ABSTRAK
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
Anemia pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Kecamatan .........., Kabupaten ..........
dapat terselesaikan.
atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan rasa terima kasih
kepada :
4.Pembimbing II, , atas bimbingan, arahan dan masukan dalam penelitian sampai
perkuliahan.
skripsi ini.
bantuannya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dalam
Semoga amal baik dari semua pihak, mendapat imbalan yang berlipat ganda
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.........................................................................................................i
Halaman Abstrak.....................................................................................................ii
Daftar Gambar....................................................................................................xvii
Daftar Grafik......................................................................................................xviii
Daftar Lampiran...................................................................................................xix
BAB I. PENDAHULUAN
2.6.8.1 Pendarahan...................................................................................31
Keluarga.....................................................................................53
tentang Anemia...........................................................................54
Besi ............................................................................................56
Kejadian Anemia.......................................................................60
Kejadian Anemia.......................................................................62
Anemia.......................................................................................63
Anemia........................................................................................64
Kejadian Anemia........................................................................66
Kejadian Anemia.......................................................................67
Anemia.......................................................................................68
Anemia........................................................................................69
5.1 SIMPULAN....................................................................................................74
5.2 SARAN............................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
TA. 2006/2007................................................................................................49
Gambar Halaman
3. Kerangka konsep..............................................................................................35
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
Lampiran Halaman
5. Kuesioner Penelitian........................................................................................90
PENDAHULUAN
Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak janin yang
masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Ibu
atau calon ibu merupakan kelompok rawan sehingga harus dijaga status gizi dan
Di Indonesia terdapat empat masalah gizi yang utama yaitu Kurang Kalori
Protein (KKP), Kurang Vitamin A (KVA), gondok endemik dan kretin serta anemia
gizi (Bapelkes Salaman, 2000:161). Anemia gizi merupakan masalah gizi yang
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995
menunjukkan 57,1% remaja putri; 39,5% wanita usia subur dan 50,9% ibu hamil
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 menunjukkan
26,5% remaja putri; 40% WUS dan 47% anak usia 0-5 tahun menderita anemia
Anemia pada remaja putri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat bila
prevalensinya lebih dari 15% (SKRT, 2001). Dimana berdasarkan hasil penelitian
pada remaja putri di Bogor 57,1%; di Bandung 41% dan di Tangerang 41,7%
menunjukkan remaja putri menderita anemia (DKK Tangerang, 2004). Sedangkan
oleh Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) ..........
terhadap remaja putri (siswi SMP dan SMA) menunjukkan 25,33% (tahun 2003);
20,33% (tahun 2004); 25,55% (tahun 2005) dan 40,13% (tahun 2006) remaja putri
Secara umum tingginya prevalensi anemia gizi besi antara lain disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak
cukup, penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi
(Arisman, 2004:145).
Remaja putri menderita anemia, hal ini dapat dimaklumi karena masa remaja
adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat
besi. Disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiap bulan sehingga
membutuhkan zat besi lebih tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsi
lebih rendah daripada pria, karena faktor ingin langsing (Depkes RI, 1998:1).
2000:14).
remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena
penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Disamping itu remaja putri
pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan
kesehatan masyarakat, karena prevalensinya lebih dari 15%. Sebagai upaya untuk
Instruksi Bupati .......... No.04 Tahun 2000, tentang Penanggulangan Anemia Gizi
ada di Kecamatan .........., yang baru 6 tahun berdiri dan belum pernah dijadikan
..........?
Kabupaten ..........?
4.Adakah hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia
5.Adakah hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja
pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan .........., Kabupaten ........... 1.3.2
Tujuan Minor
1.Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan
Kabupaten ...........
...........
Kabupaten ...........
zat besi bagi pertumbuhan, kecerdasan anak dan pemenuhan zat besi khususnya
penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya terletak pada waktu, tempat
dengan kejadian anemia pada remaja putri adalah SMA Negeri 1 Kecamatan ..........,
Kabupaten ...........
2007.
Bidang ilmu yang diterapkan dalam penelitian adalah ilmu gizi kesehatan
masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Anemia
Anemia adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin (Hb)
Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat disebabkan oleh
hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah
3.Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
menurun.
3. Menurunkan kebugaran.
2.1.3.3 Pada remaja putri
3.Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan atau
Zat gizi besi (Fe) merupakan inti molekul hemoglobin yang merupakan
unsur utama dalam sel darah merah, maka kekurangan pasokan zat gizi besi
darah merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap
hemolisis (pecahnya sel darah merah). Karena vitamin E adalah faktor esensial bagi
dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri
bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya adalah
kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Padahal kedua zat itu diperlukan dalam
sumsum tulang.
Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan
anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat
pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel otak dan
asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel jaringan saraf
Anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia gizi
besi, namun bila darahnya diuji secara laboratoris, serum besinya normal.
Penderita memiliki selera makan yang tidak lazim, seperti makan tanah,
kotoran, adonan semen, serpihan cat, atau minum minyak tanah. Tentu saja
perilaku makan ini akan memperburuk penyerapan zat gizi besi oleh tubuh
Anemia gizi besi adalah keadaan dimana kadar Hb dalam darah lebih rendah
Tabel 3
Standar Penentuan Anemia Gizi Besi (WHO)
Kelompok Umur Hb daram Darah (g/dl)
1 2
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi
meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa
jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan diikuti dengan
menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas
2.4 Hemoglobin
protein globin dan suatu senyawa bukan protein yang dinamai hem (Mohamad
Sadikin, 2002:17)
prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan
Nyoman S, 2002:145)
Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (O2).
Dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah, dengan
adanya Hb dalam sel darah merah, pasokan oksigen keberbagai tempat di seluruh
tubuh, bahkan yang paling terpencil dan terisolasi sekalipun akan tercapai
Tabel 4
Batas normal terendah nilai hemoglobin (WHO 1972)
Usia Kadar Hb (g/dl)
1 2
1. Reagen
a.HCl 0,1 N
b.Aquadest
2. Alat
a.Pipet hemoglobin
b.Alat sahli
c.Pipet Pastur
d.Pengaduk
3. Prosedur kerja
dengan lancet.
Usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa darah yang
sama dengan warna gelas dari alat pembanding. Bila sudah sama, baca
1. Reagensia
2. Alat
a.Pipet darah
b.Tabung cuvet
c.Kolorimeter
3. Prosedur kerja
b.Ambil darah kapiler seperti pada metode sahli sebanyak 0,02 ml dan
menit.
4. Perhitungan
a.-Hemoglobin hemoque
b.Microcuvettes
c.Lancet
d.Accu-check
2. Prosedur Kerja
angka 12,1-12,2.
kapas beralkohol.
c.Masukkan lancet pada accu-check, letakkan ujung lancet pada jari
d.Ambil microcuvet, tempelkan pada jari yang ditusuk, tekan jari agar
f.Tunggu 1-2 menit, setelah itu akan keluar hasil pemeriksaan (kadar
Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama
Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram, lebih kurang 65 persennya
intraseluler, 0,1 persen bergabung dengan protein transferin dalam plasma darah dan
15-30 persen terutama disimpan dalam sistem retikuloendotelial dan sel parenkim
Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi, sebagian besi dalam bentuk feri
direduksi menjadi fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung
dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat dalam makanan (Sunita Almatsier,
2001:249).
reserve (simpanan).
Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk hemoglobin (Hb),
sebagian kecil dalam bentuk myoglobin dan jumlah yang sangat kecil tetapi vital
Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi
selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk
kompartmen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka
kebutuhan akan eritropobesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang
akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve
ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat
besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat
dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi
dalam jumlah banyak, misalnya pada anak yang sedang tumbuh (balita), wanita
menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah. Pada bayi, anak dan
remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat
basal.
Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di
dalam tubuh perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah zat
besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh tubuh
dari makanan. Suatu skema metabolisme zat besi untuk mempertahankan zat besi di
10 mg Fe 1 mg 9 mg Fe
Feritrin, 1 mg
34 mg
Gambar 1
Metabolisme Zat Besi
Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya
harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari
penghancuran sel-sel darah merah tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk
dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel-sel darah
merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah tua yang
dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Jumlah
zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basal
losses).
1.Metabolisme energi
metabolisme energi.
2.Kemampuan belajar
oleh Lozoff dan Youdim pada tahun 1988. Kadar besi dalam darah
4. Pelarut obat-obatan
Tabel 5
Angka kecukupan besi rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari)
Golongan umur Berat badan (kg) Tinggi Badan Besi (mg)
(wanita) (Cm)
1 2 3 4
13-15 46 153 19
16-19 50 154 25
Sumber: Sunita Almatsier (2001:302)
Putri
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena
orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun
sekunder. Pendapatan/ penghasilan yang kecil tidak dapat memberi cukup makan
1995:10).
perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang
Hasil penelitian oleh S.A Nugraheni pada remaja putri di kabupaten Kendal
menunjukan pada umumnya yaitu 84% (Kendal) dan 81% (Boja) pengetahuan
juga berperan dalam penyusunan makan keluarga, serta pengasuhan dan perawatan
anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah
Djaeni, 1996:35).
penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik
Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan zat besi dalam
makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah
makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam). Makanan
nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit
yang bisa diserap dengan baik oleh usus (Depkes RI, 1998:14).
Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat
besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia
Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%) dan besi
non hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi dalam makanan.
kentang dan serealia serta beberapa jenis buah-buahan. Sedangkan besi hem hampir
semua terdapat dalam makanan hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati dan
Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat sadar akan bentuk
ilmu gizi. Banyak pantang atau tabu yang ditentukan sendiri berdasarkan
pendengaran dari kawannya yang tidak kompeten dalam soal gizi dan kesehatan,
sehingga terjadi berbagai gej ala dan keluhan yang sebenarnya merupakan gej ala
Banyak remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu makan dan
lebih memilih kudapan. Padahal sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori,
tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu
(menghilangkan) nafsu makan. Selain itu remaja khususnya remaja putri semakin
menggemari junk food yang sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada sama sekali)
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh:
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
a. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang
b. Berat Badan
IMT = BB (kg)
TB 2 (m)
()
Keterangan :
Tabel 6
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
1 2
Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat
Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang
berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat
mencapai 50%.
Penyerapan zat besi di dalam usus yang kurang baik (terganggu) juga
Zat besi dari pangan hewani lebih mudah diserap, yaitu antara 10-20 persen,
sedangkan dari pangan nabati hanya sekitar 1-5 persen. Oleh karena itu,
mengkonsumsi zat besi dari pangan hewani jauh lebih baik daripada pangan nabati.
Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang
terdapat dalam daging hewan dapat diserap oleh tubuh dua kali lipat daripada besi-
nonhem
1. Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan.
penyerapan. Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah
50 persen.
5. Adanya fitat dan oksalat dalam sayuran, serta tanin dalam teh juga akan
7. Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan Fe.
gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan
serta pertumbuhan dan perkembangan. Kehadiran atau ketidakhadiran suatu zat gizi
zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekankan
Menu yang beranekaragam antara lain terdiri dari makanan pokok, lauk
penyerapan besi-nonhem.
dalam tubuh. Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di
dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Asam fitat dan asam oksalat yang
penyerapan zat besi. Karena hal inilah, bayam meski tinggi kandungan zat besinya
bukan merupakan sumber zat besi yang baik. Oleh karena itu, jika hendak
buah-buahan yang tinggi kandungan vitamin C nya, seperti jambu biji, jeruk dan
nanas. Namun lebih dianjurkan untuk meminumnya dalam bentuk jus. Sebab jika
dalam bentuk buah segar, yang kandungan seratnya masih tinggi, juga akan
merdeka.com).
2.6.6.2.1 Gastritis
Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis
dapat hanya superfisial dan oleh karena itu tidak begitu bahaya, atau dapat
menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung dan pada kasus-kasus yang
Atrofi lambung pada banyak orang dengan gastritis kronis, mukosa secara
bertahap menjadi atrofi sampai sedikit atau tidak ada aktivitas kelenjar lambung
1997:1052).
kecepatan sekresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan oleh
sawar mukosa gastroduodenal juga netralisasi asam lambung oleh cairan duodenum
2.6.6.2.3 Diare
Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus
besar. Pada diare infeksi umum, infeksi paling luas terjadi pada seluruh usus besar
dan pada ujung distal ileum. Dimanapun infeksi terjadi, mukosa teriritasi secara luas
dan kecepatan sekresinya sangat tinggi (Guyton dan Hall, 1997:1056). 2.6.7
berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak berarti faktor gizi pada usia ini tidak
Selain itu keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya akan
dikejar pada usia ini. Ini berarti pemenuhan kecukupan gizi sangat penting
63:2003).
Taraf gizi seseorang, dimana makin tinggi kebutuhan akan zat besi, misalnya
2000:198).
2.6.8.1 Pendarahan
1998:14).
cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun hal ini akan menyebabkan
konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila tidak terjadi pendarahan yang
kedua, maka konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam waktu 3
sampai 6 minggu.
Pada kehilangan darah yang kronis, penderita sering kali tidak dapat
mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin secepat
darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit
1997:538).
2.6.8.2 Menstruasi
Pada remaja putri mulai terjadi menarche dan mensis yang disertai
2.6.8.3 Cacingan
Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti
trichiura.
Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100
cc/hari, tergantung pada beratnya infestasi. Kisaran jumlah darah yang dihisap oleh
Necator americanus ialah 0,0310,015 cc per ekor. Perkiraan jumlah cacing pada
setiap orang yang terinfestasi rata-rata 350 ekor. Jika jumlah zat besi dihitung
berdasarkan banyaknya telur cacing yang terdapat dalam tinja, jumlah zat
besi yang hilang perseribu telur adalah sekitar 0,8 mg (untuk Necator americanus)
Pendapatan
Konsumsi Zat besi
Keluarga
Pendidikan Keanekaragaman
Ibu Makanan
Pelayanan Sindrom
Kesehatan Malabsorbsi
Penyerapan
(gastritis, ulkus
Zat besi
peptikum)
Diare KEJADIAN
ANEMIA
Pertumbuhan fisik
Kebutuhan
Zat Besi
Aktivitas Fisik
Pendarahan
Kehilangan
Menstruasi
Zat Besi
Cacingan
METODE PENELITIAN
Variabel Bebas
Pengganggu
Keanekaragaman Makanan
Aktivitas Fisik
Sindrom Malabsorbsi
(gastritis, ulkus
peptikum)
Diare
Pertumbuhan Fisik
Pendarahan
Cacingan
Gambar 3
Kerangka Konsep
Keterangan : Variabel yang diteliti :
Variabel yang tidak diteliti :
3.2 Hipotesis Penelitian
Arikunto, 2002;64).
Kabupaten ...........
Kabupaten ...........
Kabupaten ...........
4.Ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia
Kabupaten ...........
5.Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja
Tabel 7
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Skala Pengukuran Instrumen
Operasional
1 2 3 4
Kejadian Anemia Kejadian anemia pada Nominal Tes pemeriksaan
remaja putri (10-18 1.Anemia (Hb <12 mg) kadar Hb dengan
tahun). Dinilai 2.Tidak anemia (Hb 12 mg) hemoque.
dengan
membandingkan
kadar Hb responden
dengan nilai
normalnya.
Tingkat Dinilai berdasarkan Ordinal Kuesioner
Pendapatan besarnya pendapatan 1.Rendah (<Rp 126.250)
keluarga rata-rata setiap bulan 2.Tinggi ( Rp. 126.250)
keluarga responden,
kemudian dibagi
jumlah keluarga yang
masih menjadi
tanggungan, lalu
hasilnya
dibandingkan
dengan UMR
Kabupaten ..........
yang dibagi 4 (UMR
perkapita).
Tingkat Segala hal yang Ordinal Kuesioner
Pengetahuan diketahui remaja putri 1. Kurang (< 60%)
pegukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sudigdo
3.5.1 Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 1
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara
4) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa nyeri perut sebelah atas
yang disertai rasa mual atau nyeri pada ulu hati yang merupakan gejala dari
gastritis.
panas, sakit, rasa perut kosong dan lapar yang merupakan gejala dari ulkus
peptikum.
6) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa buang air besar yang
sering (lebih dari 3 kali sehari), faeces cair dan berlendir yang merupakan
8) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa rasa gatal yang hebat di
anus, kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam
hari), nafsu makan berkurang, berat badan menurun, rasa gatal atau iritasi
vagina dan kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi
Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi tetapi
penelitian ini, adapun metode statistik yang digunakan untuk menentukan besar
sampel adalah :
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
70 siswi.
data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji laboratorium kadar
anemia besi dapat menggunakan kadar Hb dalam darah (Yayuk Farida dkk,
2004:22). Uji kadar Hb dalam darah yang digunakan adalah dengan hemoque.
2. Pengukuran IMT digunakan untuk mengetahui status gizi setiap responden. Alat
yang digunakan berupa timbangan injak berat badan (bathromm scale) untuk
menstruasi.
jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih
optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu
(Supariasa, 2002:94).
Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel maka kuesioner tersebut harus
3.6.1.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan
product moment. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap
butiran memiliki nilai positif dan nilai r hitung > r tabel (Soekidjo Notoatmodjo,
2002:129).
menunjukkan bahwa 9 butir soal pengetahuan tentang anemia yang diuji cobakan
kepada 20 orang, berdasarkan tabel nilai r, dengan =5%, nilai r tabel adalah
3.6.1.2 Reliabilitas
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gej ala yang sama, dengan menggunakan
alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software
(0,792) > r tabel (0,444), sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut
reliabel.
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data
anemia. Data sekunder berupa data mengenai gambaran lokasi tempat penelitian
pengukuran IMT, recall 2x24 jam dan wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Data sekunder diperoleh dengan cara mencatat data monografi SMA Negeri
1.Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu di edit. Hal ini dilakukan untuk
2.Coding
3. Tabulasi
Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square
dengan bantuan SPSS 12,0 for windows. Adapun syarat uji chi-square adalah
tidak ada sel yang nilai observed yang bernilai nol, sel yang mempunyai nilai
expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika uji chi-square
tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya, alternatif uji chi-square untuk
tabel 2x2 adalah uji fisher, alternatif uji chi-square untuk tabel 2xk adalah uji
square untuk tabel selain 2x2 dan 2xk (Sopiyudin Dahlan, 2004:18).
Interpretasi hasil:
1. Bila rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko
tersebut tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain
bersifat netral.
2. Bila rasio prevalens > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka
3. Apabila rasio prevalens < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup
angka 1, maka variabel yang diteliti justru akan mengurangi kejadian penyakit,
2002:102).
BAB IV
SMA negeri yang ada di Kecamatan .........., yang beralamat di jalan Raya
kelas XI IPA sebanyak 2 kelas dan XI IPS juga sebanyak 2 kelas dan untuk kelas
XII IPA berjumlah 2 kelas dan XII IPS juga sebanyak 2 kelas. Jumlah seluruh
siswa pada tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 499 siswa, dengan distribusi menurut
XI 74 81 155
Jumlah 244 255 499
Sumber: Data sekunder
Ke las
Grafik 1
Distribusi Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan ..........
Kabupaten .......... T.A 2006/2007
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X sampai kelas
XII SMA Negeri 1 Kecamatan ........... Berdasarkan data penelitian dapat diketahui
bahwa umur resaponden bervariasi antara 15 tahun sampai dengan 18 tahun. Lebih
jelasnya distribusi umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 10
Distribusi Responden menurut Umur
Umur Frekuensi Prosentase (%)
1 2 3
15 5 7,1
16 20 28,6
17 33 47,1
18 12 17,1
Jumlah 70 100,0
5
0 47.1
4
0
3 28.6
0
2
0 17.
1
1
0 7.
1
0
15 16 17 18
Um u r
Grafik 2
tingkat umur yang paling sedikit adalah 15 tahun sebanyak 5 responden (7,1%).
pekerjaan ibu paling banyak tergolong tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga
(60%). Lebih jelasnya untuk pekerjaan orang tua responden dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 11
Distribusi Pekerjaan Orang Tua Reponden
Jenis Pekerjaan Pekerjaan Ayah % Pekerjaan Ibu %
1 2 3 4 5
PNS 6 8,5 2 2,9
CPNS 2 2,9 - -
Wiraswasta 15 21,4 15 21,4
Petani 16 22,9 8 11,4
Buruh 9 12,9 3 4,3
Lain-lain 21 30 - -
Tidak bekerja 1 1,4 42 60
Jumlah 70 100 70 100
Gambar 3
Distribusi Pekerjaan Orang Tua Responden
7
0 60,0
6
0
5
0
4 Ayah
0 30,0
3 Ibu
21,4 22,9
0 21,4
2
0 11,4 12,9
8,
1 5 2,9 2,9 4,
0 3 0 1,
4
0 0
Jenis Pekerjaan
4.3 Hasil Penelitian
rendah sebanyak 31 responden (44,3%), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan Keluarga
No Pendapatan Keluarga Frekuensi %
1 2 3 4
1 Rendah (<126.250) 31 44,3
2 Tinggi (126.250) 39 55,7
Jumlah 70 100,0
Pendapatan Keluarga
6 55,7
0
5 44,3
0
4
0
3
0
2
0
1
0
0
Rendah (<126.250) Tinggi (>= 126.250)
Tingkat Pendapatan
Grafik 4
Tabel 13
Grafik 5
8068,6
6
0
4
0 25,7
2
0 5,7
0
Kurang (<60%) Cukup (60-80%) Baik (>80%)
Tingkat pengetahuan
(60%) dan ibu responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 28
Grafik 6
Pendidikan Ibu
70,0 60,0
60,0
50,0 40,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
Rendah (< wajar 9 Tinggi (>= wajar 9 tahun)
tahun)
(4,3%) dan tidak ada responden dalam tingkat konsumsi zat besi baik.
Tabel 15
Distribusi Responden Menurut Tingkat Konsumsi Zat Besi
No Tingkat Konsumsi Fe Frekuensi %
1 2 3 4
1 Defisit (<70% AKG) 56 80,0
2 Kurang (70-80% AKG) 3 4,3
3 Sedang (>80-99% AKG) 11 15,7
4 Baik (100% AKG) 0 0
Jumlah 70 100
Grafik 7
Distribusi Responden Tingkat menurut Konsumsi Zat Besi
4.3.1.5 Distribusi Responden menurut Status Gizi
responden ( 35,7 %) dalam kategori kurus dan 4 responden (5,7%) dalam kategori
Tabel 16
Grafik 8
Distribusi Responden menurut Status Gizi
Gizi
7
0 58,6
6
0
5
0
4 35,7
0
3
0
2
0
1 5,7
00
Tabel 17
Distribusi Responden Menurut Menstruasi
No Menstruasi Frekuensi %
1 2 3 4
1 Sedang Menstruasi 20 28,6
2 Tidak sedang menstruasi 50 71,4
Jumlah 70 100,0
Grafik 9
Distribusi Responden menurut Menstruasi
Menstruasi
4.3.1.7 Distribusi Responden menurut Kejadian Anemia
Tabel 18
Distribusi Responden Menurut Kejadian Anemia
No Kejadian Anemia Frekuensi %
1 2 3 4
1 Anemia 33 47,1
2 Tidak Anemia 37 52,9
Jumlah 70 100
Grafik 10
Kejadian Anemia
54 52,9
5
2
5
0 47,1
48
46
44
Anemia (Hb<12 mg) Tidak anemia
(Hb>= 12mg)
Kejadian anemia
4.3.2 Analisis Bivariat
tentang anemia, tingkat konsumsi zat besi dan status gizi. Penggabungan sel
dilakukan supaya 3 variabel tersebut memenuhi syarat untuk uji statistik chi-
square.
anemia kurang, cukup dan baik menjadi tingkat pengetahuan tentang anemia
2. Variabel tingkat konsumsi zat besi dari tingkat konsumsi zat besi defisit,
kurang, sedang dan baik menjadi tingkat konsumsi zat besi kurang
(penggabungan antara defisit dan kurang) dan tingkat konsumsi zat besi baik
3. Variabel status gizi dari status gizi kurus, normal dan gemuk menjadi status gizi
tidak normal (penggabungan antara status gizi kurus dan gemuk) dan normal
Anemia
keluarga dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,03 5 (p < 0,05) yang artinya ada
anemia.
Tabel 19
Hubungan antara Tingkat Pendapatan keluarga dengan Kejadian Anemia
Pendapatan Kejadian Anemia Total P RP
keluarga Anemia % Tidak % %
Rendah 19 61,3 12 38,7 31 100,0 0,035 1,707
Tinggi 14 35,9 25 64,1 39 100,0
Kejadian Anemia
(p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan secara signifikan antara tingkat
Tabel 20
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia
Pengetahu Kejadian Anemia Total P RP
an Anemia % Tidak % %
Rendah 7 38,9 11 61,1 18 100,0 0,416 0,778
Tinggi 26 50,0 26 50,0 52 100,0
Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat pendidikan ibu
dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,040 (p <0,05) yang artinya ada hubungan
Tabel 21
Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia
Pendidikan Kejadian Anemia Total P RP
Ibu Anemia % Tidak % %
Rendah 24 57,1 18 42,9 42 100,0 0,040 1,778
Tinggi 9 32,1 19 67,9 28 100,0
Anemia
dengan tingkat konsumsi zat besi kurang dan menderita anemia berjumlah 27
responden (54,2%). Responden dengan tingkat konsumsi zat besi baik tetapi
menderita anemia berjumlah 6 responden (54,5%), sedangkan yang tidak
Uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat konsumsi zat besi
dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,592 (p > 0,05) yang artinya tidak ada
hubungan secara signifikan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian
anemia.
Tabel 22
Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia
Konsumsi Kejadian Anemia Total P RP
Fe Anemia % Tidak % %
kurang 27 45,8 32 54,2 59 100,0 0,592 0,839
Baik 6 54,5 5 45,5 11 100,0
dengan status gizi tidak normal dan menderita anemia berjumlah 20 responden
responden (68,3%).
Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel status gizi dengan
kejadian anemia diperoleh p = 0,002 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan secara
Tabel 23
Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia
Status Gizi Kejadian Anemia Total P RP
Anemia % Tidak % %
Tidak 20 69,0 9 31,0 29 100,0 0,002 2,175
normal 13 31,7 28 68,3 41 100,0
Normal
responden 62,0%).
kejadian anemia diperoleh p = 0,015 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan secara
Tabel 24
Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian Anemia
Menstruasi Kejadian Anemia Total P RP
Anemia % Tidak % %
Sedang 14 70,0 6 30,0 20 100,0 0,015 1,842
Tidak 19 38,0 31 62,0 50 100,0
Anemia
segala aspek kehidupan. Tingkat ekonomi terkait langsung dengan daya beli
keluarga, baik daya beli terhadap makanan maupun daya beli terhadap pelayanan
Kabupaten .......... (p= 0,03 5 dan RP =1,707). Hal ini menunjukkan bahwa
responden dengan tingkat pendapatan keluarga yang rendah memiliki risiko 1,707
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yayuk Farida, dkk
berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas
dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan
tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat gizi, salah satunya tidak terpenuhinya
kebutuhan tubuh akan zat besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian
anemia.
kesehatan keluarga untuk mencapai status kesehatan keluarga sehat secara optimal
(Bapelkes, 2004:70).
pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1
rendah memiliki risiko 1,778 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia.
Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Achmad Djaeni
(1996:35) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu merupakan modal utama dalam
serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan
bidang gizi, sehingga tidak dapat menambah pengetahuan dan tidak mampu
yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya
Masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan ..........,
Kabupaten .......... (p= 0,002 dan RP = 2,175). Hal ini menunjukkan bahwa
responden dengan status gizi tidak normal mempunyai risiko 2,175 kali lebih besar
Status gizi didapat orang dari nutrien yang diberikan kepadanya. Ada tiga
jenis kekurangan gizi, ada yang kurang secara kualitatif dan ada yang kurang
vitamin, mineral, protein dan lain-lainnya (Juli Soemirat, 1999:68). Masalah status
gizi pada remaja di Indonesia meliputi kurang zat gizi makro (karbohidrat, protein,
lemak) dan kurang zat gzi mikro (vitamin, mineral). Kurang zat gizi makro dan
mikro menyebabkan tubuh menjadi kurus, berat badan turun, anemia dan mudah
Status gizi merupakan gambaran secara makro akan zat gizi tubuh kita,
termasuk salah satunya adalah zat besi. Dimana bila status gizi tidak normal
dikhawatirkan status zat besi dalam tubuh juga tidak baik. Sehingga dapat
dikatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya anemia.
Hasil penelitian ini ternyata bertentangan dengan hasil penelitian oleh Indah
Indriawati yang menyatakan tidak ada hubungan antara status gizi dengan anemia.
Remaja wanita membutuhkan zat besi yang digunakan untuk mengganti zat
Kabupatean .......... (p= 0,015 dan RP= 1,842). Hal ini menunjukkan bahwa
responden yang sedang mengalami menstruasai mempunyai risiko 1,842 kali lebih
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Arisman (2004:146)
yang menyatakan bahwa remaja putri yang sudah mengalami menarche, jika darah
yang keluar selama menstruasi sangat banyak (banyak yang tidak sadar kalau darah
menstruasinya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi zat besi, karena
jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc, jumlah ini
menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan, atau kirakira sama
dengan 0,4-0,5 mg/hari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal,
Anemia
didasarkan pada kenyataan bahwa status gizi yang cukup adalah penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan; setiap orang hanya akan cukup zat gizi jika makanan
pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi; serta ilmu gizi
tingkat pengetahuan tentang anemia yang tinggi yaitu sejumlah 52 responden atau
74,3 % dari total sampel. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di
oleh Suhardjo (2003:25) yang menyatakan penyebab penting dari gangguan gizi
berpengaruh pada keadaan gizi individu tersebut merupakan faktor penyebab tidak
Anemia
Rendahnya intake zat besi kedalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat
besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia.
Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat
dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorbsinya (Mery E Beck,
2000:197).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden
memiliki tingkat konsumsi zat besi kurang yaitu sejumlah 59 responden atau 84,3%
tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada
remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan .........., Kabupaten .......... (p= 0,592).
zat besi. Dengan rendahnya konsumsi protein maka dapat menyebabkan rendahnya
penyerapan zat besi oleh tubuh. Keadaan ini dapat mengakibatkan tubuh
kekurangan zat besi dan dapat menyebabkan anemia atau penurunan kadar Hb.
Rendahnya konsumsi zat besi responden antara lain disebabkan karena masih
khususnya protein hewani dalam menu makanan sehari-hari. Selain itu konsumsi
instan yang hampa zat gizi, kebiasaan responden moci (minum air teh) setelah
kejadian anemia dalam penelitian ini antara lain disebabkan oleh masih rendahnya
penyerapan zat besi dalam tubuh (adanya kebiasaan minum teh setelah makan,
masih kurangnya konsumsi protein hewani) responden dan kurangnya waktu recall
konsumsi makanan.
konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1
Kecamatan .........., Kabupaten .......... ini ternyata hampir sama dengan hasil
penelitian Agustina Indika yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat
3.Hasil konsumsi makanan hanya zat besi yang dianalisis, untuk peneliti
vitamin B12, kebiasaan minum teh dan kopi setelah makan dan lainnya
5.1 SIMPULAN
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan ..........,
Kabupaten ...........
3.Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada
4.Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian
Kabupaten ...........
5.Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri
6.Ada hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri
5.2 SARAN
Kabupaten ........... Supaya lebih luas dalam menyebarkan informasi tentang anemia
pada remaja putri, misalkan dengan melakukan penyuluhan di sekolah tentang hal-
berkesinambungan. DKK .......... dapat bekerja sama dengan UKS untuk melakukan
pemantauan status gizi dengan cara menimbang berat badan dan mengukur tinggi
untuk mengetahui konsumsi zat besi, supaya hasilnya lebih representatif dan
diharapkan juga dapat menganalisis zat-zat gizi selain zat besi yang dapat
Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa Profesi Di Indonesia. Jakarta :
Dian Rakyat.
Anie Kurniawan. 2005. Remaja Putri di Kab. Tangerang Menderita Anemia:
http://www.gizi.net.com.
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Hdup. Jakarta : EGC.
Arlinda Sari. 2004. Anemia Defisiensi Besi Pada Balita: http://www.google.com
Bambang Tri. 2007. Anemia Defisiensi Besi pada Anak Sekolah: http://www.suara
merdeka. com.
Bapelkes Salaman. 2000. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas.
Magelang : Podorejo Offset.
Depkes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur
(WUS). Jakarta : Ditjen Gizi.
___________ . 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri
Wanita Usia Subur dan Calon Pengantin. Jakarta : Depkes RI
. 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan
Wanita Usia Subur. Jakarta : Depkes RI.
DKK Kab. ........... 2006. Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Pada Remaja
Putri/ WUS. .......... : DKK ...........
Dinkes Propinsi Jawa Timur dan IAKMI Pusat. 2000. Survei Data Dasar
Pengetahuan, sikap dan perilaku WUS tentang Anemia dan TTD Di 10
Lokasi SMPFA di Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Surabaya :
Dinkes Propinsi Jawa Timur dan IAKMI.
FIK Unnes. 2006. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1.
Semarang : Unnes.
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Etisa Adi. 2006. Anemia Defisiensi Besi, Kekurangan Zat Besi.
http://www.suaramerdeka.com.
I Dewa Nyoman. S. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Juli Soemirat. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada Press.
Bupati ........... 2000. Instruksi Bupati .......... tentang Penanggulangan Anemia Gizi
Besi pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. ..........: Bupati ...........
Mary E. Beck. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan penyakit-penyakit
untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Med Ali,dkk. Siklus Menstruasi dan Gangguan Haid. Jakarta : FKUI
Mohamad Harli. 1999. Mengatasi Penyebab Anemia Kurang Besi:
http://www.indomedia.com.
Mohamad Sadikin. 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Wydia Medika.
M. Sopiyudin Dahlan. 2004. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
PT ARKANS.
S.A Nugraheni, dkk. 2000. Info Anemia Gizi. Semarang: FKM Undip. Pandji
Anoraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.
Singgih Santoso. 2004. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sjahmin Moeji. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas sinar
Sinanti.
Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Pusat :
Rineka Cipta.
. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta Pusat :
Rineka Cipta
Soetjingsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Sudigdo Sastroasmoro. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klnis. Jakarta :
Sagung Seto.
Suharjdo. 2003. Berbagai Cara Pendidiksn Gizi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta :Rineka Cipta.
Sugiyono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Ikapi.
Stanley Lemeshow. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press
Yayuk Farida, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.
KUESIONER PENJARING
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1
KEC. .......... KAB........... T.A 2006/2007
Kode Responden :
Tanggal Wawancara :
Identitas Responden
1)Nama :
2)Umur :
3)Kelas :
4)Alamat :
Kecamatan :
Pendapatan/bulan (Rp)
11) Kenapa remaja putri dan ibu hamil sering menderita anemia?
1.tidak tahu
2.Karena haid setiap bulan
3.Kurang mengkonsumsi makanan kaya besi
4.Kebutuhan wanita dan ibu hamil lebih tinggi dari pria
5.Jawaban No. 2-4
12) Apakah tanda-tanda anemia?
1.Tidak tahu
2.Lesu
3.Lemah
4.Letih
5.Lelah
6.Lalai
7.5L
13) Siapa yang sering menderita anemia?
1.Tidak Tahu
2.Remaja putra
3.Balita
4.Remaja Putri/Wanita Usia subur
5.Ibu Hamil
6.Orang tua
7.No 3-6
14) Bagaimana cara mencegah seseorang agar tidak menderita anemia?
1.Tidak Tahu
2.Banyak mengkonsumsi makanan protein hewani
2.Banyak makan sayuran hijau
3.Minum tablet tambah darah
4.Banyak makan sayuran hijau dan protein hewani
5.Menjawab No 2- 4
15) Apa yang dapat mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh?
1. Tidak tahu
2.Vitamin C, air jeruk
3.Teh
4.Kopi
5.Susu
6.Menjawab No 3-5
16) Bahan makanan kaya zat besi yang lebih mudah diserap tubuh?
1.tidak tahu
2.Daging, ikan
3.Kangkung, bayam, tempe, tahu
17) Penyakit apa yang dapat menyebabkan terjadinya anemia?
1.Tidak tahu
2.Demam, hemofilia
3.Malaria, cacingan
E. Pendidikan Ibu
18) Apa pendidikan terakhir ibu anda?
1.Tidak sekolah
2.Tidak tamat SD
3.Tamat SD
4.Tamat SMP
5.Tamat SMA
6.Tamat Akademik (D1. D2, D3)
7.Tamat Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)
F. Konsumsi Zat Besi
19) Formulir Recall 2x24 Jam
Petunjuk pengisian:
- Tanyakan dan catat semua makanan, buah, snack yang responden konsumsi
(makan) dan minuman yang diminum pada 2 hari secara berselang-seling,
bila antara hari tersebut responden berpuasa maka tanyakan konsumsi pada
hari sebelum responden berpuasa.
- Kemudian tanyakan jenis bahan makanan yang menyusun
ukuran rumah tangga : sendok, piring, butir, potong, gelas dll (contoh: nasi
- Tanyakan secara detail dan lengkap jangan sampai ada yang terlewatkan.
Makanan
selingan
(snack)
Makan
Siang
Makanan
selingan
(Snack)
Makan
malam
II. Makan
Pagi
Makanan
selingan
(Snack)
Makan
Siang
Makanan
selingan
(Snack)
Makan
malam
G. Kebiasaan Makan (penunjang)
20) Berapa kali frekuensi makan dalam sehari?
1.1 kali sehari
1.2 kali sehari
2.3 kali sehari
21) Apakah ada pantangan terhadap makanan tertentu?
1.Ya, (sebutkan........................................................)
2.tidak
22) Apakah anda melakukan diet penurunan berat badan/untuk menjaga
bentuk tubuh agar tetap langsing?
1.Ya, sebutkan caranya.............................................
2.Tidak
23) Apakah anda setiap hari mengkonsumsi buah kaya Vitamin C (jeruk, nanas
dll)?
1.Tidak (Lanjutkan ke pertanyaan No. 25).
2.Ya
24) Apakah anda setiap hari mengkonsumsi sayuran hijau?
1.Tidak
2.Ya
25) Apakah anda setiap hari mengkonsumsi protein hewani?
1.Tidak
2.Ya
H. Status Gizi
26) Hasil pengukuran :
Berat Badan : Kg
Tinggi Badan : Cm = Meter
( )
IMT = 2
BB Kg = TB m
()
1.Kurus : IMT 18,5
2.Normal : IMT >18,5 25,0
pribadi
Belajar di sekolah
Isrirahat di sekolah
Pulang sekolah
Makan siang
Tidur
Nonton TV
Nyuci baju
Nyuci piring
Menyapu
Kegiatan ekstrakulikuler
Makan malam
TERIMA KASIH
Lampiran 6
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 TOTAL
R1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7
R2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 17
R3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
R4 1 1 2 2 1 2 1 1 1 12
R5 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7
R6 1 1 1 1 0 2 1 1 0 8
R7 1 1 1 2 2 2 1 2 0 12
R8 1 1 1 2 2 2 1 2 0 12
R9 1 1 2 2 0 2 1 2 2 13
R10 1 1 1 1 1 2 1 1 1 10
R11 1 1 2 2 2 2 1 2 1 14
R12 1 2 1 2 2 2 1 2 1 14
R13 1 1 2 2 2 2 1 2 2 15
R14 1 1 2 2 1 2 1 2 0 12
R15 1 1 2 0 1 2 2 2 1 12
R16 1 2 1 2 1 2 1 2 0 12
R17 1 1 2 2 1 2 2 2 1 14
R18 1 2 2 2 2 2 2 2 1 16
R19 1 1 2 2 1 1 1 2 0 11
R20 1 1 2 2 2 2 1 1 1 13
Lampiran 7
N %
Cases Valid 20 100.0
Excluded a 0 .0
Total 20 100.0
Correlations
Correlations
Total
Lampiran 8
Excluded a 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Item Statistics
Item-Total Statistics
Scale Statistics
Lampiran 9
coding Konsumsi
Pendidikan pendidikan Konsumsi Fe rata- BB
No-R TB BB AKG
Ibu ibu Fe 2 hari rata ideal
1 SMP 1 7,25 3,63 159,1 44 46 18,17
2 SMP 1 9,26 4,63 159,5 48 50 24,00
3 PT 1 29,60 14,00 159 44 46 18,17
TDK TMT
4 0 35,40 17,70 154,2 44 50 22,00
5 SD 0 6,68 3,34 155 55 50 27,50
6 SMA 1 45,20 22,60 151 54 50 27,00
7 PT 1 40,10 20,05 147,5 49 50 24,50
8 SD 0 15,10 7,55 156,5 52 50 26,00
9 SMP 1 33,60 16,80 154,6 48 46 19,83
TDK
10 0 9,17 4,59 154 39 50 19,50
SKLH
11 SD 0 7,86 3,93 164,4 60 50 30,00
12 SD 0 38,70 19,35 154,8 48 50 24,00
13 PT 1 11,80 5,90 157,5 46 46 19,00
TDK TMT
14 0 6,22 3,11 155,5 47 50 23,50
TDK TMT
15 0 6,75 3,38 160 41 50 20,50
16 SD 0 8,43 4,22 153 41 50 20,50
17 SD 0 4,99 2,50 155 49 50 24,50
18 SMP 1 4,82 2,41 150 41 50 20,50
19 SMP 1 11,50 5,75 155 29,5 50 14,75
20 SD 0 3,00 1,50 153 41 50 20,50
21 PT 1 8,83 4,42 153 47 46 19,41
TDK TMT
22 0 32,50 15,50 153 40 50 20,00
TDK TMT
23 0 35,00 17,50 152 48 50 24,00
24 SMP 1 7,54 3,77 142 39 50 19,50
TDK
25 0 2,97 1,49 154,5 50 50 25,00
SKLH
26 SD 0 9,82 4,91 150 42 50 21,00
27 SMA 1 40,30 20,15 153 50 50 25,00
28 SD 0 6,88 3,44 159,5 46 50 23,00
29 SD 0 7,52 3,76 154,5 49 50 24,50
30 SMP 1 33,90 16,95 145,5 42 50 21,00
31 SD 0 32,90 16,45 147,5 41 50 20,50
32 SD 0 7,00 3,50 157,5 49 50 24,50
33 SMP 1 5,10 2,55 149 58 50 29,00
34 SMP 1 10,80 5,40 151 56 50 28,00
35 SD 0 5,83 2,92 152,5 43 50 21,50
36 SMA 1 11,70 5,85 163 71 50 35,50
TDK
37 0 9,38 4,69 157 64 50 32,00
SKLH
TDK TMT
38 0 5,32 2,66 152,7 37 50 18,50
39 SD 0 5,24 2,62 158,3 52 50 26,00
40 SD 0 5,34 2,67 50 20,00
No-R Pendidikan coding Konsumsi Konsumsi TB BB BB AKG
41 Ibu
SD pendidikan0 Fe 2 7,01
hari Fe rata-
3,51 ideal
50 21,00
155,6
(Cm) 42
(Kg)
42 SD 0 8,74 4,37 152,5 55 50 27,50
43 SMP 1 9,18 4,59 150 43 50 21,50
44 SD 0 6,79 3,40 161,5 50 50 25,00
45 SMA 1 7,29 3,65 156,9 45 50 22,50
46 TDK TMT 0 7,12 3,56 156,4 40 50 20,00
47 SMP 1 8,10 4,05 153,9 46 50 23,00
48 SMA 1 31,87 15,94 157,8 39 50 19,50
49 SD 0 7,58 3,79 157 50 50 25,00
50 SD 0 37,00 18,50 154 46 50 23,00
51 SD 0 5,26 2,63 160 52 50 26,00
52 TDK TMT 0 4,97 2,49 163 49 50 24,50
53 SMP 1 6,72 3,36 147 40 50 20,00
54 SD 0 5,01 2,51 144,5 39 50 19,50
55 SD 0 9,15 4,58 152,5 51 50 25,50
56 SMP 1 8,94 4,47 150,2 44 50 22,00
57 SD 0 7,02 3,51 152,5 51 50 25,50
58 SMP 1 6,59 3,30 158 48 50 24,00
59 SMP 1 4,93 2,47 160 50 50 25,00
60 SMP 1 8,73 4,37 155,5 49 50 24,50
61 SMA 1 6,91 3,46 157 49 50 24,50
62 SD 0 7,99 4,00 151 42 50 21,00
63 SMP 1 33,20 16,60 149,5 40 50 20,00
64 TDK TMT 0 7,98 3,99 154,5 48 50 24,00
65 SD 0 6,17 3,09 162,5 47 50 23,50
66 SD 0 8,14 4,07 147 42 50 21,00
67 SD 0 8,84 4,42 155 43 50 21,50
68 SD 0 7,51 3,76 152 46 50 23,00
69 TDK TMT 0 5,36 2,68 158,5 53 50 26,50
70 SMA 1 8,73 4,37 154,2 66 50 33,00
48 81,72 2 1 15,7 0 0
49 15,16 0 0 20,3 1 1
50 80,43 2 1 19,4 1 1
51 10,12 0 0 20,3 1 1
52 10,14 0 0 18,4 0 0
53 16,80 0 0 18,5 0 0
54 12,85 0 0 18,7 1 1
55 17,94 0 0 21,9 1 1
56 20,32 0 0 19,5 1 1
57 13,76 0 0 21,9 1 1
58 13,73 0 0 19,2 1 1
59 9,86 0 0 19,5 1 1
60 17,82 0 0 20,3 1 1
61 14,10 0 0 19,9 1 1
62 19,02 0 0 18,4 0 0
63 83,00 2 1 17,9 0 0
64 16,63 0 0 20,1 1 1
65 13,13 0 0 17,8 0 0
66 19,38 0 0 19,4 1 1
67 20,56 0 0 17,9 0 0
68 16,33 0 0 19,9 1 1
69 10,11 0 0 21,1 1 1
70 13,23 0 0 27,8 2 0
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat pendapatan
keluargavresponde 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
n
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
Statistic df Sig.Wilk Statistic df Sig.
Tingkat pendapatan
keluargavresponde
n ,197 70 ,000 ,732 70 ,000
Crosstab
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Tingkat pendapatan
2,827 1,067 7,495
keluarga responden
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat pengetahuan 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
tentang anemi respond
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tingkat pengetahuan ,157 70 ,000 ,951 70 ,008
tentang anemi
responden
a. Lilliefors Significance Correction
Sebelum Penggabungan Sel
Crosstab
Kejadian anemia pada
responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square ,662a 2 ,718
Likelihood Ratio ,668 2 ,716
Linear-by- ,527 1 ,468
Linear
N of Valid Cases
Association 70
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,89.
Symmetric Measures
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Tingkat
pengetahuan remaja a
tentang anemia
(Kurang (<60%) /
Cukup (60-80%))
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Setelah Penggabungan Sel
gkat pengetahuan
remaja putri tentang anemia penggab sel * Kejadian anemia pada
responden Crosstabulati
% within Tingkat
47,1% 52,9 100,0%
pengetahuan remaja
putri tentang 100,0 % 100,0%
anemia penggab sel
% 100,0 100,0%
47,1% %
Chi-Square Tests
95% Confidence
Interval
Value
Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat
pengetahuan remaja
,636
putri tentang anemia
penggab sel (Rendah (
kurang <60%) / Tinggi ,778
(Cukup+baik >=60%))
1,222
For cohort Kejadian
anemia pada responden 70
= Anemia (Hb <12 mg) ,213 1,897
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
pendidikan ibu
responden_
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tingkat ,230 70 ,000 ,917 70 ,000
pendidikan ibu
responden_
a. Lilliefors Significance Correction
Tingkat pendidikan ibu responden * Kejadian anemia pada responden
Crosstab
Kejadian anemia pada
responden
Anemia (Hb Tdk anemia Total
<12 mg) >=12
Tingkat pendidik Rendah (< wajar 9 tahCount (Hb 24 mg) 18 42
ibu responden Expected Count 19,8 22,2 42,0
% within
Tingkat 57,1% 42,9% 100,0%
pendidikan ibu
%responden
within Kejadian 72,7% 48,6% 60,0%
anemia pada
% of Total
respon 34,3% 25,7% 60,0%
Tinggi ( >= Wajar 9 ta Count 9 19 28
Expected Count 13,2 14,8 28,0
% within
Tingkat 32,1% 67,9% 100,0%
pendidikan ibu
%responden
within Kejadian 27,3% 51,4% 40,0%
anemia pada
%respon
of Total 12,9% 27,1% 40,0%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within
Tingkat 47,1% 52,9% 100,0%
pendidikan ibu
%responden
within Kejadian 100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada
% of Total
respon 47,1% 52,9% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Tingkat pendidikan
2,815 1,034 7,661
ibu
>= Wajar 9 tahun))
For cohort Kejadian
anemia pada 1,778 ,977 3,235
= Anemia (Hb <12 mg)
responden
For cohort Kejadian
,632 ,410 ,973
anemia pada
responden = Tdk
N of Valid
anemia (HbCases
>=12 mg) 70
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat konsumsi 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
zat besi
responden
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
konsumsi
Tingkat zat ,342 70 ,000 ,658 70 ,000
besi responden
a. Lilliefors Significance Correction
Sebelum Penggabungan Sel
Crosstab
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 4,018a 2 ,134
Likelihood Ratio 5,168 2 ,075
Linear-by-Linear 1,073 1 ,300
Association
N of Valid Cases 70
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,41.
Symmetric Measures
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Tingkat
konsumsi zat besi a
responden (Defisit
(<70% AKG) / Ku
rang
a.(70-80% AKG))statistics cannot be computed. They are only computed for a
Risk Estimate
2*2 table without empty cells.
Setelah Penggabungan Sel
Tingkat konsumsi zat besi responden penggab sel * Kejadian anemia pada
responden
Crosstab
Kejadian anemia pada
responden
Anemia (Hb Tdk anemia Total
<12 mg) (Hb >=12 mg)
zat besi responden <= 80% AKG) Expected Count 27,8 31,2 59,0
Chi-Square Tests
95% Confidence
Value Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Tingkat konsumsi zat
besi
(Kurang (kurang+defisit ,703 ,193 2,561
<= 80% AKG) / Baik
(sedang+baik> 80%
AKG))
For cohort Kejadian ,839 ,457 1,539
anemia pada
= Anemia (Hb <12 mg)
responden
For cohort Kejadian
anemia pada
responden
= Tdk anemia (Hb 1,193 ,599 2,375
>=12 mg)
N of Valid Cases 70
5. Status Gizi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Status gizi responden 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Status gizi responde ,127 70 ,007 ,938 70 ,002
a. Lilliefors Significance Correction
Sebelum Penggabungan Sel
Chi-Square Tests
Value
Odds Ratio for Status a
gizi responden
(Kurus (<=18,5) /
Normal
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table without empty
cells.
Crosstab
Kejadian anemia pada
responden
Anemia (Hb Tdk anemia Total
<12 mg) (Hb >=12 mg)
Status gizi Tidak normal Count 20 9 29
responden (Kurus+gemuk IMT
penggab Expected Count 13,7 15,3 29,0
<=18,5->25)
sel % within Status gizi 69,0% 31,0% 100,0%
responden penggab sel
% within Kejadian anemia 60,6% 24,3% 41,4%
pada responden % of 28,6% 12,9% 41,4%
Normal (IMT >18,5- 25 Count 13 28 41
Symmetric Measures
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Status
gizi responden penggab
sel (Tidak normal
4,786 1,717 13,346
(Kurus+gemuk IMT
<=18,5->25) / Normal
(IMT >18,5- 25))
For cohort Kejadian
anemia pada responden 2,175 1,304 3,627
= Anemia (Hb <12 mg)
For cohort Kejadian
,454 ,254 ,813
anemia pada responden
= Tdk anemia (Hb >=12
mg)
N of Valid Cases 70
6. Menstruasi
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sedang 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
menstruasi/tida saat
pemeriksaan Hb
Descriptives
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sedang ,449 70 ,000 ,566 70 ,000
menstruasi/tida saat
pemeriksaan
a. Lilliefors Hb
Significance Correction
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Kejadian 47,1% 52,9% 100,0%
menstruasi pada 100,0 100,0 100,0%
responden saat pmrks % % 100,0%
Hb 47,1% 52,9%
% within Kejadian
anemia pada respond
% of Total
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 70
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Kejadian menstruasi
3,807 1,250 11,597
pada responden saat
Hb (sdg menstruasi /
tdk sdg menstruasi)
For cohort Kejadian
anemia pada 1,842 1,168 2,906
= Anemia (Hb <12 mg)
responden
For cohort Kejadian
anemia pada ,484 ,239 ,978
responden = Tdk
anemia (Hb >=12 mg)
N of Valid Cases 70
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kejadian anemia (Hb 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
pada responden
Descriptives
13,1066
5% Trimmed Mean 12,5897
Median 12,0500
Variance 4,019
Std. Deviation 2,00479
Minimum 8,70
Maximum 17,30
Range 8,60
Interquartile Range 2,85
Skewness ,395 ,287
Kurtosis -,397 ,566
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kejadian anemia (Hb) ,123 70 ,010 ,970 70 ,091
pada responden
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 13
Gambar 1
Siswi SMA 1 Kec. ..........
Gambar 2
Pemeriksaan Kadar Hb oleh petugas
Gambar 3
Pemeriksaan kadar Hb oleh petugas
Gambar 4
Pemeriksaan kadar Hb oleh petugas
Gambar 5
Wawancara dan pengisian kuesioner oleh petugas
Gambar 6
Pengisian kuesioner oleh pewawancara
Gambar 7
Penimbangan berat badan
Gambar 8
Pengukuran tinggi badan