Anda di halaman 1dari 10

31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2005) kecemasan merupakan keadaan

emosional dengan ciri keterangsangan secara fisiologis, betuk perasaan yang

tidak menyenangkan dan perasaan khawatir sesuatu yang buruk akan segera

terjadi. Blackburn dan Davidson (1994) kecemasan merupakan gejala fisik

dan psikologi yang tidak menyenangkan yaitu berupa perasaan takut yang

tidak jelas dan subjektif, biasanya dapat ditandai dengan adanya perubahan

suasana hati, motivasi, pikiran, dan gejala biologis.

Kecemasan (anxiety) adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang

ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan

kekhawatiran tentang masa depan (Mark & David, 2006). Muchlas (1976)

mendefinisikan istilah kecemasan sebagai suatu pengalaman subjektif

mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik

atau ancaman.

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh

situasi. Individu yang merasa cemas akanmerasa tidak nyaman atau takut,

namun tidak mengetahui alasan kondisi tersebut terjadi. Kecemasan tidak

memiliki stimulus yang jelas yang dapat diidentifikasi (Videbeck, 2012).


32

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan

merupakan suatu perasaan khawatir akan datangnya bahaya dimasa yang akan

datang.

2. Aspek-aspek Kecemasan

Aspek-aspek kecemasan menurut Nevid dkk. (2005) terbagi menjadi tiga

aspek, yaitu:

a. Aspek Fisik

Gangguan yang terjadi pada fisik indvidu yang mengalami

kecemasan meliputi produksi keringat yang lebih banyak, gemetar,

perasaan mual, panas dingin, jantung berdetak kencang, sesak nafas,

gelisah, perasaan lemas, diare, dan buang air kecil lebih sering dari

biasanya.

b. Aspek Perilaku

Perilaku individu yang mengalami kecemasan akan menjadi berbeda

dari biasanya, meliputi perilaku menghindar, ketergantungan terhadap

orang lain, dan individu cenderung menghindari atau meninggalkan situasi

yang dapat memicu timbulnya kecemasan.

c. Aspek Kognitif

Individu yang mengalami kecemasan akan merasakan kekhawatiran

yang berlebih terhadap sesuatu yang akan terjadi. Individu akan merasa

terancam oleh seseorang atau peristiwa yang akan terjadi, dan merasakan

kebingungan serta kekhawatiran akan ditinggal seorang diri.


33

Aspek-aspek kecemasan menurut Blackburn dan Davidson (1994) terdiri

dari beberapa aspek yaitu:

a. Aspek Suasana Hati

Aspek Suasana hati merupakan perasaan mudah marah dan

perasaan tegang pada diri seseorang.

b. Aspek Pikiran

Aspek pikiran yaitu perasaan khawatir dengan sesuatu yang tidak

jelas, sulit untuk berkonsentrsi, menganggap besar suatu masalah, merasa

bahwa dirinya sebagai individu yang sangat sensitif, merasa tidak berdaya

dan pikiran yang kosong.

c. Aspek Motivasi

Aspek motivasi merupakan perasaan ingin melarikan diri dari suatu

masalah, minghindari suatu keadaan yang dapat menimbulkan perasaan

cemas dan takut, serta rasa ketergantungan yang tinggi.

d. Aspek Perilaku

Aspek perilaku merupakan perasaan gelisah, gugup, dan waspada

yang berlebihan terhadap sesuatu.

e. Aspek Gejala Biologis

Aspek gejala biologis merupakan perubahan yang terjadi secara

biologis terhadap seseorang seperti tubuh akan memproduksi keringat

lebih banyak dari biasanya, gemetar, mual, jantung berdebar lebih

kencang, merasa pusing, dan mulut akan terasa kering.


34

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menurut

Nevid dkk (2005) memiliki tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek perilaku, dan

aspek kognitif.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Nevid, dkk. (2005) mengatakan bahwa kecemasan dapat dipengaruhi oleh

empat faktor, antara lain:

a. Faktor Sosial Lingkungan

Faktor ini mencakup peristiwa-peristiwa traumatis atau mengancam,

kurangnya dukungan sosial dan respon berupa rasa takut pada orang lain.

b. Faktor Biologis

Faktor ini mencakup faktor-faktor predisposisi genetis, fungsi

neurotransmitter dan abnormalitas dalam keberfungsian otak yang

memberi sinyal bahaya dan menghambat tingkah laku repetitif.

c. Faktor Behavioral

Faktor ini mencakup penggunaan stimuli yang aversif dan stimuli yang

sebelumnya netral, kelegaan terhadap perasaan takut dan cemas karena

melakukan sejumlah ritual yang dapat menurunkan kecemasan, dan

menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan atau situasi dan objek

yang menimbulkan rasa takut.

d. Faktor Kognitif dan Emosional

Faktor ini meliputi konflik psikologis yang tidak terselesaikan,

keyakinan-keyakinan yang irasional, sensitivitas berlebih terhadap

ancaman, dan self-efficacy yang rendah.


35

Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Ghufron dan

Rini (2010) yaitu tingkat religiusitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Archentari dan Siswanti (2014) bahwa religiusitas

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan, seseorang

dengan tingkat religiusitas yang rendah maka akan mudah mengalami

kecemasan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Archentari dan Siswati

(2014) membuktikan bahwa religiusitas memberikan pengaruh sebesar 13,1

% untuk menurunkan kecemasan sedangkan 86,9% dipengaruhi oleh faktor

lain.
36

B. Religious Involvement

1. Pengertian Religious Involvement

Menurut Scott, dkk (2006) religious involvement merupakan

keterlibatan individu dalam kegiatan agama baik secara kelompok ataupun

secara individu. Aranda (2008) religious involvement merupakan

keikutsertaan secara formal, umum, dan dilakukan secara bersama-sama

atau keterlibatannya berhubungan dengan penyembahan secara informal,

privat, dan dilakukan secara pribadi seperti berdo’a sendiri.

Roth, Mwase, Holt, Clark, Lukwago, & Kreuter (2012)

mendefinisikan religious involvement dengan kehadiran ibadah keagamaan,

identifikasi dengan komunitas agama, membaca kitab suci seperti Taurat,

Al-Qur’an, dan komiten terhadap keyakinan dan perilaku. Mueller, dkk

(2001) mendefinisikan religious involvement sebagai suatu derajat

partisipasi atau keloyalitasan seseorang terhadap nilai kepercayaan dan

ritual organisasi keagamaan.

Berdasarkan dari beberapa teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa

religious involvement merupakan sebuah bentuk keikutsertaan atau

partisipasi individu dalam kegiatan keagamaan serta bentuk dari

kepercayaan seseorang individu terhadap Tuhan.


37

2. AspekReligious Involvement

Religious involvement menurut Scott dkk (2006) terdiri dari tiga

dimensi, antara lain:

a. Religious service attendance, yaitu keterlibatan individu atau kelompok

dalam kehadiran kegiatan keagamaan yang bersifat organisasi.

b. Religious practices,yaitu keikutsertaan individu dalam keagamaan secara

individu atau kelompok, seperti berdo’a, mengikuti kajian keagamaan.

c. Religious belief, yaitu internalisasi nilai-nilai keagamaan ke dalam diri

individu serta keyakinan individu terhadap Tuhan yang akan selalu

membntu hamba-Nya dan menjadi coping keagamaan yaitu sejauh mana

seorang individu meyakini dan mengembalikan segala sesuatu pada agama

atau Tuhan atau biasa dikenal dengan konsep iman.

Menurut George, Ellison, dan Larson (2002) dimensi dari religious

involvemenet yaitu:

a. Partisipan publik yaitu kehadiran pada ritual publik keagamaan dan

kegiatan terkait seperti pengajian/belajar agama secara kelompok.

b. Afiliasi agama yaitu mengikuti kelompok agama secara umum dan atau

kelompok agama khusus.

c. Praktik keagamaan pribadi yaitu meditasi, membaca buku keagamaan

sendiri.

d. Coping keagamaan yaitu sejauh mana seorang individu mengembalikan

kepada agama ketika menghadapi suatu masalah.


38

C. Hubungan antara Religious Involvement dan Kecemasan

Religious involvement merupakan keterlibatan individu dalam kegiatan

keagamaan baik secara individu atau kelompok. Seseorang yang memiliki tingkat

religious involvement yang baik maka akan menjadi pribadi yang baik pula,

karena selalu merasa diawasi oleh Tuhan sehingga tidak akan melakukan sesuatu

yang dapat menjauhkan dirinya dari Tuhan. Menurut Scott, dkk (2006) religious

involvement memiliki tiga aspek yang pertama religious service attendence,

religious practice, dan religious beliefs. Dari beberapa aspek tersebut saling

berkaitan satu sama lain.

Aspek religious involvement menurut Scott, dkk (2006) dapat mempengaruhi

tinggi dan rendahnya kecemasan seseorang. Aspek yang pertamma yaitu religious

service attendance merupakan suatu keterlibatan seseorang dalam kegiatan

keagamaan baik itu individu maupun kelompok atau organisasi. Seseorang dapat

menjalin hubungan dengan baik dengan Tuhan dan sesama mausia ketika ia

berada dalam suatu kegiatan keagamaan dan aktif dan aktif dalam dalam kegiatan

tersebut. Mengikuti kegiatan keagamaan juga dapat meningkatkan religiusitas

sehingga dirinya merasa ada Tuhan yang selalu menyertai hidupnya dan dapat

meminimalisir munculnya kecemasan.

Prapto, Nashori, dan Rumiani, (2015) Al-Quran dapat menyembuhkan

penyakit hati (jasmani ataupun rohani) bahkan dalam kecemasan dan faktor

kejiwaannya. Tadabbur Al-Quran sebagai salah satu cara untuk dapat mensyukuri

yang telah di berikan Allah SWT, apabila di kaitkan dengan kecemasan yang

dimiliki oleh ibu hamilsehingga, kemampuan diri untuk dapat menghadapi suatu
39

ancaman akan lebih mudah. Kecemasan pun dapat berkurang intensitasnya

(Faridah, 2015) bahwa, dengan rutinitas membaca Al-Quran dapat memiliki efek

perubahan arus listrik yang berada di otot perubahan mengenai irama denyut

jantung, sehingga mendapatkan timbulnya respon fositif dari otak untuk merasa

nyaman tanpa ancaman (rileks)

Aspek kedua yaitu religious spractice merupakan bentuk keagamaan yang

dilakukan oleh seseorang seperti sholat, dzikir, do’a, dan kegiatan yang lainnya

yang dapat mendekatkan diri dengan Allah SWT. Seperti firman Allah yang

artinya :“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” [QS

Ar-Ra’d: 28]. Firman tersebut menjelaskan bahwa dengan mengingat Allah maka

akan membuat hati menjadi tenang dan dapat menghilangkan penyakit yang ada di

dalam hati salah satunya yaitu kecemasan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Perwitaningrum, dkk (2016) yang menunjukkan bahwa dzikir

dapat mempengaruhi kecemasan pada seseorang, dengan diberikan terapi dzikir

mengalami penurunan kecemasan.Penelitian yang menunjukan bahwa zikir

ataupun doa dapat meberi pengaruh positif dalam diri manusia (Anggraieni, 2014)

menjelaskan bahwa terdapatnya penurunan tingkat kecemasan dengan mensugesti

diri, mengurangi keluhan psikis yang muncul, agar individu merasa dalam fase

rileks dan lebih menimbulkan sisi keagamaan bahkan ketaatan pada diri terhadap

Allah SWT.

Aspek ketiga religious beliefs betuk dari keyakinan seseorang kepada Tuhan.

Jika seseorang merasa yakin dan percaya bahwa selalu ada Allah yang selalu

melindungi maka akan meminimalisir terjadinya kecemasan. Keyakinan yang ada


40

pada seseorang bahwa ada Allah yang akan menolongnya maka Allah akan

menjauhkan berbagai penyakit termasuk penyakit hati. Allah berfirman , yang

artinya : “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan wajahnya

kepada Allah, sedang ia muhsin, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan

tidak ada rasa takut menimpa mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

[ QSAl-Baqarah: 112]. Ayat tersebut menjelaskan bahwa ketika seseorang

menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah maka akan dijauhkan dari perasaan

sedih dan takut. Hal ini berarti ketika sseorang memiliki keyakinan yang kuat

terhadap Allah SWT maka dirinya akan terhindar dari perasaan cemas.

Berdasarkan uraian diatas peneliti memiliki asumsi bahwa religious

involvement dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada seseorang jika dilihat

dari aspek-aspek yang sudah ada. Tuhan akan menjauhkan perasaan takut dan

sedih ketika sesorang memiliki keterlibatan dalam agama. Allah akan melindungi

seseorang dari perasaan cemas jika seseorang tersebut memiliki keyakinan yang

kuat dengan adanya Allah sebagai penolongnya.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara

religious involvement dengan kecemasan pada ibu hamil primigravida trimester

tiga. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkatreligious

involvement maka akan semakin rendah kecemasan yang dialami pada ibu hamil.

Sebaliknya, semakin rendah tingkat religious involvement maka akan semakin

tinggi kecemasan yang dialami oleh ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai