TESIS
Oleh
FRANSISKUS UWEUBUN
097032162/IKM
TESIS
Oleh
FRANSISKUS UWEUBUN
097032162/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dekan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Fransiskus Uweubun
097032162/IKM
Kata Kunci : Sikap Perawat, Teknik Komunikasi, Isi Pesan dalam Menjalanka
Kemoterapi
Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan tesis ini,
penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku sekretaris Program Studi S2 Ilmu
4. Prof. dr. Delfi Lutan, M. Sc. Sp.OG selaku ketua komisi pembimbing dan Dra.
Syarifah, M.S, selaku anggota kamisi pembimbing yang dengan penuh perhatian
6. Dokter Riahsyah Damanik, SpB (K) Onk, selaku derektur Hope Clinic Medan
yang telah memberi izin kepada peneliti untuk meneliti di Hope Clinic Medan.
7. Provinsial frater cmm, provinsi Indonesia beserta dewan provinsi yang telah
8. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan keputusan dalam
kepada penderita yang mrmbutuhkan pelayanan yang baik, serta pengembangan ilmu
Fransiskus Uweubun
097032162/IKM
Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, anak ke enam dari tujuh bersaudara dari
Dasar Naskat katolik Waur, selesai Tahun 1977; Sekolah menengah pertama di SMP
Yos Sudarso Waur Maluku –Tenggara, selesai Tahun 1980, Sekolah Menengah Atas
Katolik Sanata Karya Tual Maluku-Tenggara selesai Tahun 1984; Masuk pendidikan
Kongregasi Frater CMM, Tahun 1985 di Manado Sulawesi Utara dan mengikrarkan
profesi pertama tahun 1988. Mengikuti pendidikan perawat ( SPK), di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan, selesai tahun 1991; Mengikuti pendidikan diploma DIII
keperawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, selesai Tahun 1999; Fakultas
Mulai bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar, dari
tahun 1991 sampai 1994, Bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Fatima Makale
Tana Toraja, Sulawesi Selatan dari tahun 1995 sampai 2002; bekerja sebagai staf
sampai tahun 2007. Tahun 2009 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program
Utara.
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
terjadi dan penyebab kematian pada wanita. Di kebanyakan negara urutan pertama
ditempati oleh kanker leher serviks, kanker payudara memenpati urutan kedua. Di
bawah usia tiga puluh tahun, kanker payudara sangat jarang muncul.
satu payudaranya maka individu tersebut mempunyai resiko lebih tinggi untuk
daerah di Amerika Serikat mencapai di atas 100/100.000 berarti lebih 100 penderita
kanker serviks pada wanita. Kanker payudara menyerang wanita yang berumur di
atas 40 tahun. Namun wanita muda pun bisa terserang kanker payudara ( Purwoastuti,
2009).
hanya kira-kira sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk
kutip dari profil kesehatan Indonesia tahun 2008, sebanyak 5.207 kasus. Setahun
kemudian pada tahun 2005, jumlah penderita kanker payudara meningkat menjadi
7.850 kasus. Tahun 2006, penderita kanker payudara meningkat menjadi 8.328 kasus
dan pada tahun 2007 sebanyak 8.377. Menurut Prof. Tjandra Yoga, di Indonesia
prevalensi tumor/kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk. Kanker merupakan penyebab
kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke TB, Hipertensi, cedera, perinatal, dan DM
diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per
100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per 100.000 perempuan.
Salah satu faktor risiko yang menyebabkan tingginya kejadian kanker di Indonesia
≥ 15 tahun
yaitu prevalensi merokok 23,7%, obesitas umumnya penduduk berusia
pada laki-laki 13,9% dan pada perempuan 23,8%. Prevalensi kurang konsumsi buah
dan sayur 93,6%, konsumsi makanan diawetkan 6,3%, makanan berlemak 12,8%, dan
secara negatif oleh keluhan jasmani yang mengancam, stadium lanjut dari tumor,
karena merasa hanya menjadi beban bagi orang lain, dan rasa malu karena tidak
pengobatan agar mengurangi perasaan cemas dan takut tersebut melalui komunikasi
yaitu komunikasi terapeutik dengan sikap empati dari seorang perawat dan dokter
payudara, (Fatmawati,2010).
dan pikiran. Maksud komunikasi adalah memengaruhi perilaku orang lain. Hubungan
perawat dan klien yang terapeutik tidak mungkin tercapai tanpa komunikasi
(Ermawati 2009).
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun
non verbal.
Karena komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan paling bermakna
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan
pasien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya, (Christina Lia
bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memaknai
perilaku klien berubah ke arah yang positif. Komunikasi terapeutik tidak dapat
tentang kondisi klien jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan klien. Melalui
terhadap terapi yang disebabkan oleh kurangnya dukungan sosial dari keluarga atau
Dr. Moewardi Surakarta tentang hubungan antara support system keluarga dengan
hubungan yang bermakna antara support system keluarga dengan kepatuhan berobat
jalan.
situasi operasi merupakan situasi yang diwarnai suasana cemas, baik bagi pasien dan
keluarganya. Sehingga peran perawat dan tenaga kesehatan lain perlu memberikan
yang dapat timbul karena pasien tidak kooperatif dan mengganggu proses
penyembuhan. Oleh sebab itu, bila perawat tidak berperan aktif dalam memberikan
dukungan dan motivasi kepada pasien maka tingkat kecemasan pasien akan terus
meningkat dan merasa takut dalam menjalani tindakan keperawatan sebelum operasi.
Untuk itu, pasien yang akan menjalani operasi harus diberi komunikasi terapeutik
merasa terayomi dan mendapat perhatian yang penuh dari perawat sehingga bisa
menggunakan teknik komunikasi agar perilaku pasien berubah kearah yang positif
penting karena komunikasi terapeutik adalah salah satu bentuk intervensi dalam
Salah satu pengobatan yang berkembang dengan cepat saat ini adalah
kemoterapi dilakukan pada beberapa penyakit kanker yang spesifik seperti kanker
payudara, kanker rahim, kanker paru, leukemia tetapi selalu ada laporan baru tentang
neoplasma yang sebelumnya tidak dapat diatasi. Obat kemoterapi digunakan untuk
sangat efektif ketika sel-sel sedang membelah, namun obat ini tidak dapat
membedakan sel sehat yang sedang membelah seperti folikel rambut yang dapat
mengakibatkan efek samping pada rambut sehingga menjadi rontok. Sel-sel normal
dapat pulih kembali dalam waktu yang singkat, namun sel-sel kanker payudara yang
atau sel-sel tumor. Kemoterapi merupakan terapi sistematis yang ditambahkan pada
tubuh, berarti pada seluruh sistem. Kemoterapi menyebar tanpa bergantung pada jalan
masuknya, melalui sirkulasi darah, jadi tanpa halangan sampai di semua jaringan dan
Dari data Medikal Record Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan (2009), jumlah
pasien yang berobat di Poli Bedah Bagian Onkologi Rumah Sakit Dr. Pirngadi
Medan adalah 1232 orang, yang terdiagnosa kanker payudara 323 orang atau
sebesar (26,21 %) . Penderita yang dirawat sebanyak 315 orang , sedangkan yang
terapeutik yakni sikap perawat, teknik komunikasi dan isi pesan dapat berpengaruh
Hubungan saling percaya yang telah dibangun diantara perawat dan pasien tersebut
Pada penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian yang sesuai dengan
kemoterapi, maka lokasi penelitian yang di pilih adalah Hope Clinic sebagai tempat
pelaksanaan kemoterapi dan konsultasi tumor (kanker) yang berlikasi di jalan Stadion
perawat serta status pasien yang menjalankan pemeriksaan dan konsultasi di Hope
Clinic, terdapat 78 orang penderita kanker payudara, selama tahun 2011 dan tahun
2012. Dari jumlah 78 penderita kanker payudara yang dianjurkan dokter untuk
merawatnya.
1.2. Permasalahan
1.4. Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini adalah (H1) apabila ada pengaruh komunikasi
1. Ilmu Pengetahuan
kemoterapi.
3. Hope Clinic
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi Hope Clinic
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi
yang dikutip oleh (Mundakir 2006), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti Fatmawati 2010).
interpersonal antara perawat dan klien, dalam hal ini perawat dan klien memperoleh
cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap pasien dan pemberian
informasi yang akurat kepada pasien, sehingga diharapkan dapat berdampak pada
perubahan yang lebih baik pada pasien dalam menjalanakan terapi dan membantu
pasien dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan.
yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien
yang tadinya tidak biasa menerima apa adanya atau merasa rendah diri, setelah
dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima
dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien
apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau
Keempat, rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Identitas personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin. Klien yang
dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat
dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
Dalam hal ini perawat berusaha menggali semua aspek kehidupan klien di masa
sekarang dan masa lalu. Kemudian perawat membantu meningkatkan integritas diri
Menurut (Suryani 2000), ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami
mendefinisikan dirinya sebagai manusia. Hubungan perawat dengan klien tidak hanya
sekedar hubungan seorang penolong dengan kliennya tetapi lebih dari itu, hubungan
karakter yang berbeda-beda, karena itu perawat perlu memahami perasaan dan
perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan
Ketiga, semua komuikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga
alternative pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan keperawatan. Perawat bekerja dan selalu
bertemu dengan pasien selama 24 jam penuh dalam satu siklus shift, karena itu
perawat menjadi ujung tombak bagi suatu Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan
penuh kasih sayang dalam melakukan komunikasi dengan pasien. Perawat harus
memiliki tanggung jawab moral tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh
kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk kesembuhan pasien.
beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak peduli terhadap orang lain dan adalah
Keliat 1992). Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta
Suryani, (2005). Untuk member kesempatan lebih banyak pada klien untuk
c. Sikap tubuh yang menunjukan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau
tangan
e. Angkat kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan
balik
2. Bertanya
Suryani,(2005).
jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu
(2005).
3. Penerimaan
4. Mengulangi (restating)
5. Klarifikasi (clarification)
yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya
Gerald,d dan Suryani, (2005). Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak
perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan klien, juga tidak
6. Refleksi ( reflection )
isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang
harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab;
pendapat klien adalah berharga dank lien mempunyai hak untuk mampu
melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia
7. Memfokuskan (focusing)
pencapaian tujuan Stuart, G.W dalam Suryani, (2005). Metode ini dilakukan
pencapaian tujuan.
8. Diam ( silence )
untuk klien. Teknik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau
pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri
dan penyembuhan klien. Informasi tambahan yang diberikan pada klien harus
dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang masalah
point penting dari interaksi perawat-klien. Teknik ini membantu perawat dank
lien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan.
Teknik ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak
melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja Gerald,D dalam
12. Eksplorasi
Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih dalam masalah yang
dialami klien, Antai-Otong dalam suryani, (2005) supaya masalah tersebut bias
diatasi. Teknik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran
perception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan
atau pikirkan. Teknik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu
dalam Suryani, 2005).teknik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk
dan tertarik dengan apa yang dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha
16. Humor
untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien Gerald, D dalam
Bukan tidak mungkin bahwa klien belum siap untuk berkomunikasi secara verbal
dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.
Perawat menyediakan diri tanpa renpons bersyarat atau respons yang diharapkan.
Memberi salam pada klien dan keluarga dengan menyebut namanya, menunjukan
kesadaran tentang perubahan yang terjadi, untuk menghargai klien dan keluarga
sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas
20. Asertif
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain.
Elsa Roselina, 2009 mengidentifikasikan lima sikap atau cara untuk dapat
1. Berhadapan
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan
sesuatu
Dalam posisi ini diharapkan tidak melipat kaki atau tangan untuk menyatakan
5. Tetap rileks
dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang kurang
menyenangkan.
Ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan oleh seorang perawat dalam
diperbaiki
kesalahan
6. Dorong penerima umpan balik untuk menemukan jalan keluar dan langkah-
Pesan adalah segala sesuatu yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa
ide, pendapat, pikiran dan saran. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya
menjadi pengarah di dalam suatu usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan, (Ernawati Dalami, 2009). Menurut Arita Murwani, isi pesan harus dirasa
penting dan berguna bagi sasaran. Bila seorang pasien diberi nasihat atau informasi
berupa pesan-pesan yang kurang bermanfaat dan tidak jelas, maka pasien akan
enggan melakukannya. Pesan dapat disampaikan dengan cara langsung atau lisan,
tatap muka, dan dapat pula melalui media atau saluran. Pesan yang disampaikan
c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan
2.2. 1. Pengertian
(misalnya minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup),
sesuai anjuran terapi atau kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari
Menurut (Perry dan Potter 2009), kepatuhan adalah ketaatan klien pada
kesehatannya. Banyak orang yang tidak mau mengadobsi prilaku sehat atau
mengubah prilaku yang tidak sehat. Berbeda dengan orang-orang yang menganggap
praktik kesehatan yang berubah dan melihat keuntungan dalam mengadobsi perilaku
yang baru. Sebagai contoh penderita diabetes mellitus terus mengikuti pola makan
seperti biasa. Terapi tidak akan berpengaruh kecuali penderita diabetes mellitus
kepatuhan.
perintah/nasehat atau aturan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
menjalankan kemoterapi apabila mau menjalankan pola hidup sehat dan mengontrol
atau pemeriksaan sel kanker, pemeriksaan fungsi hati, haimoglobin, Leukosit paling
atau penyulit .
Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah
pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan memiliki nada yang cenderung
pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang, peserta didik anggap bersikap
diobservasi. Menurut Eraker dan Levanthal serta Cameron dalam Niven,( 2002)
pendekatan behavioristik dalam hal reward , petunjuk, kontrak, dan dukungan sosial.
Teori keyakinan rasional, yang menimbang manfaat pengobatan dan resiko penyakin
melalui penggunaan logika cost benefit. Sistem mengatur diri, pasien dilihat sebagai
seseorang dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni faktor
faktor yang memperkuat atau mendorong ( reinforcing factor). Jadi ada hubungan
Bina Kefarmasian dan alat kesehatan Depkes RI, (2005) mengemukan salah satu
didukung oleh penelitian (Cahyadi 2006) di Ruang Cendana I RSUD Dr. Moewardi
pengobatan pada pasien yang mendapat kemoterapi membuktikan ada hubungan yang
bermakna antara support system keluarga dengan kepatuhan berobat jalan. Menurut
penelitian Yulian (2008) di Rumah Sakit Umum Jiwa Daerah Surakarta tentang
menunjukkan ada hubungan antara support system keluarga terhadap kepatuhan klien
Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan
kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin, Kamus Besar Bahasa
Indonesia 1988.
Menurut Sacket dalam Niven (2000) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku
pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Salah
satu pengobatan yang berkembang dengan cepat saat ini adalah kemoterapi yaitu
penggunaan preparat anti neoplasma, sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor
beberapa penyakit kanker yang spesifik seperti kanker payudara, kanker rahim,
kanker paru, leukemia tetapi selalu ada laporan baru tentang neoplasma yang
payudara.
dalam mengatasi masalah kesehatan atau penyakit dapat disebabkan banyak hal
tentang pentingnya perilaku yang baru itu, (2) kepatuhan demi menjaga hubungan
baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut, (3)
kesehatan atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau
diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan mamfaat dari tindakan tersebut,
tahap ini disebut proses identifikasi. Motivasi untuk mengubah perilaku individu
dalam tahap ini lebih baik dari pada dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini
belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat
jika dia ditinggalkan petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu
Menurut teori Feuerstein dalam Niven (2000) ada 5 faktor yang mendukung
dengan pasien.
secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu mulai dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi. Pendidikan ini dapat juga diperoleh secara mandiri dengan
pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu
penderita tidak asal ikut-ikutan saja tetapi tindakan yang dilakukan sudah berdasarkan
pertimbangan tentang baik buruknya atau untung ruginya mematuhi instruksi petugas
pasien yang dapat memengaruhi kepatuhan. Sebagai contoh pasien yang lebih
mandiri, harus merasakan bahwa dia dilibatkan secara aktif dalam program
diturunkan terlebih dahulu tingkat ansietasnya dengan cara menyakinkan dia atau
pengobatan.
konsumsi alkohol.
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program
pengobatan yang dapat mereka terima. Pratt dalam Niven (2002) telah
yang lain, teman, waktu, dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan
transportasi tidak ada, dan ada anggota keluarga yang sakit, dapat mengurangi
kepatuhan pasien. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas, yang
pengobatan. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan, bahwa keyakinan, sikap dan
tentang terapi yang harus dijalankannya bisa saja dipengaruhi oleh bagaimana cara
keluarga memberi memotivasi untuk pasien bisa bangkit dari keterpurukan akan
sesederhana mungkin, dan pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.
kompleks.
dokter, perawat dan pasien di Hongkong, mendapatkan bahwa pasien yang rata-rata
diberi 18 jenis informasi untuk diingat dalam setiap konsultasi, hanya mampu
mengingat 31 % saja. Dari penjabaran dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
derajat kepatuhan. Korsch dan Negrete dalam Niven (2002) telah mengamati 800
kunjungan orangtua dan anak-anaknya ke rumah sakit anak di Los Angeles. Selama
erat antara kepuasan ibu terhadap konsultasi dengan seberapa jauh mereka mematuhi
nasehat dokter, tidak ada kaitan antara lamanya konsultasi dengan kepuasan ibu. Jadi
konsultasi yang pendek tidak akan tidak produktif. Jika diberikan perhatian untuk
oleh dokter, pengguaan istilah medis yang berlebihan, kurangnya empati dan hampir
setengah dari ibu-ibu tersebut tidak memperoleh kejelasan tentang penyebab penyakit
anaknya, yang sering kali menimbulkan kecemasan. Dari penelitian ini, dapat dilihat
bahwa kesalahan seperti ini dengan mudah diatasi dengan ketrampilan komunikasi
terapeutik yang dibina antara pasien dan pasien dengan tenaga kesehatan.
Menurut Ley dan Spelman dalam Niven (2002), menemukan bahwa lebih
dari 60% responden yang di wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah
mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini
suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh
informasi diagnosis. Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa
kepatuhan yaitu motivasi klien untuk sembuh, dan durasi terapi yang dianjurkan
yakni tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan, persepsi keparahan masalah
terapi, keyakinan bahwa terapi atau rejimen yang diprogramkan akan membantu,
kerumitan, efek samping, warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi
sulit dilakukan, tingkat kepuasan, kualitas dan jenis hubungan dengan penyedia
keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk
pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara
pengobatannya. Dalam hal ini pemberian informasi yang jelas tentang perencanaan
makan, aktivitas dan kontrol darah lengkap, serta pemeriksaan endoscopy yang
teratur pada penderita kanker payudara sehingga penderita paham dan akhirnya
patuh menjalankannya.
Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah
pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan memiliki nada yang cenderung
pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang, peserta didik anggap bersikap
instruksi yang penting, menjadi partisipan yang mau berusaha mencapai tujuan
komunikasi dokter dan pasien di Hongkong, mendapatkan bahwa pasen yang rata-
rata diberi 18 jenis informasi untuk diingat dalam setiap konsultasi, hanya mampu
mengingat 31 % saja. Dari penjabaran dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
terapi.
keputusan klien serta pada saat yang sama mengakui hak-hak klien terhadap
rangkaian tindakan, misalnya perawat memberi tahu agar jangan lupa minum
melakukan latihan fisik setiap pagi, perawat dapat memberi pujian untuk
dapat meninggalkan brosur atau gambar untuk dibaca klien setelah penyuluhan,
juga membuat jadwal pemberian obat kemoterapi pada selembar kertas dengann
5. Memberi hubungan terapeutik yang tidak kaku, saling mengerti dan tanggung
jawab bersama dengan klien dan keluarga sebagai pemberi dukungan kepada
klien.
Menurut Kelman perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap
mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan
tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sanksi jika tidak patuh
atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika mematuhi anjuran tersebut tahap
ini disebut tahap kesediaan, biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat
sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan
petugas. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur atau hilang, perilaku itupun
ditinggalkan.
Pengawasan itu tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau tokoh otoriter,
melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku, jika individu
tidak melakukan tindakan tersebut. Dalam tahap ini pengaruh tekanan kelompok
kelompok meskipun sebenarnya dia tidak menyetujuinya. Namun segera setelah dia
perilakunya sendiri.
pentingnya perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda,
yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh
timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas atau tokoh tersebut,
sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau diinstruksikan tanpa memahami
sepenuhnya arti dan mamfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut proses
identifikasi. Meskipun motivasi untuk mengubah perilaku individu dalam tahap ini
lebih baik dari pada dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini belum dapat
perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga jika dia
ditinggalkan petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu melanjutkan
perilaku tersebut Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika
perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi, dimana perilaku yang baru itu
dianggap bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain
dari hidupnya.
Proses internalisasi ini dapat dicapai jika petugas atau tokoh merupakan
seseorang yang dapat dipercaya (kredibilitasnya tinggi) yang dapat membuat individu
memahami makna dan penggunaan perilaku tersebut serta membuat mereka mengerti
akan pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan mereka sendiri. Memang proses
mengubah nilai dan kepercayaan mereka agar menyesuaikan diri dengan nilai atau
perilaku yang baru.Teori The Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan).
2.3. Kemoterapi
2.3.1. Pengertian
pil, cair atau kapsul atau melalui infus, (Wenny Artanty Nisman 2011) Kemoterapi
adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil, cair atau kapsul
yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi
juga di seluruh tubuh, Denton, 1996 dalam Wenny Artanty Nisman, (2011).
Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan zat atau obat yang berkhasiat
untuk membunuh sel kanker. Prinsipnya adalah membunuh/ menghanbat sel tumor
merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat
mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain, (Imam
Rasjidi 2007).
seringkali sekaligus tiga kali. Target utama obat-obatan semacam ini dimaksudkan
untuk mengidentifiksdi dan membunuh sel-sel yang bertambah dan membelah secara
cepat. Sayangnya, obat-obat anti-kanker tidak dapat mengenali sel-sel kanker secara
darah atau sumsum tulang. Sumsum tulang adalah jaringan yang sangat penting
dalam tubuh sebab memproduksi sel-sel darah dan sistem kekebalan untuk melawat
1. Secara oral
3. Parienteral
4. Pemeriksaan antara lain: darah lengkap, test fungsi ginajl, Fungsi lever,
3. Kulit dan rambut (rambut rontok sementara, kuku dan kulit tampak hitam)
4. Sistem reproduksi laki-laki dan perempuan (tidak haid sementara dan sperma
kosong).
2. Efek jangka menengah (hari-minggu), sariawan, diare, letih, lesu, nafsu makan
menurun
3. Tidak demam
4. Tidak perdarahan
2.4.1. Pengertian
Kanker payudara adalah kanker yang terjadi pada payudara karena adanya
pertumbuhan yang tak terkendali dari sel-sel kelenjar dan salurannya, (Wenny
merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan
penemuan terakhir kaum pria pun bisa terkena kanker payudara, walaupun masih
Kanker Payudara adalah kanker yang terjadi pada payudara karena adanya
pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel kelenjar dan salurannya. Sampai saat
ini penyebab kanker kanker payudara belum diketahui dengan pasti, Wenny Artanty
Nisman, (2011).
Stadium dini, dimana kanker mulai timbul dan belum menyusup jauh ke dalam
jaringan sekitarnya dan belum mengadakan anak sebar; dan (2) Stadium lanjut, yaitu
jika kanker sudah menjadi besar dan sudah menyusup jauh ke dalam jaringan
Sampai saat ini kurang lebih 120 jenis kanker diketahui dan dikelompokkan
dalam 12 bagian besar, yaitu: (1) Kanker kandungan, yang terdiri dari cervix dan
corpus, kanker ari-ari dan ovarium; (2) Kanker payudara yang saat ini makin banyak
risiko merokok dan polusi antara lain paru dan tenggorokan; (4) Kanker organ cerna
seperti hati dan pankreas; (5) Kanker tulang dan otot; (6) Kanker traktus urinarius
antara lain ginjal, prostat dan testis; (7) Kanker kulit, seperti melanoma dan
basalioma; (8) Kanker getah bening, seperti limfoma hodgkin dan non hodgkin; (9)
Kanker darah, seperti leukemia; (10) Kanker mata, seperti retino blastoma, sebagian
besar tidak dapat diterapi lagi; (11) Kanker saluran cerna mulai dari oesophagus,
lambung, usus kecil dan kolorektal; (12) Kanker sistem saraf antara lain otak, sum-
Struktur umur pada suatu populasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
insidens kanker. Pada daerah yang penduduknya tidak banyak terdapat orang tua
diatas 55 tahun maka insidens kanker rendah. Beberapa jenis kanker tertentu hanya
atau lebih banyak terdapat pada anak-anak, seperti nephroblastoma, retino blastoma,
teratoma. Sebagian besar kanker yang terdapat pada orang dewasa atau tua di atas 35-
40 tahun adalah seperti kanker kulit, prostat, dan sebagainya. Bila jumlah orang tua
banyak maka insidens kanker tinggi. Karena pada umumnya makin lanjut umurnya
Distribusi umur untuk berbagai jenis kanker tidak sama, seperti untuk kanker
mamma tidak sama dengan kanker kulit, darah, dsb. Pada umumnya untuk jenis
kanker tertentu (age spesific) insidensnya naik bersama dengan kenaikan umur.
Frekuensi kanker pada anak-anak jarang, di bawah umur 5 tahun 3%, dibawah 15
dipertahankan lama sampai kurang lebih umur 25-30 tahun, lalu mulai naik dengan
pelan-pelan dan setelah mencapai umur 35-40 tahun naik dengan cepat. Pada umur 55
tahun frekuensinya turun lagi, karena jumlah penduduk pada usia lanjut sedikit,
2000).
proses karsinogenik. Agens atau faktor-faktor tersebut termasuk virus, agens fisik,
agens kimia, faktor-faktor genetik atau keturunan, faktor-faktor makanan dan agens
1. Virus
Virus sebagai penyebab kanker pada manusia adalah sulit untuk dipastikan
karena virus sulit untuk diisolasi. Bila tampak kanker spesifik pada kluster maka
mendatang dari populasi sel tersebut dan barangkali akan mengarah pada kanker.
terhadap sinar matahari atau pada radiasi, iritasi kronis atau inflamasi dan
terjadi saat prosedur radiografi berulang atau ketika terapi radiasi digunakan
dari kabel listrik. Mikrowave, dan telepon seluler dapat juga meningkatkan risiko
kanker.
3. Agens Kimia
mencakup zat warna amino aromatik anilin; arsenik, jelaga dan tar; asbestos;
benzen; pinang dan kapur sirih; kadmium; senyawaan kromium, nikel dan seng,
mengganggu struktur DNA pada bagian-bagian tubuh yang jauh pajanan zat
kimia.
Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat
terbentuk sel-sel mutan. Beberapa kanker pada masa anak-anak dan dewasa
usia muda dan pada berbagai tempat dalam satu organ atau sepasang organ. Pada
5. Faktor-faktor Makanan
Faktor-faktor makanan diduga berkaitan dengan 40% sampai 60% dari semua
karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak adanya sustansi proaktif dalam diet.
alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atau
6. Agens Hormonal
Normalnya, sistem imun yang utuh mampu untuk melawan sel-sel kanker dengan
berbagai cara. Antigen pada membran sel dari sel-sel kanker dikenal sebagai
Terdapat bukti bahwa fungsi surveilens dari sistem imun sering lebih mampu
serta hasil dari evaluasi diagnostik. Pasien yang diduga kanker menjalani
pemeriksaan diagnostik luas untuk menentukan adanya tumor dan keluasan penyakit,
lainnya, mengevalusi fungsi baik pada sistem dan organ pada tubuh yang sakit dan
tidak sakit, dan mendapatkan jaringan dan sel-sel untuk analisis kanker, termasuk
tahap dan derajatnya. Pemeriksaan yang luas paling sering mencakup riwayat
kesehatan yang lengkap dan pemeriksaan fisik serta radiologi, serologi, dan
diagnostik lainnya serta prosedur bedah. Deteksi dini kanker merupakan usaha
untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang
belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, masih belum menimbulkan kerusakan
yang berarti pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu tertentu. Deteksi dini
asimptomatik atau pada orang-oarang yang mempunyai risiko tinggi mendapat kanker
(Sukardja, 2000).
penyakit kanker umumnya mulai dari kanker in situ atau kanker lokal dalam taraf
seluler atau organ, banyak kasus kanker yang timbul dari tumor jinak atau lesi pra
kanker pada umumnya baru datang ke dokter sesudah penyakitnya dalam stadium
Ada beberapa faktor kelambatan dalam pengelolaan kanker yang terdiri dari
pada penderita disebabkan karena: (1) Penderita kanker stadium dini umumnya
merasa sehat, tidak sakit, tidak terganggu bekerja, sehingga penyakitnya dibiarkan
saja beberapa lama, bulan atau tahun, sampai penyakitnya itu tidak tertahan lagi; (2)
Kurang memperhatikan diri sendiri dimana penderita baru mengetahui adanya tumor
di dalam tubuhnya sesudah tumor itu besar atau sesudah menimbulkan keluhan; (3)
Tidak mengerti atau kurang menyadari akan bahaya kanker; (4) Ada rasa takut (takut
diketahui bahwa dirinya menderita kanker, takut ke dokter, takut sakit, dsb); (5)
Tidak mempunyai biaya; (6) Keluarga tidak mengijinkan ke dokter; dan (7)
merupakan penyakit yang menakutkan dan mecemaskan dari semua penyakit yang
lain. Kanker terkait dengan masalah fisik: nyeri, sengsara, kematian, dan biaya;
Penataan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan
tetapi walaupun demikian angka kematian (mortality rate) dan angka kejadian
pada stadium lanjut, Hawari Dadang (2009). Dadang Hawani menjelaskan ada tiga
reaksi emosional penderita kanker manakala diberitahu bahwa penyakit yang diderita
adalah kanker yang sudah lanjut, yaitu: Phase pertama; penderita akan merasakan
shock mental. Phase kedua: penderita diliputi oleh rasa takut (fear), dan depresi. Pase
Meskipun banyak bentuk kanker yang dapat disembuhkan dan banyak bentuk
lainnya mencapai status sembuh jika diatasi secara dini tetapi faktanya banyak pasien
dan keluarganya tetap memandang kanker sebagai penyakit fatal yang tidak dapat
dihindari yang disertai rasa nyeri, penderitaan, kelemahan dan menguruskan. Setelah
syok, bengong, dan tidak percaya. Kekhawatiran pasien terhadap penyakit kanker
akan dapat terus berlanjut sampai pada akhir hidupnya jika tidak diberi suatu support
serta peningkatkan koping yang adaptif yang dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka.
infus, kateter uretra, drain. Perlu juga pasien dan keluarga mengerti alasan
perlunya pemeriksaan tanda vital, darah lengkap, dan pemeriksaan kimia secara
teratur.
sangat peka terhadap kemoterapi. Sebab itu pasien mengalami anoreksia, mual,
c. Peningkatan nutrisi, anoreksia dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri atau
Istirahat sebelum makan dapat menghemat tenaga yang diperlukan untuk makan.
Berat badan dipantau setiap hari atau setiap minggu. Jika pasien mengalami
sel-sel tubuh yang mempunyai siklus mitosis yang cepat, seperti sel-sel
penjelasan dari perawat kepada pasien agar bisa menerima keadaannya. Untuk itu
kalau perlu pasien memakai wig, topi atau penutup kepala lainnya (Saryono,
2009).
terapi radiasi :
tumot dari benigna kemaligna dengan cepat sperti: insiden kanker meningkat
diketahui oleh dokter,mperawat dan keluarga pasien, untuk mengetahui akan efek
replikasi sel-sel kanker.kemoterapi menjadi lebih efektif jika tumor masih kecil.
pada tahun 1895. Sinar-X terdiri dari radiasi elektromagnetik yang dihasilkan
oleh gelombang energi listrik yang bergerak dalam kecepatan yang sangat tinggi.
perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan “
(Niven, 2002).
Menurut teori Feuerstein dalam Niven (2002), ada lima factor yang
lingkungan dan social, perubahan model terapi dan peningkatan interaksi professional
dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni faktor predisposisi
(predisposing factor), faktor yang mendukung (enabling factor) dan faktor yang
memperkuat atau mendorong (reinforcing factor). Jadi ada hubungan antara perilaku
(stimulus) dan tanggapan dan respon. Kosa dan Robertson mengatakan bahwa
yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh
ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.
yang diarahkan pada pencapaian tujuan untuk menyembuhkan pasien dikenal dengan
Kondisi saling percaya yang telah dibangun diantara perawat dan pasien tersebut akan
et.al., 1998).
Pendidikan
Akomodasi
- Sikap Perawat
- Teknik Komunikasi
- Isi Pesan
Komunikasi Terapeutik ;
Kepatuhan Penderita
- Sikap Perawat Kanker Payudara dalam
- Teknik Komunikasi Menjalankan
- Isi Pesan Kemoterapi
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah cross sectional: yaitu untuk menganalisis Pengaruh
dalam Menjalankan Kemoterapi di Hope Clinic Medan. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan pengaruh komunikasi terapeutik yang terdiri dari sikap perawat, teknik
Clinic Medan mempunyai fasilitas yang cukup memadai seperti ruang kemoterapi,
laboratorium, ruang ringent, ruang konsultasi, farmasi, USG, Mamagrafi, dan setelah
Dengan pertimbangan lain bahwa, lokasi mudah untuk dijangkau peneliti sehingga
cepat untuk memperoleh data dan informasi. Waktu penelitian di mulai Januari - Mei
2012.
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita kanker payudara yang terdeteksi di
3.3.2. Sampel
Pengukuran sampel pada penelitian ini adalah seluruh penderita kanker payudara
stadium II, III, IV yang menjalankan kemoterapi sesuai dengan yang dianjurkan
oleh dokter yang mengobatinya di Hope Clinic Medan, pada tahun 2011, sebanyak 32
orang penderita. Peneliti akan melakukan wawancara dengan penderita yang selesai
Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari : data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi data karakteristik klien dan kepatuhan klien dalam
dengan penderita di Hope Clinic Medan pada waktu kemoterapi dan saat kontrol
kembali ke praktek dokter di Hope Clinic Medan, yakni sebanyak 32 orang pasien.
Data diperoleh dari dokumentasi dan status pasien yang ada di Hope Clinic
Medan.
1. Uji Validitas
validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah
mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas suatu instrumen (dalam
kuesioner) dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan
skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment
Corelation Coeficient (r), dengan ketentuan: a) Bila r hitung > t tabel maka
dinyatakan valid dan b) Bila r hitung < t tabel maka dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Sugiono (2006) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliable atau konsisten
jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan
data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam
penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode
Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran,
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian, ( Hidayat 2009). Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu
teknik komunikasi dan isi pesan, sedangkan variabel dependen (terikat) yaitu
oleh perawat kepada pasien di Hope Clinic sebagai pembawa materi kemoterapi yang
terapeutik
Pengukuran variabel independen yaitu sikap perawat, teknik komunikasi dan isi
kemoterapi:
sedangkan dengan jawaban baik dengan nilai bobot (1) maka variabel isi
diberi skor ≥ 6
dari 8 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban tidak baik bobot nilai ( 0
pertanyaan yang diajukan dengan jawaban tidak baik bobot nilai (0),
menjadi 2 yaitu:
Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan
diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisa data dan langkah
Isi Pesan, sebanyak 11 pertanyaan dengan nilai tertinggi (1) jika responden menjawab
dengan Benar dengan jumlah pertanyaan 8, maka (8 x 1) = 8, nilai terendah (0), jika
Pada pertanyaan Sikap Perawat dalam berkomunikasi ada 8 pertanyaan dengan nial
akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisa data dan
Tabel 3.1. Variabel, Cara dan Alat Ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur
1. Analisis univariat yaitu bertujuan untuk menjelaskan distribusi dari satu variabel
yang diteliti.
bebas dan variabel terikat. Untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna
3. Analisis multivariat
dengan nilai perhitungan statistik p-value < 0,05. Apabila hasil perhitungan
menunjukan nilai p-value <0,05 maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua
analisis regresi linier berganda adalah untuk menemukan model regresi yang
HASIL PENELITIAN
Hope Clinic Medan adalah Klinik Bedah Tumor yang berada di pusat Kota Medan
dengan sarana transpostasi yang mudah untuk dijangkau karena letaknya strategis
Hope Clinic sebagai salah satu klinik spesialis kanker dan tumor yang
senantiasa berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, Hope Clinic Medan telah
mendekatkan Hope Clinic Medan dengan pasien ataupun teman sesama tenaga
medis. Secara umum juga website ini dimaksudkan untuk memberikan penyuluhan
dan informasi yang benar tentang kanker dan tumor kepada masyarakat luas.
Dengan adanya pemahaman yang baik akan kanker dan tumor diharapkan akan dapat
Waktu Pelayanan Senin s/d Jumat 18.00 - 21.00 WIB (Rutin) Selasa, Rabu &
Hope Clinic Medan sebagai tempat pelayanan khusus bagi penderita yang menderita
tumor, baik tumor jinak maupun tumor ganas (kanker). Dengan jumlah tenaga yang
No Fasilitas Keterangan
1 Konsultasi Tumor Tersedia
2 Kemoterapi Tersedia
3 Bedah Rawat Jalan ( Day Surgery ) Tersedia
4 Biopsi ( Bajah Core, Punch, Incisional, Excisional ) Tersedia
5 Konseling Pastoral Tersedia
6 Laboratorium Patologi Anatomi Tersedia
7 Laboratorium Patologi Klinik Tersedia
8 Ultrasonografi Resolusi Tinggi 5-10 MHz Tersedia
9 Mamografi Tersedia
10 protesa payudara Tersedia
11 Ruang pertemuan Tersedia
Responden yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah kaum perempuan
yang berdomisili di kota Medan dan sekitarnya. Identitas responden terdiri dari :
yang bekerja sebagai pegawai sebanyak 42 orang (80.77%) terendah petani sebanyak
dengan cara duduk 21 (40,4%) selebihnya tidak. saat perawat berbicara dengan
santai 20 ( 38,5%) selebihnya tidak, saat perawat berbicara dengan nada terlalu
Pada tabel 4.6 saat perawat berkomunikasi dengan teknik sabar mendengan
a. Baik 37 71,2
b. Tidak Baik 15 28,8
Jumlah 52 100,0
Pada tabel 4.8. isi pesan yang disampaikan perawat dalam memberikan
perawat, teknik komunikasi serta isi pesan dari komunikasi terhadap kepatuhan
responden yang mengalami sikap perawat yang baik cukup tinggi dengan kategori
baik, sedangkan responden yang mengalami sikap perawat yang tidak baik
dikategorikan kurang baik. Hasil chi square dengan nilai p=0,001 < 0,05, artinya ada
responden yang mengalami sikap perawat baik dalam komunikasi terapeutik maka
mengatakan sikap perawat tidak baik namun patuh menjalankan kemoterapi sebanyak
2 orang (15,4%).
yang bermakna secara statistik antara sikap perawat dengan kepatuhan penderita
KEPATUHAN
Total
SIKAP Patuh Tidak Patuh p
n % n % N %
Baik 30 76,9 9 23,1 39 100
tidak Baik 2 15,4 11 84,6 13 100 0,001
Berdasarkan hasil uji chi –square diperoleh p < 0.000, berarti ada hubungan
yang bermakna secara statistik antara teknik komunikasi dengan kepatuhan penderita
Kepatuhan
Teknik Total
Patuh Tidak Patuh p
Komunikasi
n % n % n %
Baik 29 78,4 8 21,6 37 100
0,000
tidak Baik 3 20,0 12 80,0 15 100
Berdasarkan tabel 4.12. dapat diketahui hasil antara isi pesan komunikasi
60%), sedangkan 12 orang mengalami isi pesan komunikasi perawat tidak baik
Berdasarkan hasil uji chi –square diperoleh p > 0.678, berarti ada hubungan
yang bermakna secara statistik antara isi pesan komunikasi perawat dengan
Medan.
Kepatuhan
Total
Isi Pesan Patuh Tidak Patuh p
n % n % n %
Baik 24 60,0 16 40,0 40 100
0,678
tidak Baik 8 66,7,0 4 33,3 12 100
variabel terikat menggunakan uji regresi logistik ganda pada tingkat kemaknaan 95 %
dengan nilai perhitungan statistik p-value < 0,05. Apabila hasil perhitungan
menunjukan nilai p-value <0,05 maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel
secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Tujuan dari analisis regresi
logistik berganda adalah untuk menemukan model regresi yang paling sesuai
Priyo Hastono (2007). Menganalisis pengaruh sikap perawat, teknik komunikasi dan
isi pesan dari komunikasi terapeutik perawat terhadap kepatuhan penderita kanker
logistik berganda
p<0,007 terhadap kepatuhan menjalankan kemoterapi seperti pada tabel berikut ini:
Variabel Independen B P
Sikap Perawat ( X1) -2.507 0.007
Teknuk Komunikasi (X 2 ) -2.288 0,006
constant 3.017 0.004
1. Nilai B konstanta, 3.017 berarti bahwa, apabila nilai seluruh variabel bebas yang
diteliti (X 1 -X 3 ) sama dengan nol, artinya sikap perawat tidak baik dalam
komunikasi, teknik komunikasi perawat tidak baik dalam berkomunikasi serta isi
pesan yang tidak jelas dalam komunikasi terapeutik maka tingkat kepatuhan
2. Hasil analisis regresi logistik berganda untuk variabel sikap perawat p=0,007 <
0,05 berarti ada pengaruh variabel sikap perawat terhadap kepatuhan penderita
berarti bahwa, apabila nilai sikap perawat ( X 1 ) makin menjadi baik dalam
berarti bahwa nilai teknik komunikasi perawat ( X 2 ) makin menjadi baik maka
4. Hasil analisis regresi logistik berganda untuk variabel isi pesan komunikasi
oleh perawat kepada penderita juga dibutuhkan dengan demikian informasi yang
PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang variabel sikap perawat ditemukan 75% pada kategori
baik , dengan persentasi tertinggi yang di alami oleh responden adalah perawat
menjalankan kemoterapi. Mengacu kepada hasil uji statistik dapat dijelaskan bahwa
semakin baik sikap perawat saat berkomunikasi berhadapan dengan pasien (55,8%),
perawat adalah baik yang tentu saja dapat memengaruhi kemauan penderita untuk
menjalankan kemoterapi walaupun ada efek samping yang dialaminya. Namun perlu
cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu: Berhadapan artinya perawat siap
menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Sikap ini
juga dapat menciptakan perasaan nyaman bagi pasien. Membungkuk kearah pasien,
posisi ini menunjukan kepedulian dan keininginan perawat untuk mengatakan atau
terbuka perawat ini meningkatkan kepercayaan pasien kepada perawat atau petugas
ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respon terhadap klien. Sikap ini
terutama sangat bermanfaat bila pasien dalam kondisi stres atau emosi yang lebih
dalam merespon kondisi sakit. Badan kesehatan dunia (WHO), menyebutkan 8-9 %
wanita akan mengalami kanker payudara, yaitu kanker nomor dua terbanyak diderita
wanita Indonesia. Pada wanita yang beresiko maka dianjurkan untuk melakukan
mendampingi pasien perlu adanya sikap yang baik, penuh perhatian, ramah sehingga
siapa saja yang berinteraksi dengan perawat mendapat kesan yang baik dengan
baik, ramah, selalu mendampingi maka pasien merasa nyaman untuk menjalankan
kemoterapi.
% pada kategori baik, selebihnya kurang baik, dengan persentasi tertinggi yang di
kemoterapi terlaksana dengan baik sampai selesai yaitu sebanyak 98,1%. Uji statistik
komunikasi dapat dijalankan perawat dengan baik seperti yang diharapkan, untuk itu
perlu ditingkatkan lagi teknik komunikasi yang baik dan muda diterima oleh pasien
sehingga semua pasien dapat menjalankan kemoterapi sesuai yang dianjurkan dokter.
Menurut suryani, dalam teknik komunikasi dilihat dari dua faktor, yaitu: Faktor
penunjang, yang dilihat dari pasien, kecakapan dan kemauan pasien dalam
berhasil tidaknya komunikasi ditentukan oleh perawat maka yang diharapkan dari
dapat menggali seluruh masalah pasien. Perawat harus bersikap ramah, jangan sampai
pasien curiga. Pengetahuan perawat yang luas sehingga dengan mudah mencerna isi
mengajukan pertanyaan terbuka. Sikap perawat yang acuh tak acuh, tidak dapat
pasien dan keluarga. Pengetahuan kurang, bila demikian hendaknya perawat dapat
menggunakan bahasa yang mudah dan sederhana dimengerti oleh pasien dan
keluarganya.
pemahaman pasien terhadap intrusi yang disampaikan perlu dengan teknik yang baik
ditemukan (76,9%) pada kategori baik, dengan persentasi tertinggi yang di alami
menjalankan kemoterapi yaitu sebanyak (96,1 %). Uji statistik menunjukan variabel
semakin baik isi pesan, perawat memberi penjelasan tentang kemoterapi kepada
pasien (59,6%), perawat menjelasan tentang obat kemoterapi kepada pasien (61,5%),
perawat menjelaskan tentang biaya kemoterapi kepada pasien (94,2%), Saran yang
disampai perawat dapat dijalankan oleh pasien (92,3%), Pasien tenang saat
pasien setelah selesai kemoterapi (96,1%), maka akan meningkat kepatuhan pasien
menjalankan kemoterapi.
mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Maka isi pesan yang disampaikan oleh
perawat harus mencakup berbagai segi dari keadaan pasien yang dirawatnya. Pesan
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan berbagai cara, yakni;
Pesan yang yang disampaikanbisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun
telefon, surat kabar, atau media lainnya. Media ( channel ) alat yang menjadi
Asumsi peneliti bahwa isi pesan yang disampaikan oleh perawat waktu
berkomunikasi sangat penting, karena isi pesan yang jelas dipahami dan dimengerti
oleh pasien maka kemauan menjalankan kemoterapi sampai selesai. Karena belum
semua pasien menjalankan kemoterapi sehingga perlu isi pesan yang disampaikan
benar-benar singkat, mudah serta jelas sehingga pasien dapat mengerti. Pada
penelitian ini isi pesan yang disampaikan perawat belum seluruhnya dipahami oleh
pasien untuk itu perawat perlu meningkatkan cara berkomunikasi yang baik sehinggi
diharapkan semua pasien mudah memgerti dan memahami isi pesan yang
6.1. Kesimpulan
ada pengaruh Sikap Perawat, Teknik Komunikasi Perawat, Isi Pesan Komunikasi
6.2. Saran
serta isi dari pesan yang disampaikan kepada pasien dan keluargnya, sehingga
terapeutik antara lain vidio, poster, brosur maupun gambar-gambar yang menjadi
Abdul Nasir, dkk. 2009, Komunikasi Dalam keperawatan teori dan Aplikasi, Jakarta
:Penerbit Salemba Medika.
Bustan. M.N, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, Renika Cipta.
Christina Lia uripni, dkk. 2003. Komunikasi kebidanan, Jakarta Penerbit Buku
kedokteran
Dadang Hawari, 2009, kanker payudara Dimensi Psikoreligi, Jakarta : penerbit FKUI
Dixon Michael.J.MR dan leonard F.C Robert.MR, 2002. Kelainan Payudara, Jakarta,
penerbit: Dian Rakyat.
Ermawati Dalami, Ideh Dahliar, Rochimah., 2009. Komunikasi dan konseling dalam
Praktek Kebidanan, trans Info media, Jakarta
Henry Naland, 2007, Pencegahan dan terapi kanker, Jakarta, Penerbit: balai Penerbit
Fakultas kedokteran Indonesia
Imam Rasjidi, 2007, kemoterapi kanker Ginekologi dalam Praktek se-Hari- Hari,
Jakarta: Penerbit, CVSagung Seto.
Jong de Wim, 2005, Kanker, Apakah itu? Jakarta.penerbit Arcan.
Mundakir, 2006, komunikasi keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan, Surabaya: Graha Ilmu.
Niven, N., 2002, Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain, Edisi Kedua, Jakarta, EGC.
Notoatmodjo, S, 2007, Promosi Kesehatan dan Aplikasi, Edisi Revisi, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Stuart, Gail Wiscarz. (1998). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Wenny Artanty Nisman, 2011, Lima Menit kenali payudara Anda, Yogjakarta:
Penerbit CV.Andi