Anda di halaman 1dari 96

KARAKTERISTIK PENDERITA KONJUNGTIVITIS

RAWAT JALAN DI RSUD.DR.PIRNGADI MEDAN


TAHUN 2011

OLEH

PIVIT YUNISYAH HUTAGALUNG


081000007

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


KARAKTERISTIK PENDERITA KONJUNGTIVITIS
RAWAT JALAN DI RSUD.DR.PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

PIVIT YUNISYAH HUTAGALUNG


081000007

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : KARAKTERISTIK PENDERITA


KONJUNGTIVITIS RAWAT JALAN DI RSUD
Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011
Nama Mahasiswa : Pivit Yunisyah Hutagalung
Nomor Induk Mahasiswa : 081000007
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Epidemiologi
Tanggal Lulus : 29 Oktober 2012

Disahkan Oleh
Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

drh. Hiswani, M.Kes Drs. Jemadi, M.Kes


NIP. 19650122 199402 2 001 NIP.19640404 199203 1 005

Medan, Desember 2012


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS


NIP. 19610831 198903 1 001

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang


menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan ke dalam bentuk
akut dan kronis. Konjungtivitis termasuk sepuluh penyakit terbesar rawat jalan di
RSUD Dr.Pirngadi Medan. Total kasus konjungtivitis dan gangguan lain konjungtiva
355 kunjungan ke poli mata tahun 2011.
Untuk mengetahui karakteristik penderita konjungtivitis rawat jalan di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dilakukan penelitian dekriptif dengan desain case
series. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien konjungtivitis rawat jalan di
RSUD Dr. Pirngadi Medan. Populasi 355 data dan sampel 182 data diperoleh dengan
tabel random pada program C.Survey, analisis data dengan uji Chi – square dan
Exact-Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita konjungtivitis pada
Bulan April 20,9%, kelompok umur 21-30 tahun 20,9% dengan sex ratio 1,25, tingkat
pendidikan SLTA/Sederajat 35,9%, pekerjaan pelajar 28,1%, tempat tinggal di dalam
Kota Medan 84,1%, keluhan utama mata merah 100%, lokasi konjungtivitis dekstra-
sinistra 52,9%, jenis konjungtivitis kataralis akut 57,1%, tidak ada cobble stones
90,2%, kunjungan rata-rata 1 kali 71,4% dan sumber biaya umum 62,1%.
Hasil uji statistik menunjukkan ada proporsi perbedaan yang bermakna antara
Umur penderita berdasarkan jenis konjungtivitis (p<0,05), lokasi konjungtivitis
berdasarkan jenis konjungtivitis (p<0,05), kunjungan rata-rata berdasarkan jenis
konjungtivitis (p<0,05) dan kunjungan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p<0,05).
Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin penderita
berdasarkan jenis konjungtivitis (p>0,05) dan umur berdasarkan cobble stones
(p>0,05).
Diharapkan kepada penderita konjungtivitis agar meningkatkan daya tahan
tubuh, hygiene,dan sanitasi lingkungan sekitar dan kepada dokter dan perawat RSUD
Dr. Pirngadi Medan agar memberikan pemahaman kepada penderita dan keluarga
mengenai penyakit konjungtivitis untuk mengurangi penularan penyakit ini ke orang
lain.

Kata kunci : Konjungtivitis, Karakteristik Penderita

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Cinjunctivitis is inflammation of the conjunctiva or inflammation was largely


a mucous membrane that cover the back of the eyelid and eyeball. Conjunctivitis
divided into acute and chronic forms. Conjunctivitis is one of the ten greatest
diesease in RSUD Dr. Pirngadi Medan. total cases of conjunctivitis and other
disorders of conjunctiva 355 visits to the eye departement.
To determint the characteristics of patient with conjunctivitis in RSUD
Dr.Pirngadi Medan in 2011 with research descriptive case series design. Data were
collected from medical records of patient with conjunctivitis in RSUD Dr.Pirngadi
Medan in 2011.population were as many as 355 data and sample were as many as
182 data and data obtained by random tables of C.survey program. Data analysis
with Chi-Square and Exact-Fisher test.
The result showed the highest proportion of patients with conjunctivitis in
April of 20,9%, the age group 21-30 years with sex ratio of 1,25, the level of high
school education/equal 35,9%, 28,1% student work, where living in Medan 84,1%,
the main complaint 100% red eyes, conjunctivitis location decstra-sinistra 52,9%, the
type of acute conjungtivitis kataralis 57,1%, non-cobble stones 90,2%, visits an
everage of 1 times 71,4% and general cost sources 62,1%.
There is statistical test result showed a significant difference in proportion
between the ages based on the type of conjunctivitis (p<0,05), conjunctivitis located
by type of conjunctivitis (p<0,05), visits an everage by type of conjunctivitis (p<0,05)
and visits an everages by cost sources (p<0,05). No significant difference in
proportion between the gender by type of conjunctivitis (p>0,05) and ages based by
cobble stones (p>0,05)
Expected to people with conjunctivitis in order to increase endurance,
hygiene, sanitation and the environment and to thedoctors and nurses in RSUD
Dr.Pirngadi Medan field in order to provide understanding to patient and their
families abaout the disease conjunctivitis to reduce transmission of the disease to
others.

Keywords: Conjunctivitis, Characteristics of patiens

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pivit Yunisyah Hutagalung


Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Morawa, 20 Juni 1990
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 3 (tiga) Bersaudara
Alamat Rumah : Dusun III Desa Bandar Labuhan No.68,
TanjungMorawa.
Riwayat Pendidikan :1. TK Bunga Tg. Morawa (1995-1996)
2. SDN 101896 Tg.Morawa (1996-2002)
3. SMPN 1 Tg. Morawa (2002-2005)
4. SMAN 1 Tg. Morawa (2005-2008)
5. FKM USU (2008-2012)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik

Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan di RSUD. Dr.Pirngadi Medan Tahun

2011.” Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Syahbuddin Hutagalung

dan Ibunda Faridah yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik penulis

dengan kasih sayang serta memberikan dukungan dan doa yang tak pernah henti

kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

Terima kasih kepada dosen pembimbing I Ibu drh.Hiswani,M.Kes dan dosen

pembimbing II Bapak Drs. Jemadi,M.Kes serta dosen penguji I Bapak Prof.dr.Sori

Muda Sarumpaet,MPH dan dosen penguji II Ibu drh.Rasmaliah,M.Kes yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran, kritikan, bimbingan serta

masukan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


2. Ibu Asfriyati,SKM,M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah setia

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Direktur dan Kepala Bagian Rekam Medik RSUD Dr. Pirngadi Medan beserta

staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian.

5. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

6. Kepada keluargaku tersayang : Amirsyah Hutagalung,S.Pd dan Chairul Azmi

Hutagalung, Kalian telah memberikan arti dalam hidupku melalui dorongan

semangat, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Buat sahabatku genk tapanuli: Alista Simanjuntak, Annisa Surto Siregar,

Dewi Ayu Lestari, Febrina Anggraini, Rahmi Shafwani, Sri Wahyuni, Syafni

Rani, dan Uci Leli Mardiah, terima kasih kalian sudah menjadi tempat

penulis berkeluh kesah, memberi semangat dan doa selama menyelesaikan

skripsi ini. Semoga persahabatan kita tak terkikis oleh waktu.

8. Buat teman-temanku seperjuangan peminatan epidemiologi stambuk 2008,

terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini

dapat berguna bagi pembaca dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

peneliti selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


“Usaha dan Doa tiada henti, terus berjalan, dan serahkan semuanya pada Yang

Maha Berkehendak”

Medan, Oktober 2012

Penulis

Pivit Y Hutagalung

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... i


ASTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3. Tujuan ........................................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum ..................................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7


2.1. Defenisi Konjungtivitis ................................................................ 7
2.2. Anatomi Mata................................................................................ 8
2.1.1. Kelopak Mata ...................................................................... 8
2.2.2. Sistem Lakrimal .................................................................. 8
2.2.3. Konjungtiva ......................................................................... 8
2.2.4. Bola Mata ............................................................................ 10
2.2.5. Kornea ................................................................................. 10
2.2.6. Sklera .................................................................................. 10
2.2.7. Uvea .................................................................................... 11
2.2.8. Lensa ................................................................................... 11
2.2.9. Badan Kaca ......................................................................... 11
2.2.10. Retina ................................................................................ 12
2.3. Klasifikasi konjungtivitis .............................................................. 12
2.3.1. Konjungtivitis Bakteri ......................................................... 12
2.3.2. Konjungtivitis Kataralis Epidemika .................................... 13
2.3.3. Konjungtivitis Virus ............................................................ 14
2.3.4. Trakoma .............................................................................. 15
2.3.5. Konjungtivitis Alergi .......................................................... 15
2.3.6. Konjungtivitis Jamur ........................................................... 16
2.3.7. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif ........................................ 16
2.3.8. Konjungtivitis Bleeding ...................................................... 17
2.4. Patogenesis .................................................................................... 18
2.5. Gejala Klinis ................................................................................. 19
2.6. Epidemiologi ................................................................................. 20
2.6.1. Distribusi dan Frekuensi ..................................................... 20

Universitas Sumatera Utara


2.6.2. Determinan ................................................................... ....... 21
2.7. Komplikasi Konjungtivitis ............................................................ 23
2.8. Pencegahan.................................................................................... 24
2.8.1. Pencegahan Primer ............................................................. 24
2.8.2. Pencegahan Sekunder ......................................................... 24
2.8.3. Pencegahan Tertier ............................................................. 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP .................................................................... 27


3.1. Kerangka Konsep ......................................................................... 27
3.2. Definisi Operasional ..................................................................... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 31


4.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 31
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 31
4.2.1. Lokasi Penelitian ................................................................ 31
4.2.2. Waktu Penelitian ................................................................. 31
4.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 31
4.3.1. Populasi ............................................................................. 31
4.3.2. Sampel ............................................................................... 31
4.4. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 33
4.5. Teknik Analisis Data ..................................................................... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 34


5.1. Gambaran umum lokasi penelitian ................................................ 34
5.2. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan
Kunjungan Per Bulan .................................................................... 36
5.3. Analisis Deskriptif......................................................................... 37
5.3.1. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan
Karakteristik Sosiodemografi.......................................... 37
5.3.2. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan
Keluhan Utama.................................................................. 39
5.3.3. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan
Lokasi Konjungtivitis ........................................................ 39
5.3.4. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan
Jenis Konjungtivitis ........................................................... 40
5.3.5. Proporsi Penderita Konjungtivitis Vernal
Berdasarkan Cobble Stones ............................................... 40
5.3.6. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan
Jumlah Kunjungan Rata-rata ............................................. 41
5.3.7. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan
Sumber Biaya .................................................................... 41
5.4. Analisis Statistik ....................................................................................... 42
5.4.1. Jenis Konjungtivitis Berdasarkan Kejadian Per Bulan ................. . 42
5.4.2. Umur Berdasarkan Jenis Konjungtivitis ....................................... 43
5.4.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Konjungtivitis .............. 43

Universitas Sumatera Utara


5.4.4. Lokasi Konjungtivitis Berdasarkan Jenis konjungtivitis..... 44
5.4.5. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Jenis Konjungtivitis ................. 45
5.4.6. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya............... 46
5.4.7. Umur Penderita Konjungtivitis Vernal Berdasarkan
Cobble Stones ..................................................................... 46
5.4.8. Sumber Biaya Berdasarkan Tempat Tinggal ...................... 47

BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 48


6.1. Kejadian Per Bulan ................................................................................... 48
6.2. Karakteristik Penderita .................................................................. 50
6.2.1. Umur ................................................................................... 50
6.2.2. Jenis Kelamin ...................................................................... 52
6.2.3. Tingkat Pendidikan ............................................................. 51
6.2.4. Pekerjaan ............................................................................. 53
6.2.5. Tempat Tinggal ................................................................... 54
6.3. Keluhan Utama ............................................................................. 55
6.4. Lokasi Konjungtivitis ................................................................... 56
6.5. Jenis Konjungtivitis.................................................................................. 58
6.6. Cobble Stones .......................................................................................... 59
6.7. Kunjungan Rata-Rata ................................................................... 60
6.8. Sumber Biaya ............................................................................... 61
6.9. Analisis Statistik ........................................................................... 62
6.9.1. Jenis Konjungtivitis Berdasarkan Kejadian per Bulan ...... 62
6.9.2. Umur Berdasarkan Jenis Konjungtivitis ........................... 63
6.9.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Konjungtivitis .............. 64
6.9.4. Lokasi Berdasarkan Jenis Konjungtivitis .......................... 66
6.9.5. Kunjungan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Konjungtivitis .. 68
6.9.6. Kunjungan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ........... 69
6.9.7. Umur Penderita Konjungtivitis Vernal Berdasarkan
Cobble stones .................................................................... 70
6.9.9. Tempat Tinggal Berdasarkan Sumber Biaya .................... 71

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 72


7.1. Kesimpulan.................................................................................... 73
7.2. Saran .............................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
Master Data
Output

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Kunjungan Per Bulan RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011 .................................................................................................... 36

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011 .................................................................................................... 37

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011 .................................................................................................... 39

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Lokasi Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011 ........................................................................................ 39

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011 ........................................................................................ 40

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Vernal Rawat


Jalan Berdasarkan Cobble Stones di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011 ......................................................................................... 40

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Jumlah Kunjungan di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011 ..................................................................................................... 41

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011 .................................................................................................... 41

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Jenis Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Bulan Kejadian di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011 ..................................................................................................... 42

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Penderita Konjungtivitis Rawat


Jalan Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011........................................................................... 43

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Konjungtivitis
Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011.......................................................................... 44

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Lokasi Mata Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011........................................................................... 44

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Kunjungan Rata-Rata Penderita


Konjungtivitis Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Konjungtivitis
di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011.................................................... 45

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Kunjungan Rata-rata Penderita


Konjungtivitis Rawat Jalan Berdasarkan Sumber Biaya di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 ........................................................ 46

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Vernal Rawat


Jalan Berdasarkan Cobble Stones di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011 ......................................................................................... 46

Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Tempat Tinggal Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011 ........................................................................................ 47

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Konjungtiva ............................................................................. 9

Gambar 6.1. Grafik Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat


Jalan Berdasarkan Kunjungan Per Bulan di RSUDD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011 .................................................................. 48

Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Umur di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011 ................................................................................. 50

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011 .................................................................. 51

Gambar 6.4. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011 .................................................................. 52

Gambar 6.5. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011 ................................................................................. 53

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011 .................................................................. 54

Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011 .................................................................. 55

Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Lokasi Konjungtivitis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011 .................................................................. 56

Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011 .................................................................. 58

Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Vernal Rawat Jalan Berdasarkan Cobble Stones di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011 .................................................................. 59

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis
Rawat Jalan Berdasarkan Kunjungan Rata-Rata di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011.......................................................... 60

Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011 ................................................................ 61

Gambar 6.13. Grafik Distribusi Proporsi Jenis Konjungtivitis Rawat


Jalan Berdasarkan Bulan Kejadian di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011 .............................................................................. 62

Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita


Konjungtivitis Rawat Jalan Berdasarkan Jenis
Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 .................. 63

Gambar 6.15. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita


Konjungtivitis Rawat Jalan Berdasarkan Jenis
Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 .................. 65

Gambar 6.16. Diagram Bar Lokasi Konjungtivitis Penderita


Konjungtivitis Rawat Jalan Berdasarkan Jenis
Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 .................. 66

Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Kunjungan Rata-rata


Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan Berdasarkan Jenis
Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 .................. 68

Gambar 6.18. Diagram Bar Kunjungan Rata-Rata Penderita


Konjungtivitis Rawat Jalan Berdasarkan Sumber Biaya di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 .............................................. 69

Gambar 6.19. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis


Vernal Rawat Jalan Berdasarkan Cobble Stones di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011.......................................................... 70

Gambar 6.20. Diagram Bar Distribusi Proporsi Tempat Tinggal Penderita


Konjungtivitis Rawat Jalan Berdasarkan Sumber Biaya
Pulang di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 .............................. 71

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang


menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan ke dalam bentuk
akut dan kronis. Konjungtivitis termasuk sepuluh penyakit terbesar rawat jalan di
RSUD Dr.Pirngadi Medan. Total kasus konjungtivitis dan gangguan lain konjungtiva
355 kunjungan ke poli mata tahun 2011.
Untuk mengetahui karakteristik penderita konjungtivitis rawat jalan di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dilakukan penelitian dekriptif dengan desain case
series. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien konjungtivitis rawat jalan di
RSUD Dr. Pirngadi Medan. Populasi 355 data dan sampel 182 data diperoleh dengan
tabel random pada program C.Survey, analisis data dengan uji Chi – square dan
Exact-Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita konjungtivitis pada
Bulan April 20,9%, kelompok umur 21-30 tahun 20,9% dengan sex ratio 1,25, tingkat
pendidikan SLTA/Sederajat 35,9%, pekerjaan pelajar 28,1%, tempat tinggal di dalam
Kota Medan 84,1%, keluhan utama mata merah 100%, lokasi konjungtivitis dekstra-
sinistra 52,9%, jenis konjungtivitis kataralis akut 57,1%, tidak ada cobble stones
90,2%, kunjungan rata-rata 1 kali 71,4% dan sumber biaya umum 62,1%.
Hasil uji statistik menunjukkan ada proporsi perbedaan yang bermakna antara
Umur penderita berdasarkan jenis konjungtivitis (p<0,05), lokasi konjungtivitis
berdasarkan jenis konjungtivitis (p<0,05), kunjungan rata-rata berdasarkan jenis
konjungtivitis (p<0,05) dan kunjungan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p<0,05).
Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin penderita
berdasarkan jenis konjungtivitis (p>0,05) dan umur berdasarkan cobble stones
(p>0,05).
Diharapkan kepada penderita konjungtivitis agar meningkatkan daya tahan
tubuh, hygiene,dan sanitasi lingkungan sekitar dan kepada dokter dan perawat RSUD
Dr. Pirngadi Medan agar memberikan pemahaman kepada penderita dan keluarga
mengenai penyakit konjungtivitis untuk mengurangi penularan penyakit ini ke orang
lain.

Kata kunci : Konjungtivitis, Karakteristik Penderita

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Cinjunctivitis is inflammation of the conjunctiva or inflammation was largely


a mucous membrane that cover the back of the eyelid and eyeball. Conjunctivitis
divided into acute and chronic forms. Conjunctivitis is one of the ten greatest
diesease in RSUD Dr. Pirngadi Medan. total cases of conjunctivitis and other
disorders of conjunctiva 355 visits to the eye departement.
To determint the characteristics of patient with conjunctivitis in RSUD
Dr.Pirngadi Medan in 2011 with research descriptive case series design. Data were
collected from medical records of patient with conjunctivitis in RSUD Dr.Pirngadi
Medan in 2011.population were as many as 355 data and sample were as many as
182 data and data obtained by random tables of C.survey program. Data analysis
with Chi-Square and Exact-Fisher test.
The result showed the highest proportion of patients with conjunctivitis in
April of 20,9%, the age group 21-30 years with sex ratio of 1,25, the level of high
school education/equal 35,9%, 28,1% student work, where living in Medan 84,1%,
the main complaint 100% red eyes, conjunctivitis location decstra-sinistra 52,9%, the
type of acute conjungtivitis kataralis 57,1%, non-cobble stones 90,2%, visits an
everage of 1 times 71,4% and general cost sources 62,1%.
There is statistical test result showed a significant difference in proportion
between the ages based on the type of conjunctivitis (p<0,05), conjunctivitis located
by type of conjunctivitis (p<0,05), visits an everage by type of conjunctivitis (p<0,05)
and visits an everages by cost sources (p<0,05). No significant difference in
proportion between the gender by type of conjunctivitis (p>0,05) and ages based by
cobble stones (p>0,05)
Expected to people with conjunctivitis in order to increase endurance,
hygiene, sanitation and the environment and to thedoctors and nurses in RSUD
Dr.Pirngadi Medan field in order to provide understanding to patient and their
families abaout the disease conjunctivitis to reduce transmission of the disease to
others.

Keywords: Conjunctivitis, Characteristics of patiens

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut, pembangunan

kesehatan yang dilaksanakan masih menghadapi masalah yang belum sepenuhnya

dapat diatasi.1

Indra penglihatan merupakan panca indra yang sangat penting dan besar

pengaruhnya terhadap proses peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja

manusia. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) serta kualitas harapan hidup, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan

masyarakat serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.2

Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum di dunia. Penyakit ini

bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat

dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga

endogen.3 Konjungtivitis adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan ke dalam bentuk

akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti konjungtivitis

gonokok, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh virus, klamidia, alergi toksik, dan

molluscum contagiosum.4

Universitas Sumatera Utara


Di negara maju seperti Amerika (2005), insidens rate konjungtivitis bakteri

sebesar 135 per 10.000 penderita konjungtivitis bakteri baik pada anak-anak maupun

pada orang dewasa.5 Sebanyak 112.570 pasien kunjungan di departemen penyakit

mata di Amerika, 30% adalah keluhan konjungtivitis akibat bakteri dan virus, dan

15% adalah keluhan konjungtivitis alergi.6 Konjungtivitis juga salah satu penyakit

mata yang paling umum di Nigeria bagian timur, dengan insidens rate 32,9% dari 949

kunjungan di Departemen Mata Aba Metropolis, Nigeria, pada tahun 2004 hingga

2006.7

Penelitian yang dilakukan di Philadelphia, menunjukkan insidens rate

konjungtivitis bakteri sebesar 54% dari semua kasus di departemen mata pada

tahun 2005 hingga 2006.8 Di Provinsi Yunnan, Cina, antara Agustus dan

September tahun 2007 telah terjadi wabah konjungtivitis hemoragik akut (AHC).

Sebanyak 3.597 kasus yang dilaporkan secara resmi dan tingkat kejadian

mencapai 1391/100.000 penduduk.9

Berdasarkan Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia (2004), distribusi

penyakit mata dan adneksa pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit adalah

konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis (12,6%), katarak dan gangguan lain

lensa (56,8%), glaukoma (6,7%), penyakit mata dan adneksa lainnya (23,8%).

Distribusi penyakit mata dan adneksa pasien rawat jalan menurut golongan sebab

sakit adalah konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis (28,3%), katarak dan

gangguan lain lensa (12,8%), glaukoma (2,4%), penyakit mata dan adneksa lainnya

(56,3%).10

Universitas Sumatera Utara


Di Indonesia (2009) dari 135.749 kunjungan ke poli mata, total kasus

konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva (73%) dan yang tersering diderita

adalah konjungtivitis kataralis epidemika yaitu sebesar 80%.11 Konjungtivitis

termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2009, tetapi

belum ada data statistik yang akurat mengenai jenis konjungtivitis yang paling

banyak di derita.11

Konjungtivitis kataralis epidemika sering juga disebut mata merah atau pink

eye oleh kebanyakan orang awam. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemi

konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang. Penyebab paling

umum adalah Streptokokus pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius

pada iklim panas. Penyebab yang kurang umum adalah Stapilokokus dan

Streptokokus lain. Konjungtivitis yang disebabkan oleh S. pneumoniae dan

Haemophilus aegyptius mungkin disertai perdarahan sub konjungtiva.3

Penelitian yang dilakukan Rizki Arrizal pada Juni 2009 sampai April 2010 di

RS.PKU Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh penderita konjungtivitis sebanyak

102 orang.12 Menurut hasil Riset Kesehatan Daerah Sumatera Utara (2007),

prevalensi gangguan pengelihatan berupa low vision sebesar 4,5% dan kebutaan

sebesar 0,7%.13 Penelitian yang dilakukan oleh Alloyna, D. pada tahun 2009 - 2010

di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh penderita konjungtivitis sebanyak 285

orang.14

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di bagian Rekam

medik RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 ditemukan penderita konjungtivitis

rawat jalan sebanyak 355 orang, dari latar belakang diatas, maka perlu dilakukan

Universitas Sumatera Utara


penelitian mengenai karakteristik penderita konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr.

Pirngadi Medan tahun 2011.

1.1. Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita konjungtivitis rawat jalan di RSUD

Dr.Pirngadi Medan tahun 2011.

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita konjungtivitis di Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Pirngadi Medan tahun 2011.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui jumlah kunjungan penderita konjungtivitis per bulan.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan tempat

tinggal).

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan

keluhan utama.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan

lokasi konjungtivitis.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan

jenis konjungtivitis.

Universitas Sumatera Utara


f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis vernal

berdasarkan jenis konjungtivitis.

g. Untuk mengetahui ditribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan

kunjungan rata-rata.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan

sumber biaya.

i. Untuk mengetahui proporsi jenis konjungtivitis berdasarkan bulan

kejadiaannya.

j. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan jenis konjungtivitis.

k. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis konjungtivitis.

l. Untuk mengetahui proporsi lokasi konjungtivitis berdasarkan jenis

konjungtivitis.

m. Untuk mengetahui kunjungan rata-rata berdasarkan jenis konjungtivitis.

n. Untuk mengetahui kunjungan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

o. Untuk mengetahui kunjungan rata-rata berdasarkan keluhan utama.

p. Untuk mengetahui umur penderita konjungtivitis vernal berdasarkan ciri

khas (cobble stones)

q. Untuk mengetahui tempat tinggal berdasarkan sumber biaya

1.3. Manfaat

1.3.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi

Medan tentang penderita konjungtivitis dalam upaya perencanaan pencegahan

dengan mengenal secara dini karakteristik penderita konjungtivitis.

Universitas Sumatera Utara


1.3.2. Sebagai bahan masukan/informasi bagi peneliti lain yang ingin

melakukan/melanjutkan penelitian tentang penderita konjungtivitis.

1.3.3. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis

mengenai konjungtivitis dan merupakan kesempatan bagi penulis dalam

menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan ke dalam bentuk

akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti konjungtivitis

gonokok, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh virus, klamidia, alergi toksik, dan

molluscum contagiosum.4

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai mata merah (pink eye), yaitu adanya

inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang

menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak

mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah

dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis

konjungtivitis dapat hilang sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.4

Konjungtivitis merupakan penyakit mata yang paling umum di dunia.

Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai

konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab penyakit ini

umumnya eksogen, tetapi bisa endogen.3

Universitas Sumatera Utara


2.2. Anatomi Mata3

2.1.1. Kelopak Mata

Kelopak atau pelpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.

Kelopak mata merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola

mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata

mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan di bagian belakang

ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan

kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et

lagoftalmos.

2.2.2. Sistem Lakrimal

Sistem lakrimal atau sistem sekresi air mata terletak di daerah temporal bola

mata. Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata, air mata akan masuk ke

dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak

menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo pelpebra yang

disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan

dari kelenjar lakrimal.

2.2.3. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebraris) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan

kulit pada tepi pelpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di

limbus.

Universitas Sumatera Utara


Konjungtiva pelpebraris melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat

ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada

forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi

konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di

fronices dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola

mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus-duktus

kelenjar lakrimal bermuara ke forniks temporal superior. Konjungtiva bulbaris

melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat

kapsul tenon dan konjungtiva menyatu sepanjang 3 mm).

Gambar 2.1. Anatomi Konjungtiva

Universitas Sumatera Utara


2.2.4. Bola Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di

bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat

bentuk dengan dua kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis

jaringan, yaitu sklera, uvea dan retina.

2.2.5. Kornea

Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya. Tebal kornea rata-

rata orang dewasa adalah 0,65 mm di bagian perifer, dan 0,54 mm di bagian tengah.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan tempat masuknya

cahaya ke dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea adalah

pembuluh-pembuluh darah di limbus, cairan mata dan air mata. Kornea terdiri dari

lima lapisan, yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement dan

endotel.

2.2.6. Sklera

Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai

pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera mempunyai kekakuan tertentu dan

tebal 1 mm. Permukaan luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan yang

elastis dan halus, yaitu episklera, yang banyak mengandung pembuluh darah

sedangkan pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna

coklat, yaitu lamina fuska, yang membatasi sklera dengan koroit.

Universitas Sumatera Utara


2.2.7. Uvea

Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata, yang terdiri dari 3 bagian,

yaitu:

a. Iris mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di

tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur

banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan

mengecilkan dan melebarkan pupil. Pupil dapat mengecil akibat suasana cahaya

yang terang dan melebar akibat suasana cahaya yang redup atau gelap.

b. Badan siliar terdiri dari dua bagian yaitu korona siliar yang berkerut-kerut dengan

tebal 2 mm dan pars plana yang lebih halus dan rata dengan tebal 4 mm.

c. Koroid berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang sangat besar, yang

berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak

dibawahnya.

2.2.8. Lensa

Terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti

cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (terfokusnya

objek dekat pada retina) dengan tebal 4 mmdan diameter 9 mm.

2.2.9. Badan Kaca

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak

antara lensa dan retina. Badan kaca terdiri dari 99% air dan 1% terdiri dari 2

komponen yaitu kolagen dan asam hialuron. Fungsi badan kaca adalah

mempertahankan bola mata tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina.

Universitas Sumatera Utara


2.2.10. Retina

Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor

yang menerima rangsang dari cahaya. Retina dialiri darah dari 2 sumber, yaitu lapisan

koriokapiler yang mengaliri darah pada 2/3 bagian luar retina, sedangkan 2/3 bagian

dalam retina dialiri darah dari cabang-cabang arteri retina sentral. Sel-sel pada lapisan

retina yang paling luar berhubungan langsung dengan cahaya. Sel-sel tersebut dalah

sel-sel kerucut (cone) dan batang (rod). Sel kerucut (cone) berfungsi untuk

penglihatan terang, warna dan penglihatan sentral. Sedangkan sel batang (rod)

berfungsi untuk penglihatan dalam keadaan redup atau gelap.

2.3. Klasifikasi Konjungtivitis

Konjungtivitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

2.3.1. Konjungtivitis Bakteri

Suatu jenis konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu infeksi bakteri

Gonokok, Meningokok, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,

Hemophilis influenzae, dan Escherichia coli.4 Terdapat dua bentuk konjungtivitis

bakteri yaitu akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik. Konjungtivitis

bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14

hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut (purulen) yang disebabkan oleh Neisseria

gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis yang dapat menimbulkan komplikasi mata

berat bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap

penyakit pelpebra atau obstruksi ductus nasolacrimalis.3

Universitas Sumatera Utara


Konjungtivitis bakteri hiperakut disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae,

Neisseria kochii, dan Neisseria meningitidis, ditandai oleh eksudat purulen yang

banyak. Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang

disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen,

virulen dan sangat bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat

berat. Penyakit kelamin yang disebabkan oleh gonore merupakan penyakit yang

tersebar luas di seluruh dunia secara endemik. Pada neonatus, infeksi konjungtiva

terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi, penyakit ini

ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut.3

2.3.2. Konjungtivitis Kataralis Epidemika

Konjungtivitis kataralis epidemika biasa disebut juga konjungtivitis

mukopurulenta yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada

konjungtiva. Selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan

permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis kataralis epidemika dapat

ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan

biasanya menyebabkan mata sering berair, gatal dan banyak kotoran mata. Penyebab

paling umum adalah Streptococcus pneumoniae pada iklim sedang dan Haemophilus

aegyptius pada iklim tropis.3

Gambaran klinis adalah injeksi konjungtiva dan hipereni konjungtiva tarsal,

tanpa folikel, tanpa cobble-stone dan tanpa flikten. Pada konjungtivitis kataralis

epidemika berbentuk sekret serus, mukus atau mukopurulen, tergantung

penyebabnya. Konjungtivitis kataralis epidemika dapat menyertai blefaritis atau

obstruksi duktus nasolakrimal. Gejala-gejala umum konjungtivitis ini dapat disertai

Universitas Sumatera Utara


maserasi lateral maupun medial. Radang konjungtiva demikian juga disebut sebagai

konjungtivitis angular. Beberapa jenis konjungtivitis dapat disertai kelainan pada

kornea, biasanya berupa keratitis pungtata superfisial. Konjungtivitis kataralis

epidemika dapat bersifat akut atau kronik, tergantung penyebabnya.

2.3.3. Konjungtivitis Virus3

Konjungtivitis virus atau viral adalah suatu penyakit umum yang dapat

disebabkan oleh berbagai jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang

dapat menimbulkan cacat, sampai infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat

berlangsung lebih lama dari pada konjungtivitis bakteri. Konjungtivitis ini terutama

disebabkan oleh adenovirus dan herpes simplex virus adalah virus yang paling

membahayakan. Selain itu penyakit ini juga disebabkan oleh virus varicella zoster,

piconavirus (enterovirus 70, coxsackie A24), poxvirus, dan immunodeficiency virus.15

a. Keratokonjungtivitis Epidemika

Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan adenovirus 8, 19, 29, dan 37

(subgrup D adenovirus manusia). Awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya

mata pertama lebih parah. Keratokonjungtivitis epidemika pada orang dewasa

terbatas di bagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejala-gejala

sistemik infeksi virus, seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.

b. Konjungtivitis Hemoragika Akut

Konjungtivitis ini disebabkan oleh enterovirus tipe 70 dan coxsackievirus

A24.3 Konjungtivitis hemoragika akut merupakan konjungtivitis disertai timbulnya

perdarahan konjungtiva.4 Perdarahan konjungtiva umumnya difus, tetapi awalnya

Universitas Sumatera Utara


dapat berupa bintik-bintik, mulai dari konjungtiva bulbaris superior dan menyebar ke

bawah.

2.3.4. Trachoma

Trachoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, pada mulanya suatu

konjungtivitis folikular kronik pada masa kanak-kanak yang berkembang hingga

terbentuknya parut konjungtiva. Pada kasus berat, pembalikan bulu mata ke dalam

terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Abrasi

terus menerus oleh bulu mata yang membalik dan defek film air mata menyebabkan

parut kornea, umumnya setelah usia 30 tahun.

2.3.5. Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering, dan

disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistim

imun.16 Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva

adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1.17

a. Konjungtivitis Vernal

Konjungtivitis vernal adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas tipe

1 yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Pada mata ditemukan papil besar

dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa gatal berat, sekret gelatin

yang berisi eosinofil atau granula eosinofil. Pada kornea terdapat keratitis,

neovaskularisasi, dan tukak indolen. Pada tipe limbal terlihat benjolan di daerah

limbus, dengan bercak Horner Trantas yang berwarna keputihan yang terdapat di

dalam benjolan. Konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai “konjungtivitis

Universitas Sumatera Utara


musiman” atau “konjungtivits musim kemarau”, yang merupakan penyakit bilateral

yang disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun prapubertas

dan berlangsung 5-10 tahun. 4

b. Konjungtivitis Flikten

Konjungtivitis flikten merupakan nodular yang disebabkan alergi terhadap

bakteri atau antigen tertentu. Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi

akibat reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap tuberkuloprotein, stafilokok,

limfogranuloma venerea, leismaniasis, infeksi parasit, dan infeksi di tempat lain

dalam tubuh.4

c. Konjungtivitis Atopik

Konjungtivitis atopik merupakan reaksi alergi selaput lendir mata atau

konjungtiva terhadap polen, disertai dengan demam. Memberikan tanda dengan

mata berair, bengkak, belek berisi eosinofil.4

2.3.6. Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan

merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak

putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistim imun

terganggu. Selain Candida Sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix

schenkii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang.3

2.3.7. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan

substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang

masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam,

Universitas Sumatera Utara


alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran

pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Selain itu penyakit ini dapat juga

disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin, miotik,

neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan

iritasi.3

2.3.8. Konjungtivitis Bleeding (Perdarahan subkonjungtiva)4

Perdarahan subkonjunctiva adalah perdarahan akibat rupturnya pembuluh

darah dibawah lapisan konjungtiva. Hematom Subkonjungtiva dapat terjadi pada

keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis,

konjungtivitis hemoragic, anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan).

Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung maupun tidak

langsung, yang kadang–kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi.

Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena trauma mayor, minor, atau

sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian depan. Secara klinis,

perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang datar, berwarna merah,

di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan kemotik

kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak mata. Hal ini akan

berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu.

Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang

mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara

konjungtiva dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya

pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan

penyebabnya (perdarahan subkonjungtiva idiopatik). Manuver Valsava sebelumnya

Universitas Sumatera Utara


(misalnya, batuk, tegang, muntah-muntah, mengejan) juga bisa menjadi penyebab

perdarahan subkonjungtiva. Penyebab lain meliputi hipertensi dan gangguan fungsi

koagulasi, misalnya karena obat antikoagulan atau penyakit leukemia.

Selain itu, infeksi umum yang berhubungan dengan demam, defisiensi

vitamin C (scurvy), trauma mata tumpul atau tajam, benda asing, pembedahan pada

mata, dan konjungtivitis juga dapat menjadi satu kemungkinan penyebabnya.

Berbagai macam obat-obatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid, aspirin,

kontrasepsi, vitamin A dan D juga berhubungan dengan terjadinya perdarahan

subkonjungtiva.

2.4. Patogenesis4

Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva

terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama

oleh karena adanya film air mata. Pada permukaan konjungtiva yang berfungsi

melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalir melaluui

saluran lakrinal ke meatus nasi inferior. Film air mata mengandung beta lysine,

lysozyne, IgA, IgG yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada

kuman patogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi

konjungtiva yang disebut konjungtivitis.

Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan

kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka

sempurna, maka mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan

konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan

Universitas Sumatera Utara


yang ditandai dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema, rasa nyeri, dan

adanya sekret mukopurulen.

Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu

mikroorganisme, bahan alergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga

fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis

ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan mengakibatkan

tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata tersumbat.

Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia saraf optik dan terjadi

ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan.

2.5. Gejala Klinis3

Gejala klinis konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores

atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal, dan fotofobia. Sensasi benda

asing, sensasi tergores dan terbakar sering dihubungkan dengan edema dan

hipertrofi papila yang biasanya menyertai hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit

berarti kornea juga terkena.

Universitas Sumatera Utara


2.6. Epidemiologi Konjungtivitis

2.6.1. Distribusi dan Frekuensi

a. Orang

Konjungtivitis klamidia berupa trachoma dapat mengenai segala umur tetapi

lebih banyak pada anak-anak dan dewasa. Ras yang banyak menderita trachoma

adalah Ras Yahudi, penduduk asli Australia (Australian Aborigin) dan Indian

Amerika.18 Sebuah studi yang dilakukan di 3024 sekolah dasar anak-anak di wilayah

Ankara Turki (1997) menemukan bahwa 4,6% anak memiliki alergi konjungtivitis.19

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat (2009) diperoleh 23% kasus

konjungtivitis bakteri terjadi pada rentang usia 0-2 tahun, 28% terjadi pada rentang 3-

9 tahun, 13% terjadi pada rentang 10-19 tahun dengan sisa 36% kasus terjadi pada

orang dewasa.5 Penelitian yang dilakukan Baig. R, dkk (2010) di Pakistan terhadap

anak sekolah berusia 5-19 tahun, yang berjumlah 818 anak diperoleh prevalensi

konjungtivitis alergi 19,2 %. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah

penderita konjungtivitis alergi lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak

perempuan.19

Berdasarkan Bank Data Kesehatan Indonesia (2004), total kasus

konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis yaitu 2.106 kasus.11 Berdasarkan

Kementerian Kesehatan RI (2009), total kasus konjungtivitis dan gangguan lain

konjungtiva yaitu 99.195 kasus.12 Penelitian yang dilakukan oleh Dhika Alloyna

tahun 2009 sampai 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh 285 penderita

konjungtivitis yang terdiri dari perempuan sebanyak 154 orang dan laki-laki sebanyak

131 orang.14

Universitas Sumatera Utara


b. Tempat dan Waktu

Mongolia (2005), survei berbasis populasi mengungkapkan hubungan yang

mencolok antara prevalensi konjungtivitis alergi dan tingkat/derajat urbanisasi.

Prevalensinya adalah 9,3% di pedesaan, 12,9% di pusat desa dan 18,4% di kota.19

Konjungtivitis alergi berupa konjungtivitis vernal cenderung musiman, dengan gejala

meningkat di musim semi dan menurun di musim gugur.20 Konjungtivitis flikten

lebih sering ditemukan pada anak-anak didaerah padat penduduk.4 Secara geografis,

trachoma adalah yang paling umum di daerah yang kering, panas, dan berdebu.

Kejadian trachoma tinggi di negara-negara miskin dan berkembang seperti India

bagian utara, Afrika Utara dan Afrika Barat.21

Penelitian yang dilakukan Rizki Arrizal pada Juni 2009 sampai April 2010 di

RS.PKU Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh penderita konjungtivitis sebanyak

102 orang. Dari penelitian ini didapatkan jumlah penderita konjungtivitis pada musim

kemarau sebanyak 47 orang dan penderita konjungtivitis pada musim hujan sebanyak

55 orang.12

2.6.2. Determinan

a. Umur

Konjungtivitis biasanya menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa.4

Keratokonjungtivitis epidemika pada orang dewasa terbatas di bagian luar mata,

tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejala-gejala sistemik infeksi virus, seperti

demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.3 Infeksi bakteri merupakan

penyebab dari 50% kasus konjungtivitis pada anak-anak dan 5% pada orang

dewasa.22 Penelitian yang dilakukan oleh Dhika Alloyna tahun 2009 sampai 2010 di

Universitas Sumatera Utara


RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh 285 penderita konjungtivitis yang terdiri dari

kelompok usia < 1 tahun (4,2%), kelompok usia 31-40 tahun (22,1%).14

b. Infeksi Saluran Nafas

Konjungtivitis flikten masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan

dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak anak-anak, pada orang

dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang. Meskipun sering dihubungkan dengan

penyakit tuberkulosis paru, tetapi tidak jarang penyakit paru-paru tersebut tidak

dijumpai pada penderita konjungtivitis flikten.23

Organisme penyebab konjungtivitis dapat berupa bakteri, jamur, virus, dan

klamidia. Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah

Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus,

Neisseria meningitidis, sebagian besar strain adenovirus manusia, virus herpes

simpleks tipe 1 dan tipe 2, dan dua picornavirus. Dua agen yang ditularkan secara

seksual dan dapat menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis dan

Neisseria gonorrhoeae.

Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan

faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi

permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, komponen akueosa

mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris, dan aktivitas pompa

pelpebra membilas air mata ke duktus air mata secara konstan. Air mata mengandung

substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan IgA).

Lingkungan berkaitan erat dengan kejadian konjungtivitis, yaitu lingkungan

dengan hygiene sanitasi yang buruk. Konjungtivitis dapat menyebar dengan cepat jika

Universitas Sumatera Utara


pada suatu lingkungan terdapat penderita konjungtivitis yang memiliki kontak erat

dengan orang-orang disekitarnya. Tetapi hal ini berkaitan dengan keadaan atau

kebersihan lingkungan tersebut yang menjadi faktor risiko penyebaran yang lebih

cepat.

c. Alergi

Konjungtivitis alergi biasanya ada riwayat alergi (hay fever, asma, atau eksim)

pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopik

sejak bayi. Parut pada lipatan fleksura, lipat siku, pergelangan tangan dan lutut sering

ditemukan. Seperti dermatitisnya, konjungtivitis alergi berlangsung berlarut-larut dan

sering mengalami eksaserbasi dan remisi.3

2.7. Komplikasi Konjungtivitis 3

Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis stafilokok, kecuali

pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat

mengikuti konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa, dan pada kasus

tertentu diikuti oleh ulserasi kornea dan perforasi. Ulkus kornea dapat terjadi pada

infeksi N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M

catarrhalis. Jika produk toksik N gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk ke

bilik mata depan, dapat timbul iritis toksik.

Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trachoma dan

dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar

lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea

secara drastis, dan komponen mukosanya mungkin berkurang karena hilangnya

Universitas Sumatera Utara


sebagian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior berupa

membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis) atau seluruh tepian pelpebra (entropion)

sehingga bulu mata terus-menerus menggesek kornea, infeksi bakterial kornea, dan

parut kornea.

2.8. Pencegahan Konjungtivitis

2.8.1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang

yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.25

Pencegahan primer konjungtivitis dapat dilakukan dengan cara meningkatkan daya

tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, meningkatkan hygiene

perorangan dan sanitasi lingkungan, rajin membersihkan mata, dan menggunakan

pelindung mata saat bekerja.26

2.8.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah

sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi,

dan mengurangi ketidakmampuan.25 Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:

a. Diagnosis

a.1. Konjungtivitis bakteri

Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena penyakit ini

berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada

pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan

riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya

Universitas Sumatera Utara


penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-

obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada

hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan

riwayat penggunaan lensa kontak.6

a.2. Konjungtivitis virus

Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena

itu diagnosisnya pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut

penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai durasi dan gejala-gejala sistemik

maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor risiko dan keadaan

lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus.

a.3. Konjungtivitis alergi

Diperkirakan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta

observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala

yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata,

yang disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia.27

b. Pengobatan3

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebabnya. Konjungtivitis

yang disebabkan bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau

antibiotika (gentamycine 0,3 % dan chlorampenicol 0,5%). Pengobatan diberikan

sebelum pemeriksaan mikroorganisme dengan antibiotik tunggal seperti neosporin,

basitrasin, gentamisin, kloramfenicol, tobramicin, dan sulfa. Bila pengobatan tidak

memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan

ditunggu hasil pemeriksaan mikroorganisme.

Universitas Sumatera Utara


Konjungtivitis karena jamur sangat jarang terjadi sedangkan konjungtivitis

karena virus , pengobatannya hanya suportif karena dapat sembuh sendiri. Diberikan

kompres, astringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik

dengan steroid topikal. Pengobatan biasanya simtomatik dan antibiotik untuk

mencegah infeksi sekunder.

Konjungtivitis karena alergi pengobatannya terutama dengan menghindarkan

penyebab pencetus penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid

topikal dosis rendah yang kemudian dikompres dingin untuk menghilangkan

edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.

Pengobatan trachoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, 3-4

minggu, sulfonamid diberikan bila ada penyulit.

2.8.3. Pencegahan Tersier26

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita

konjungtivitis yaitu dengan menggunakan alat bantu penglihatan berupa kaca mata,

sehingga penderita konjuntivitis dapat melihat dengan jelas.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Konjungtivitis

1. Sosio Demografi
Umur
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Tempat Tinggal
2. Keluhan Utama
3. Lokasi Konjungtivitis
4. Jenis Konjungtivitis
5. Cobble Stones
6. Kunjungan Rata-Rata
7. Sumber Biaya
8. Kunjungan per bulan

3.2. Definisi Operasional

3.2.1 Penderita konjungtivitis adalah seseorang yang dinyatakan menderita radang

konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata

dan bola mata, berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tercatat dalam kartu

status.4

3.2.2 Kunjungan penderita konjungtivitis per bulan adalah kunjungan penderita

konjungtivitis yang mendapat penatalaksanaan konjungtivitis di rumah sakit,

Universitas Sumatera Utara


dihitung sejak kunjungan pertama pada bulan Januari sampai dengan

kunjungan terakhir pada bulan Desember tahun 2011.

3.2.3 Sosiodemografi dibedakan atas:

a. Umur adalah lamanya hidup penderita konjungtivitis yang dihitung

berdasarkan tahun sejak pertama lahir, yang dikategorikan berdasarkan rumus

Sturgess.

1. < 1 Tahun
2. 1 – 10 Tahun
3. 11 – 20 Tahun
4. 21 – 30 Tahun
5. 31 – 40 Tahun
6. 41 – 50 Tahun
7. 51 – 60 Tahun
8. 61 – 70 Tahun
9. 71 – 80 Tahun

Untuk analisis statistik umur dikategorikan atas:4

1. < 10 Tahun
2. ≥ 10 Tahun

b. Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita

konjungtivitis yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Laki-laki
2. Perempuan

c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir penderita

konjungtivitis yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Belum sekolah
2. Belum tamat SD
3. SD/Sederajat
4. SLTP/Sederajat
5. SLTA/Sederajat
6. Akademi/PTN
7. Tidak Tercatat

Universitas Sumatera Utara


d. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita konjungtivitis

yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:

1. PNS/TNI/POLRI
2. Pensiunan PNS/TNI/POLRI
3. Pegawai Swasta
4. Wiraswasta
5. Ibu Rumah Tangga (IRT)
6. Pelajar
7. Mahasiswa
8. Tidak bekerja
9. Tidak Tercatat

e. Tempat tinggal adalah tempat dimana penderita Konjungtivitis tinggal dan

menetap sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas :

1. Dalam Kota Medan


2. Luar Kota Medan

3.2.4. Keluhan utama adalah gejala yang dirasakan penderita konjungtivitis pada

saat datang berobat ke rumah sakit, yang dikategorikan atas:3

1. Mata merah
2. Mata terasa gatal
3. Mata terasa panas
4. Mata berair
5. Mata terasa berpasir/mengganjal
6. Banyak kotoran mata
7. Mata terasa perih/nyeri

3.2.5. Lokasi konjungtivitis adalah lokasi mata yang menderita konjungtivitis,

seperti yang tercatat pada kartu status:

1. Okuli dekstra
2. Okuli sinistra
3. Okuli dekstra-sinistra
4. Tidak tercatat

3.2.6. Tipe konjungtivitis adalah jenis konjungtivitis berdasarkan jenis patogen

penyebab konjungtivitis, yang dikategorikan atas:3

Universitas Sumatera Utara


1. Konjungtivitis kataralis akut
2. Konjungtivitis kataralis kronis
3. Konjungtivitis vernal
4. Konjungtivitis bleeding

Untuk uji statistik, dikategorikan atas:


1. Konjungtivitis Kataralis
2. Konjungtivitis Bleeding

3.2.7. Cobble stones adalah papil raksasa yang pada umumnya ciri khas dari
konjungtivitis vernal, berbentuk poligonal tersususn dengan permukaan datar,
yang dikatagorikan atas:
1. Ada
2. Tidak Ada

3.2.8. Kunjungan rata-rata adalah rata-rata kunjungan penderita konjungtivitis yang

mendapat penatalaksanaan konjungtivitis di rumah sakit, dihitung sejak

kunjungan pertama sampai dengan kunjungan terakhir yang tercatat di kartu

status, yang dikategorikan atas:

1. 1 kali
2. 2 – 3 kali

3.2.9. Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh penderita

konjungtivitis selama dirawat di rumah sakit sesuai yang tercatat di kartu

status, yang dikategorikan atas:

1. Umum
2. Asuransi Kesehatan (Askes)
3. Jamkesmas
4. Medan Sehat

Untuk analisis statistik, sumber biaya dikategorikan atas:

1. Biaya sendiri
2. Bukan biaya sendiri

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan desain

case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan pertimbangan

bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit pusat rujukan, berbagai lapisan

masyarakat datang untuk berobat ke rumah sakit ini, serta memiliki data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan April sampai Oktober 2012.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua data penderita konjungtivitis rawat

jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 sebanyak 355 kasus.

4.3.2. Sampel

a. Besar Sampel

Besar sampel minimal yang dibutuhkan diperoleh dengan rumus:28

Universitas Sumatera Utara


Ketrangan :

N = besar populasi yaitu sebanyak 355 data

n = besar sampel minimal yang dibutuhkan

d = tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu 0,05

t = absis kurva normal pada derajat kepercayaan 95% yaitu 1,96

P = proporsi penelitian sebelumnya yaitu 0,6 29

Didapat hasil sebagai berikut:

Diperoleh sampel pada penelitian ini adalah sebagian data penderita

konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 sebanyak 182

data.

b. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dari daftar populasi yang telah disiapkan dilakukan

secara acak sederhana dengan menggunakan tabel random pada program C.Survey.

Universitas Sumatera Utara


4.4. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari data sekunder yang diperoleh dari kartu status

penderita konjungtivitis yang bersumber dari data Rekam Medik RSUD Dr. Pirngadi

Medan tahun 2011. Kartu status dengan kasus konjungtivitis yang terpilih sebagai

sampel dikumpulkan lalu dilakukan pencatatan variabel-variabel yang diteliti

kemudian dilakukan tabulasi data.

4.5. Teknik Analisis Data

Data dikumpulkan, diolah, dan dianalisa secara statistik deskriptif dengan

menggunakan uji Chi-Square dan Exact-Fisher. Data disajikan dalam bentuk narasi,

tabel distribusi proporsi, diagram pie dan bar.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian30

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial

Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan

oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada

tahun 1930. Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, Rumah Sakit ini

diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritso Bysonoince dan

pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi

Gonggo Putro.

Pada tahun 1947 nama rumah sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Kota

Medan yang dipimpin oleh Dr. Ahmad Sofyan. Semasa kepemimpinannya, rumah

sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan tahun 1952. Pada tahun 1979

sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.150 tahun 1979 tanggal

25 Juni 1979 RSU Pusat Propinsi Medan diberi nama RSU Dr. Pirngadi Medan.

Sejak berdirinya FK USU tanggal 20 Agustus 1952, maka Rumah Sakit Umum

Medan secara otomatis dipakai sebagai tempat kepaniteraan klinik para mahasiswa

FK USU, walaupun penandatanganan perjanjian kerja sama antara FK USU dengan

Rumah Sakit Umum Medan sebagai Teaching Hospital (RS Pendidikan) FK USU

baru dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 1968.

Universitas Sumatera Utara


Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka berdasarkan Perda Kota

Medan No. 30 tahun 2002 tanggal 6 September 2002 tentang Pembentukan

Organisasi. Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi

Kota Medan sebutan dalam organisasi adalah Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr.

Pirngadi Kota Medan.

Visi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah

terwujudnya Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota

Medan MANTAP TAHUN 2011 (Mandiri, Tanggap dan Profesional), dengan motto

“Aegroti Salus Lex Suprema (Kepentingan penderita adalah yang utama)”

Misi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah

meningkatnya upaya pelayanan medik, non medik dan perawatan secara profesional,

meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian dan

pengembangan Iptek, mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se Sumatera

Utara, serta meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen RS yang

berkualitas, transparan dan akuntabel.

Sesuai dengan tugasnya RSU Dr. Pirngadi Medan melaksanakan upaya

kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya

peningkatan pencegahan akibat penyakit, pemulihan dan rujukan, maka RSU Dr.

Pirngadi Medan mempunyai fungsi yaitu menyelenggarakan pelayanan medis,

menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis, menyelenggarakan

asuhan keperawatan, menyelenggarakan pelayanan rujukan, menyelenggarakan

Universitas Sumatera Utara


pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan,

mengelola administrasi umum dan keuangan, melaksanakan seluruh kewenagan yang

ada sesuai dengan bidang tugasnya, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan

oleh Kepala Daerah.

RSU Dr. Pirngadi Medan menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan

non medis yaitu Instalasi Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Radiologi, Pelayanan,

Kedokteran Kehakiman , Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Gizi, Instalasi

Farmasi.

5.2. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Kunjungan per Bulan


Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan
Berdasarkan Kunjungan per Bulan di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011
Bulan f %
Januari 13 7,1
Februari 25 13,8
Maret 33 18,1
April 38 20,9
Mei 18 9,9
Juni 8 4,4
Juli 10 5,5
Agustus 8 4,4
September 6 3,3
Oktober 7 3,8
November 6 3,3
Desember 10 5,5
Jumlah 182 100,0
Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis tertinggi

berdasarkan bulan kejadiannya adalah pada bulan April 20,9% dan terendah pada

bulan September dan November 3,3%.

Universitas Sumatera Utara


5.3. Analisis Deskriptif

5.3.1 Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Karakteristik


Sosiodemografi
Proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan karakteristik sosiodemografi

(umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal) rawat jalan di RSUD

Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2011
No. Sosiodemografi f %
1. Umur
<1 5 2,7
1 – 10 36 19,8
11 – 20 28 15,4
21 – 30 38 20,9
31 – 40 18 9,9
41 – 50 20 11,0
51 – 60 23 12,6
61 – 70 10 5,5
71 – 80 4 2,2
Jumlah 182 100,0
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 101 55,5
Perempuan 81 44,5
Jumlah 182 100,0
3. Tingkat Pendidikan
Tercatat 159 87,4
Tidak Tercatat 23 12,6

Jumlah 182 100,0


4. Tingkat Pendidikan Tercatat
Belum Sekolah 23 14,5
Belum Tamat SD 25 15,7
SD/Sederajat 7 4,4
SLTP/Sederajat 12 7,5
SLTA/Sederajat 57 35,9
Akademi/PTN 35 22,0

Jumlah 159 100,0

Universitas Sumatera Utara


5. Pekerjaan
Tercatat 160 87,9
Tidak Tercatat 22 12,1

Jumlah 182 100,0


4. Pekerjaan Tercatat
PNS/TNI/POLRI 22 13,7
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 7 4,4
Pegawai Swasta 2 1,3
Wiraswasta 30 18,8
Ibu Rumah Tangga 23 14,4
Pelajar 45 28,1
Mahasiswa 9 5,6
Tidak Bekerja 22 13,7

Jumlah 160 100,0


5. Tempat Tinggal
Dalam Kota Medan 153 84,1
Luar Kota Medan 29 15,9

Jumlah 182 100,0

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan umur tertinggi yaitu pada kelompok umur 21 – 30 tahun 20,9% dan

terendah pada kelompok umur 71 – 80 tahun 2,2%. Berdasarkan jenis kelamin

tertinggi yaitu pada laki-laki 55,5% dengan sex ratio 1,25. Berdasarkan tingkat

pendidikan tertinggi yaitu SLTA/Sederajat 35,9% dan terendah yaitu SD/Sederajat

4,4% serta terdapat 12,6% yang tidak tercatat pada kartu status. Berdasarkan

pekerjaan tertinggi yaitu Pelajar 28,1% dan terendah adalah Pegawai Swasta 1,3%

serta terdapat 12,1% yang tidak tercatat pada kartu status, dan berdasarkan tempat

tinggal umumnyaberasal dari dalam Kota Medan 84,1%.

Universitas Sumatera Utara


5.3.2. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Keluhan Utama

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2011
Keluhan Utama (n=182) f %
Mata Merah 182 100,0
Mata Terasa Gatal 125 68,7
Mata Terasa panas 24 13,2
Mata Berair 75 41,2
Mata Terasa Berpasir/Mengganjal 20 11,0
Banyak Kotoran Mata 71 39,0
Mata Terasa Perih/Nyeri 45 24,7

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan keluhan utama semua mata merah 100,0% dan paling sedikit adalah mata

terasa berpasir/mengganjal 11,0%.

5.3.3. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Lokasi Konjungtivitis

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Lokasi Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011
Lokasi Konjungtivitis f %
Tercatat 168 92,3
Tidak Tercatat 14 7,7
Jumlah 182 100,0
Lokasi Konjungtivitis Tercatat f %
Okuli Dekstra 29 17,3
Okuli Sinistra 50 29,8
Okuli Dekstra – Sinistra 89 52,9
Jumlah 168 100,0
Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan lokasi mata tertinggi adalah okuli dekstra – sinistra (mata kanan dan kiri)

52,9% dan terendah adalah okuli dekstra (mata kanan) 17,9% serta terdapat 7,7%

yang tidak tercatat pada kartu status.

Universitas Sumatera Utara


5.3.4. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Jenis Konjungtivitis

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011
Jenis Konjungtivitis f %
Konjungtivitis Kataralis Akut 104 57,1
Konjungtivitis Kataralis Kronis 3 1,7
Konjungtivitis Vernal 51 28,0
Konjungtivitis Bleeding 24 13,2
Jumlah 182 100,0

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis tertinggi

berdasarkan jenis konjungtivitis adalah Konjungtivitis Kataralis Akut 57,1% dan

terendah adalah Konjungttivitis Kataralis Kronis 1,7%.

5.3.5. Proporsi Penderita Konjungtivitis Vernal Berdasarkan ciri khas Cobble


stones

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Vernal Rawat Jalan


Berdasarkan ciri khas Cobble stones
Cobble Stones f %
Ada 5 9,8
Tidak Ada 46 90,2
Jumlah 51 100,0

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis vernal

berdasarkan ciri khas cobble stones tertinggi adalah tidak ada ciri khas cobble stones

90,2%.

Universitas Sumatera Utara


5.3.6. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Jumlah Kunjungan
Rata-rata

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Jumlah Kunjungan Rata-rata di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011
Kunjungan Rata-rata (kali) f %
1 130 71,4
2–3 52 28,6
Jumlah 182 100,0

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa proporsi kunjungan rata-rata penderita

konjungtivitis umumnya pada 1 kali kunjungan 71,4% dan kunjungan maksimum

sebanyak 3 kali.

5.3.7. Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Sumber Biaya

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2011
Sumber Biaya f %
Umum 113 62,1
Asuransi Kesehatan (Askes) 47 25,8
Jamkesmas 8 4,4
Medan Sehat 14 7,7
Jumlah 182 100,0

Dari tabel 5.8. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis tertinggi

berdasarkan sumber biaya adalah biaya sendiri/umum 62,1% dan terendah adalah

Jamkesmas 4,4%.

Universitas Sumatera Utara


5.4. Analisa Statistik

5.4.1. Jenis Konjungtivitis Berdasarkan Bulan Kejadian

Proporsi jenis konjungtivitis berdasarkan bulan kejadian rawat jalan di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Jenis Konjungtivitis Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Bulan Kejadian di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011
Jenis Konjungtivitis Jumlah
Bulan
K. Kataralis K. Bleeding
Kejadian
f % f % f %
Januari 11 84,6 2 15,4 13 100,0
Februari 24 96,0 1 4,0 25 100,0
Maret 29 87,9 4 12,1 33 100,0
April 34 89,5 4 10,5 38 100,0
Mei 16 88,9 2 11,1 18 100,0
Juni 6 75,0 2 25,0 8 100,0
Juli 7 70,0 3 30,0 10 100,0
Agustus 7 87,5 1 12,5 8 100,0
September 5 83,3 1 16,7 6 100,0
Oktober 6 85,7 1 14,3 7 100,0
November 4 66,7 2 33,3 6 100,0
Desember 9 90,0 1 10,0 10 100,0

Dari tabel 5.9. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis dari

Bulan Januari sampai Desember tertinggi dengan jenis konjungtivitis kataralis dan

terendah dengan jenis konjungtivitis bleeding. Analisis statistik dengan uji chi –

square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 11 sel (45,8%)

expected count yang besarnya kurang dari 5.

Universitas Sumatera Utara


5.4.2. Umur Berdasarkan Jenis Konjungtivitis
Proporsi umur penderita Konjungtivitis berdasarkan jenis konjungtivitis rawat

jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan


Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011
Umur (Tahun)
Jumlah
Jenis Konjungtivitis < 10 ≥ 10
f % f % f %
Konjungtivitis Kataralis 88 55,7 70 44,3 158 100,0
Konjungtivitis Bleeding 7 29,2 17 70,8 24 100,0
2
X = 5,877 df = 1 p = 0,015
Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis dengan

jenis konjungtivitis kataralis banyak pada kelompok umur <10 tahun 55,7%

sedangkan jenis konjungtivitis bleeding banyak pada kelompok umur ≥26 tahun

70,8%.

Analisis statistik dengan uji chi – square diperoleh p < 0,05 berarti secara

statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita berdasarkan

jenis konjungtivitis.

5. 4.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Konjungtivitis


Proporsi jenis kelamin penderita Konjungtivitis berdasarkan jenis

konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Konjungtivitis Rawat
Jalan Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011
Jenis Kelamin
Jumlah
Jenis Konjungtivitis Laki-laki Perempuan
f % f % f %
Konjungtivitis Kataralis 84 53,2 74 46,8 158 100,0
Konjungtivitis Bleeding 17 70,8 7 29,2 24 100,0
2
X = 2,634 df = 1 p = 0,105
Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis dengan

jenis konjungtivitis kataralis dan konjungtivitis bleeding banyak pada laki-laki,

masing-masing 53,2% dan 70,8%.

Analisis statistik dengan uji chi – square diperoleh p > 0,05 berarti secara

statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin penderita

dengan jenis konjungtivitis.

5.4.3. Lokasi Konjungtivitis Berdasarkan Jenis Konjungtivitis

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Lokasi Mata Penderita Konjungtivitis Rawat


Jalan Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011
Lokasi konjungtivitis Jumlah
Jenis Dekstra Sinistra Dekstra
Konjungtivitis Sinistra f %
f % f % f %
K. Kataralis 23 15,6 38 25,9 86 58,5 147 100,0
Konjungtivitis 6 28,6 12 57,1 3 14,3 21 100,0
Bleeding
X2= 14,606 df = 2 p = 0,001
Dari tabel 5.12. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis dengan

jenis konjungtivitis kataralis dan konjungtivitis bleeding tertinggi pada okuli dekstra-

sinistra (kanan-kiri) yaitu 57,3% dan 64,6%. Sedangkan terendah pada okuli sinistra

masing-masing yaitu 15,6% dan 28,6%.

Universitas Sumatera Utara


Analisis statistik dengan uji chi–square diperoleh hasil p < 0,05 berarti secara

statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lokasi konjungtivitis

berdasarkan jenis konjungtivitis.

5.4.4. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Jenis Konjungtivitis

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Kunjungan Rata-rata Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2011
Kunjungan Rata-rata
Jumlah
(kali)
Jenis Konjungtivitis 1 2-3
f %
f % f %
Konjungtivitis Kataralis Akut 118 74,7 40 25,3 158 100,0
Konjungtivitis Bleeding 12 50,0 12 50,0 24 100,0
X2= 6,220 df = 1 p = 0,013
Dari tabel 5.13. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis dengan

jenis konjungtivitis kataralis kali yaitu 74,7%. Sedangkan proporsi penderita

konjungtivitis pada jenis konjungtivitis bleeding pada kunjungan 1 kali dan 2-3 kali

adalah sama masing-masing yaitu 50,0%.

Analisis statistik dengan uji chi – square dipeloreh hasil p < 0,05 berarti

secara statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara kunjungan rata-rata

penderita berdasarkan jenis konjungtivitis.

Universitas Sumatera Utara


5.4.6. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Kunjungan Rata-rata Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011
Kunjungan Rata-rata (kali) Jumlah
Sumber Biaya 1 2–3
f %
f % f %
Biaya Sendiri 99 87,6 14 12,4 113 100,0
Bukan Biaya Sendiri 31 44,9 38 55,1 69 100,0
2
X = 38,244 df = 1 p = 0,000
Dari tabel 5.14. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis dengan

sumber biaya sendiri teringgi memiliki kunjungan rata-rata 1 kali 87,6%. Sedangkan

proporsi konjungtivitis dengan sumber biaya bukan biaya sendiri tertinggi memiliki

kunjungan rata-rata 2 – 3 kali 55,1%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi – square diperoleh p <

0,05 berarti secara statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara Kunjungan

rata-rata penderita berdasarkan sumber biaya.

5.4.5. Cobble Stones Penderita Konjungtivitis Vernal Berdasarkan Umur

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Vernal Rawat Jalan


Berdasarkan Cobble Stones di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2011
Umur
(Tahun) Jumlah
Cobble Stones
< 10 ≥ 10
f % f % f %
Ada 1 20,0 4 80,0 5 100,0
Tidak Ada 93 52,5 84 47,5 177 100,0

Dari tabel 5.15. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis vernal

dengan ciri tidak ada cobble stone banyak pada umur < 10 tahun 52,5%, sedangkan

dengan cobble stones banyak pada umur ≥ 10 tahun 80,0%.

Universitas Sumatera Utara


Analisis statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh hasil p >

0,05, berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara ciri

cobble stones berdasarkan umur penderita.

5.4.6. Tempat Tinggal Berdasarkan Sumber Biaya

Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Tempat Tinggal Penderita Konjungtivitis


Rawat Jalan Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2011
Tempat Tinggal Jumlah
Dalam Kota Luar Kota
Sumber Biaya
Medan Medan f %
f % f %
Umum 94 83,2 19 16,8 113 100,0
Askes 40 85,1 7 14,9 47 100,0
Medan Sehat 14 84,1 0 0,0 14 100,0
Jamkesmas 5 62,5 3 37,5 8 100,0

Dari tabel 5.16. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis dengan

sumber biaya umum, Askes, Medan Sehat dan Jamkesmas tertinggi pada yang

bertempat tinggal didalam Kota Medan, masing-masing yaitu 83,2%,85,5%, 84,1%

dan 62,5%.

Analisis statistik dengan uji chi – square tidak memenuhi syarat untuk

dilakukan karena terdapat 2 sel (25,0%) expected count yang besarnya kurang dari 5.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Bulan Kejadian

Distribusi proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan Bulan kejadian yang

rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.1. Grafik Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Bulan Kejadian di


RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan bulan kejadiannya mengalami peningkatan dari Bulan Januari sampai

Bulan April masing-masing yaitu 7,1%, 13,8%, 18,1%, 20,9%. Kemudian menurun

pada bulan Mei dan Juni, masing-masing yaitu 9,9% dan 4,4%. Pada bulan Juli

mengalami kenaikan dan menurun pada bulan Agustus sampai september. Pada bulan

Universitas Sumatera Utara


Oktober mengalami kenaikan dan turun pada bulan november, kemudian meningkat

pada bulan Desember.

Konjungtivitis alergi berupa konjungtivitis vernal dan konjungtivitis kataralis

cenderung musiman, dengan gejala meningkat di musim kemarau dan menurun di

musim penghujan. Sedangkan konjungtivitis bleeding tidak bergantung dengan

musim. Penularan pada musim kemarau berlangsung dengan cepat karena sebagian

besar orang beraktivitas di luar rumah dan terpapar oleh debu yang mengandung

bakteri.20

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa kejadian konjungtivitis meningkat

pada bulan Januari-April, dan pada bulan Juli, Oktober dan Desember. Padahal bulan

Oktober dan Desember adalah musim penghujan, tetapi saat ini perbedaan musim

menjadi tidak jelas. Penelitian yang dilakukan Rizki Arrizal pada Juni 2009 sampai

April 2010 di RS.PKU Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh penderita

konjungtivitis sebanyak 102 orang. Dari penelitian ini didapatkan jumlah penderita

konjungtivitis pada musim kemarau sebanyak 47 orang dan penderita konjungtivitis

pada musim hujan sebanyak 55 orang.12

Universitas Sumatera Utara


6.2. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Karakteristik
Sosiodemografi

6.2.1. Umur

Distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan umur yang rawat

jalan di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut

ini.

Gambar 6.2. Diagram Bar Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Umur di


RSUD.Dr.Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis

tertinggi yaitu pada kelompok umur 21 – 30 tahun 20,9% dan terendah pada

kelompok umur 71 – 80 tahun 2,2%. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Dhika Alloyna

di RSUP. Hj. Adam Malik Medan (2011) penderita konjungtivitis tertinggi pada kelompok

usia 31-40 tahun yaitu 63 orang (22,1%) dan terendah pada kelompok usia <1 tahun yaitu 12

orang (4,2%).14

Universitas Sumatera Utara


Penelitian Gearinger et al (2011) di Amerika Serikat menunjukkan insidens

konjungtivitis tertinggi pada usia 30-50 tahun 59,6%, pada usia 1-18 tahun 26%, dan

pada usia >65 tahun 14,4%.31 Konjungtivitis kataralis akut, konjungtivitis kataralis

kronis dan konjungtivitis bleeding dapat terjadi pada semua kelompok umur.

Sedangkan konjungtivitis vernal lebih sering terjadi pada kelompok umur 3 sampai

25 tahun. Perbedaan kelompok usia ini dapat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh,

faktor lingkungan, gaya hidup serta kebersihan diri dan lingkungan.32

6.2.2. Jenis Kelamin

Distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan umur yang rawat

jalan di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut

ini.

Gambar 6.3. Diagram Bar Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Jenis Kelamin


di RSUD.Dr.Pirngadi Medan Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar 6.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis

berdasarkan jenis kelamin banyak pada laki-laki 55,5% dengan sex ratio 1,25.

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Regional di Hong Kong menunjukkan tidak

terdapat perbedaan signifikan pada jumlah penderita konjungtivitis pria dan wanita.

Perbandingan antara pasien pria dan wanita mendekati 1:1.33 Perbandingan ini juga sama

hasilnya dengan penelitian yang dilakukan di Santiago, Chile oleh Haas et al (2009), yang

menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan terhadap penderita konjungtivitis berdasarkan

jenis kelamin. Jika ada perbedaan hal ini mungkin berkaitan dengan lifestyle, kondisi

hygiene dan lingkungan pekerjaan yang berbeda pada wanita dan pria.34

6.2.3. Tingkat Pendidikan

Distribusi proporsi penderita konjungtivitis berdasarkan tingkat pendidikan

yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.4. Diagram Bar Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Tingkat


Pendidikan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar 6.4. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yaitu SLTA/Sederajat 35,9% dan terendah

yaitu SD/Sederajat 4,4%. Proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan tingkat

pendidikan tertinggi yaitu SLTA/Sederajat, hal ini dikaitkan dengan umur penderita

Konjungtivitis yang sebagian besar pada kelompok umur 21-30 tahun dan 11-20

tahun yang umumnya sudah lulus dan ada yang masih menjalani SLTA/Sederajat .

6.2.4. Pekerjaan

Distribusi proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan pekerjaan yang rawat

jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.5. Diagram Bar Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Tingkat


Pekerjaan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari tabel 6.5. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan pekerjaan tertinggi yaitu Pelajar 28,1% dan terendah adalah Pegawai

Universitas Sumatera Utara


Swasta 4,4%. Konjungtivitis lebih sering ditemukan pada anak-anak didaerah padat

penduduk.4 Pada umumnya pelajar banyak beraktivitas di luar rumah misalnya di

jalan dan tempat-tempat umum seperti pusat rekreasi. Hal ini menyebabkan mereka

terpapar oleh debu dan asap kendaraan yang menyebabkan mata merah dan perih.

6.2.5. Tempat Tinggal

Distribusi proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan tempat tinggal yang

rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.6. Diagram Pie Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Tempat


Tinggal di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan gambar 6.6. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis

rawat jalan di RSU Dr. Pirngadi Medan banyak pada penderita yang berasal dari Kota

Medan yaitu sebesar 84,1%. Hal ini karena RSU Dr. Pirngadi Medan adalah rumah

Universitas Sumatera Utara


sakit umum daerah pemerintah yang ada di Sumatera Utara dan berada tidak jauh dari

Kota Medan sehingga memudahkan penderita yang berasal dari dalam Kota Medan

untuk berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Medan. Sedangkan penderita yang berasal dari

luar Kota Medan berasal dari Binjai dan Deli Serdang (Percut Sei Tuan, Tanjung

Morawa, Lubuk Pakam).

6.3. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Keluhan Utama

Distribusi proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan Keluhan utama yang

rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.7. Diagram Bar Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Keluhan


Utama di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.7. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan keluhan utama semua mengeluh mata merah 100%. Penderita

Konjungtivitis dengan keluhan mata merah lebih sensitif menunjukkan penyakit

Universitas Sumatera Utara


konjungtivitis. Mata merah adalah tanda klinis konjungtivitis yang paling menyolok.

Kemerahan paling jelas di forniks dan makin berkurang ke arah limbus karena

dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva. Warna merah terang menandakan

konjungtivitis bakteri dan tampilan putih-susu menandakan konjungtivitis vernal.3

6.4. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Lokasi


Konjungtivitis

Distribusi proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan Lokasi konjungtivitis

yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Lokasi


Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.8. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan lokasi konjungtivitis tertinggi yaitu pada Okuli dekstra – sinistra (mata

kanan dan kiri) 52,9%. Hal ini sesuai dengan penelitian Dhika Alloyna (2011) di

Universitas Sumatera Utara


RSUP HJ. Adam Malik Medan (2011) bahwa lokasi konjungtivitis terbanyak pada

kedua mata kiri dan kanan, yaitu pada 154 pasien (54,0%) dan sisanya pada salah satu

mata saja, mata kanan 49 pasien (17,2%) dan mata kiri 73 pasien (25,6%).14

Menurut penelitian oleh Therese (2002) diketahui bahwa konjungtivitis

memang lebih banyak pada kedua konjungtiva mata kiri dan kanan. Hal ini berkaitan

dengan letak anatomi mata kiri dan kanan yang berdekatan serta cara penyebaran ke

mata yang lain yang biasanya terjadi diperantarai oleh tangan.35

Tangan merupakan perantara utama terjadinya penularan dari mata yang satu

ke satu lainnya. Jika mata kanan menderita konjungtivitis bakteri atau virus maka

besar kemungkinan mata kiri akan tertular karena pada saat tangan menggosok mata

kanan karena terasa gatal atau mengusap kotoran mata, tanpa sengaja tangan akan

menyentuh mata kiri sehingga terjadi penularan.

Universitas Sumatera Utara


6.5. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis berdasarkan karakteristik
Jenis Konjungtivitis

Distribusi proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan Jenis konjungtivitis

yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.9. Diagram Pie Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Jenis


Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.9. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan jenis konjungtivitis tertinggi pada Konjungtivitis Kataralis Akut 57,1%

dan terendah pada konjungtivitis kataralis kronis 1,7%.

Konjungtivitis Kataralis Akut sering terdapat dalam bentuk epidemik dan pada

umumnya disebut mata merah atau pink eye.3 Penularan konjungtivitis ini tinggi

karena dapat menularkan dengan cepat ke orang disekitarnya atau dalam satu

ruangan.

Universitas Sumatera Utara


6.6. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Vernal Berdasarkan ciri khas
Cobble Stones

Distribusi proporsi penderita Konjungtivitis Vernal berdasarkan ciri khas

Cobble Stones yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat

dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.10. Diagram Pie Penderita Konjungtivitis Vernal Berdasarkan Ciri


Khas Cobble Stones di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis vernal

berdasarkan ciri khas cobble stones banyak tanpa cobble stones 90,2%.

Konjungtivitis vernal memiliki ciri berupa Cobble stones atau batu kali yang

permukaannya rata, umunnya timbul setelah mengalami kejadian berulang. Penderita

yang telah mengalami konjungtivitis vernal ulangan akan menimbulkan ciri khas

berupa cobble stones di permukaan konjungtiva.

Universitas Sumatera Utara


6.7. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Kunjungan Rata-
rata

Distribusi proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan Kunjungan rata-rata

yang rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.11. Diagram Pie Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Kunjungan


rata-rata di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.11. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan kunjungan rata-rata banyak pada kunjungan 1 kali 71,4%. Sebagian

besar penderita konjungtivitis yang berkunjung 1 kali sudah merasa lebih baik

keadaannya sehingga mereka tidak melakukan kunjungan berulang. Sedangkan

penderita yang berkunjung 2-3 kali umumnya belum merasa lebih baik keadaannya

sehingga melakukan kunjungan ulangan dan umumnya mengalami kecelakaan lalu

lintas, tertusuk pena, tertusuk ujung pegangan pintu, dll.

Universitas Sumatera Utara


6.8. Distribusi Proporsi Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Sumber Biaya

Distribusi proporsi penderita Konjungtivitis berdasarkan Sumber biaya yang

rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.12. Diagram Pie Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Sumber


Biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.12. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

berdasarkan sumber biaya tertinggi yaitu umum/biaya sendiri 62,1% dan terendah

dengan sumber biaya Jamkesmas 4,4%.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi medan adalah rumah sakit

pemerintah Kota Medan yang melayani pasien dengan Jaminan Sosial (Askes,

Jamkesmas, Medan Sehat) dan umum. Proporsi tertinggi penderita Konjungtivitis

berasal dari Umum, ini berarti bahwa sebagian besar penderita Konjungtivitis bukan

berasal dari sosial ekonomi rendah.

Universitas Sumatera Utara


6.9. Analisis Statistik

6.9.1. Jenis Konjungtivitis Berdasarkan Bulan Kejadian

Proporsi jenis Konjungtivitis berdasarkan bulan kejadian rawat jalan di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.13. Grafik Jenis Konjungtivitis Berdasarkan Bulan Kejadian di


RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.13. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis dari

Bulan Januari sampai Desember tertinggi dengan jenis konjungtivitis kataralis dan

terendah dengan jenis konjungtivitis kataralis kronis. Analisis statistik dengan uji chi

– square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 11 sel (45,8%)

expected count yang besarnya kurang dari 5.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kejadian konjungtivitis katalasi

berbanding terbalik dengan kejadian konjungtivitis Bleeding. Hal ini karena kejadian

konjungtivitis kataralis sering pada musim kemarau, tetapi saat ini musim kemarau

dan musim hujan dapat terjadi pada bulan berapa pun artinya kejadiannya tidak jelas.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan kejadian konjungtivitis Bleeding tidak berdasarkan musim, kejadiannya

spontan seperti disebabkan batuk rejan, bersin dan trauma yang dapat menyebabkan

pembuluh-pembuluh darah di konjungtiva pecah secara spontan.

6.9.2. Umur Berdasarkan Jenis Konjungtivitis

Proporsi umur penderita Konjungtivitis berdasarkan jenis konjungtivitis rawat

jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.14. Diagram Bar Umur Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Jenis


Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Dari gambar 6.14. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

dengan jenis konjungtivitis kataralis tinggi pada kelompok umur < 10 tahun 55,7%.

Sedangkan proporsi penderita Konjungtivitis dengan jenis konjungtivitis Bleeding

tinggi pada kelompok umur ≥ 10 tahun yaitu 90,2%.

Analisis statistik dengan uji chi – square diperoleh p < 0,05 berarti secara

statistik ada perbedaan yang bermakna antara umur penderita berdasarkan jenis

Universitas Sumatera Utara


konjungtivitis. Hal ini menunjukkan bahwa penderita yang berumur < 10 tahun secara

bermakna lebih banyak menderita konjungtivitis kataralis daripada konjungtivitis

≥ 10 tahun lebih banyak menderita


bleeding, sebaliknya penderita yang berumur

konjungtivitis bleeding daripada konjungtivitis kataralis.

Konjungtivitis kataralis penularannya tinggi pada anak-anak karena penularan

konjungtivitis cepat pada anak-anak dan daya tahan tubuh masih rentan.3 Anak yang

menderita konjungtivitis kataralis akan menularkan ke teman-temannya di sekolah

melalui tangan yang telah menyentuh mata penderita. Sedangkan konjungtivitis

Bleeding tidak menular, dan dari hasil penelitian ini penderita konjungtivitis bleeding

disebabkan karena trauma seperti kecelakaan lalu lintas, terkena pukulan, tertusuk

pulpen, dan lainnya.

6.9.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Konjungtivitis

Proporsi Jenis kelamin penderita Konjungtivitis berdasarkan jenis

konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.15. Diagram Bar Jenis Kelamin Penderita Konjungtivitis
Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011

Dari gambar 6.15. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Konjungtivitis

dengan jenis konjungtivitis kataralis dan konjungtivitis bleeding banyak pada laki-

laki, masing-masing 53,2% dan 70,8%. Analisis statistik dengan uji chi – square

diperoleh p > 0,05 berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara

jenis kelamin penderita dengan jenis konjungtivitis.

Penelitian yang dilakukan oleh Dhika Alloyna (2010) pada penderita

konjungtivitis di RSUP Haji Adam Malik bahwa penderita dengan jenis kelamin

wanita sebanyak 154 orang (54%). Jumlah ini lebih banyak daripada penderita pria

yang berjumlah 131 orang (46%). Maka jumlah penderita wanita adalah 1,17 kali

lebih banyak daripada pria.14

Penelitian yang dilakukan di Equador menunjukkan konjungtivitis lebih

banyak pada pasien wanita daripada pria, yaitu sebanyak 72,1% pada wanita dan

Universitas Sumatera Utara


27,9% pada pria.36 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan pada

penderita konjungtivitis di RSUP Haji Adam Malik. Berbeda dengan data insidensi

konjungtivitis di Amerika Serikat, data menunjukkan lebih banyak penderita

konjungtivitis dengan jenis kelamin pria daripada wanita, yaitu 64,4% pada pria dan

35,6% pada wanita .37

Hal di atas menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki

risiko yang sama untuk menderita Konjungtivitis jenis apapun, dan akan kembali

berulang jika tidak diobati hingga tuntas.

6.9.4. Lokasi Konjungtivitis Berdasarkan Jenis Konjungtivitis

Proporsi Lokasi konjungtivitis penderita Konjungtivitis berdasarkan jenis

konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

6.16. Diagram Bar Lokasi Konjungtivitis Penderita Konjungtivitis Berdasarkan Jenis


Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar 6.16. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis

dengan jenis konjungtivitis kataralis dan konjungtivitis bleeding tertinggi pada okuli

dekstra-sinistra (kanan-kiri) yaitu 57,3% dan 64,6%. Sedangkan terendah pada okuli

sinistra masing-masing yaitu 15,6% dan 28,6%.

Analisis statistik dengan uji chi–square diperoleh hasil p < 0,05 berarti secara

statistik ada perbedaan yang bermakna antara lokasi konjungtivitis berdasarkan jenis

konjungtivitis. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi mata dekstra dan sinistra secara

bermakna lebih banyak terjadi pada konjungtivitis kataralis daripada konjungtivitis

bleeding, dan lokasi mata dekstra secara bermakna lebih banyak terjadi pada

konjungtivitis bleeding daripada konjungtivitis kataralis.

Secara umum konjungtivitis sering ditemukan pada kedua mata kiri dan mata

kanan, namun tidak jarang juga konjungtivitis hanya pada salah satu mata saja, yaitu

mata kiri atau mata kanan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Dhika Alloyna (2010) bahwa lokasi konjungtivitis terbanyak pada kedua mata kiri

dan kanan, yaitu pada 154 pasien (54,0%) dan sisanya pada salah satu mata saja, mata

kanan 49 pasien (17,2%) dan mata kiri 73 pasien (25,6%). 14

Menurut penelitian oleh Therese (2002) diketahui bahwa konjungtivitis

memang lebih banyak pada kedua konjungtiva mata kiri dan kanan. Hal ini berkaitan

dengan letak anatomi mata kiri dan kanan yang berdekatan serta cara penyebaran ke

mata yang lain yang biasanya terjadi diperantarai oleh tangan.32

Universitas Sumatera Utara


6.9.5. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Jenis Konjungtivitis

Proporsi Kunjungan rata-rata penderita Konjungtivitis berdasarkan jenis

konjungtivitis rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Gambar 6.17. Diagram Bar Kunjungan Rata-rata Penderita Konjungtivitis


Berdasarkan Jenis Konjungtivitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011

Dari gambar 6.17. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis

dengan jenis konjungtivitis kataralis kali yaitu 74,7%. Sedangkan proporsi penderita

konjungtivitis pada jenis konjungtivitis bleeding pada kunjungan 1 kali dan 2-3 kali

adalah sama masing-masing yaitu 50,0%.

Analisis statistik dengan uji chi – square dipeloreh hasil p < 0,05 berarti

secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara kunjungan rata-rata penderita

berdasarkan jenis konjungtivitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendrita yang

berkunjung 1 kali secara bermakna lebih banyak menderita konjungtivitis kataralis.

Universitas Sumatera Utara


Konjungtivitis kataralis merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri,

penderita umumnya hanya berkunjung 1 kali ke rumah sakit unuk mendapatkan

pengobatan dan setelah kunjungan pertama sudah merasa lebih baik dan tidak

melakukan kunjungan berulang. Sedangkan penderita konjungtivitis Bleeding yang

berkunjung sekali dan berulang belum merasa lebih baik keadaannya.

6.9.6. Kunjungan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya

Proporsi Kunjungan rata-rata penderita Konjungtivitis berdasarkan sumber

biaya rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 6.18. Diagram Bar Kunjungan Rata-rata Penderita Konjungtivitis


Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011

Dari tabel 6.18. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis dengan

sumber biaya sendiri teringgi memiliki kunjungan rata-rata 1 kali 87,6%. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara


proporsi konjungtivitis dengan sumber biaya bukan biaya sendiri tertinggi memiliki

kunjungan rata-rata 2 – 3 kali 55,1%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji

Chi – square diperoleh p < 0,05 berarti secara statistik ada perbedaan yang bermakna

antara Kunjungan rata-rata penderita berdasarkan sumber biaya.

Hal di atas menunjukkan bahwa kunjungan rata- rata penderita konjungtivits

dengan bukan biaya sendiri secara bermakna lebih sering dibandingkan dengan

kunjungan rata-rata penderita konjungtivitis dengan biaya sendiri.

6.9.7. Cobble Stones Penderita Konjungtivitis Vernal Berdasarkan Umur

Proporsi umur penderita Konjungtivitis vernal berdasarkan cobble stones

rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.19. Diagram Bar Umur Penderita Konjungtivitis Vernal


Berdasarkan Cobble Stones di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2011

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 6.19. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis vernal

dengan ciri tidak ada cobble stone banyak pada umur < 10 tahun 52,5%, sedangkan

dengan cobble stones banyak pada umur ≥ 10 tahun 80,0%.

Analisis statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh hasil p >

0,05, berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara ciri cobble

stones berdasarkan umur penderita.

6.9.8. Tempat Tinggal Berdasarkan Sumber Biaya

Proporsi sumber biaya penderita Konjungtivitis berdasarkan tempat tinggal

rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 6.20. Diagram Bar Sumber Biaya Penderita Konjungtivitis


Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar 6.20. dapat dilihat bahwa proporsi penderita konjungtivitis

dengan sumber biaya umum, Askes, Medan Sehat dan Jamkesmas tertinggi pada

yang bertempat tinggal didalam Kota Medan, masing-masing yaitu 83,2%,85,5%,

84,1% dan 62,5%. Analisis statistik dengan uji chi – square tidak memenuhi syarat

untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (25,0%) expected count yang besarnya kurang

dari 5.

Universitas Sumatera Utara


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Proporsi penderita Konjungtivitis rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

tahun 2011 berdasarkan kunjungan per bulan tertinggi yaitu pada bulan April

20,9%.

7.1.2. Proporsi penderita Konjungtivitis rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

tahun 2011 berdasarkan karakteristik sosiodemografi tertinggi yaitu umur 21-

30 tahun 20,9%, jenis kelamin laki-laki 55,5%, tingkat pendidikan

SLTA/Sederajat 35,9%, pekerjaan sebagai pelajar 28,1% dan berasal dari

Kota Medan 84,1%.

7.1.3. Proporsi penderita Konjungtivitis rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

tahun 2011 berdasarkan keluhan utama semua mengeluh mata merah 100%.

7.1.4. Proporsi penderita Konjungtivitis rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

tahun 2011 berdasarkan lokasi Konjungtivitis tertinggi yaitu okuli dekstra-

sinistra (mata kanan dan kiri) 52,9%.

7.1.5. Proporsi penderita Konjungtivitis rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

tahun 2011 berdasarkan jenis konjungtivitis tertinggi yaitu konjungtivitis

kataralis akut 57,1%.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI., 2009. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.

2. Depkes RI., 1998. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia


Sehat 2010. Jakarta.

3. Vaughan, A., 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC, Jakarta.

4. Illyas, S., 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Cetakan Ke Tujuh. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.

5. Smith and Waycaster, 2009. Estimate of The Direct and Indirect Annual Cost
of Bacterial Conjunctivitis in The United States. Journal of BioMed
central Ltd, Vol.9, USA.

6. Marlin, D.S., 2009. Bacterial Conjunctivitis. Penn state College of Medicine.


http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview. Akses 11
Februari 2012.

7. Amadi, A., et al., 2009. Common Ocular Problems in Aba metropolis of


Albia State, Eastern Nigeria. Federal Medical Center Owerri.
http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/pjssci/2009/32-35.pdf. Akses
11 Februari 2012.

8. Patel, P.B., et al., 2007. Clinical Features of Bacterial Conjunctivitis in


Children. Divission of Pediatric Emergency Medicine-Dupont Hospital
for Children. http://journals.lww.com/pjdi/Abstract/2009/01000/aspx.
Akses 15 Februari 2012.

9. Yan, D., et al., 2010. Outbreak of Acute Hemorrhagic Conjunctivitis in


Yunnan, People's Republic of China, 2007. Virology Journal,
Vol.7,China.

10. Depkes RI., 2004. Distribusi Penyakit Mata dan Adneksa Pasien Rawat Inap
dan Rawat Jalan Menurut Sebab Sakit di Indonesia Tahun 2004.
Availablefrom:http://bankdata.depkes.go.id/data%20intranet/sharing%20f
older/ditjen%20yanmedik/seri%203/tabels. Akses 25 Januari 2012.

11. Kemkes RI., 2010. 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009. Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Available from:
http://www.Depkes.go.id. Akses 5 Februari 2012.

Universitas Sumatera Utara


12. Arrizal, R., 2011. Pengaruh Musim Hujan dan Musim Kemarau Terhadap
Angka Kejadian Konjungtivitis di RS. PKU Muhammadiyah Bantul
Yogyakarta Tahun 2009 dan 2010.

13. Depkes RI., 2007. Riset Kesehatan Daerah Sumatera Utara. Jakarta.

14. Alloyna, D., 2011. Prevalensi Konjungtivitis di RSUD H. Adam Malik


Medan Tahun 2009 dan 2010.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/5/Chapter%20I.pd
f. Akses 10 Maret 2012.

15. Scott, I.U., 2010. Viral conjunctivitis. Departement of Opthalmology and


Public Health Sciences: http//emedicine.medscape.com/article/1191370-
overview. Akses 8 Februari 2012.

16. Cuvillo, A del., et al., 2009. Allergic Conjunctivitis ang HI Antihistamines. J


Investing Allergol Clin Immunol 2009; Vol.19. USA.

17. Majmudar, P.A., 2010. Allergic Conjunctivitis. Rush-Presbyterian-St luke’s


Medical Center. http:emedicine.medscape.com/article/1191467-overview.
Akses 8 Februari 2012.

18. Illyas, dkk., 2008. Sari Ilmu penyakit Mata. Cetakan ke-4. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.

19. Baig, R., et al., 2010. Prevalence of Allergic Conjunctivitis in School


Children of Karachi. Section of Opthalmology, Departement of Surgery,
Aga Khan University, Karachi. Pakistan.

20. R.C, Arrfa, 1997. Grayson's Diseases of the Cornea, 4th ed. St. Louis: Mosby-
Year Book :160.

21. Stanford, John and Smith, 2003. Eye Diseases Hot Climates. Fourth Edition.
ELSEVIR. A Division of Reed Elsevier India Private Lmited. India.

22. Tamim, R., dkk., 1993. Ilmu penyakit Mata. Cetakan ke-2. Airlangga
University Press. Jakarta.

23. American Academy of Ophthalmology., 2007-2008. Ophthalmic Pathology


and Intraocular Tumors. Section 4. America.

Universitas Sumatera Utara


24. Vissher, K.L., et al., 2009. Evidence-based Treatment of Acute Infective
Conjunctivitis. Canadian Family Physician.
http://171.66.125.180/content/55/11/1071.short. Akses 13 Maret 2012.

25. Noor, N.N., 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Cetakan


Kedua. Rineka Cipta, Jakarta.

26. Hendrawati, R., 2008. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Mata. Sunda
Kelapa. Jakarta.

27. Weissman, B.A., 2008. Giant Papillary Conjunctivitis. Universitty of


California at Los Angeles.
http://emedicine.medscape.com/article/1191641-overview. Akses 6
Maret 2012.

28. Cochran, W.G., 1990. Sampling Techniques, Four Edition. Wiley Series In
Probability and Mathematical Statistics. USA.

29. Pujiyanti, A., 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konjungtivitis


pada Pekerja Pengelasan Listrik di Bengkel Radas Jaya Semarang.
Skripsi Mahasiswa FK-UNDIP.

30. RSU. Dr. Pirngadi Medan, 2006. Profil RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2006.
Medan.

31. Gearinger, Lynne., et al., 2011. Etiology of Bacterial Conjunctivitis and


Antibacterial Susceptibility Profile. Clinical Opthalmology. Available
at: http://dx.crossref.org/10.21472fotph.S23519. Akses 18 September
2012.

32. Budiati Widyastuti, Budi. Konjungtivitis. Sari Pediatri. Vol.5, No.4, Maret 2004; 160-
164.

33. Yip, Terri., et al., 2007. Incidence of Chlamydial Conjunctivitis and Its
Assosiation with Nasopharyngeal Colonisation in Hong Kong
Hospital, Assessed by Polymerase Chain Reaction. Hong Kong Med.
Available at: http://www.hkmj.org. Akses 16 September 2012.

Universitas Sumatera Utara


34. Haas, W., et al., 2009. Major Age Group-Specific Differences in Conjunctival
Bacteria and Evolution of Antimicrobial Resistance. Revealed by
Laboratory Data Surveillance. Available at:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/19085372. Akses 22 September 2012.
35. Therese, L.K., 2002. Microbiological Procedures for Diagnosis of Ocular
Infection. Available from: http://www.ijmm.org/documents/ocular.pdf.
Akses 18 September 2012.

36. Sacchetti, M., et al., 2010. Tear Levels of Neuropeptides Increase After
Specific Allergen Challenge in Allergic Conjunctivitis. Molecular
Vision. Available at: http://www.molvis.org/molvis.v17/a7. Akses 21
September 2012.

37. Senaratne, T., Gilbert, C., 2005. Conjunctivitis Primary Eye Care.
Community Eye Health Journal. Available from:
http://www.cehjournal.org/download/ ceh_18_53_073.pdf. Akses 22
September 2012

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai