Anda di halaman 1dari 9

Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Hambatan dan Strategi komunikasi efektif dalam perawatan kanker :


Penelitian Fenomenologi

Minanton1, Erna Rochmawati2


1
Dosen Program S1 Keperawatan STIKES Surabaya
2
Dosen Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Alamat Korespondensi: minantonsevennain@gmail.com

Abstrak
Komunikasi terapeutik diakui sebagai kunci untuk perawatan kanker yang berkualitas, tetapi komunikasi
perawat-pasien dalam perawatan kanker adalah hal menantang dan kompleks, selain itu data yang
mengeksplorasi komunikasi perawat-pasien masing sangat kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melaporkan hasil temuan tentang perspektif perawat, pasien dan keluarga terkait hambatan dan strategi
komunikasi dalam perawatan kanker. Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi yang dilakukan di
RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Respoden penelitian ini adalah 16 orang (4 perawat, 7 pasien dan 5
anggota keluarga) yang dipilih melalui purposive sampling dan dilakukan wawancara semi terstruktur.
Semua hasil wawancara di transkrip dan dianalisis menggunakan metode Collaizzi. Hasil penelitian ini
mengidentifikasi dua tema yaitu hambatan berkomunikasi efektif dan manajemen berkomunikasi.
Hambatan komunikasi dikontruksi oleh sikap mengabaikan, tingkat pendidikan dan kondisi psikologis.
Manajemen berkomunikasi terdiri dari persiapan diri, validasi pengetahuan pasien, dan struktur
penyampaian informasi. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu komunikasi terapeutik merupakan pondasi
untuk mempromosikan kualitas perawatan kanker. Hambatan berkomunikasi perlu dimanaje dengan baik
dengan mengimplementasikan tindakan untuk menjaga interaksi dan pertukaran informasi seperti
mempersiapkan diri, mevalidasi pemahaman pasien, dan penyampaian informasi secara terstruktur.

Kata Kunci: Hambatan berkomunikasi, kanker, komunikasi terapeutik, strategi komunikasi.

Abstract
Therapeutic communication is recognized as the key to quality cancer care, but nurse-patient
communication in cancer care is challenging and complex, additionally data exploring individual nurse-
patient communication is lacking. The purpose of this study is to report findings on the perspectives of
nurses, patients, and families regarding communication barriers and strategies in cancer care. This study
used a qualitative phenomenological method conducted at the PKU Muhammadiyah Yogyakarta hospital.
Sixteen participants (4 nurses, 7 patients, and 5 family members) were selected through purposive sampling
and conducted semi-structured interviews. All of the interview results were transcribed and analyzed using
Colaizzi’s method. The results of this study identify two themes, namely barriers to effective
communication and communication management. Communication barriers are constructed by ignorance,
education level, and psychological conditions. Communication management consists of self-preparation,
validation of patient knowledge, and structures for delivering information. The conclusion is that
therapeutic communication is the foundation for promoting the quality of cancer care. Communication
barriers need to be managed properly by implementing measures to maintain interaction and exchange of
information such as self-preparation, validating patient understanding, and conveying information in a
structured manner.

Keywords: Cancer, communication barriers, communication strategies, therapeutic communication

357
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

PENDAHULUAN
Kanker adalah penyakit dengan interpersonal yang efektif, pertukaran
karakteristik pertumbuhan sel tidak informasi, dan memfasilitasi
normal dan tidak terkontrol yang dapat pengambilan keputusan yang tepat.
menyebar (metastasis) ke organ lain. Komunikasi ini merupakan faktor yang
Pertumbuhan sel tidak normal ini menentukan kualitas pelayanan kanker
berbeda dengan sel-sel normal, baik itu dan hasil akhir kesehatan pasien(Hasan
secara struktur maupun fungsi, dimana & Rashid, 2016; Khoshnazar et al., 2016;
pertumbuhannya secara terus menerus, Prip et al., 2019).
tanpa memiliki tujuan, tidak terkendali, Komunikasi yang efektif
dan merusak jaringan di sekitarnya dianggap sebagai kunci untuk pelayanan
(American Cancer Society, 2018; kanker yang baik. Pertukaran informasi,
Stephens & Aigner, 2016). pemikiran dan perasaan antara perawat-
Kanker merupakan pembunuh pasien harus dipahami dan sesuai dengan
nomor dua di seluruh dunia, yaitu 9,8 kebutuhan pasien. Pemberian informasi
juta orang meninggal di tahun 2018. yang tidak sesuai dengan kebutuhan
Prevalensi penyakit kanker di Indonesia pasien dianggap sebagai komunikasi
sendiri terus meningkat dari tahun ke yang buruk. Komunikasi yang buruk
tahun. Berdasarkan hasil Riset berdampak negatif terhadap status
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun kesehatan pasien(Prip et al., 2019; Weert
2018, tingkat prevalensi kasus kanker et al., 2013).
adalah 1,8 per 1.000 penduduk Meskipun bukti menunjukkan
meningkat dari 1,4 per 1.000 di tahun komunikasi adalah faktor utama dalam
2013. Data WHO, 2018 menyebutkan pelayanan pasien kanker, komunikasi
jumlah penderita kanker di Indonesia diakui sebagai hal menantang dan
ditahun yang sama yaitu 348.809 kasus kompleks. Kekompleksitas itu meliputi
dengan total kematian aspek perawatan kanker yang diliputi
207.210(Riskesdas, 2018; WHO, 2018). ketidakpastian dan ketidakberdayaan;
Kanker dapat menuntun kebutuhan informasi penderita kanker
penderita untuk mengevaluasi kembali berubah seiring perjalanan penyakitnya;
makna, tujuan, dan prioritas hidupnya. perawatan kanker tidak hanya terpusat
Diagnosis kanker merupakan situasi pada penderita tetapi juga keluarga
yang emosional, berat dan diliputi terdekatnya(Chan et al., 2018;
ketidakpastian bagi penderita dan Khoshnazar et al., 2016).
keluarganya. Dalam keadaan seperti ini, Data tentang komunikasi perawat
pasien dan keluarganya memerlukan dan pasien kanker masih sangat kurang
informasi dan dukungan yang sesuai dan masih didominasi komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan mereka. dokter dan pasien. Oleh karena itu, kami
Perawat perlu mengenali masalah akibat melaporkan temuan dari studi
kanker dan kebutuhan pasien(Ellington fenomenologi yang dilakukan di unit
et al., 2017; Khoshnazar et al., 2016). onkologi rumah sakit tentang perspektif
Komunikasi sangat penting dan perawat, pasien dan keluarga tentang
memainkan peran utama dalam hambatan dan strategi komunikasi dalam
memenuhi kebutuhan biopsikososial dan perawatan kanker.
spiritual pasien kanker dan keluarganya.
Komunikasi perawat dan pasien kanker METODE PENELITIAN
memiliki tiga fungsi penting yaitu Metode penelitian yang
terciptanya proses hubungan digunakan yaitu kualitatif dengan

358
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

pendekatan fenomenologi. Penelitian ini mengatasi tantangan berkomunikasi?.


dilakukan di bangsal onkologi RS PKU Semua data wawancara ditranskripsikan
Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan dan dianalisis secara bersamaan
Maret sampai April. Setelah mendapat menggunakan metode Collaizzi(Polit &
izin penelitian dari rumah sakit, peneliti Beck, 2012).
mendaftarkan peserta yang sesuai Untuk memastikan keabsahan
kemudian memperkenalkan diri dan data, peneliti melakukan bracketing dan
menjelaskan tujuan serta proses validasi ke partisipan (member
penelitian untuk mendapat inform checking), memperpanjang waktu
consent. koleksi data, audit trial dan memberikan
Jumlah partisipan dalam gambaran lengkap dari hasil temuan
penelitian ini sebanyak 16 partisipan (4 untuk memungkinkan pembaca
perawat, 7 pasien kanker dan 5 keluarga mengkaji penerapan data ke konteks
pasien kanker), dipilih melalui purposive lain(Chesnay, 2014; Holloway et al.,
sampling dengan kriteria pasien kanker 2010).
stadium 2-4, menjalani kemoterapi, Penelitian ini telah mendapatkan
pasien kanker dewasa dengan usia ≥18 sertifikat kualifikasi etik nomor 430/
tahun ≤ 70 tahun; Anggota keluarga KEP-UNISA/I/2019 dari Komisi Etik
yang mendampingi dan merawat pasien Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
(primer); perawat yang memiliki
pengalaman dalam merawat pasien HASIL PENELITIAN
kanker ≥1 tahun dan minimal bergelar Temuan ini mengidentifikasi
diploma keperawatan. komunikasi perawat-pasien dalam
Pengumpulan data dilakukan perawatan kanker memiliki beberapa
dengan wawancara semi terstruktur yang tantangan yang dirasakan oleh perawat,
direkam dengan alat perekam suara. namun disaat bersamaan perawat juga
Wawancara berlangsung antara 18 menit mengetahui bagaimana cara supaya
hingga 46 menit. Wawancara dimulai hambatan/tantangan itu tidak sampai
dengan pertanyaan utama yaitu mengabaikan pemenuhan kebutuhan
bagaimana pengalaman anda pasien.
berkomunikasi antara perawat-pasien? Karakteristik demografi perawat,
Kemudian digali dengan pertanyaan: pasien dan keluarga, termasuk usia, jenis
bagaimana memulai komunikasi? kelamin, tingkat pendidikan,
bagaimana perasaanmu berkomunikasi pengalaman (karakteristik perawat),
sama perawat/pasien/keluarga? durasi dan jenis kanker (karakteristik
Hambatan apa yang anda alami ketika pasien), dan ikatan keluarga,
berkomunikasi? Bagaimana cara anda ditunjukkan pada Tabel 1

Table 1.
Karakteristik partisipan
Responden Kategori Min-Maks n %
Umur 36-47 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki 0 0%
Perempuan 4 100%
Perawat (p)
Pendidikan
D3 2 50%
S1 2 50%
Pengalaman 7-10 tahun

359
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Umur 28-60 tahun


Jenis Kelamin
Laki-laki 0 0%
Perempuan 7 100%
Pendidikan
SD 1
Pasien (ps) SMA 3
S1 3
Jenis Kanker
Payudara 5 72%
Kulit 1 14%
Paru-paru 1 14%
Stadium 2–4
Umur 42-64 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 60%
Perempuan 2 40%
Pendidikan
SD 1 20%
Keluarga (k)
SMA 2 40%
S1 2 40%
Hub. Keluarga
Anak 2 40%
Kakak 1 20%
Suami 2 40%

Hasil analisis Collaizi “...kalau didiemin dicuekin kita merasa


mengidentifikasi 2 tema yaitu hambatan kaku, kagok,bingung mau ngapain
bingung kalau ramah kan enak”(k5)
berkomunikasi efektif dan managemen
berkomunikasi. “...yang lama itu loh kalau control
nunggunya lama banget jadikan jadi sering
Hambatan berkomunikasi efektif kesel gitu loh mas rasanya”(k2)
Tema ini dijelaskan oleh partisipan
Tingkat pendidikan juga
sebagai kesulitan yang membatasi
dianggap perawat sebagai salah satu
interaksi dan pertukaran informasi hambatan terutama pendidikan tinggi
perawat pasien/keluarga. Tema ini dibanding pendidikan rendah contohnya
dikontruksi oleh tiga kategori yaitu sikap sebagai berikut:
mengabaikan, tingkat pendidikan,
“...orang –orang yang high class itu karna
kondisi psikologis pasien. tingkat pendidikannya tinggi itu
Sikap mengabaikan merupakan tantangannya dia merasa pintar kadang
seperangkat sikap yang dapat berefek kadang egonya tinggi...” (p1)
negatif terhadap hubungan terapeutik “kalau pengetahuan pasien rendah itu begitu
yang dibangun misalnya bersikap ketus, diedukasi dia akan orientasinya ia saya
cuek, acuh dan membuat pasien jalani” (p2)
menunggu lama seperti uraian pasien Pasien dengan level pendidikan
dan keluarga berikut: tinggi seringkali jadi penghambat sebab
“...sana itu agak ketus, ... ya sayang gitu,
cenderung merasa pintar, egonya tinggi,
harusnya kan ya kita udah minta maaf.. kekwatiran dan rasa takut yang
saya buatkan jadwal besok…” (ps1) berlebihan. Berbeda dengan pendidikan
rendah mereka mudah menerima
sakitnya, dan lebih mudah diberikan

360
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

informasi dan mudah mengetahui informasi itu dipahami secara jelas,


karakternya termasuk penggunaan bahasa istilah
kesehatan, seperti uraian berikut:
Psikologis yang berubah-rubah
seringkali menyulitkan perawat dalam “ya kita pelan – pelan aja, pelan–pelan
interaksi dengan pasien seperti uraian kasih pengertian,” (p2)
berikut: ...besok ketemu lagi gimana kemarin ini-
ini. Itu selalu diingatkan” (ps5)
“intinya denial menolak dengan kondisi
pasien. kalau orang marah itu, mau “...kita juga menjelaskan dengan bahasa-
dijelasin bagaimana pun dia tetap gak bahasanya pasien...” (p2)
terima” (p2)
“...pada pasien kanker itu jauh lebih PEMBAHASAN
tertutup dianya itu...” (p4) Temuan dalam penelitian ini
menggambarkan hambatan
Manajemen Berkomunikasi berkomunikasi efektif dan strategi yang
Manajemen berkomunikasi bisa dilakukan supaya komunikasi
adalah semua hal yang dilakukan oleh efektif tetap terjaga. Pendekatan
perawat, pasien dan keluarga untuk kualitatif fenomenologi menyediakan
memudahkan berkomunikasi satu sama pemahaman yang mendalam untuk
laing supaya interaksi dan pertukaran mengelaborasi secara praktis tentang
informasi berjalan efektif. Tema ini hambatan dan manajemen
terdiri dari mempersiapkan diri, validasi berkomunikasi efektif dalam pelayanan
pengetahuan pasien dan struktur kanker yang tidak hanya ditinjau dari
penyampaian informasi. perspektif perawat, tetapi juga persepsi
Pemberian informasi ke pasien pasien dan orang-orang terdekatnya.
perawat perlu mempersiapkan diri Hasil penelitian ini
sebelumnya baik secara mental maupun mengidentifikasi baik pasien, keluarga
pengetahuan, seperti dijelaskan perawat maupun perawat menyatakan
berikut: komunikasi perawat-pasien/keluarga
tidak terlepas dari hambatan, namun
“ya tetap mikir dulu sebelum
berkomunikasi, istilah nya gak watonmuni selalu ada cara untuk meminimalkan
[asal bicara] (p2) efek negatif dari hambatan tersebut
Hambatan ini termasuk sikap
Sebelum memberikan tindakan mengabaikan tingkat pendidikan,
ataupun memberikan informasi yang kondisi psikologis. Bersikap
sensitif sebaiknya perawat mengecek mengabaikan pasien dianggap sebagai
pemahaman pasien dan memberikan sikap kontraproduktif yang bertentangan
kesempatan bertanya sehingga tidak dengan prinsip-prinsip hubungan
terjadi kesalahpahaman informasi seperti terapeutik dengan pasien. Bersikap
uraian berikut: ketus, cuek sama pasien/keluarga,
“Itu saya tanya, seperti apa kemo? rata-rata
bayangannya mengerikan, itu saya tanya membuat pasien menunggu lama
informasinya dari mana...kemudian saya merupakan perilaku yang dapat
jelaskan gini-gini” (p3) berimplikasi negatif terhadap proses
komunikasi perawat-
Langkah selanjutnya pasien/keluarga(Perez-Bret et al., 2016).
memberikan informasi secara terstruktur .
dan pelan-pelan untuk memungkinkan

361
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Tabel 2.
Analisis data
Formulasi
Pernyataan kategori tema
makna
“...sana itu agak ketus, ... ya sayang gitu, harusnya
kan ya kita udah minta maaf.. saya buatkan jadwal Ketus
besok…” (ps1)
“cuek itu ya gak mau tau,ya ginilah yagitulah,...
semua pasien gak ada yang mengharapkan gitu,
menurut saya loh” (ps4)
kalau didiemin dicuekin kita merasa kaku,
Sikap
kagok,bingung mau ngapain bingung kalau ramah Cuek
Mengabaikan
kan enak. (k5)
“…trus bilang ini uda dicek albumin uda bagus
juga ya gitu, trus gitu aja berjalan gitu aja, berlalu
gitu. (k2)
“...yang lama itu loh kalau control nunggunya lama
Lama
banget jadikan jadi sering kesel gitu loh mas
menunggu
rasanya”(k2)
Pendidikan
“...orang berpendidikan tinggi itu sok
tinggi banyak Hambatan
kokeanlimikir, kebanyakan mikirnya...” (p1)
mikir berkomunikasi
“...orang –orang yang high class itu karna tingkat Pendidikan efektif
pendidikannya tinggi itu tantangannya dia tinggi egonya
merasa pintar kadang kadang egonya tinggi...” (p1) tinggi
Tingkat
Orang awam
“saya rasakan gini kalau pasien yang awam itu asal pendidikan
mudah
pakai bahasan yang mudah dimengerti mereka, kita
diselami
menyelami karakternya itu mudah. (p1)
karakternya
Pengetahuan
kalau pengetahuan pasien rendah itu begitu
rendah lebih
diedukasi dia akan orientasinya ia saya jalani (p2)
Orientasi Ya
“..tergantung karakter nya lagi kalau karakter dia
Cemasan
itu tidak cemasan tidak ngeyel” (p1)
“intinya denial menolak dengan kondisi pasien .
Denial/ Kondisi
kalau orang marah itu, mau dijelasin bagaimana
anger Psikologis
pun dia tetap gak terima” (p2)
“...pada pasien kanker itu jauh lebih tertutup Jadi pribadi
dianya itu...” (p4) tertutup
“Itu saya Tanya, seperti apa kemo ? rata-rata
bayangannya mengerikan, itu saya tanya Mengecek
informasinya dari mana...kemudian saya jelaskan pemahaman
Validasi
gini-gini” (p3)
pengetahuan
“yo kemarin diberi kesempatan pertanyaan tapi
kalau seandainya gak diberi ya kita menanyakan. feedback
(k1)
“ya tetap mikir dulu sebelum berkomunikasi, Tidak asal Persiapan
Managemen
istilah nya gak watonmuni [asal bicara] (p2) bicara diri
berkomunikasi
“ya kita pelan – pelan aja, pelan –pelan kasih
Dijelaskan
pengertian,” (p2)
secara pelan
“pelan-pelan sih tapi jelas” (ps6)
Struktur
“…mereka menjelaskan bukan hanya sekali dua
Ada penjelasan penyampaian
kali...besok ketemu lagi gimana kemarin ini-ini. Itu
kembali informasi
selalu diingatkan” (ps5)
“...kita juga menjelaskan dengan bahasa-bahasanya
Bahasa pasien
pasien...” (p2)

362
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Permintaan maaf dapat dilakukan diagnosis atau tahap penolakan lebih


untuk menyelesaikan perasaan negatif banyak diam dan menolak proses
dari konflik perawat dan pasien. Zarei et komunikasi, namun setelah melewati
al., (2019) menyatakan bahwa tahap penolakan pasien menjadi lebih
mengirimkan permintaan maaf di tempat aktif dalam hal berkomunikasi dengan
kerja bisa dijadika instrumen yang logis perawat untuk mencari tahu informasi.
demi meminimalkan dampak sikap Kemudian pasien mengurangi informasi
negatif satu sama lain. dan menjadi depresi ketika pasien
Pasien dengan level pendidikan mendekati fase akhir atau menyadari
tinggi seringkali lebih menantang dan status kesehatannya semakin memburuk
kadangkala sebagai penghambat (Matsuyama et al., 2013; Toprak et al.,
dibandingkan berpendidikan rendah 2018; Warnock, 2014; Zamanzadeh et
sebab mereka merasa lebih tahu, lebih al., 2014).
pintar, memiliki ego yang tinggi, Penyampaian informasi pada
kekhawatiran yang dan rasa takut yang pasien/keluarga sebaiknya terlebih
berlebihan. Zamanzadeh et al. (2014), dahulu diawali dengan mengecek
menyatakan bahwa pasien dengan pemahaman pasien terhadap kondisi dan
pendidikan tinggi lebih banyak penyakitnya. Hal ini penting untuk
mengajukan pertanyaan dan dengan mendapatkan persepsi pasien tentang
kesadaran kesehatan yang tinggi, mereka harapan dan pengetahuan terkait
seringkali tidak yakin dengan penyakitnya. Persepsi pasien bervariasi
kemampuan perawat atau informasi mulai dengan kemoterapi itu
yang diberikan oleh perawat dan mengerikan, dekat dengan kematian,
kemudian menggunakan sumber online ingin sembuh, tidak mau dioperasi, tidak
(internet) untuk menelusuri informasi. ingin minum obat sampai sudah
Diagnosis kanker dan terapinya berpasrah. Validasi persepsi
dapat mengakibatkan perubahan fisik dimaksudkan untuk menemukan
pada pasien. Perubahan ini misalkan kekeliruan pemahaman dan informasi
pengangkatan jaringan payudara baik pasien mengenai penyakitnya.
sebagian maupun secara total, penurunan Kesalahpaham mengenai penyakit dan
berat badan dan rambut rontok. pengobatan perlu dikoreksi perawat
Perubahan fisik tersebut menimbulkan supaya pasien memiliki pemahaman
efek psikologis seperti suasana hati yang yang tepat(Abbaszadeh et al., 2014;
sensitif dan mood yang tidak stabil dan Bumb et al., 2017; Warnock, 2014).
konsep diri pasien secara negatif. Hal ini Komunikasi dalam pelayanan kanker
menyulitkan perawat untuk harus disediakan dalam istilah-istilah
berkomunikasi efektif dengan pasien yang sederhana dan menggunakan
(Chan et al., 2018; Zamanzadeh et al., bahasa yang mudah dipahami oleh
2014). pasien, khususnya pasien yang miliki
Fase penolakan dilaporkan oleh literasi kesehatan yang rendah, fokus
perawat dalam temuan ini sebagai salah pada poin yang paling penting, dan
satu tantangan berkomunikasi. Perawat menjelaskan dalam bahasa yang awam
mengalami hambatan untuk memberi ketika harus menggunakan istilah
pengertian dan pemahaman informasi kesehatan(Murray et al., 2015).
kepada pasien/keluarga yang Komunikasi harus dipahami oleh semua
mengingkari penyakitnya. Sikap pihak yang terlibat di dalamnya
menolak menyebabkan pasien lebih termasuk keluarga(Kourkouta &
banyak tertutup. Pasien pada awal Papathanasiou, 2014).

363
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

KESIMPULAN DAN SARAN Qualitative Designs and Methods in


Komunikasi terapeutik Nursing (Vol. 13). Springer
merupakan pondasi untuk Publishing Company.
mempromosikan kualitas perawatan Ellington, L., Billitteri, J., Reblin, M., &
kanker. Hambatan berkomunikasi Clayton, M. F. (2017). Spiritual
seperti bersikap mengabaikan, tingkat Care Communication in Cancer
pendidikan dan kondisi psikologis Patients. Seminars in Oncology
pasien kanker perlu dimanaje dengan Nursing, 33(5), 517–525.
baik dengan mengimplementasikan https://doi.org/10.1016/j.soncn.201
tindakan seperti berikut yaitu 7.09.002
mempersiapkan diri, mevalidasi Hasan, I., & Rashid, T. (2016). Clinical
pemahaman pasien, dan penyampaian Communication , Cancer Patients &
informasi secara terstruktur. Considerations to Minimize the
Penelitian selanjutnya diharapkan Challenges. Journal of Cancer
dapat menelusuri dampak dari strategi Therapy, 7, 107–113.
komunikasi efektif terhadap kepuasan https://doi.org/10.4236/jct.2016.72
dan kualitas hidup pasien kanker dengan 012
menggunakan pendekatan mix-method. Holloway, I., Wheeler, S., & Holloway,
I. (2010). Qualitative research in
DAFTAR PUSTAKA nursing and healthcare (3rd editio).
Abbaszadeh, A., Ehsani, S. R., Akbari, Wiley-Blackwell.
M., Dopolani, F. N., Nejati, A., & https://doi.org/10.1017/CBO97811
Mohammadnejad, E. (2014). 07415324.004
Nurses’ perspectives on breaking Khoshnazar, T. A. K., Rassouli, M.,
bad news to patients and their Akbari, M. E., Lotfi-Kashani, F.,
families : a qualitative content Momenzadeh, S., Rejeh, N., &
analysis. Journal of Medical Ethics Mohseny, M. (2016).
and History of Medicine, 7(18), 1– Communication needs of patients
7. with breast cancer: A qualitative
American Cancer Society. (2018). study. Indian Journal of Palliative
Cancer Facts and Figures 2018. In Care, 22(4), 402–409.
American Cancer Society. https://doi.org/10.4103/0973-
Bumb, M., Keefe, J., Miller, L., & 1075.191763
Overcash, J. (2017). Breaking Bad Kourkouta, L., & Papathanasiou, I.
News: An Evidence-Based Review (2014). Communication in Nursing
of Communication Models for Practice. Materia Socio Medica,
Oncology Nurses. Clinical Journal 26(1), 65.
of Oncology Nursing, 21(5). https://doi.org/10.5455/msm.2014.
https://doi.org/10.1188/17.CJON.5 26.65-67
73-580 Matsuyama, R. K., Kuhn, L. A.,
Chan, E. A., Wong, F., Cheung, M. Y., Molisani, A., & Wilson-Genderson,
& Lam, W. (2018). Patients’ M. C. (2013). Cancer patients’
perceptions of their experiences information needs the first nine
with nurse-patient communication months after diagnosis. Patient
in oncology settings : A focused Education and Counseling, 90(1),
ethnographic study. 1–17. 96–102.
Chesnay, M. De. (2014). Nursing https://doi.org/10.1016/j.pec.2012.
Research Using Phenomenology: 09.009

364
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Murray, C. D., McDonald, C., & Atkin, Experienced and Information


H. (2015). The communication Needs of Women Receiving
experiences of patients with Chemotherapy. Asia‑Pacific
palliative care needs: A systematic Journal of Oncology Nursing, 5(2),
review and meta-synthesis of 178–183.
qualitative findings. Palliative & https://doi.org/10.4103/apjon.apjon
Supportive Care, 13(2), 369–383. Warnock, C. (2014). Breaking bad news:
https://doi.org/10.1017/S14789515 issues relating to nursing practice.
14000455 Nursing Standard, 28(45), 51–58.
Perez-Bret, E., Altisent, R., & Rocafort, Weert, J. C. M. Van, Bolle, S., Dulmen,
J. (2016). Definition of compassion S. Van, & Jansen, J. (2013). Patient
in healthcare: a systematic literature Education and Counseling Older
review. International Journal of cancer patients ’ information and
Palliative Nursing, 22(12), 599– communication needs : What they
606. want is what they get ? Patient
https://doi.org/10.12968/ijpn.2016. Education and Counseling, 92(3),
22.12.599 388–397.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). https://doi.org/10.1016/j.pec.2013.
Nursing research: Generating and 03.011
assessing evidence for nursing WHO. (2018). FactSheet of Cancer.
practice (9th ed). Lippincott. World Health Organization.
Prip, A., Pii, K. H., Møller, K. A., http://www.who.int/news-
Nielsen, D. L., Thorne, S. E., & room/fact-sheets/detail/cancer
Jarden, M. (2019). Observations of Zamanzadeh, V., Ghahramanian, A.,
the communication practices Rassouli, M., Abbaszadeh, A.,
between nurses and patients in an Nikanfar, A., & Alavi-Majd, H.
oncology outpatient clinic. (2014). Factors Influencing
European Journal of Oncology communication between the
Nursing, 40(December 2018), 120– patients with cancer and their
125. nurses in oncology wards. Indian
https://doi.org/10.1016/j.ejon.2019. Journal of Palliative Care, 20(1),
03.004 12. https://doi.org/10.4103/0973-
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan 1075.125549
Dasar (RISKESDAS) 2018. Zarei, B., Salmabadi, M.,
Kementerian Kesehatan Badan Amirabadizadeh, A., &
Penelitian dan Pengembangan Vagharseyyedin, S. A. (2019).
Kesehatan. Empathy and cultural competence
Stephens, F. O., & Aigner, K. R. (2016). in clinical nurses: a structural
Basics of oncology (2nd ed.). equation modelling approach.
Springer Cham Heidelberg. Nursing Ethics, 1–11.
Toprak, F. Ü., Kutlutürkan, S., & Erenel, https://doi.org/10.1177/096973301
A. Ş. (2018). Symptoms 8824794

365
Volume 8, Nomor 4, Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai