Anda di halaman 1dari 113

ANALISIS PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI

PUSKESMAS SENTOSA BARU KECAMATAN MEDAN


PERJUANGAN

SKRIPSI

Oleh

DAMIAN JULFIANI
NIM: 141000073

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI
PUSKESMAS SENTOSA BARU KECAMATAN MEDAN
PERJUANGAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DAMIAN JULFIANI
NIM: 141000073

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“ANALISIS PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI

PUSKESMAS SENTOSA BARU KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN”

seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini

Medan, Oktober 2018

DAMIAN JULFIANI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji dan dipertahankan

Pada Tanggal : 09 Oktober 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Fauzi, SKM


Anggota : 1. Destanul Aulia, S.K.M., MBA., M.Ec., Ph.D
2. dr. Rusmalawaty, M.kes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang


terhadap suatu penyakit, sehingga kelak jika terpapar penyakit tidak akan
menderita penyakit tersebut. Pelaksanaan imunisasi puskesmas merupakan unsur
yang sangat penting dalam pelayanan imunisasi mereka mempunyai tanggung
jawab yang besar dalam keberhasilan program imunisasi. Pada tahun 2016,
pencapaian imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Sentos Baru Kecamatan Medan
Perjuangan sebesar 63,5%, kondisi ini masih dibawah target yang ditetapkan
pemerintah yaitu 95%. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan pencapaian
imunisasi dasar lengkap yang diduga karena belum optimalnya pelaksanaan
imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan imunisasi dasar
lengkap oleh petugas puskesmas di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
menganalisis pelaksanaan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas
Sentosa Baru. Informan pada penelitian ini sebanyak 8 orang yang terdiri dari 1
orang kepala Puskesmas, 1 orang koordinator imunisasi, 2 orang pelaksana
imunisasi, 2 orang kader dan 2 orang ibu balita. Pengumpulan data meliputi data
primer dengan pedoman wawancara dan data sekunder. Analisa data yang
dilakukan dengan mengkomparasikan hasil penelitian dengan teori dan
kepustakaan yang ada. Hasil penlitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan
pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru untuk program imunisasi
masih belum baik. Perencanaan bulanan dan lokakarya bulanan di Puskemas
Sentosa Baru tidak rutin dilakukan setiap bulan. Pimpinan puskesmas hanya
memantau kegiatan imunisasi melalui laporan yang diberikan oleh pelaksana
imunisasi. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengikuti kegiatan
imunisasi masih kurang. Perlu koordinasi bersama dari pimpinan puskesmas
beserta seluruh staf puskesmas untuk memperbaiki pelaksanaan dalam kegiatan
imunisasi puskesmas untuk peningkatan kinerja puskesmas terutama program
imunisasi sehingga target bisa tercapai.

Kata kunci: Imunisasi, Pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Immunization is a way to increase a person's immunity against a disease, so that


later if exposed to the disease will not suffer from the disease. The implementation
of puskesmas immunization is a very important element in immunization services
they have a great responsibility in the success of the immunization program. In
2016, achieving complete basic immunization at the Sentos Baru Health Center in
Medan Perjuangan District was 63.5%, this condition is still below the target set
by the government of 95%. This shows that there is a gap in the achievement of
complete basic immunization which is thought to be due to the lack of optimal
immunization. The purpose of this study was to analyze the implementation of
complete basic immunization by health center staff at the Sentosa Baru Health
Center in Medan Perjuangan District. This research is a qualitative research that
aims to analyze the implementation of complete basic immunization in the
working area of the Sentosa Baru Health Center. The informants in this study
were 8 people consisting of 1 head of Puskesmas, 1 immunization coordinator, 2
immunization implementers, 2 cadres and 2 mothers of toddlers. Data collection
includes primary data with interview guidelines and secondary data. Data
analysis is done by comparing the results of research with existing theories and
literature. The results of the study show that overall immunization at the Sentosa
Baru Health Center for immunization programs is still not good. Monthly
planning and monthly workshops at the Sentosa Baru Puskemas are not routinely
carried out every month. Puskesmas leaders only monitor immunization activities
through reports provided by immunization implementers. Knowledge and
awareness of the community to take part in immunization activities is still lacking.
Need joint coordination from the head of the puskesmas and all the puskesmas
staff to improve the implementation of the puskesmas immunization activities to
improve the performance of the puskesmas especially the immunization program
so that the target can be achieved.

Key words: Immunization, Complete Basic Immunization Implementation

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan

anugrah berlimpah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “ANALISIS PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR

LENGKAP DI PUSKESMAS SENTOSA BARU KECAMATAN MEDAN

PERJUANGAN”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada orangtua penulis

terkasih, Ayahanda Daulat Sangkot Nainggolan dan Ibunda Gustaria Sidabutar

dan semua keluarga yang senantiasa memberi motivasi dan pengorbanannya baik

dari segi moril maupun materil serta memberikan kasih sayang, semangat,

perhatian serta doa yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatam ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

4. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing saya, yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan selama

proses penyelesaian skripsi ini berlangsung.

5. Destanul Aulia, SKM, MBA, MEc, PhD, selaku Dosen Penguii I, yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, kritik dan

saran selama proses penyelesaian skripsi ini berlangsung.

6. dr. Rusmalawaty, MKM selaku Dosen Penguii II, yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran selama

proses penyelesaian skripsi ini berlangsung.

7. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada

penulis selama masa perkuliahan

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan

wawasan kepada penulis selama proses perkuliahan.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. dr. Jusup Paska Ginting beserta staf yang telah memberikan dukungan

kerjasama dan kesempatan untuk melakukan penelitian di wilayah kerja

Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Untuk itu penulis menguarapkan kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi. Akhir kata penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan pengetahuan.

Medan, Oktober 2018


Penulis

Damian Julfiani

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i


HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
RIWAYAT HIDUP xiii

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 9
Tujuan Penelitian 9
Tujuan Umum 9
Tujuan Khusus 9
Manfaat Penelitian 10

TINJAUAN PUSTAKA 11
Imunisasi 11
Pengertian Imunisasi 11
Tujuan Pemberian Imunisasi 12
Macam-macam Imunisasi 12
Jenis-jenis Imunisasi 14
Jadwal Pemberian Imunisasi 18
Cakupan Program Imunisasi 18
Puskesmas 19
Pengertian Puskesmas 19
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas 20
Program Kesehatan Puskesmas 22
Fungsi program puskesmas 23
Perencanaan 23
Manfaat Perencanaan 23
Langkah-langkah Perencanaan 25
Unsur-unsur Perencanaan 25
Penggerak dan Pelaksanaan 26
Tujuan fungsi Penggerakan dan Pelaksanaan 26
Unsur-unsur Pelaksanaan 26

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengawasan dan Pengendalian 28
Manfaat Pengawasan 28
Proses Pengawasan 29
Faktor-faktor Penghambat fungsi 29
Pelaksanaan Imunisasi di Puskesmas 30
Perencanaan 31
Persiapan Petugas 33
Pemberian Imunisasi 34
Koordinasi 35
Kerangka Pikir 37

METODE PENELITIAN 39
Jenis Penelitian 39
Lokasi dan Waktu Penelitian 39
Lokasi Penelitian 39
Waktu Penelitian 39
Informan Penelitian 39
Sumber Data 40
Daftar Primer 40
Daftar Sekunder 40
Metode Pengumpulan Data 40
Triangulasi 41
Metode Analisis Data 42

HASIL DAN PEMBAHASAN 43


Gambaran Umum Lokasi Penelitian 43
Geografi 43
Demografi 44
Sarana Pelayanan Kesehatan 45
Tenaga Kesehatan 46
Cakupan Imunisasi Dasar 47
Karakteristik Informan 47
Komponen Input 48
Ketersediaan Sumber Daya (Man) 48
Dana (Money) 51
Ketersediaan Sarana dan Prasarana (Material) 53
Komponen Proses 54
Perencanaan 54
Persiapan Petugas 58
Pemberian Imunisasi 61
Koordinasi 64
Pengawasan 65
Output 68

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KESIMPULAN DAN SARAN 69
Kesimpulan 69
Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 73
LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
1 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi 18

2 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru

Kecamatan Medan Perjuangan Periode Januari – Desember 2017 46

3 Demografi Puskesmas Sentosa Baru 2017 47

4 Distribusi Sarana Pelayanan Kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Sentosa Baru 47

5 Daftar Petugas Kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru 48

6 Cakupann Imunisasi Dasar Lengkap Berdasarkan Jenis Kelamin 49

7 Karakteristik Informan 50

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Sistematika Skrining Pemberian Imunisasi 41

2 Kerangka pikir 43

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara 74

2. Surat Permohonan Izin Penelitian 80

3. Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan 81

4. Surat Izin Penelitian Puskesmas 82

5. Surat Keterangan Selesai Penelitian 83

6. Matriks Pernyataan Informan 84

7. Dokumentasi Penelitian 93

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Damian Julfiani berumur 21 tahun, dilahirkan di Kisaran

pada tanggal 19 Juli 1997. Penulis beragama Katolik, anak tunggal dari pasangan

Daulat Sangkot Nainggolan dan Gustaria Sidabutar.

Pendidikan formal penulis dimulai di TK Panti Budaya 2001. Pendidikan

sekolah dasar di SD Negeri 014731 Silau Jawa tahun 2002-2008, sekolah

menengah pertama yaitu SMP Swasta Panti Budaya Kisaran tahun 2009-2011,

sekolah menengah atas yaitu SMA N 3 Kisaran tahun 2012-2014, selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2018

Damian Julfiani

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pendahuluan

Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Angka kematian bayi yang

menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena

merupakan cerminan dari status kesehatan anak suatu Negara. Perkembangan dan

peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu

masa dalam kandungan bayi, dan anak balita. Kesehatan anak itu sendiri dapat

diartikan bahwa anak tidak meninggal dalam awal kehidupannya, yaitu sampai

mencapai usia satu tahun atau usia dibawah lima tahun. Seorang bayi dilahirkan

telah membawa kekebalan tubuh akan tetapi kekebalan tubuhnya hanya bertahan

dalam jangka pendek yang didapat melalui ibu maka dari itu banyak masalah

terhadap kelangsungan hidup bayi dalam masa pertumbuhannya. Kesehatan anak

ditujukan dengan angka kematian bayi dan angka kematian balita. Banyak faktor

yang menyebabkan kematian bayi maupun balita ini ,termasuk dalam hal

penularan penyakit. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pencegahan penyakit

yaitu dengan cara mendapatkan imunisasi dasar lengkap dengan tujuan agar anak

terhindar dari penyakit-penyakit infeksi.

Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh

seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga kelak jika terpapar penyakit tidak

akan menderita penyakit tersebut. Imunisasi merupakan program upaya

pencegahan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk menurunkan angka

kesakitan, kecacatan, dan kematian. Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi


1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yaitu minimal

80% bayi di desa atau kelurahan telah mendapatkan imunisasi lengkap, yang

terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan Campak

Imunisasi dasar sebagaimana dimaksudkan yang terdiri atas imunisasi

terhadap penyakit hepatitis B, poliomyelitis, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,

pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b

(Hib) dan campak. (Permenkes RI No. 12 tahun 2017). Tujuan diberikannya

imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita dari suatu penyakit yang

sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada

penderita, untuk melindungi dan mencegah terjadinya penyakit-penyakit menular

yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak, menadi kebal teradap penyakit

sehingga dapat menurunkan angka morbiditas, mortalitas dan kecacatan.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem

kekebalah tubuh mereka masih sebelum baik orang dewasa, sehingga rentan

terhadap serangan penyakit berbahaya imunisasi tidak cukup dilakukan satu kali,

tetapi harus bisa dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai jenis

penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak (Maryunani,

2010) .

Program pengembangan imunisasi mencakup satu kali HB-0, satu kali

imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT- HB-Hib, empat kali imunisasi polio, dan

satu kali imunisasi campak. Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari

tiga bulan, imunisasi polio pada bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya

diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu, imunisasi DPT-HB-Hib pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

bayi umur dua bulan, tiga bulan empat bulan dengan interval minimal empat

minggu; dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan menunjukkan

cakupan tiap jenis imunisasi yaitu HB-0, BCG, polio empat kali (polio 4), DPT-

HB kombo tiga kali (DPT-HB 3), dan campak menurut provinsi. Berdasarkan

jenis imunisasi persentase tertinggi adalah BCG (87,6%) dan terendah adalah

DPT-HB3 (75,6%). Papua mempunyai cakupan imunisasi terendah untuk semua

jenis imunisasi, meliputi HB - 0 (45,7%), BCG (59,4%), DPT-HB 3 (75,6%),

Polio 4 (48,8%),dan campak (56,8%). Provinsi DI Yogyakarta mempunyai

cakupan imunisasi tertinggi untuk jenis imunisasi dasar HB - 0 (98,4%), BCG

(98,9%), DPT -HB 3 (95,1%), dan campak (98,1%) (Kepmenkes RI Nomor 1611

tahun 2005).

Program imunisasi pada bayi bertujuan agar setiap bayi mendapatkan

imunisasi dasar secara lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan

imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap.

Capaian ini di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 91,58%. Capaian ini lebih

besar dari capaian tahun 2015 sebesar 86,54%. Angka ini mencapai target Renstra

2016 sebesar 91,5%. Sedangkan menurut provinsi, terdapat dua belas provinsi

yang mencapai target Renstra tahun 2016. Pada gambar ini dapat diketahui bahwa

seluruh bayi di provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jambi dan

Nusa Tenggara Barat telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Sedangkan

Provinsi dengan capaian terenda yaitu Kalimantan Utara (56,08%) Papua

(59,99%), dan Maluku (67,56%) dan Proinvinsi Sumatera Utara menduduki posisi

ke 14 dengan cakupan 89,20% (Kemenkes, 2017).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam

penyelenggaraan Imunisasi ini. Kegiatan pelaksanaan imunisasi yang dilakukan

meliputi kegiatan perencanaan, penyediaan dan distribusi logistik, penyimpanan

dan pemeliharaan logistik, penyediaan tenaga pengelola, pelaksanaan pelayanan,

pengelolaan limbah, dan pemantauan evaluasi (Permenkes No.12 tahun 2017).

Pelaksanaan imunisasi puskesmas merupakan unsur yang sangat penting

dalam pelayanan imunisasi mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dalam

keberhasilan program imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata di tingkat

desa. Pelayanan imunisasi dilakukan di puskesmas dan lapangan (posyandu).

Hasil pelayanan imunisasi di puskesmas maupun di lapangan (posyandu) di

rekapitulasi oleh jurim (juri imunisasi) dan hasil ini dilaporkan ke Dinas

Kesehatan Kabupaten sebagai hasil cakupan pelayanan imunisasi dari suatu

wilaya kerja. Jurim selain sebagai koordinator imunisasi puskesmas yang

bertanggung jawab terhadap keberhasilan program imunisasi di puskesmas

(Kepmenkes RI No. 482 tahun 2010).

Pelaksanaan imunisasi yang baik didukung oleh manajemen yang baik

meliputi perencanaan merupakan kegiatan inti karena semua kegiatan diatur dan

diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan

untuk para pengambil keputusan menggunakan sumber daya secara berhasil guna

dan berdaya guna. Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan

dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan

untuk mencapai tujuan demi masa depan yang baik. Kegiatan perencanaan dalam

pelaksanaan imunisasi ini meliputi menentukan jumlah sasaran, perencanaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

kebutuahan logistik, serta perencanaan pendanaan. Setelah perencanaan telah

dilakukan maka selanjutnya yang dilakukan dalam program kegiatan imunisasi

dasar lengkap ini juga dilakukan proses penggerakan atau pelaksanaan. Yang

dimaksud dalam hal ini adalah mengatur personel atau staf yang ada dalam

institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana

kegiatan tersebut berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai.

Dengan kata lain adalah pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaan imunisasi ini

meliputi persiapan petugas, persiapan vaksin dan peralatan rental vaksin,

persiapan auto disable syring, persiapan masyarakat, pemberian pelayanan

imunisasi. Yang kemudian kegiatan program kesehatan imunisasi dasar lengkap

ini dilakukan dengan monitoring dan evaluasi untuk menentukan nilai atau jumlah

keberhasilan dari usaha pencapaian suatu kegiatan yaitu imunisasi dasar lengkap.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan 2017 dapat diketahui

bahwa pada tahun 2016, kota Medan mencapai target cakupan imunisasi Hb 0< 7

hari sebesar 99,7%, BCG sebesar 101,1%, Campak sebesar 102,5%, DPT-

HB3/DPT-HB-Hib sebesar 100,2%, Polio 4 sebesar 99,9%. Presentase Kelurahan

yang mencapai “Universal child Immunization” (UCI) di kota Medan tahun 2016

yaitu 100%. Angka tersebut telah mencapai target Standar Pelayanan Minimal

(SPM) yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara maupun

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Dengan pencapaian ini artinya semua

kelurahan yang ada di kota Medan lebih dari 80% dari jumlah bayi yang ada di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

kelurahan tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Adapun target

WHO adalah 90%.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Medan (2017) bahwa kegiatan

imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi dasar lengkap kepada bayi umur 0-

1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB). Dalam profil ini terdapat jumlah

cakupan imunisasi dasar lengkap yang cakupannya dari yang tertinggi sampai

yang rendah dari 21 kecamatan. Jumlah cakupan imunisasi dasar lengkap yang

berada di Puskesmas yang cakupannya tertinggi berada pada puskesmas Pulo

Brayan kecamatan Medan Barat dengan jumlah cakupan 148,1% untuk jenis

imunisasi HB (116,39%) BCG (116,4%) DPT (118,9%) Polio (119,7%) campak

(1197%) dan di Puskesmas yang masih rendah cakupan imunisasinya berada pada

puskesmas Sentosa Baru kecamatan Medan Perjuangan dengan jumlah 63,5%

untuk jenis imunisasi dasar yaitu HB (58%) BCG (64,9%) DPT (66,7%) Polio (

64,7%) dan Campak (65,6%). Jumlah kelahiran bayi menurut jenis kelamin pada

puskesmas Sentosa Baru kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 2.308 bayi.

Puskesmas Sentosa Baru sudah melaksanakan program esensial

Puskesmas yang bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian.

Sebagian besar program Puskesmas Sentosa Baru sudah berjalan dengan baik,

namun ada juga beberapa program yang belum dapat berjalan dengan maksimal

karena adanya beberapa hambatan. Berdasarkan hasil survei lapangan yang

dilakukan dengan wawancara langsung kepada ibu balita di Puskesmas Sentosa

Baru terdapat bahwa Puskesmas Sentosa Baru kecamatan Medan Perjuangan

sudah melakukan kegiatan imunisasi dengan baik akan tetapi masih ada ibu yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

diwawancarai tidak mengetahui pentingnya imunisasi sehingga mereka tidak

membawa anaknya untuk diimunisasi di posyandu oleh petugas kesehatan maka

dari itu peran petugas kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru sangat perlu

diperhatikan dan ada hambatan dalam pelaksanaan imunisasi yaitu kurangnya

koordinasi diantara petugas imunisasi dengan kader di puskesmas dan

pelaksanaan pengawasan di Puskesmas Sentosa Baru juga belum dilakukan secara

berkala. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan penilaian kinerja

puskesmas Sentosa Baru di Kecamatan Medan Perjuangan ini memiliki cakupan

imunisasi rendah karena masih ada ibu balita yang tidak mengetahui pentingnya

imunisasi sehingga ibu balita tidak membawa anaknya ke posyandu untuk

diimunisasi oleh petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru.

Data yang diperoleh merupakan data wilyah kerja Puskesmas Sentosa Baru yang

terdiri dari 9 kelurahan yaitu Sei Kera Hilir I, Sei Kera Hilir II, Sei Kera Hulu,

Pahlawan, Sidorame Barat I, Sidorame Barat II, Sidorame Timur, Tegal Rejo,

Pandau Hilir.

Kegiatan pelaksanaan imunisasi yang dilakukan puskesmas meliputi

perencanaan, penggorganisasian, penggerakan, serta pengawasan dan evaluasi.

Kegiatan ini dapat memberikan pengaruh terahadap pencapaian imunisasi dasar

lengkap sehingga diperlukan adanya perbaikan terhadap manajemen pelaksanaan

dalam pencapaian UCI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Murti (2013) tentang analisis manajemen pelaksanaan imunisasi oleh bidan desa

kaitannya dengan pencapaian UCI yang merupakan penelitian observasional

dengan pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

dapatkan hasil bahwa manajemen perencanaan dan penggerakan berpengaruh

terhadap pencapaian UCI.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Novitasari (2015) tentang tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan di posyandu

Kencana Sendangrejo Grobongan menyatakan bahwa pengetahuan ibu balita

tentang lima imunisasi dasar pada bayi 0-12bulan di Posyandu Kencana Dukuh

Ngerewan Kelurahan Sendangrejo Kecamatan Nagringan Kabupaten Grobongan

sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 17 responden (51,6%) kategori kurang

baik masing-masing 8 responden (24,2%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Triana (2015) tentang faktor yang

berhubungan dengan imunisasi dasar lengkap pada bayi menyatakan bahwa

pengetahuan, sikap dan motivasi orang tua serta informasi tentang imunisasi

merupakan faktor yang mempengaruhi kelangkapan pemberian imunisasi dasar

pada bayi, oleh karena itu disarankan kepada petugas kesehatan agar

meningkatkan promosi kesehatan terutama tentang imunisasi.

Petugas imunisasi Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dan

strategis dalam upaya pelaksanaan program imunisasi, banyak tugas yang harus

dilaksanakan baik yang bersifat teknis maupun administratif. Untuk dapat

meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Sentosa Baru perlu

dilakukan suatu analisis penyebab masalah rendahnya cakupan imunisasi di

Puskesmas tersebut. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukan yaitu dengan

melihat pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru yang terdiri dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

persiapan petugas imunisasi, ketersediaan sarana dan prasarana, sumberdaya

manusia, persiapan masyarakat dan pemberian pelayanan imunisasi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

masalah analisis pelaksanaan imunisasi dasar lengkap di Puskemas Sentosa Baru

Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana pelaksanaan imunisasi dasar

lengkap di Puskesmas Sentosa Baru kecamatan Medan Perjuangan?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan imunisasi dasar

lengkap oleh petugas puskesmas di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan

Perjuangan.

Tujuan khusus. Tujuan khusus meliputi dari:

1. Untuk mengetahui komponen input di Puskesmas Sentosa Baru

Kecamatan Medan Perjuangan

2. Untuk mengetahui komponen proses dalam pelaksanaan imunisasi

Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan

3. Untuk mengetahui output dalam pelaksanaan Puskesmas Sentosa Baru

Kecamatan Medan Perjuangan

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

1. Menjadi sumbangan refrensi dan pemikiran bagi perkembangan

pelaksanaan imunisasi di puskesmas.

2. Menambah wawasan mengenai pelaksanaan imunisasi yag terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

3. Sebagai masukan bagi Puskesmas Sentosa Baru untuk mengembangkan

pelaksanaan imunisasi dasar lengkap.

4. Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaaan oleh peneliti

selanjutnya yang terkait dengan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Imunisasi

Pengertian imunisasi. Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau

resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit

tertentu (Notoatmodjo, 2007). Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan

atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,

sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tidak akan sakit atau hanya

mengalami sakit ringan (Permenkes No.42 tahun 2013).

Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah

suatu pemindahan atau transfer anibodi secara pasif sedangkan vaksinasi adalah

imnusiasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang

pembentukan imunitas (antibodi) dan sistem imun didalam tubuh. Vaksinasi

merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan dengan

antigen suatu tindakan yang bersal dari suatu pathogen. Antigen yang diberikan

telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu

memproduksi limfosit yang peka sebagai antibodi dan sel memori (Ranuh dkk,

2011).

Tujuan pemberian imunisasi. Tujuan pemberian imunisasi sebagai

berikut:

1. Untuk melindungi dan mencegah penyakit menular yang sangat berbahaya

bagi bayi dan anak

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu.

3. Untuk mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

4. Agar menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas

5. Mengurangi angka penderita suatu penyakit tertentu yang sangat

membahayaan kesehatan sehingga menyebabkan kematian.

6. Menghilangkan penyakit tertentu pada kelompok masyarakat.

Macam-macam imunisasi. Imunisasi atau kekebalan berdasarkan asalnya

dibagi dalam dua hal yaitu aktif dan pasif. Dikatakan aktif apabila tubuh anak ikut

menyelenggarakan pembentukan imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak

tidak bekerja untuk kekebalan tetapi hanya menerimanya saja.

1. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi

antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Imunisasi ini

diberikan untuk pencegahan penyakit yang dilakukan dengan memberikan vaksin

terhadap beberapa penyakit infeksi. Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin

yang mengandung:

a. Kuman mati, misalnya: vaksin cholera-typhoid, vaksin pertusis batuk

rejan)

b. Virus yang hidup diperlemah (misalnya: vaksin poliomyelitis)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

c. Kuman yang hidup diperlemah (misalnya: vaksin BCG terhadap

tuberkulosis)

d. Toxoid (toksin= racun dari kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid

tetanus).

Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau peroral/ melalui mulut.

Pemberian vaksin menyebabkan tubuh membuat zat-zat terhadap zat-zat anti

terhadap penyakit bersangkutan dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal) terhadap

penyakit tersebut. Pemberian vaksin dengan cara menyuntukkan kuman atau

antigen murni akan menyebabkan benar-benar menjadi sakit. Oleh karena itu,

dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah dilemahkan. Pemberian

vaksin akan merangsang tubuh membentuk antibodi.

Pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi aktif pada anak dibawah lima

tahun yaitu:

1) BCG (Bacililius Calmette- Guerin)

2) DPT (Difeteri, pertusis, tetanus)

3) Polio

4) Campak

5) Hepatitis B

2. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif adalah zat anti yang didapat dari tubuh, misalnya dengan

suntikan bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zat anti dari ibunya

selama dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak

bertahan lama. Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

a. Imunisasi pasif bawaan

Imunisasi pasif bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya

berasal dari ibunya.

b. Imunisasi pasif didapat

Imunisasi pasif didapat merupakan pasif dimana zat antinya didapat dari

luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung

zat anti (Maryunani, 2010).

Jenis-jenis imunisasi. Jenis-jenis imunisasi teridiri dari:

1. Imunisasi dasar

Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada

semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari

penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan

pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus,

pertusis, poliomyelitis, campak dan hepatits B.

Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia

setahun adalah:

a. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-

paru yang sangat menular. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah

satu kali pada bayi 0-11 bulan. Pemberian imunisasi BCG adalah melalui

intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas atau

penyuntikan pada paha. Efek samping imunisasi BCG umumnya tidak ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

namnun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening

diketiak atau leher bagian bawah.

b. Imunisasi DPT

Imnusiasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian imunisasi

dilakukan tiga kali, yaitu pada usia dua bulan, empat bulan dan enam

bulan. Efek samping imunisasi hanya berupa gejala-gejala ringan seperti

demam, kemerahan, pembengkkan dan nyeri pada tempat suntikan.

c. Imunisasi polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang

menyerang saraf da dapat mengakibatkan lumpuh kaki. Pemeberian

imunisasi polio ini empat kali pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0

bulan), 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Imunisasi ini diberikan melaui

oral/mulut. Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja

mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot.

d. Imunisasi campak

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Kandungan vaksin campak

adalah virus dilemahkan. Pemberian imunisasi campak adalag satu kali

pada usia 9 bulan. Efek samping dari imunisasi ini adalah demam ringan

atau kemerahan pada pipi di bawah telinga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

e. Imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi akut

yang dapat merusak hati. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B

adalah tiga kali yaitu diberikan 12 jam setelah lahir, usia sebulan dan usia

diantara tiga sampai enam bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan dengan

cara intramuskuler di lengan atau paha bayi.

2. Imunisasi booster

Imunisasi booster adalah imunisasi ulang (revaksinasi) dari imunisasi

dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu. Imunisasi booster juga dapat

diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit ataur bila terdapat kontak

dengan penyakit bersangkutan (Maryunani,2010).

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) adalah:

a. Penyakit Difteri adalah radang tenggorakan yang sangat bebahaya karena

menyebabkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang

berdampak kematian.

b. Penyakit Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh

Bordetella pertusis. Pertusis disebut juga sebagai batuk rejan atau batuk

100 hari, karena lama sakitnya dapat mencapai tiga bulan lebih atau 100

hari

c. Penyakit Tetanus adalah penyakit dengan gangguan neuromuscular akut

berupa trismus yang dsiebabkan oleh Clostridium tetani. Tetanus berasal

dari kata Yunani “tetanos” yang berarti regangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

d. Penyakit tetanus neonatorum ini disebabkan oleh pemotong dan perawatan

tali pusat yang tidak bersih.

e. Penyakit Hepatitis B adalah suatu peradangan pada hati yang disebabkan

oleh virus Hepatitis B yang terletak pada perut kanan bagian atas.

f. Penyakit Polio adalah penyakit menular yang berbahaya. Virus ini

menyerang syaraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan total hanya dalam

hitungan jam.

g. Penyakit campak adalah infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai

dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan

ruam kulit.

h. Penyakit TBC Tuberculosis adalah penyakit akibat infeksi kuman

Mycobacterium tuberculosis sistemis, sehingga dapat mengenai hampir

semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya

merupakan lokasi infeksi primer. (Maryunani, 2010).

Jadwal pemberian imunisasi. Jadwal pemberian imunisasi bayi meliputi

dari:

Tabel 1
Jadwal Pemberian Imunisasi pada bayi
Umur Jenis Interval minimal untuk
jenis Imunisasi yang
sama
0-24 Jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1,Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 1,Polio 3 1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 1,Polio 4, IPV
9 bulan Campak
Sumber: Permenkes No 12 tahuhn 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Cakupan program imunisasi. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu

kegiatan prioritas. Kementerian Kesehatan sebagai bentuk nyata dari komitmen

pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya

untuk menurunkan angka kematian pada anak Indonesia diseluruh desa/kelurahan

harus sudah mencapai UCI, artinya setiap desa/ kelurahan bayi telah mendapatkan

imunisasi dasar lengkap. Target tersebut tertuang pada Keputusan Menteri

Kesehatan RI No 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Imunisasi dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan Imunisasi.

Puskesmas

Pengertian Puskesmas. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 75 tahun 2014 menyatakan bahwa Puskesmas merupakan pelayanan

kesehatan tingka pertama yang memiliki peranan bidang dalan sistem kesehatan

nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan

adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan

oleh pemerintah daerah dan atau masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas

pelayanan kesehatan yag menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perorngan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif, preentif, dan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.

Puskesmas merupakan unit teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang

bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

sebagian wilayah kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan

kesehatan masyarakat, dan pusat pelayanan tingkat pertama dalam rangka

pencapain keberhasilan fungsi puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan

bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan yang diselnggarakan di puskesmas

bertujuan untuk mewujdkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang

meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, maupun menjangkau

pelayanan kesehatan bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, dan memiliki

derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas

bertujuan untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Peremenkes No. 75

tahun 2011).

Prinsip penyelenggaraan, tugas, fungsi dan wewenang puskesmas.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dijelaskan mengenai prisip penyelenggaraan

tugas, fungsi, dan wewenang Puskesmas sebagai berikut:

1. Prinsip penyelenggaran Puskesmas meliputi:

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses

dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil

tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan

kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah

dimanfaatkan dan tidak berdampak buruh bagi lingkungan.

f. Keterpaduan berkesinambungan

Puskesmas menginegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan

UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem

rujukan yang didukung dengan manjemen puskesmas.

Puskesmas mempunya tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pemabangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut

puskesmas menyelenggarakan fungsi yang terdiri dari penyelenggaraan UKM

tingkat pertama diwilayah kerjanya dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di

wilah kerjanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Dalam menyelenggarakan fungsi Puskesmas tersebut maka Puskesmas

berwewenang untuk:

1) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan

2) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhsn pelayanan yang diperlukan

3) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor yang terkait.

5) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas

6) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelaynan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat

7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhdap akses, mutu,

dan cakupan pelayanan kesehatan

9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

Program kesehatan puskesmas. Agar dapat memberikan kontribusi dan

distribusi terhadap masyarakat dalam pelayanan kesehatan secara menyeluruh

diwilayah kerjanya, puskesmas memiliki upaya kesehatan masyarakat esensial dan

upaya kesehatan mayarakat pengembangan. Upaya kesehatan esensial meliputi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

1. Pelayanan promosi kesehatan

2. Pelayanan kesehatan lingkungan

3. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana

4. Pelayanan gizi

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

Upaya kesehatan masyarakat esensial diselenggarakan oleh puskesmas

untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang

kesehatan. Upaya kesehtaan pengembangan merupakan upaya kesehatan

masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan

bersifat ekstensifikasi pelayanan disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,

wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing

puskesmas. Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam

bentuk rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care),

rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Upaya

kesehatan perorangan tingkat pertama harus dilaksanakan sesuai dengan standar

prosedur operasional dan standar pelayanan (Permenkes No 75 tahun 2014).

Fungsi Program Puskesmas

Perencanaan. Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen,

oleh karena itu perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen

secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi

manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan manajerial

akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan

yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan secara

efisien dan efektif (Muninjaya, 2011).

Manfaat perencanaan. Melalui perencanaan program akan dapat

diketahui :

1. Tujuan dan cara mencapainya

2. Jenis/struktur organisasi yang dibutuhkan

3. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya

4. Sejauh mana efektifitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan

5. Bentuk dan standar pengawasan yang dilakukan

Selain itu, perencanaan juga mempunyai keuntungan dan kelemahan.

Keuntungan dengan tersusunnya perencanaan yang baik

a. Perencanaan menyebabkan berbagai macam aktifitas organisasi untuk

mencapai tujuan tertentu dapat dilakukan secara teratur.

b. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang

tidak produktif.

c. Perencanaan dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang

dicapai.

d. Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen

lainnya, terutama fungsi pengawasan.

Kerugiannya ialah :

a. Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan

fakta-fakta tentang masa yang akan datang.

b. Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

c. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis.

d. Perencanan menghambat timbulnya inisiatif.

e. Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil.

Langkah-langkah perencanaan. Adapun langkah-langkah dalam

perencanaan terdiri dari:

1. Analisa Situasi

Bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta. Pada langkah ini, para

anggota kelompok perencana perlu memanfaatkan seefektif mungkin ilmu

epidemiologi, antropologi, demografi, ilmu ekonomi

2. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.

Terbatasnya sumberdaya dan kemampuan organisasi, serta kompleksnya

permasalahan, mengharuskan para manajer untuk menetapkan prioritas masalah

yang perlu dipecahkan.

3. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.

Dapat dilakukan apabila rumusan masalah pada langkah sudah dilakukan

dengan baik.

4. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan

program.

Kajian terhadap hambatan ditujukan yang bersumber di dalam organisasi

dan yang bersumber dari lingkungan masyarakat dan sektor lain.

5. Menyusun rencana kerja operasional.

Unsur- unsur perencanaan. Unsur- unsur penting di dalam menyusun

sebuah perencanaan adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

1. Sumber Daya Manusia (Man)

2. Money (Uang/Budget)

3. Sarana dan Prasarana

4. Metode

Penggerak dan pelaksanaan. Fungsi manajemen ini merupakan fungsi

penggerak semua kegiatan yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi

perencanaan. Oleh karena itu fungsi manajemen ini lebih menekankan tentang

bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya

(manusia dan yang bukan) untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Dalam

menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi,

peranan pimpinan, motivasi staf, kerjasama

dan komunikasi antar staf merupakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh

seorang manajer (Muninjaya, 2011).

Tujuan fungsi penggerak dan pelaksanaan. Adapun tujuan fungsi

penggera dan pelaksanaan yaitu:

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.

2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf.

3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.

4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi kerja staf.

5. Membuat organisasi berkembang dan dinamis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Aktuasi lebih memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya

manusia, atas dasar itu fungsi actuating sangat erat hubungannya dengan ilmuilmu

tentang perilaku manusia. Seorang manajer yang ingin lebih berhasil

menggerakkan karyawan nya bekerja lebih produktif, perlu memahami ilmu

psikologi, ilmu komunikasi, kepemimpinan dan sosiologi

Unsur- unsur pelaksanaan. Menurut Syukur (1987) faktor-faktor yang

dapat menunjang program pelaksanaan adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan

baik apabila jelas bagi para pelaksana hal ini menyangkut proses

penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi

yang disampaikan

2. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu

terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperluka guna

pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna melaksanakan

tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan.

3. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program

khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya

dari mereka yang menjadi implementer program

4. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operasional Prosedur), yang

mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit

dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa

pola yang baku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Pengawasan dan pengendalian. Fungsi pengawasan dan pengendalian

(controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini

mempunyai kaitan yang erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama

dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian,

standard keberhasilan (target, prosdur kerja dsb) selalu harus dibandingkan

dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan ( Muninjaya, 2011).

Tugas seorang manajer dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan

fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai

berikut :

1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya

mudah diukur. Misalnya, menepati jam kerja, tugas-tugas yang diberikan

selalu dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya

mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengawasan, atau pengawasan yang

lemah, berbagai penyalahgunaan wewenang akan terjadi.

3. Standar unjuk kerja yang kan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf.

Bila hal ini dapat dilaksanakan, staf akan dapat lebih meningkatkan rasa

tanggung jawab dan komitmennya terhadap kegiatan program sehingga

penerapan standar pengawasan akan dapat dilakukan secara lebih objektif.

Manfaat pengawasan. Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian

dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan memperoleh manfaat sebagai

berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan

sesuai dengan standar atau rencana kerja dengan menggunakan sumber

daya yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan

pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi program.

2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian

staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi

kebutuhan dam telah digunakan secar benar.

4. Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

5. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk

promosi dan latihan lanjutan.

Proses pengawasan. Ada tiga langkah penting untuk melakukan

pengawasan manajerial

1. Mengukur hasil/ prestasi yang telah dicapai.

2. Membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau standar yang

telah ditetapkan sebelumnya.

3. Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor

penyebab terjadinya penyimpangan.

Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dapat dikembangkan oleh

pimpinan sebelum kegiatan program dilaksanakan (titik perhatian pada

perencanaan sumber daya (input) sehingga fungsi pengawasan lebih banyak

bersifat pencegahan (deteksi dini untuk mencegah terjadinya penyimpangan).

Pengawasan juga dapat dilakukan pada saat kegiatan berlangsung (process).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Fungsi pengawasan disini lebih banyak bersifat formatif (evaluative formation)

untuk mengurangi kesalahan staf dan lebih mengembangkan motivasi kerja

mereka (Muninjaya, 2011).

Faktor-faktor penghambat fungsi. Kegagalan manajer menumbuhkn

motivasi stafnya merupakan hambatan utama fungsi penggerak dan pelaksanaan

hal ini dapat terjadi karena manajer kurang memahami hakekat perilaku dan

hubungan antar manusia. Seorang manajer yang berhasil akan menggunakan

pengetahuannya tentang perilaku manusia untuk menggerakkan stafnya agar

bekerja secara optimal dan lebih produktif. Salah seorang pelopor yang

memperkenalkan teori tentang perilaku manusia ialah Maslow. Teorinya

membahas tentang jenjang (tingkatan) kebutuhan manusia sebagai berikut:

1. Kebutuhan untuk keseimbangan faali (physical needs)

2. Kebutuhan untuk rasa aman dan tentram (security needs)

3. Kebutuhan untuk diterima oleh lingkungan sosialnya (social needs)

4. Kebutuhan untuk diakui (self esteem needs)

5. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan diri (actualisation needs)

Pelaksanaan Imunisasi di Puskesmas

Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh dokter dan dokter spesialis. Selain

dokter dan dokter spesialis sebagaimana bidan dapat melaksanaan pelayanan

imunisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberian

imunisasi harus dilakukan berdasarkan standar pelayanan, standar prosedur

operasional dan standar profesi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Proses pemberian imunisasi harus memperhatikan keamanan vaksin dan

penyuntikan agar tidak terjadi penularan penyakit terhadap tenaga kesehatan

pelaksana pelayanan imunisasi dan masyarakat serta menghindari terjadinya KIPI.

Sebelum pelaksanaan imunisasi, pelaksana pelayanan imunisasi harus

memberikan informasi lengkap tentang imunisasi meliputi vaksin, cara

pemberian, manfaat dan kemungkinan terjadinya bahaya. Pemberian informasi

imunisasi wajib yang dilakukan secara perorangan dilakukan sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku Pemberian informasi wajib yang dilakukan

secara massal dilakukan melalui pemberitahuan dengan menggunakan media

massa dan/atau media informasi kepada masyarakat . (Permenkes No 42 tahun

2013)

Menteri dapat menetapkan jenis Imunisasi Program selain yang diatur

dalam Peraturan Menteri ini dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Komite

Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on

Immunization). Introduksi Imunisasi baru ke dalam Imunisasi program dapat

diawali dengan kampanye atau demonstrasi program di lokasi terpilih sesuai

dengan epidemiologi penyakit.

Imunisasi diberikan pada sasaran yang sehat untuk itu sebelum pemberian

Imunisasi diperlukan skrining untuk menilai kondisi sasaran. (Permenkes RI No

12 tahun 2017)

Perencanaan. Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam

pengelolaan program imunisasi. Masing-masing kegiatan terdiri dari analisa

situasi, alternatif pemecahan masalah, alokasi sumber daya (tenaga, dana, sarana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

dan waktu) secara efisien untuk mencapai tujuan program. Perencanaan disusun

mulai dari puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan pusat

1. Menentukan Jumlah Sasaran

Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, karena

menjadi dasar dari perencanaan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program.

Sumber data dapat bermacam-macam, namun untuk keperluan pembinaan diambil

kebijaksanaan untuk menggunakan data dari sumber resmi seperti angka jumlah

penduduk, pertambahan penduduk serta angka kelahiran diperoleh dari hasil

sensus penduduk yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) setiap 10 tahun.

Selain itu BPS juga melakukan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada

pertengahan periode 10 tahun tersebut. Untuk angka jumlah penduduk dari tahun-

tahun lainnya, BPS membuat proyeksi baik dari hasil Sensus maupun SUPAS.

2. Menentukan Target Cakupan

Penentuan target merupakan bagian yang penting dari perencanaan karena

target dipakai sebagai salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan, pemantauan

maupun evaluasi. Untuk mengurangi faktor subjektivitas diperlukan analisis

situasi yang cermat.

3. Perencanaan Kebutuhan Peralatan Cold Chain (Rantai Vaksin)

Setiap obat yang berasal dari bahan biologis harus terlindungi dari sinar

matahari. Vaksin BCG dan campak misalnya, berasal dari kuman hidup, bila

terkena sinar matahari lansung dalam beberapa detik saja akan menjadi rusak.

Untuk melindunginya digunakan kemasan berwarna, misalnya ampul yang

berwarna coklat di samping menggunakan kemasan luar (box). Vaksin yang sudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

dilarutkan tidak dapat disimpan lama karena potensinya akan berkurang. Oleh

karena itu, untuk vaksin beku kering (BCG, Campak) kemasan harus tertutup

kedap (hermetically sealed). Kemasan vaksin harus memenuhi semua ketentuan di

atas. Semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan vaksin harus memantau

kemasan vaksin dan ketentuan-ketentuan di atas untuk menjaga kualitas vaksin.

Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah sistem rantai vaksin atau cold chain.

Sarana cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin dan setiap

jenis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Dalam merencanakan pengadaan suatu jenis sarana, uji coba di lapangan perlu

dilakukan untuk mengetahui berapa besar kelebihan yang dimiliki serta toleransi

program terhadap kekurangannya. (Kepmenkes nomor 1611tahun 2005).

Persipapan petugas. Persiapan petugas yang termasuk didalamnya yaitu

mencatat daftar bayi yang dilakukan oleh kader, dukun terlatih dan bidan.

Kegiatan ini meliputi:

1. Inventaris sasaran

Kegiatan yang dilakukan ditingkat Puskesmas dengan mencatat:

a. Daftar bayi dan ibu hamil/ WUS dilakukan oleh kader, dukun terlatih,

petugas KB, bidan di desa.

Sumber: kelurahan,form registrasi bayi/ ibu hamil, PKK

b. Daftar murid sekolah tingkat dasar melalui UKS

Sumber: kantor dinas pendidikan/ SD yang bersangkutan

c. Daftar calon pengantin diseluruh wilayah kerja puskesmas

Sumber: KUA, kantor catatan sipil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

d. Daftar WUS di tempat kerja/ pabrik

Sumber: dinas tenaga kerja/ perusahaan yang bersangkutan

e. Persiapan vaksin dan peralatan vaksin

Sebelum melaksanakan imunisasi di lapangan petugas kesehatan harus

mempersiapkan vaksin yang akan dibawa. Jumlah vaksin yang dibawa

dihitung berdasarkan jumlah sasaran yang akan diimunisasi dibagi dengan

dosis efektif vaksin. Selain itu juga harus mempersiapkan peralatan ratai

dingin yang akan dipergunakan di lapangan seperti termos dan kotak

dingin cair.

f. Persiapan ADS (Auto Disable Syringe) dan Safety Box

Petugas juga harus mempersiapkan ADS dan safety box untuk dibawa ke

lapangan. Jumlah ADS yang dipersiapkan sesuai dengan jumlah ADS

yang akan dipergunakan dan kapasitas safety box yang tersedia.

Pemberian imunisasi. Dalam kegiatan imunisasi terdiri dari vaksin yang

diberikan pada bayi meliputi vaksin Hepatitis B, BCG, polio, DPT dan campak.

Pelayanan imunisasi di posyandu diatur mengikuti sistem pelayanan lima meja.

Bila pengunjung datang dapat dilakukan pendataan sasaran dan sebelum

pelayanan dimulai diberikan penyuluhan kelompok. Selama pemberian imunisasi.

Penyuluhan perorangan diberikan. Catatan pemberian imunisasi dilakukan segera

setelah pelayanan baik di KMS maupun dibuku catatan hasil imunisasi bayi dan

ibu. Kunuungan rumah dilakukan untuk pemberian imunisasi HB (0-7 hari) yang

lahir dirumah. Setelah selesai pelayanan imunisasi di posyandu dan kunjungan

rumah, hasil cakupan imunisasi serta masalah yang ditemukan didiskusikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

dengan kader. Sesampai di Puskesmas hasil kegiatan di lapangan hari itu direkap

di buku catatan imunisasi Puskesmas

Gambar 1. Sistematika skrining pemberian imunisasi

Sumber: Permenkes No 12 tahun 2017

Koordinasi. Program imunisasi dituntut untuk melaksanakan ketentuan

program secara efektif dan efisien. Untuk itu pengelola program imunisasi harus

dapat menjalankan fungsi koordinasi dengan baik. Ada dua macam fungsi

koordinasi, yaitu vertikal dan horizontal terdiri dari kera sama lintas program dan

kerja sama lintas sektoral.

1. Kerja sama lintas program

Pada semua tingkat administrasi, pengelola program imunisasi diharapkan

mengadakan kerja sama dengan program lain di bidang kesehatan. Beberapa

bentuk kerja sama yang telah dirintis:

a. Keterpaduan KIA – Imunisasi

b. Keterpaduan Imunisasi – Survailans

c. Keterpaduan KB- kesehatan (imunisasi, gizi, diare, KIA, PKM, KB)

d. Keterpaduan UKS- Imunisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

2. Kerja sama lintas sektoral

Pada setiap tingkat adminstrasi, pengelola program imunisasi harus

mengisi kegiatan untuk membina kerja sama lintas sektoral yang telah terbentuk,

yaitu:

a. Kerja sama imunisasi – Departemen Agama

b. Kerja sama imunisasi – Departemen Dalam Negeri

c. Kerja sama imunisasi – Departemen Pendidikan Nasional

d. Kerja sama imunisasi – organisasi

e. Bentuk lain dari koordinasi lintas sektor adalah peran bantu PKK, LSM

f. Badan internasional seperti WHO, UNICEF, GAVI, dan lain-lain

(Kepmenkes nomor 1611tahun 2005).

Kerangka Pikir

Pada prinsipnya keberhasilan dapat dipengaruhi oleh pelaksanaan

imunisasi yang diterapkan puskesmas. Dalam pencapaian pelaksanaan imunisasi

dasar lengkap dapat diukur melalui indikator. Maka fokus penelitian ini dapat

disusun sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Imunisasi

INPUT PROSES OUTPUT

 Sumber Daya Rangkaian Hasil pelaksanaan


Manusia (Man) kegiatan dalam imunisasi sesuai
 Uang (Money/ pelaksanaan dengan target yang
Budget) ingin dicapai
imunisasi
 Sarana dan
Prasarana
(Material)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan:

1. Masukkan (Input) adalah segala kebutuhan yang dimasukkan dalam

pelaksanaan imunisasi dasar lengkap sehingga pelaksnaannya dapat

berjalan dengan baik, meliputi:

a. Sumber Daya Manusia (Man) adalalah tenaga kesehatan yang memiliki

latar belakang pendidikan bidang kesehatan, seperti dokter, dokter gigi,

sarjana kesehatan masyarakat, perawat dan bidan yang medukung

pelaksanaan pelayanan imunisasi dasar lengkap.

b. Dana (Money) adalah materi dalam bentuk uang yang dapat digunakan

untuk mendukung pelaksanaan imunisasi dasar lengkap.

c. Sarana dan prasrana (Material) yang termasuk didalamnya yaitu:

pelaksanaan imunisasi, persediaan ADS, vaksin perlengkapan yang

mendukung dalam pelaksanaan imunisasi.

2. Proses (process) adalah serangkaian kegiatan pelaksanaan imunisasi yang

dilakukan oleh petugas atau tenaga kesehatan puskesmas yang berfokus

kepada pelaksanaan imunisasi

3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu pelaksanaan imunisasi yang

meliputi penerapan proses dalam pelaksanaan imunisasi dasar lengkap di

Puskesmas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan

untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan imunisasi

dasar lengkap di puskesmas Sentosa Baru kecamatan Medan Perjuangan.

Penelitian kualitatif dapat menjadi metode yang adekuat dan efisien untuk

memperoleh berbagai macam informasi yang dibutuhkan untuk melihat

pelaksanaan imunisasi dasar lengkap.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sentosa Baru

Kecamatan Medan Perjuangan dengan pertimbangan sebagai berikut Puskesmas

Sentosa Baru memiliki angka pencapaian yang masih rendah dibandingkan

Puskesmas lainnya di Kota Medan dengan persentase 63,5%.

Waktu penelitian. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

terhitung sejak bulan Februari 2018 sampai dengan September 2018.

Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan purposive, yaitu

teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu

memberikan informas yang berkaitan dengan topik penelitian. Beberapa informan

tersebut adalah, kepala Puskesmas Sentosa Baru (1 orang), koordinator imunisasi

(1 orang), dan pelaksana imunisasi (2 orang) di Puskesmas Sentosa Baru.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Sumber Data

Dalam setiap penelitian, peneliti di tuntut untuk menguasai teknik

pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif dari sumber

primer dan sumber sekunder.

Data primer. Data primer adalah sumber data secara langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Sumber primer ini

berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis

lakukan.

Data sekunder. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak

memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data

sekunder ini dapat berupa hasil pengelolahan lebih lanjut data primer yang

disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012). Data digunakan

untuk mendukung informasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara.

Penulis juga menggunakan data sekunder hasil studi pustaka.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentanng bagaimana cara

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode

dalam pengumpulan sebagai berikut:

1. Metode wawancara (interview)

Metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara

dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau jumpa menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

pedoman (guide) wawancara. Dalam menggunakan metode ini peneliti

mengadakan tanya jawab secara langsung dengan membawa instrumen penelitian

sebagai pedoman pertanyaan tentang hal-hal atau fenomena yang ingin diketahui

yaitu analisis pelaksanaan program imunisasi dasar lengkap. Pedoman wawancara

digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek yang akan diteliti

(Poerwandari,2009).

2. Metode Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan salah satu proses untuk melihat, mengamati dan

mencermati perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Obeservasi

yang dilakukan pada penelitian ini yaitu bagaimana pelaksanaan imunisasi dasar

lengkap oleh Puskesmas Sentosa Baru.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan adalah metode pengumpulan data yang

digunakam untuk menelusuri data historis. Adapun metode dokumen yang

dimkasud dalam peneltian ini adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan

atau peristiwa pada waktu yang lalu, bisa bertindak tulisan, gambar atau karya-

karya terhadap pelaksanaan imunisasi dasar lengkap oleh Puskesmas Sentosa

Baru.

Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu dengan memilih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

fenomena yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang

diajukan.

Metode Analisis Data

Metode analisis data kualitatif dilakukan dengan proses pengumpulan data,

interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah dalam melihat data

secara sistematis (Miles dan Huberman dalam Herdiansyah, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Geografi . Puskesmas Sentosa Baru adalah puskesmas bserdiri sejak tahun

1979 di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Puskesmas Sentosa Baru

terletak di jalan Sentosa Baru No. 22 Kecamatan Medan Perjuangan. Wilayah

kerja Puskesmas Sentosa Baru terdiri dari 9 kelurahan yaitu Sei Kera Hilir I, Sei

Kera Hilir II, Sei Kera Hulu, Pahlawan, Pandau Hilir, Sidorame Barat I, Sidorame

Barat II, Tegal Rejo, dan Sidorame Timur. Puskesmas Sentosa Baru merupakan

unit pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dibina

oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, yang secara langsung berhubungan dengan

masyarakat. Puskesmas Sentosa Baru memiliki dua puskesmas pembantu yaitu

Puskesmas Pembantu Sidorame Timur yang terdapat di Jalan Permai Lorong

Karto dan Puskesmas Pembantu Sei Rengas yang terletak di Jalan Madong Lubis.

Luas wilayah kera Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan adalah 4,36 Ha

dan jumlah penduduk yang dicakup oleh Puskesmas Sentosa Baru yaitu 97.478

jiwa yang mencakup 9 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Kecamatan Medan Tembung dan Medan Timur

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tembung

3. Sebelah Barat : Kecamatan Medan Area dan Medan Kota

4. Sebelah Timur : Kecamatan Medan Timur

Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru adalah 52 orang dan .

Pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Sentosa Baru yaitu upaya promosi

kesehatan, posyandu, upaya kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak (KIA),

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

keluarga berencana (KB), perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan

pemberantasan dan pengendalian penyakit, imunisasi, upaya kesehatan gigi dan

mulut, usaha kesehatan lanjut usia, upaya laboratorium medis, upaya kesehatan

mata, pengobatan, upaya kesehatan jiwa dan usaha kesehatan sekolah.

Demografi. Kecamatan Medan Perjuangan terdiri atas 9 Kelurahan

dengan jumlah penduduk ducakup oleh Puskesmas Sentosa Baru yaitu 97.478

jiwa.

Tabel 2
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan Periode Januari – Desember 2017
Kelurahan Jumlah KK Jumlah Penduduk
L P F (jiwa) %
Sei Kera Hilir I 3.765 5.290 5.882 11.172 11,46
Sei Kera Hilir II 3.554 4.180 4.590 8.770 8,99
Sei Kera Hulu 2.295 4.180 4.274 8.443 8,66
Pahlawan 2.261 4.169 4.057 7.972 8,17
Pandau Hilir 2.786 36.85 3.814 7.499 7,69
Sidorame Barat I 3.922 47.78 5.027 9.805 10,05
Sidorame Barat II 2.015 47.86 4.706 9.492 19,73
Tegal Rejo 4.069 12.122 11.858 23.980 24,60
Sidorame Timur 2.606 5.194 5.151 10.345 10,61
Jumlah 27.273 48.144 49.334 97.478 100
Sumber: SP2TP Puskesmas Sentosa Baru Tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Sentosa Baru meliputi 9 kelurahan yang memiliki 97.478 jiwa

dengan jumlah penduduk laki-laki 48.144 orang dan perempuan sebanyak 49.334

orang dan jumlah KK sebanyak 97.478 KK. Adapun distribusi data demografi

jumlah penduduk dapat dilihat tabel 4.2 dibawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Tabel 3
Demografi Puskesmas Sentosa Baru 2017
Data Jumlah
Luas Wilayah 4.36 Ha
Jumlah Kelurahan 9
Jumlah Lingkungan 127
Jumlah Penduduk 97.478
Jumlah Laki-laki 48.144
Jumlah Perempuan 49.334
Jumlah Bayi 1.716
Jumlah Baduta 1.725
Jumlah Balita 8.519
Jumlah Bumil 1.882
Sumber: Profil Puskesmas Sentosa Baru Tahun 2017

Sarana pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatanyang terdapat

di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru terdiri dari 2 Puskesmas pembantu

(Pustu), 61 posyandu. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 4.2 berikut

Tabel 4
Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru
Kelurahan Pustu Posyandu Praktek dokter Praktek bidan
Sei Kera Hilir I - 7
Sei Kera Hilir II - 6
Sei Kera Hulu - 7
Pahlawan - 6
Pandau Hilir - 2
Sidorame Barat I - 5
Sidorame Barat II - 6
Tegal Rejo - 13
Sidorame Timur 1 9
Sei Rengas 1 -
Jumlah 2 61
Sumber: Profil Puskesmas Sentosa Baru Tahun 2017

Tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas

Sentosa Baru sebanyak 47 orang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Tabel 5
Daftar petugas kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru
Jenis Tenaga Tempat Tugas
Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu
Sentosa Baru Sidorame Timur Sei Rengas
SKM 3 1 1
Dokter umum 6 2 2
Dokter gigi 4 1 1
Bidan 10 3 3
Perawat 8 - 3
Apoteker 3 - -
Perawat gigi 2 1 1
Analisis 2 - -
kesehatan
Nutrisionis 1 -
Promosi 1 - -
kesehatan
SPK 4 6 -
Pekarya 1 1 -
Psikologi - 1 -
Administrasi 1 - -
Petugas 1 - 1
kesbersihan
Jumlah 47 16 12
Sumber: Profil Puskesmas Sentosa Baru Tahun 2017

Cakupan imunisasi dasar. Sasaran kegiatan imunisasi dasar yang

terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru adalah 2.021 bayi yang terdiri

dari perempuan 1.258 dan laki-laki 763. Jumlah bayi yang telah di imunisasi

dasar lengkap 1.366 dari jumlah 2.021 bayi tersebut dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Tabel 6
Cakupan imunisasi dasar lengkap berdasarkan jenis kelamin
Kelurahan Jumlah Bayi (Surviving Imunisasi Dasar Lengkap
Infant)
L P L+P Jumlah %
Sei Kera Hilir I 80 145 225 153 68,0
Sei Kera Hilir II 55 100 155 111 71,6
Sei Kera Hulu 94 52 146 122 83,6
Pahlawan 63 112 175 119 68,0
Sidorame Barat 79 142 221 142 64,3
I
Sidorame Barat 60 107 167 113 67,7
II
Pandau Hilir 50 91 141 87 61,7
Sidorame Timur 96 173 269 184 68,4
Tegal Rejo 186 336 522 335 64,2
Jumlah 763 1.258 2.021 1.366 63,5
Sumber: Profil Puskesmas Sentosa Baru Tahun 2017

Karakteristik Informan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara

terhadap informan yang dijadikan narasumber penelitian. Jumlah informan dalam

penelitian ini sebanyak 7 orang yaitu petugas puskesmas dan masyarakat yang

terkait dengan kegiatan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru.

Adapun informan tersebut adalah 1 orang kepala Puskesmas, 1 orang koordinator

imunisasi, 2 orang pelaksana imunisasi, 2 orang kader, 1 orang ibu balita.

Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal. Adapun

karakteristik informan berdasarkan hasil penelitian dapat terlihat pada tabel

Tabel 7
Karakteristik Informan
Nama Umur Jenis Pendidikan Jabatan
(tahun) Kelamin terakhir
Dr. Jusup Paska 38 Laki-laki Dokter Ka. Puskesmas
Ginting Umum
Yusni Junita Apriani 38 Perempuan S1 Koordinator
Keperawatan imuniasi
Anggina Khodijah 32 Perempuan DIII Pelaksana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Nst Kebidanan imunisasi


Hastuti, Skep, Ners 58 Perempuan S1 Pelaksana
Keperawatan imunisasi

Komponen Input

Ketersediaan Sumber Daya Manusia (Man). Tersedianya tenaga

kesehatan yang cukup merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu program.

Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

yang untuk jenis tertetu memerlukan kewenagan untuk melakukan upaya

kesehatan. Manusia merupakan aset utama organisasi dalam kegiatan perencanaan

dan pelaksanaan kegiatan. Tenaga kesehatan kurang terampil menjadi salah satu

penyebab pekerjaan tidak terselesaikan secara optimal. Sumber daya manusia

sangat penting dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang efektif dan

efisien. Sumber daya manusia diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan

pengelolaan program imunisasi yang berhubungan dengan hasil dari program

imunisasi.

Tenaga kesehatan merupakan sumber daya manusia yang sangat besar

pengaruhnya terhadap kemajuan pembangunan kesehatan. Program imunisasi di

Puskesmas Sentosa Baru dapat berhasil tentunya dengan dukungan tenaga

kesehatan yang dimiliki baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hasil

wawancara tentang tenaga kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru dapat dilihat

dibawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

“Untuk kegiatan imunisasi melibatkan pelaksana imunisasi, koordinator


imunisasi, dan kader yang membantu kegiatan imunisasi di Posyandu.
Dari segi jumlah tenaga kesehatan kita sudah cukup”. (Informan 1)

“Untuk jumlah tenaga sudah cukup, pelaksana imunisasi untuk wilayah


kerja Puskesmas ini sudah memadai dan jumlah kader keseluruhan juga
sudah mencukupi yaitu sekitar 45 orang untuk 9 kelurahan artinya satu
kelurahan mereka 5 orang kader dek”. (Informan 2)
Berdasarkan hasil wawancara jumlah sumber daya manusia untuk kegiatan

imunisasi ini sudah mencukupi yaitu pelaksanaan kegiatan imunisasi terdiri dari

pelaksana imunisasi, koordinator imunisasi, dan kader posyandu. Puskesmas

Sentosa Baru memiliki koordinator imunisasi yang bertugas mengkoordinir

pelaksana kegiatan imunisasi, pelaksana imunisasi membantu mengelola rantai

vaksin, dan kader yang tersebar di 9 kelurahan untuk membantu pelaksanaan

kegiatan imunisasi di lapangan.

Berdasarkan hasil pengamatan didapati bahwa kader yang ada pada saat

pelaksanaan posyandu ada dua orang hal ini menunjukkan bahwa kenyataan yang

didapati tidak sesuai dengan pernyataan informan 2 kader merupakan anggota

masyarakat yang bersedia dan memiliki waktu unutuk menyelenggarakan kegiatan

posyandu secara sukarela (Kemenkes, 2011). Jumlah tenaga kesehatan tersebut

sudah mencukupi dalam kegiatan imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru.

Menurut Kemenkes RI (2013), salah satu upaya untuk meningkatan

kompetensi pelaksana program dapat dilakukan melalui pelatihan. Pelatihan

digunakan sebagai metode untuk meningkatkan kualitas aparatur yang meliputi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku aparatur kesehatan ke arah yang

positif.

Dalam meningkatkan kualitas SDM Puskesmas Sentosa Baru, tenaga

kesehatan disini mengikuti pelatihan yang diberikan oleh dinas kesehatan.

Pelatihan merupakan suatu upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas. Hasil

wawancara mendalam tentang pelatihan kepada tenaga kesehatan puskesmas

terlihat pada wawancara dibawah ini:

“ya.. petugas kesehatan sudah terlatih ya minimal dalam setahun mereka


dilatih sebelum turun kelapangan tapi untuk program imunisasi hanya ibu
itu aja yang dapat pelatihan soalnya petugas yang lainnya karena latar
belakang pendidikan kesehatan ya mereka sekali setahun aja dek tapi ga
rutin jugala” (Informan 1)

“kalau untuk pelatihan sendiri kita para pelaksana dan saya sebagai
petugas ya sudah terlatih dan untuk pelatihan secara khusu untuk
imunisasi hanya saya yang mendapatkan pelatihan karena sayakan
penanggung jawab program, saya juga yang mengatur vaksin, ya seperti
itulah kira-kira dek.” (Informan 2)

“pelatihan? Kayaknya hanya untuk koordinator imunisasi dek, kami ga


ada dikasih pelatihan”(Informan3)

“pernah.. biasanya pertahun sekali setahun gitulaa ga rutin lah dek


”(Informan 4)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa

koordinator imunisasi yang mendapatkan pelatihan untuk pelaksanaan imunisasi

ini dan petugas kesehatan yang lain tidak mendapatkan pelatihan. Berdasarkan

penelitia Juliani dkk (2012) pelatihan sangat penting dilakukan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian

meningkatkan kinerja pegawai.

Dana (Money). Keterbatasan sumber daya dapat menghambat pelaksanaan

suatu kebijakan. Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki sebuah

program, maka hasilnya akan semakin efektif, apabila dana yang diberikan

seefisien mungkin dan semakin kecilnya dana yang digunakan untuk sebuah

program, maka program hanya akan berjalan dengan lambat dan hasilnya tidak

akan efisien (Wibowo, 2008).

Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah.

Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah berbeda-beda pada tiap tingkat

administrasi yaitu tingkat pusat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN), tingkat provinsi bersumber dari APBN dan APBD provinsi,

tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN dan APDB kabupaten/kota berupa

DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Pendanaan ini

dialokasikan berdasarkan jumlah penduduk, kapasitas fiskal, jumlah masyarakat

miskin dan lainnya. Hasil wawancara menunjukkan bahwa berdasarkan

pernyataan informan mengenai dana yaitu

“Sumbernya dari APBD, jumlahnya mencukupi, yaa kalau dana selalu


mencukupi untuk kegiatan imunisasi ini”(Informan1)

“Kapus lah yang lebih tau tentang dana itu, yang saya tau dari APBD”
(Informan 2,3,4)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dana tidak menjadi kendala

hal ini didukung oleh pernyataan informan koordinator serta pelaksana imunisasi

yang menyatakan sumber dana untuk pelaksanaan imunisasi ini didapatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dana tidak menjadi

kendala dalam kegiatan imunisasi di puskesmas ini karena jumlah yang diberikan

pemerintah selalu mencukupi untuk kegiatan imunisasi. Penyaluran dana BOK ke

puskesmas dilakukan dengan sistem pembayaran langsung. Pemanfaatan dana

BOK untuk kegiatan imunisasi meliputi kegiatan sweeping imunisasi, pengadaan

Alat Tulis Kantor (ATK) imunisasi pelaksanan penyuluhan dan pelaksanaan

kegiatan lokakarya mini. Penelitian Juliani dkk (2012) menyebutkan bahwa untuk

dapat melaksanakan kebijakan dari suatu program yang ada, para pelaksana harus

mendapat sumber yang dibutuhkan agar program berjalan lancar, salah satunya

dalam bentuk uang. Dana sebagai syarat kelancaran sebuah program harus

dialokasikan secara tepat, demikian juga kelancaran proses penyediaan dan

penggunaannya.

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil, dan berkesinambungan

memegang peranan yang penting untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan

dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan dari pembangunan disuatu negara adalah

pemerataan pelayanan kesehatan dan akses serta pelayanan yang berkualitas. Oleh

karena itu, kebijakan kesehatan disuatu Negara seharusnya memberikan fokus

penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin

terselenggaranya kecukupan, pemerataan, efisiensi dan efektifitas dari

pembiayaan kesehatan itu sendiri (Efendi, 2009).

Sarana dan prasarana (Material). Sarana merupakan segala sesuatu

yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan prasarana

adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang dalam melaksanakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

suatu kegiatan. Fasilitas tersebut harus ada pada setiap puskesmas dan dalam

kondisi yang baik dan tidak rusak, lengkap, berkualitas dan jumlahnya yang

mencukupi sehingga dapat membantu petugas dalam melaksanakan pekerjaannya

dengan baik.

Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil dan kegiatan imunisasi. Kondisi sarana dan prasarana yang

baik, lengkap berkualitas dan jumlahnya yang mencukupi akan membantu petugas

dalam melaksanakan pekerjaannya (Rahmawati, 2007).

Hasil wawancara tentang ketersediaan sarana dan prasarana tersebut

dapat dilihat dibawah ini:

“cukup lengkap. Vaksin alat suntik dan lainnya selalu mencukupi, tidak
terjadi kekurangan untuk sarana dan prasarana. Untuk penyimpanan
vaksin kita juga punya kulkas di puskesmas dan setiap pustu cuman ada
satu pustu yang belum ada kulkasnya” (Informan 1).

“Cukuplah. Vaksin selalu cukup, kita punya transportasi memungkinkan,


cold chain nya juga memungkinkan, termos vaksin juga cukup untuk satu
kelurahan, alat suntik juga. Memang kemarin rusak cold chain nya
tapikan ini uda datang yang baru jadi cukuplah. Tapi ada satu yang
kurang, cold chain disatu pustu Sei Rengas disitu tidak ada cold chain”
(Informan 2).

“Alat suntik sama vaksin ada, tidak ada kekurangan. Jumlah vaksin selalu
mencukupi kebutuhan karena memang distribusinya langsung dari dinas
setiap bulannya” (Informan 3).

“Kalau untuk vaksin, alat suntik, termos dan lainnya cukup. Ya


lengkaplah namanya juga Puskesmas” (Informan 4).

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan

imunisasi bahwa Puskesmas Sentosa Baru memiliki sarana dan prasarana yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

cukup baik dan mencukupi akan tetapi masih terdapat satu puskesmas pembantu

tidak memiliki kulkas untuk penyimpanan vaksin. Vaksin, alat suntik, safety box,

termos dan kartu imunisasi lengkap karena distribusinya langsung dari dinas

kesehatan setiap bulannya dengan kondisi yang baik.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan

diketahui bahwa Puskesmas Sentosa Baru sudah sudah memiliki pedoman untuk

program imunisasi. Vaksin dan alat-alat yang digunakan pada saat pelaksanaan

imunisasi di posyandu seperti alat suntik, vaccine carrier, safety box, dan kartu

imunisasi tersedia dengan lengkap di masing-masing posyandu namun masih ada

kekurangan untuk sarana tersebut terdapat pada Puskesmas Pembantu Sei Rengas.

Komponen Proses

Perencanaan. Perencanaan merupakan hal terpenting dalam proses

manajemen. Fungsi manajemen lainnya akan lebih jelas dengan adanya

perencanaan. Perencanaan adalah landasan dasar pengembangan manajemen

secara keseluruhan, dan akan memberikan pandangan secara menyeluruh

mengenai kegiatan yang dilakukan, orang yang melakukan, waktu dan proses

pelaksanaanya. Perencanaan yaitu melakukan analisis situasi, mengidentifikasi

masalah dan prioritasnya, menetukan tujuan program mengkaji hambatan dan

kelemahan program.

Perencanaan tingkat puskesmas memberikan pandangan menyeluruh

terhadap semua tugas, fungsi dan peranan yang akan dijalankan dan menjadi

tuntutan dalam proses pencapain tujuan puskesmas secara efektif dan efisien.

Perencanaan Puskesmas memungkinkan para pengambil keputusan dan pimpinan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

puskesmas untuk menggunakan sumber daya puskesmas secara berdaya guna dan

berhasil guna. Hasil wawancara mengenai penyusunan perencanaan pada

Puskesmas Sentosa Baru dapat dilihat dibawah ini:

“Perencanaan dilakukan awal tahun. Dalam kegiatan penyusunan


perencanaan setiap bulan, koordinator imunisasi dan petugas pelaksana
imunisasi dilibatkan untuk mendiskusikan apa saja yang perlu
dipersiapkan untuk kegiatan imunisasi satu tahun kedepan termasuk
jumlah vaksin yang dibutuhkan” (Informan 1)

“Ada..ada.. perencanaannya bulanan ada, tahunan juga ada. Seperti


sekarang ini ada program MR itu sudah direncanakan jauh-jauh hari kita
ada apa, dalam bentuk RUK dan RPK” (Informan 2)

“Kalau perencanaan dilakukan setiap bulan januari. Perencanaan setiap


bulannya juga ada tapi tidak rutin yang saya tau tidak semua petugas
kesehatan ini dilibatkan dalam kegiatan perencanaan. Cukup hanya
beberapa saja, dan saya ikut kegiatan perencanaan ini karena saya salah
satu dari pelaksana imunisasi ini” (Informan 3)

“Ada yaa.. kegiatan perencanaan ada setiap tahun bulanan juga ada kok
tapi tidak selalu dilakukan. Saya dilibatkan untuk kegiatan penyusunan
perencanaan ini” (Informan 4)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada informan diketahui

bahwa penyusunan perencanaan tahunan dan bulanan dilakukan setiap awal tahun

pada bulan Januari akan tetapi dalam perencanaan bulanan tidak rutin dilakukan

dan tidak semua petugas kesehatan dilibatkan dalam penyusunan perencanaan

tersebut.

Hal yang dilakukan pada tahap persiapan yaitu mempersiapkan data yang

akan dianalisis, sehingga mempermudah perencanaan yang akan dibuat. Analisis

situasi merupakan langkah awal proses penyusunan perencanaan. Analisis situasi

merupakan proses berikut kecenderungannya dan faktor-faktor yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

mempengaruhi masalah tersebut, serta potensi sumber daya puskesmas yang dapat

digunakan untuk melakukan intervensi. Dalam penyusunan rencana usulan

kegiatan yang dilakukan yaitu identifikasi masalah diutamakan untuk kegiatan

dengan hasil yang belum mencapai target. Permasalahan dapat dicari dari hasil

laporan penilaian kinerja puskesmas. Setelah melakukan identifikasi masalah

kemudian menentukan proritas masalah dengan cara scoring serta merumuskan

masalah dan melihat apa penyebab masalah tersebut. Rencana usulan kegiatan

harus dilengkapi dengan usulan pembiayaan. Rencana pelaksanaan kegiatan

disusun dengan melaukan penyusunan terhadap RUK yang telah dibuat (Depkes,

2006). Hasil wawancara mendalam tentang penyusunan perencanaan pada

puskesmas terlihat pada wawancara dibawah ini:

“Melengkapi data yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan program


imunisasi. Melakukan identifikasi masalah dan mencari solusi terhadap
permasalahan tersebut Kalau untuk RUK penyusunannya dilaksanakan
pada awal tahun dengan melibatkan pelaksana imunisasi, koordinator
kegiatan imunisasinya, dan penyusunan RPK itu dilakukan setelah RUK,
maksudnya setelah disetujui oleh pihak dinas” (Informan 1)

“Kalau untuk kelengkapan data tersedia kok, kitakan merangkap data


dari seluruh wilayah kerja di Puskesmas Sentosa Baru, untuk berikutnya
kita tau sasarannya, apa kendalanya dilapangan jadi itu dapat membantu
dalam menetapkan perencanaan selanjutnya. Jadi kita dapat
mempersiapkan data jumlah sasaran untuk menetapkan jumlah vaksin
yang diperlukan.” (Informan 2)

“Kelengkapan data jumlah bayi dan laporan tahun lalu untuk menetukan
proritas masalah tahun kedepannya supaya kita susun” (Informan 3 dan
4)
Hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap informan di wilayah

kerja Puskesmas Sentosa Baru menunjukkan bahwa, penyusunan perencanaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

diawali dengan melengkapi data yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan

program imunisasi. Secara keseluruhan pelaksanaan perencanaan untuk kegiatan

imunisasi belum berjalan dengan baik dikarenakan keterlibatan petugas dalam

kegiatan perencanaan belum dilibatkan kepada semua petugas, kemudian tahap

persiapan mengenai kelengkapan data sudah baik, serta penyusunan RUK dan

RPK perencanaan sudah baik.

Puskesmas mempersiapkan data yang diperlukan untuk penyusunan

perencanaan. Data meliputi jumlah sasaran, tenaga kesehatan, biaya serta sarana

dan prasarana. Puskesmas melakukan identifikasi masalah berdasarkan hasil

laporan penilaian kinerja puskesmas tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ramsar dkk (2012) yang menjelaskan bahwa

perencanaan dimulai dari melihat permasalahan yang ada di lingkungan sekitar.

Setelah didapatkan prioritas masalah puskesmas menyusun rencana usulan

kegiatan yang dilengkapi dengan rincian pembiayaan. Setelah RUK disetujui oleh

pihak dinas kesehatan selanjutnya puskesmas menyusun rencana pelaksanaan

kegiatan.

Untuk kegiatan imuinisasi, target adapun standar keberhasilan kegiatan

imunisasi dasar sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 482/MENKES/SK/IV/2010 tentang

Gerakan Akselerasi imunisasi Nasional UCI 2010-2014. Target cakupan UCI

yang tercantum dalam Kepmenkes tersebut untuk tahun 2013 yaitu sebesar 95%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ramsar dkk (2012) menyatakan

bahwa pelaksanaan pengorganisasian yang sukses akan membuat organisasi dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

mencapai tujuannya. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi, yang

mencakup aspek-aspek penting organisasi dan proses pegorganisasian.

Persiapan petugas. Persiapan petugas meliputi penentuan sasaran

kegiatan imunisasi. Sebelum melaksanakan imunisasi di lapangan bidan harus

mempersiapkan vaksin yang akan dibawa. Jumlah vaksin dihitung berdasarkan

jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Selain itu juga harus mempersiapkan

peralatan rantai dingin seperti termos dan kontak dingin cair. Untuk

mensukseskan pelayanan imunisasi, penggerakan masyarakat harus dilakukan

(Kepmenkes RI No. 1611 tahun 2005).

Terlengkapnya posyandu melibatkan berbagai pihak seperti kader. Peran

kader sebelum hari posyandu adalah menyebarluaskan hari buka posyandu,

mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu, mempersiapkan sarana posyandu,

pembagian tugas kader dan mempersiapakan bahan Pemberian Makan Tambahan

(PMT). Pada saat pelaksanaan posyandu peran kader adalah melaksanakan

pendaftaran penjung posyandu, melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil

yang berkunjungan ke posyandu, mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau

KMS dan membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB

sesuai kewenangannya (Kemenkes, 2011). Hasil wawancara tentang tugas pokok

dan fungsi dapat dilihat dibawah ini:

“saya itu merencanakan pelaksanaan imunisasi itu diseluruh wilayah


kerja puskesmas Sentosa Baru, seluruh posyandu yang ada di kecamatan
Medan Perjuangan ini serta pelayanan di dalam gedung Puskesmas
Sentosa baru” (Informan 1)

” Untuk tupoksi saya ada, yang pertama itu mengkoordinir pelaksanaan


imunisasi di wilayah kecamatan Medan Perjuangan termasuk itu faskes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

swasta, kemudian memeriksa suhu kulkas suhu vaksin pagi dan sore,
kemudian rapat ke Dinas Kesehatan sekali sebulan dan melaporkan hasil
rapat kepada kepala Puskesmas dan kepada vaksinator yang paling
penting itu memeriksa kondisi cold chain dan vaksinnya sendiri”
(Informan 2)

“Tugasnya melaksanakan imunisasilah.” (Informan 3).

“Saya kurang tau ada apa tidaknya tupoksi tertulis, setau saya lisan saja”
(Informan 4).

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap informan di wilayah kerja

Puskesmas Sentosa Baru menunjukkan bahwa beberapa informan ini kurang

paham akan tugas pokok dan fungsi dari peranan masing-masing. Menurut

Munijaya (2011), dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian akan dapat

diketahui: 1) pembagian tugas per orang dan kelompok, 2) hubungan antar

anggota akan terlihat dari struktur organisasi, 3) pendelegasian wewenang, dan 4)

pemanfaatan staf dan fasilitas yang dimiliki organisasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa telah tersedia wewenang/ tanggungjawab dan wilayah kerja

masing-masing staf. Tupoksi pelaksanaan kegiatan imunisasi secara jelas, rinci

dan tertulis sudah ada dibuat oleh pimpinan puskesmas.

Uraian pekerjaan adalah informasi tertulis yang menguraikan tugas dan

tanggungjawab, kondisi pekerjaan, dan hubungan aspek-aspek pekerjaan pada

suatu jabatan tertentu dalam organisasi. Uraian pekerjaan ini menjadi dasar untuk

menetapkan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi pekerjaan bagi pejabat yang

memegang pekerjaan tersebut. Uraian pekerjaan yang kurang jelas akan

mengakibatkan seorang pejabat kurang mengetahui tugas dan tanggungjawab. Hal

tersebut akan mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak beres (Hasibuan 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Persiapan petugas meliputi : (a). inventaris sasaran (daftar bayi dan ibu

hamil) (b). persiapan vaksin dan peralatan rantai vaksin: (jumlah vaksin yang

dibawa harus sesuai dengan jumlah sasaran, peralatan rantai dingin yang akan

dipergunakan di lapangan seperti termos, (c). persiapan ads (auto disable syringe)

dan safety box petugas harus mempersiapan ads dan safety box untuk dibawa ke

lapangan sesuai dengan jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Hasil wawancara

mendalam mengenai persiapan petugas dalam pelaksanaan imunisasi ini dapat

dilihat dari pernyataan dibawah ini:

“kalau persiapan untuk pelaksanaan imunisasi itu biasanya berhubungan


langsung dengan koordinator imunisasi” (Informan 1)

“kita kan sudah tau sebelumnya kan sudah ada jadwal masing-masing ya
terkadang walaupun mau terlambat dikit-dikit dek. Pokoknya pagi
sebelum berangkat sudah disiapkan sebelum berangkat dan segala
keperluan untuk imunisasi sudah disiapkan“ (Informan 2)

“pertama kita penyuluhan dulu habis itu kita baru imunisasi biasanya gitu
dilapangan. nyiapkan vaksin, nyiapkan laporan lah. Safety box? Apa itu?
Ada lah.“ (Informan 3dan 4)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mengenai persiapan petugas

bahwa persiapan petugas dilakukan dengan cukup baik akan tetapi berdasarkan

pengamatan dapat diketahui bahwa petugas kesehatan atau pelaksana tidak tepat

waktu dalam pelaksanaan kegiatan imunisasi di posyandu maupun di puskesmas

sehingga para ibu balita sering sekali menunggu terlalu lama, hal ini didukung

oleh pernyataan informan 2. Sebelum melaksanakan imunisasi di lapangan

petugas kesehatan harus mempersiapkan vaksin yang akan dibawa. Jumlah vaksin

yang dibawa dihitung berdasarkan jumlah sasaran yang akan diimunisasi selain itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

juga harus mempersiapkan peralaan rantai dingin yang akan dipergunakan di

lapangan seperti termos dan kotak dingin cair. Petugas juga harus memperisapkan

ADS dan safety box untuk dibawa kelapangan. Jumlah ADS yang dipersiapkan

sesuai dengan jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Jumlah safety box yang akan

dibawa disesuaikan dengan jumlah ADS yang akan dipergunakan dan kapasitas

safety box yang tersedia (Kemenkes No 1611tahun 2005)

Pemberian imunisasi. Dalam kegiatan imunisasi terdiri dari vaksin yang

diberikan pada bayi meliputi vaksin Hepatitis B, BCG, polio, DPT dan campak.

Pelayanan imunisasi di posyandu diatur mengikuti sistem pelayanan lima meja.

Bila pengunjung datang dapat dilakukan pendataan sasaran dan sebelum

pelayanan dimulai diberikan penyuluhan kelompok. Selama pemberian imunisasi.

Penyuluhan perorangan diberikan. Catatan pemberian imunisasi dilakukan segera

setelah pelayanan baik di KMS maupun dibuku catatan hasil imunisasi bayi dan

ibu. Hasil wawancara mengenai pemberian imunisasi dapat dilhat dari pernyataan

diabawah ini:

“ya sampai sejauh ini berjalan dengan baik. Kalaupun ada masalah
biasanya mereka langsung berkoordinasi” (Informan 1)

“berjalan dengan baik, cuman untuk sasarannya ke posyandu itu tidak


seluruh posyandu yang tinggi kunjungannya karena ada juga dari mereka
yang tidak mau anaknya untuk diimunisasi jadi ga selalu ke posyandu”
(Informan 2)

“yaa kami sebelum mulai kegiatan imunisasi biasanya penyuluhan dulu”


(Informan 3)

“baik sih tetapi kunjungan bisa rendah karena mereka tidak membawa
anaknya diimunisasi ke posyandu” (Informan 4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

“anak saya belum pernah diimunisasi jadi saya tidak tahu pelayanan
pemberian yang dilakukan petugas baik atau tidak” (Informan 5)

Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku,

pengetahuan tententu tentang kesehatan penting sebelum suatu tindakan pribadi

terjadi, tindakan kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali

apabila seseorang mendapat isyarat yang kuat untuk memotivasinya bertindak

atau dasar pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2007). Hasil wawancara

mendalam tentang pemberian imunisasi dapat dilihat dari pernyataan berikut ini:

“mungkin dari segi pengetahuan masyarakat saja yang masih kurang,


kesadararan masyarakat akan pentingnya imunisasi masih minim”
(Informan 1)

“cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru rendah


karena ada beberapa ibu yang masih kami temukan itu kurang
pengetahuan pentingnya imunisasi dan ada juga diantara mereka yg bawa
anaknya imunisasi bukan ke posyandu maupun puskesmas dek” (Informan
2)

“mereka beranggapan imunsasi ini kurang penting karena imunisasi ini


kan buat demam jadi mereka beranggapan imunisasi itu membuat anak
mereka jadi sakit sehingga mereka susah diajak ke posyandu untuk
imunisasi tapi kita berikan arahan setelah disuntik kita kasih obat demam
atau penurun panas” (Informan 3)

“mereka tidak mau datang karena anaknya takut demam jadi tidak datang
untuk imunisasi dan biasaya mereka yang tingkat pendidikan masih
rendah tamatan SMP dan SMA” (Informan 4)

“belum pernah imunisasi, lupa maklumlah uda tua yakan?kalau keluarga


mendukung sih cuman kadang-kadang bapak tidak mengijinkan si adek
untuk diimunisasi karena takut nanti katanya demam, sidedeknya
ketiduran kasihan dibanguni terus dia demam, ini baru sehat dia ini panas
badannya, mencret habis tu dia muntah-muntah ini dia baru sehatlah”
(Informan 5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

“ya cemana ya dek, kadang malas karena panas diluar dek, repot juga
ngurus anak-anak dirumah” (Informan 6)

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden diwilayah kerja

puskemas Sentosa Baru menujukkan bahwa pemberian imunisasi belum tercapai

secara maksimal sehingga menyebabkan cakupan imunisasi di Puskesmas Sentosa

Baru ini masih rendah dibandingkan Puskesmas lainnya yang ada di kota Medan.

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan imunisasi di Puskesmas Sentosa

Baru adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya imunisasi

untuk bayi. Adanya larangan dari pihak keluarga terutama suami untuk

melakukan imunisasi karena mereka beranggapan bahwa jika balita diimunisasi

maka akan menyebabkan deman sehingga menjadi alasan rendahnya keikutsertaan

masyarakat dalam kegiatan imunisasi. Mayoritas pendidikan masyarakat di

puskesmas Sentosa Baru adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah

Menengah Atas (SMA).

Pengetahuan seseorang tergolong dalam perilaku tertutup karena berupa

respons terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Pengetahuan

seseorang memang belum dapat diamati secara jelas tetapi walaupun demikian

tingkat pengtahuan seseorang dapat mempengaruhi sikap dan tindakannya hal ini

menunjukkan bahwa pengetahuan responden belum maksimal dan masih memiliki

resiko akan tidak tahu penyebab penularan penyakit pada umumnya pengetahuan

datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan

orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa elektronik.

Sikap merupakan reaksi ataupun respon yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan untuk bertindak dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Menurut Azwar (2007), sikap

terbentuk dari adanya informasi secara informal yang diperoleh setiap individu.

Berarti sikap sejalan dengan pengetahuan baik maka sikap juga akan baik. Sikap

merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang bersifat

positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak

suka, setuju atau tidak setuju.

Hal ini sejalan dengan penelitian Dessy (2010) di Kelurahan Tegal Sari

Mandala III Kecamatan Medan Denai dengan desain cross sectional yang

menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuaan ibu dengan pemberian

imunisasi campak.

Koordinasi. Program imunisasi dituntut untuk melaksanakan ketentuan

program secara efektif dan efisien. Untuk itu pengelola program imunisasi harus

dapat menjalankan fungsi koordinasi dengan baik. Koordinasi itu meliputi

koordinasi kerja sama lintas program dan kerja sama lintas sektoral. Hasil

wawancara mengenai koordinasi dapat dilihat dibawah ini:

“jadi setiap awal tahun itu biasanya dimini lokakarya lintas sektor kami
melakukan koordinasi komunikasi dengan mereka disitu kita membahas
tentang bagaimana cara kita agar kunjungan pada posyandu terkait
dengan kegiatan imunisasi kita dapat meningkat, pemerintahan
tanggapannya mendukung semuanya namun pengaplikasiannya
dilapangan belum terealisasikan dek”(Informan 1)

“kita ada sosialisasi termasuk itu ada kelurahan lintas sektoral dan
kemasyarakat ada juga kesekolah juga ada sosialisasinya dalam bentuk
verbal dan non verbal misalnya poster, spanduk dan lain-lain” (Informan
2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

“itu biasanya sebelum pelaksanaan kita koordinasi dulu untuk persiapan


dan biasanya koordinator memberi arahan sebelum pelaksanaan”
(Informan 3)

“itu kepala puskesmas dengan petugas imunisasi dikantor camat sebuluan


sekali ada lintas sektor mereka disitu untuk tetap mengingatkanlah kalau
setiap bulannya harus meningkatkan kunjungan imunisasi” (Informan 4)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 6 responden hasil

wawancara menunjukkan bahwa puskesmas melakukan koordinasi kepada lintas

sektor dan lintas program yang dilakukan pada awal tahun. Koordinasi yang baik

perlu dilaksanakan sejak dari proses perumusan kebijakan, perencanaan,

pelaksanaan, sampai pada pengawasan dan pengendalian. Pelaksanaan kebijakan

akan mendorong dalam percepatan pencapaian program.

Pengawasan. Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses feed back

(umpan balik) dari keberhasilan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi atau penilaian

kita tidak akan mengetahui apakah kekurangan dan kelebihan dari suatu proses

yang dilaksanakan. Evaluasi bisa dijadikan rekomendasi untuk kegiatan yang akan

dilakukan pada masa depan. Penilaian dapat dilakukan pada tahap awal program,

tahap pelaksanaan program, dan tahap akhir program. Penilaian tahap awal

program dilakukan dengan tujuan meyakinkan bahwa perencanaan yang disusun

benar-benar sesuai dengan masalah yang ditemukan. Berkaitan dengan sumber

daya, tenaga, dana, sarana, dan prasarana yang ada. Pengawasan merupakan

fungsi manajemen yang bertujuan untuk mengamati dengan tepat penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi. Hasil wawancara mengenai pengawasan terhadap

kegiatan imunisasi sebagai berikut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

“Kalau untuk itu saya selalu memantau pelaksanaannya, saya juga sering
tanya sama ibu-ibu mengenai bagaimana imunisasi anaknya, selalu dibawa
apa tidak, kalau tidak dibawa kenapa alasannya, yaa gitu aja sih
dek”(Informan 2)

”Kalau ibu Nita jarang datang ke posyandu, dia rajin itu turun ke lapangan
untuk melihat pelaksanaan imunisasi” (Informan 3 dan 4)

Hasil wawancara menunjukkan bahwa berdasarkan pernyataan informan 2

belum dilakukan pengawasan secara rutin hal ini bertentangan dengan pernyataan

informan 3 yang menyatakan bahwa pengawasan ajarang dilakukan pernyataan

informan 3 tersebut didukung oleh pernyataan informan 4 yang juga mengatakan

pernyataan yang sama.

Penilaian tahap pelaksanaan program bertujuan untuk mengukur apakah

program yang dikerjakan sesuai dengan perencanaan awal atau tidak, atau apakah

terjadi penyimpangan dari tujuan dan sasaran yang telah direncanakan. Melihat

lebih lanjut sejauh mana program tersebut berhasil dikerjakan. Penilaian tahap

akhir program melihat keluaran dan dampak yang dihasilkan. Sejauh mana

dampak yang ditimbulkan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Penilaian

dan evaluasi memerlukan perhatian yang serius untuk mencapai tujuan dan

keberhasilan suatu program. (Alamsyah, 2011). Hasil wawancara mengenai

penilaian terhadap kegiatan imunisasi sebagai berikut

“penilaian kegiatan imunisasi dibahas dalam rapat bulanan. Pelaksana


imunisasi dan koordinator imunisasi menyampaikan bagaimana kegiatan
dilapangan. Laporan bulanan mengenai kegiatan imunisasi juga dilihat.
Pengelola vaksin juga memberikan laporan mengenai jumlah vaksin yang
masuk dan keluar setiap bulannya” (Informan 1)

“Rapat bulanan untuk monitoring dan evaluasi jarang dilakukan, ada


sesekali dilakukan tetapi tidak rutin setiap bulan dek. Kami hanya
memberikan laporan bulanan kegiatan imunisasi kepada kepala puskesmas.
ya dari laporan itu saja kepala puskesmas memantaunya” (Informan 2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

“Rapat bulanan untuk monitoring dan evaluasi jarang dilakukan, ada


sesekali dilakukan tetapi tidak rutin setiap bulan dek. Kami hanya
memberikan laporan bulanan kegiatan imunisasi kepada kepala puskesmas.
ya dari laporan itu saja kepala puskesmas memantaunya” (Informan 3 dan 4)

Hasil wawancara menunjukkan bahwa berdasarkan pernyataan informan

mengenai penilai belum berjalan dengan baik. Penilai tidak rutin dilakukan setiap

bulannya. Kepala puskesmas melakukan pengawasan melalui laporan bulanan

dari pelaksana imunisasi, dan pengawasan langsung belum dilakukan oleh

koordinator imunisasi. Pengawasan dan penilaian hanya dilakukan pada tahap

pelaksanaan kegiatan imunisasi di lapangan. Masalah yang ditemukan pada saat

kegiatan imunisasi yang biasa ditemukan yaitu rendahnya jumlah bayi yang

diimunisasi. Kendala yang ditemukan pada saat kegiatan imunisasi tidak ditindak

lanjuti secara lebih lanjut. Kendala yang ada sebaiknya dibicarakan pada saat

rapat bulanan. Tetapi karena lokakarya mini bulanan tidak rutin dilakukan maka

kendala yang ditemukan di lapangan tidak mendapat solusi untuk

penyelesaiannya. Pimpinan puskesmas hanya memantau kegiatan imunisasi

melalui laporan yang diberikan oleh bidan dan pengelola vaksin. Penelitian oleh

Ramsar dkk (2012) menjelaskan bahwa evaluasi dilakukan untuk mengetahui

penyimpangan dan kemudian diperbaiki sehingga tujuan dapat tercapai sesuai

harapan. Serangkaian kegiatan yang telah disusun kemudian berakhir pada tahap

pengawasan. Pada tahap ini kita melihat hasil dari kegiatan yang dilaksanakan

berhasil atau tidaknya sehingga nantinya menjadi koreksi untuk kegiatan

selanjutnya yang lebih baik lagi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Output

Tingkat keberhasilan program dapat diukur dengan membandingkan target

yang sudah ditetapkan dengan cakupan pelayanan kegiatan program (Muninjaya,

2011) UCI merupakan suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap

pada semua bayi di bawah umur satu tahun. Target pencapaian yang ingin dicapai

adalah sebesar 95%. Pencapaian di Puskesmas Sentosa Baru masih jauh dari

target yang ditetapkan. Pencapaian di Puskesmas Sentosa Baru hanya 63,5%. Hal

ini terjadi karena pelaksanaan imunisasi belum dilakukan secara maksimal dan

didukung rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi serta

kurangnya upaya puskesmas dalam menanggulangi hal tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang analisis pelaksanaan imunisasi dasar

lengkap oleh puskesmas di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan

Perjuangan dapat disimpulkan bahwa:

1. Komponen input yang dimaksud adalah segala kebutuhan yang

dimasukkan dalam pelaksanaan imunisasi dasar lengkap sehingga

pelaksnaannya dapat berjalan dengan baik, maka dari itu hal ini terdiri dari

ketersediaan sumber daya manusia (man) hasil ini menunjukkan bahwa

ketersediaan sumberdaya cukup baik, kemudian dana (money) dalam

pelaksanaan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Sentosa Baru ini tidak

menjadi kendala sebab sumber dana untuk pelaksanaan imunisasi ini

didapatkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),

serta ketersediaan sarana dan prasarana (material) di Puskesmas Sentosa

Baru masih belum lengkap sebab salah satu puskesmas pembantu belum

memiliki kulkas untuk penyimpanan vaksin.

2. Komponen proses (process) yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan

pelaksanaan imunisasi yang dilakukan oleh petugas atau tenaga kesehatan

puskesmas yang berfokus kepada pelaksanaan imunisasi meliputi

perencanaan bulanan yang diawali dengan kelengkapan data untuk jumlah

sasaran serta target cakupan tidak rutin dilakukan dan keterlibatan petugas

dalam penyusunan tidak semua dilibatkan, kemudian persiapan petugas

dalam pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru berjalan cukup

67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68

baik dalam mempersiapkan alat seperti vaksin, safety box untuk pemberian

imunisasi akan tetapi petugas kesehatan atau pelaksana sering tidak tepat

waktu dalam pelaksanaan kegiatan imunisasi di posyandu maupun di

puskesmas sehingga para ibu balita sering sekali menunggu terlalu lama di

Puskesmas maupun Posyandu. Adanya hambatan dalam pemberian

imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru adalah kurangnya pengetahuan

masyarakat mengenai pentingnya imunisasi untuk bayi serta kurangnya

dukungan keluarga sehingga menghambat pemberian imuisasi secara

maksimal. Puskesmas Sentosa Baru melakukan koordinasi kepada lintas

sektor dilakukan pada awal tahun dan pengawasan belum dilakukan secara

rutin oleh koordinator imunisasi, pimpinan puskesmas hanya memantau

kegiatan imunisasi melalui laporan yang diberikan oleh pelaksana

imunisasi.

3. Komponen output target pencapaian yang ingin dicapai adalah sebesar

95%. Pencapaian di Puskesmas Sentosa Baru masih jauh dari target yang

ditetapkan. Pencapaian di Puskesmas Sentosa Baru hanya 63,5%. Hal ini

terjadi karena pelaksanaan imunisasi belum dilakukan secara maksimal

terdiri dari perencanaan, persiapan petugas, pemberian imunisasi,

koordinasi dan pengawasan, serta kurangnya upaya puskesmas dalam

menanggulangi hal tersebut.

Saran

1. Disarankan kepada pimpinan puskesmas beserta petugas kesehatan untuk

memperbaiki pelaksanaan dan melakukan pemantauan dan pengawasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

dalam program imunisasi di Puskesmas sehingga dapat melaksanakan

usaha pokok puskesmas terutama program imunisasi secara efektif, efisien,

produktif dan berkualitas sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi

dasar dan dapat mencapai target pencapaian imunisasi dasar lengkap.

2. Diharapkan kepada Puskesmas Sentosa Baru untuk dapat melaksanakan

perencanaan bulanan secara rutin untuk program imunisasi sehingga dapat

meningkatkan cakupan pencapaian di wilayah kerja Puskesmas Sentosa

Baru.

3. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk dapat

mengadakan pelatihan mengenai manajemen perencanaan kepada petugas

kesehatan puskesmas.

4. Diharapkan kepada puskesmas Sentosa Baru untuk meningkatkan

pelayanan promotif dan preventif kepada pasien melalui pemberian

penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dasar. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu balita, sehingga

nantinya ibu balita bisa membawa anaknya untuk melakukan imunisasi

dasar lengkap.

5. Diharapkan kepada pimpinan Puskesmas Sentosa Baru untuk giat

melakukan pemantauan pelaksanaan imunisasi dan merencanakan kegiatan

lokakarya mini bulanan dan lokakarya mini triwulan lintas sektoral sebagai

upaya tindak lanjut terhadap permasalahan yang ditemukan di lapangan

pada saat pelaksanaan kegiatan imunisasi di posyandu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2007). Sikap manusia, teori dan pengukurannya (Ed. 2). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Alamsyah, Dedi. (2011). Manajemen pelayanan kesehatan (Ed. 3). Yogyakarta:


Nuha Medika.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman perencanaan tingkat puskesmas.


Jakarta: Anonim.

Dessy Natalya P. (2010). Analisis kejadian campak pada anak balita di kelurahan
tegal sari mandala iii kecamatan medan denai (Skripsi). FKM: Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Dinas Kesehatan Kota Medan. (2017). Profil kesehatan kota Medan. Medan:
Anonim.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2017). Profil Kesehatan Sumatera


Utara. Sumatera Utara: Anonim.

Efendi, Feri. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Hasibuan, Malayu S.P. (2005). Manajemen sumber daya manusia (Ed. Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.

Herdiansyah, H. (2012). Metodologi penelitian kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial


(Ed. Revisi). Jakarta: Salemba Humanika.

Juliani, Arni; Sidik A, Dian; Rismayanti. (2012). Evaluasi program imunisasi


puskesmas di kota Makasar Tahun 2012. Jurnal FKM Universitas
Hasanuddin.17 (3), 285. Makasar.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Buku pengantar kader posyandu. Jakarta:


Anonim

Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2005). Keputusan menteri kesehatan republik


indonesia nomor 1611/menkes/sk/xi/2005 tentang pedoman
penyelenggaraan imunisasi. Jakarta: Anonim.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2010). Keputusan menteri kesehatan republik


indonesia nomor 482/menkes/sk/iv/2010 tentang gerakan akselerasi
imunisasi nasional universal child immunization 2010-2014 (gain uci
2010-2014). Jakarta: Anonim.

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2016). Pedoman perencanaan tingkat


puskesmas. Jakarta: Anonim.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2016.


Jakarta: Anonim.

Maryunani, A. (2010). Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan (Ed. 1). Jakarta:
Trans Info Media.

Muninjaya, A.A. Gde. (2011). Manajemen kesehatan (Ed. 3). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Murti, W. (2013). Analisis manajemen pelaksanaan imunisasi oleh bidan desa


kaitannya dengan pencapaian universal child imunization (uci) di
kabupaten batang. Universitas Diponegoro. Semarang.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat, prinsip-prinsip dasar (Ed 1).


Jakarta: Asdi Mahasatya.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni (Ed. 1). Jakarta:
Rineka Cipta.

Novitasari Y.D. (2015). Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada
bayi usia 0-12 bulan di posyandu kencana sendangrejo grobogan (Skripsi)
Ilmu Kesehatan Masyarakat: STIKes Kusuma Husada. Surakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2013). Peraturan menteri kesehatan republik


indonesia nomor 42 tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi.
Jakarta: Anonim.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2014). Peraturan menteri kesehatan republik


indonesia nomor 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat.
Jakarta: Anonim.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2016). Peraturan menteri kesehatan republik


indonesia nomor 44 tahun 2016 tentang pusat kesehatan masyarakat.
Jakarta: Anonim.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2017). Peraturan menteri kesehatan republik


Indonesia nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi.
Jakarta: Anonim.

Poerwandari, E. Kristi. (2009). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku


manusia. PSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Depok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Puskesmas Sentosa Baru (2016). Profil kesehatan puskesmas sentosa baru.


Medan: Anonim.

Ranuh, Gde; Suyitno, Hariyono; Hadinegoro, Sri Rezeki S; Kartasasmita, Cissy


B; Ismoedijanto; Soedjatmiko. (2011). Pedoman imunisasi di indonesia.
Jakarta: IDAI.

Rahmawati, Sri Pinti. (2007). Analisis faktor sumber daya manusia yang
berhubungan dengan hasil kegiatan imunisasi dasar bayi oleh petugas
imunisasi puskesmas di kabupaten blora tahun 2006. Jurnal, Universitas
Diponegoro . Semarang.

Ramsar, Ulfayanti; Darmawansyah; Nurhayani. (2012). Penerapan fungsi


manajemen di puskesmas minasa upa kota makasar tahun 2012. Jurnal,
FKM Universitas Hasanuddin 9 (1), 45-46. Makasar.

Sugyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D (Ed. Revisi).
Bandung: Alfabeta.

Syukur. (1987). Program-program posyandu. Bagian I. Jakarta.

Triana, V. (2015) Faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar lengkap


pada bayi. Universitas Andalas. Padang

Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2014. Tentang tenaga kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN IMUNISASI


DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS SENTOSA BARU KECAMATAN
MEDAN PERJUANGAN

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Kedudukan : Kepala Puskesmas

II. DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana program imunisasi yang dilaksanakan di Puskesmas


Sentosa Baru?

2. Bagaimana ketersediaan tenaga kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Sentosa Baru?

3. Apakah tenaga kesehatan ada diberikan pelatihan terkhusus pada

pelaksanaan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru?

4. Bagaimana kelengkapan ketersediaan sarana dan prasarana untuk

kegiatan imuniasi di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru?

5. Bagaimana kegiatan perencanaan (microplanning) program

imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru?

6. Apakah bapak menyusun perencanaan ini bersama dengan petugas

kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru?

7. Bagaimana kelengkapan data untuk pelaksanaan perencanaan?

76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77

8. Apakah dalam kegiatan perencanaan ada diinformasikan kepada

masyarakat melalui kelurahan? Mengapa?

9. Bagaimana persiapan petugas dalam kegiatan pelaksanaan

imunisasi ?

10. Bagaimana kegiatan pelaksanaan program imunisasi di puskesmas

Sentosa Baru?

11. Apa penyebab dari rendahnya cakupan imunisasi di Puskesmas

Sentosa Baru?

12. Bagaimana koordinasi petugas program imunisasi di Puskesmas

Sentosa Baru?

13. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan imunisasi?

14. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program

imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru ? Bagaimana cara mengatasi

hambatan tersebut ?

15. Berdasarkan pengalaman bapak dalam program imunisasi di

wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru banyak hambatan yang

dihadapai, apakah kebijakan bapak?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN IMUNISASI


DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS SENTOSA BARU KECAMATAN
MEDAN PERJUANGAN TAHUN 2018

III. IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Kedudukan : Koordinator Imunisasi Puskesmas

IV. DAFTAR PERTANYAAN

16. Bagaimana program imunisasi yang dilaksanakan di Puskesmas


Sentosa Baru?

17. Bagaimana ketersediaan tenaga kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Sentosa Baru?

18. Apakah tenaga kesehatan ada diberikan pelatihan terkhusus pada

pelaksanaan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru?

19. Bagaimana kelengkapan ketersediaan sarana dan prasarana untuk

kegiatan imuniasi di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru?

20. Apa tugas ibu sebagai koordinator dalam pelaksanaan imunisasi di

Puskesmas Sentosa Baru?

21. Bagaimana kegiatan perencanaan (microplanning) program

imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru?

22. Apakah ibu menyusun perencanaan ini bersama dengan pelaksana

imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru?

23. Bagaimana kelengkapan data untuk pelaksanaan perencanaan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

24. Bagaimana persiapan petugas dalam kegiatan pelaksanaan

imunisasi ?

25. Bagaimana kegiatan pelaksanaan program imunisasi di puskesmas

Sentosa Baru?

26. Apa penyebab dari rendahnya cakupan imunisasi di Puskesmas

Sentosa Baru?

27. Bagaimana koordinasi petugas program imunisasi di Puskesmas

Sentosa Baru?

28. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan imunisasi ?

29. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program

imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru ? Bagaimana cara mengatasi

hambatan tersebut ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN IMUNISASI


DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS SENTOSA BARU KECAMATAN
MEDAN PERJUANGAN

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Kedudukan :Pelaksana Imunisasi Puskesmas

II. DAFTAR PERTANYAAN

30. Bagaimana program imunisasi yang dilaksanakan di Puskesmas

Sentosa Baru?

31. Bagaimana ketersediaan tenaga kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Sentosa Baru?

32. Apakah tenaga kesehatan ada diberikan pelatihan terkhusus pada

pelaksanaan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru?

33. Bagaimana kelengkapan ketersediaan sarana dan prasarana untuk

kegiatan imuniasi di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru?

34. Apa tugas ibu sebagai pelaksana dalam kegiatan imunisasi di

Puskesmas Sentosa Baru?

35. Bagaimana kegiatan perencanaan (microplanning) program

imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

36. Apakah ibu ikut serta menyusun perencanaan ini bersama dengan

kepala puskesmas dan koordinator imunisasi di Puskesmas Sentosa

Baru?

37. Bagaimana kelengkapan data untuk pelaksanaan perencanaan?

38. Apakah ada kegiatan loka karya mini dalam meningkatkan

kegiatan imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru?

39. Apakah dalam kegiatan perencanaan ada diinformasikan kepada

masyarakat melalui kelurahan? Mengapa?

40. Bagaimana persiapan ibu sebagai petugas dalam kegiatan

pelaksanaan imunisasi?

41. Bagaimana kegiatan pelaksanaan program imunisasi di puskesmas

Sentosa Baru?

42. Apa penyebab dari rendahnya cakupan imunisasi di Puskesmas

Sentosa Baru?

43. Bagaimana koordinasi petugas program imunisasi di Puskesmas

Sentosa Baru?

44. Bagaimana kegiatan pngawasan terhadap pelaksanaan imunisasi ?

45. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program

imunisasi di Puskesmas Sentosa Baru ? Bagaimana cara mengatasi

hambatan tersebut ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Puskesmas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Lampiran 5 Pernyataan Informan

Pernyataan informan mengenai ketersediaan sumber daya


Informan Pernyataan
Informan I (Kepala Untuk kegiatan imunisasi melibatkan pelaksana
Puskesmas)
imunisasi, koordinator imunisasi, dan kader yang
membantu kegiatan imunisasi di Posyandu. Dari segi
jumlah tenaga kesehatan kita sudah cukup.
Informan II Untuk jumlah tenaga sudah cukup, pelaksana
(Koordinator
Imunisasi) imunisasi untuk wilayah kerja Puskesmas ini sudah
memadai dan jumlah kader keseluruhan juga sudah
mencukupi yaitu sekitar 45 orang untuk 9 kelurahan
artinya satu kelurahan mereka 5 orang kader dek.
Informan III Untuk jumlah tenaga dalam membantu pelaksanaan
(Pelaksana Imunisasi)
imunisasi ini sudah mencukupilah.
Informan IV Kalau untuk jumlah tenaga pelaksana sudah cukup,
(Pelaksana Imunisasi)
saya rasa seperti itu.

Pernyataan informan tentang pelatihan kepada tenaga kesehatan puskesmas


Informan Pernyataan
Informan I (Kepala ya.. petugas kesehatan sudah terlatih ya minimal
Puskesmas)
dalam setahun mereka dilatih sebelum turun
kelapangan.
Informan II kalau untuk imunisasinya sendiri kita para pelaksana
(Koordinator
Imunisasi) dan saya sebagai petugas ya sudah terlatih.
Informan III pelatihan? Sepertinya ada. Sekali setahun.
(Pelaksana Imunisasi)
Informan IV pernah.. biasanya pertahun sekali setahun gitulah.
(Pelaksana Imunisasi)
Pelaksana V (Kader) pelatihan dek? Keknya pernah tapi ga setiap bulan
dek.
Pelaksana VI (Kader) pernah tapi uda lama dek, kayaknya dua tahun lalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

jaranglah pelatihan.
Pernyataan informan mengenai ketersediaan sarana dan prasarana
Informan Pernyataan
Informan I (Kepala cukup lengkap. Vaksin alat suntik dan lainnya selalu
Puskesmas)
mencukupi, tidak terjadi kekurangan untuk sarana
dan prasarana. Untuk penyimpanan vaksin kita juga
punya kulkas di puskesmas dan setiap pustu cuman
ada satu pustu yang belum ada kulkasnya.
Informan II Cukuplah. Vaksin selalu cukup, kita punya
(Koordinator Imunisasi)
transportasi memungkinkan, cold chain nya juga
memungkinkan, termos vaksin juga cukup untuk satu
kelurahan, alat suntik juga. Memang kemarin rusak
cold chain nya tapikan ini uda datang yang baru jadi
cukuplah. Tapi ada satu yang kurang, cold chain
disatu pustu Sei Rengas disitu tidak ada cold chain.
Informan III Alat suntik sama vaksin ada, tidak ada kekurangan.
(Pelaksana Imunisasi)
Jumlah vaksin selalu mencukupi kebutuhan karena
memang distribusinya langsung dari dinas setiap
bulannya.
Informan IV Kalau untuk vaksin, alat suntik, termos dan lainnya
(Pelaksana Imunisasi)
cukup. Ya lengkaplah namanya juga Puskesmas.

Pernyataan informan mengenai penyusunan perencanaan


Informan Pernyataan
Informan I (Kepala Perencanaan dilakukan awal tahun. Dalam kegiatan
Puskesmas)
penyusunan perencanaan setiap bulan, koordinator
imunisasi dan petugas pelaksana imunisasi dilibatkan
untuk mendiskusikan apa saja yang perlu
dipersiapkan untuk kegiatan imunisasi satu tahun
kedepan termasuk jumlah vaksin yang dibutuhkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Informan II Ada..ada.. perencanaannya bulanan ada, tahunan juga


(Koordinator Imunisasi)
ada. Seperti sekarang ini ada program MR itu sudah
direncanakan jauh-jauh hari kita ada apa, dalam
bentuk RUK dan RPK.
Informan III Kalau perencanaan dilakukan setiap bulan januari.
(Pelaksana Imunisasi)
Perencanaan setiap bulannya juga ada tapi tidak rutin
yang saya tau tidak semua petugas kesehatan ini
dilibatkan dalam kegiatan perencanaan. Cukup hanya
beberapa saja, dan saya ikut kegiatan perencanaan ini
karena saya salah satu dari pelaksana imunisasi ini.
Informan IV Ada yaa.. kegiatan perencanaan ada setiap tahun
(Pelaksana Imunisasi)
bulanan juga ada kok tapi tidak selalu dilakukan.
Saya dilibatkan untuk kegiatan penyusunan
perencanaan ini.

Pernyataan informan tentang kelengkapan data dalam kegiatan


perencanaan pada puskesmas
Informan Pernyataan
Informan I (Kepala Melengkapi data yang diperlukan dalam kegiatan
Puskesmas)
perencanaan program imunisasi. Melakukan
identifikasi masalah dan mencari solusi terhadap
permasalahan tersebut. Kalau untuk RUK
penyusunannya dilaksanakan pada awal tahun dengan
melibatkan pelaksana imunisasi, koordinator kegiatan
imunisasinya, dan penyusunan RPK itu dilakukan
setelah RUK, maksudnya setelah disetujui oleh pihak
dinas.
Informan II Kalau untuk kelengkapan data tersedia kok, kitakan
(Koordinator
Imunisasi) merangkap data dari seluruh wilayah kerja di
Puskesmas Sentosa Baru, untuk berikutnya kita tau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

sasarannya, apa kendalanya dilapangan jadi itu dapat


membantu dalam menetapkan perencanaan selanjutnya.
Jadi kita dapat mempersiapkan data jumlah sasaran
untuk menetapkan jumlah vaksin yang diperlukan.
RUK biasanya dilakukan awal tahun setelah kita
melakukan lokakarya tahunan maksudnya setelah kita
menyelesaikan laporan tahun sebelumnya, untuk RPK?
Itu kita buat setelah RUKnya kemudian di dalam RPK
itu kita buat perincian dana untuk pelaksanaan
kegiatan.
Informan III Kelengkapan data jumlah bayi dan laporan tahun lalu
(Pelaksana
untuk menetukan proritas masalah tahun kedepannya
Imunisasi)
supaya kita susun RUK dan RPK. Kalau RUK disusun
awal tahun, kalau RPK disusun setla RUK lah.
Informan IV Melihat jumlah sasaran, sarana dan prasarana, tenaga
(Pelaksana
kesehatan ya saya rasa itu aja sih. Penyusunan RUK
Imunisasi)
bulan Januari barulah setelah itu disusun RPK.

Pernyataan informan mengenai tupoksi masing-masing petugas


Informan Pernyataan
Informan I (Kepala saya itu merencanakan pelaksanaan imunisasi itu
Puskesmas)
diseluruh wilayah kerja puskesmas Sentosa Baru,
seluruh posyandu yang ada di kecamatan Medan
Perjuangan ini serta pelayanan di dalam gedung
Puskesmas Sentosa baru.
Informan II Untuk tupoksi saya ada, yang pertama itu
(Koordinator Imunisasi)
mengkoordinir pelaksanaan imunisasi di wilayah
kecamatan Medan Perjuangan termasuk itu faskes
swasta, kemudian memeriksa suhu kulkas suhu
vaksin pagi dan sore, kemudian rapat ke Dinas
Kesehatan sekali sebulan dan melaporkan hasil rapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

kepada kepala Puskesmas dan kepada vaksinator


yang paling penting itu memeriksa kondisi cold chain
dan vaksinnya sendiri.
Informan III Tugasnya melaksanakan imunisasilah.
(Pelaksana Imunisasi)
Informan IV Saya kurang tau ada apa tidaknya tupoksi tertulis,
(Pelaksana Imunisasi)
setau saya lisan saja.
Pelaksana V (Kader) kerja saya disini ya membantu ibu dari Puskesmas
dalam kegiatan Posyandu termasuk pelaksanaan
imunisasi dek.
Pelaksana VI (Kader) alamdullilah saya uda lama kerja disini dek tapi saya
kurang tau apa itu tupoksi dek, kerjaan saya disini
membantu ibu-ibu bidan di posyandu ini.

Pernytaan informan tentang persiapan petugas dalam pelaksanaan imunisasi


Informan Pernyataan
Informan I (Kepala kalau persiapan untuk pelaksanaan imunisasi itu
Puskesmas)
biasanya berhubungan langsung dengan koordinator
imunisasi.
Informan II kita kan sudah tau sebelumnya kan sudah ada jadwal
(Koordinator Imunisasi)
masing-masing. Pokoknya pagi sebelum berangkat
sudah disiapkan sebelum berangkat dan segala
keperluan untuk imunisasi sudah disiapkan.
Informan III pertama kita penyuluhan dulu habis itu kita baru
(Pelaksana Imunisasi)
imunisasi biasanya gitu dilapangan. nyiapkan vaksin,
nyiapkan laporan lah. Safety box? Apa itu? Ada lah.
Informan IV biasanya kita bawa safety box dari puskesmas untuk
(Pelaksana Imunisasi)
kita melakukan imunisasi di posyandu.
Pelaksana V (Kader) setiap kami mau posyandu pertama kami umumkan,
kalau timbangan ada vaksin juga ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Pelaksana VI (Kader) kalau posyandu persiapan itu kami umumkan lewat


masjid dek.

Pernyataan informan mengenai pemberian imunisasi


Informan Pernyataan
Informan I (Kepala ya sampai sejauh ini berjalan dengan baik. Kalaupun
Puskesmas)
ada masalah biasanya mereka langsung berkoordinasi.
Informan II berjalan dengan baik, cuman untuk sasarannya ke
(Koordinator
Imunisasi) posyandu itu tidak seluruh posyandu yang tinggi
kunjungannya karena ada juga dari mereka yang tidak
mau anaknya untuk diimunisasi jadi ga selalu ke
posyandu.

Informan III yaa kami sebelum mulai kegiatan imunisasi biasanya


(Pelaksana
penyuluhan dulu.
Imunisasi)
Informan IV baik sih tetapi kunjungan bisa rendah karena mereka
(Pelaksana
tidak membawa anaknya diimunisasi ke posyandu.
Imunisasi)
Pelaksana V (Kader) mereka yang biasanya banyak yang tidak datang
karena tidak mau anaknya diimunisasi takut demam
katanya.
Pelaksana VI Kalau pemberian dari pihak puskesmas sendiri baik,
(Kader) tapi dari ibu balita nya yang tidak membawa anaknya
untuk diimunisasi.
Pelaksana VII (Ibu anak saya belum pernah diimunisasi jadi saya tidak
Balita)
tahu pelayanan pemberian yang dilakukan petugas
baik atau tidak.

Pernyataan informan tentang penyebab rendah cakupan imunisasi


Informan Pernyataan
Informan I (Kepala mungkin dari segi pengetahuan masyarakat saja yang
Puskesmas)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

masih kurang, kesadararan masyarakat akan


pentingnya imunisasi masih minim.
Informan II cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
(Koordinator Imunisasi)
Sentosa Baru rendah karena ada beberapa ibu yang
masih kami temukan itu kurang pengetahuan
pentingnya imunisasi dan ada juga diantara mereka
yg bawa anaknya imunisasi bukan ke posyandu
maupun puskesmas dek.
Informan III mereka ada yg tidak datang biasanya susah untuk
(Pelaksana Imunisasi)
diajak imunisasi karna suami mereka melarang kalau
anaknya sudah demam tidak mau lagi disuntik
imunisasi.
Informan IV mereka tidak mau datang karena anaknya takut
(Pelaksana Imunisasi)
demam jadi tidak datang untuk imunisasi dan biasaya
mereka yang tingkat pendidikan masih rendah
tamatan SMP dan SMA.
Pelaksana V (Kader) ada...banyakpun katanya sibuk, aku udah pigi ke
dokter udah pigi ke bidan ya gitulah alasan mereka,
yaudalah mau bilang apa kita lagi. Udah kami bilang,
sama ajanya bidan sama disini sama tapi tetap
mereka ga mau, kayak ginilah ada yang mau ada
yang tidak.
Pelaksana VI (Kader) kadang-kadang ibu-ibu itu ya cemana ya ngga
percaya dia sama posyandu jadi kita ceemana cara
kita menerangkannya dengan baguslah.
Pelaksana VII (Ibu belum pernah imunisasi, lupa maklumlah uda tua
Balita)
yakan? kalau keluarga mendukung sih cuman
kadang-kadang sidedeknya ketiduran kasihan
dibanguni terus dia demam, ini baru sehat dia ini
panas badannya, mencret habis tu dia muntah-muntah
ini dia baru sehatlah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Pernyataan informan mengenai koordinasi


Informan Pernyataan
Informan I (Kepala jadi setiap awal tahun itu biasanya dimini lokakarya
Puskesmas)
lintas sektor kami melakukan koordinasi komunikasi
dengan mereka, sejauh ini belum ada hambatan.
Informan II kita ada sosialisasi termasuk itu ada kelurahan lintas
(Koordinator Imunisasi)
sektoral dan kemasyarakat ada juga kesekolah juga
ada sosialisasinya dalam bentuk verbal dan non
verbal misalnya poster, spanduk dan lain-lain.
Informan III itu biasanya sebelum pelaksanaan kita koordinasi
(Pelaksana Imunisasi)
dulu untuk persiapan dan biasanya koordinator
memberi arahan sebelum pelaksanaan.
Informan IV itu kepala puskesmas dengan petugas imunisasi
(Pelaksana Imunisasi)
dikantor camat sebuluan sekali ada lintas sektor
mereka disitu untuk tetap mengingatkanlah kalau
setiap bulannya harus meningkatkan kunjungan
imunisasi.

Pernyataan informan mengenai pengawasan


Informan II Kalau untuk itu saya selalu memantau pelaksanaannya,
(Koordinator Imunisasi) saya juga sering tanya sama ibu-ibu mengenai
bagaimana imunisasi anaknya, selalu dibawa apa tidak,
kalau tidak dibawa kenapa alasannya, yaa gitu aja sih
dek
Informan III Kalau ibu Nita selalu datang ke posyandu, dia rajin itu
(Pelaksana Imunisasi) turun ke lapangan untuk melihat pelaksanaan
imunisasi
Informan IV Ada, Ibu Nita itu lah dek tapi jarang ibu itu datang ke
(Pelaksana Imunisasi) posyandu untuk melihat imunisasi, terkadang dia juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

ada bertanya sama ibu-ibu mengenai bagaimana


imunisasi anaknya.

Pernyataan informan mengenai penilaian


Informan I (Kepala Penilaian kegiatan imunisasi dibahas dalam rapat
Puskesmas) bulanan. Bidan desa dan koordinator imunisasi
menyampaikan bagaimana kegiatan dilapangan. Laporan
bulanan mengenai kegiatan imunisasi juga dilihat.
Pengelola vaksin juga memberikan laporan mengenai
jumlah vaksin yang masuk dan keluar setiap bulannya.
Informan II Penilaian dari kepala puskesmas ya hanya melalui
(Koordinator Imunisasi) laporan bulanan saja. Pelaporan yang diberikan bidan
setiap bulannya selalu tepat waktu. Paling ya saya yang
sering turun ke lapangan melihat kegiatan imunisasi.
Informan III Rapat bulanan untuk penilaian jarang dilakukan, ada
(Pelaksana Imunisasi) sesekali dilakukan tetapi tidak rutin setiap bulan dek.
Kami hanya memberikan laporan bulanan kegiatan
imunisasi kepada kepala puskesmas. ya dari laporan itu
saja kepala puskesmas memantaunya.
Informan IV Kepala puskesmas hanya memantau kegiatan imunisasi
(Pelaksana Imunisasi) melalui laporan bulanan saja, jarang dilakukan rapat
bulanan untuk membicarakan bagaimana kegiatan di
lapangan. Yang sering memantau ya cuma koordinator
saja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Kepala Puskesmas Sentosa Baru

Wawancara dengan koordinator imunisasi Puskesmas Sentosa Baru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

Wawancara dengan pelaksana imunisasi Puskesmas Sentosa Baru

Wawancara dengan pelaksana imunisasi Puskesmas Sentosa Baru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

Wawancara dengan Kader Posyandu Nusa Indah Kelurahan Sei Kera Hilir I

Wawancara dengan Kader Posyandu Bunga Tanjung Kelurahan Sidorame Barat II

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

Wawancara dengan ibu balita

Wawancara dengan ibu balita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai