Anxiety. Faculty of medicine, Universitas
Lampung. Yellia, M. (2009). Solusi Sehat Mencegah &
Mengatasi Kanker. AgroMedia

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 230


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 2. Juli 2017 ISSN: 1979-2344

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 231

Anda mungkin juga menyukai