Anda di halaman 1dari 33

A.

Konsep Dasar

1. Definisi

Penyakit kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang

terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita

yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim

(uterus) dengan liang senggama (vagina).

2. Patofisiologi

Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan

epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau

zona transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak

normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma

servikal invasif. Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi

epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas

secara langsung ke dalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang

berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih

progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat

menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan

rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah

mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh (Price & Wilson,

2012).

Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker serviks.

Pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek

samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan

terjadi diare, gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu

makan (biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping tersebut

menimbulkan masalah keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan

berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau keletihan

sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.

Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini

merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa

dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman

status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati

dan selalu dihubungkan dengan kematian

3. Pathway

‐ Infeksi virus HPV Terjadi lesi pada serviks,inflamasi, Perluasan epitel kolumnar
‐ Genetik timbul nodul (ekstroserviks dan endoserviks)
‐ Hygiene yang tidak bersih di organ vital
‐ Hubungan seksual <16 tahun
‐ Merokok
‐ Ganti-ganti pasangan
Proses metaplastik (erosive)

Tumor Dysplasia Penyebaran tumor

Karsinoma invasive serviks Pelvis


Eksolistik Endolitik Ke arah
parametrium
Ke arah lumen Ke stroma serviks Perubahan epitel displastik Menekan saraf
vagina serviks Ke arah
lumbosakrali
parametrium
Infiltrasi
Massa proliferasi Perdarahan
Metastase ke
Ulkus Stimulus
vagina
Anemia
Nekrosis jaringan
Gangguan integritas Ditangkap
kulit reseptop nyeri Menginfiltrasi
Imunitas ↓ Curah jantung ↓ septum
rektovagina dan
Keputihan, bau kandung kemih
busuk Resiko infeksi Sirkulasi ke jaringan
Nyeri akut

Obstruksi
Perubahan pola seksual
kandung kemih
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Harga diri rendah Gangguan
pola eliminasi
Terapi

Pembedahan Non bedah

Pre operasi Histerektomi Radioterapi


kemoterapi

Kurang pengetahuan ttg Luka operasi


prosedur operasi Mual & muntah Kerusakan
jaringan
Perdarahan
Ansietas Nafsu makan ↓
O2 ke sel berkurang Turgor kulit buruk
Post operasi
Berat badan ↓
Kerusakan
Proteksi kurang Metabolisme & energy
integritas
Defisit nutrisi jaringan
Invasi bakteri Kelemahan fisik

Hambatan mobilitas fisik


Resiko infeksi

4. Kalsifikasi

Stadium kanker serviks:

Stadium 0 : Karsinoma insitu, karsinoma intraepithelial

Stadium I : Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke

korpus uteri diabaikan)

Stadium IA : Invasi kanker ke stoma hanya dapat didiagnosa secara

mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara

makroskopik walau dengan invasi yang superficial

dikelompokkan pada stadium IB


I A1 : Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3,0 mm dan

lebar horizontal lesi tidak lebih 7 mm

I A2 : Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tetapi kurang dari 5 mm dan

perluasan horizontal tidak lebih 7 mm

Stadium IB : Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara

mikroskopik lesi lebih luas stadium I A2

I B1 : Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar

I B2 : Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar

Stadium II : Tumor telah menginvasi diluar uterus, tetapi belum

mengenai dinding panggul atau sepertiga distal/bawah

vagina.

II A : Tanpa invasi ke parametrium

II B : Sudah menginvasi parametrium

Stadium IIIA : Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/atau

mengenai sepertiga bawah vagina dan/atau menyebabkan

hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal

III A : Tumor telah meluas kesepertiga bawah vagina dan tidak invasi ke

perimetrium tidak sampai ke dinding panggul

III B : Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/atau menyebabkan

hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal

Stadium IV: Tumor meluas keluar organ reproduksi

IV A : Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum

dan/atau keluar rongga panggul minor


IV B : Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: Invasi stroma dengan

kedalaman 3 mm atau kurang dari membran basalis epitel atau

tanpa invasi kerongga pembuluh limfe/darah atau melekat dengan

lesi kanker serviks

Sumber: Ilmu Kandungan Sarwono

Catatan: pada stadium I A adenokarsinoma masih kontroversi berhubung

pengukuran kedalaman invasi pada endoserviks sukar dan tidak

standar

5. Etiologi

Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui

secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh

terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:

1. HPV (Human papilloma virus)

HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata)

yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat

berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.

2. Merokok

Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan

tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.

4. Berganti-ganti pasangan seksual.


5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada

usia di bawah 20 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah

dengan wanita yang menderita kanker serviks.

6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah

keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).

7. Gangguan sistem kekebalan

8. Pemakaian Pil KB.

9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.

10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap

smear secara rutin). (NANDA, 2015)

6. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan

gejala. Akan tetapi dalam perjalanannya akan menimbulkan gejala

seperti: Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan

nekrosis jaringan, perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II

dan III), perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%),

perdarahan spontan saat defekasi, dan perdarahan spontan pervaginam

Pada tahap lanjut keluhan berupa (Sarwono) : Cairan pervaginam

yang berbau busuk, nyeri (panggul, pinggang, atau pinggul), sering

berkemih, buang air kecil atau air besar yang sakit, gejala penyakit

yang redidif (nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan obstruksi


ureter), anemi akibat perdarahan berulang, rasa nyeri akibat infiltrasi

sel tumor ke serabut saraf

7. Penatalaksanaan

Terapi kanker serviks dilakukan bila diagnosis telah dipastikan

secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang

oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan

lanjutan (tim onkoligi).

1. Penatalaksanaan Medis

Ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih untuk

mengobati kanker serviks sesuai dengan tahap perkembangannya

masing-masing, yaitu:

a. Stadium 0 (Carsinoma in Situ)

Pilihan metode pengobatan kanker serviks untuk stadium 0

antara lain:

1) Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP),

2) Pembedahan Laser,

3) Konisasi,

4) Cryosurgery,

5) Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak

menginginkan anak lagi),

6) Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan

pembedahan).
b. Stadium I A

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IA meliputi:

1) Total histerektomi dengan atau tanpa

bilateral salpingoophorectomy,

2) Konisasi,

3) Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan

kelenjar getah bening,

4) Terapi radiasi internal.

c. Stadium I B

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IB meliputi:

1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,

2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,

3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening

diikuti terapi radiasi dan kemoterapi,

4) Terapi radiasi dan kemoterapi.

d. Stadium II

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II meliputi:

1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta

kemoterapi,

2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,

3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening

4) diikuti terapi radiasi dan kemoterapi,


e. Stadium II B

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B meliputi terapi

radiasi internal dan eksternal yang diikuti dengan kemoterapi.

f. Stadium III

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III meliputi terapi

radiasi internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan

kemoterapi.

g. Stadium IV A

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A

meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang

dikombinasikan dengan kemoterapi.

h. Stadium IV B

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB meliputi:

1) Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejala-

gejala yang disebabkan oleh kanker dan untuk meningkatkan

kualitas hidup,

2) Kemoterapi,

3) Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat

kombinasi.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks

meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan


pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan klien.

Perawat mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk

meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder dkk, 2013).

Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan

pasangannya memandang kemampuan reproduksi wanita dan

memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan

reproduksinya. Apabila terdiagnosis kanker, banyak wanita merasa

hidupnya lebih terancam. Perasaan ini jauh lebih penting dibandingkan

kehilangan kemampuan reproduksi. Intervensi keperawatan kemudian

difokuskan untuk membantu klien mengekspresikan rasa takut,

membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan

dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan

komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah

(Reeder dkk, 2013).

8. Deteksi Kanker Servik

1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Sesuai dengan namanya, IVA merupakan pemeriksaan leher rahim

(serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang)

leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%.

Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu

tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap

prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat

dianggap tidak ada infeksi pada serviks

2. Tes Pap Smear

Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi

sejak dini munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan


dengan cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta

hasil yang akurat

Pemeriksaan pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang

masa menstruasi. Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10

dan 20 hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira-kira dua

hari sebelum pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari

douching atau penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan ini

dapat menghilangkan atau menyembunyikan sel-sel abnormal

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri atas lima

tahap yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu

sama lain (Budiono, 2015).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan

objektif (misalnya, tanda-tanda vital, wawancara klien/keluarga,

pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi riwayat pasien dan rekam

medik. Perawat juga mengumpulkan kekuatan (untuk mengidentifikasi

peluang promosi kesehatan) dan resiko (area yang merawat dapat

mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda) (NANDA

Internasional, 2015). Pengkajian untuk klien kanker serviks antara lain :

1. Data dasar

Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara

anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang

(hasil laboratorium).
1) Identitas pasien

Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis

kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa,

tanggal masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang

tua, dan pekerjaan orang tua.

2) Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.

1. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti

pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan

berbau. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan

keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu,

baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti

keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan

seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker

serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang

berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan

dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS

(Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada

riwayat penyakit keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling

mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.


Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko

tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang tidak ada riwayat didalam

keluarganya (Diananda, 2008).

5. Riwayat Obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang

perlu diketahui adalah:

a. Keluhan haid

Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker

serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan mengalami atropi

pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi

pendarahan diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.

b. Riwayat kehamilan dan persalinan

Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak

pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar

kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).

6. Riwayat psikososial

Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan

terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga

terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran

diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau

sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang

lain (Reeder, dkk, 2013). Pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya

mengalami keluhan cemas dan ketakutan.

7. Riwayat kebiasaan sehari-hari

Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas

pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015).

Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak

nafsu makan, kelehan, gangguan pola tidur.


8. Pemeriksaan fisik, meliputi :

a. Keadaan umum:

Pasien kanker serviks post kemoterapi sadar, lemah dan tanda-tanda vital

normal (120/80 mmHg).

b. Kepala:

Pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kebersihan kepala, apakah ada

benjolan atau lesi, dan biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi

terdapat rambut rontok

c. Mata:

Pemeriksaan mata meliputi kesimetrisan dan kelengkapan mata, kelopak

mata, konjungtiva anemis atau tidak, ketajaman penglihatan. Biasanya ada

keadaan dimana konjungtiva anemis dan skelera ikterik karena mengalami

proses perdarahan.

d. Hidung :

Pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi, kondisi

lubang hidung, apakah ada sekret, perdarahan atau tidak, serta sumbatan

jalan yang mengganggu pernafasan.

e. Telinga :

Pemeriksaan telinga meliputi bentuk, kesimetrisan, keadaan lubang telinga,

kebersihan, serta ketajaman telinga.

f. Leher:

Pemeriksaan leher meliputi kelenjar tiroid, vena jugularis apakah ada

pembesaran atau tidak, biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi

terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut

g. Dada:

Pemeriksaan meliputi inspeksi untuk menilai bentuk thoraks, kesimetrisan,

apakah ada penggunaan otot bantu nafas, palpasi yang dilakukan dengan

vokal premitus yaitu menyebutkan angka “Tujuh puluh tujuh” apakah


getaran antar dada yang satu dengan lain sama, perkusi yang dilakukan pada

semua lapang paru mulai dari klavikula kebawah pada setiap spasium

intercostalis, dan auskultasi untuk menilai bunyi, suara nafas.

h. Abdomen:

Biasanya pada pasien kanker serviks terdapat adanya nyeri abdomen atau

nyeri pada punggung bawah akibat tumor menekan saraf lumbosakralis

i. Genetalia:

Pemeriksaan genetalia untuk melihat apakah terdapat hematoma, oedema,

tanda-tanda infeksi, pemeriksaan pada lokhea meliputi warna, bau, jumlah,

dan konsistensinya. Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret

berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner &

suddarth, 2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya

mengalami perdarahan pervaginam.

j. Ekstermitas:

Pemeriksaan integumen meliputi warna, turgor, kelembapan, suhu tubuh,

tekstur, hiperpigmentasi. Pemeriksaan ekstremitas untuk melihat apakah ada

tidaknya oedema, varises, reflek bisep, trisep, patela, reflek babinski, nyeri

tekan, dan pemeriksaan human sign. Biasanya pada pasien kanker serviks

yang stadium lanjut mengalami udema dan nyeri. Pada pasien kanker

serviks post kemoterapi biasanya mengalami kesemutan atau kebas pada

tangan dan kaki.

9. Pemeriksaan penunjang.

Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi, servikografi,

pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila, 2015). Selain itu bisa juga

dilakukan pemeriksaan hematologi karna biasanya pada pasien kanker serviks

post kemoterapi mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai

normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl (Brunner, 2013).


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis Keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons

manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan , atau

kerentanaan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau

komunitas. Diagnosis keperawatan biasanya berisi dua bagian: 1)

deskripsi atau pengubah, dan 2) fokus diagnosis, atau konsep kunci dari

diagnosis (NANDA Internasional, 2015). Masalah keperawatan yang

mungkin muncul pada klien kanker serviks menurut SDKI tahun 2017,

adalah sebagai berikut :

2.3.2.1 SDKI, 2017

Kategori : Psikologis

Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan

Kode : D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis (neoplasma)

2.3.2.2 SDKI, 2017

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Kode : D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat akibat adanya mual muntah

2.3.2.3 SDKI, 2017

Kategori : Psikologis

Subkategori : Integritas Ego

Kode : D.0080 Ansietas berhubungan dengan status kesehatan


menurun

2.3.2.4 SDKI, 2017

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Aktivitas/Istirahat

Kode : D.0054 Gangguan mobilitas fisik dengan agens

farmaseutikal

2.3.2.5 SDKI, 2017

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi/Cairan

Kode : D.0036 Resiko ketidakseimbangan cairan

berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif

(perdarahan)

2.3.2.6 SDKI, 2017

Kategori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan dan Proteksi

Kode : D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tidak

adekuat

2.3.2.7 SDKI, 2017

Kategori : Perilaku

Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran

Kode : Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan

informasi proses penyakit dan terapi yang akan dijalan


Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan agen cedera Setelah dilakukan asuhan 1.1 Lakukan pengkajian nyeri
fisiologis (neoplasma) keperawatan selama 3x24 jam komprehensif meliputi
(D.0077) pasien mampu untuk mengontrol lokasi, karakteristik,
dan menunjukkan tingkat nyeri onset/durasi, frekuensi,
dengan Kriteria Hasil: kualitas, intensitas atau
1. Mengenal faktor-faktor beratnya nyeri dan faktor
penyebab nyeri pencetus (PQRST).
2. Mengenal onset nyeri 1.2 Observasi adanya petunjuk
3. Melakukan tindakan nonverbal mengenai
pertolongan non-analgetik ketidaknyamanan terutama
4. Menggunakan analgetik pada mereka yang tidak
5. Melaporkan gejala-gejala dapat berkomunikasi secara
kepada tim kesehatan efektif.
6. Melaporkan nyeri, frekuensi, 1.3 Ajarkan teknik non
dan lamanya farmakologi
7. Tanda-tanda vital dalam 1.4 Berikan informasi mengenai
rentang normal nyeri seperti penyebab nyeri,
8. Klien melaporkan nyeri berapa lama nyeri akan
berkurang dengan skala 1-3 dirasakan, dan antisipasi dari
dari 10 atau nyeri ringan ketidaknyamanan akibat
9. Ekspresi wajah tenang prosedur.
10. Klien dapat istirahat dan tidur 1.5 Evaluasi keefektifan dari
tindakan pengontrol nyeri
yang dipakai selama
pengkajian nyeri dilakukan.
1.6 Dukung istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri.
1.7 Kolaborasi pemberian
analgetik yang tepat.
Defisit nutrisi NOC : NIC :
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 2.1 Kaji kemampuan pasien
intake yang tidak adekuat keperawatan selama 3x24 jam untuk mendapatkan nutrisi
akibat adanya mual pasien terhindar dari adanya yang dibutuhkan
muntah (D.0019) malnutrisi dengan Kriteria Hasil 2.2 BB pasien dalam batas
: normal
1. Adanya peningkatan berat 2.3 Monitor adanya penurunan
badan sesuai dengan tujuan berat badan
2. Berat badan ideal 2.4 Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi badan meningkatkan intake Fe
3. Tidak ada tanda-tanda 2.5 Anjurkan pasien untuk
malnutrisi meningkatkan protein dan
4. Tidak terjadi penurunan berat vitamin C
badan yang berarti 2.6 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
2.7 Berikan informasi kesehatan
tentang kebutuhan nutrisi
2.8 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

kalori dan nutrisi yang


dibutuhkan pasien.
Ansietas berhubungan NOC : NIC :
dengan status kesehatan Setelah dilakukan asuhan 3.1 Kaji tingkat kecemasan
menurun (D.0080) keperawatan selama 3x24 jam pasien
pasien terhindar dari adanya 3.2 Gunakan pendekatan yang
kecemasan dengan Kriteria menenangkan
Hasil : 3.3 Nyatakan dengan jelas
1. Klien mampu mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
dan mengungkapkan gejala pasien
cemas. 3.4 Jelaskan semua prosedur dan
2. Mengidentifikasi, apa yang dirasakan selama
mengungkapkan dan prosedur
menunjukkan tehnik untuk 3.5 Temani pasien untuk
mengontol cemas. memberikan keamanan dan
3. Vital sign dalam batas normal. mengurangi takut
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 3.6 Dengarkan dengan penuh
bahasa tubuh dan tingkat perhatian
aktivfitas menunjukkan 3.7 Identifikasi tingkat
berkurangnya kecemasan. kecemasan
3.8 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
3.9 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
3.10Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :
berhubungan dengan agens Setelah dilakukan asuhan 4.1 Kaji tingkat kekuatan otot
farmaseutikal (D.0054) keperawatan selama 3x24 jam pasien
pasien dapat menunjukkan untuk 4.2 Monitoring vital sign
melakukan aktivitas mandiri sebelum/sesudah latihan dan
dengan Kriteria Hasil : lihat respon pasien saat
1. Klien meningkat dalam latihan
aktivitas fisik 4.3 Konsultasikan dengan terapi
2. Mengerti tujuan dan fisik tentang rencana ambulasi
peningkatan mobilitas sesuai dengan kebutuhan
3. Memverbalisasikan perasaan 4.4 Ajarkan pasien tentang teknik
dalam meningkatkan kekuatan ambulasi
dan kemampuan berpindah 4.5 Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
4. Memperagakan penggunaan 4.6 Latih pasien dalam
alat
pemenuhan kebutuhan ADLs
5. Bantu untuk mobilisasi secara mandiri sesuai
(walker) kemampuan
4.7 Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
pasien.
4.8 Ajarkan pasien bagaimana
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

merubah posisi dan berikan


bantuan jika diperlukan.

Resiko ketidakseimbangan NOC : NIC :


cairan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 5.1 Kaji adanya perdarahan
dengan kehilangan volume keperawatan selama 3x24 jam 5.2 Monitor vital sign
cairan aktif (perdarahan) pasien terhindar dari 5.3 Monitor masukan
(D.0036) ketidakseimbangan cairan dengan makanan/cairan dan hitung
Kriteria Hasil : intake kalori harian
1. Mempertahankan output sesuai 5.4 Monitor status nutrisi
dengan usia dan BB, HT 5.5 Monitor tingkat Hb dan
normal Hematokrit
2. Vital sign dalam batas normal 5.6 Kolaborasi jika tanda cairan
3. Elistisitas turgor baik, berlebih muncul memburuk
membran mukosa lembab, 5.7 Atur kemungkinan untuk
tidak ada rasa haus yang tranfusi.
berlebihan.

Resiko infeksi NOC : NIC :


berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 6.1 Pertahankan teknik aseptif
imunitas tidak adekuat keperawatan selama 3x24 jam 6.2 Tingkatkan intake nutrisi
(D.0142) pasien tidak mengalami infeksi 6.3 Monitor tanda dan gejala
dengan Kriteria Hasil : infeksi sitemik dan lokal
1. Klien bebas dari tanda dan 6.4 Dorong masukan cairan
gejala infeksi 6.5 Dorong istirahat klien
2. Menunjukkan kemampuan 6.6 Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mencegah timbulnya tanda dan gejala infeksi
infeksi 6.7 Kaji suhu badan pasa kloen
3. Jumlah leukosit dalam batas setiap 4 jam
normal 6.8 Kolaborasi pemberian terapi
4. Menunjukkan perilaku hidup antibiotik
sehat
5. Status imun, gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas
normal
Defisit pegetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 7.1 Kaji tingkat pengetahuan
keterbatasan informasi keperawatan selama 3x24 jam pasien dan keluarga
proses penyakit dan terapi pasien dan keluarga menunjukkan 7.2 Gambarkan tanda dan gejala
yang akan dijalani pengetahuan tentang proses yang biasa muncul pada
(D.0111) penyakit dengan Kriteria Hasil : penyakit, dengan cara yang
1. Pasien dan keluarga tepat
menyatakan pemahaman 7.3 Gambarkan proses penyakit,
tentang penyakit, kondisi, dengan cara yang tepat
prognosis dan program 7.4 Identifikasi kemungkinan
pengobatan penyebab, dengan cara yang
2. Pasien dan keluarga mampu tepat
melaksanakan prosedur yang 7.5 Sediakan informasi pada
dijelaskan secara benar pasien tentang kondisi,
3. Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang 7.6 Sediakan bagi keluarga
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

dijelaskan perawat informasi tentangkemajuan


pasien dengan cara yang
tepat

Anda mungkin juga menyukai