Anda di halaman 1dari 102

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA

PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT


DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

VITA ZULFANI
NIM: 141000662

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA
PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT
DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

VITA ZULFANI
NIM: 141000662

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA

PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT

UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar

karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam

daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, November 2018

Vita Zulfani

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 21 November 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S.


Anggota : Ir. Indra Chahaya S, M.Si.
dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda
cair, padat dan gas. Hal ini mempunyai konsistensi perlunya pengelolaan limbah
rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan yang bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan dn resiko
infeski penyakit yang bersumber dari limbah rumah sakit. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengelolaan limbah medis dan non medis, serta
pengetahuan dan sikap, tindakan perawat di RSU Haji Medan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian survey deskriptif dengan cara observasi, kuesioner dan
wawancara. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 175 orang perawat, dengan
jumlah sampel sebanyak 44 orang yang diambil melalui metode Simple Random
Sampling. Metode pengumpulan data dilaksanakan dengan pengisian kuesioner
melalui wawancara langsung dengan responden dan pengisian lembar observasi
oleh peneliti. Analisis data dilaksanakan dengan analisisis unvariat yang hasilnya
digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian diketahui penilaian
tabel checklist observasi, RSU Haji Medan memperoleh skor sebesar 50% dari
total penilaian 100% dan tidak memenuhi persyaratan karena skor minimum
untuk pengelolaan limbah padat rumah sakit tipe B adalah 75%. Perilaku terhadap
sistem pengelolaan limbah medis dan non medis di rumah sakit pada perawat di
RSU Haji Medan sebagian besar dikategorikan baik yakni sebanyak 34 orang
(77,3%) memiliki pengetahuan baik, 23 orang (52,3%) memiliki sikap baik, dan
36 orang (81,8%) memiliki tindakan yang baik, namun pengelolaan limbah medis
belum memenuhi syarat sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap
dan tindakan yang baik tidak selalu mencerminkan sistem pengelolaan yang baik
pula. Kepada pihak rumah sakit agar memenuhi secara utuh pelaksanaan
pengelolaan limbah padat medis dan non medis yang meliputi tahap
penampungan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004.

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah, Rumah Sakit, Perilaku

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstract

Hospital activities produce a variety of waste in the form of liquid, solid and gas.
It has the consistency of a need for hospital waste management as part of the
environmental health activities that aim to protect the public from the dangers of
environmental pollution and the risk of infeski disease sourced from waste home
sick. Type of this research is descriptive research survey by way of observation,
questionnaires and interviews. The population in this research totalled 175 people
nurses, with the number of samples as many as 44 people were taken through
Simple Random Sampling method. The data collection methods implemented by
charging a questionnaire through the interview directly with the respondent and
the charging sheet observations by researchers. Data analysis was carried out
with analisisis unvariat the result described in the frequency distribution table.
Research results known to the assessment table observation checklist, RSU Haji
Field obtained score of 50% of the total assessment 100% and does not meet the
minimum score requirement because for the management of hospital solid waste
type B is 75%. The behavior of the system of managing medical and non medical
wastes in hospitals in nurse in RSU Haji mostly categorized either Field i.e. as
many as 34 people (77.3%) have a good knowledge, 23 people (52.3%) have a
good attitude, and 36 people (81.8%) have a good action, but the management of
medical waste has not been qualified so that it can be concluded that the
knowledge, attitudes and actions which either do not always reflect the
management system that good anyway. To the hospital to meet completely the
implementation of solid waste management in medical and non medical which
includes stage shelter, collection, transport and disposal of end of a decree of the
Minister of health RI No. 1204 of the year 2004.

Keywords : Management, Waste, Hospital, Behavior

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA

PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT

UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018” disusun guna untuk memenuhi

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M., selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S., selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran bimbingan serta

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ir. Indra Chahaya S, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi

ini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi

ini.

7. Dr. Juanita, S.E., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan dukungan dan saran-saran serta membimbing selama penulis

mengikuti pendidikan.

8. Seluruh Dosen Beserta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya Kak Dian yang telah banyak memberi bantuan

kepada penulis.

9. Seluruh Petugas Limbah dan Perawat di Rumah Sakit Umum Haji Medan

yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

10. Ucapan terima kasih yang tulus penulis tujukan kepada Ayahanda tercinta

Zul Akhyar dan Ibunda tercinta Neng Fatimah yang telah memberikan

dukungan, serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

11. Teman-teman seperjuangan khususnya peminatan Kesehatan Lingkungan,

atas motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak

dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Medan, November 2018

Vita Zulfani

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Isi

Halaman

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i


Halaman Pengesahan ii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan Umum 5
Tujuan Khusus 5
Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7
Rumah Sakit 7
Sarana Prasarana Rumah Sakit 7
Limbah Medis dan Non Medis 8
Pengertian 8
Jenis Limbah Medis 9
Bahaya Limbah Infeksius dan Benda Tajam 13
Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi 14
Bahaya Limbah Radioaktif 14
Pemilahan Limbah Medis 15
Pengelolaan Limbah Medis 17
Dampak Limbah Medis terhadap Kesehatan dan Lingkungan 20
Perawat 21
Peran Perawat dalam Pengelolaan Limbah Medis 21
Perilaku 23
Pengertian 23
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku 24
Pengetahuan 25
Pengertian 25
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 25
Tingkatan Pengetahuan 26

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sikap (Attitude) 27
Pengertian 27
Tingkatan Sikap 28
Pembentukan Sikap 28
Tindakan 29
Tingkatan Tindakan 29

Metode Penelitian 30
Jenis Penelitian 30
Lokasi dan Waktu Penelitian 30
Lokasi 30
Waktu Penelitian 30
Populasi dan Sampel 30
Populasi 30
Sampel 30
Teknik Sampling 30
Variabel dan Definisi Operasional 33
Variabel 33
Definisi Operasional 33
Metode Pengumpulan Data 34
Data Primer 34
Data Sekunder 34
Metode Pengukuran 34
Metode Analisis Data 36
Pengolahan Data 37
Analisis Data 38

Hasil Penelitian 39
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39
Karakteristik Responden 40
Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis di RSU Haji Medan 41
Penampungan dan Pengumpulan 42
Pengangkutan 43
Pemusnahan dan Pembuangan Akhir 44
Sistem Pengelolaan Limbah Padat Non Medis RSU Haji Medan 44
Penampungan dan Pengumpulan 45
Pengangkutan 45
Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir 46
Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non
Medis di RSU Haji Medan 47
Sarana Prasarana Pengelolaan Limbah Medis RSU Haji Medan 49
Pengetahuan Responden tentang Limbah Medis dan Non Medis 50
Sikap Responden tentang Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis 51
Tindakan Responden terhadap Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis 52

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pembahasan 53
Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSU Haji
Medan 53
Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis di RSU Haji Medan 53
Sistem Pengelolaan Limbah Non Medis di RSU Haji Medan 56
Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan
Non Medis di RSU Haji Medan 59
Sarana Prasarana Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis 61
Perilaku Responden tentang Limbah Medis dan Non Medis di Rumah
Sakit Umum Haji Medan 62

Kesimpulan dan Saran 64


Kesimpulan 64
Saran 65

Daftar Pustaka 66
Daftar Lampiran

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya 19

2 Distribusi Responden Tiap Ruangan 31

3 Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Umur 40

4 Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Jenis Kelamin 40

5 Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan 41

6 Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Masa Kerja 42

7 Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Medis 43

8 Pengangkutan Limbah Padat Medis 43

9 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis 44

10 Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Non Medis 45

11 Pengangkutan Limbah Padat Non Medis 45

12 Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir Limbah 46


Padat Non Medis

13 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di RSU Haji


Medan 47

14 Sarana Prasarana Pengelolaan Limbah Medis 51

15 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang


Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan 52

16 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Sikap tentang


Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan 52

17 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Tindakan terhadap


Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan 53

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka Konsep 30

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Lembar Observasi 68

2 Lembar Tabel Checklist Observasi 72

3 Lembar Kuesioner 73

4 Surat Izin Penelitian 78

5 Surat Keterangan Selesai Penelitian 79

6 Output Analisis Data 80

7 Dokumentasi Penelitian 82

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Istilah

RSU Rumah Sakit Umum


ICN International Council of Nurses
SOP Standart Operasional Penanganan
TPS Tempat Pembuangan Sementara
TPA Tempat Pembuangan Akhir
B3 Bahan Berbahaya Beracun
MoU Memorandum of Understanding
WHO World Health Organization

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Riwayat Hidup

Penulis bernama Vita Zulfani berumur 21 tahun, dilahirkan di Medan pada

tanggal 21 Agustus 1997. Penulis beragama Islam, anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Zul Akhyar dan Ibu Neng Fatimah.

Pendidikan formal dimulai di TK Aisyah tahun 2002. Pendidikan sekolah

dasar di SD Swasta Taman Harapan tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama

di SMP Pertiwi Medan tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri

3 Medan tahun 2012-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, November 2018

Vita Zulfani

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan

Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial

menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri,

kegiatan rumah sakit berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan

berbagai aktifitas orang banyak sehingga potensial dalam menghasilkan sejumlah

besar limbah (Depkes RI, 2006).

World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang

dihasilkan layanan kesehatan (rumah sakit) hampir 80% berupa limbah umum dan

20% berupa limbah bahan berbahaya yang mungkin menular, beracun atau

radioaktif. Sebesar 15% dari limbah yang dihasilkan layanan kesehatan

merupakan limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam

sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan radioaktif

sebesar 1%. Negara maju menghasilkan 0,5 kg limbah berbahaya per tempat tidur

rumah sakit per hari.

Limbah rumah sakit yang tergolong berbahaya salah satunya adalah

limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah

benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah

radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam

berat yang tinggi. Lingkungan rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan

kesehatan masyarakat merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun

orang sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

Untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan maka perlu penyelenggaraan

kesehatan lingkungan rumah sakit, salah satunya dengan melaksanakan

pengelolaan limbah sesuai persyaratan dan tata laksana yang telah ditetapkan

untuk melindungi pasien, keluarga pasien dan seluruh tenaga kesehatan yang ada

di lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan hasil assessment tahun 2002, diketahui bahwa baru 49% dari

1.176 rumah sakit (526 rumah sakit pemerintah dan 652 rumah sakit milik swasta)

di 30 provinsi, baru 648 rumah sakit yang memiliki insenerator dan 36% memiliki

IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) dengan kondisi diantaranya tidak

berfungsi. Untuk pengelolaan limbah padat, 80,7% sudah melakukan pemisahan

antara limbah medis dan limbah non-medis, tetapi dalam masalah pewadahan

sekitar 20,5% yang menggunakan pewadahan khusus dengan warna dan lambang

berbeda (Wiku Adisasmito, 2010).

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa

benda cair, padat dan gas. Hal ini mempunyai konsistensi perlunya pengelolaan

limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan yang

bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang

bersumber dari limbah rumah sakit. Sarana pelayanan kesehatan merupakan

bagian tak terpisahkan dari program kesehatan secara menyuluruh dalam

mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat dan sejahtera (Pruss, 2013).

Menurut penelitian Rambe (2015) Peraturan dan kebijakan pengelolaan

limbah medis padat RSUD Gunungtua yang memenuhi syarat hanya pada kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

pengangkutan limbah medis padat, sedangkan untuk penampungan, pemilahan,

pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan akhir belum terpenuhi. Sumber limbah

medis padat berasal dari ruangan-ruangan yang menghasilkan limbah medis padat

yaitu ruang perawatan, IGD, poli, ruang operasi, ruang bersalin dan ICU. Timbulan

limbah medis padat berkisar 0,07 – 0,175 m³/hari. Seringkali rumah sakit kehilangan

citranya dan berubah fungsinya menjadi tempat yang memberikan kesan tidak teratur,

kotor, tidak nyaman, berbahaya dan sebagainya. Salah satu penyebab yang cukup

berperan dalam menciptakan kondisi rumah sakit yang demikian adalah kurangnya

perhatian terhadap sanitasi rumah sakit tersebut. Kemerosotan mutu lingkungan yang

dapat mengganggu atau menimbulkan keluhan masyarakat dan masalah kesehatan

antara lain Tingginya angka kepadatan vektor penyakit (lalat, tikus, nyamuk, kecoa

dan lain-lain).

Di Rumah Sakit sering kali ditemukan sistem pengelolaan terhadap

sampah belum dilaksanakan dengan baik, terlihat dari banyaknya percampuran

antara sampah medis dan non medis (Veronica, 2009). Semua perawat yang

bekerja diruangan menghasilkan limbah medis dan non medis harus bertanggung

jawab dalam pemilahannya. Proses pengelolaan limbah medis dilakukan oleh

perawat pada tahap pemilahannya dan petugas kebersihan pada tahap

pengangkutannya. Perawat juga ikut atas pemilahan limbah medis dan non medis

diruang tempatnya bertugas, karena perawatlah yang bertugas pada ruangan yang

menghasilkan limbah medis. perawat lebih banyak berperan dalam hal melakukan

tindakan pelayanan keperawatan kepada pasien seperti menyuntik, memasang

selang infus, mengganti cairan infus, memasang selang urine, dan perawatan luka

kepada pasien, perawatan dalam pemberian obat (Pruss, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Keberhasilan pengelolaan sampah rumah sakit selain dilihat dari tingkat

pengetahuan ditentukan juga dari sikap. Sikap akan mempengaruhi perilaku

perawat dan petugas lainnya untuk berperilaku dengan baik dan benar dalam

melakukan upaya penanganan dan pembuangan sampah. Dukungan pengetahuan

dan sikap ini akan berpengaruh langsung terhadap perilaku yang nyata dalam

mengelola sampah (Paramita, 2007). Pada dasarnya perilaku didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap dari individu (Notoatmodjo, 2010).

Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Medan merupakan salah satu rumah sakit

pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara

professional. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat ini tentunya harus didukung

oleh tenaga kesehatan yang bermutu, baik ditinjau dari pengetahuan, sikap,

perilaku yang disiplin, termasuk pengetahuan dan perilaku tenaga kesehatan yaitu

perawat dalam pembuangan sampah medis. Pembuangan sampah medis di rumah

sakit mengacu pada konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan

berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai sistem manajemen

lingkungan (Environmental Management System) dan diadopsi International

Organization for Standardization (IOS) sebagai salah satu Organisasi

Internasional untuk Standardisasi (ISO) di bidang pengelolaan lingkungan dengan

nomor seri ISO 14001 dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

Hasil survei yang dilakukan diketahui pengolahan sampah medis dan non

medis tersebut belum sesuai dan memenuhi persyaratan. Berdasarkan hasil

observasi peneliti masih ditemukan kemasan plastik jarum suntik dan kemasan

plastik alat medis lainnya terkadang tidak dibuang sesuai jenis sampahnya,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

meskipun tempat sampah telah disediakan sesuai dengan jenis sampah dan bak

sampah telah diberi label sesuai jenis sampah. Jumlah kantong plastik masih

kurang dan hanya tersedia warna kuning dan hitam. Pada pemusnahan limbah

medis, insenerator dengan status belum terizini untuk melakukan pembakaran.

Berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan, peneliti ingin

meneliti lebih lanjut mengenai masalah pengelolaan limbah medis dan non medis

serta pengetahuan, sikap, tindakan perawat di RSU Haji Medan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian

adalah “Bagaimana Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis serta

Pengetahuan, Sikap, Tindakan Perawat di RSU Haji Medan”?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Mengetahui pengelolaan limbah medis dan non medis,

serta perilaku perawat di RSU Haji Medan.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik perawat yang meliputi umur, jenis

kelamin, pendidikan, dan pengalaman kerja.

2. Untuk mengetahui pengelolaan limbah medis dan non medis di RSU Haji

Medan.

3. Untuk mengetahui sarana dan prasarana dalam pengelolaan limbah medis dan

non medis di RSU Haji Medan.

4. Untuk mengetahui perilaku perawat dalam mengelola limbah medis dan non

medis di RSU Haji Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Manfaat Penelitian

1. Bagi rumah sakit: diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi

tentang kondisi pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Haji

Medan dan merupakan bahan pertimbangan dan peningkatan sanitasi rumah

sakit tersebut.

2. Bagi peneliti: penelitian yang dilakukan dapat menjadi pengalaman

dan menambah wawasan yang berguna dalam penerapan ilmu yang sudah

didapatkan dari per kuliahan.

3. Bagi peneliti lain: sebagai bahan referensi yang dapat digunakan oleh peneliti

selanjutnya yang berminat terhadap permasalahan lingkungan dan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Tinjauan Pustaka

Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit

menyebutkan bahwa definisi rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat.

Menurut peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No.

1204/menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit

menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat

penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan

gangguan kesehatan.

Sarana dan prasarana rumah sakit. Menurut Undang-undang Rumah

Sakit Tahun 2009 Pasal 7 menerangkan bahwa rumah sakit harus memenuhi

persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan

peralatan. Lokasi bangunan juga harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,

keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian

kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan rumah sakit. Dalam kajian kebutuhan

penyelenggaraan rumah sakit harus didasarkan pada studi kelayakan dengan

menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan efektivitas, serta

demografi.

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

Bangunan rumah sakit harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian

dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Bangunan rumah sakit juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada

umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Persyaratan teknis bangunan rumah sakit, harus sesuai dengan fungsi,

kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan

dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak,

dan orang usia lanjut.

Prasarana rumah sakit meliputi: instalasi air; instalasi mekanikal dan

elektrikal; instalasi gas medik; instalasi uap; instalasi pengelolaan limbah;

pencegahan dan penanggulangan kebakaran; petunjuk, standar dan sarana

evakuasi saat terjadi keadaan darurat; instalasi tata udara; sistem informasi dan

komunikasi; serta ambulan. Semua prasarana tersebut harus memenuhi standar

pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan

rumah sakit, untuk itu maka prasarana tersebut harus dalam keadaan terpelihara

dan berfungsi dengan baik.

Limbah Medis dan Non Medis

Pengertian. Menurut World Health Organization yang dikutip oleh

Chandra (2007), sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan,

tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Menurut Depkes RI (2006) yang disebut sebagai sampah medis adalah

berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan

kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan

bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat, sedangkan menurut Djohan &

Halim (2013) sampah non medis adalah limbah hasil kegiatan rumah sakit di luar

kegiatan medis. Limbah ini bisa berasal dari dapur, perkantoran, taman dan

halaman,serta unit pelayanan. Contohnya: karton, kaleng dan botol, serta sampah

dari ruangan pasien yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan

penanganan dapat pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu

mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah,

secara teknis tidak rumit dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan

insinerator. Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-

obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut

tidak sesuai diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri harus dihilangkan dengan cara

merubah pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang, selebihnya

harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya (Sarwanto,

2009).

Jenis limbah medis. Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu

sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik

(sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup,

seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain-lain. Sampah jenis ini dapat

terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Sampah jenis ini tidak dapat

terdegradasi secara alami (Pruss, 2005).

Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia

merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah.

Selain itu, terdapat jenis sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan

kesehatan. Beberapa diantaranya sangat mahal biaya penanganannya karena

berupa bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-

fasilitas kesehatan. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi

menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas

medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya.

Sementara sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya

seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang

berbahaya secara kimia (Dwiyatmo, 2007).

Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary,

farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat

dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya

yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam,

infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik

(Fauziah, 2005).

1. Limbah benda tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,

ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit,

misalnya jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang

mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan

beracun atau radio aktif.

Pengelolaan limbah benda tajam adalah dengan cara harus dikumpulkan

dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah

tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga

orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. Jarum harus

dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

2. Limbah infeksius

Limbah infeksius merupakan limbah yang dicurigai mengandung bahan

pathogen. Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien

yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang

berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan

dan ruang isolasi penyakit menular.

Pengelolaan limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen

infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan

basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang

lain cukup dengan cara desinfeksi.

3. Limbah jaringan tubuh (patologis)

Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan,

placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan

autopsi. Pengelolaan limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan

penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

incinerator.

4. Limbah sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan

terapi sitotoksik. Pengelolaan limbah sisotoksik harus dibakar dalam

incinerator dengan suhu di atas 1000°C.

5. Limbah farmasi

Limbah farmasi berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang

terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi,

obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang

sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi

obat-obatan.

Pengelolaan limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan

insinerator pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman,

sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam

jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti

rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.

6. Limbah kimia

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,

vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga

meliputi limbah farmasi dan limbah sitotoksik.

Pengelolaan limbah kimia dalam jumlah kecil sebaiknya dibuang dengan

insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

7. Limbah radio aktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop

yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini

antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan

bakteriologis yang dapat berupa padat, cair dan gas.

Pengelolaan limbah radioaktif harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih yang

diatur dalam kibijakan strategi nasional yang menyangkut perturan,

infrastruktur, organisasi pelaksana (Depkes RI, 2006).

8. Limbah plastik

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit

dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang

terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis (Ditjen

PP, 2011).

Pengelolaan sampah plastik harus dilihat dari jenis sampah, apakah sampah

plastik mengandung bahan kimia, atau termasuk dalam sampah infeksius.

Pengelolaan sampah plastik sama dengan cara pengelolan pada sampah

infeksius ataupun non infeksius.

Bahaya limbah infeksius dan benda tajam. Limbah infeksius dapat

mengundang berbagai macam mikroorganisme patogen. Patogen tersebut dapat

memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur

1. Akibat tusukan, lecet, atau luka di kulit

2. Melalui membrane mukosa

3. Melalui pernafasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

4. Melalui ingesti, contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi

gastroenteritis dimana media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi

saluran pernafasan melalui sekret yang terhirup atau air liur dan lain – lain.

Benda akibat tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka

tertusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi

patogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda

tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya.

Kekhawatiran pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan

melalui subkutan dapat menyebabkan masuknya agens penyebab panyakit,

misalnya infeksi virus pada darah (Pruss, 2005).

Bahaya limbah kimia dan farmasi. Kandungan zat limbah dapat

mengakibatkan intosikasi atau keracunan sebagai akibat pajanan secara akut

maupun kronis dan cedera termasuk luka bakar. Intosikasi dapat terjadi akibat

diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membaran mukosa,

atau melalui pernafasan atau pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif

atau reaktif (misalnya formaldehide atau volatile/mudah menguap) jika mengenai

kulit, mata, atau membrane mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan

cedera. Cedera yang umum terjadi adalah luka bakar.

Bahaya limbah radioaktif. Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah

radioaktif bergantung pada jenis dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul

dapat berupa sakit kepala, pusing, dan muntah sampai masalah lain yang lebih

serius. Karena limbah radioaktif bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

mengenai materi genetik. Bahaya yang mungkin timbul dengan aktifitas rendah

mungkin terjadi karena kontaminasi permukaan luar container atau karena cara

serta durasi penyimpanan limbah tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau

tenaga kebersihan dan penanganan limbah yang terpajan radioaktif merupakan

kelompok resiko (Dwiyatmo, 2007).

Pemilahan limbah medis. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan

Republik Indonesia No.1204/menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan

lingkungan rumah sakit, upaya yang dapat dilakukan dalam pemilahan limbah

rumah sakit diantaranya:

1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan.

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang

tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti

bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak

berkepentingan tidak dapat membukanya.

4. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan

kembali.

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses

sterilisasi untuk menguji Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi

kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

6. Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses

salah satu metode sterilisasi.

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan

penggunaan wadah dan label seperti pada tabel 1.

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan

perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

Tabel 1
Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Kategori Warna Lambang Keterangan
Kontainer/Plas
tik
Radioaktif Merah Kantong boks timbal
dengan simbol
radioaktif

Sangat Infeksius Kuning Kantong


plastik,kuat,anti
bocor,atau kontainer
yang dapat
disterilisasi dengan
otoklaf
Limbah Infeksius, Kuning Kantong plastik atau
patologi dan kontainer kuat dan
anatomi anti bocor

Sitotoksis Ungu Kontainer plastik


kuat dan anti bocor

Limbah Kimia Coklat - Kantong plastik atau


dan Farmasi kontainer

Pengelolaan limbah medis. Pengelolaan limbah medis secara

konvensional meliputi pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan,

pengangkutan, pemilahan, pemotongan dan pembuangan akhir.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

1. Pemilahan dan pengurangan pada sumber

Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan hal-hal yaitu kelancaran

penanganan dan penampungan, pengurangan jumlah limbah yang

memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3,

diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan

dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi

biaya, tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya dari

semua limbah pada tempat penghasil limbah akan mengurangi kemungkinan

kesalahan petugas dan penanganan.

Cara yang tepat untuk mengidentifikasi kategori sampah/limbah adalah

adalah dengan melakukan pemilahan sampah berdasarkan warna kantong dan

kontainer yang digunakan (WHO, 2005). Pemilahan limbah dilakukan untuk

memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang dengan cara

menggunakan kantong berkode (umumnya menggunakan kode warna).

Namun penggunaan kode tersebut perlu cukup perhatian secukupnya untuk

tidak sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang mungkin

juga menggunakan kode warna. Terdapat berbagai kantong yang digunakan

untuk pembuangan sampah di rumah sakit dengan menggunakan bermacam-

macam warna (Depkes RI, 2006).

2. Pengumpulan (Penampungan)

Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas,

aman, dan higienis. Sampah harus dikumpulkan setiap hari (sesuai yang

ditetapkan) dan diangkut ke tempat tempat penampungan sementara. Kantong

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

plastik harus diganti segera dengan kantong plastik baru dari jenis yang sama

setelah tempat pengumpul 24 sampah atau kontainer telah dikosongkan.

Tempat pengumpul sampah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut

(Ditjen PP dan PL, 2011) :

a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan

mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori

tangan

c. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10

meter dan setiap radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka.

d. Setiap tempat pengumpul sampah dilapisi dengan kantung plastik sebagai

pembungkus sampah dengan lambang dan warna yang telah ditentukan.

e. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila 2/3

bagian telah terisi sampah.

f. Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori infeksius (plastik

kuning) dan sampah sitotoksik (plastik ungu) segera dibersihkan dan

didesinfeksi setelah dikosongkan, apabila akan dipergunakan kembali.

3. Pemisahan limbah

Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara

menggunakan kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode

berwarna yaitu kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah

rumah tangga biasa, kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan

dibakar (limbah infeksius), kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

yang sebaiknya dibakar tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila

dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan, biru muda atau

transparan dengan strip biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan

sejenis) sebelum pembuangan akhir (Adisasmito, 2008).

Dampak limbah medis terhadap kesehatan dan lingkungan. Menurut

Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah harus

menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/ helm, masker, pelindung

mata, pakaian panjang, apron untuk industri, sepatu boot, serta sarung tangan

khusus. Dampak limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan dapat

menimbulkan berbagai masalah seperti :

1. Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi

dan rasa dari bahan kimia organik.

2. Kerusakan harta benda

3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam

tertentu dan fosfor.

4. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa

kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian

kedokteran gigi.

5. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan

genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang

berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah seseorang yang berperan dalam

merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit.

Menurut UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, mendefinisikan perawat

adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui

pendidikan keperawatan. Perawat berperan dalam memperhatikan keadaan

kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

keperawatan dengan menggunakan proses keperawatanmeliputi : pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanan, implementasi dan evaluasi Nursalam (2007).

Proses keperawatan tersebut menjadi standar asuhan keperawatan yang

telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Pelayanan

keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio- psiko-sosio-spiritual yang komprehensif

kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang

mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan di sini

adalah bagaimana perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan

memperlakukan pasien sebagai manusia (Hidayat, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Peran perawat dalam pengelolaan limbah medis. The International

Council of Nurses (ICN) (2006) menyikapi profesi perawat di seluruh dunia,

mengetahui pentingnya peranan lingkungan alam dalam kesehatan menyeluruh

dan mengetahui bahwa ancaman lingkungan alam berasal dari limbah rumah

sakit. ICN percaya bahwa setiap perawat memiliki tugas untuk mengurangi

ataupun menghilangkan efek negatif dari hasil lingkungan limbah medis. ICN

sebagai perwakilan organisasi dari perawat memiliki tanggung jawab secara

langsung dan membuat kebijaksanaan bagaimana menangani limbah medis. ICN

mendukung upaya untuk mengurangi dampak bahaya dari limbah medis, meliputi:

1. Mengambil keputusan yang dapat membantu mengurangi keracunan akibat

penggunaan jumlah produk yang besar dalam bentuk kemasan .

2. Menggunakan tempat ruang khusus untuk mengembangkan produk

alternatif yang kadar racunnya lebih rendah.

3. Membatasi penggunaan pestisida.

4. Mengurangi limbah medis dengan strategi menempatkan wadah untuk

mengurangi volume limbah butuh perhatian khusus dan memfasilitasi daur

ulang jika masih memungkinkan.

5. Dengan adanya pengelolaan limbah medis diharapkan dapat memperkecil

racun pembunuh kuman.

6. Pengelolaan limbah medis diharapkan dapat mengurangi dengan cara

pembakaran (incenerator) yang maksimal.

7. Memberikan pendidikan kepada pasien untuk mengetahui dampak polusi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

lingkungan rumah sakit. Perawat yang profesional perlu menyadari

konsekuensi dari limbah medis yang dihasilkan dari berbagai sektor

kesehatan (ICN, 2006). organisasi perawat membutuhkan:

a. Fasilitas yang dapat diakses oleh perawat untuk melanjutkan program

pendidikan dengan subjek limbah medis.

b. Penerapan pencegahan berdasarkan evaluasi pemilihan produk yang

ramah lingkungan.

c. Mempertahankan keterlibatan perawat secara langsung dalam

mengambil keputusan.

d. Mempertahankan mekanisme pengolahan limbah secara aman.

e. Mengembangkan kerjasama dengan tenaga ahli yang lain untuk

mengelolalimbah yang aman.

f. Merumuskan dan membuat peraturan tentang kompetensi perawat

dalam kesehatan lingkungan.

Perilaku

Pengertian. Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon,

maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon

(Skinner (1938) dalam Notoadmodjo, 2007).

Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor yaitu

faktor lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Faktor lingkungan inilah yang paling besar menentukan status kesehatan. Kedua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang

kompoten dan siap siaga dalam melayani masyarakat. Ketersediaan tenaga dan

tempat pelayanan yang memadai. Faktor ketiga adalah faktor perilaku dalam hal

ini faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pemahaman dan tingkat

pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan. Faktor terakhir adalah keturunan.

Semua faktor saling berkaitan satu sama lain. (Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku. Perubahan

perilaku manusia ditinjau dari tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan

faktor di luar perilaku (non-behaviourcauses) (Notoadmodjo, 2010). Perilaku itu

sendiri ditentukan oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (Predisposising factors)

Faktor faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan. Tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sitem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana. Misalnya

kelengkapan tempat sampah, ukuran yang tepat saat dipakai.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat

termasuk petugas kesehatan. Menurut Kurt Lewin dalam teori model

perilakunya mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

dan lingkungan karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti

motivasi, nilai-nilai, sifat keperibadian, dan sikap berinteraksi satu sama lain

dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam

menentukan perilaku (Azwar, 2010).

Pengetahuan

Pengertian. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah apa yang

diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu dan sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indra penglihatan, pendengaran,

raba, penciuman, dan raba.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Menurut

Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, antara lain yaitu :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap suatu hal agar seseorang dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula seseorang

menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Bertambahnya umur seseorang akan menyebabkan terjadinya perubahan pada

aspek psikis dan psikologi. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal

dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang

kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika

pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis

akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap

positif.

Tingkatan pengetahuan. Bloom dalam Notoatmodjo (2007) tingkat

pengetahuan dapat dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu sebagai berikut :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (comprehension)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan pada suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Sikap (Attitude)

Pengertian. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Azwar (2010)

menyatakan sikap adalah suatu pola perilaku tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana,

sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Tingkatan sikap. Notoatmodjo (2007) membagi tingkatan sikap menjadi:

1. Menerima (Receiving). Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (Responding). Merespon adalah memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing). Menghargai adalah mengajak orang lain mengerjakan

atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible). Bertanggung jawab terhadap segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang

paling tinggi.

Pembentukan sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap menurut Azwar (2010) adalah :

1. Pengalaman pribadi. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut

membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita

merupakan salah satu komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.

3. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

4. Media massa. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang.

5. Pengaruh lembaga pendidikan dan agama. Lembaga pendidikan dan agama

sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral diri

individu.

6. Pengaruh faktor emosional. Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

Didasari oleh emosi yang berfungsi semacam penyaluran frustasi atau

penglihatan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Tindakan

Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan, untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata, maka diperlukan faktor

pendukung lain. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan

erat antara sikap dan tindakan, sikap merupakan pandangan atau perasaan yang

disertai kecenderungan untuk bertindak.

Tingkatan tindakan. Adapun tingkatan tindakan sebagai berikut:

1. Persepsi ( perception )

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin ( guided response )

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme ( mechanism )

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sesuatu itu merupakan kebiasaan, maka ini sudah mencapai praktek tingkat

tiga.

4. Adopsi ( adoption )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Adopsi adalah tindakan yang sudah berkembang dengan baik yang berarti

bahwa tindakan sudah dimodifikasi dengan baik tanpa mengurangi kebenaran

tindakan lanjut (Notoadmodjo, 2007).

Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif, dengan metode

penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan

limbah medis dan non medis, serta pengetahuan dan sikap, tindakan perawat di

RSU Haji Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi. Penelitian ini dilaksanakan di RSU Haji Medan dengan alasan

bahwa dalam pengelolaan limbah masih mempunyai kendala dan dan belum

pernah ada penelitian sejenis yang dilakukan di rumah sakit tersebut, selain itu

lokasi penelitian dapat dijangkau dengan mudah oleh peneliti.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Oktober

2018.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi. Populasi adalah setiap subjek (misalnya: manusia, pasien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi penelitian ini

adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap di RSU Haji Medan

sebanyak 175 perawat.

Sampel. Adapun bagian sampel sebagai berikut:

Jumlah sampel. Sampel merupakan bagian populasi atau bagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki populasi. Bila populasi lebih dari 100, maka

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31

pengambilan sampel dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% (Arikunto,2006).

Maka peneliti mengambil 25% dari 175 orang sehingga jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 44 perawat.

Teknik sampling. Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel, diketahui

bahwa jumlah populasi penelitian dan hasil sampel adalah sama yaitu 44 perawat,

maka peneliti mengambil teknik sampel simple random sampling. Teknik sampel

simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara

memberikan peluang yang sama pada semua subyek (Hidayat, 2008).

Pengambilan dilakukan pada setiap ruang perawatan dengan rumus:

Keterangan :

: besar sampel untuk stratum


: besar sampel
: total populasi
: total sub populasi dari stratum

Tabel 2
Distribusi Responden Tiap Ruangan
Ruangan Jumlah Anggota Jumlah Sampel
Poliklinik 16 16
44 = 4
175
ICU 20 20
44 = 5
175
An-Nisa 15 15
44 = 3
175
Ar-Rjial 10 10
44 = 2
175
Al-Ihsan 16 16
44 = 4
175
(Bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Tabel 2
Distribusi Responden Tiap Ruangan
Ruangan Jumlah Anggota Jumlah Sampel
Al-Ikhlas 17 17
44 = 4
175
Ibnu Sina 16 16
44 = 4
175
Fitrah 11 11
44 = 2
175
Jabal Nur 17 17
44 = 4
175
H. Ismail Anak 25 25
44 = 6
175
Pav. Shafa 15 15
44 = 3
175
Pav. Marwa 15 15
44 = 3
175
Jumlah 175 44

Kriteria sampel. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusi

dan eksklusi (Notoadmojo, 2012).

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus

menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Notoadmojo, 2012).

Kriteria inklusi meliputi :

a. Perawat yang berpendidikan minimal D3 Kesehatan

b. Masa kerja minimal 2 tahun

2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi

adalah:

a. Kepala ruang.

b. Perawat yang sedang cuti seperti sakit, cuti hamil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel. Pengukuran variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent) yaitu mempengaruhi keberadaan variabel

terikat dalam hal ini adalah sistem pengelolaan limbah padat, sarana

prasarana, pengetahuan, sikap dan tindakan perawat.

2. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas dalam hal ini adalah pengelolaan limbah medis dan non medis dengan

kriteria memenuhi syarat atau tidak sesuai Kepmenkes RI No. 1204 tahun

2004 di RSU Haji Medan.

Definisi operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Limbah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan

unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan

gangguan kesehataan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat.

2. Limbah non medis adalah limbah hasil kegiatan rumah sakit di luar kegiatan

medis.

3. Pengelolaan limbah medis adalah proses limbah medis yang dihasilkan dari

unit atau ruangan pelayanan medis ditampung dan dipisahkan limbah medis

dan non medis. kemudian dikumpulkan, diangkut oleh petugas pengelola

limbah ketempat pengumpulan sementara, sampai kemudian

dibuang/dimusnahkan.

4. Sarana dan Prasarana adalah peralatan dan bahan yang menunjang atau

mendukung pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

5. Pengetahuan perawat adalah apa yang diketahui oleh perawat tentang

pembuangan sampah medis dan non medis.

6. Sikap perawat merupakan reaksi atau respon perawat tentang bagaimana

pembuangan sampah medis dan non medis.

7. Tindakan adalah respon atau reaksi perawat terhadap stimulus (rangsangan

dari luar).

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui

wawancara menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan dari pengukuran

terhadap variabel penelitian tentang pengetahuan sikap dan tindakan serta lembar

observasional untuk menilai pengelolaan limbah medis dan non medis di RSU

Haji Medan.

Data sekunder. Dalam penelitian ini data sekunder dipeoleh dari profil

ketenagakerjaan keperawatan dan data yang telah ada pada rumah sakit yaitu

berupa data jumlah ruangan dan lain lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran dalam penelitian ini didasarkan dari jawaban responden

terhadap pertanyaan yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang dikumpulkan

dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 2006).

Baik : Jika total nilai yang diperoleh > 75%

Sedang : Jika total nilai yang diperoleh 40%-75%

Kurang : Jika total nilai yang diperoleh < 40%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Pengukuran pengetahuan. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh

perawat tentang pengelolaan sampah medis dan non medis terhadap kesehatan

yang diukur dengan 10 pertanyaan dengan total tertinggi dari hasil pertanyaan

yaitu 20 dan terendah 0. Pengetahuan dapat diukur dengan scoring terhadap

kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertinggi adalah 2 dengan kriteria

jawaban:

Jawaban baik 2

Jawaban sedang 1

Jawaban kurang 0

Pengukuran sikap. Sikap dapat diukur dengan skoring kuesioner dimana

jawaban yang memiliki sifat mulai dari hal yang positif sampai negative yang

berisikan jawaban Setuju, Tidak setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Untuk sikap

positif dengan jumlah pertanyaan 10 yang memiliki nilai tertinggi 30 dan terendah

0.

Jawaban sangat setuju 3

Jawaban setuju 2

Jawaban tidak setuju 1

Jawaban sangat tidak setuju 0

Untuk penilaian sikap negatif responden juga didasarkan pada 4 (empat) pilihan

jawaban dari skala Likert , yaitu :

Jawaban sangat setuju 0

Jawaban setuju 1

Jawaban tidak setuju 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Jawaban sangat tidak setuju 3

Pengukuran tindakan. Tindakan adalah dimana suatu perilaku apa yang

dilakukan responden terhadap pengelolaan sampah medis dan non medis dengan

memiliki 10 pertanyan dan memiliki total skor paling tinggi 20 dan yang paling

rendah 0.

Jawaban iya 2

Jawaban kadang-kadang 1

Jawaban tidak pernah 0

Pengukuran pengelolaan limbah. Aspek pengukuran limbah padat

berdasarkan Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004. Untuk lembar

observasi penelitian sistem pengelolaan limbah padat dengan jumlah checklist ada

7 item dengan total skor = 100, yang diperoleh dari jumlah skor setiap item

dengan nilai skor yang berbeda sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Kualitas hasil pengelolaan limbah padat non

medis rumah sakit tipe B, memenuhi syarat jika total skor > 75% dan tidak

memenuhi syarat jika <75% .

Metode Analisis Data

Pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut :

1. Editing

Editing adalah memeriksa data yang telah terkumpulkan sesuai dengan hasil

penelitian, meneliti kembali kesesuaian dan kebenarannya, apakah data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

kurang lengkap dalam pengisian data untuk responden (Arikunto, 2006). Data

dari lembar kuesioner diteliti kembali sehingga nantinya dapat

menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Coding

Data yang telah diisi oleh responden diberi kode dengan cara pemberian kode

pada kolom yang telah tersedia di item pertanyaan untuk mempermudahkan

dalam pengolahan data dan proses selanjutnya melalui tindakan

pengklarifikasian data. Pemberian kode baik data karakteristik responden,

data pengetahuan dan perilaku. Contoh coding data adalah pengetahuan baik

diberi kode 1, pengetahuan sedang diberi kode 2, dan pengetahuan kurang

diberi kode 3.

3. Scoring

Tahap pensekoran data. Data yang diberi nilai adalah nilai skor dari kuesioner

pengetahuan, sikap dan tindakan responden terhadap pengelolaan limbah

medis dan non medis.

4. Entry

Memasukan data ke dalam komputer dengan menggunakan program atau

software statistik komputer. Dalam penelitian ini program statistik

komputer yang dipakai ialah program SPSS (Statistical Product Service

Solution).

5. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam table

dan selanjutnya untuk pengolahan data atau analisis. Data penelitian yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

telah dianalisis dari program SPSS disusun dalam bentuk laporan.

Analisis data. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk

menganalisis variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi

frekuensi dan proporsinya agar dapat diketahui karakteristik dari subjek

penelitian. Pada hasil ini menghasilkan distribusi dan presentase tiap variabel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta, Presiden Republik Indonesia

menandatangani Prasasti untuk keempat Rumah Sakit Haji, yakni Jakarta,

Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Melalui Surat Keputusan Gubernur

Propinsi Sumatera Utara No. 445.05/712.K, tanggal 7 Maret 1991 dibentuk

Panitia Pembangunan Rumah Sakit Haji Medan dan akhirnya diletakkan batu

pertama pembangunan Rumah Sakit Haji Medan oleh Bapak Menteri Agama

Republik Indonesia (Bapak H. Munawir Sjadzali) dan Bapak Gubernur Provinsi

Sumatera Utara pada tanggal 11 Maret 1991. Pada tanggal 4 Juni 1992, Bapak

Presiden Soeharto berkenan meresmikan Rumah Sakit Haji Medan.

Rumah Sakit Umum Haji Medan merupakan salah satu Rumah Sakit

Pemerintah yang terletak di Jl. RS Haji Medan Estate, Medan, Sumatera Utara,

yang mempunyai luas tanah 60.000 m², luas bangunan 13.099 m² dan merupakan

Rumah Sakit Tipe B.

Visi dan Misi RSU Haji Medan :

Visi :

Rumah Sakit Unggulan dan Pusat Rujukan dengan Pelayanan Bernuansa Islami,

Ramah Lingkungan Berdaya Saing sesuai Standar Nasional dan Internasional.

Misi :

1. Meningkatkan profesionalisme, kompetensi sumber daya manusia Rumah Sakit

Umum Haji Medan yang memiliki integritas dan religius.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana Rumah sakit Haji Medan sesuai

standar Nasional dan Internasional dengan prinsip kenyamanan dan

keselamatan.

3. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia Rumah Sakit Umum Haji

Medan Provinsi Sumatera Utara melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum.

4. Meningkatkan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan.

5. Meningkatkan pelayanan yang bekualitas, transparan, bersih, ramah, aman dan

nyaman serta lingkungan yang sehat bernuansa Go Green.

Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perawat di Rumah Sakit Umum Haji

Medan didapat gambaran karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 3
Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Umur
Usia Frekuensi Persentase (%)
20-24 tahun 11 25%
25-29 tahun 11 25%
30-34 tahun 16 36,4%
≥ 35 tahun 6 13,6%
Total 44 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah

30-34 tahun sebanyak 16 orang (36,4%), diikuti usia 20- 24 tahun sebanyak 11

orang (25%) , usia 25-29 tahun sebanyak 11 orang (25%) dan paling sedikit

responden dengan umur > 35 tahun yaitu 6 orang (13,6%).

Tabel 4
Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 5 11,4%
Perempuan 39 88,6%
Total 44 100%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jenis kelamin responden

terbanyak adalah responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu 39 orang

(88,6%), dan paling sedikit responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 5

orang (11,4%).

Tabel 5
Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
D-III Keperawatan 19 43,2%
D-III Kebidanan 22 50,0%
S-1 Ners 3 6,8%
Total 44 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan responden

terbanyak adalah D-III Kebidanan sebanyak 22 orang (50,0%), diikuti D-III

Keperawatan sebanyak 19 orang (43,2%) dan paling sedikit yaitu S-1 Ners

sebanyak 3 orang (6,8%).

Tabel 6
Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
0-4 tahun 14 31,8%
5-8 tahun 15 34,1%
9-12 tahun 10 22,7%
≥ 13 tahun 5 11,4%
Total 44 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masa kerja responden terbanyak

adalah 5-8 tahun sebanyak 15 orang (34,1%), diikuti 0-4 tahun sebanyak 14 orang

(31,8%), lalu 9-12 tahun sebanyak 10 orang (22,7%) dan paling sedikit yaitu ≥ 13

tahun sebanyak 5 orang (11,4%).

Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis RSU Haji Medan

Pengamatan dilakukan pada empat ruangan yang menghasilkan limbah

padat medis yaitu: ruang rawat inap kelas III dan kelas II, ruang farmasi, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

ruang bedah dan ruang laboratorium.

Penampungan dan pengumpulan. Menurut Kepmenkes RI No. 1204

tahun 2004, pada proses penampungan terdapat 12 item checklist diantaranya

sebagai tabel berikut:

Tabel 7
Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Medis
Keterangan
ITEM
Ya Tidak
Tempat sampah limbah medis dan non medis terpisah √
Tempat sampah limbah medis memakai tutup √
Tempat sampah limbah medis kedap air √
Tempat sampah limbah medis tahan karat √
Tempat sampah limbah medis anti tusuk √
Tempat sampah limbah infeksius dan sitotoksis didesinfeksi √
setelah dikosongkan
Tempat penampungan/kantong plastik limbah sangat

infeksius berwarna kuning
Tampungan limbah infeksius, patologi dan anatomi

menggunakan plastiik berwarna kuning
Tampungan sampah sitotoksis menggunakan plastik

berwarna ungu
Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi menggunakan

plastik berwarna coklat
Tampungan limbah domestik dilapisi plastik berwarna hitam √
Plastik tampungan sampah berlogo sesuai kategori sampah √

Berdasarakan observasi, pada tahap ini ruangan penghasil limbah padat

medis yaitu ruang rawat inap kelas III dan dan kelas II, tempat sampahnya

dilapisi plastik berwarna kuning berukuran 50x75 cm di dalamnya. Pada ruang

farmasi dilapisi plastik berwarna kuning, tidak sesuai yang sebagaimana mestinya

dilapisi plastik berwarna coklat. Setiap ruangan tempat sampah telah diberi label

limbah patologis dan kondisi masing-masing tempat sampah pada ruangan

tersebut memiliki tutup, tahan karat, anti tusuk dan kedap air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Pengangkutan. Menurut Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004, pada

proses pengangkutan terdapat 9 item checklist diantaranya sebagai tabel berikut:

Tabel 8
Pengangkutan Limbah Padat Medis
ITEM Keterangan
Ya Tidak
Trolley pengumpulan limbah padat medis dan non medis

dipisahkan
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan

dalam keadaan baik dan tidak bocor
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan

kedap air
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan

memiliki tutup
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan

mudah dibersihkan dan dikosongkan
Trolley pengangkut limbah padat pakiran/halaman berbeda

dengan limbah padat ruangan
Trolley pengangkut limbah padat medis diberi tanda/logo √
Terdapat jalur khusus pengangkut limbah √
Limbah padat medis dibuang ke tempat pembuangan

sementara (TPS)

Berdasarkan hasil observasi, Pengangkutan limbah padat medis dilakukan

oleh petugas kebersihan rumah sakit. Limbah padat medis dikumpulkan kemudian

diangkut beserta kantong plastik yang diikat terlebih dahulu lalu di angkut ke TPS

(Tempat Penampungan Sementara) menggunakan trolley pengangkut limbah

padat yang tertutup. Trolley yang digunakan untuk mengangkut limbah padat

medis dan non medis dipisah. Kondisi trolley dalam keadaan baik, tidak

bocor, memiliki tutup, trolley yang digunakan diberi label/logo.

Frekuensi pengangkutan limbah padat medis yaitu 3 kali sehari yaitu pagi

hari jam 08.30 WIB, siang hari jam 14.30 WIB, dan malam hari pukul 19.00 WIB,

yang mengangkut limbah padat medis dari semua ruangan. Namun khusus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

ruangan bedah dan laboratorium pengangkutannya menunggu limbah sampai

penuh karena darah dan sisa jaringan tubuh akan disimpan dulu untuk keperluan

yang mendatang misalnya untuk diperiksa kembali atau penelitian dokter. Jalur

yang digunakan untuk mengangkut limbah di RSU Haji Medan sama dengan jalur

umum atau jalur biasa yang digunakan untuk pasien pengunjung dan lain-lain,

kecuali tidak lewat jalur depan kantin dan instalasi gizi.

Pemusnahan dan pembuangan akhir. Menurut Kepmenkes RI No. 1204

tahun 2004, terdapat 4 item checklist diantaranya sebagai tabel berikut:

Tabel 9
Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis
Keterangan
ITEM
Ya Tidak
Rumah Sakit memiliki Insenerator √
Limbah padat medis dibakar di Insenerator √
Pemusnahan limbah infeksius, sitotoksis dan farmasi dengan

Insenerator (suhu 1000°C)
Pemusnahan limbah >24 jam √

RSU Haji Medan memilki insenerator tetapi status keterangan belum dapat

izin dikarenakan ada beberapa berkas berkas yang belum memenuhi syarat

sehingga belum ada perizinan oleh pihak yang berwenang. Kondisi mesin

insenerator masih bagus dan belum pernah dipakai sama sekali untuk pembakaran

limbah padat medis atau B3. Untuk pembuangan akhir limbah padat medis yang

berasal dari ruangan dibuang ke TPS (Tempat Penampungan Sementara). Limbah

padat medis dikumpulkan di TPS tersebut lalu diangkut oleh truk pengangkut

sampah oleh pihak ketiga yaitu PT Industra Kargo.

Sistem Pengelolaan Limbah Padat Non Medis RSU Haji Medan

Pengamatan dilakukan pada dua ruangan yang menghasilkan limbah padat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

non medis yaitu: ruang rawat inap dan ruang instalasi gizi.

Penampungan dan pengumpulan. Menurut Kepmenkes RI No. 1204

tahun 2004, pada proses penampungan dan pengumpulan limbah padat non medis

terdapat 6 item checklist diantaranya sebagai tabel berikut:

Tabel 10
Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Non Medis
ITEM Keterangan
Ya Tidak
Dilakukan pemisahan limbah padat non medis kering dan

basah
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan,

dan tahan karat
Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan

ditutup tanpa mengotori tangan
Tampungan limbah padat non medis dilapisi plastik

berwarna hitam
Plastik tampungan sampah memiliki keterangan domestik

berwarna putih
Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam √

Berdasarkan observasi, di ruang instalasi gizi RSU Haji Medan sudah

melakukan pemisahan sampah kering dan sampah basah tetapi tidak pada ruang

rawat inap. Tahapan penampungan limbah padat non medis dilakukan oleh

petugas kebersihan rumah sakit. Tempat sampah di beberapa ruangan rawat inap

memiliki tutup tetapi harus menggunakan tangan dikarenakan injakan sudah

rusak, dan tempat sampah dilapisi plastik bewarna hitam, tahan karat, cukup

ringan dan kedap air. Pengumpulan sampah dilakukan 3 kali sehari yaitu pada

pagi hari jam 08.30 WIB, siang hari jam 14.30 WIB, dan malam hari jam 19.00

WIB.

Pengangkutan. Menurut Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004, pada

proses pengangkutan terdapat 8 item checklist diantaranya sebagai tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Tabel 11
Pengangkutan Limbah Padat Non Medis
Keterangan
ITEM
Ya Tidak
Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam √
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari jika

2/3 bagian telah terisi
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan

dalam keadaan baik dan tidak bocor
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan

kedap air
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan

memiliki tutup
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan

mudah dibersihkan dan dikosongkan
Trolley pengangkut limbah padat non medis diberi

tanda/logo
Limbah padat non medis dibuang ke tempat pembuangan

sementara (TPS)

Berdasarkan hasil observasi, pada tahap pengangkutan limbah padat,

limbah padat non medis dikumpulkan kemudian diangkut beserta kantong plastik

yang diikat terlebih dahulu secara terpisah lalu di angkut ke TPS (Tempat

Penampungan Sementara) menggunakan trolley pengangkut limbah yang terbuka.

Trolley yang digunakan untuk mengangkut limbah padat medis dan non medis

dipisah. Kondisi trolley dalam keadaan baik tetapi terbuka dan tidak memiliki

penutup dan trolley yang digunakan diberi label/logo. Frekuensi pengangkutan

limbah padat non medis di ruang instalasi gizi dilakukan setiap 3 kali sehari yaitu

pagi hari jam 08.30 WIB, siang hari jam 14.30 WIB dan malam hari jam 19.00

WIB.

Tempat pembuangan sementara dan pembuangan akhir. Menurut

Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004, pada proses pembuangan akhir terdapat 4

item checklist diantaranya sebagai tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Tabel 12
Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Non
Medis
Keterangan
ITEM
Ya Tidak
Tempat pembuangan sementara sampah harus kedap air,

tertutup dan mudah dibersihkan
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan

pengangkut limbah
Limbah padat non medis dibuang ke TPA1 kali/hari √
Limbah padat non medis dibuang ke TPA yang ditetapkan

PEMDA

Berdasarkan hasil observasi, limbah padat non medis yang berasal dari

instalasi gizi atau ruang rawat inap dibuang ke TPS (Tempat Penampungan

Sementara) yang berada di belakang gedung rumah sakit. Limbah padat medis dan

non medis dikumpulkan di TPS tersebut lalu diangkut oleh truk pengangkut

sampah dari pihak ketiga. Limbah padat non medis yang berada di TPS diangkut

oleh truk pengangkut sampah 1 kali/hari dan dibuang ke TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) yang berada di daerah Deli Serdang.

Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan


Non Medis di RSU Haji Medan (Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204
Tahun 2004)

Adapun hasil observasi pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan

non medis di RSU Haji Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 13
Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di RSU Haji Medan
Skor
Variabel pengelolaan Limbah Padat (bobot 10) Bobot Nilai (%) Ket
Skor maksimal 100 bobot
x nilai
Tempat limbah kuat,tahan karat,kedap air, 10 20 200 MS
dengan penutup dan kantong plastik dengan
warna dan lambang sesuai pedoman
(Bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Tabel 13
Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di RSU Haji Medan
Skor
Variabel pengelolaan Limbah Padat (bobot 10) (%)
Skor maksimal 100 Bobot Nilai bobot Ket
x nilai

Tempat pengumpulan dan penampungan 10 0 0 TMS


limbah sementara didesinfeksi setelah
dikosongkan
Diangkut ke Tempat Penampungan Sementara 10 5 50 MS
> 2 kali/hari dan ke Tempat Pembuangan akhir
> 1 kali/hari
Pemusnahan limbah padat infeksius, sitotoksis, 10 0 0 TMS
dan farmasi dengan insenerator ( suhu
>1000°C) atau khusus untuk sampah infeksius
dapat distrerilkan dengan autoclave atau radiasi
microwave sebelum dibuang ke landfill
Bagi yang tidak punya insenerator ada moU 10 20 200 MS
antara RS dan pihak yang melakukan
pemusnahan limbah medis
Limbah domestik dibuang ke Tempat 10 5 50 MS
Pembuangan Akhir yang ditetapkan
Pemerintah Daerah
Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan 10 0 0 TMS
yang berlaku
Total Skor 500 x 100% = 50% TMS
1000

Keterangan :

MS : Memenuhi Syarat

TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tempat sampah limbah padat

terbuat dari bahan yang kedap air, tertutup, dan tidak korosif sudah memenuhi

syarat dengan skor 200, alat angkut langsung didesinfeksi setelah mengangkut

limbah padat medis dan dipisahkan dari limbah padat domestik tidak memenuhi

syarat dengan skor 0, limbah padat diangkut ke TPS (Tempat Penampungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Sementara) 3 kali/hari dan ke Tempat Pembuangan Akhir 1 kali/hari

memenuhi syarat dengan skor 50, pemusnahan limbah padat infeksius, sitotoksis,

dan farmasi dengan insenerator (suhu >1000°C) atau khusus untuk sampah

infeksius dapat distrerilkan dengan autoclave atau radiasi microwave sebelum

dibuang ke landfill belum memenuhi syarat dengan skor 0, bagi rumah sakit yang

tidak ada insenerator, melakukan kerjasama moU dengan rumah sakit lain sudah

memenuhi syarat dengan skor 200. Pembuangan akhir limbah domestik dibuang

ke Tempat Pembuangan Akhir yang ditetapkan Pemerintah Daerah memenuhi

syarat dengan skor 50, penangangan sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan

yang berlaku tidak memenuhi syarat dengan skor 0. Total penilaian secara

keseluruhan adalah 50% dimana belum sesuai dengan Kepmenkes RI No.1204

Tahun 2004 yaitu untuk RS Pemerintah, BUMN/BUMD Kelas A dan Kelas B

adalah sekurang-kurangnya 75%.

Sarana Prasarana Pengelolaan Limbah Medis RSU Haji Medan

Untuk memperoleh suatu sistem pengelolaan limbah medis yang

memenuhi persyaratan kesehatan, sangat dibutuhkan sarana dan prasarana

pendukung seperti tempat penampungan sampah sementara, kantong plastik untuk

memisahkan antara limbah medis dan non medis, safety box (tempat menyimpan

limbah benda tajam seperti jarum suntik), penampungan limbah radioaktif,

insenerator, selain itu juga sarana pembuangan akhir dan pemusnahan di Rumah

Sakit Umum Haji Medan. Berikut tabel sarana dan prasarana pengolahan limbah

medis dan non medis di Rumah Sakit Umum Haji Medan berdasarkan hasil

observasi peneliti:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Tabel 14
Sarana Prasarana Pengelolaan Limbah Medis
Jenis Sarana dan Prasarana Status Keterangan
Insenerator Ada Tidak berizin
Kantong Plastik Ada Warna kantong
plastik untuk tiap
jenis limbah belum
ada
Tempat Sampah Ada Jumlahnya cukup
memadai
Penampungan Sampah Radioaktif Tidak ada
Safety Box Ada

RSU Haji Medan sudah memiliki insinerator namun belum memiliki izin

beroperasi dikarenakan belum memenuhi persyaratan oleh pemerintah, maka dari

itu RSU Haji masih memperbantukan pihak ketiga untuk pengolahan limbah tahap

akhir. Selain itu masih belum ada tempat penampungan sampah radio aktif

dikarenakan sudah memakai sistem CR (Computer Radiography). Selama ini

sampah medis radio aktif sudah berkurang akan tetapi masih bergabung dengan

sampah medis lainnya baik saat penampungan sementara maupun pada saat

pembuangan akhir.

Tempat Pembuangan sampah sudah cukup memadai untuk di setiap

ruangan dan ketersediaan safety box (tempat untuk menyimpan limbah benda

tajam seperti jarum suntik) untuk tempat menyimpan limbah medis berupa benda

tajam sudah ada.

Pengetahuan Responden tentang Limbah Medis dan Non Medis

Berdasarkan hasil analisa data menggunakan kuesioner terhadap

responden yang ada di RSU Haji Medan diperoleh gambaran pengetahuan

responden terhadap pengelolaan limbah medis dan non medis di Rumah Sakit

Umum Haji Medan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Tabel 15
Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Pengelolaan
Limbah Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 34 77,3%
Sedang 10 22,7%
Kurang 0 0%
Total 44 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masing-masing responden

memiliki pengetahuan yang berbeda tentang pengelolaan limbah medis dan non

medis. Dari 44 responden terdapat 34 orang (77,3%) responden dengan

pengetahuan baik, 10 orang (22,7%) responden dengan pengetahuan sedang dan

tidak ada responden dengan pengetahuan kurang.

Sikap Responden tentang Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis

Berdasarkan hasil analisa data menggunakan kuesioner terhadap

responden diperoleh gambaran sikap responden terhadap pengelolaan sampah

medis di Rumah Sakit Umum Haji Medan sebagai berikut:

Tabel 16
Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Sikap tentang Pengelolaan Limbah
Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Baik 23 52,3%
Sedang 21 47,7%
Kurang 0 0%
Total 44 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masing-masing responden

memiliki sikap yang berbeda tentang pengelolaan limbah medis dan non medis.

Dari 44 responden terdapat 23 orang (52,3%) responden dengan pengetahuan

baik, 21 orang (47,7%) responden dengan sikap sedang dan tidak ada responden

dengan pengetahuan kurang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tindakan Responden terhadap Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis

Berdasarkan hasil analisa data menggunakan kuesioner terhadap

responden diperoleh gambaran tindakan responden terhadap pengelolaan sampah

medis di Rumah Sakit Umum Haji Medan sebagai berikut:

Tabel 17
Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Tindakan terhadap Pengelolaan
Limbah Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
Baik 36 81,8%
Sedang 8 18,2%
Kurang 0 0%
Total 44 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masing-masing responden

memiliki tindakan yang berbeda tentang pengelolaan limbah medis dan non

medis. Dari 44 responden terdapat 36 orang (81,8%) responden dengan tindakan

baik, 8 orang (18,2%) responden dengan tindakan sedang dan tidak ada responden

dengan tindakan kurang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Pembahasan

Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan

Sistem pengelolaan limbah padat medis di RSU Haji Medan. Rumah

Sakit Umum Haji Medan belum sepenuhnya mengikuti Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004. Rumah Sakit Umum Haji Medan hanya

melakukan kegiatan penampungan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan

akhir. Seperti yang dibahas di buku Pedoman Sanitasi Rumah sakit di Indonesia

bahwa kegiatan pengelolaan biasanya meliputi penampungan limbah,

pengangkutan dan pembuangan akhir (Depkes RI, 2002). Pengamatan dilakukan

pada lima ruangan yang menghasilkan limbah padat medis yaitu: ruang rawat inap

kelas III dan kelas II, ruang bedah, ruang farmasi, dan ruang laboratorium dengan

alasan ruangan tersebut merupakan unit penghasil limbah padat medis dengan

jenis limbah padat medis yang berbeda-beda.

Penampungan dan pengumpulan. Berdasarkan hasil observasi pada lima

ruangan penghasil limbah padat medis yang menjadi objek penelitian, proses

penampungan limbah padat medis dilakukan oleh petugas medis. Pada tahap ini

kegiatan penampungan limbah padat medis belum memenuhi persyaratan

penampungan dan pemilahan limbah padat medis. Hal ini dikarenakan jenis

tempat sampah yang disediakan untuk tiap ruangan penghasil limbah padat medis

belum memenuhi syarat kesehatan lingkungan oleh Keputusan Menteri Kesehatan

RI yaitu tempat sampah dilapisi plastik berwarna kuning, terkadang tidak dilapisi

plastik sama sekali. Pada ruangan penghasil limbah kimia dan farmasi seperti

pada ruangan farmasi tempat sampah yang digunakan tidak dilapisi plastik

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

berwarna coklat. Tempat sampah yang diberi label limbah patologis hanya

beberapa tempat sampah pada ruangan inap kelas III, II dan laboratorium. Kondisi

masing-masing tempat sampah pada ruangan tersebut kedap air dan anti tusuk.

Sesuai dengan Departemen Kesehatan RI (2004), yaitu pewadahan limbah padat

medis dan non medis rumah sakit harus menggunakan tempat yang kuat, anti

bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang lain tidak dapat

membukanya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit pewadahan atau

penampungan sampah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan jenis

wadah sesuai kategori limbah padat yang dihasilkan yaitu untuk limbah radioaktif

menggunakan wadah yang dilapisi plastik berwarna merah, untuk limbah

infeksius, patologi dan anatomi menggunakan wadah yang dilapisi plastik

berwarna kuning, untuk limbah sitotoksik menggunakan wadah yang dilapisi

plastik berwarna ungu dan untuk limbah kimia dan farmasi menggunakan wadah

yang dilapisi plastik berwarna coklat. Tahap penampungan limbah di ruangan

penghasil limbah padat medis rumah sakit merupakan tanggung jawab perawat

yang berada di ruangan tersebut. Tahap pengumpulan limbah padat ini adalah

yang paling sulit dan rumit dari segi pengelolaan limbah karena berhubungan

langsung dengan sumber daya manusia yaitu tenaga pegawai perawat rumah sakit

baik di sektor pengobatan, perawatan, penunjang diagnostik dan pelayanan seperti

dokter umum dan spesialis, perawat dan tenaga apoteker. Tetapi bila pada tahap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

ini dilakukan sesuai dengan pedoman pelaksanaan sanitasi rumah sakit maka pada

tahap selanjutnya akan dapat dilakukan dengan mudah (Chandra, 2007).

Pengangkutan. Pengangkutan limbah padat medis dilakukan oleh dua

orang petugas kebersihan rumah sakit yang mengangukut dari semua ruangan

kecuali ruang laboratorium dan ruang radiologi. Ruang laboratorium dan ruang

radiologi masing-masing ada petugas yang bertanggung jawab dalam

pengangkutan. Limbah padat medis dan non medis yang telah dikumpulkan dan

dipilah kemudian diangkut beserta kantong plastik dan diikat terlebih dahulu lalu

diangkut ke TPS (Tempat Penampungan Sementara) menggunakan troli

pengangkut limbah yang tertutup. Troli yang digunakan untuk mengangkut

limbah diberi tanda/logo. Frekuensi pengangkutan limbah padat medis adalah 3

kali sehari yaitu pagi hari jam 09.30 WIB, siang hari jam 14.30 WIB dan malam

hari pukul 19.00 WIB yang mengangkut limbah dari semua ruangan. Pada saat

pengangkutan sampah menuju TPS, kantong plastik dalam kondisi terikat dengan

baik sehingga tidak menimbulkan ceceran sampah dan troli yang digunakan dalam

mengangkut limbah juga dalam keadaan tertutup sehingga tidak menimbulkan

ceceran limbah. Hal ini sejalan dengan penelitian Paramita (2007), yaitu seperti

halnya Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto pengangkutan rata–

rata dilakukan 1 kali dalam sehari pada pagi, atau sore hari dari tiap unit. Alat

pengangkutan limbah padat medis seperti halnya limbah medis, yaitu dengan troli,

kereta maupun manual. Pada ruang bedah dan ruang laboratorium

pengangkutannya menunggu limbah padat medis sampai penuh karena darah dan

sisa jaringan tubuh dimasukkan ke dalam toples dan setelah semua terkumpul

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

akan dikuburkan oleh petugas limbah. Jalur yang digunakan untuk mengangkut

limbah padat medis di RSU Haji Medan sama dengan jalur umum atau jalur biasa

yang digunakan untuk pasien, pengunjung dan lain-lain. Untuk itu perlu

diperhatikan dalam kemungkinan sampah tercecer. Pengangkutan limbah padat

medis diusahakan agar bahan yang berbahaya tidak mencemari jalan yang

ditempuh ke pembuangan. Pengangkutan limbah padat medis perlu

dipertimbangkan distribusi tempat penampungan sampah, jalur yang dilalui agar

berbeda dengan jalur jalan yang dilalui pengunjung dalam rumah sakit, jenis dan

jumlah sampah serta jumlah tenaga dan sarana yang tersedia. (Depkes RI, 2004).

Pemusnahan dan pembuangan akhir. Kegiatan pemusnahan limbah

padat infeksius, sitotoksis, dan farmasi tidak menggunakan insenerator untuk

memusnahkan limbah padat medis. RSU Haji Medan memilki insenerator tetapi

belum mendapat izin untuk mengoperasikannya dikarenakan ada beberapa berkas

berkas yang belum memenuhi syarat. Lokasi insenerator ini terletak di belakang

rumah sakit. Insenerator tersebut dibangun pada tahun 2005. Karena insenarator

tidak dapat dioperasikan maka untuk dapat mengatasi masalah pada tahap ini RSU

Haji Medan melakukan pengelolaan limbah padat medis dan non medis dengan

cara dipisah dan dibuang ke TPS (Tempat Penampungan Sementara). Kondisi

TPS limbah medis dalam keadaan baik, tidak ada lalat dan jauh dari pengunjung

maupun pasien. Setelah dari TPS lalu di angkut oleh petugas kebersihan dari

pihak ketiga yaitu PT. Industra Kargo.

Sistem pengelolaan limbah non medis RSU Haji Medan. Rumah Sakit

Umum Haji Medan belum sepenuhnya mengikuti Keputusan Menteri Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

RI No. 1204 tahun 2004 dan masih terdapat kekurangan dalam proses pelaksanaan

pengelolaan limbah padat non medis. Kekurangan yang terdapat pada RSU Haji

Medan diantaranya kegiatan pewadahan yaitu tidak adanya keterangan tulisan

“Domestik” berwarna putih di plastik warna hitam, lalu kekurangan pada proses

pengangkutan yaitu jalur pengangkutan sama dengan jalur umum dan pada

pembuangan akhir yaitu TPS tidak mudah dibersihkan.

Penampungan dan pengumpulan. Berdasarkan hasil observasi

menunjukan kegiatan penampungan dan pewadahan limbah padat non medis di

ruang rawat inap dan instalasi gizi RSU Haji Medan belum memenuhi persyaratan

penampungan dan pewadahan limbah padat non medis berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004. Hal ini dikarenakan ada beberapa

ruangan, tempat sampah yang digunakan tidak memenuhi syarat yaitu plastik

tampungan sampah tidak memiliki keterangan domestik berwarna putih dan

terkadang tempat sampah tidak dilapisi plastik berwarna hitam, kondisi fisik

tempat sampah kedap air dan memiliki tutup. Jumlah tempat sampah non medis

rumah sakit berjumlah 1-2 buah tiap ruangan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit pewadahan atau

penampungan sampah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan jenis

wadah sesuai kategori sampah yang dihasilkan yaitu untuk limbah domestik

menggunakan wadah yang dilapisi plastik berwarna hitam dan diberi keterangan

tulisan “Domestik” berwarna putih.

Pengangkutan. Tahap pengumpulan limbah padat non medis dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

oleh petugas kebersihan rumah sakit. Limbah padat non medis yang berasal dari

dari ruangan rawat inap dan instalasi gizi dikumpulkan dan diikat menggunakan

tali lalu dikumpulkan pada troli pengangkut limbah padat non medis yang terletak

di belakang gedung rumah sakit. Pada ruangan instalasi gizi, ada pemisahan

antara sampah basah dan kering, sehingga sampah basah dan kering tidak

bercampur.

Pengangkutan limbah padat non medis dilakukan oleh petugas kebersihan

rumah sakit. Limbah padat medis dan non medis yang telah dikumpulkan dan

dipilah kemudian diangkut beserta kantong plastik dan diikat terlebih dahulu lalu

di angkut ke TPS (Tempat Penampungan Sementara) menggunakan troli

pengangkut limbah yang terbuka. Troli yang digunakan untuk mengangkut limbah

diberi tanda/logo. Frekuensi pengangkutan limbah padat non medis adalah lebih

dari 2 kali sehari yaitu 3 kali sehari yaitu pagi hari jam 08.30 WIB, siang hari jam

14.30 WIB dan malam hari jam 19.00 WIB.

Pengangkutan limbah padat non medis dimulai dengan pengosongan bak

sampah di setiap unit dan diangkut ke TPS. Jalur yang digunakan untuk

mengangkut sampah menuju TPS merupakan jalur yang sama yang digunakan

oleh pengunjung rumah sakit, Untuk itu perlu diperhatikan dalam kemungkinan

sampah tercecer. Harus diusahakan agar bahan yang berbahaya tidak mencemari

jalan yang ditempuh ke pembuangan.

Tempat pembuangan sementara dan pembuangan akhir. Proses

pengelolaan limbah belum dapat dikatakan berhasil tanpa dapat mengatasi

masalah pada tahap ini. Berdasarkan hasil observasi, limbah padat non

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

medis dibuang ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) yang berada di belakang

gedung rumah sakit. Kondisi TPS limbah non medis dalam keadaan tidak ada

lalat, dibatasi oleh tembok sehingga jauh dari jangkauan pengunjung maupun

pasien. Limbah padat medis dan non medis dikumpulkan di TPS tersebut lalu

diangkut oleh truk pengangkut sampah dari PT. Industra Kargo. Limbah padat

medis dan non medis yang berada di TPS diangkut oleh truk pengangkut sampah

1 kali/hari dan dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang berada di

daerah Deli Serdang.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori.

Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembuangan akhir limbah padat

non medis sudah memenuhi persyaratan kegiatan pembuangan akhir limbah padat

sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004.

Hasil observasi pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan

non medis di RSU Haji Medan. Rumah Sakit Umum Haji Medan memperoleh

skor penampungan/pewadahan limbah padat sebesar 200, untuk pengumpulan

diberi skor 0, pengangkutan limbah padat 50, mempunyai moU antara RS dan

pihak ketiga 200, dan pembuangan akhir diberi skor 50. Maka total Penilaian

Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan di RSU Haji Medan berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 sebesar

50% dari total penilaian 100%.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004, RSU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Haji Medan sudah melengkapi secara keseluruhan wadah penampung limbah

padat infeksius dan non infeksius yang dilapisi kantong plastik dengan warna dan

lambang sesuai pedoman,tetapi belum untuk wadah penampung limbah farmasi,

kimia karena tidak sesuai KepMenKes RI No.1204, tempat penampungan limbah

yang kedap air dan tertutup, perlu dilakukannya penanganan pengumpulan dan

penampungan limbah didesinfeksi setelah dikosongkan. Berdasarkan KepMenKes

RI No. 1204 tahun 2004 rumah sakit dapat memenuhi persyaratan apabila

mendapat skor minimum sebesar 75% untuk rumah sakit tipe B.

Pengelolaan limbah rumah sakit harus dilakukan dengan benar, efektif dan

memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak dimanfaatkan lagi,

tidak disenangi, dan yang harus dibuang maka limbah harus dikelola dengan baik.

Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan limbah adalah tidak

mengkontaminasi udara, air/tanah, tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan

kebakaran, dan sebagainya. Suatu kebijakan dari manajemen dan prosedur

prosedur tertentu yang berhubungan dengan segala aspek dalam pengelolaan

sampah rumah sakit sangat diperlukan dalam pengelolaan limbah rumah sakit

( Chandra, 2012).

Sarana Prasarana Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana prasarana RSU Haji Medan

masih perlu dibenahi untuk memaksimalkan proses kerja pengelolaan limbah.

Rumah Sakit Umum Haji Medan menyediakan insenerator, kantong plastik,

tempat sampah, dan safety box. Akan tetapi, insenerator belum status terizini dan

kantong warna plastik untuk tempat limbah farmasi, kimia dan radiokatif belum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

ada. Seharusnya sesuai dengan KEPMENKES 1204/Menkes/SK/X/2004 bahwa

jenis tempat sampah medis dilapisi plastik yang sesuai dengan kategorinya dan

diberi label dengan tulisan limbah padat infeksius. Sebaiknya Rumah Sakit Umum

Haji Medan menyediakan beberapa tempat sampah dan warna plastik yang sesuai

dengan jenis dan kategorinya. Maka dari itu, setiap unit hendaknya dengan cepat

dan tanggap menyediakan tempat penampungan dengan bentuk, ukuran, dan

jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah serta kondisi setiap unit

ruangan. Dengan tersedianya berbagai peralatan untuk melakukan proses

pengelolaan sampah akan menciptakan kualitas sampah yang sesuai dengan

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. (Depkes RI, 2002)

Insinerator tidak digunakan karena belum mendapatkan izin. Masalah ini

tentunya mempengaruhi kinerja para petugas pengelola sampah tetapi sudah

ditangani dengan adanya kesepakatan dalam bantuk moU antara RS atau pihak

ketiga yang melakukan pemusnahan limbah medis. Hal ini sesuai dengan

penelitian Pruss (2005), yaitu jika satu rumah sakit tidak memiliki insinerator

sendiri, maka rumah sakit tersebut harus mengadakan kerjasama moU dengan

rumah sakit yang memiliki insinerator atau oleh pihak ketiga.

Rumah sakit sebagai institusi yang sosio-ekonomis karena tugasnya

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung

jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan

menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dalam pengelolaan limbah padat,

termasuk didalamnya menyediakan Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang

memenuhi syarat kesehatan lingkungan rumah sakit (Adisasmito, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Perilaku Responden tentang Limbah Medis dan Non Medis di Rumah Sakit
Umum Haji Medan

Berdasarkan hasil penelitian perilaku responden yaitu perawat, dalam

sistem pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Haji Medan, ditentukan

oleh tiga aspek pengukuran yaitu pengetahuan, sikap serta tindakan dari perawat

RSU Haji Medan.

Sebagaian besar pengetahuan perawat rumah sakit terhadap sistem

pengelolaan sampah medis di RSU Haji Medan dikategorikan mempunyai

kategori baik yaitu 77,3 % dan kategori sedang 22,7%. Tingkat pengetahuan

perawat di rumah sakit RSU Haji Medan sudah baik namun pengetahuan yang

baik bila tidak didukung dengan sikap dan tindakan serta fasilitas yang memadai

tidak dapat menciptakan pengelolaan sampah medis yang baik pula. Hal ini sama

dengan uraian diatas, untuk mencapai pengelolaan sampah yang memenuhi syarat

perlu di dukung dengan fasilitas.

Pengetahuan yang baik ini menurut peneliti dimungkinkan dari mayoritas

responden yang memiliki pendidikan setara yaitu Diploma III dan mayoritas

responden sudah lama bertugas di RSU Haji Medan. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan ahli bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,

sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Selain itu juga

Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa pekerjaan dan umur adalah dua hal yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan. Pengetahuan yang baik pada responden ini di

dapat dari rekan sesama perawat dan dari beberapa media yang tersedia di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

antaranya berupa poster yang ada di RSU Haji Medan. Menurut peneliti dengan

banyaknya informasi yang didapat dari media maka pengetahuan yang dimiliki

perawat akan lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian responden menunjukkan tingkat

kategori sikap yang baik sebanyak 52,3% dan kategori sedang 47,7%, hal ini

dapat disebabkan karena bedanya tingkat pendidikan diantaranya yaitu pendidikan

akademi dan perguruan tinggi. Selain itu masa bekerja yang cukup lama dimana

sebanyak 22,7% responden sudah bekerja di RSU Haji Medan antara 9-12 tahun

juga menyebabkan tingkat sikap responden yang cenderung baik.

Tindakan merupakan tahap akhir dari perilaku, sehingga tindakan yang

baik atau yang kurang yang dilakukan oleh responden adalah pengaruh dari

tingkat pengetahuan dan sikap responden. Notoatmodjo (2010), mengemukakan

bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, sikap adalah

merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Sebagaian besar tindakan responden tentang sistem pengelolaan sampah

medis di Rumah Sakit Umum Haji Medan dikategorikan mempunyai tindakan

baik yaitu 81,8 %, kategori sedang 18,2%. Berhubungan dengan hal ini, tindakan

responden sudah sesuai dengan SOP yang ada di rumah sakit haji, karena

responden sudah mendapatkan penyuluhan dan pengawasan, maka dari itu,

penambahan fasilitas pengelolaan limbah medis dan non medis sangat perlu agar

pengelolaan memenuhi syarat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh dan pembahasan

yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem pengelolaan limbah padat RSU Haji Medan meliputi penampungan,

pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Berdasarkan penilaian

tabel checklist, RSU Haji Medan memperoleh skor sebesar 50% dari total

penilaian 100% dan tidak memenuhi persyaratan karena skor minimum untuk

pengelolaan limbah padat rumah sakit tipe B adalah 75%.

2. Sarana Prasarana pada RSU Haji Medan masih kurang ketersediaan dalam

pengadaan kantong plastik, tidak semua warna ada yang sesuai pada

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004.

3. Perilaku responden, sebagian besar memiliki pengetahuan responden tentang

limbah medis dan non medis dalam kategori yang baik yakni sebanyak 34

responden (77,3%) , sikap responden sebagian besar memilik kategori yang baik

yakni sebanyak 23 responden (52,3) dan tindakan responden sebagian besar

memiliki tindakan dalam kategori yang baik yakni sebanyak 36 responden

(81,8%). Namun pengelolaan sampah medis belum memenuhi syarat sehingga

dapat disimpulkan bahwa tindakan pengelolaan limbah harus didukung dengan

fasilitas pengelolaan limbah medis, sehingga sistem pengelolaan sampah medis

tersebut memenuhi syarat.

Saran

1. Kepada pihak rumah sakit agar memenuhi secara utuh pelaksanaan

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

pengelolaan limbah padat medis dan non medis yang meliputi tahap

penampungan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir sesuai

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004.

2. Sarana yang perlu ditambahkan untuk limbah farmasi, limbah kimia dan

limbah sitotoksis yaitu penyediaan kantong plastik berwarna coklat, ungu,

merah dan dilengkapi dengan simbol sesuai dengan jenis dan kategorinya.

3. Kepada perawat di RSU Haji Medan yang memiliki kategori kurang baik

diharapkan memberik tindakan yang sesuai dengan SOP yang ada di RSU Haji

Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Daftar Pustaka

Adisasmito, W. (2008). Audit lingkungan rumah sakit. Jakarta : Rajawali Pers.

Adisasmito, W. (2010). Sistem kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (Ed. ke-4).


Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar. (2010). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Chandra, B. (2007). Pengantar kesehatan lingkungan (Ed. ke-1). EGC. Jakarta.

Chandra, B. (2012). Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002) . Pedoman sanitasi rumah


sakit di Indonesia. Jakarta: Anonim.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pengertian rumah sakit dan


fungsinya. Jakarta: Anonim.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2011).


Kebijakan kesehatan lingkungan dalam pengelolaan limbah medis di
Fasyankes. Jakarta: Anonim.

Djohan, A.J. & Devy, H. (2013). Pengelolaan limbah rumah sakit. Jakarta :
Salemba Medika.

Dwiyatmo, K. (2007). Pencemaran lingkungan dan penanganannya. Yogyakarta :


Citra Aji Parama.

Fauziah, M. (2005) Pengelolaan aman limbah layanan kesehatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran.

Hidayat, A.A. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Hidayat, A.A. (2008). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67

Keputusan Menteri Kesehatan. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI


No.1204/menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit) . Diakses dari
http://manajemenrumahsakit.net/files/kmk12042004.pdf.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta :Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan (Ed. ke-1). Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam. (2007). Manajemen keperawatan : aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan


(Ed ke-2). Jakarta : Salemba Medika.

Paramita, N. (2007). Evaluasi pengelolaan sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan


Darat Gatot Soebroto. Jurnal Teknik Lingkungan, 2 (1), 1-5,
https://ejournal.undip.ac.id.

Pruss, A. (2005). Pengelolaan aman limbah layanan kesehatan (Ed. ke-1). Jakarta:
EGC.

Pruss, A., Giroult, E. & Rushbrook, P. (2013). Pengelolaan aman limbah layanan
kesehatan (Ed. ke-1). Jakarta : EGC.

Rambe, A.M.R. (2015). Pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum
Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2014
(Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Sarwanto, S. (2009). Limbah rumah sakit belum dikelola dengan baik. Jakarta: UI.

Veronica, S. (2009). Hubungan tingkat pengetahuan pembuangan sampah


infeksius dan non infeksius terhadap tingkat kepatuhan pegawai di ruang
rawat inap gedung A RSCM Jakarta (Skripsi). Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68

Lampiran 1. Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA
PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT
UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018

1. Penampungan dan Pengumpulan Limbah Medis


ITEM Keterangan
Ya Tidak
Tempat sampah limbah medis dan non medis terpisah
Tempat sampah limbah medis memakai tutup
Tempat sampah limbah medis kedap air
Tempat sampah limbah medis tahan karat
Tempat sampah limbah medis anti tusuk
Tempat sampah limbah infeksius dan sitotoksis
didesinfeksi setelah dikosongkan
Tempat penampungan/kantong plastik limbah sangat
infeksius berwarna kuning
Tampungan limbah infeksius, patologi dan anatomi
menggunakan plastiik berwarna kuning
Tampungan sampah sitotoksis menggunakan plastik
berwarna ungu
Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi
menggunakan plastik berwarna coklat
Tampungan limbah domestik dilapisi plastik
berwarna hitam
Plastik tampungan sampah berlogo sesuai kategori
sampah

2. Pengangkutan Limbah Padat Medis


ITEM Keterangan
Ya Tidak
Trolley pengumpulan limbah padat medis dan non
medis dipisahkan
Trolley pengangkut limbah padat medis yang
digunakan dalam keadaan baik dan tidak bocor
Trolley pengangkut limbah padat medis yang
digunakan kedap air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Trolley pengangkut limbah padat medis yang


digunakan memiliki tutup
Trolley pengangkut limbah padat medis yang
digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan
Trolley pengangkut limbah padat pakiran/halaman
berbeda dengan limbah padat ruangan
Trolley pengangkut limbah padat medis diberi
tanda/logo
Terdapat jalur khusus pengangkut limbah
Limbah padat medis dibuang ke tempat pembuangan
sementara (TPS)

3. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis


ITEM Keterangan
Ya Tidak
Rumah Sakit memiliki Insenerator
Limbah padat medis dibakar di Insenerator
Pemusnahan limbah infeksius, sitotoksis dan farmasi
dengan Insenerator (suhu 1000°C)
Pemusnahan limbah >24 jam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

LEMBAR OBSERVASI
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA
PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT
UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018

1. Penampungan dan Pengumpulan Limbah Non Medis


ITEM Keterangan
Ya Tidak
Dilakukan pemisahan limbah padat non medis kering
dan basah
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup
ringan, dan tahan karat
Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah
dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan
Tampungan limbah padat non medis dilapisi plastik
berwarna hitam
Plastik tampungan sampah memiliki keterangan
domestik berwarna putih
Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi
3x24 jam

2. Pengangkutan Limbah Padat Non Medis


ITEM Keterangan
Ya Tidak
Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi
3x24 jam
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang
sehari jika 2/3 bagian telah terisi
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang
digunakan dalam keadaan baik dan tidak bocor
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang
digunakan kedap air
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang
digunakan memiliki tutup
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang
digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan
Trolley pengangkut limbah padat non medis diberi
tanda/logo
Limbah padat non medis dibuang ke tempat
pembuangan sementara (TPS)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

3. Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir Limbah Padat


Non Medis
ITEM Keterangan
Ya Tidak
Tempat pembuangan sementara sampah harus kedap
air, tertutup dan mudah dibersihkan
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau
kendaraan pengangkut limbah
Limbah padat non medis dibuang ke TPA1 kali/hari
Limbah padat non medis dibuang ke TPA yang
ditetapkan PEMDA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Lampiran 2. Lembar Tabel Checklist Observasi

LEMBAR OBSERVASI
(Sesuai KepMenKes RI No. 1204 tahun 2004)

Variabel pengelolaan Limbah Padat Bobot Nilai Skor (%) Ket


(bobot 10) skor maksimal 100 bobot x
nilai
Tempat limbah kuat,tahan karat,kedap 10 20
air, dengan penutup dan kantong plastik
dengan warna dan lambang sesuai
pedoman
Tempat pengumpulan dan penampungan 10 15
limbah sementara didesinfeksi setelah
dikosongkan
Diangkut ke Tempat Penampungan 10 5
Sementara > 2 kali/hari dan ke Tempat
Pembuangan akhir > 1 kali/hari
Pemusnahan limbah padat infeksius, 10 25
sitotoksis, dan farmasi dengan insenerator
(suhu >1000℃) atau khusus untuk
sampah infeksius dapat distrerilkan
dengan autoclave atau radiasi microwave
sebelum dibuang ke landfill
Bagi yang tidak punya insenerator ada 10 20
moU antara RS dan pihak yang
melakukan pemusnahan limbah medis
Limbah domestik dibuang ke Tempat 10 5
Pembuangan Akhir yang ditetapkan
Pemerintah Daerah
Sampah radioaktif ditangani sesuai 10 10
peraturan yang berlaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Lampiran 3. Lembar Kuesioner

KUESIONER
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA
PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT
UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018

Nomor Responden :
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Jenis Kelamin : ………………………………….
Pendidikan terakhir : ………………………………….
Masa kerja : ………………………………….

B. PENGETAHUAN RESPONDEN

1. Apa yang disebut dengan limbah medis ?


a. Sampah yang berasal dari unit pelayanan medis yang ada di Rumah Sakit.
b. Sampah yang berasal dari Rumah Sakit.
c. Sampah yang berasal dari luar Rumah Sakit

2. Apa yang disebut dengan limbah non medis ?


a. Limbah yang dihasilkan dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali.
b. limbah yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang
berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
c. Limbah yang dapat dihasilkan kembali dari dapur dan mudah untuk
dimanfaatkan kembali.

3. Apa yang termasuk dalam limbah medis?


a. Kapas, kassa, jarum suntik, spuit, botol infus dan ampul
b. Pembungkus makanan, putung rokok, kassa, plester dan masker bekas
c. Kertas, bolpoin, spidol, pembungkus makanan, dan sisa makanan

4. Sumber penghasil limbah medis di Rumah sakit ?


a. Unit rawat inap, unit gawat darurat dan UGD Instalasi
b. Kantin, halaman dan unit pelayanan medis
c. gizi/dapur, kantor/administrasi dan halaman

5. Apa yang dimaksud dengan pemisahan limbah medis?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

a. Membedakan sampah sesuai dengan jenis sampah sebelum dibuang ke


dalam tempat sampah
b. Membuang sampah pada tempat sampah yang tidak sesuai dengan kategori
sampah
c. Membuang sampah medis dan non medis pada satu tempat sampah

6. Limbah dari hasil perawatan yang dilakukan di rumah seperti melakukan


suntikan insulin, perawatan luka, dll termasuk :
a. Limbah medis.
b. Limbah infeksius.
c. Limbah rumah tangga

7. Warna pewadahan limbah medis infeksius dan benda tajam adalah :


a. Kuning.
b. Coklat.
c. Hitam.

8. Warna kantong plastik tempat sampah non medis adalah :


a. Hitam
b. Kuning
c. Merah

9. Limbah medis yang mengandung berbagai macam organisme patogen,


memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur :
a. Akibat tusukan, lecet atau luka di kulit, membrane mukosa dan melalui
pernafasan
b. Melalui membrane mukosa dan melalui pernafasan saja.
c. Melalu cedera yang termasuk luka bakar.

10. Limbah yang tidak dapat dibakar menggunakan insinerator :


a. Limbah infeksius, limbah benda tajam, limbah patologis.
b. Limbah bahan kimia, limbah farmasi, limbah sitotoksik.
c. Limbah kontainer bertekanan, limbah yang mengandung logam berat.

C. SIKAP RESPONDEN

Petunjuk :
Dibawah ini ada pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan sikap
tentang pembuangan limbah medis dan non medis. Beri tanda silang (√) pada
jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda. Jawaban tidak harus sama
dengan orang lain, karena setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih
sesuai dengan pendapatnya.
Pilihan jawaban :
SS : Sangat Setuju

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No. PERNYATAAN JAWABAN


SS S TS STS
1 Limbah medis yang berasal dari perawatan
luka dan suntikan insulin yag dilakukan di
rumah, tidak terlalu berbahaya bagi
kesehatan dan lingkungan.
2 Pemilahan limbah harus dilakukan mulai
dari sumber yang menghasilkan limbah.
3 Limbah benda tajam harus dikumpulkan
dalam satu wadah dengan memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya.
4 Wadah limbah benda tajam harus anti bocor,
anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
sehingga orang yang tidak berkepentingan
tidak dapat membukanya.
5 Jarum dan syringes yang sudah digunakan
harus dipisahkan ketika memasukkan ke
wadah pembuangan limbah medis yang telah
ditentukan.
6 Pewadahan limbah medis dan non medis
harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label yang telah
ditentukan untuk masing-masing jenis dari
limbah padat tersebut
7 Limbah medis dan limbah umum atau
domestik boleh dicampur.
8 Jika limbah medis dan limbah umum
tercampur, maka keseluruhan campuran
tersebut diperlakukan sebagai limbah umum
yang tidak berbahaya.
9 Kontainer yang berisi limbah medis tidak
harus selalu dalam keadaan tertutup dan
penempatannya boleh dekat dengan
jangkauan pasien atau tempat penyiapan
makanan
10 Limbah medis tidak boleh dibuang pada
lokasi pembuangan terbuka karena dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

memperbesar resiko penularan penyakit, dan


membuka akses bagi pemulung dan
binatang.

D. TINDAKAN RESPONDEN

Pilihan Jawaban :
SL : Selalu
KK : Kadang Kadang
TP : Tidak Pernah

No. PERNYATAAN JAWABAN


SL KK TP
1 Membuang limbah medis (kapas, jarum
suntik, botol bekas obat dan botol infus)
pada tempat yang telah disediakan.
2 Meletakkan limbah infeksius/sharps box
pada lokasi yang mudah
dilihat,dijangkau dan aman
3 Mengisi kantong limbah infeksius
(kuning) hanya 2/3 bagian agar mudah
dilakukan pengikatan
4 Menutup segera bila sharps box sudah
terisi 2/3 bagian lakukan dengan benar
agar tidak mudah terbuka pada saat
dalam trasportasi
5 Melakukan pemisahan antara tempat
sampah medis dan tempat sampah non
medis
6 Mengenakan gloves dan masker saat
menangani sampah dan melepaskan
segera bila tidak digunakan serta
membuang dalam kantong plastik
kuning
7 Melakukan prosedur cuci tangan setelah
melakukan tindakan kepada pasien.
8 Memasang pelapis plastik pada tempat
sampah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

9 Melakukan pemasangan pelapis plastik


dengan warna sesuai dengan jenis
sampah
10 Membuang limbah medis infeksius
yang bersifat cair (darah dan produk
cairan tubuh) dengan hati-hati kedalam
pembuangan di area kotor (dirty utility).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Lampiran 6. Output SPSS

Usia Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-24 tahun 11 25.0 25.0 25.0
25-29 tahun 11 25.0 25.0 50.0
30-34 tahun 16 36.4 36.4 86.4
>= 35 tahun 6 13.6 13.6 100.0
Total 44 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 5 11.4 11.4 11.4
Perempuan 39 88.6 88.6 100.0
Total 44 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D-III 19 43.2 43.2 43.2
Keperawatan
D-III Kebidanan 22 50.0 50.0 93.2
S-1 Ners 3 6.8 6.8 100.0
Total 44 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Masa Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-4 tahun 14 31.8 31.8 31.8
5-8 tahun 15 34.1 34.1 65.9
9-12 tahun 10 22.7 22.7 88.6
>= 13 tahun 5 11.4 11.4 100.0
Total 44 100.0 100.0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 34 77.3 77.3 77.3
Sedang 10 22.7 22.7 100.0
Total 44 100.0 100.0

Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 23 52.3 52.3 52.3
Sedang 21 47.7 47.7 100.0
Total 44 100.0 100.0

Tindakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 36 81.8 81.8 81.8
Sedang 8 18.2 18.2 100.0
Total 44 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Tempat pembuangan limbah medis dan non medis di ruang rawat inap

Gambar 2. Tempat pembuangan limbah benda tajam (Sharp Box) di ruang rawat
inap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83
83

Gambar 3. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) limbah non medis

Gambar 4. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) limbah medis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84
84

Gambar 5. Trolley pengangkut limbah padat medis

Gambar 6. Trolley pengangkut limbah padat non medis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85
85
4

Gambar 7. Pemberian kuesioner kepada responden

Gambar 8. Pemberian kuesioner kepada responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai