Anda di halaman 1dari 136

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN
KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU
DI PUSKESMAS GLUGUR DARAT
KECAMATAN MEDAN
TIMUR TAHUN

SKRIPS
I

Oleh

FRISKILLA
SIMANJUNTAK NIM.
151000112

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
2020
Universitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU
DI PUSKESMAS GLUGUR DARAT
KECAMATAN MEDAN
TIMUR TAHUN

SKRIPS
I

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

FRISKILLA
SIMANJUNTAK NIM.
151000112

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
2020
Universitas Sumatera Utara
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun
2019
Nam.a Mahasiswa . : Frisk:illaSimanjuntak
Nomor lnduk : 151000112
Mahasiswa : Administrasi Kebijakan Kesehatan
Departemen

Menyetujui
Pembimbing:

(dr. Rusmalawaty, M.Kes.)


NIP. 196811011993032005

Tanggal Lulus: 21 Oktober2019

il
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 21 Oktober 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Rusmalawaty, M.Kes.


Anggota : 1. Sri Novita Lubis, S.K.M., M.Kes.
2. dr. Fauzi, M.Kes.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di

Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2019”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2019

Friskilla Simanjuntak

3
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

TB paru sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
di dunia. WHO (2018) menyatakan Indonesia sebagai negara kedua dengan
penderita TB paru terbanyak di dunia yaitu sebanyak 11% dari total kasus TB di
dunia. Puskesmas Glugur Darat adalah Puskesmas yang berada di Kecamatan
Medan Timur, Kota Medan dengan angka kesembuhan TB paru yang masih di
bawah target nasional (85%). Berdasarkan profil kesehatan kota, angka
kesembuhan di Puskesmas Glugur Darat sebesar 66,7%. Untuk mencapai
keberhasilan pengobatan diperlukan adanya kepatuhan berobat bagi setiap
penderita. Oleh karena itu penting untuk diketahui tentang tingkat kepatuhan serta
faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan berobat penderita TB. Jenis penelitian
ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan
untuk menjelaskan bagaimana hubungan dari karakteristik, pengetahuan, sikap,
ketersediaan OAT, sikap petugas kesehatan, dan peran PMO terhadap kepatuhan
pengobatan penderita TB di puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur
Tahun 2019. Populasi penelitian ini adalah pasien TB paru yang telah teregistrasi
di Puskesmas Glugur Darat yang masih aktif menjalani pengobatan tahap
lanjutan. Sampel penelitian adalah total sampling sebesar 53 orang. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan
chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB paru adalah
variabel pengetahuan (p=0,001) dan variabel motivasi dari petugas kesehatan
(p=0,001), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah variabel
karakteristik penderita TB, sikap penderita, ketersediaan OAT, dan peran PMO.
Disarankan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Glugur Darat melakukan
kerja sama dengan keluarga penderita untuk lebih berperan aktif dalam
membantu pengobatan TB paru serta memberikan motivasi atau dukungan kepada
penderita selama pengobatan agar penderita menjadi lebih patuh dalam menjalani
pengobatannya.

Kata kunci : Faktor, TB, paru, kepatuhan, pengobatan

4
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Pulmonary TB is still one of the public health problems in the world. WHO (2018)
states that Indonesia is the second country with the most pulmonary TB sufferers
in the world, with 11% of the total TB cases in the world. Puskesmas Glugur
Darat is a Puskesmas located in Medan Timur District, Medan City with a cure
rate of pulmonary TB that is still below the national target (85%). Based on the
city's health profile, the cure rate at Glugur Darat Health Center is 66.7%. To
achieve the success of treatment required compliance with treatment for every
patient. Therefore it is important to know about the level of adherence as well as
the factors that influence the compliance with TB treatment. This type of research
is an explanatory research with cross sectional approach that aims to explain how
the relationship of characteristics, knowledge, attitudes, availability of OAT,
attitudes of health workers, and the role of PMO to the compliance of treatment of
TB patients at the Glugur Darat Health Center in Medan Timur District in 2019.
The study population these were pulmonary TB patients who had registered at the
Glugur Darat Health Center who were still actively undergoing advanced
treatment, with a total sample of 53 people. Data were collected using a
questionnaire and analyzed using chi square. The results showed that the
variables that had a significant effect on treatment compliance with pulmonary
TB patients were knowledge variables (p = 0.001) and motivation variables from
health workers (p = 0.001), while the variables that had no effect were the
characteristics of TB patients, patient attitudes, availability OAT, and the role of
the PMO. It is recommended that health workers at the Glugur Darat Health
Center collaborate with patients' families to play an active role in helping
pulmonary TB treatment and provide motivation or support to patients during
treatment so that patients become more obedient in undergoing treatment.

Keywords: Factors, TB, lung, loyalty,


therapy

5
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya yang senantiasa dilimpahinya kepada penulis, sehingga

bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas Glugr Darat

Kecamatan Medan Timur Tahun 2019”. Dalam penyusunan skripsi ini hingga

selesai tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku ketua Departemen Administrasi dan

keebijkan kesehatan.

4. Ernawati, S.K.M., M.Kes. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberi dukungan dan arahan selama perkuliahan.

5. dr. Rusmalawaty, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu membimbing dan memberi arahan selama penyusunan

skripsi ini.

6. Sri Novita Lubis, S.K.M., M.Kes. selaku dosen penguji 1 yang telah

memberikan arahan dan masukan yang baik dalam penyusunan skripsi ini.

6
Universitas Sumatera Utara
7. dr. Fauzi, M.Kes. selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan saran positif

untuk menyempurnakan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat,

khususnya departemen AKK yang telah memberi bekal ilmu selama penulis

mengikuti pendidikan.

9. Drg. Hj. Usma Polita Nasution, M.Kes. selaku kepala dinas kesehatan kota

Medan yang telah membantu penulis.

10. Dr. Rosita Nurjannah selaku kepala UPT puskesmas dan seluruh petugas

kesehatan di Puskesmas Glugur Darat yang telah membantu penulis dan

memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Puskesmas

tersebut.

11. Ibunda Renta Manalu dan Namboru Elfrida Simanjutak, M.Pd.K. yang telah

mendukung penulis sepenuhnya baik secara moril ataupun materil dan

memberi motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

dengan baik serta abang tersayang Panuturi Simanjuntak dan adik-adik

Erwin, Enjelina, Sarlandi Simanjuntak yang selalu memberi dukungan

semangat dan selalu memdoakan yang terbaik bagi penulis.

12. Saudara, teman dan semua pihak yang yang telah memberi dukungan dan

doa kepada penulis.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita

semua dan untuk mendorong penelitian-penelitian selanjutnya.

vii
Universitas Sumatera Utara
Akhirnya penulis mohon maaf dengan setulus hati kepada semua pihak

atas kekurangan dan kekhilafan selama penulis mengikuti masa perkuliahan dan

saat penelitian berlangsung, Penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2019

Friskilla Simanjuntak

8
888 Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Istilah xvi
Riwayat Hidup xvii

Pendahuluan 1
Latar Belakang 7
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka
Defenisi Tuberkulosis 9
Penemuan Penderita TB Paru 10
Diagnosis TB Paru 10
Pengobatan TB Paru 14
Pengawasan Menelan Obat 19
Hasil Pengobatan TB Paru 20
Perilaku 21
Defenisi perilaku 22
Perilaku kesehatan 23
Determinan Perubahan Perilaku 24
Kepatuhan 26
Landasan Teori 28
Kerangka Konsep 29
Hipotesis Penelitian 30

Metode Penelitian 31
Jenis Penelitian 31
Lokasi dan Waktu Penelitian 31

9
Universitas Sumatera Utara
Populasi dan Sampel 31
Variabel dan Definisi Operasional 32
Metode Pengumpulan Data 33
Metode Analisis Data 36

Hasil Penelitian 37
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37
Analisis Univariat 38
Distribusi responden berdasarkan identitas 39
Distribusi responden berdasarkan umur 39
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin 39
Distribusi responden berdasarkan pendidikan 39
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan 40
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan 40
Distribusi responden berdasarkan sikap penderita TB paru 43
Distribusi responden berdasarkan ketersediaan OAT 46
Distribusi responden berdasarkan motivasi petugas kesehatan 47
Distribusi responden berdasarkan peran PMO 49
Distribusi responden berdasarkan kepatuhan berobat 51
Analisis Bivariat 52
Tabulasi silang dan hasil uji statistik 52
Tabulasi silang antara umur dengan kepatuhan berobat 53
Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan kepatuhan berobat 53
Tabulasi silang antara pendidikan dengan kepatuhan berobat 54
Tabulasi silang antara pekerjaan dengan kepatuhan berobat 55
Tabulasi silang antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat 56
Tabulasi silang antara sikap penderita dengan kepatuhan berobat 56
Tabulasi silang antara ketersediaan OAT dengan 57
kepatuhan berobat
Tabulasi silang antara peran PMO dengan kepatuhan berobat 59

Pembahasan 60
Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru 63
Hubungan Umur dengan Kepatuhan Berobat 63
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Berobat 64
Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Berobat 64
Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Berobat Pasien 65
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat 66
Hubungan Sikap Penderita dengan Kepatuhan Berobat 68
Hubungan Motivasi Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan
Berobat 69
Hubungan Peran PMO dengan Kepatuhan Berobat 71
Keterbatasan Penelitian 74

1
0 Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan dan Saran 75
Kesimpulan 75
Saran 75

Daftar Pustaka 77
Lampiran 80

11
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Aspek Pengukuran Variabel Independen 34

2 Aspek Pengukuran Variabel Dependen 35

3 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas 39

4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan 42

5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di 43


Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Puskesmas 45


Glugur Darat Tahun 2019

7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap 46

8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersedian OAT 47


di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

9 Distribusi Kategori Berdasarkan Ketersedian OAT 47


di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

10 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Petugas 49


Kesehatan di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

11 Distribusi Kategori Berdasarkan Motivasi Petugas Kesehatan 50

12 Distribusi Responden Berdasarkan Peran PMO di 51


Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peran PMO 51

14 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Berobat 52


Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepatuhan 53


Berobat Pasien TB Paru

16 Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kepatuhan Berobat 54


Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

xii
Universitas Sumatera Utara
17 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dengan Kepatuhan 55
Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun
2019

18 Tabulasi Silang Antara Pendidikan dengan Kepatuhan 56


Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur Darat
Tahun 2019

19 Tabulasi Silang Antara Pekerjaan dengan Kepatuhan 56


Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur Darat
Tahun 2019

20 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan 57


Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas
Glugur Darat Tahun 2019

21 Tabulasi Silang Sikap dengan Kepatuhan Berobat 58


Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

22 Tabulasi Silang Antara Ketersediaan OAT dengan 59


Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas
Glugur Darat Tahun 2019

23 Tabulasi Silang Antara Motivasi Petugas Kesehatan dengan 59


Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur
Darat Tahun 2019

24 Tabulasi Silang Antara Peran PMO dengan Kepatuhan 60


Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur Darat
Tahun 2019

131
313 Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep 29

141
4 Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian 80

2 Surat Survei Pendahuluan 87

3 Surat Permohonan Izin Penelitian 88

4 Surat Izin Penelitian 89

5 Surat Selesai Penelitian 90

5 Master Data 91

6 Output Analisis Data 95

151
5 Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

BTA Bakteri Tahan Asam


CNR Case Notification Rate
DO Drop Out
DOT’s Direct Observed Treatment Short
E Etambutol
HBC High Burden Countries
HIV Human Immunodeficiency Virus
I Isoniazid
MDR Multi Drugs Resistance
OAT Obat Anti Tuberkulosis
PDPI Himpunan Dokter Paru Indonesia
PMO Pengawasan Minum Obat
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
R Rimfapisin
S Streptomisin
SOR Stimulus Organisme Respon
SPS Sewaktu-Pagi-Sewaktu
TB Tuberculosis
WHO World Health Organization
Z Parazinamid

161
6 Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Friskilla Simanjuntak berumur 22 tahun. Penulis lahir di

Siparendean pada tanggal 24 Mei 1997. Penulis Beragama Kristen Protestan, anak

kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Tanding Simanjuntak dan Ibu

Renta Manalu.

Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar di SD Negeri 173166

Sipahutar Tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1

Sipahutar Tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Sipahutar

Tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi

S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Medan, Oktober 2019

Friskilla Simanjuntak

xvii
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang bisa hidup di paru atau di

berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen

yang tinggi (Rab, 2013). TB paru merupakan penyakit yang menyerang paru,

penyakit dengan morbiditas tinggi dan mudah menyebar melalui air ludah di

udara yang dibuang sembarangan oleh penderita TB paru. Oleh karena itu TB

paru harus ditangani dengan hati-hati dan segera bila ditemukan kasus disuatu

wilayah. Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan secara global walaupun

upaya pengendalian TB paru dengan strategi DOTS (Direct Observed Treatment,

Short- course) telah diterapkan.

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting di dunia, secara global pada tahun 2017 terdapat 10,0 juta kasus insiden

TB yaitu 5,8 juta pria, 3,2 juta wanita dan 1,0 juta anak-anak. Ada kasus di semua

negara dan kelompok umur, tetapi secara keseluruhan 90% adalah orang dewasa

(berusia ≥15 tahun), 9% orang yang hidup dengan HIV. Kematian Tuberculosis

secara global diperkirakan 1,3 juta pasien dan tetap menjadi 10 penyebab

kematian tertinggi didunia. Indonesia menempati urutan ke 2 dari 3 Negara

dengan jumlah kasus tertinggi yaitu India (26%), Indonesia (11%) dan Nigeria

(9%) (WHO 2018).

Badan kesehatan dunia mendefenisikan Negara dengan beban tinggi/high

burden countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC,

1
Universitas Sumatera Utara
2

TBC/HIV, dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut.

Satu Negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau keduanya bahkan

bisa masuk dalam ketiganya. Dari 14 Negara di dunia Indonesia masuk dalam

daftar HBC yang mencakup ketiga indikator tersebut yang memiliki

permasalahan besar dalam menghadapi kasus TBC (Infodatin Tuberculosis,

2018).

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia yang dilaporkan oleh

Kemenkes RI (2017) menjelaskan bahwa jumlah penderita TB paru yang terdata

pada tahun 2016 yaitu sebanyak 360.565 jiwa dengan prevalensi sebesar 139 per

100.000 penduduk Indonesia dan pada tahun 2017 terjadi peningkatan jumlah

penderita TB paru sehingga jumlah penderita menjadi 425.089 jiwa dengan

prevalensi sebesar 162/100.000 penduduk Indonesia. Angka keberhasilan

pengobatan TB paru adalah sebesar 85,7% dan angka ini belum mencapai target

yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu minimal sebesar 90 % (Kemenkes RI,

2017).

Berdasarkan data profil kesehatan yang dilaporkan oleh Dinkes Prov.

Sumatera Utara (2017) menjelaskan jumlah angka kasus baru (Case Notification

Rate/CNR) TB Paru BTA (+) di Sumatera Utara sebesar 105,02/100.000

penduduk kemudian pada tahun 2017 terjadi penurunan Case Notification

Rate/CNR (kasus baru) TB Paru BTA (+) di Sumatera Utara mencapai

104,3/100.000 penduduk. Persentase kesembuhan TB tahun 2017 mengalami

penurunana menjadi sebesar 80,40%, dibandingkan dengan pencapaian tahun

2016 yaitu sebesar 85,52%. Angka keberhasilan pengobatan di provinsi sumatera

utara belum mampu mencapai target nasional yaitu 90%. Terdapat 6 (enam)

Universitas Sumatera Utara


3

kabupaten/kota yang belum mencapai angka keberhasilan pengobatan yaitu

Kabupaten Nias Selatan (83,9%), Kota Medan (79,80%), Kota Padang Sidempuan

(79,47%), Kota Binjai (72,03%), Kota Tanjung Balai (68,36%), dan Kabupaten

Simalungun (63,22%) (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2017).

Berdasarkan profil kota Medan tahun 2016 ditemukan jumlah kasus baru

BTA + sebanyak 2.829 kasus, pada tahun 2015 kasus baru BTA + yang

ditemukan sebanyak 3.111 kasus dan tahun 2014 sebanyak 3.047 kasus,

sementara untuk angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2016 mengalami

penurunanyaitu sebesar 83,62% jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar

88,79%.

Puskesmas Glugur Darat menempati urutan ke 4 dengan jumlah kasus

tertinggi dikota Medan yaitu Puskemas Helvetia (240 kasus), Puskesmas Belawan

(200 kasus), Puskesmas Sentosa Baru (168 kasus), Puskemas Glugur Darat (157

kasus) dan menempati urutan ke 6 yang belum memenuhi target nasional angka

kesembuhan TB paru setelah puskesmas Sering (34,2%), Puskesmas Sunggal

(45,9), Puskesmas Medan Deli (48,1), Puskemas Labuhan (50,0%), Puskesmas

Kota Matsum (53.8%) dan puskesmas Glugur Darat yaitu dengan angka

kesembuhan sebesar 66,7% dan angka keberhasilan pengobatan sebesar 80,8%.

Jumlah persentase pasien TB paru yang sembuh merupakan angka

kesembuhan sedangkan angka kesembuhan ditambah dengan persentasi pasien

yang melakukan pengobatan lengkap merupakan angka keberhasilan pengobatan.

Target angka keberhasilan pengobatan (success rate) adalah sebesar 90% yang

telah ditetapkan oleh pemerintah.

Universitas Sumatera Utara


4

Rendahnya angka cakupan kesembuhan dan keberhasilan pengobatan TB

paru beresiko buruk dan menjadi masalah serius bagi status kesehatan masyarakat.

Terdapat faktor penyebab tingginya kasus TB di Indonesia yaitu, penyakit TB

paru susah diobati karena pasien yang sulit melakukan pengobatan rutin selama

6-

8 bulan hingga akhirnya berhenti berobat (DO) karena merasa sudah sembuh,

masalah TB diperberat dengan meningkatnya infeksi HIV/AIDS yang

berkembang cepat dan masalah TB-MDR (Multi Drugs Resistant atau kebal

terhadap bermacam obat), selain itu rendahnya daya tahan tubuh menjadi

penyebab munculnya penyakit TB.

Dalam mencapai kesembuhan diperlukan adanya kepatuhan atau

keteraturan berobat bagi setiap penderita. Strategi dalam menjamin kesembuhan

penderita adalah dengan menerapkan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan

penerapan pengawasan minum obat bagi penderita, walaupun obat yang

digunakan baik tetapi bila penderita tidak berobat dengan teratur maka umumnya

hasil pengobatan akan mengecewakan. Kenyataan lain bahwa penyakit TB Paru

sulit untuk disembuhkan karena memerlukan waktu lama pengobatan

setidaknya

6 bulan dan obat yang diberikan beberapa macam sekaligus, sehingga

menyebabkan penderita banyak yang putus berobat (Kemenkes RI, 2014).

Penderita yang patuh dalam berobat adalah yang menyelesaikan

pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan

sampai dengan 8 bulan, sedangkan penderita yang tidak patuh adalah penderita

yang tidak datang rutin berobat dan bila frekuensi meminum obat tidak

dilaksanakan sesuai dengan rencana pengobatan yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


5

Selain menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa

terputus selama minimal 6 bulan, hal penderita TB paru dinyatakan patuh dalam

pengobatan TB paru ialah penderita yang melakukan pemeriksaan dahak

mikroskopis secara langsung yaitu, akhir tahap intensif, Sebulan sebelum akhir

pengobatan dan akhir pengobatan.

Keteraturan atau kepatuhan terhadap pengobatan yang dilakukan oleh para

penderita TB paru sangat bergantung pada bagaimana perilaku yang dimiliki oleh

para penderita TB paru dalam melakukan pengobatan dan hal-hal yang

memengaruhi perilaku.

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan

pengobatan TB paru yaitu lamanya jangka waktu pengobatan yang harus dijalani

penderita selama 6 sampai 8 bulan. Kegagalan proses pengobatan akibat

ketidaktaatan penderita pada instruksi dan aturan minum obat yang meliputi dosis,

cara, waktu minum obat dan periode, akan mengakibatkan terjadinya kekebalan

terhadap semua obat (Multiple Drugs Resistance) dan mengakibatkan terjadinya

kekambuhan (Kemenkes RI, 2014).

Murtiani dkk, 2015 dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan yang

kuat peran PMO terhadap kepatuhan berobat penderita TB Paru, peran PMO

sangat penting dalam mendukung kesembuhan penderita TB paru dengan

pengobatan yang tergolong tidak singkat sehingga keluarga dapat melakukan

tugasnya dengan baik PMO supaya angka kesembuhan tinggi.

Widyastuti, 2016 dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan tingkat

pendidikan, pekerjaan pasien TB, efek samping obat, kepemilikan kartu asuransi,

Universitas Sumatera Utara


6

wilayah tempat tinggal, dukungan keluarga sebagi PMO, dukungan

petugas kesehatan terhadap kepatuhan berobat penderita TB paru.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas

Glugur Darat, adapun Jumlah kasus TBC pada tahun 2017 sebanyak 162 kasus

dengan kejadian DO pengobatan TB paru BTA positif sebesar 5,5% (9 kasus)

meningkat pada tahun 2018 dengan jumlah kasus sebanyak 170 dan kejadian DO

pengobatan TB paru BTA positif sebesar 14% (24 kasus), berdasarkan ketentuan

bahwa kasus DO tidak bisa melebihi 10 % (Permenkes No.67 Thn 2016.

Berdasarkan wawancara dengan petugas kesehatan upaya penanggulangan

TB paru Puskesmas Glugur Darat telah menjalankan program dengan strategi

DOTS (Direct Observed Treatment, Short-course) dan pengawasan dilakukan

melalui telepon oleh petugasnya langsung jika ada pasien TB paru terlambat

dalam mengambil obat ke Puskesmas. Namun strategi DOTS (Direct Observed

Treatment, Short-course ) ini belum bisa sepenuhnya berhasil karena pasien TB

paru susah untuk melakukan pengobatan rutin sehingga banyak yang drop out

(putus pengobatan). Diketahui juga dari pernyataan petugas kesehatan yang

mengatakan mayoritas penderita adalah jenis kelamin laki-laki yang

memiliki perilaku kesehatan yang buruk dengan kebiasaan merokok.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

berobat pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat kecamatan Medan Timur

Tahun 2019”.

Universitas Sumatera Utara


7

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tertera di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat,

Kecamatan Medan Timur Tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di Puskesmas

Glugur Darat, Kecamatan Medan Timur Tahun 2019.

Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan) dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di Puskesmas

Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2019.

2. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat pasien TB


paru di Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2019.

3. Menganalisis hubungan antara ketersediaan OAT dengan kepatuhan

berobat pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan

Timur Tahun 2019.

4. Menganalisis hubungan antara sikap dengan kepatuhan berobat pasien TB

paru di Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2019.

5. Menganalisis hubungan motivasi petugas puskesmas dengan kepatuhan

berobat pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan

Timur Tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara


8

6. Menganalisis hubungan antara peran PMO dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

Tahun 2019.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ialah sebagai berikut :

Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai masukan-masukan dalam rangka penanggulangan TB dan dipergunakan

sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pemantauan serta evaluasi demi

meningkatkan pemanfaatan program pelayanan kesehatan di Kota Medan.

Bagi puskesmas. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran

dalam melaksanakan program penanggulangan TB Paru dan meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan dalam menangani penyakit TB paru.

Bagi Peneliti. Penelitian ini dapat melatih cara berpikir yang sistematis

dalam menghadapi masalah terkait bidang kesehatan, dapat menerapkan ilmu

pengetahuan tentang Administrasi dan kebijakan kesehatan dan perilaku

kesehatan yang diperoleh di perkuliahan, serta hasil penelitian dapat dijadikan

sebagai literatur untuk penelitian di masa mendatang.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Definisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang bisa hidup di paru atau di

berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen

yang tinggi. Kuman ini pada membrane selnya terdapat kandungan lemak yang

tinggi sehingga bakteri ini dapat tahan terhadap asam, dan lambat pertumbuhan

dari kuman ini. Penularan Tuberkulosis terjadi terutama pada malam hari

karena bakteri ini tidak tahan pada ultraviolet (Rab,2013).

TBC merupakan penyakit menular disebabkan kuman Mycobacterium

tuberculosis yang hanya bisa dilihat melalui mikroskop dengan menggunakan

metode khusus, disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA), berwarna merah, dan

berbentuk batang dan kuman TBC ini menyerang Paru. TBC bukanlah disebabkan

kutukan atau guna-guna dan juga bukan penyakit turunan. TBC dapat

mengakibatkan kecacatan bahkan kematian bila tidak ditangani secara tepat.

Kuman TBC ini dapat ditularkan kepada orang lain apabila penderita TB batuk,

bersin, berbicara dan orang menghirup kuman TBC tersebut. Tuberkuosis

merupakan penyakit menahun (kronis) yang sudah lama diketahui masyarakat

luas dan merupakan penyakit menular. Namun TBC dapat ditangani dan

disembuhkan dengan meminum obat anti tuberkulosis (OAT) dengan teratur dan

betul sesuai petunjuk dokter atau tenaga kesehatan lainnya (Misnadiarly, 2006).

9 Universitas Sumatera Utara


10

Gejala Klinis Pederita TB Paru

Tanda-tanda klinis dari tuberkulosis adalah terdapatnya keluhan-keluhan

berupa batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu, nyeri dada dan sesak nafas,

badan lemah, kurang enak badan, berkeringat pada malam hari walaupun tampa

kegiatan (Misnadiarly, 2006).

Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya. Pada tipe

infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa

gejalaneumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala tuberkulosis primer dapat

juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang

lebih besar lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan

tipe infeksi primer dapat menyembuh dengan sendirinya, hanya saja tingkat

kesembuhannya berkisar sekitar 50%.

Pada tuberkulosis postprimer terdapat gejala penurunan berat badan,

keringat dingin pada malam hari, temperatur subfebris, batuk berdahak lebih dari

dua minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah di

sekitar bronkus, sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai

ke batuk darah yang massif. Tuberkolosis postprimer dapat menyebar ke berbagai

organ sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosis miliar,

peritonitis dengan fenomena papan catur, tuberkolosis ginjal, sendi, dan

tuberkolosis pada kelenjar limfe di leher, yakni berupa skrofuloderma (Rab,2013).

Penemuan Penderita TB paru

Penemuan pasien merupakan langkah untuk mendapatkan penderita TB

dengan berbagai kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB,

Universitas Sumatera Utara


11

pemeriksaan fisik dan laboratorium, menentukan diagnosa, menentukan

klasifikasi penyakit serta tipe pasien sehingga dapat dilakukan pengobatan agar

sembuh sehingga tidak menularkan penyakit kepada orang lain. Kegiatan

penemuan pasien terdiri dari penjaringan terduga pasien, diagnosa, penentuan

klasifikasi penyakit dan tipe pasien (Kemenkes RI 2014, Pedoman Nasional

Pengendalian TB)

Kegiatan ini memerlukan adanya penderita yang mengerti dan mengetahui

akan keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adannya

tenaga kesehatan yang mampu untuk memberikan pemeriksaan terhadap gejala

dan keluhan penderita. Penemuan pasien TB paru adalah tahap pertama dalam

tatalaksana pasien TB. Penemuan secara aktif dapat dilakukan kepada:

a. Kelompok yang berisiko tinggi sakit TB atau kelompok yang rentan

terhadap sakit TB seperti pada penderita HIV, diabetes mellitus (DM), dan

kurang gizi.

b. Kelompok yang mempunyai resiko tinggi terjadi penularan TB karena ada

pada lingkungan yang rentan seperti lapas/rutan, tempat kumuh, tempat

kerja, asrama, serta panti jompo dan tempat pengungsian.

c. Anak dengan umur di bawah lima tahun yang berhubungan dengan pasien

TB.

d. Kontak langsung dan hubungan yang erat dengan penderita TB dan

penderita TB kebal obat.

Selain itu semua penderita TB Paru BTA positif dengan tanda atau gejala yang

sama harus diperiksa spesimen dahaknya dalam waktu 2 hari berturut-turut,

yaitu

Universitas Sumatera Utara


12

Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).

Pengklasifikasian dan pemberian tipe pada pasien TB adalah untuk

kepentingan pengobatan dan surveilan penyakit, dengan maksud:

a. Pencatatan dan pelaporan pasien yang tepat.

b. Penetapan paduan pengobatan yang tepat.

c. Standardisasi proses pengumpulan data untuk pengendalian TB.

d. Evaluasi proporsi kasus sesuai lokasi penyakit, hasil pemeriksaan

bakteriologis dan riwayat pengobatan.

e. Analisis kohort hasil pengobatan.

f. Pemantauan kemajuan dan evaluasi efektifitas program TB secara tepat

baik dalam maupun antar kabupaten / kota, provinsi, nasional, dan global.

Diagnosis TB Paru

Diagnosis bertujuan untuk mengetahui adanya tuberkulosis, tenaga

kesehatan biasanya berpegang pada tiga dasar utama. (1). Anamnesis adalah

keluhan pasien dan pemeriksaaan yang dilakukan pada pasien. (2). Hasil

pemeriksaan laboratorium untuk menemukan adanya BTA pada spesimen

penderita dengan cara pemeriksaan 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut

turut yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). (3). Pemeriksaaan rontgen dada untuk

menunjukkan gambaran paru yang akan diperiksanya. Selain dari 3 dasar tersebut

kadang dokter juga mengumpulkan data tambahan dari hasil pemeriksaan darah

atau pemeriksaan tambahan lain (Aditama, 2002).

Menurut Kemenkes RI tentang pedoman penanggulangan TB (2014),

pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan

Universitas Sumatera Utara


13

pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk

penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang

dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-

Pagi-Sewaktu (SPS):

a. S (sewaktu) : pasien yang terduga TB menampung dahak pada saat

berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan dan pasien terduga membawa

pulang pot dahak untuk menampung dahak pada pagi hari kedua.

b. P (Pagi) : pada pagi hari kedua dahak yang ditampung dirumah setelah

bangun tidur dibawa dan diserahkan kepada petugas kesehatan di fasilitas

kesehatan.

c. S (sewaktu) : saat menyerahkan dahak pagi maka dahak ditampung lagi di

fasilitas pelayanan kesehatan pada hari kedua.

Dalam upaya pengendalian TB secara nasional, maka diagnosis TB paru harus

ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan

bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan,

dan tes cepat. Apabila pemeriksaan bakteriologis hasilnya negatif, maka

penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil

pemeriksaan klinis dan penunjang yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang

telah terlatih TB. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan

serologis. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan

foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik

pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun

Universitas Sumatera Utara


14

underdiagnosis juga tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan

pemeriksaan uji tuberkulin.

Pengobatan TB Paru

Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan penderita dan

memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup penderita, mencegah kematian

oleh karena TB dan dampak buruk selanjutnya, mencegah kekambuhan,

memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap

obat anti tuberkulosis (OAT) (Kemenkes RI, 2014). Mikrobakteri merupakan

kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya

sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.

Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman yang cepat

membelah dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah.

Berdasarkan pedoman TB pada tahun 2014, prinsip pengobatan TB adalah

sebagai berikut:

a. OAT adalah komponen terpenting dalam pengobatan

b. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya yang paling efisien untuk

mencegah penularan lebih lanjut dari kuman TB

c. Pengobatan diberikan dalam paduan OAT yang tepat mengandung

minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi

d. Diberikan dalam dosis yang tepat

e. OAT ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO sampai

selesai pengobatan

Universitas Sumatera Utara


15

f. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam

tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase awal/intensif (2-

3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari

paduan obat utama dan tambahan. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya

paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB Paru.

Tujuan pengobatan TB paru adalah :

a. Menyembuhkan pasien TB dan memperbaiki produktivitas serta kualitas

hidup

b. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk

c. Mencegah terjadinya kekambuhan kekambuhan TB

d. Menurunkan penularan TB

e. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat.

Berdasarkan Kemenkes (2014) tentang Pedoman Nasional Pengendalian

Tuberkulosis, pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:

a. Pengobatan diberikan berdasarkan panduan OAT yang tepat dan

mengandung minimal 4 macam obat unmencegah terjasdi resistensi.

b. Diberikan dalam dosis yang tepat.

c. Diawasi langsung oleh PMO (pengawas menelan obat) meminum obat

secara teratur sampai selesai pengobatan.

d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dlam tahap

awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

Universitas Sumatera Utara


16

Tahapan Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan

tahap lanjutan dengan maksud:

1. Tahap awal : Pengobatan diberikan dengan dosis setiap hari. Paduan

pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif

menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan

meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah

resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap

awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada

umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit,

daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2

minggu. Jenis OAT lini pertama yang digunakan di Indonesia dengan

dosis harian (tahap intensif) maupun dosis intermiten, 3 kali perminggu

(tahap lanjutan) adalah isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z) dan

etambutol (E) atau streptomisin (S) dengan mengacu pada dosis terapi

yang telah direkomendasikan. Pemeriksaan dahak ulang dilakukan minggu

terakhir pengobatan untuk memantau hasil.

2. Tahap lanjutan : pengobatan yang diberikan dengan dosis intermiten

(diberikan 3 kali perminggu). Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap

yang penting untuk membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam

tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan

mencegah terjadinya kekambuhan. Pengobatan tahap lanjutan diberikan

selama 4 bulan. Pemeriksaaan dahak ulang pada tahap lanjutan dilakukan

Universitas Sumatera Utara


17

pada bulan bulan ke-5 pengobatan dan dibulan terakhir pengobatan (bulan

ke-6) untuk memantau hasil pengobatan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang digunakan dalam pengobatan TB

adalah sebagai berikut:

a. Isoniazid (H)

b. Rimfapisin (R)

c. Parazinamid (Z)

d. Streptomisin (S)

e. Etambutol (E)

Paduan obat yang digunakan di Indonesia sesuai dengan rekomendasi

WHO yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis adalah :

a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Paduan OAT ini diberikan kepada pasien baru yaitu pasien TB paru yang

terkonfirmasi bakteriologis, pasien TB paru yang terdiagnosis klinis, dan

pasien TB ekstra paru.

b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Paduan OAT ini dberikan kepada pasien BTA(+) yang pernah

diobati sebelumnya (pengobatan ulang), yaitu pasien kambuh, pasien

gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya, dan

pasien yang diobati kembali setelah putus obat (lost to follow-up).

c. Kategori Anak: 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR

d. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di

Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin,

Universitas Sumatera Utara


18

Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta

OAT lini ke-1 yaitu piranizamid dan etambutol.

Dalam kegiatan pengobatan TB, harus selalu dilakukan pemantauan.

Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan dilaksanakan dengan pemeriksaan

ulang dahak secara mikroskopis (Kemenkes RI, 2014). Pemeriksaan dahak secara

mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam

memantau kemajuan pengobatan.Untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pemeriksaan dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil

pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila

salah satu contoh uji positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak

tersebut dinyatakan positif (Kemenkes RI, 2014).

Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum memulai

pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA positif

merupakan suatu cara terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan.

Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang

dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien

harus memulai pengobatan tahap lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan apabila

tidak mengalami konversi). Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan

ulang dahak selanjutnya dilakukan pada bulan ke 5. Apabila hasilnya negatif,

pengobatan dilanjutkan hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan dilakukan

pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir pengobatan (Kemenkes RI, 2014).

Universitas Sumatera Utara


19

Pengawasan menelan obat (DOT = directly observed treatment)

Sangat penting memastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang

diberikan sesuai anjuran, dengan pengawasan langsung oleh seorang PMO

(Pengawas Menelan Obat) untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Pilihan

tempat pemberian pengobatan sebaiknya disepakati bersama pasien agar dapat

memberikan kenyamanan.

1. Persyaratan PMO

a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas

kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh

pasien.

b. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

c. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersamasama dengan

pasien.

2. Tugas seorang PMO

a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan.

b. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang

telah ditentukan.

d. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang

mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera

memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


20

3. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada

pasien dan keluarganya :

a. TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.

b. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.

c. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara

pencegahannya.

d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).

e. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.

Hasil pengobatan TB Paru

Hasil pengobatan seorang penderita dapat dikategorikan sebagai sembuh,

pengobatan lengkap, meninggal, pindah (transfer out), lalai (default/DO), dan

gagal.

Sembuh. Pasien kategori sembuh adalah penderita yang menyelesaikan

pengobatan secara teratur dan lengkap dan melakukan pemeriksaan ulang dahak

penderita minimal 2 kali berturut-turut dan hasilnya negatif (yaitu pada AP

dan/atau sebulan sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan follow up sebelumnya).

Pengobatan lengkap. Pasien ysng sudah melakukan pengobatan secara

lengkap namun tidak melakukan pemeriksaan ulang dahak secara berturut-turut

negative 2 kali.

Meninggal. Penderita yang meninggal pada masa pengobatan Karena

sebab apapun.

Pindah. Penderita yang pindah berobat ke daerah lain.

Universitas Sumatera Utara


21

Default/Drop out. Penderita yang tidak taat mengambil obat ke fasilitas

pelayanan kesehatan selama 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum pengobatan

selesai.

Gagal. Penderita BTA positif yang memiliki hasil pemeriksaan dahaknya

tetap positif atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir

pengobatan atau akhir pengobatan.

Perilaku

Pengertian perilaku. Perilaku menurut Skinner dalam Notoatmodjo,

(2010) perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses : stimulus >

organisme > respon . Perilaku merupakan hubungan antara rangsangan dengan

respon atau tanggapan. Berdasarkan aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan

atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh karena itu,

perilaku manusia mempunyai bentangan kegitan yang sanagat luas mencakup

berbicara, menulis, membaca, bekerja, bernyanyi dan seterusnya. Bahkan

kegiatan yang tidak dapat diamati oleh orang lain seperti berpikir, bersikap,

berfantasi dan sebagainnya.

Untuk kepentingan kerangka analisis dalam penelitian ini dapat dikatakan

bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh penderita TB paru dalam

menjalani pengobatan, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak

langsung.

Menurut teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respons yaitu:

Universitas Sumatera Utara


22

a. Respondent respon atau refleksi yakni, respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, yaitu yang

menimbulkan respon yang tetap. Respondent respon juga mencakup

perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah akan

menimbulkan rasa sedih begitu juga sebaliknya.

b. Operant respon atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembangan diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang

yang terakhir disebut reinforce yaitu berfungsi untuk memperkuat respon.

Misalnya apabila petugas kesehatan melakukan tugas dengan baik sebagai

respon terhadap gaji yang cukup.

Menurut teori “S-O-R” (stimulus- organisme - respon) oleh Skiner dalam

Notoatmodjo, (2010) perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a. Perilaku tertutup (Covert behavior)

Dimana respons terhadap stimulus belum dapat diamati orang lain atau

dari luar secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk

perhatian, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan.Bentuk perilaku tertutup dapat diukur dari pengetahuan dan

sikap. Contoh ibu hamil tau pentingnya periksa kehamilan untuk kesehatan

bayi dan dirinya (pengetahuan), kemudian ibu bertanya dimana tempat

periksa hamil (sikap).

b. Perilaku terbuka(Overt behavior)

Universitas Sumatera Utara


23

Dimana respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau

praktik.Misalnya seorang penderita TB paru minum obat secara

teratur.Kegiatan nyata dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktik.

Perilaku kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan

adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakitdengan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,

dan minuman, serta lingkungan.

Backer dalam Notoatmodjo (2010), membuat klasifikasi lain tentang

perilaku kesehatan antara lain :

1. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan

upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya.

2. Perilaku sakit (illness behavior), yakni mencakup respon seseorang

terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan

tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan

sebagainya.

3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni dari segi

sosiologis orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup hak-hak

orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit.

Hak dan kewajiban itu harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun

orang lain, yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit. Perilaku ini melipuli :

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

Universitas Sumatera Utara


24

b. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau

penyembuhan penyakit yang layak.

c. Mengetahui hak dan kewajiban orang sakit.

Determinan dan Perubahan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia pada umumnya

melibatkan banyak faktor dan sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan

resultan dari berbagai faktor baik internal (respon dari dalam diri seseorang)

maupun eksternal (stimulus, seperti faktor lingkungan, faktor ekonomi, faktor

sosial budaya, dan sebagainya). Secara terperinci, perilaku manusia

sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2010).

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang

digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO

dalam Notoatmmodjo (2012) perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu:

1. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan itu disebabkan

karena kejadian alamiah.Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu

perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka

anggota-anggota masyarakat didalamnya juga mengalami perubahan.

2. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek

(penderita).

Universitas Sumatera Utara


25

3. Ketersediaan untuk Berubah (Readiness to Change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan

didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang

sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah

perilakunya) dan sebagaian orang lagi sangat lamban untuk menerima

perubahan tersebut. Setiap orang didalam suatu masyarakat mempunyai

kesediaan yang berbeda-beda untuk berubah, meskipun dalam kondisi

yang sama (Notoatmodjo, 2012).

WHO menganalisis penyebab seseorang berperilaku dengan empat alasan

pokok (determinan), antara lain:

1. Pemahaman dan Pertimbangan (Thoughts and Feeling)

Merupakan hasil pemikiran-pemikran dan perasaan-perasaan seseorang

atau lebih tepat diartikan sebagai pertimbangan pertimbangan pribadi

terhadap objek atau stimulasi yang merupakan modal awal untuk bertindak

atau berperilaku.

2. Orang penting Sebagai Referensi (Personal Reference)

Di dalam masyarakat, dimana sikap paternalistik masih kuat maka

perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referensi),

yang pada umunya adalah para tokoh masyarakat setempat.

3. Sumber Daya (Resources)

Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat. Sumber daya ini sama dengan

enabling factors (sarana dan prasarana atau fasilitas).

Universitas Sumatera Utara


26

4. Kebudayaan (Culture)

Merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang.

Sosiobudaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Kepatuhan

Perilaku kesehatan merupakan semua aktivitas atau kegiatan seseorang

baik yang diamati (observable) maupun tidak dapat diamati (unobservable) yang

berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari

penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari

penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

Dalam hal pengobatan TB Paru, Kemenkes RI (2014) mengemukakan

bahwa penderita yang patuh berobat ialah yang menyelesaikan pengobatannya

secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan

8 bulan, sedangkan penderita yang tidak patuh adalah penderita yang tidak datang

rutin berobat dan bila frekuensi meminum obat tidak dilaksanakan sesuai dengan

rencana pengobatan yang ditetapkan.

Selain menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa

terputus selama minimal 6 bulan hal penderita TB paru dinyatakan patuh dalam

pengobatan TB paru ialah penderita yang melakukan pemeriksaan dahak

mikroskopis secara langsung yaitu :

a. Akhir tahap intensif

b. Sebulan sebelum akhir pengobatan

Universitas Sumatera Utara


27

c. Akhir pengobatan.

Dunbar & Stunkard dalam Niven (2002) mengemukakan bahwa saat ini

Ketidakpatuhan pasien telah menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga

kesehatan profesional. Oleh karena itu penting untuk diketahui tentang tingkat

kepatuhan, faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan dan cara-cara untuk

meningkatkan kepatuhan.

Niven (2002) menyatakan bahwa derajat kepatuhan ditentukan oleh beberapa

faktor:

a. Kompleksitas prosedur pengobatan

b. Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan

c. Lamanya waktu dimana pasien harus mematuhi nasihat

tersebut d. Apakah penyakit tersebut benar-benar menyakitkan

e. Apakah pengobatan tersebut terlihat berpotensi menyelamatkan hidup

f. Keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien dan

bukan

profesional kesehatan.

Lorenc dalam Niven (2002) menyatakan dalam kuesioner penelitiannya bahwa :

1. Kepatuhan dapat ditingkatkan dengan menyediakan informasi yang

komprehensif melalui leaflet.

2. Tingkat pengetahuan pasien tidak ada yang perlu dilakukan dengan

kemungkinannya untuk menjadi patuh.

3. Pasien yang mengalami perawatan dalam jangka waktu lama,

kepatuhannya kurang dibandingkan dengan pasien yang mengalami

perawatan dalam jangka waktu pendek.

Universitas Sumatera Utara


28

4. Pasien yang merasa puas akan lebih patuh terhadap anjuran pengobatan.

5. Pasien diatas 65 tahun akan lebih tidak patuh dibandingkan dengan pasien

yang lebih muda.

6. Orang-orang yang hidup sendiri cenderung melakukan pengobatan

dibandingkan dengan pasien-pasien lainnya.

7. Frekuensi minum obat yang lebih sering, secara otomatis akan

menurunkan kepatuhan.

Pengkajian yang akurat terhadap individu yang tidak patuh merupakan

suatu tugas yang sulit (Cluss dalam Niven, 2002). Gordin dalam Niven (2002)

mengatakan bahwa perkiraan tentang kepatuhan yang dilakukan oleh profesional

kesehatan dan laporan yang disampaikan oleh pasien sendiri adalah tidak akurat.

Landasan Teori

Landasan teori yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan teori

Lawrence Green yang dijelaskan oleh Notoatmodjo (2010) mengenai determinan

perilaku dalam hal ini perilaku yang dimaksud adalah perilaku penderita TB paru

dalam melakukan pengobatan TB paru.

Green dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan dalam teorinya

bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor

yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku

seseorang, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai nilai, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


29

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, laboratorium

pemeriksaan sputum, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain,

motivasi dari keluarga yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Kerangka Konsep

Berdasarkan penjelasan dari landasan teori diatas, maka kerangka konsep

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi
(predisposing factors) :
1. Karakteristik (umur, jenis
kelamin, pendidikan,
pekerjaan)
2. Pengetahuan pasien tentang
TB
3.
Faktor Pendukung
(enabling factors): Kepatuhan Berobat Pasien
1. Ketersediaan Obat anti TB Paru
tuberkulosis(OAT)dipuskes

Faktor Pendorong
(reinforcing faktors)
1. Peran PMO
2. Motivasi petugas kesehatan

Gambar 1. Kerangka konsep

Universitas Sumatera Utara


30

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini meliputi :

1. Ada pengaruh karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan)

responden terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB paru di

Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan TimurTahun 2019.

2. Ada pengaruh pengetahuan responden terhadap kepatuhan pengobatan

penderita TB paru di Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

Tahun 2019.

3. Ada pengaruh sikap responden terhadap kepatuhan pengobatan penderita

TB paru di Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan TimurTahun

2019.

4. Ada pengaruh ketersediaan OAT di Puskesmas terhadap kepatuhan

pengobatan penderita TB di puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan

Timur Tahun 2019.

5. Ada pengaruh Motivasi petugas kesehatan terhadap kepatuhan pengobatan

penderita TB paru puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

Tahun 2019.

6. Ada pengaruh peran PMO terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB

paru di puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross

sectional dengan pengukuran variabel dependen (terikat) dan variabel independen

(bebas) yang dilakukan pada waktu yang sama yang bertujuan untuk menjelaskan

bagaimana pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Glugur Darat

Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini

dikarenakan angka kesembuhan TB paru yang masih rendah yaitu sebesar 66,7%.

Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei tahun 2019

yang diawali dengan survei pendahuluan sampai dengan Oktober 2019.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi penelitian ini adalah pasien TB paru yang telah

teregistrasi di Puskesmas Glugur Darat yang dinyatakan positif TB paru dan

menjalani pengobatan tahap lanjutan di Puskesmas Glugur Darat tahun 2019,

yaitu sebanyak 53 orang.

Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah pasien TB paru yang telah

teregistrasi di Puskesmas Glugur Darat yang dinyatakan positif TB paru dan

menjalani pengobatan tahap lanjutan di Puskesmas Glugur Darat tahun 2019.

Besar sampel adalah sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 53 responden.

31
Universitas Sumatera Utara
32

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel bebas (independen). Variabel bebas dalam penelitian ini

meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap

responden, ketersediaan OAT, Motivasi petugas kesehatan, Peran PMO yang

diuraikan sebagai berikut:.

Umur. lamanya orang hidup yang dihitung sejak orang tersebut lahir

sampai pada waktu dilakukan penelitian.

Jenis kelamin. Laki-laki dan Perempuan.

Pendidikan. Sekolah formal yang berhasil ditamatkan oleh responden.

Pekerjaan. Status kegiatan yang dilakukan sehari-hari secara rutin dalam

hal untuk memperoleh penghasilan berupa uang atau gaji setiap bulan.

Pengetahuan. Pemahaman responden terhadap penyakit TB paru.

Sikap responden. Pernyataan evaluatif dari responden, baik yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan, atau penilaian-penilaian mengenai

objek, manusia, atau peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan penyakit TB paru.

Ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Persepsi responden

terhadap kondisi OAT yang diperoleh dari puskesmas meliputi kecukupan jumlah

OAT dan kemasannya serta ada atau tidaknya obat di Puskesmas setiap pasien

datang untuk mengambil obat.

Motivasi petugas kesehatan. Dukungan petugas kesehatan kepada

penderita TB selama menjalankan pengobatan.

Peran PMO. Seseorang yang dipercayai dan disetujui baik oleh petugas

maupun pasien yang dapat membantu pasien dalam minum obat atau

seseorang

Universitas Sumatera Utara


33

secara langsung dapat memastikan bahwa pasien menelan seluruh obat

yang diberikan sesuai anjuran.

Variabel dependen (variabel terikat). Adapun variabel terikat dalam

penelitian ini adalah Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru yang diuraikan sebagai

berikut :

Kepatuhan berobat pasien TB paru. Tingkat pasien TB dalam menuruti

aturan pengobatan meliputi terapi obat, mangambil obat, dan melakukan

pemeriksaan ulang dahak yang telah ditentukan.

Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. wawancara terstruktur berdasarkan pedoman kuesioner

Kuesioner merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab, yang meliputi penilaian peneliti terhadap masyarakat yang

tinggal di wilayah kerja puskesmas Glugur Darat yang bertujuan untuk

memperoleh informasi yang mendukung, sesuai kebutuhan penelitian

(Hasni 2016).

2. Dokumentasi

Pengumpulan data yang dilakukan lebih mengarah pada bukti konkret

yaitu dengan cara mengumpulkan sumber-sumber data, Profil kesehatan

Indonesia, Sumatera Utara, Kota Medan serta profil kesehatan Puskesmas

Glugur Darat, dan juga referensi buku-buku penelitian yang berkaitan

dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.

Universitas Sumatera Utara


34

Metode Pengukuran

Metode Pengukuran variabel bebas (independen). Variabel bebas

dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, sikap responden, efek samping obat, sikap petugas kesehatan dan

motivasi dari keluarga. Dapat dilihat pada table 1 berikut :

Tabel 1

Aspek pengukuran Variabel Independen

Variabel Indikator Bobot Kategori Hasil ukur Skala


seluruh Jawaban Ukur
indikator
Umur 1 - - 1. Muda Rasio
jika 15-24
tahun
2. Dewasa
Jika 25-49
tahun
3. Orang tua
jika ≥ 50
tahun
Jenis 1 - 1. Laki-laki - Nominal
Kelamin 2. Perempuan

Pendidikan 1 - 1. Tidak tamat 1. Rendah Ordinal


SD 2. Tinggi
2. SD
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi/
Sarjana
Pekerjaan 1 - 1. Tidak 1. Tidak Nominal
bekerja/ bekerja
IRT 2. Bekerja
2. Pegawai
swasta,
PNS,
Wiraswasta

(Bersambung)

Universitas Sumatera Utara


35

Variabel Indikator Bobot Kategori Hasil ukur Skala


seluruh Jawaban Ukur
indikator
Pengetahuan 10 10 1. Benar 1. Baik jika Interval
2. Salah skor 8-
10
2. Kurang
jika skor
0-7
Sikap 7 28 1. SS 1. Baik jika Interval
responden 2. S skor 15-
3. TS 28
4. STS 2. Kurang
jika skor
7-14
Ketersediaan 2 4 1. Ya 1. Baik jika Interval
OAT 2. Tidak skor ≥4
2. Kurang
jika skor
<4
Motivasi 7 7 1. Ya 1. Baik jika Interval
petugas 2. Tidak skor 5-7
kesehatan 2. Kurang
jika skor
0-4
Peran PMO 4 4 1. Ya 1. Baik jika Interval
2. Tidak skor 3-4
2. Kurang
jika skor
0-2

Metode pengukuran variabel terikat (Dependen). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah kepatuhan berobat pasien TB paru yang didasarkan

pada skala interval.Tabel 2

Aspek pengukuran Variabel Dependen

Variabel Indikator Bobot Kategori Hasil ukur Skala


seluruh jawaban ukur
indikator
Kepatuhan 5 5 a. Ya 1.Baik jika Interval
berobat b. Tidak skor 4-5
pasien TB 2.Kurang jika
Paru skor 0-3

Universitas Sumatera Utara


36

Metode Analisis Data

Analisis univariat. Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan

karakteristik distribusi dan frekuensi variabel yang diteliti meliputi: umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap responden, efek

samping obat, motivasi petugas kesehatan, motivasi dari keluarga.

Analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan

antara dua variabel yang meliputi hubungan antara variabel independen (umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap responden, efek samping

obat, sikap petugas kesehatan, motivasi dari keluarga) dengan variabel dependen

(kepatuhan berobat pasien TB paru).

Analisis ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji chi square pada

tingkat kepercayaan 95%, dengan kriteria :

1. Ho ditolak jika p< α(0,05) maka terdapat hubungan variabel independen

terhadap variabel dependen.

2. Ho diterima jika p>α(0,05) maka tidak terdapat hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Glugur Darat merupakan salah satu puskemas yang menjadi

pusat pembangunan, pembinaan, dan pelayanan kesehatan. Puskesmas Glugur

Darat terletak di jalan Pendidikan No. 8 Medan Timur. Luas Wilayah Kerja

Puskesmas Glugur Darat 776 Ha yang terdiri dari 128 lingkungan dan 11

kelurahan yaitu Kelurahan Glugur Darat I, Kelurahan Glugur Darat II,

Kelurahan P. Brayan Darat I, Kelurahan P. Brayan Darat II, Kleurahan P. Brayan

Bengkel, Kelurahan P. Brayan Bengkel Baru, Kelurahan Durian, Kelurahan

Gaharu, Kelurahan Sidodadi, Kelurahan Perintis, Kelurahan Gang Buntu.

Puskesmas Glugur Darat berada pada dataran rendah dengan batasan

wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat ada sebanyak

113.274 jiwa. Komposisi mata pencaharian penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Glugur Darat yaitu: pegawai swasta, pegawai Negeri, TNI/POLRI,

pedagang, supir, Tukang Batu.

Dalam memberikan pelayanan pengobatan TB paru, Puskesmas Glugur

Darat didukung dengan fasilitas laboratorium untuk pemeriksaan


sputum/dahak

37 Universitas Sumatera Utara


38

dalam penegakan diagnosa TB paru. OAT (Obat Anti Tuberkulosis) selalu

tersedia di Puskesmas Glugur Darat dan kemasan OAT yang selalu dalam kondisi

baik.

Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

identitas responden, variabel independen yang meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap responden, ketersediaan OAT,

motivasi petugas kesehatan, serta peran PMO serta variabel dependen meliputi

kepatuhan berobat pasien TB paru. Hasil penelitian secara rinci sebagai berikut:

Distribusi responden berdasarkan identitas. Distribusi responden

berdasarkan identitas meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan

diperoleh dari 53 responden sebagian besar berada pada kelompok umur 25-49

tahun yaitu sebanyak 27 responden (50.9%). Distribusi jenis kelamin responden

terdiri dari 33 responden (62,3%) berjenis kelamin laki-laki dan 20 responden

(37,7%) berjenis kelamin perempuan. Status pendidikan responden sebagaian

besar berpendidikan rendah (SD,SLTP,SLTA) yaitu 49 responden (92.5%). Status

pekerjaan responden yang tidak bekerja/ibu rumah tangga sebanyak 12 responden

(22.6%) dan kategori bekerja (PNS, Wiraswasta) yaitu sebanyak 41 responden

(77,4%) secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Identitas (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,


dan Pekerjaan) di Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun
2019

Variabel Jumlah Persentase


Umur
15-24 tahun 9 17,0
25-49 tahun 27 50.9
≤ 50 tahun 17 32,1
Jenis kelamin
Laki-laki 33 62,3
Perempuan 20 37,7
Pendidikan
SD 1 1,9
SLTP 12 22,6
SLTA 36 67,9
Akademi/Sarjana 4 7,5
Pekerjaan
Tidak bekerja/IRT 12 22,6
PNS 3 5,7
Wiraswasta 38 71,7

Distribusi responden berdasarkan faktor karakteristik. Faktor

karakteristik mencakup pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan responden sebagai

berikut.

Distribusi responden berdasarkan umur. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan mengenai umur responden, diketahui bahwa dari 53 responden

terdapat 9 responden (17,0%) yang memiliki umur 15-24 tahun, sebanyak 27

responden (50,9%) yang memiliki umur 25-49 tahun dan sebanyak 17 responden

(32,1%) yang memiliki umur ≤ 50 tahun.

Distribusi responden berdasarkan pendidikan. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan mengenai pendidikan responden, diketahui bahwa dari

53 responden terdapat 49 responden (92,5%) yang memiliki pendidikan rendah, 4

Universitas Sumatera Utara


40

responden (7,5%) memiliki pendidikan yang tinggi.

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan mengenai pekerjaan responden, diketahui bahwa dari

53 responden sebanyak 12 responden (22,6%) tidak bekerja dan 41 responden

(77,4%) yang bekerja.

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan di Puskesmas Glugur Darat mengenai pengetahuan

responden, Pengetahuan responden dapat dilihat dari apa yang diketahui oleh

responden tentang penyakit TB paru, manfaat pengobatan TB, lama pengobatan,

tahapan dalam pengobatan TB, penularan penyakit TB, waktu minum OAT dan

pemeriksaan dahak, tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru.

Berdasarkan sepuluh pertanyaan maka diperoleh jawaban responden

terhadap pertanyaan (1) apa yang dimaksud dengan penyakit TB paru, sebanyak

33 responden (62,3%) menjawab benar yaitu penyakit menular yang disebabkan

oleh bakteri yang menyerang paru dan masih bisa disembuhkan, sedangkan 20

responden (37,7%) menjawab salah. Pertanyaan (2) mengapa dibutuhkan waktu

yang lama dalam pengobatan, sebanyak 16 responden (30.2%) menjawab benar

yaitu karena pengobatan pada tahap awal (2 bulan) bertujuan untuk membunuh

kuman dan pada tahap lanjutan (4 bulan) bertujuan untuk mencegah kuman aktif

kembali, sedangkan 37 responden (69,8%) menjawab salah. Pertanyaan (3)

mengapa harus periksa dahak sebanyak tiga kali selama pengobatan, sebanyak 40

responden (75,5%) menjawab benar yaitu untuk memastikan bahwa orang

tersebut sakit TB atau tidak, sedangkan 13 responden (24,5%) menjawab salah.

Universitas Sumatera Utara


41

Pertanyaan (4) melalui apa penyakit TB paru dapat menular, sebanyak 34

responden (64,2%) menjawab benar yaitu Percikan dahak penderita TB,

sedangkan 19 responden (35,8%) menjawab salah.

Pertanyaan (5) tahap apa sajakah yang terdapat dalam pengobatan

TB paru, sebanyak 17 responden (32,1%) menjawab benar yaitu tahap awal dan

tahap lanjutan, sedangkan 36 responden (67,9%) menjawab salah. Pertanyaan (6)

berapa lama total pengobatan TB paru, sebanyak 43 responden (81,1%)

menjawab benar yaitu pengobatan selama 8 bulan disertai minum obat secara

teratur, sedangkan 10 responden (67,9%) menjawab salah. Pertanyaan (7)

apakah akibatnya jika obat TB paru tidak diminum secara teratur hingga habis,

sebanyak 41 responden (77,4%) menjawab benar yaitu Kuman menjadi kebal

terhadap obat dan penyakit tidak sembuh serta dapat menular, sedangkan 12

responden (22,6%) menjawab salah. Pertanyaan (8) langkah apa saja yang dapat

dilakukan untuk mencegah penularan TB paru, sebanyak 30 responden menjawab

(56,6%) benar yaitu menggunakan masker saat berada di luar ruangan

dan tidak meludah sembarangan, sedangkan 23 responden (43,4%) menjawab

salah. Pertanyaan (9) apa pentingnya minum obat secara teratur, sebanyak 36

responden (67,9%) menjawab benar yaitu agar cepat sembuh dari TB dan

mencegah penyakit untuk bertambah parah, sedangkan 17 responden (32,1%)

menjawab salah. Pertanyaan (10) apa manfaat dari pemeriksaan dahak dan photo

rontgen, sebanyak 38 responden (71,7%) menjawab benar yaitu untuk memastikan

status penyakit TB paru, memantau kemajuan pengobatan dan memastikan

kesembuhan, sedangkan

15 responden (28,3%) menjawab salah.

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Glugur Darat


Tahun 2019

Pengetahuan Benar Salah Jumlah


n % n % n
Apa yang dimaksud dengan 33 62,3 20 37,7 53
penyakit TB paru
Mengapa dibutuhkan waktu 16 30,2 37 69,8 53
yang lama dalam pengoba-
tan
Mengapa harus periksa dahak 40 75,5 13 24,5 53
sebanyak tiga kali di awal
pengobatan
Melalui apa penyakit TB paru 34 64,2 19 35,8 53
menular
Tahap apa saja yang terdapat 17 32,1 36 67,9 53
dalam pengobatan TB paru
Berapa lama total pengobatan 43 81,1 10 18,9 53
TB
Apakah akibatnya jika obat 41 77,4 12 22,6 53
TB tidak diminum secara
teratur
Langkah apa saja yang dapat 30 56,6 23 43,4 53
dilakukan untuk mencegah
penularan TB
Apa pentingnya minum obat 36 67,9 17 32,1 53
secara teratur
Apa manfaat pemeriksaan 38 71,7 15 28,3 53
dahak dan photo rontgen

Distribusi responden berdasarkan kategori tingkat pengetahuan diperoleh

bahwa dari 53 responden yang termasuk dalam kategori pengetahuan baik

sebanyak 21 responden (39,6%) dan responden yang berpengetahuan buruk

sebanyak 32 responden (60,4%).

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Universitas Sumatera Utara


43

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pengetahuan

Kategori pengetahuan Jumlah Persentase


Baik 21 39,6
Kurang 32 60,4
Total 53 100,0

Distribusi responden berdasarkan sikap. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan kepada 53 responden mengenai sikap responden dipuskesmas Glugur

Darat. Maka diperoleh jawaban responden terhadap pernyataan (1) penyakit TB

paru masih dapat disembuhkan apabila dilakukan pengobatan yang disiplin dan

teratur sebanyak 39 responden (73,6%) menjawab setuju, dan 14 responden

(26,4%) menjawab sangat setuju. Distribusi sikap responden terhadap pernyataan

(2) pengobatan yang dijalani bermanfaat bagi hidup, hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang setuju sebanyak 39 responden (73,6%)

dan responden yang sangat setuju sebanyak 14 responden (26,4%). Distribusi

sikap responden terhadap pernyataan (3) walaupun efek samping OAT sangat

tidak nyaman, terapi obat akan tetap dilakukan, hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden yang sangat setuju sebanyak 1 (1,9%), untuk responden yang

setuju sebanyak 40 responden (75,5%) dan responden yang tidak setuju sebanyak

12 (22,6%).

Distribusi sikap responden terhadap pernyataan (4) akan tetap meminum

OAT walaupun tidak ada PMO, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

yang sangat setuju sebanyak 6 responden (11,3%) responden yang setuju

sebanyak 41 responden (77,4%) dan responden yang tidak setuju sebanyak 6

(11,3%). Distribusi sikap responden terhadap pernyataan (5) penyakit TB paru

Universitas Sumatera Utara


44

akan bertambah parah apabila sering lupa minum obat, hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang sangat setuju sebanyak 10 responden

(18,9%) yang setuju sebanyak 38 responden (71,7%) yang tidak setuju sebanyak

4 (7,5%) dan yang sangat tidak setuju sebanyak 1 responden (1,9%).

Distribusi sikap responden terhadap pernyataan (6) obat harus diminum setiap

hari selama 2

– 3 bulan pada tahap awal pengobatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden yang sangat setuju sebanyak 8 responden (15,1%) yang setuju

sebanyak 36 responden (67,9%) dan yang tidak setuju sebanyak 9 responden

(17,0%). Distribusi sikap responden terhadap pernyataan (7) OAT harus diminum

sebanyak 3x seminggu selama 4 – 5 bulan pada tahap pengobatan lanjutan, hasil

penelitian menunjukkan bahwa responden yang sangat setuju sebanyak 4

responden (7,5%) yang setuju 39 responden (73,6%) dan tidak setuju sebanyak 10

responden (18,9%).

Universitas Sumatera Utara


45

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat Total


setuju setuju tidak
setuju
n % N % n % n % N
Penyakit TB dapat 14 26,4 39 73,6 0 0 0 0 53
sembuh apabila
melakukan
pengonbatan
teratur
Saya yakin pengoba- 39 73,6 14 26,4 0 0 0 0 53
tan yang saya
jalani bermanfaat
bagi hidup saya
Walaupun efek samp- 1 1,9 40 75,5 12 22,6 0 0 53
ing OAT sangat
tidak nyaman saya
akan tetap melak-
kan terapi obat
Walaupun tidak ada
6 11,3 41 77,4 6 11,3 0 0 53
PMO saya akan
tetap meminum
OAT
Penyakit TB paru
10 18,9 38 71,7 4 7,5 1 1,9 53
akan bertambah
parah apabila ser-
ing lupa minum
obat maka saya
akan minum obat
teratur
Pada tahap pengo-
8 15,1 36 67,9 9 17,0 0 0 53
batan saya harus
minum obat setiap
hari selama 2-3
bulan
Pada tahap lanjutan
4 7,5 39 73,6 10 18,9 0 0 53
pengobatan saya
harus minum obat
OAT sebanyak 3x
minggu selama 4-5
bulan

Universitas Sumatera Utara


46

Distribusi responden berdasarkan kategori sikap didapat bahwa dari 53

responden dilakukan pengkategorian maka diketahui bahwa sikap seluruh

responden (100%) di kategorikan baik. Seacara rinci dapat dilihat pada tabel 7

berikut :

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap

Kategori Sikap Jumlah Persentase


Baik 53 100,0
Kurang 0 0,00
Total 53 100,0

Distribusi responden berdasarkan ketersediaan Obat Anti

Tuberkulosis (OAT). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai

ketersedian OAT, diketahui dari 53 responden terdapat 51 responden (96,2%)

menyatakan bahwa OAT selalu tersedia pada jadwal pengambilan obat

dipuskesmas menjawab ya dan yang menjawab tidak sebanyak 2 responden

(3,8%). Dan seluruh responden yaitu sebanyak 53 (100%) menyatakan baik

terhadap kulaitas OAT yang diperoleh dari puskesmas. Secara rinci dapat dilihat

pada tabel 8 berikut :

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan OAT di Puskesmas Glugur


Darat

Ketersediaan OAT Benar Salah Jumlah


n % n % n
Apakah OAT selalu 51 96,2 2 3,8 53
tersedia pada saat
jadwal pengambilan
obat
Bagaimana kualitas obat 53 100,0 0 0,0 53
yang diperoleh

Distribusi berdasarkan kategori ketersedian obat anti tuberkulosis

diperoleh bahwa dari 53 yang dijadikan responden menyatakan bahwa ketersedian

obat dipuskesmas Glugur darat sudah baik yaitu sebanyak 51 responden (96,2)

dan 2 responden (3,8%) menyatakan kurang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel

9 berikut :

Tabel 9

Distribusi Kategori Berdasarkan Ketersedian OAT di Puskesmas Glugur Darat


Tahun 2019

Ketersediaan OAT Jumlah Persentase


Baik 51 96,2
Kurang 2 3,8
Total 53 100,0

Distribusi responden berdasarkan motivasi petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai motivasi petugas kesehatan

diketahui dari 53 responden terdapat 28 responden (52,8%) yang menyatakan

pertanyaan (1) bahwa petugas memberikan semangat/motivasi agar cepat sembuh

dengan ya sedangkan menjawab tidak sebanyak 25 responden (47,2%).

Universitas Sumatera Utara


48

Pertanyaan (2) peugas kesehatan menanyakan keadaan dan kemajuan pengobatan

yang dijalani sebanyak 28 responden (52,8%) menjawab ya dan 25 responden

(47,2%) menjawab tidak. Pertanyaan (3) apakah petugas memberikan penjelasan

tentang pentingnya menjalani pengobatan secara teratur hingga sebanyak 45

responden (84,9%) menjawab ya dan sebanyak 8 responden (15,1 %) menjawab

tidak. Pertanyaan (4) apakah petugas mendengarkan setiap keluhan anda dan

membantu mengatasi keluhan sebanyak 17 responden (32,1%) menjawab ya dan

sebanyak 36 responden (67,9%) menjawab tidak. Pertanyaan (5) petugas

memberikan penjelasan mengenai aturan minum obat meliputi jumlah, cara dan

jadwal minum obat sebanyak 48 responde (90,6%) menjawab dan 5 responden

(9,4%) menjawab tidak. Pertanyaan (6) petugas memberikan informasi gejala efek

samping yang mungkin terjadi dan cara mengatasi sebanyak 21 responden

(39,6%) menjawab ya dan sebanyak 32 responden (60,4%) menjawab tidak.

Pertanyaan (7) apakah petugas memberikan penyuluhan kesehatan kepada

keluarga penderita sebanyak 29 responden (54,7%) menjawab ya dan sebanyak

24 responden (45,3) menjawab tidak. Secara rinci dapat dilihat dari tabel 10

berikut :

Universitas Sumatera Utara


49

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Petugas Kesehatan di Puskesmas


Glugur Darat Tahun 2019.

Motivasi Petugas Benar Salah Jumlah


n % n % n
Petugas memberikan 28 52,8 25 47,2 53
semangat/motivasi kepada Anda
agar cepat sembuh
Petugas kesehatan menanyankan 28 52,8 25 47,2 53
keadaan dan kemajuan
pengobatan yang anda jalani
Petugas memberikan penjelasan 45 84,9 8 15,1 53
tentang pentingnya menjalani
pengobatan secara teratur
hingga tuntas
Petugas mendengarkan setiap 17 32,1 36 67,9 53
keluhan Anda dan membantu
mengatasi keluhan tersebut
Petugas memberikan penjelasan 48 90,6 5 9,4 53
mengenai aturan minum obat
meliputi jumlah butir obat,
cara, dan jadwal minum obat
Petugas memberikan informasi 21 39,6 32 60,4 53
gejala efek samping yang
mungkin terjadi dan cara
mengatasinya
Petugas kesehatan memberikan 29 54,7 24 45,3 53
penyuluhan kesehatan kepada
keluarga penderita TB

Distribusi responden berdasarkan kategori motivasi petugas kesehatan

dipadat dari 53 responden terdapat sebanyak 19 responden (35,8%) yang

menyatakan bahwa motivasi dari petugas kesehatan di Puskesmas Glugur Darat

sudah baik dan sebanyak 34 responden (64,2%) menyatakan masih kurang.

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 11 berikut :

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 11

Distribusi Kategori Berdasarkan Motivasi Petugas Kesehatan

Motivasi Petugas Jumlah Persentase


Baik 19 35,8
Kurang 34 64,2
Total 53 100,0

Distribusi responden berdasarkan peran Pengawas Minum Obat

(PMO). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai peran PMO

diketahui dari 53 responden diperoleh sebagai berikut, pertanyaan (1) PMO anda

mengingatkan untuk minum obat secara teratur dan tidak terputus sebanyak 44

responden (83,0%) menjawab ya dan responden ysng menjawab tidak sebanyak 9

responden (17,0%). Pertanyaan (2) PMO mengingatkan untung datang berobat

dan memeriksakan dahak sesuai jadwal yang ditentukan maka sebanyak 37

responden (69,8%) menjawab ya dan sebanyak 16 responden (30,2%) menjawab

tidak. Pertanyaan (3) PMO memberikan semangat dan dorongan untuk berobat

secara teratur sebanyak 34 responden (64,2%) menjawab ya dan sebanyak 19

responden (35,8%) menyatakan tidak. Pertanyaan (4) PMO anda sangat peduli

bahwa anda sudah minum obat atau belum hari ini sebanyak 30 responden

menyatakan ya (56,6%) dan sebanyak 23 responden (43,4%) menyatakan tidak.

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

Universitas Sumatera Utara


51

Tabel 12

Distribusi Responden Berdasarkan Peran PMO di Puskesmas Glugur Darat


Tahun 2019

Peran PMO Benar Salah Jumlah


n % n % n
PMO mengingatkan untuk 44 83,0 9 17,0 53
minum obat secara teratur
dan tidak terputus
PMO anda mengingatkan anda 37 69,8 16 30,2 53
untung datang berobat dan
memeriksakan dahak sesuai
jadwal yang ditentukan
PMO anda memberikan 34 64,2 19 35,8 53
semangat dan dorongan
kepada anda untuk berobat
secara teratur
PMO anda sangat peduli bahwa 30 56,6 23 43,4 53
anda sudah minum obat atau
belum hari ini

Distribusi responden berdasarkan kategori peran PMO didapat dari 53

pasien TB paru yang dijadikan sebagai responden terdapat sebanyak 31 responden

(58,5%) yang menyatakan bahwa bahwa Peran PMO sudah baik dan terdapat 22

responden (41,5%) yang menyatakan bahwa peran PMO masih kurang. Secara

rinci dapat dilihat pada tabel 13 berikut :

Tabel 13

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peran PMO

Peran PMO Jumlah Persentase


Baik 31 58,5
Kurang 22 41,5
Total 53 100,0

Distribusi responden berdasarkan kepatuhan berobat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 53 responden diperoleh

hasil sebagai

Universitas Sumatera Utara


52

berikut. Pertanyaan (1) Apakah selalu mematuhi petunjuk petugas kesehatan

dalam menelan obat sebanyak 47 (88,7%) responden menjawab ya dan sebanyak

6 responden (11,3%) menjawab tidak. Pertanyaan (2) Apakah selalu minum obat

pada jam yang sama setiap hari selama pengobatan sebanyak 32 responden

(60,4%) menjawab ya dan menjawab tidak sebanyak 21 responden (39,6%).

Pertanyaan (3) Apakah pernah mengurangi jumlah butir obat yang harus minum

maka sebanyak 45 responden (84,9%) menjawab ya dan sebanyak 8 responden

(84,9%) menjawab tidak. Pertanyaan (4) Apakah mengambil obat ke Puskesmas

sesuai jadwal yang ditentukan sebanyak 43 responden (81,1%) menjawab ya dan

sebanyak 10 responden (18,9%) menjawab tidak. Pertanyaan (5) Apakah

memeriksakan dahak secara teratur selama pengobatan maka sebanyak 41

responden (77,4%) menjawab ya dan sebanyak 12 responden (22,6%) menjawab

tidak. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 14 berikut :

Tabel 14

Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru

Motivasi Petugas Benar Salah Jumlah


n % n % n
Apakah selalu mematuhi 47 6 53
petunjuk petugas 88,7 11,3
kesehatan dalam
menelan obat
Apakah selalu minum 32 21 53
obat pada jam yang 60,4 39,6
sama setiap hari
selama pengobatan
Apakah pernah 45 8 53
mengurangi jumlah 84,9 15,1
butir obat yang harus
minum
(Bersambung)

Universitas Sumatera Utara


53

Motivasi Petugas Benar Salah Jumlah


n % n % n

Apakah mengambil obat 43 10 53


ke Puskesmas sesuai 81,1 18,9
jadwal yang
ditentukan
Apakah memeriksakan 41 77,4 12 53
dahak secara teratur 22,6
selama pengobatan

Distribusi kategori berdasarkan kepatuhan berobat pasien TB paru di

Puskesmas Glugur Darat didapat bahwa dari 53 responden sebanyak 22

responden (41,5%) yang masuk dalam kategori patuh dalam berobat dan 31

responden (58,5%) masuk dalam kategori tidak patuh. Secara rinci dapat dilihat

pada tabel

15 berikut :

Tabel 15

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru

Kepatuhan Berobat Jumlah Persentase


Baik 32 60,4
Kurang 21 39,5
Total 53 100,0

Analisis Bivariat

Tabulasi silang dan hasil uji statistik. Analisis bivariat digunakan untuk

melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen yang meliputi umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap penderita TB,

ketersediaan OAT, motivasi petugas, peran PMO dengan variabel dependen yaitu

kepatuhan berobat pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

dengan uji statistik chi-square,pada tingkat kemaknaan α = 0,5 sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


54

Tabulasi silang antara umur dengan kepatuhan berobat pasien TB

paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. Hasil analisis hubungan antara

umur dengan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru diperoleh dari 53

responden sebanyak 9 responden dengan kategori umur Muda (15-25 tahun), 5

responden (55,6%) patuh sedangkan 4 responden (44,4%) dalam kategori tidak

patuh. Dari 27 responden dengan kategori dewasa (25-49 tahun) sebanyak 18

responden (66,7%) patuh dan sebanyak 9 responden (33,3%) tidak patuh. Dari 17

responden kategori tua (≥ 50 tahun) sebanyak 9 responden (52,9%) patuh dan

sebanyak 8 responden (41,7%) tidak patuh. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0,629 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

umur dengan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru. Secara rinci dapat dilihat

pada tabel 16 berikut :

Tabel 16

Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di


Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

umur Kepatuhan berobat P.value


Patuh Tidak patuh Total
n % n % n %
Muda 5 55,6 4 44,4 9 100,0 0,629
Dewasa 18 66,7 9 33,3 27 100,0
Tua 9 52,9 8 47,1 17 100,0
Jumlah 32 60,4 21 39,6 31 100,0

Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. Hasil analisis

hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan berobat pasien TB paru

diperoleh dari 33 responden laki-laki, 20 responden (60,6%) yang patuh dan

Universitas Sumatera Utara


55

sebanyak 13 responden (39,4%) yang tidak patuh. Dari 20 responden yang

berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (60,0%) yang patuh dan

sebanyak 8 responden (40,0%) yang tidak patuh. Hasil uji statistik diperoleh

diperoleh nilai p=1,000 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan berobat pasien TB paru. Secara rinci

dapat dilihat pada tabel 17 berikut :

Tabel 17

Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB


Paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

Jenis kelamin Kepatuhan berobat P.value


Patuh Tidak patuh Total
n % n % n %
Laki-laki 20 60,6 13 39,4 33 100,0 1,000
Perempuan 12 60,0 8 40,0 20 100,0
Jumlah 32 60,4 21 39,6 53 100,0

Tabulasi silang antara pendidikan dengan kepatuhan berobat pasien

TB paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. Hasil analisis hubungan

antara pendidikan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru diperoleh dari 49

responden yang berpendidikan rendah, 28 responden (57,1%) yang patuh dan

sebanyak 21 responden (42,9%) yang tidak patuh. Dari 4 responden yang berjenis

berpendidikan tinggi semua responden (100%) yang patuh dalam pengobatan.

Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai p=0,147 (p>0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 18 berikut :

Universitas Sumatera Utara


56

Tabel 18

Tabulasi Silanga antara Pendidikan dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru


di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

Pendidikan Kepatuhan berobat P.value


Patuh Tidak patuh Total
N % n % n % 0,147
Rendah 28 57,1 21 42,9 49 100,0
Tinggi 4 100,0 0 0 4 100,0
Jumlah 32 60,4 21 39,6 53 100,0

Tabulasi silang antara pekerjaan dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. Hasil analisis

hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru diperoleh

dari 12 responden yang tidak bekerja, 7 responden (58,3%) yang patuh dan

sebanyak 5 responden (41,7%) yang tidak patuh. Dari 41 responden yang bekerja

sebanyak 25 responden (61,0%) yang patuh dan sebanyak 16 responden (39,0%)

yang tidak patuh. Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai p=0,869 (p>0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pekerjaan dengan kepatuhan

berobat pasien TB paru. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 19 berikut :

Tabel 19

Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di


Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

Pekerjaan Kepatuhan berobat P.value


Patuh Tidak patuh Total
N % n % n %
Tidak bekerja 7 58,3 5 41,7 12 100,0 0,869
Bekerja 25 61,0 16 39,0 41 100,0
Jumlah 32 60,4 21 39,6 53 100,0

Universitas Sumatera Utara


57

Tabulasi silang antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. Hasil analisis

hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru bahwa

dari 53 penderita yang dijadikan responden sebanyak 21 responden (85,7%)

yang memiliki pengetahuan baik yang patuh dan yang tidak patuh sebanyak

3 responden (14,8%). Sedangkan penderita yang memiliki pengetahuan kurang

sebanyak 14 responden (43,8%) yang patuh dan 18 responden (5,3%) yang tidak

patuh. Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai p=0,006 (p<0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat pasien

TB paru. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 20 berikut :

Tabel 20

Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru


di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

Pengetahuan Kepatuhan berobat P.value


Patuh Tidak patuh Total
n % n % n %
Baik 18 85,7 3 14,3 21 100,0 0,006
Kurang 14 43,8 18 56,3 32 100,0
Jumlah 32 60,4 21 39,6 53 100,0

Tabulasi silang antara sikap dengan kepatuhan berobat pasien TB

paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. Hasil analisis hubungan antara

sikap dengan kepatuhan berobat pasien TB paru bahwa dari 53 penderita yang

dijadikan sebagai responden, semua responden sebanyak 53 dengan sikap yang

baik ada sebanyak 22 responden (42,3%) yang patuh dan sebanyak 30 responden

(58,7%) yang tidak patuh. Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai p=1,000

(p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan ketersediaan OAT

Universitas Sumatera Utara


58

dengan kepatuhan berobat pasien TB paru. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 21

berikut:

Tabel 21

Tabulasi Silang Sikap dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas


Glugur Darat Tahun 2019

Sikap Kepatuhan berobat P.value


Patuh Tidak patuh Total
n % n % n %
Baik 22 42,3 31 58,7 53 100,0 1,000
Kurang 0 0,00 0 0,00 0 100,0
Jumlah 22 41,5 31 58,5 53 100,0

Tabulasi silang antara ketersediaan OAT dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. Hasil analisis

hubungan antara ketersediaan OAT dengan kepatuhan berobat pasien TB paru

bahwa dari 53 penderita yang dijadikan sebagai responden ada 51 responden

dengan ketersedian OAT yang baik ada sebanyak 31 responden (60,8%) yang

patuh dan senbanyak 20 responden (39,2%) yang tidak patuh. Sedangkan kategori

kurang terdiri dari 2 responden sebanyak 1 responden (50,0%) yang patuh dan 1

responden (50,0%) yang tidak patuh. Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai

p=1,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

ketersediaan OAT dengan kepatuhan berobat pasien TB paru. Secara rinci dapat

dilihat pada tabel 22 berikut:

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 22

Tabulasi Silang antara Ketersedian OAT dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB


Paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

Ketersediaan Obat Kepatuhan berobat P.value


Patuh Tidak patuh Total
n % n % n %
Baik 31 60,8 20 39,2 51 100,0 1,000
Kurang 1 50,0 1 50,0 2 100,0
Jumlah 32 60,4 21 39,6 53 100,0

Tabulasi silang antara motivasi petugas kesehatan dengan kepatuhan

berobat pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. Hasil

analisis hubungan antara motivasi petugas kesehatan dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru bahwa dari 53 penderita yang dijadikan sebagai responden ada 19

(94,7%) patuh dalam pengobatan dengan motivasi kesehatan yang baik dan yang

tidak patuh sebanyak 1 responden (5,3%). Sedangkan yang patuh dalam

pengobatan dengan motivasi petugas yang kurang sebanyak 14 responden (41,2%)

dan yang tidak patuh sebanyak 20 responden (58,8%). Hasil uji statistik diperoleh

diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

motivasi petugas kesehatan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru. Secara

rinci dapat dilihat pada tabel 23 berikut :

Tabel 23

Tabulasi Silang antara Motivasi Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Berobat


Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

Pengetahuan Kepatuhan berobat P.value


Patuh Tidak patuh Total
n % n % n %
Baik 18 94,7 1 5,3 19 100,0 0,001
Kurang 14 41,2 20 58,8 34 100,0
Jumlah 32 60,4 21 39,6 53 100,0

Universitas Sumatera Utara


60

Tabulasi silang antara peran PMO dengan kepatuhan berobat pasien

TB paru di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019. Hasil analisis hubungan

antara peran PMO dengan kepatuhan berobat pasien TB paru bahwa dari 53

penderita yang dijadikan sebagai responden ada 22 responden (71,0%) patuh

dalam pengobatan dengan peran PMO yang baik dan yang tidak patuh sebanyak 9

responden (29,0%). Sedangkan yang patuh dalam pengobatan dengan peran PMO

yang kurang sebanyak 10 responden (45,5%) dan yang tidak patuh sebanyak 12

responden (54,5%). Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai p=0,113 (p<0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan peran PMO dengan

kepatuhan berobat pasien TB paru. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 24

berikut:

Tabel 24

Tabulasi Silang antara Peran PMO dengan Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru
di Puskesmas Glugur Darat Tahun 2019

Pengetahuan Kepatuhan berobat P.value


Patuh Tidak patuh Total
n % n % n %
Baik 22 71,0 9 29,0 31 100,0 0,113
Kurang 10 45,5 12 54,5 22 100,0
Jumlah 32 60,4 21 39,6 53 100,0

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Hasil analisis uji statistik bivariat dengan menggunakan uji chi-square

dalam penelitian ini terdapat sampel yang berjumlah 53 pasien TB paru yang

dijadikan sebagai responden, menunjukkan bahwa variabel umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, sikap, ketersedian obat, peran PMO tidak memiliki

hubungan dengan kepatuhan berobat, sedangkan variabel pengetahuan dan

motivasi dari petugas kesehatan memiliki hubungan dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru.

Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas Glugur Darat

Sesuai dengan kebijakan kesehatan peraturan Menteri kesehatan no 67

tahun 2016 tentang penanggulangan tuberkulosis, kesembuhan pasien TB paru

dilihat dari kepatuhan dalam menjalani pengobatan, rendahnya angka kesembuhan

menunjukkan bahwa penderita TB tidak patuh dan taat dalam menjalani

pengobatan TB paru. Penderita yang patuh adalah yang menyelesaikan

pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan.

Kepatuhan berobat pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat dari hasil

penelitian ini menunjukkan dari 53 responden yang patuh dalam pengobatan yaitu

sebanyak 32 responden (60,4%) sedang yang tidak patuh sebanyak 21 responden

(39,5%).

Dalam penelitian ini diperoleh hasil yang menyebabkan penderita tidak

patuh dalam berobat karena pengetahuan yang masih kurang. Berdasarkan hasil

wawancara melalui kuisoner tentang variabel pengetahuan penderita banyak tidak

mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit TB ada yang beranggapan bahwa

61
Universitas Sumatera Utara
62

penyakit TB adalah penyakit keturunan penyakit yang disebabkan karena angin

malam dan penyakit paru-paru yang tidak menular. Bahkan kebanyakan dari

penderita tidak mengetahui mengapa dibutuhkan waktu yang lama dalam

pengobatan dan tahapan pengobatan yang akan atau sedang mereka jalani, dan

banyak penderita yang tidak menggunakan masker saat datang berobat ke

puskesmas kurangnya pengetahuan diakibatkan kurangnya motivasi dan dukungan

dari petugas kesehatan kepada pasien TB untuk memberi motivasi dan

memberikan penjelasan tentang pentingnya menjalani pengobatan secara teratur

apa itu penyakit TB paru dan kurang memberikan informasi yang jelas tentang

tahapan pengobatan dan bagaimana akibatnya jika tidak menjalankan pengobatan

secara teratur.

Berdasarkan hasil wawancara melalui kuisoner tentang variabel kepatuhan

tentang pentingnya menjalani pengobatan secara teratur meliputi minum obat

pada jam yang sama setiap harinya, tidak mengurangi jumlah obat yang harus

diminum, mengambil obat sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan periksa

dahak secara teratur untuk memantau kemajuan pengobatan yang dijalani,

responden menyatakan bahwa minum obat tidak pada jam yang sama setiap hari

tidak menimbulkan dampak yang buruk yang penting obat diminum pada hari itu

dan tidak mengambil obat sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan karena

sibuk bekerja dan kadang lupa.

Penelitan ini sejalan dengan penelitian Gendhis dkk (2011) yang

menyatakan bahwa bahwa pasien dengan pengetahuan yang kurang memiliki

peluang untuk tidap patuh minum obat dan sangat diperlukannya penyuluhan

yang

Universitas Sumatera Utara


63

diberikan oleh tenaga kesehatan, kerja sama tenaga kesehatan dengan masyarakat

karena masih banyak pemikiran masyarakat tentang TB paru ini tidak menular,

penyakit kutukan dll.

Hubungan umur dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di

Puskesmas Glugur Darat. Umur adalah lamanya orang hidup yang dihitung

sejak orang tersebut lahir sampai pada waktu dilakukan penelitian. Dari Hasil uji

statistik diperoleh nilai p=0,629 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan antara umur dengan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.

Berdasarkan penelitian dan olahan data melalui variabel umur bahwa umur

tidak mempengaruhi kepatuhan pengobatan penderita TB paru. Umur penderita

TB paru setelah dilakukan penyebaran kuesioner diperoleh bahwa umur termuda

responden yaitu 15 tahun dan umur tertua responden adalah umur 66 tahun, dan

mayoritas responden dengan kategori umur Dewasa (25-49 tahun) yaitu

sebanyak

27 responden yang patuh sebanyak 18 responden (66,7%) dan yang tidak patuh

sebanyak 9 responden dan umur ketogori tua (<50 tahun) sebanyak 8 responden

(47,1%) tidak patuh dalam pengobatan. Umur bukanlah faktor penentu kepatuhan

penderita karena mereka yang berumur muda maupun usia lanjut memiliki

kecenderungan untuk kurang patuh serta mengabaikan pengobatan mereka

terutama berkaitan dengan waktu pengambilan OAT ke Puskesmas sesuai jadwal

yang ditentukan sehingga penderita TB paru menjadi kurang patuh dalam

pengobatannya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lissa dkk (2015) yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan

kepatuhan berobat

Universitas Sumatera Utara


64

penderita TB paru.

Seperti yang dijelaskan dalam penelitian Intang (2004) yang

menyatakan bahwa dari faktor umur yang lebih dari 50 tahun cenderung untuk

tidak patuh dan usia muda lebih cenderung untuk menjalani pengobatan

daripada orang yang berusia lanjut. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa umur tidak

berpengaruh terhadap tindakan seseorang karena adanya faktor perantara seperti

sikap seseorang dan faktor lain yang mempengaruhi kehendak seseorang.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Zuliana (2009) yang

menyatakan umur tua kepatuhan berobatnya semakin tinggi karena usia tua

tidak disibukkan dengan pekerjaan sehingga dapat datang berobat secara teratur.

Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan berobat pasien TB

paru di Puskesmas Glugur Darat. Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai

p=1,000 (p>0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha

ditolak, sehingga tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat. Berdasarkan penelitian melalui

variabel jenis kelamin, laki-laki sebanyak 33 responden dan perempuan sebanyak

21 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Sitepu (2010) yang menunjukkan

bahwa jenis kelamin paling banyak jenis kelamin laki-laki morbilitas yang tinggi

dibandingkan dengan perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman

penyebab TB Paru lebih besar, selain itu kebiasaan laki-laki mengkonsumsi

rokok, minum alkohol dan keluar malam hari dapat menurunkan sistem

kekebalan tubuh sehingga lebih muda terkena TB Paru. Jenis kelamin tidak

mempengaruhi dengan

Universitas Sumatera Utara


65

kepatuhan berobat dari hasil penelitian bahwa dari 33 responden laki-laki sebesar

13 responden (39,4%) yang tidak patuh dan pada jenis kelamin perempuan bahwa

dari 20 responden sebanyak 8 responden (40,0%) tidak patuh dalam pengobatan.

Jenis kelamin laki-laki lebih cenderung tidak taat dan patuh dalam

pengobatan karena kebanyakan keluar rumah mencari nafkah dengan frekuensi

kegiatan keluar rumah kemungkinan lebih besar tidak patuh, dibandingkan dengan

perempuan yang kebanyakan menjadi ibu rumah tangga sebanyak 12 responden

(22,6%) yang memiliki lebih banyak waktu, juga tidak patuh dalam pengobatan.

Jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki kecenderungan tidak patuh

dalam pengobatan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Erawatyningsih dkk (2009)

menyatakan bahwa pada pengobatan TB laki-laki cenderung lebih tidak patuh dan

tidak teratur dalam meminum obat di bandingkan perempuan di karenakan laki-

laki cenderung memiliki aktivitas yang lebih tinggi sehingga cenderung tidak

memperhatikan kesehatannya.

Hubungan pendidikan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di

Puskesmas Glugur Darat. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang

pernah di tempuh dan ditamatkan responden. Hasil statistik diperoleh diperoleh

nilai p=0,147 (p>0,05), maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak

maka tidak ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.

Bersadarkan hasil penelitian responden yang kepatuhannya kurang baik

adalah mayoritas berpendidikan SLTP sebanyak 10 responden (83,3%) dan

berpendidikan SLTA sebanyak 19 responden (52,8%). Sedangkan responden

yang

Universitas Sumatera Utara


66

kepatuhannya baik mayoritas SLTA sebanyak 17 responden (47,2%). sehingga

penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan penderita TB paru bukanlah faktor

penentu kepatuhan pengobatan penderita TB.

Responden lebih mempunyai kecenderungan untuk mengabaikan terapi

pengobatan TB paru mereka. Salah satu responden berdasarkan hasil wawancara

menggunakan kuesioner, kepatuhan pengobatan TB paru yang dilakukan

responden yaitu selalu minum obat pada jam yang sama setiap hari dan

mengambil obat ke Puskesmas sesuai jadwal yang ditentukan. Tetapi hal demikian

tidak dilakukan penderita TB paru karena mereka beranggapan tidak masalah jika

tidak meminum obat pada jam yang sama setiap hari tidak akan memberi dampak

yang buruk terhadap pengobatannya, penyakit TB paru dianggap sebagai penyakit

keturunan yang dapat menyerang siapa saja dan apabila pengambilan obat

terlambat sehari atau dua hari tidak akan memperburuk kondisi penyakit TB paru

yang diderita pasien. Jadi terlihat jelas bahwa pendidikan penderita TB paru tidak

berhubungan dengan kepatuhan pengobatan penderita TB paru..

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Yunie dkk (2012) tingkat

pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan penderita untuk menerima

informasi tentang penyakit, terutama TB paru. Kurangnya informasi tentang TB

paru menyebabkan kurangnya pengertian kepatuhan penderita terhadap

pengobatan atau berhenti bila gejala penyakit tdak dirasakan lagi.

Hubungan pekerjaan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di

Puskesmas Glugur Darat. Pekerjaan adalah suatu kegiatan rutin yang dilakukan

oleh responden untuk mendapatkan imbalan berupa uang atau barang untuk

Universitas Sumatera Utara


67

memenuhi kebutuhan keluarga. Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai

p=0,869 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pekerjaan

dengan kepatuhan berobat pasien TB paru. Dari hasil penelitian yang dilakukan

di Puskesmas Glugur Darat dari 13 responden yang tidak bekerja ada sebanyak 7

responden yang patuh dalam pengobatan dan yang tidak patuh sebanyak 6

responden sedangkan yang bekerja dari 40 responden sebanyak 15 responden

(37,5%) yang patuh dan sebanyak 25 responden (62,5%) yang tidak patuh.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas Glugur Darat

bahwa penderita yang tidak bekerja yang memiliki banyak waktu luang untuk

menjalani pengobatan juga banyak yang tidak patuh dalam pengobatan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Priska dkk (2014)

menyatakan bahwa pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang

bermakna terhadap kepatuhan berobat pasien.

Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru

di Puskesmas Glugur Darat. Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui oleh

responden mengenai pengobatan TB paru. Hasil uji statistik diperoleh diperoleh

nilai p=0,006 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan terhadap 53 responden ada sebanyak 21 responden

dengan pengetahuan yang baik dan ada 32 responden dengan pengetahuan yang

kurang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Glugur Darat

penderita yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak patuh dalam

pengobatan

Universitas Sumatera Utara


68

dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan kurang, hal ini karena asumsi

mereka bahwa penyakit TB paru dapat sembuh apa bila menjalani pengobatan

yang taat dan teratur walaupun dibutuhkan waktu yang lama dalam pengobatan

dan mereka juga sudah tahu apa resiko kalau tidak patuh dalam pengobatan

karena akan menyebabkab kuman kebal terhadap obat sehingga perlu dilakukan

pengobatan ulang dari awal dan membutuhkan lebih lama lagi waktu untuk

menjalankan pengobatan, sehingga pengetahuan mereka tinggi sejalan dengan

kepatuhan yang baik.

Sedangkan penderita yang memiliki pengetahuan kurang lebih banyak

tidak patuh dalam pengobatan karena mereka menganggap TB paru adalah

penyakit batuk yang di akibatkan oleh kebiasaan merokok sebesar, sering terkena

angin malam, dan penyakit karena keturunan sebesar 37,3 % dan mereka tidak

mengetahui tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam pengoban TB paru

sebesar (67,9%) dan tidak mengetahui penularan penyakit TB paru sebesar

(35,8%), anggapan yang salah ini menyebabkan para penderita TB menjadi

cenderung mengabaikan pengobatan yang sedang dijalani.

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan merupakan indikator dari orang

melakukan tindakan seseorang terhadap sesuatu. Jika seseorang didasari

pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami

bagaimana kesehatan itu dan mendorong untuk mengaplikasikan apa yang

diketahui.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Suyami (2015) menyatakan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan penderita TB dengan kepatuhan

Universitas Sumatera Utara


69

pengobatan menyatakan semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan

semakin patuh.

Hubungan sikap dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di

Puskesmas Glugur Darat. Sikap adalah pernyataan evaluatif dari responden

baik yang menyenangkan atau tidak menyenangkan penilaian-penilaian

mengenai objek, manusia, atau peristiwa yang berkaitan dengan penyakit TB

paru. Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai p=1,000 (p<0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan sikap dengan kepatuhan berobat pasien

TB paru di Puskesmas Glugur Darat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prayogo (2013) yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan minum

OAT penderita TB paru di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden melalui kuesioner

penelitian diketahui bahwa seluruh responden (100%) memiliki kategori sikap

yang baik dalam melakukan pengobatan TB paru. Setuju dalam melakukan

pengobatan yang disiplin, setuju tetap mengkonsumsi obat walaupun dengan

gejala efek samping yang dirasakan, dan menyatakan sangat setuju dengan

pengobatan yang sedang dijalani sangat bermanfaat bagi kehidupannya, dan tetap

melakukan terapi obat.

Meskipun memiliki sikap yang baik, para penderita TB paru tetap saja

memiliki tingkat kepatuhan pengobatan yang kurang baik. Hal ini membuktikan

bahwa sikap yang baik tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap

perilaku seseorang tanpa didukung dengan faktor-faktor lain. Para responden

Universitas Sumatera Utara


70

memiliki kemauan dan keyakinan bahwa pengobatan yang mereka jalani sangat

bermanfaat bagi hidup mereka namun mereka memiliki kemauan bertindak yang

kurang. Sikap yang baik tanpa disertai dengan tindakan yang baik dalam

melakukan pengobatan tidak akan membuat perubahan yang bermakna terhadap

perilaku kesehatan seseorang. Hal ini juga terjadi terhadap para penderita TB

paru.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gendhis

(2011) yang menyatakan bahwa sikap responden (p= 0,0005) memiliki hubungan

yang sangat signifikan dengan kepatuhan minum OAT di Puskesmas Jatinegara.

Hubungan motivasi petugas kesehatan dengan kepatuhan berobat

pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat. Motivasi petugas adalah

dukungan petugas kesehatan kepada penderita TB selama menjalankan

pengoabatan. Dari tabulasi silang (Tabel 20) sebanyak 16 responden (84,2%)

yang patuh dengan mativasi kesehatan yang baik dan tidak memanfaatkan

sebanyak 3 responden (15,8%). Sedangkan kepatuahan dengan dukungan petugas

yang kurang sebanyak 6 responden (17,6%) dan yang tidak patuh sebanyak 28

responden (82,4%). Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan motivasi petugas kesehatan dengan

kepatuhan berobat pasien TB paru.

Penelitian Ini sejalan dengan penelitian Dewi (2015) yang menyatakan

ada hubungan yang signifikan anatar motivasi petugas kesehatan dengan

kepatuhan berobat pasien TB paru.

Variabel motivasi petugas kesehatan termasuk kedalam salah satu faktor

Universitas Sumatera Utara


71

pendorong (reinforcing factors) dalam teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo

(2010) yang dianggap dapat memberi pengaruh terhadap perubahan

perilaku seseorang dalam mencari pengobatan. Sikap petugas kesehatan yang

semakin baik dalam memberi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kemauan

dan kepatuhan para pasien dalam menjalankan pengobatannya serta meningkatkan

kepuasan pasien terhadap pengobatannya tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Glugur Darat sebagian

pasien TB paru yang patuh dalam pengobatan mereka yang memiliki motivasi

kesehatan yang baik. Seperti petugas kesehatan memberi semangat dan motivasi,

memberi penjelasan tentang pentingnya menjalani pengobatan, mendengarkan

setiap keluhan, memberikan informasi gejala efek samping, menjelaskan aturan

minum obat dan memberi penyuluhan kepada keluarga. Berdasarkan penelitian

dan olahan data yang dilakukan petugas belum cukup lengkap memberikan

informasi, informasi yang diberikan belum cukup karena petugas tidak

menjelaskan efek samping OAT yang mungkin terjadi dan dialami oleh penderita

TB selama mengkonsumsi obat dan kurang menanyakan keadaan dan kemajuan

pengobatan yang dijalani penderita dan kurang menjelaskan tahap apa saja yang

akan dijalani penderita selama pengobatan sehingga penderita kurang memahami

mengapa diperlukan waktu yang lama dalam menjalani pengobatan dan tidak bisa

terputus.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Murtantiningsih (2010)

yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifkan antara motivasi

petugas dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.

Universitas Sumatera Utara


72

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumantri (2012) yang menyatakan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi petugas dengan kepatuhan

berobat pasien TB paru.

Hubungan ketersediaan OAT dengan kepatuhan berobat pasien TB

paru di Puskesmas Glugur Darat. Ketersediaan obat anti tuberculosis adalah

persepsi responden terhadap kondisi OAT yang diperoleh dari puskesmas meliputi

kecukupan jumlah OAT dan kemasannya serta ada atau tidaknya obat di

Puskesmas setiap pasien datang untuk mengambil obat. Hasil uji statistik

diperoleh diperoleh nilai p=1,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan ketersedian OAT dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.

Hasil penelitian yang dilakukan dipuskesmas Glugur Darat berdasarkan

kuisoner 51 responden (96,2%) menyatakan bahwa obat selalu tersediaa saat

pengambilan dipuskesmas dan ada 2 responden yang menyatakan bahwa pernah

tidak tersedia obat pada saat pengambilan obat dipuskesmas tapi tidak

mempengaruhi responden untuk tidak minum obat karena pengambilan obat

sehari sebelum obat habis. Dan sebanyak 53 responden (100%) menyatakan

kondisi obat yang diperoleh dari puskesmas selalu dengan kualitas yang baik, dan

dengan kondisi yang baik.

Hubungan peran PMO dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di

Puskesmas Glugur Darat. PMO adalah seseorang yang dipercayai dan di setujui

baik oleh petugas maupun pasien yang dapat membantu pasien dalam minum obat

atau seseorang secara langsung dapat memastikan bahwa pasien menelan seluruh

obat yang diberikan sesuai anjuran. Hasil uji statistik diperoleh diperoleh nilai

Universitas Sumatera Utara


73

p=0,113 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan peran

PMO dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Glugur Darat

bahwa PMO dari penderita adalah keluarga terdekat seperti istri, orang tua dan

anak dan kader maupun petugas kesehaan didapatkan bahwa peran PMO dengan

kategori baik sebanyak 31 responden (58,5%) dan kategori kurang sebanyak 22

responden (41,5%). Berarti sebagian besar responden telah memiliki PMO yang

baik dalam menjalani pengobatan. Sehingga penderita yang memiliki PMO yang

baik menunjukkan tingkat kepatuhan yang baik dalam pengobatan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kuesioner penelitian,

diketahui bahwa PMO responden sudah perhatian dalam mengingatkan responden

untuk minum obat secara teratur dan memberi motivasi atau dorongan dan juga

mengingatkan pasien untuk mengambil obat ke puskesmas. Walaupun ada 2

responden yang menyatakan tidak memiliki PMO dan memiliki PMO yang

kurang baik dimana tidak selalu mengingatkan untuk minum obat dan tidak terlalu

peduli kepada responden apakah sudah mengkonsumsi obat atau tidak tetapi

responden tetap melakukan terapi obat.

Dengan kategori peran PMO yang sudah baik sebanyak 58,5% sebanyak

31 responden masih terdapat sebanyak 9 responden yang tidak patuh dalam

pengobatan dan peran PMO kategori kurang 41,5% sebanyak 22 responden

terdapat 12 responden yang tidak patuh dalam pengobatan. Dengan kondisi peran

PMO yang sudah baik dan peran PMO yang kurang responden masih tidak patuh

dalam pengobatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa peran PMO tidak ada

Universitas Sumatera Utara


74

hubungannya dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Lissa Inggar (2015) yang

menyatakan ada hubungan antara peran PMO dengan kepatuhan berobat pasien

TB paru semakin baik peran PMO maka akan semakin tinggi kepatuhan penderita

dalam berobat.

Penelitan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Firman dkk (2013)

yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan anatara PMO

dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Glugur Darat telah diusahan

sesuai prosedur ilmiah, namum masih masi memiliki keterbatasan yaitu :

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien TB

paru dalam peneltian ini hanya terdiri dari Sembilan variabel yaitu umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap penderita,

motivasi dari petugas kesehatan dan peran PMO, sedangkan masih banyak

faktor lain yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru.

2. Adanya keterbatasan peneliti dengan menggunakan kuisoner yaitu

sebagian besar responden memberikan jawaban yang tidak menunjukkan

sesuai keadaan sesungguhnya, hal ini terjadi karena responden yang

cenderung kurang teliti terhadap setiap pertanyaan yang tercantum di

kuesioner sehingga memunculkan jawaban yang konsisten.

3. Penelitian ini hanya mengambil sampel sebanyak 53 responden

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di Puskesmas Glugur Darat Kecamatan

Medan Timur Tahun 2019dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel pengetahuan dan motivasi dari petugas mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kepatuhan penderita TB paru.

2. Variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sikap penderita, dan

peran PMO tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kepatuhan berobat pasien TB paru.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas Glugur

Darat maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah :

1. Bagi puskesmas, bagi kepala puskesmas perlu adanya upaya

peningkatan pengetahuan pasien TB paru dengan meningkatkan

pelaksanaan program promosi dan edukasi melalui penyuluhan dengan

menggunakan media masa seperti, brosur, poster, leaflet ataupun media

elektronik yang bisa dilihat dan didengar oleh pasien ketika menunggu

antrian saat berobat, sehingga pasien mudah menangkap informasi

mengenai penyakit TB paru dan dapat menambah pengetahuan masyarakat

tentang TB paru. Sebaiknya petugas program penanggulangan TB lebih

meningkatkan memberikan memberikan informasi yang lebih jelas

kepada pasien tentang pengobatan

yang dijalani pentingnya melakukan pengobatan secara teratur dan juga

Universitas Sumatera Utara


75

Universitas Sumatera Utara


76

penyulah kepada PMO dari penderita untuk lebih meningkatkan kepatuhan

berobat pasien TB paru.

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian

bersifat kualitatif dengan melakukan wawancara langsung kepada

penderita sehingga bisa mengukur variabel penelitian lebih mendalam,

atau juga bisa menambah sampel yang lebih besar.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Aditama, T. (2002). Tuberkulosis diagnosis, terapi dan masalahnya (Edisi ke-4).


Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Aditya, A. (2016). Analisis faktor yang mempengaruhi kesembuhan penderita TB


paru di Puskesmas Aras Kabu Kec. Beringin Kab. Deli Serdang (Skripsi,
Universitas Sumatera Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/han
dle/123456789/67779.

Bungin, B. (2006). Metodologi penelitian kuantitatif. (Edisi ke-2). Jakarta:


Prenada media group.

Danusantoso, H. (2013). Ilmu penyakit paru (Edisi ke-2). Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Dewi, H. W. (2015). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan


pasien tuberculosis paru tahap lanjutan untuk minum obat di RS Rumah
Sehat Terpadu Tahun 2015. Jurnal Administrasi Rumah Sakit, 2(1). Diakses
dari http://journal.fkm.ui.ac.id/arsi/article/download/2186/724

Dinas Kesehatan Kota Medan. (2016). Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2016.
Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/
PROFIL_KAB_KOTA_2016/1275_Sumut_Kota_Medan_2016.pdf

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2017). Profil Kesehatan Sumatera


Utara Tahun 2017. Diakses dari http://dinkes.sumutprov.go.id/v2/
download.html

Firman, M. S. (2013). Analisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan


minum obat pasien TB paru berdasarkan Health belief model di wilayah
kerja Puskesmas Umbulsari, Kab Jember. Jurnal Airlangga,1(3),196.
Diakses dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ijchnb390ed3e47full.pdf

Gendhis, I. D. (2011). Hubungan antara pengetahuan, sikap pasien dan dukungan


keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB paru di BKPM Pati.
Jurnal STIKES Tolegorejo Semarang, 14(3),170. Diakses dari
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/dow
nload/89/116

Hasni. (2016). Metode penelitian kesehatan. Jayapura: In media.

Infodatin (2018). Tuberkulosis. Diakses dari http://www.pisdatin.kemkes.go.id/


article/view/181011500001/infodatin-tuberkulosis-2018.html.

77
Universitas Sumatera Utara
78

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian


Tuberculosis. Diakses dari http://www.dokternida.rekansejawat.com/
dokumen/DEPKES-PedomanNasional-Penanggulangan-TBC-2011-
Dokternida.com.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia.


Diakses dari http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=18091700006.

Lissa, I. D., Titik H., & Tri, P. K. (2015). Kepatuhan berobat penderita TB paru
di Puskesmas Nguntoronadi I Kab. Wonogiri. Jurnal Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo.15(2).97. Diakses dari http://journals.ums.ac.id/
index.php/JK/article/download/3406/2161

Misnadiarly. (2006). Penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru. Jakarta: Grafika
Mardi Yuana.

Murtantiningsih, (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab putus


obat pasien tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jongaya Makasar.
Jurnal Makasar Kesehatan, 10(3).79. Diakses dari
ejournal2.undip.ac.id/index.php/jpk/article/view/585

Ningsih, W. (2016). faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan pengobatan


penderita TB paru di Puskesmas Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
Serdang. (skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62614.

Niven, N. (2002). Psikologi kesehatan: Pengantar untuk perawat & profesional


kesehatan lain. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. (Edisi revisi).


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang


penanggulangan tuberculosis.

Priska, P. H. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat


pasien tuberculosis paru di lima Puskesmas di Kota Manado. Jurnal
kedokteran komunitas dan tropic. II(1). Diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id

Rab, H. (2013).Ilmu penyakit paru (Edisi ke-2). Jakarta: Trans Info Media.

Sugiyono. (2016). Metode penelitian, kuantitatif, kualitatif dan R&D (Edisi ke-
23). Bandung: Alfabeta.

Universitas Sumatera Utara


79

Syafrida & Faisya, A. F. (2010). Determinant of with tuberculosis treatment


patient public health center in Palembang. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
4(3), 197-210. Diakses darihttp://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm
/article/view/293.

Suyami (2015), Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat


pada pasien TB Paru di Puskesmas Trucuk II Klaten. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 12(24), 52-61. Diakses dari https://lib.unnes.ac.id/27967/1/
6411411043.pdf.
s
Ulfah., Windiyaningsih, C., Abidin. Z., & Murtiani. (2015). Factors related to
medication adherence in pulmonary tuberculosis patients. The Indonesian
Journal of Infectious Diseases, 4(1). Diakses dari http://ijid-
rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/download/44/p

WHO. (2018). Global Tuberculosis Report. Diakses dari


https://www.publichealthupdate.com/global-tuberculosis-report-201world-
health-organization/.

Widyastuti, H. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan


berobat pasien TB paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota
Pekalongan (skripsi Universitas Negeri Semarang). Diakses dari
https://lib.unnes.ac.id/27967/1/6411411043.pdf.

Yunie, A. D. (2012). Hubungan anatara pengetahuan, sikap pasien dan dukungan


keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB paru di BKPM Pati.
Jurnal Kesehatan Masayarakat. 20(2).54. Diakses dari
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukepera
watan/article/download/89/116.

Universitas Sumatera Utara


80

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS
GLUGUR DARAT KECAMATAN MEDAN TIMUR TAHUN 2019

A. Karakteristik Responden

1. Umur :

2. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Pendidikan : a. Tidak tamat SD b. SD c.SLT

d. SLTA e. Akademi/Sarjana

4. Pekerjaan : 1. Tidak bekerja 2. Bekerja

B. Pengetahuan Penderita TB Tentang Penyakit TB Paru


Petunjuk pengisian

a) Bacalah dengan sebaik-baiknya setiap pertanyaan dan setiap jawaban

yang diberikan.

b) Pilih jawaban yang paling sesuai menurut anda dan berikan tanda silang (x)

pada salah satu jawaban yang menurut anda benar

c) Penilaian Jawaban Benar nilai 1

Jawaban Salah nilai 0

1. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan penyakit TB paru?

a. Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang paru dan

masih bisa disembuhkan

b. Penyakit batuk berdarah yang disebabkan karena keturunan

c. Penyakit yang disebabkan karena guna-guna

Universitas Sumatera Utara


81

2. Menurut Anda mengapa dibutuhkan waktu yang lama dalam pengobatan?

a. Karena pengobatan pada tahap awal (2-3 bulan) bertujuan untuk

membunuh kuman dan pada tahap lanjutan (4-5 bulan) bertujuan untuk

mencegah kuman aktif kembali.

b. Karena tidak mudah untuk meningkatkan hormon insulin dalam

tubuh c. Karena belum ditemukan pengobatan yang lebih canggih

3. Menurut Anda mengapa harus periksa dahak sebanyak tiga kali di awal

pengobatan?

a. Untuk memastikan bahwa orang tersebut sakit TB atau tidak

b. Untuk membersihkan tenggorokan dari kotoran

c. Untuk membuat dahak jadi lebih bersih.

4. Menurut anda melalui apa penyakit TB paru dapat Menular ?

a. Percikan dahak penderita TB paru

b. Air Kencing

c. Keringat

5. Tahap apa sajakah yang terdapat dalam pengobatan TB paru yang anda

ketahui?

a. Tahap awal dan tahap lanjutan

b. Tahap awal dan tahap intensif

c. Tahap pendiagnosaan, tahap awal, dan tahap akhir

6. Berapa lama total pengobatan TB paru yang Anda ketahui?

a. Pengobatan selama 6 bulan disertai minum obat secara teratur

b. Pengobatan selama 2 bulan disertai suntik obat secara teratur

Universitas Sumatera Utara


82

c. Lama pengobatan tidak pasti

7. Apakah akibatnya jika obat TB tidak diminum secara teratur hingga habis?

a. Kuman menjadi kebal terhadap obat dan penyakit tidak sembuh serta dapat

menular

b. Penyakit dapat sembuh dengan sendirinya

c. Tidak ada akibatnya

8. Menurut Anda langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah

penularan TB paru?

a. Menggunakan masker saat berada di luar ruangan dan tidak meludah

sembarangan

b. Mengonsumsi makanan berkualitas tinggi dan memiliki harga jual yang

tinggi

c. Tidak merokok di sembarang tempat

9. Menurut Anda apa pentingnya minum obat secara teratur?

a. Agar cepat sembuh dari TB dan mencegah penyakit untuk

bertambah parah

b. Agar tidak menularkan penyakit TB ke orang sekitar

c. Untuk menghilangkan gejala batuk-batuk

10. Menurut Anda apa manfaat dari pemeriksaan dahak dan photo rontgen?

a. Untuk memastikan status penyakit TB paru, memantau kemajuan

pengobatan dan memastikan kesembuhan

b. Untuk membakar kuman penyakit TB

c. Tidak ada manfaatnya

Universitas Sumatera Utara


83

C. Sikap Penderita TB

a) Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat

saudara b) Berikan tanda contreng (√) pada jawaban yang anda pilih.

Keterangan jawaban :

a. Sangat setuju (SS) dengan nilai 4

b. Setuju (S) dengan nilai 3

c. Tidak setuju (TS) dengan nilai 2

d. Sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 1

NO Pertanyaan SS S TS STS
1. Penyakit TB paru dapat disembuhkan apabila saya
melakukan pengobatan yang disiplin dan teratur.
2. Saya yakin pengobatan yang saya jalani
bermanfaat bagi hidup saya.
3. Walaupun efek samping OAT sangat tidak
nyaman, saya akan tetap melakukan terapi obat.
4. Walaupun tidak ada PMO, saya akan tetap
meminum OAT
5. Penyakit TB paru akan bertambah parah apabila
sering lupa minum obat maka saya akan minum
obat secara teratur.
6. Pada tahap awal pengobatan, saya harus minum
obat setiap hari selama 2-3 bulan.
7. Pada tahan lanjutan pengobatan, saya harus
minum OAT sebanyak 3x seminggu selama 4-5
bulan.

D. Ketersedian OAT

1. Apakah OAT selalu tersedia pada saat jadwal pengambilan obat di

Puskesmas ?

a. Ya b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


84

2. Bagaimana kualitas OAT yang Anda peroleh dari Puskesmas ?

a. Baik b. Tidak baik

E. Motivasi Petugas Kesehatan.

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara.

1. Apakah petugas memberikan semangat/motivasi kepada Anda agar cepat

sembuh?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah petugas kesehatan menanyankan keadaan dan kemajuan

pengobatan yang anda jalani?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah petugas memberikan penjelasan tentang pentingnya

menjalani pengobatan secara teratur hingga tuntas?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah petugas mendengarkan setiap keluhan Anda dan membantu

mengatasi keluhan tersebut?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah petugas memberikan penjelasan mengenai aturan minum obat

meliputi jumlah butir obat yang ditelan, cara, dan jadwal minum

obat? a. Ya b. Tidak

6. Apakah petugas memberikan informasi gejala efek samping yang

mungkin terjadi dan cara mengatasinya?

a. Ya b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


85

7. Apakah petugas kesehatan memberikan penyuluhan kesehatan kepada

keluarga penderita TB?

a. Ya b. Tidak

F. Peran PMO

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara.

1. Apakah PMO anda mengingatkan untuk minum obat secara teratur dan tidak

terputus?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah PMO anda mengingatkan anda untung datang berobat dan

memeriksakan dahak sesuai jadwal yang ditentukan?

a. Ya b. Tdak

3. Apakah PMO anda memberikan semangat dan dorongan kepada anda untuk

berobat secara teratur?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah PMO anda sangat peduli bahwa anda sudah minum obat atau belum

hari ini?

a. Ya b. Tidak

G. KEPATUHAN BEROBAT

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara.

1. Apakah anda selalu mematuhi petunjuk petugas kesehatan dalam menelan

obat?

a. Ya b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


86

2. Apakah anda selalu minum obat pada jam yang sama setiap hari selama

pengobatan?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah anda pernah mengurangi jumlah butir obat yang harus anda

minum?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah anda mengambil obat ke Puskesmas sesuai jadwal yang

ditentukan?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah anda memeriksakan dahak secara teratur selama pengobatan?

a. Ya b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


87

Lampiran 2. Surat Survei Pendahuluan

Universitas Sumatera Utara


88

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


89

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


90

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


91

Lampiran 6. Master Data

R U U J D P K P P P P P P P P P P P P P S S S S S S S S S K K K K MMMMMMMMMR R R R R R R T T T T T T
R R K D K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 T K 1 2 3 4 5 6 7 T K 1 2 T K 1 2 3 4 5 6 7 T K 1 2 3 4 T K 1 2 3 4 5 T K
1 0
1 26 2 1 4 1 4 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 9 1 3 3 3 3 3 4 3 21 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 2 1 4 2 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1
2 25 2 1 4 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 7 2 4 3 3 3 3 4 3 22 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 2 6 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1
3 69 3 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 17 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2
4 18 1 2 4 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 5 2 3 4 3 3 4 3 3 20 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 2 1 6 1 1 1 1 2 3 1 1 2 1 1 2 3 2
5 22 1 2 3 1 4 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 6 2 3 3 3 3 3 2 2 19 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 2 2 4 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2
6 28 2 2 4 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 8 1 4 4 3 3 4 3 3 24 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1
7 25 2 2 4 1 4 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 6 2 3 3 3 3 3 3 2 20 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 4 2 1 1 1 1 4 1 2 2 1 2 2 1 2
8 42 2 1 3 1 4 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 5 2 3 3 3 3 3 3 2 20 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 1 2 4 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 2
9 64 3 1 4 1 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 4 3 3 4 2 2 21 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 2 1 4 2 1 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 3 2
10 38 2 1 4 1 4 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 5 2 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 5 1
11 21 1 1 4 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 2 1 5 1 2 2 2 2 0 2 1 1 1 1 1 5 1
12 61 3 1 4 1 4 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 5 2 3 3 2 3 3 2 2 18 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 3 2
13 57 3 1 3 1 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 2 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 2 2 1 1 1 2 1 4 2 1 1 1 1 4 2 2 1 1 1 2 3 2
14 61 3 1 3 1 4 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 5 2 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 1 4 2
15 53 3 1 3 1 4 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 8 1 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 1 2 5 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1
16 24 1 2 4 1 4 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 16 1 1 1 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2
17 37 2 1 4 1 4 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 8 1 3 3 2 2 3 3 3 18 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 1 2 3 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 4 2
18 24 1 1 3 1 4 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 5 2 4 3 3 3 3 3 3 22 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 1 2 4 2 1 2 1 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2
19 58 3 1 4 1 4 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 3 3 4 4 4 4 26 1 1 1 4 1 2 1 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 0 2 1 1 1 1 1 5 1
20 25 2 2 4 1 4 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 5 2 3 3 2 2 2 3 3 17 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 2 2 4 2 1 2 1 1 3 1 1 2 1 2 1 3 2
21 66 3 2 4 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1 4 2

Universitas Sumatera Utara


92

22 53 3 1 4 1 4 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 5 2 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 4 2
23 23 1 1 4 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 8 1 3 3 2 2 3 3 3 19 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1
24 55 3 1 4 1 4 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 5 2 3 3 2 3 3 2 2 17 1 1 1 4 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 3 2
25 44 2 2 4 1 4 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 8 1 4 3 2 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 2 2 1 1 1 2 1 4 2 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 1 4 2
26 54 3 1 4 1 3 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 6 2 4 3 3 3 4 3 3 24 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 2 1 4 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 4 2
27 26 2 1 4 1 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 3 3 3 3 1 3 3 22 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 1 2 4 2 1 1 1 1 4 1 1 2 2 1 1 3 2
28 39 2 2 4 1 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 5 2 3 3 3 3 3 3 3 22 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1
29 29 2 2 4 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 8 1 3 4 2 3 4 3 3 24 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 1 1 4 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 5 1
30 51 3 1 4 1 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 3 4 3 4 4 4 3 25 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 2 1 4 2 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1
31 25 2 1 4 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 3 4 2 3 3 3 3 21 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 5 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 5 1
32 31 2 1 4 1 4 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 1 1 1 2 2 1 1 5 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 4 2

33 51 3 1 3 1 4 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 6 2 3 3 3 4 3 4 3 23 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 2 1 4 2 1 1 1 1 4 1 2 2 1 1 1 3 2

34 53 3 2 4 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 5 2 3 3 3 4 3 3 3 22 1 1 1 4 1 2 2 1 1 1 2 1 5 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

35 51 3 1 4 1 4 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 6 2 4 4 3 4 4 4 4 26 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 2 2 4 2 2 1 2 2 0 1 1 2 1 1 2 3 2

36 35 2 2 5 2 4 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 8 1 4 4 4 4 4 4 4 28 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

37 21 1 2 4 1 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 4 3 2 4 3 3 22 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 2 1 5 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

38 29 2 1 5 2 4 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 9 1 4 4 3 3 3 4 4 25 1 1 1 4 1 2 2 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

39 15 1 2 3 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 5 2 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

40 43 2 1 4 1 4 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 9 1 3 3 3 2 3 2 2 19 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 1 1 6 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

41 40 2 1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 4 3 3 3 3 3 23 1 1 1 4 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 0 2 1 2 1 2 1 3 2

Universitas Sumatera Utara


93

42 28 2 1 4 1 4 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 5 2 3 4 3 3 3 2 3 21 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

43 24 1 2 5 2 4 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 6 2 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 1 2 4 2 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1 4 2

44 31 2 1 3 1 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 2 2 4 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 3 2

45 31 2 1 5 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

46 55 3 2 3 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 4 2 4 3 3 3 3 2 2 16 1 1 1 4 1 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2

47 35 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 9 1 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 1 2 1 1 1 2 1 5 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

48 31 2 1 3 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 3 2

49 27 2 1 4 1 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 3 3 2 3 3 3 3 20 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 2 1 3 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 3 2

50 30 2 2 4 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 5 2 3 3 2 3 2 3 3 20 1 1 1 4 1 1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 0 2 2 1 1 2 1 3 2

51 42 2 1 3 1 4 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 21 1 1 1 4 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 4 2

52 28 2 2 4 1 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 3 3 3 3 3 3 22 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 2 2 2 2 0 2 1 1 1 1 1 5 1

53 50 3 1 4 1 4 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 14 2 1 1 4 1 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 4 2

Universitas Sumatera Utara


94

KETERANGAN

R : Responden P : Pengetahuan M : Motivasi petugas kesehatan

UR : Umur Responden PT : pengetahuan Total MT : Motivasi petugas kesehatan Total

UR1: Kategori Umur Responden PK : Pengetahuan Kategori MK: Motivasi petugas kesehatan Kategori

PD : Pendidikan S : Sikap Penderita R : Peran PMO

1 : Rendah ST : Sikap Total RT : Peran PMO Total

2 : Tinggi SK : Sikap Kategori RK : Peran PMO Kategori

PK : Pekerjaan K : Ketersediaan OAT T: Kepatuhan

1 : Tidak bekerja KT : Ketersediaan Total TT : Kepatuhan Total

2 : Bekerja KK : Ketersediaan Kategori TK : Kepatuhan Kategori

Universitas Sumatera Utara


95

Lampiran 7. Analisis Data

OUTPUT

ANALISIS UNIVARIAT

Frequency Table

Umur responden

Freque Cumulative
ncy Percent Valid Percent Percent
Valid 15-24 tahun 9 17.0 17.0 17.0
25-49 tahun 27 50.9 50.9 67.9
>50 tahun 17 32.1 32.1 100.0
Total 53 100.0 100.0

Kategori Umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Muda 9 17.0 17.0 17.0
Dewasa 27 50.9 50.9 67.9
Tua 17 32.1 32.1 100.0
Total 53 100.0 100.0

Jenis kelamin Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 33 62.3 62.3 62.3
Perempuan 20 37.7 37.7 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


96

Pendidikan responden

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent
Valid SD 1 1.9 1.9 1.9
SLTP 12 22.6 22.6 24.5
SLTA 36 67.9 67.9 92.5
Sarjana 4 7.5 7.5 100.0
Total 53 100.0 100.0

Kategori pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 49 92.5 92.5 92.5
tinggi 4 7.5 7.5 100.0
Total 53 100.0 100.0

Pekerjaan responden

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak
12 22.6 22.6 22.6
bekerja/IRT
PNS 3 5.7 5.7 28.3
Wiraswasta 38 71.7 71.7 100.0
Total 53 100.0 100.0

Kategori pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak bekerja
12 22.6 22.6 22.6

bekerja 41 77.4 77.4 100.0


Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


97

Pengetahuan

Menurut anda apa yang dimaksud dengan penyakit TB paru?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 33 62.3 62.3 62.3
Salah 20 37.7 37.7 100.0
Total 53 100.0 100.0

Menurut anda mengapa dibutuhkan waktu yang lama


dalam pengobatan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 16 30.2 30.2 30.2
Salah 37 69.8 69.8 100.0
Total 53 100.0 100.0

Menurut anda mengapa harus periksa dahak sebanyak tiga kali di


awal pengobatan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 40 75.5 75.5 75.5
Salah 13 24.5 24.5 100.0
Total 53 100.0 100.0

Menurut anda melalui apa penyakit TB paru dapat Menular ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 34 64.2 64.2 64.2
Salah 19 35.8 35.8 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


98

Tahap apa sajakah yang terdapat dalam pengobatan TB paru yang


anda ketahui?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 17 32.1 32.1 32.1
Salah 36 67.9 67.9 100.0
Total 53 100.0 100.0

Berapa lama total pengobatan TB paru yang Anda ketahui?

Cumulative
S Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 43 81.1 81.1 81.1
Salah 10 18.9 18.9 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah akibatnya jika obat TB tidak diminum secara teratur


hingga habis?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 41 77.4 77.4 77.4
Salah 12 22.6 22.6 100.0
Total 53 100.0 100.0

Menurut Anda langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk


mencegah penularan TB paru?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 30 56.6 56.6 56.6
Salah 23 43.4 43.4 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


99

Menurut Anda apa pentingnya minum obat secara teratur?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 36 67.9 67.9 67.9
Salah 17 32.1 32.1 100.0
Total 53 100.0 100.0

Menurut Anda apa manfaat dari pemeriksaan dahak dan photo rontgen?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 38 71.7 71.7 71.7
Salah 15 28.3 28.3 100.0
Total 53 100.0 100.0

Kategori pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 21 39.6 39.6 39.6
Kurang 32 60.4 60.4 100.0
Total 53 100.0 100.0

Sikap Penderita TB Paru

Penyakit TB paru dapat disembuhkan apabila saya


melakukan pengobatan yang disiplin dan teratur.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 39 73.6 73.6 73.6
sangat setuju 14 26.4 26.4 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


100

Saya yakin pengobatan yang saya jalani bermanfaat bagi hidup saya
.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 39 73.6 73.6 73.6
sangat setuju 14 26.4 26.4 100.0
Total 53 100.0 100.0

Walaupun efek samping OAT sangat tidak nyaman, saya akan


tetap melakukan terapi obat.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 12 22.6 22.6 22.6
Setuju 40 75.5 75.5 98.1
sangat setuju 1 1.9 1.9 100.0
Total 53 100.0 100.0

Walaupun tidak ada PMO, saya akan tetap meminum OAT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 6 11.3 11.3 11.3
Setuju 41 77.4 77.4 88.7
sangat setuju 6 11.3 11.3 100.0
Total 53 100.0 100.0

Penyakit TB paru akan bertambah parah apabila sering lupa minum


obat maka saya akan minum obat secara teratur.

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sangat tidak setuju
1 1.9 1.9 1.9
tidak setuju 4 7.5 7.5 9.4
Setuju 38 71.7 71.7 81.1
sangat setuju 10 18.9 18.9 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


101

Pada tahap awal pengobatan, saya harus minum obat setiap hari selama 2-
3 bulan.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 9 17.0 17.0 17.0
Setuju 36 67.9 67.9 84.9
sangat setuju 8 15.1 15.1 100.0
Total 53 100.0 100.0

Pada tahan lanjutan pengobatan, saya harus minum OAT sebanyak


3x seminggu selama 4-5 bulan.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 10 18.9 18.9 18.9
Setuju 39 73.6 73.6 92.5
sangat setuju 4 7.5 7.5 100.0
Total 53 100.0 100.0

kategori sikap TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 53 100.0 100.0 100.0

Ketersedian OAT

Apakah OAT selalu tersedia pada saat jadwal pengambilan obat di


Puskesmas ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 51 96.2 96.2 96.2
tidak 2 3.8 3.8 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


102

Bagaimana kualitas OAT yang Anda peroleh dari Puskesmas ?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 53 100.0 100.0 100.0

Kategori Ketersediaan OAT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 51 96.2 96.2 96.2
kurang 2 3.8 3.8 100.0
Total 53 100.0 100.0

Motivasi Petugas kesehatan

Apakah petugas memberikan semangat/motivasi kepada Anda agar


cepat sembuh?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 28 52.8 52.8 52.8
Tidak 25 47.2 47.2 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah petugas kesehatan menanyankan keadaan dan


kemajuan pengobatan yang anda jalani?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 28 52.8 52.8 52.8
Tidak 25 47.2 47.2 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


103

Apakah petugas memberikan penjelasan tentang pentingnya


menjalani pengobatan secara teratur hingga tuntas?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 45 84.9 84.9 84.9
Tidak 8 15.1 15.1 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah petugas mendengarkan setiap keluhan Anda dan


membantu mengatasi keluhan tersebut?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 17 32.1 32.1 32.1
Tidak 36 67.9 67.9 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah petugas memberikan penjelasan mengenai aturan minum


obat meliputi jumlah butir obat yang ditelan, cara, dan jadwal minum
obat?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 48 90.6 90.6 90.6
Tidak 5 9.4 9.4 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah petugas memberikan informasi gejala efek samping yang


mungkin terjadi dan cara mengatasinya?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 21 39.6 39.6 39.6
Tidak 32 60.4 60.4 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


104

Apakah petugas kesehatan memberikan penyuluhan kesehatan


kepada keluarga penderita TB?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 29 54.7 54.7 54.7
tidak 24 45.3 45.3 100.0
Total 53 100.0 100.0

kategori motivasi petugas kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 19 35.8 35.8 35.8
kurang 34 64.2 64.2 100.0
Total 53 100.0 100.0

Peran PMO

Apakah PMO anda mengingatkan untuk minum obat secara teratur


dan tidak terputus?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 44 83.0 83.0 83.0
Tidak 9 17.0 17.0 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah PMO anda mengingatkan anda untung datang berobat


dan memeriksakan dahak sesuai jadwal yang ditentukan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 37 69.8 69.8 69.8
Tidak 16 30.2 30.2 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


105

Apakah PMO anda memberikan semangat dan dorongan kepada


anda untuk berobat secara teratur?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 34 64.2 64.2 64.2
Tidak 19 35.8 35.8 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah PMO anda sangat peduli bahwa anda sudah minum obat
atau belum hari ini?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 30 56.6 56.6 56.6
Tidak 23 43.4 43.4 100.0
Total 53 100.0 100.0

Kategori Peran PMO

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 31 58.5 58.5 58.5
Kurang 22 41.5 41.5 100.0
Total 53 100.0 100.0

Kepatuhan

Apakah anda selalu mematuhi petunjuk petugas kesehatan dalam


menelan obat?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 47 88.7 88.7 88.7
Tidak 6 11.3 11.3 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


106

Apakah anda selalu minum obat pada jam yang sama setiap hari
selama pengobatan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 32 60.4 60.4 60.4
Tidak 21 39.6 39.6 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah anda pernah mengurangi jumlah butir obat yang harus


anda minum?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 45 84.9 84.9 84.9
Tidak 8 15.1 15.1 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah anda mengambil obat ke Puskesmas sesuai jadwal


yang ditentukan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 43 81.1 81.1 81.1
Tidak 10 18.9 18.9 100.0
Total 53 100.0 100.0

Apakah anda memeriksakan dahak secara teratur selama pengobatan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 41 77.4 77.4 77.4
Tidak 12 22.6 22.6 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


107

Kategori Kepatuhan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Patuh 32 60.4 60.4 60.4
Tidak patuh 21 39.6 39.6 100.0
Total 53 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


108

ANALISIS BIVARIAT

Crosstabs

Umur responden * Kategori Kepatuhan

Umur responden * Kategori Kepatuhan Crosstabulation


Kategori Kepatuhan
Tidak
Patuh patuh Total
Umur Muda Count 5 4 9
responden % within Umur
55.6% 44.4% 100.0%
responden
Dewasa Count 18 9 27
% within Umur
66.7% 33.3% 100.0%
responden
Tua Count 9 8 17
% within Umur
52.9% 47.1% 100.0%
responden
Total Count 32 21 53
% within Umur
60.4% 39.6% 100.0%
responden

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square .927 2 .629
Likelihood Ratio .929 2 .629
Linear-by-Linear Association .114 1 .736
N of Valid Cases 53
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 3.57.

Universitas Sumatera Utara


109

Jenis kelamin Responden * Kategori Kepatuhan

Crosstab
Kategori
Kepatuhan
Tidak
Patuh patuh Total
Jenis kelamin Laki-laki Count 20 13 33
Responden % within Jenis 100.0
60.6% 39.4%
kelamin Responden %
Perempu Count 12 8 20
an % within Jenis 100.0
60.0% 40.0%
kelamin Responden %
Total Count 32 21 53
% within Jenis 100.0
60.4% 39.6%
kelamin Responden %

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significanc Exact Sig. Exact Sig.
Value df e (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .002 1 .965
Continuity
b .000 1 1.000
Correction
Likelihood Ratio .002 1 .965
Fisher's Exact Test 1.000 .595
Linear-by-Linear .002 1 .965
Association
N of Valid Cases 53
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 7.92.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


110

Kategori pendidikan * Kategori Kepatuhan

Crosstab
Kategori Kepatuhan
Tidak
Patuh patuh Total
Kategori rendah Count 28 21 49
pendidikan % within Kategori
57.1% 42.9% 100.0%
pendidikan
tinggi Count 4 0 4
% within Kategori
100.0% 0.0% 100.0%
pendidikan
Total Count 32 21 53
% within Kategori
60.4% 39.6% 100.0%
pendidikan

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significanc Exact Sig. Exact Sig.
Value Df e (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 2.839 1 .092
Continuity
b 1.330 1 .249
Correction
Likelihood Ratio 4.249 1 .039
Fisher's Exact Test .143 .123
Linear-by-Linear
Association 2.786 1 .095
N of Valid Cases 53
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.58.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


111

Kategori pekerjaan * Kategori Kepatuhan

Crosstab
Kategori Kepatuhan
Tidak
Patuh patuh Total
Kategori tidak Count 7 5 12
pekerjaan bekerj % within Kategori
a 58.3% 41.7% 100.0%
pekerjaan
Count 25 16 41
bekerja % within Kategori
61.0% 39.0% 100.0%
pekerjaan
Total Count 32 21 53
% within Kategori
60.4% 39.6% 100.0%
pekerjaan

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .027 1 .869
Continuity
Correction
b .000 1 1.000
Likelihood Ratio .027 1 .870
Fisher's Exact Test 1.000 .562
Linear-by-Linear
Association .027 1 .870
N of Valid Cases 53
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4.75.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


112

Kategori pengetahuan * Kategori Kepatuhan

Crosstab
Kategori Kepatuhan
Tidak
Patuh patuh Total
Kategori Baik Count 18 3 21
pengetahuan % within Kategori
85.7% 14.3% 100.0%
pengetahuan
Kurang Count 14 18 32
% within Kategori
43.8% 56.3% 100.0%
pengetahuan
Total Count 32 21 53
% within Kategori
60.4% 39.6% 100.0%
pengetahuan

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 9.333 1 .002
Continuity
b 7.662 1 .006
Correction
Likelihood Ratio 10.089 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear 9.157 1 .002
Association
N of Valid Cases 53
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8.32.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


113

kategori sikap penderita TB * Kategori Kepatuhan ?

Crosstab
Kategori Kepatuhan
Tidak
Patuh patuh Total
kategori sikap TB Baik Count 22 31 53
Total % within kategori
41.5% 58.5% 100.0%
sikap TB Total
Total Count 22 31 53
% within kategori
41.5% 58.5% 100.0%
sikap TB Total

Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square .
N of Valid Cases 53
a. No statistics are computed because kategori sikap TB Total is a constant.

Kategori Ketersediaan OAT * Kategori Kepatuhan

Crosstab
Kategori Kepatuhan
Tidak
Patuh patuh Total
Kategori baik Count 31 20 51
Ketersediaan OAT % within Kategori
Ketersediaan OAT 60.8% 39.2% 100.0%
kurang Count 1 1 2
% within Kategori
50.0% 50.0% 100.0%
Ketersediaan OAT
Total Count 32 21 53
% within Kategori
60.4% 39.6% 100.0%
Ketersediaan OAT

Universitas Sumatera Utara


114

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .094 1 .760
Continuity
b .000 1 1.000
Correction
Likelihood Ratio .092 1 .762
Fisher's Exact Test 1.000 .640
Linear-by-Linear .092 1 .762
Association
N of Valid Cases 53
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.79.
b. Computed only for a 2x2 table

kategori motivasi petugas kesehatan * Kategori Kepatuhan

Crosstab
Kategori Kepatuhan
Tidak
Patuh patuh Total
kategori motivasi baik Count 18 1 19
petugas kesehatan % within kategori
motivasi petugas 94.7% 5.3% 100.0%
kesehatan
kurang Count 14 20 34
% within kategori
motivasi petugas 41.2% 58.8% 100.0%
kesehatan
Total Count 32 21 53
% within kategori
motivasi petugas 60.4% 39.6% 100.0%
kesehatan

Universitas Sumatera Utara


115

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 14.616 1 .000
Continuity
b 12.463 1 .000
Correction
Likelihood Ratio 17.269 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 14.340 1 .000
N of Valid Cases 53
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7.53.
b. Computed only for a 2x2 table

Kategori Peran PMO * Kategori Kepatuhan

Crosstab
Kategori Kepatuhan
Tidak
Patuh patuh Total
Kategori Peran Baik Count 22 9 31
PMO % within Kategori
Peran PMO 71.0% 29.0% 100.0%
Kurang Count 10 12 22
% within Kategori
45.5% 54.5% 100.0%
Peran PMO
Total Count 32 21 53
% within Kategori
60.4% 39.6% 100.0%
Peran PMO

Universitas Sumatera Utara


116

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 3.501 1 .061
b2.516
Continuity Correction 1 .113
sLikelihood Ratio 3.506 1 .061
Fisher's Exact Test .089 .056
Linear-by-Linear 3.435 1 .064
Association
N of Valid Cases 53
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.72.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai