Anda di halaman 1dari 44

KAJIAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI

BERDASARKAN FAKTOR ASUPAN GIZI


DAN INDEKS MASSA
TUBUH (IMT)

(Studi Literatur Periode Tahun 2019)

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai


Gelar Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh:

ANI FAJRIANI
A.12.17.0005

AKADEMI KEBIDANAN CIANJUR


CIANJUR
2020
AKADEMI KEBIDANAN CIANJUR
2020

ANI FAJRIANI
KAJIAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI BERDASARKAN
FAKTOR ASUPAN GIZI DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

ABSTRAK

Anemia pada remaja merupakan masalah yang sering dijumpai di seluruh


dunia disamping sebagai masalah utama kesehatan masyarakat. Prevalensi
anemia di dunia berkisar 40-88%. Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia
sebanyak 72,3%. Kejadian anemia pada remaja sebesar 48,9%. Banyak faktor
yang memicu terjadinya anemia pada remaja putri salah satunya faktor asupan
gizi dan IMT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kajian
kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan faktor asupan gizi dan IMT.
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur melalui data sekunder
dari beberapa buku, jurnal, artikel ilmiah. Analisis data penelitian ini
menggunakan analisis Jurnal review. Penulis memilih empat jurnal terkait dengan
kejadian anemia pada remaja putri Tahun 2019.
Setelah dilakukan analisa dari masing-masing jurnal yang dipilih, peneliti
memperoleh hasil bahwa keempat jurnal yang dikaji sejalan dengan kajian
peneliti, yaitu kejadian anemia pada remaja putri disebabkan oleh beberapa
faktor salah satunya asupan gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan yaitu kejadian anemia pada
remaja putri disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor asupan gizi dan Indeks
Massa Tubuh menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian anemia
pada remaja putri. Hal ini dikarenakan kedua faktor ini berkaitan satu sama lain.
Disarankan agar remaja putri memperhatikan faktor asupan gizinya, selain itu
peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperhatikan kaidah studi literatur yang
telah ditentukan dalam pemilihan jurnal yang akan dibahas.

Kata kunci : Anemia, Remaja Putri


Kepustakaan : 29, 2010-2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tak terhingga yang diberikan kepada
penulis, atas segala kemudahan-kemudahan yang diberikan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Gambaran Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri”.
Penulisan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Ahli Madya Kebidanan di Akademi Kebidanan Cianjur. Dalam penulisan
laporan ini penulis banyak mendapat banyak bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga segala
kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari Allah AWT. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Drs. H.U. Suryana, MM. MHA selaku Ketua Yayasan Priangan Cianjur yang
telah memberikan motivasi.
2. Soffa Abdillah, SST, M.Keb, selaku direktur Akademi Kebidanan Cianjur
terima kasih atas nasehat dan dukungannya.
3. Ajeng Hendianti, SST., M.Keb, selaku pembimbing atas segala masukan,
arahan, waktu, dan bimbingannya sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
4. Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes., MH.Kes selaku penguji yang
memberikan arahan, kritik, dan sarannya sehingga laopran penelitian ini bisa
jauh lebih baik.
5. Staf dan dosen Akademi Kebidanan Cianjur yang telah memberikan
dukungan, bimbingan dan motivasi.
6. Orang tua, Ayah Dedi Wardiawan, Ibu Ijah (alm) dan Ibu Nelis Nurrohmat
yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan bantuan moril, materil
serta doa restu selama kami menjalani kuliah dan penyusunan ini.
7. Sahabat terdekat, Alvi Nursadila, Siti Sadiah, Yeli Intan Purnama, Latifah
Khoerunnisa yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat.
8. Rekan-rekan D III Akademi Kebidanan Cianjur Angkatan XII dan terutama
kelas III A yang telah memberikan doa, dukungan dan bantuannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
memberikan andil dalam penyusunan KTA ini.

i
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada kami mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan proposal ini. Akhirnya penulis berharap ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Cianjur, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Studi Literatur .................................................................... 4
1. Tujuan umum ............................................................................ 4
2. Tujuan khusus .......................................................................... 4
D. Manfaat Studi Literatur.................................................................. 4
1. Manfaat teoritis ......................................................................... 4
2. Manfaat praktis ......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................... 5
A. Anemia ......................................................................................... 5
1. Pengertian Anemia ................................................................... 5
2. Klasifikasi Anemia ..................................................................... 5
3. Penyebab Anemia..................................................................... 6
4. Gejala Anemia .......................................................................... 7
5. Dampak Anemia ....................................................................... 7
6. Pencegahan Anemia ................................................................. 7
7. Cara Penanggulangan Anemia ................................................. 8
B. Remaja ......................................................................................... 9
1. Pengertian Remaja ................................................................... 9
2. Tahap Perkembangan............................................................... 9
3. Masalah Gizi Pada Remaja ....................................................... 9
C. Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia
pada remaja putri ........................................................................ 9
1. Asupan Zat Gizi ........................................................................ 9
2. Status Gizi (IMT) ....................................................................... 11

iii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 12
A. Studi Literatur ............................................................................. 12
B. Pengumpulan Data ..................................................................... 12
C. Analisa Data ............................................................................... 13
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ...................................................... 15
A. Analisa Berbagai Literatur ........................................................... 17
B. Pembahasan Jurnal .................................................................... 20
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 29
A. Simpulan..................................................................................... 29
B. Saran .......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Parameter kadar hemoglobin normal ............................................ 5
Tabel 2.2 Kategori ambang batas IMT menurut ............................................ 12
Tabel 2.3 Kategori dan ambang batas IMT/U ................................................ 13

v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi
Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komposisi jumlah penduduk terbesar di dunia adalah remaja. Anemia
pada remaja merupakan masalah yang sering dijumpai di seluruh dunia,
disamping sebagai masalah utama kesehatan masyarakat (Sudoyo, 2006
dalam kirana, 2011). Perubahan fisik dan psikis yang sangat terlihat pada
remaja dalam melalui tahapan masa pubertas yang secara alami akan dilalui
oleh setiap individu akan berpengaruh terhadap status gizi dan status
kesehatan remaja, sehingga apabila tidak tertangani dengan baik maka
dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan gizi yang dapat menimbulkan
anemia pada remaja (Badriah, 2011 dalam Dwi, 2017).
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal,
baik fisik, mental, sosial maupun emosional (World Health Organization,
2011). Remaja masih dalam proses mencari identitas diri sehingga seringkali
mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi. Hal ini disebabkan karena
adanya pengaruh informasi dan komunikasi. Pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi pada masa remaja menyebabkan terjadinya
banyak perubahan dalam kehidupan remaja, termasuk ragam gaya hidup
dan perilaku konsumsi remaja (Sarwono, 2011). Menurut Sediaoetama
(2010) remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Oleh sebab itu,
zat gizi yang dibutuhkan remaja harus terpenuhi baik dari segi kualitasnya
maupun kuantitasnya. Ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan
atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi. Salah satu masalah gizi
yang sering dialami pada masa remaja adalah anemia (WHO, 2013).
WHO (World Health Organization) mendefinisikan bahwa anemia
merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL
pada perempuan yang berusia diatas 15 tahun dan tidak hamil. Anemia
merupakan masalah gizi yang banyak terjadi pada remaja, khususnya
remaja putri. Anemia merupakan kelanjutan dampak dari kekurangan zat gizi
makro dan mikro (Badriah, 2011). Anemia defisiensi besi merupakan
masalah gizi yang lazim di dunia, dan diderita oleh remaja putri lebih dari
600 juta manusia. Menurut WHO, prevalensi anemia di dunia berkisar 40-

1
2

88%. Prevalensi anemia pada remaja putri di negara berkembang sekitar


53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri
karena stress, haid, atau terlambat makan. Perkiraan prevalensi anemia
defisiensi besi secara global adalah 13,4% di Thailand dan 85,5% di India
(Arisman, 2010). 36% (1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta
orang di negara sedang berkembang remaja menderita anemia defisiensi
besi, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (100 juta
orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang (Arisman, 2009 dalam
Sasmita, 2015).
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi di dunia
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia yang paling sering
terjadi pada remaja, karena kebutuhan yang tinggi untuk pertumbuhan.
Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%, penyebabnya
remaja putri cenderung melakukan diet sehingga dapat menyebabkan
asupan zat gizi berkurang termasuk zat besi. Selain itu adanya siklus
menstruasi setiap bulan, tingkat Pendidikan orang tua, tingkat ekonomi,
tingkat pengetahuan dan sikap remaja dalam mencegah anemia kurang
seperti konsumsi Fe, vitamin C, dan lamanya menstruasi (Burner, 2012).
Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa kejadian anemia
adalah 23,8% terjadi pada perempuan dan laki-laki 18,4%. Sedangkan
berdasarkan kelompok usia, sebanyak 26,4% terjadi pada kelompok usia 5-
14 tahun dan 18,4% pada kelompok usia 15-24 tahun. Pada Riskesdas
(2018), anemia pada remaja mengalami kenaikan menjadi 48,9% dengan
proporsi anemia berada di kelompok 15-24 tahun dan 25-34 tahun. Menurut
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa
prevalensi pada balita yaitu 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja
putri usia 10-18 tahun 57,1%, dan usia 19-45 tahun 39,5%. Berdasarkan
tempat tinggal, penderita anemia yang tinggal di perkotaan sebesar 20,6%
dan 22,8% tinggal di pedesaan (Kemenkes RI, 2014). Wanita mempunyai
resiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri. Hasil
penelitian di beberapa daerah di Indonesia masih menunjukan tingginya
prevalensi anemia pada remaja putri, contohnya saja pada remaja putri di
SMA dan MAN di enam daerah Kabupaten di Jawa Barat didapatkan
prevalensi anemia sebesar 40,4% (Susanto, 2000 dalam Sari, 2011)
3

Dalam hal ini remaja putri memerlukan perhatian khusus dalam hal
kesehatan, karena pada masa ini merupakan masa tumbuh kembang dan
persiapan untuk menjadi seorang ibu. Aktivitas sekolah, perkuliahan maupun
berbagai aktivitas organisasi dan ekstrakurikuler yang tinggi akan
berdampak pada pola makan yang tidak teratur, selain itu sikap remaja yang
selalu mengkonsumsi minuman yang menghambat absorbsi zat besi akan
mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang (Sumadiyono, 2013).
Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat dengan adanya pertumbuhan
dan datangnya menstruasi, sehingga pada remaja putri sangat rentan sekali
terjadi anemia gizi besi. Berdasarkan penelitian Oktalina, Era (2011)
menyatakan bahwa ada kejadian anemia disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu Pendidikan ibu, pekerjaan ayah, asupan zat gizi, IMT, menstruasi dan
Konsumsi tablet Fe.
Hasil penelitian Nelima (2015) menyatakan bahwa ada hubungan
asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di kota Siaya,
Kenya. Remaja putri yang memiliki asupan zat besi yang rendah akan
beresiko 9 kali lebih besar untuk menderita anemia. Hasil penelitian
Wijayanti (2011) yang menyatakan bahwa protein memiliki peran penting
sebagai alat perpindahan zat besi yang ada di dalam tubuh untuk
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Asupan protein yang
kurang menyebabkan perpindahan zat besi ke sumsum tulang terhambat
sehingga produksi sel darah merah terganggu. Hal ini sejalan dengan
penelitian Kirana (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi asupan zat
gizi maka semakin tinggi kadar hemoglobin dan semakin rendah prevalensi
terjadinya anemia.
Dari masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan studi literatur
mengenai ”Kajian Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Berdasarkan Faktor
Asupan Gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
adalah “Bagaimana Kajian Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Berdasarkan Faktor Asupan Gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)?”
4

C. Tujuan Studi Literatur


1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Kajian Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Berdasarkan Faktor Asupan Gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Analisis Perbedaan Dari Masing-Masing Jurnal
Yang Dikaji Tentang Kajian Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Berdasarkan Faktor Asupan Gizi Dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
b. Untuk Mengetahui Analisis Persamaan Dari Masing-Masing Jurnal
Yang Dikaji Tentang Kajian Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Berdasarkan Faktor Asupan Gizi Dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
c. Untuk Mengetahui Kesimpulan Dari Masing-Masing Jurnal Yang
Dikaji Tentang Kajian Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Berdasarkan Faktor Asupan Gizi Dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
D. Manfaat Studi Literatur
1. Manfaat teoritis
Menambah khasanah Ilmu Kebidanan Khususnya Ilmu Gizi pada
Remaja dan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
ataupun menambah literatur bahan pengajaran.
b. Bagi penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan teori yang
diperoleh, serta untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan
dalam penelitian.
c. Bagi remaja
Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya
pencegahan dan penanggulangan anemia karena akan berdampak
luas di kemudian hari.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anemia
1. Pengertian Anemia
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin
darah yang lebih rendah daripada normal sebagai akibat
ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat
normal. Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena
kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan
fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani & Wirjatmadi, 2012).
WHO (World Health Organization) mendefinisikan bahwa
anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang
dari 12 g/dL pada perempuan yang berusia diatas 15 tahun dan tidak
hamil.
Kadar hemoglobin merupakan parameter yang paling mudah
digunakan dalam menentukan status anemia pada skala luas.
Parameter Batasan hemoglobin normal menurut WHO dalam Adriani
& Wirjatmadi (2012) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Parameter kadar hemoglobin normal
Kelompok Umur Hemoglobin
(gr/dl)
Anak 6 bulan-6 tahun 11
6 tahun-14 tahun 12
Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11
WHO dalam Adriani & Wirjatmadi (2012)

5
6

2. Klasifikasi Anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel
dan hemoglobin yang dikandungnya.
a. Makrositik
Pada anemia ini, ukuran sel darah merah bertambah besar
dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis
anemia:
1) Anemia megaloblastik, adalah anemia yang disebabkan
kekurangan B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA.
2) Anemia non megaloblastik, adalah eritropolesis yang
dipercepat dan peningkatan luas permukaan membrane.
b. Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh
defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta
gangguan metabolisme besi lainnya.
c. Normositik
Pada anemia ini, ukuran sel darah merah tidak berubah. Ini
disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume
plasma secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan
endokrin, ginjal dan hati.
3. Penyebab Anemia
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat
besi, infeksi atau gangguan genetik. Yang paling sering terjadi adalah
anemia yang sering disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi.
Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat menstruasi,
kecelakaan dan donor darah berlebihan juga dapat menghilangkan
zat besi dalam tubuh. Wanita yang mengalami menstruasi setiap
bulan beresiko menderita anemia. Kehilangan darah secara
perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan
kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia (Briawan, 2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq Ph.D, Arinda
Veretemala (2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan
Remaja, penyebab anemia antara lain:
7

1. Meningkatnya kebutuhan gizi


2. Kurangnya asupan zat besi
3. Kehamilan pada usia remaja
4. Penyakit infeksi dan infeksi parasit
5. Sosial ekonomi
6. Status gizi
7. Pengetahuan
4. Gejala Anemia
Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang
berjudul kelainan darah menyebutkan gejala anemia sebagai berikut:
a. Kulit pucat
b. Detak jantung meningkat
c. Sulit bernafas
d. Kurang tenaga atau cepat lelah
e. Pusing terutama saat berdiri
f. Sakit kepala
g. Siklus menstruasi tidak menentu
h. Lidah yang bengkak dan nyeri
i. Kulit mata dan mulut berwarna pucat
j. Limfe atau hati membesar
k. Penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu
5. Dampak Anemia
Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi
penderitanya, terutama pada golongan rawan gizi seperti anak balita,
anak sekolah, remaja, ibu hamil, dan menyusui juga pekerja.
Menurut (Fikawati, Syafiq, & Veretemala, 2017) dampak
anemia sebagai berikut:
a. Menurunkan daya tahan terhadap infeksi
b. Mengganggu produktivitas kerja
c. Berdampak pada saat kehamilan
6. Pencegahan Anemia
Anemia dapat dicegah dengan cara:
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
8

b. Makan makanan yang mengandung banyak zat besi dari bahan


makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan
makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
tempe.
c. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam,
jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
d. Mengkonsumsi tablet Fe
7. Cara Penanggulangan Anemia
Menurut pedoman penanggulangan anemia gizi untuk remaja
putri dan wanita usia subur, tablet tambah darah (TTD) adalah tablet
besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat atau 60
mg besi elemental dan 0,025 mg asam folat (WHO).
Tablet tambah darah jika diminum secara teratur dan sesuai
aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi (Depkes,
2012). Adapun alasan remaja putri mengkonsumsi suplementasi
tablet tambah darah karena:
1. Remaja putri mengalami menstruasi sehingga memerlukan zat
besi untuk mengganti darah yang hilang.
2. Kebutuhan besi meningkat pada masa pertumbuhan dan
perkembangan agar metabolisme besi dalam dirinya normal.
3. Persiapan sedini mungkin sejak remaja untuk kebutuhan besi
bila remaja putri mengalami kehamilan dan menyusui.
4. Mengobati remaja putri yang mengalami anemia
5. Meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan
kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus.
6. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri.
Dalam mengkonsumsi tablet tambah darah seseorang harus
memperhatikan aturan minum. Aturan minum untuk pencegahan
yaitu:
1. Minumlah satu tablet tambah darah seminggu sekali dan
dianjurkan meminum tablet tambah darah setiap hari selama
menstruasi.
9

2. Untuk ibu hamil minumlah tablet tambah darah setiap hari, paling
sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah
melahirkan.
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin (adolescere)
yang artinya tumbuh. Pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju
kematangan fisik dan perkembangan emosional antara anak-anak dan
sebelum dewasa (Briawan, 2014). Masa remaja adalah saat terjadinya
perubahan-perubahan cepat sehingga asupan gizi remaja harus
diperhatikan benar agar mereka dapat tumbuh optimal (Susilowati,
Kuspriyanto, 2016).
2. Tahap Perkembangan Remaja
Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global
berlangsung antara umur 10-20 tahun, dengan pembagian 10-14 tahun
adalah remaja awal,, 15-17 tahun adalah masa remaja pertengahan, 17-
20 tahun adalah masa remaja akhir. Pada wanita mulai berfungsi sistem
reproduksi ditandai dengan datangnya haid pertama yang lazim disebut
menarche. Menarche umumnya terjadi pada usia 10-14 tahun (Adriani &
Wirjatmadi, 2012).
3. Masalah Gizi Pada Remaja
Menurut Adriani & Wirjatmadi (2012) masalah gizi yang sering
muncul pada remaja adalah:
1. Obesitas (kegemukan)
2. Gangguan makan (diet)
3. Makan tidak teratur
4. Jerawat
5. Alkohol dan penyalahgunaan obat
6. Anemia
10

C. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia Remaja Putri


1. Asupan zat gizi
a. Asupan energi dan protein
Zat gizi yang dapat menghasilkan energi diperoleh dari
karbohidrat, lemak dan protein. Fungsi utama karbohidrat adalah
sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan
metabolisme protein. Kecukupan karbohidrat di dalam diet akan
mencegah penggunaan protein sebagai sumber energi. Sehingga
fungsi protein dalam proses pengangkutan zat gizi termasuk besi ke
dalam sel-sel tidak terganggu (Arisman, 2004 dalam Oktalina Era,
2011).
Energi merupakan kebutuhan gizi utama setiap manusia,
karena jika kebutuhan energi tidak terpenuhi sesuai yang dibutuhkan
tubuh, maka kebutuhan zat gizi lain juga tidak terpenuhi seperti
protein, vitamin, dan mineral termasuk diantaranya adalah zat besi.
Fungsi zat besi sebagai pembentuk sel darah merah akan menurun
pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya kadar hemoglobin
darah (Krummel, 1996 dalam Oktalina Era, 2011).
Tingkat konsumsi protein juga perlu diperhatikan karena
semakin rendah tingkat konsumsi protein maka semakin cenderung
untuk menderita anemia (Linder, 1992 dalam penelitian Oktalina Era,
2011). Protein berfungsi dalam pembentukan ikatan-ikatan esensial
tubuh. pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah ikatan protein.
Protein juga berperan dalam proses pengangkutan zat-zat gizi
termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke
jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel
sehingga apabila kekurangan protein akan menyebabkan gangguan
pada absorpsi dan transportasi zat-zat gizi (Almatsier, 2004 dalam
Oktalina Era, 2011).
b. Vitamin C
Vitamin C merupakan kristal putih yang mudah larut dalam air.
Vitamin C cukup stabil bila dalam keadaan kering, tetapi vitamin C
larut karena bersentuhan dengan udara terutama bila terkena panas.
11

Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga besi. Vitamin C tidak


stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.
Vitamin C adalah vitamin yang paling labil (Almatsier, 2001 dalam
Caesaria, 2015).
Vitamin C berperan untuk meningkatkan penyerapan zat besi hal ini
karena vitamin C akan membuat kondisi lambung menjadi asam
sehingga perubahan zat besi dari bentuk ferri ke bentuk ferro lebih
optimal. Oleh karena itu, dianjurkan makan-makanan yang
mengandung vitamin C bersamaan dengan makanan yang
mengandung zat besi.
c. Asupan zat besi
Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan
zat besi dalam makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya
akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani
seperti ikan, daging, hati dan ayam. Makanan nabati seperti sayuran
hijau tua walaupun kaya akan zat besi akan tetapi sangat sedikit yang
dapat diserap oleh usus (Depkes RI, 2010).
Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat
sadar akan bentuk tubuhnya sehingga banyak yang membatasi
konsumsi makanannya. Bahkan banyak yang berdiet tanpa nasehat
atau pengawasan seorang ahli kesehatan dan gizi, sehingga pola
konsumsinya sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Banyak
pantang dan tabu yang ditentukan sendiri berdasarkan pendengaran
dari kawannya yang tidak kompeten dari soal gizi dan kesehatan,
sehingga terjadi berbagai gejala dan keluhan yang sebenarnya
merupakan gejala kelainan gizi.
Bila asupan zat besi kurang, maka cadangan besi di dalam
tubuh akan menjadi rendah atau kehilangan darah cukup banyak, hal
ini meningkatkan resiko terjadinya anemia.
2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil dari
perhitungan hasil bagi antara berat badan tubuh (BB) dalam kilogram
dengan kuadrat dari tinggi badan (TB) dalam satuan meter (Dhara &
Chatterjee, 2015). IMT hingga kini dipakai secara luas untuk menentukan
12

status gizi seseorang. Hasil survei di beberapa negara menunjukan


bahwa IMT merupakan suatu indeks yang responsif, sensitif terhadap
perubahan keadaan gizi, ketersediaan pangan menurut musim, dan
produktivitas. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau
menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT
merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh.
Berdasarkan penelitian Sriningrat, dkk (2019) menyatakan bahwa
Status gizi bergantung pada asupan zat gizi. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan zat gizi yang esensial, salah satunya
adalah zat besi. Maka dari itu status gizi yang kurang, menunjukan status
zat besi dalam tubuh yang kurang.
Status gizi kurang berarti bahwa zat-zat gizi penting salah satunya
adalah zat besi tidak dapat dipenuhi dengan baik. Namun bukan tidak
mungkin ada orang yang dengan status gizi kurang berdasarkan IMT,
memiliki kadar Hb yang normal atau tidak anemia. Hal ini dikarenakan
penentuan status gizi berdasarkan IMT bergantung pada BB dan TB,
sementara asupan nutrisi yang sesungguhnya tidak dapat dipastikan
(Almatsier, 2010).

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus:


IMT = Berat Badan (Kg)
[Tinggi Badan (m2)]
IMT diinterpretasikan menggunakan kategori status berat badan
standar yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita secara
umum. Adapun kategori IMT dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.2 Kategori ambang batas IMT menurut Depkes RI
Kategori IMT
Kurus <18,5
Normal 18,5-24,9
Berat badan lebih 25,0-<27
Obesitas ≥27,0
(Kemenkes RI, 2013)
Klasifikasi diatas dianjurkan untuk orang dewasa, sedangkan pada
remaja berumur 5-18 tahun penilaian IMT menurut umur (IMT/U)
13

berdasarkan Kementrian Kesehatan No. 1995/MENKES/SK/XII/2010


tentang standar antropometri dengan kategori dan ambang batas pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2.3 Kategori dan ambang batas IMT/U (Kemenkes, 2010)
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Sangat kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD Sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
(Kemenkes, 2010)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Studi Literatur
Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penelitian. Meskipun merupakan suatu penelitian,
penelitian dengan studi literatur tidak harus terjun ke lapangan dan bertemu
dengan responden. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat
diperoleh dari sumber pustaka atau dokumen (Zed, 2014).
Pada penelitian yang berjudul studi literatur “Kajian Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri Berdasarkan Faktor Asupan Gizi dan Indeks Massa
Tubuh (IMT)” peneliti melakukan studi kepustakaan dari berbagai sumber
yang telah peneliti peroleh dari beberapa jurnal penelitian yang relevan,
buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian serta data-data dari
instansi pemerintah setempat.
B. Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini yaitu studi literatur
dengan mencari referensi dari berbagai sumber pustaka seperti buku,
textbook, jurnal, artikel ilmiah, literatur review yang berisikan judul yang
diteliti yaitu tentang “Kajian Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Berdasarkan Faktor Asupan Gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)”. Tidak
hanya itu, peneliti juga mengumpulkan data dari instansi-instansi pemerintah
terkait judul penelitian yang diteliti. Peneliti mencari sumber data sekunder
seperti jurnal dengan menggunakan google scholar. Data sekunder adalah
data yang diambil dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh
peneliti sendiri, biasanya data itu sudah dikompilasi terlebih dahulu oleh
instansi atau orang yang punya data (Riyanto A, 2017).
Dalam penyusunan Laporan tugas Akhir ini penulis mengunakan empat
jurnal sebagai bahan pengkajian, dalam penentuan jurnal yang dikaji oleh
peneliti tidak ditentukan oleh diagram prisma. Adapun jurnal yang digunakan
dalam penyusunan LTA ini yaitu terdiri dari beberapa jurnal penelitian
diantaranya:

14
15

1. Apriyanti Fitri, 2019. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia


Pada Remaja Putri SMAN 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan.
Jurnal Vol 3 No 2 Tahun 2019.
2. Sriningrat, Yuliyatni, Ani. 2019. Prevalensi Anemia Pada Remaja Putri Di
Kota Denpasar. E-Jurnal Medika Vol. 8 No. 2, Februari, 2019.
3. Warlenda V S, dkk. 2019. Determinan kejadian anemia pada remaja putri
di SMA Negeri 1 Reteh kecamatan reteh kabupaten indagri hilir. Jurnal
photon. Vol 9 No.2, Juni 2019.
4. Sari N W, 2019. Faktor Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di MTSN
Talawi Kota Sawahlunto. Jurnal Vol. XIII No. 4 April 2019.
C. Analisa Data
Menurut Sugiono (2010), teknik analisis data adalah proses mencari
data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dengan cara
mengorganisasikan data yang diperoleh ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Analisa data yang digunakan yaitu menggunakan analisa data
deskriptif yang peneliti kumpulkan dari berbagai sumber berupa buku-buku,
jurnal-jurnal penelitian yang relevan, serta beberapa instansi pemerintah
yang berkaitan dengan judul yang diteliti. Analisa atau analisis deskriptif
adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat sendiri
maupun secara kelompok. Tujuan analisis deskriptif untuk membuat
gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat (Riyanto, 2017).
Untuk analisis dengan matriks review yaitu meninjau beberapa jurnal yang
sudah dipublikasikan kemudian jurnal tersebut dipahami dan dianalisis untuk
mengetahui isi dari jurnal tersebut. Pengkajian yang dilakukan diantaranya:
1. Analisis dari masing-masing jurnal
2. Membuat resensi matriks terdiri dari kolom-kolom yang memuat data
tentang jurnal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Nama, judul, dan tanggal penelitian yang terdapat pada setiap
literatur.
b. Metode penelitian yang digunakan dalam setiap literatur.
c. Hasil penelitian dari setiap literatur.
16

3. Pembahasan jurnal
Langkah ini dilakukan sesuai interpretasi setelah menganalisa
jurnal jurnal yang dipilih yaitu:
a. Analisia aspek hasil dari berbagai literatur.
b. Analisa aspek substansi dari berbagai literatur.
Tulisan hasil penelitian dari setiap jurnal, lalu bahas
kekurangan, persamaan dan perbedaan untuk melakukan kajian
selanjutnya.
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Studi Literatur


Nama, Judul, Metode penelitian Hasil penelitian
Tahun
Publikasi
Apriyanti Fitri,
Penelitian ini adalah Hasil penelitian menunjukan
“Hubungan penelitian analitik bahwa Dari 70 responden,
Status Gizi kuantitatif dengan desain terdapat responden yang
Dengan cross sectional. Analisa memiliki status gizi tidak normal
Kejadian yang digunakan adalah yaitu sebanyak 38 responden
Anemia Pada analisa univariat dan (54,3%) dan yang lainnya
Remaja Putri bivariat dengan uji chi memiliki status gizi normal
SMAN 1square. Teknik sebanyak 32 responden
Pangkalan pengambilan sampel yaitu (45,7%). Dari 70 responden,
Kerinci stratified random mayoritas, mengalami anemia
Kabupaten sampling. Penelitian ini sebanyak 41 responden (58,6%)
Pelalawan” dilakukan pada tanggal dan sebanyak 29 responden
(2019) 26-27 Agustus tahun tidak mengalami anemia
2019. Populasi dalam (41,4%). Dari 38 responden
penelitian ini adalah siswi yang status gizi tidak normal, 10
SMAN 1 Pangkalan responden (26,3%) tidak
Kerinci sebanyak 237 mengalami anemia, Dari 32
orang. Teknik responden yang status gizi
pengambilan sampel normal, terdapat 13 responden
menggunakan teknik yang mengalami anemia
stratified random sampling (40,6%).
sehingga didapatkan
sampel 70 orang. Alat
yang digunakan alat ukur
easytouch Hb, timbangan,
stature meter, kuesioner.
Sriningrat, dkk Penelitian ini hasil penelitian menunjukan
“Prevalensi Menggunakan rancangan bahwa Penelitian ini didapatkan
Anemia Pada deskriptif cross sectional. hasil dari 74 responden,
Remaja Putri Di analisa data yang kejadian anemia sebanyak 34
Kota Denpasar” digunakan adalah analisa orang (45,9%). Kejadian anemia
(2019) data univariat. Total pada remaja putri di Kota
sampel sebanyak 74 Denpasar cenderung terjadi
sampel yang ditentukan pada remaja denga asupan
berdasarkan cluster energi kurang, asupan protein
sampling. Alat yang kurang, asupan zat besi kurang,
diguanakan yaitu alat ukur asupan vitamin C kurang, status
Hb easytouch, timbangan, gizi kurus, siklus mentruasi
stature meter, wawancara. pendek, durasi panjang,
aktivitas tinggi, dan pendapatan
orang tua rendah.

17
18

Nama, Judul, Metode penelitian Hasil penelitian


Tahun
Publikasi
Warlenda V S, Penelitian ini Berdasarkan hasil analisis, dari
dkk menggunakan analitik 112 responden dengan
“Determinan observasional dengan pengetahuan anemia rendah
Kejadian desain penelitian cross terdapat 90 (80,4%) responden
Anemia Pada sectional. Responden dengan kejadian anemia,
Remaja Putri Di pada penelitian ini yaitu sedangkan dari 86 responden
SMA Negeri 1 seluruh siswa remaja putri dengan pengetahuan anemia
Reteh sebanyak 405 siswi tinggi terdapat 36 (41,9%)
Kecamatan kemudian diambil sampel responden dengan kejadian
Reteh 198 sampel menggunakan anemia.
Kabupaten Teknik simple random Dari 109 responden dengan
Indragiri Hilir sampling. Alat berupa kebiasaan mengkonsumsi
Tahun 2019” angket kuesioner dan alat makanan penghambat
(2019) cek Hb. Analisis yang penyerapan zat besi Ya terdapat
digunakan menggunakan 85 (78,0%) responden dengan
analisis univariat dan kejadian anemia, sedangkan 89
bivariat. responden dengan kebiasaan
mengkonsumsi makanan
penghambat penyerapan zat
besi Tidak 41 (46,1%) dengan
kejadian anemia. Dari 114
responden dengan pola
menstruasi tidak teratur 84
(73,7%) responden dengan
kejadian anemia, sedangkan
dari 84 responden dengan pola
menstruasi teratur 42 (52,0%)
responden dengan kejadian
anemia.
Dari 106 responden, dengan
status gizi kurang, 79 (74,5%)
responden dengan kejadian
anemia, sedangkan 92
responden dengan status gizi
baik 47 (51,1%) responden
dengan kejadian anemia.
19

Nama, Judul, Metode penelitian Hasil penelitian


Tahun
Publikasi
Sari N W, Jenis penelitian yang hasil penelitian menunjukan
“Faktor Kejadian digunakan adalah survey bahwa Hasil penelitian
Anemia Pada analitik dengan desain didapatkan dari 62 responden
Remaja Putri di cross sectional. penelitian ini, terdapat 38 (61,3%)
MTSN Talawi ini dilakukan pada bulan responden mengalami anemia
Kota Januari 2019. Populasi dan 24 responden (38,7%) tidak
Sawahlunto” dalam penelitian ini adalah mengalami anemia. Dari 62
(2019) seluruh siswi renaja putri responden tersebut sebanyak
MTSN Talawi sebanyak 33 responden (53,2%)
164 siswi. Teknik berpengetahuan kurang baik, 39
pengambilan sampel responden (62,9%) asupan
adalah dengan cara quota makan annya tidak cukup, 39
sample dengan (62,9%) tidak mengkonsumsi
pengambilan sampelnya tablet tambah darah.
disebut stratified
proportional random
sampling. Didapatkan
jumlah sampel 62 siswi.
Analisis penelitian ini
secara univariat dan
bivariat. Alat yang
digunakan adalah alat
ukur Hb easytouch dan
kuesioner.
20

B. Pembahasan Jurnal
1. Perbedaan dari masing-masing jurnal
Setelah dilakukan resensi matriks, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara jurnal pertama, kedua, ketiga dan keempat. Hanya saja
perbedaan terletak di operasional prosedur dilakukannya penelitian, serta
hasil penelitian dari masing-masing jurnal tersebut. Adapun perbedaan
yang ditemukan setelah dilakukan analisa adalah:
a. Jenis penelitian
Pada jurnal pertama dengan judul “Hubungan Status Gizi
Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMAN 1 Pangkalan
Kerinci Kabupaten Pelalawan” adalah analitik kuantitatif dengan
analisis korelasional, dimana peneliti mencari hubungan atau
pengaruh dari dua variabel atau lebih. Pada jurnal kedua yang
berjudul “Prevalensi Anemia Pada Remaja Putri Di Kota Denpasar”
adalah deskriptif, dimana peneliti hanya mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah ada tanpa menghubungkan antara
satu variabel dengnan variabel lainnya. Pada jurnal ketiga yang
berjudul “Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA
Negeri 1 Reteh Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Tahun
2019” adalah analitik observational, dimana peneliti mencari
hubungan sebab akibat antara dua variabel secara observasional
tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti. Pada
jurnal keempat yang berjudul “Faktor Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri di MTSN Talawi Kota Sawahlunto” adalah Survei analitik,
dimana peneliti mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena Kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis
dinamika korelasi antar fenomena, baik antara faktor resiko dan
faktor efek begitupun sebaliknya.
b. Tempat penelitian
Pada jurnal pertama dilakukan di SMAN 1 Pangkalan Kerinci
Kabupaten Pelalawan. Pada jurnal kedua, dilakukan di Kota
Denpasar. Pada jurnal ketiga dilakukan di SMA Negeri 1 Reteh
Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir. Pada jurnal keempat
dilakukan di MTS Negeri Talawi Kota Sawahlunto.
21

Pada jurnal pertama dan dan ketiga dilakukan di kabupaten,


sedangkan pada jurnal kedua dan keempat dilakukan di kota. Hal ini
menimbulkan perbedaan yaitu prevalensi anemia di perkotaan lebih
sedikit terjadi, meskipun perbedaanya tidak terlalu signifikan. Hal ini
dikarenakan mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan
fasilitas Kesehatan maupun ketersediaan makanan. Selain itu juga
faktor pengetahuan dan sosial ekonomi, pola makan, kepercayaan
terhadap makanan juga menjadi salah satu pemicunya.
c. Analisa data
Berbeda dengan jurnal pertama, ketiga, dan keempat yang
menggunakan analisa univariat dan bivariat, pada jurnal ketiga
menggunakan analisa univariat saja, jadi hanya menggambarkan
tanpa menghubungkan antara variabel dependen dan independen.
d. Variabel
Pada jurnal pertama terdapat perbedaan yaitu ada variabel
yang berbeda dari ketiga jurnal yang lain yaitu ada riwayat mentruasi.
Menurut hasil penelitian jurnal ini, Riwayat mentruasi yang tidak
normal mempengaruhi kejadian anemia pada remaja putri (Apriyanti
Fitri, 2019).
Pada jurnal kedua ada variabel pembeda yaitu lama siklus
mentruasi, durasi menstruasi, aktivitas fisik dan pendapatan orang
tua. Lama siklus menstruasi dan durasi menstruasi mempengaruhi
kejadian anemia. Ditemukan kejadian anemia cenderung terjadi pada
yang memiliki siklus mentruasi pendek dan durasi menstruasi
panjang. Hal ini terjadi karena semakin lama berlangsungnya
menstruasi, semakin banyak darah yang keluar sehingga zat besi di
dalam tubuh juga semakin berkurang (Sriningrat, dkk, 2019). Aktivitas
fisik mempengaruhi kejadian anemia karena remaja putri yang aktif
memerlukan banyak energi sehingga kebutuhan nutrisinya
meningkat, bila kebutuhan nutrisi tersebut tidak terpenuhi, maka
terjadi kekurangan gizi salah satunya zat besi, yang mengakibatkan
timbulnya anemia. Pendapatan orang tua mempengaruhi anemia
karena remaja putri dengan pendapatan orang tua rendah lebih
cenderung mengalami anemia. Hal ini didukung oleh teori yang
22

menyatakan bahwa apabila pendapatan meningkat, penyediaan


makanan yang bermutu akan meningkat, jika pendapatan kurang
akan menyebabkan penurunan penyediaan makanan baik secara
kualitas atau kuantitasnya. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan zat
gizi tidak terpenuhi, salah satunya adalah zat besi sehingga dapat
menimbulkan terjadinya anemia (Seriani L, dkk dalam Sriningrat, dkk,
2019).
Pada jurnal ketiga yang menjadi variabel pembeda yaitu
pengetahuan anemia pada remaja putri, kebiasaan mengkonsumsi
makanan penghambat penyerapan zat besi, dan pola menstruasi.
Pengetahuan mempengaruhi dan berhubungan kejadian anemia,
dimana responden yang memiliki pengetahuan kurang berpeluang 5
kali untuk mengalami anemia. Hal ini karena kurangnya rasa ingin
tahu dan remaja putri perlu informasi, materi, maupun penyuluhan
yang berhubungan dengan anemia agar lebih berwawasan yang baik
sehingga dapat mencegah anemia. Penelitian ini juga menyatakan
bahwa, remaja putri yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
makanan penghambat zat besi seperti kopi, teh, akan cenderung
mengalami anemia. Menurut peneliti, penyebab zat besi yang tidak
cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dari kebiasaan makanan
yang sebagian besar terdiri dari nasi, menu yang kurang beraneka
ragam, dan snack yang dikonsumsi setiap hari. Remaja putri
sebaiknya mengkonsumsi buah dan sayur yang bisa meningkatkan
zat besi dan tablet tambah darah. Pola menstruasi mempengaruhi
dan berhubungan dengan kejadian anemia, dimana remaja putri yang
mempunyai pola menstruasi tidak teratur memiliki peluang 3 kali
mengalami anemia. Hal ini dikarenakan proses peluruhan lapisan
dalam dinding rahim yang banyak mengandung pembuluh darah
Rata-rata menstruasi berlangsung 4-5 hari, ada juga yang hanya 3
hari, dan ada juga yang sampai satu minggu (Warlenda V S, dkk,
2019). Jika darah yang keluar pada saat menstruasi banyak, maka
akan terjadi anemia defisiensi besi (BKKBN, 2008 dalam Warlenda V
S, dkk, 2019).
23

Pada jurnal keempat yang menjadi variabel pembeda adalah


pengetahuan dan konsumsi tablet Fe. Pengetahuan mempengaruhi
dan berhubungan dengan anemia, dimana hasil penelitian ini
menyatakan responden dengan pengetahuan rendah berpeluang 7
kali lebih besar mengalami anemia. Menurut Notoatmodjo (2010)
pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan pengetahuan terhadap objek tertentu. Menurut peneliti,
pengetahuan rendah yang terjadi di tempat penelitian dikarenakan
kegiatan edukasi atau penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan kurangnya kemauan responden untuk mencari
informasi tentang Kesehatan khususnya mengenai anemia. Pada
penelitian ini juga menyatakan bahwa responden dengan tidak
mengkonsumsi tablet tambah darah berpeluang 6 kali lebih besar
mengalami anemia. Hal ini karena tablet tambah darah mampu
meningkatkan zat besi dalam tubuh (Sari N W, 2019).
2. Persamaan dari masing-masing jurnal
Secara keseluruhan, antara jurnal pertama, kedua, ketiga dan
keempat hasilnya sama dan sejalan dengan pengkajian yang dilakukan
penulis yaitu kejadian anemia itu disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya asupan gizi dan IMT.
Hasil penelitian Apriyanti (2019) menyatakan bahwa ada
hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia. Hasil penelitian
Sriningrat, dkk (2019) juga menyatakan bahwa kejadian anemia
dipengaruhi diantaranya oleh status gizi dan IMT. Hasil penelitian dari
Warlenda V S, dkk (2019) juga menyatakan bahwa kejadian anemia
dipengaruhi salah satunya oleh status gizi selain itu status gizi juga
berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1
Reteh. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sari (2019)
menyatakan bahwa kejadian anemia dipengaruhi salah satunya oleh
asupan gizi selain itu asupan gizi juga berhubungan dengan kejadian
anemia pada remaja putri di MTSN Talawi Kota Sawahlunto.
Pada dasarnya, anemia dipengaruhi secara langsung oleh
konsumsi makanan sehari, hari yang kurang mengandung zat besi, selain
faktor infeksi sebagai pemicunya. Secara umum, konsumsi makanan
24

berkaitan erat dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi memiliki
nilai gizi yang baik maka zat gizinya akan baik pula, sebaliknya jika
makanan yang dikonsumsi kurang nilai gizinya maka dapat menimbulkan
kekurangan gizi dan anemia (Hapzah & Yulita, 2012 dalam Warlenda V S,
dkk, 2019). Berdasarkan penelitian Sriningrat, dkk (2019) menyatakan
bahwa Status gizi bergantung pada asupan zat gizi. Status gizi kurang
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan zat gizi yang esensial, salah
satunya adalah zat besi. Maka dari itu status gizi yang kurang,
menunjukan status zat besi dalam tubuh yang kurang. Status gizi kurang
berarti bahwa zat-zat gizi penting salah satunya adalah zat besi tidak
dapat dipenuhi dengan baik. Namun bukan tidak mungkin ada orang yang
dengan status gizi kurang berdasarkan IMT, memiliki kadar Hb yang
normal atau tidak anemia. Hal ini dikarenakan penentuan status gizi
berdasarkan IMT bergantung pada BB dan TB, sementara asupan nutrisi
yang sesungguhnya tidak dapat dipastikan (Almatsier, 2010).
Asupan zat gizi diantaranya adalah asupan energi, protein, vitamin
C, dan zat besi. Asupan energi merupakan kebutuhan gizi pokok setiap
orang, sehingga jika kebutuhan energi tidak terpenuhi maka kebutuhan
yang lain seperti protein, vitamin C, dan zat besi juga tidak akan
terpenuhi. Selanjutnya protein, protein mempunyai fungsi khas yang tidak
dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu yaitu membangun dan memelihara
sel-sel jaringan tubuh (Almatsier, 2010). Selain itu protein juga membantu
meningkatkan penyerapan zat besi, sehingga jika asupan protein kurang,
itu bisa meningkatkan resiko terjadinya anemia. Selanjutnya vitamin C,
vitamin C berperan untuk meningkatkan penyerapan zat besi hal ini
karena vitamin C akan membuat kondisi lambung menjadi asam sehingga
perubahan zat besi dari bentuk ferri ke bentuk ferro lebih optimal. Oleh
karena itu, dianjurkan makan-makanan yang mengandung vitamin C
bersamaan dengan makanan yang mengandung zat besi. Tubuh
mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan zat besi dalam
makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan
zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani seperti ikan, daging,
hati dan ayam. Makanan nabati seperti sayuran hijau tua walaupun kaya
akan zat besi akan tetapi sangat sedikit yang dapat diserap oleh usus
25

(Depkes RI, 2010). Bila asupan zat besi kurang, maka cadangan besi di
dalam tubuh akan menjadi rendah atau kehilangan darah cukup banyak,
hal ini meningkatkan resiko terjadinya anemia.
3. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa, jurnal pertama, kedua, ketiga dan
keempat kesimpulannya adalah semua jurnal sejalan dengan kajian
pengkaji terkait dengan “Kajian Anemia Pada Remaja Putri Berdasarkan
faktor asupan gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)”. Hal ini dikarenakan
asupan zat gizi dan status gizi atau Indeks Massa Tubuh saling berkaitan.
Status gizi bergantung pada asupan zat gizi. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan zat gizi yang esensial, salah satunya
adalah zat besi. Maka dari itu status gizi yang kurang, menunjukan status
zat besi dalam tubuh yang kurang. Status gizi kurang berarti bahwa zat-
zat gizi penting salah satunya adalah zat besi tidak dapat dipenuhi
dengan baik. Namun bukan tidak mungkin ada orang yang dengan status
gizi kurang berdasarkan IMT, memiliki kadar Hb yang normal atau tidak
anemia. Hal ini dikarenakan penentuan status gizi berdasarkan IMT
bergantung pada BB dan TB, sementara asupan nutrisi yang
sesungguhnya tidak dapat dipastikan (Almatsier, 2010).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil literatur riview dari empat jurnal yang telah
dilakukan pengkajian, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Kejadian anemia pada remaja putri disebabkan oleh berbagai faktor tidak
hanya faktor asupan gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) saja, hal ini
dikarenakan karakterisitik dari setiap remaja putri berbeda-beda. Tidak
hanya itu, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri disetiap daerah
juga akan berbeda, hal ini dikarenakan tempat atau demografi yang
berpengaruh terhadap kejadian anemia pada remaja putri.
2. Faktor asupan gizi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) menjadi salah satu
penyebab terjadinya kejadian anemia pada remaja putri. Hal ini
dikarenakan adanya keterkaitan antara kedua faktor ini, yaitu status gizi
atau IMT bergantung pada asupan gizi yang dikonsumsi.
3. Keempat jurnal yang telah dikaji, sejalan dengan pengkajian yang
dilakukan, yaitu faktor asupan gizi dan Indeks Massa Tubuh menjadi
salah satu penyebab dari kejadian anemia pada remaja putri. Hal ini
dikarenakan status gizi bergantung pada asupan zat gizi. Status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan zat gizi yang esensial,
salah satunya adalah zat besi. Namun, tidak menutup kemungkinan jika
status gizi kurang, tetapi tidak mengalami anemia. Hal ini dikarenakan
penentuan status gizi bergantung pada berat badan dan tinggi badan.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini digunakan untuk referensi dan bahan
bacaan bagi mahasiswa maupun dosen serta menambah sumber
informasi dan pengetahuan.
2. Bagi Remaja Putri
Diharapkan kepada remaja putri agar lebih memperhatikan asupan
gizinya. Hal ini karena pada masa remaja, zat gizinya harus terpenuhi
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga tidak muncul
masalah yang sering terjadi pada remaja yaitu salah satunya anemia.
Tidak hanya itu remaja putri juga diharapkan untuk mengetahui Indeks

26
27

Massa Tubuh (IMT) untuk Pada remaja yang sudah terkena anemia,
diharapkan untuk memperbaiki pola nutrisinya, mengkonsumsi protein
hewani maupun nabati yang mengandung zat besi, konsumsi vitamin C,
selain itu juga dianjurkan mengkonsumsi tablet Fe rutin seminggu sekali.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan peneliti. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mencari
dan membaca referensi lebih banyak lagi sehingga penelitian selanjutnya
akan lebih baik, kemudian dalam pemilihan jurnal yang akan dikaji,
diharapkan memenuhi kaidah studi literatur yang telah ditentukan. Selain
itu, peneliti selanjutnya diharapkan bisa mengkritik dan memberi saran
kepada kajian ini, sehingga hasil penelitian selanjutnya menjadi jauh lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani dan Wirjatmadi. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Kencana.
Jakarta.
Ahmad, D Sediaoetama. (2010). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat
Apriyanti Fitri. 2019. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri SMAN 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Jurnal
Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Vol 3 No 2 Tahun 2019
Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG
Badriah, S. (2011). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Briawan, D. (2014). Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta: ECG
Burner. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri. Jurnal Ilmu Pendidikan. (2012). http://repository.usu.ac.id/.
[Diakses tanggal 27 maret 2020]
Departemen Kesehatan. (2012). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT,
2012). Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri Dan
Wanita Usia Subur. Jakarta
Depkes RI. (2010). Anemia dan Zat Gizi. Diakses pada tanggal 27 Maret 2020
Dhara, S & Chatterjee, K. (2015). The Study of Vo2max In Relation with Body
mask Index (BMI) Of Physical Education Students. Research of Physical
Education Science, Vol.3 No. 69-12
Fikawati, S, Syafiq A, Veretamala A. (2017). Gizi Anak dan Remaja. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Kirana, D. P. (2011). Hubungan Asupan Zat Gizi Dan Pola Menstruasi Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Universitas Dipoenegoro.
Semarang
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, (2010). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri dengan
kategori dan ambang batas. Jakarta: Departemen Kesehatan
Nelima, D. (2015). Prevalence and Determinants of Anemia Among Adelescent
Girls in Secondary School in Yala Division Siaya District, Kenya.
Universal Journal Food and Nutrition Sciense. 3(1): 1-9

28
29

Oktalina, E. (2011). Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Lubuk


Sikaping Kabupaten Pasaman. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok. http://lib.ui.ac.id
Pratiwi, E. (2016). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts
Ciwandan Kota Cilegon 2014. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Dan
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Prawirohardjo, S. (2011). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Kemanusiaan.
Jakarta: ECG
RISKESDAS. (2013 & 2018). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan - Pengolahan dan
Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
_____________.(2017). Statistik Deskriptif Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sari N W. 2019. Faktor Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di MTSN Talawi
Kota Sawahlunto. Menara Ilmu. Vol XIII No.4 April 2019
Sriningrat, dkk. 2019. Prevalensi Anemia Pada Remaja Putri Di Kota Denpasar.
E-Jurnal Medika. Vol 8 No.2, Februari, 2019
Sumadiyono. (2013). Sikap Dan Perilaku Pencegahan Anemia Pada Remaja.
Jakarta: ECG
Susilowati dan Kuspriyanto. (2016). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Bandung:
Refika Aditama
Warlenda V S, dkk. 2019. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di
SMA Negeri 1 Reteh Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Tahun
2019. Jurnal Photon. Vol 9 No.2, Juni 2019
Wijayanti, Y. (2011). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Siswa SMK An-Nuroniyah Kemadu Kecamatan Sulang
Kabupaten Rembang. Semarang
World Health Organization. Haemoglobin Concentrations for The Diagnosis of
Anemia. (2013). www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf. [Diakses
tanggal 27 maret 2020]
Yuni, EN. (2015). Kelainan Darah. Kota Gede Yogyakarta: Nuha Medika.
Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Nama : Ani Fajriani

NIM : A.12.17.0005

Tempat Tanggal Lahir : Purwakarta, 20 September 1999

Alamat : Kp. Datar tengan Desa Citamiang Kecamatan


Maniis Kabupaten Purwakarta

Riwayat pendidikan : SDN 01 Citamiang 2005-2011

SMP Negeri 1 Maniis Tahun : 2011-2014

SMA Negeri 1 Maniis Tahun : 2014-2017

Akademi Kebidanan Cianjur

Tahun : 2017-
Sekarang

Pekerjaan : Mahasiswi

Satatus : Belum Menikah

Suku/Bangsa : Sunda, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai