SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
Menyetujui
Pembimbing:
Dekan
i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi
Negeri 060909 Medan Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya
saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masalah kesehatan sering terjadi
adalah penyakit - penyakit infeksi. Salah satu penyakit yang insidennya masih
tinggi adalah infeksi kecacingan yakni cacing usus yang ditularkan melalui tanah.
Kecacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktifitas penderitanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan personal hygiene terhadap infeksi kecacingan pada anak di
SD Negeri 060909 Medan. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan
menggunakan desain cross sectional, jumlah populasi sebanyak 74 siswa dan
sampel sebanyak 30 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner untuk mengetahui kondisi personal hygiene siswa dan
data kecacingan diambil melalui uji sampel tinja siswa. Untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji
statistik Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 6 (20%) siswa terinfeksi
kecacingan. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara kebiasaan cuci tangan di sekolah dengan infeksi kecacingan (p =
0,400), tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan cuci tangan di rumah
dengan infeksi kecacingan (p = 0,156), tidak ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan kontak dengan tanah di sekolah dengan infeksi kecacingan (p = 0,531 ),
tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan kontak dengan tanah di
rumah dengan infeksi kecacingan (p = 0,600), dan tidak ada hubungan yang
bermakna antara kebersihan kuku siswa dengan infeksi kecacingan (p = 0,469).
Saran penulis bagi siswa agar terus meningkatkan pola hidup bersih dan sehat
untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran cacing, lebih memperhatikan
sanitasi lingkungan sekolah yang belum memenuhi syarat kesehatan.
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Negeri 060909 Medan Tahun 2019” guna untuk memenuhi salah satu syarat
Dalam masa-masa pengerjaan skripsi ini, penulis juga sadar banyak peran
dari orang-orang sekitar yang ikut andil membantu penulis. Oleh karen itu dengan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. Ir. Indra Cahaya S., M.Si. selaku menjadi Dosen Pembimbing skripsi penulis
5. Ir. Evi Naria, M.Kes. dan Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D. selaku Dosen
ini berlangsung.
vi
Universitas Sumatera Utara
6. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani
melakukan penelitian.
9. Teruntuk grup EXO dan X1 yang musiknya telah menemani penulis selama
10. Teristimewa orangtua penulis Sastra Maulud, S.S. dan Ir. Hj. Nurjannah
Siregar serta Rahmah Nurul Asti yang selalu memberikan doa terbaik, kasih
kepada penulis.
ini, baik dari sisi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.
Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
vii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 4
Tujuan umum 4
Tujuan khusus 4
Manfaat Penelitian 5
Tinjauan Pustaka 6
Personal Hygiene 6
Definisi Personal Hygiene 6
Faktor-Faktor Hygiene Personal Anak Sekolah Dasar 8
Gambaran Infeksi Kecacingan pada Manusia 9
Ascaris lumbricoides 9
Trichuris trichiura 13
Hookworm 16
Tinja 22
Landasan Teori 23
Kerangka Konsep 23
Hipotesis Penelitian 23
Metode Penelitian 24
Jenis Penelitian 24
Lokasi dan Waktu Penelitian 24
Populasi dan Sampel 24
Variabel dan Definisi Operasional 25
Metode Pengumpulan Data 27
Metode Pengukuran 27
Metode Analisis Data 29
viii
Universitas Sumatera Utara
Hasil Penelitian 30
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 30
Gambaran Karakteristik Responden 30
Gambaran Personal Hygiene 31
Kejadian Kecacingan 41
Hubungan dengan Kejadian Kecacingan 42
Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Kecacingan 43
Pembahasan 48
Infeksi Kecacingan pada Siswa SD Negeri 060909 Medan 48
Hubungan Personal Hygiene terhadap Kejadian Kecacingan 50
Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan terhadap Kejadian Kecacingan 50
Hubungan Kontak Tanah terhadap Kejadian Kecacingan 51
Hubungan Penggunaan Alas Kaki terhadap Kejadian Kecacingan 51
Hubungan Kebersihan Kuku terhadap Kejadian Kecacingan 52
Keterbatasan Penelitian 52
Daftar Pustaka 55
Lampiran 56
ix
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Variabel Independen 28
x
Universitas Sumatera Utara
13 Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Kuku pada Siswa
SD Negeri 060909 Medan Tahun 2019 38
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
5 Cacing Hookworm 17
7 Kerangka konsep 23
xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
1 Kuesioner Penelitian 56
2 Output Data 58
6 Dokumentasi Penelitian 73
7 Master Data 77
xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah
xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
Medan, 24 Juni 1998. Penulis beragama Islam, anak pertama dari dua bersaudara
dari pasangan Sastra Maulud, S.S. dan Ir. Hj. Nurjannah Siregar.
Sumatera Utara.
xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
masalah kesehatan sering terjadi adalah penyakit - penyakit infeksi yang pada
umumnya masih cukup tinggi. Salah satu penyakit yang insidennya masih tinggi
adalah infeksi kecacingan yakni cacing usus yang ditularkan melalui tanah (soil
Penyakit berbasis lingkungan ini masih sering terjadi di masyarakat dan menjadi
penyakit yang dianggap biasa oleh masyarakat terutama apabila terjadi pada anak-
anak (neglected disease). Penyakit ini memang tidak menyebabkan wabah yang
(Sumanto, 2010). Ada empat jenis cacing yang sering terdapat pada manusia di
Timur dan lebih dari 267 juta anak usia prasekolah dan lebih dari 568 juta anak
usia sekolah. Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2019, lebih
dari 1,5 miliar orang, atau 24 persen dari populasi dunia, terinfeksi dengan cacing
1
Universitas Sumatera Utara
2
yang ditularkan melalui tanah. Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis,
dengan tinggal di daerah di mana parasit ini ditularkan secara intensif, dan
(STH), sehingga paling sering ditemukan pada kelompok penduduk dengan status
kemungkinan kecacingan juga dapat terjadi pada anak usia sekolah dasar yang
dengan sanitasi yang buruk prevalensi kecacingan dapat mencapai 80 persen. Hal
penduduk dengan status sosial ekonomi rendah yang umumnya berada pada
lingkungan dengan sanitasi yang buruk, namun status sosial ekonomi tinggi tidak
dapat menjamin seorang anak tidak akan terinfeksi kecacingan. Hal ini
diperhatikan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum terutama pada anak
sekolah dasar. Kegiatan seperti kebiasaan cuci tangan, kebiasaan kontak dengan
tanah, penggunaan alas kaki, dan kebersihan kuku jika tidak dipelihara dengan
sekolah dan di rumah, kebiasaan kontak dengan tanah di sekolah dan di rumah
perorangan meliputi kebiasaan CTPS dan kebiasaan memakai alas kaki. Penelitian
Anak usia sekolah dasar merupakan golongan yang paling tinggi terinfeksi
menurut jenis cacing tahun 2002–2006 didapatkan bahwa pada tahun 2002
prevalensi Ascaris lumbricoides 22,0 persen, Trichuris trichiura 19,9 persen dan
Hookworm 2,4 persen. Tahun 2003 prevalensi Ascaris lumbricoides 21,7 persen,
Trichuris trichiura 21,0 persen dan Hookworm 0,6 persen. Tahun 2004 prevalensi
Ascaris lumbricoides 16,1 persen, Trichuris trichiura 17,2 persen dan Hookworm
5,1 persen. Tahun 2005 prevalensi Ascaris lumbricoides 12,5 persen, Trichuris
trichiura 20,2 persen dan Hookworm 1,6 persen dan pada tahun 2006 prevalensi
Ascaris lumbricoides 17,8 persen, Trichuris trichiura 24,2 persen dan Hookworm
Medan terlihat bahwa fasilitas toilet yang biasa digunakan siswa kotor dan berbau.
Untuk fasilitas CTPS, terlihat hanya terdapat keran air dan tidak ada sabun. Kuku
Perumusan Masalah
penelitian di atas kejadian kecacingan dan hubungan personal hygiene pada siswa
SD Negeri 060909 Medan adalah personal hygiene yang masih perlu diperhatikan
Tujuan Penelitian
tangan, kontak dengan tanah, kebersihan kuku, dan penggunaan alas kaki
kontak dengan tanah, kebersihan kuku, dan penggunaan alas kaki) dengan
infeksi kecacingan.
Manfaat Penelitian
Medan.
Personal Hygiene
yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Berdasarkan arti kata per kata ,
berada dalam kelompok sosial. Keadaan ini yang dapat membuat seseorang
berhubungan, berinteraksi, dan bersosialisasi satu dengan yang lain. Praktik sosial
anak-anak yang berada didalam sebuah keluarga untuk kebersihan diri sering
dipengaruhi oleh kebiasaan keluarga misalnya frekuensi mandi, waktu mandi dan
kebersihan gigi dan mulut. Saat menginjak usia remaja, kebersihan diri
wajah dan mulai tertarik dengan penampilan pribadi. Saat dewasa, teman dan
lansia, akan terjadi beberapa perubahan dalam praktek higiene karena perubahan
kondisi fisiknya.
6
Universitas Sumatera Utara
7
mandi, kapan harus bercukur dan perawatan rambut, dan sebagainya termasuk
memilih produk yang digunakan dalam praktik higiennya seperti sampo, sabun
ketersediaan bahan-bahan praktik higiene sepeeri sabun, sampo, sikat dan pasta
higiene seseorang. Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasilah merupakan
kunci penting dalam pelaksanaan higiene. Permasalahan yang sering terjadi adalah
yang berbeda.
sakit dapat mempengaruhi ketangkasan dan rentang gerak. Keadaan seperti ini
Pada dasarnya seorang anak juga memiliki personal hygiene yang sedikit
berbeda dibanding orang dewasa karena anak-anak lebih rentan akibat imun yang
Kebersihan kulit. Kulit merupakan bagian terluar tubuh kita dan paling
pertama terlihat oleh manusia. Oleh karena itu kebersihan kulit harus dijaga.
lingkungan, makanan dan air yang dikonsumsi, serta kebiasaan yang dilakukan
mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung jari tangan dan kaki.
Kebersihan kuku jari tangan dan kaki juga harus diperhatikan seperti kebersihan
kulit. Selain menambah estetika dalam kecantikan, kuku dapat membantu jari-jari
untuk memegang. Kuku jari yang bersih juga dapat mencegah telur cacing masuk
kedalam pencernaan manusia melalui mulut. Kuku yang kotor dapat menyebabkan
penyakit-penyakit tertentu:
2. Jamur kuku.
2. Cacingan
3. Membersihkan lingkungan.
manusia ini hanya bisa hidup pada manusia yang penyakitnya disebut askariasis.
Ascaris lumbricoides pada manusia paling umum dan tersebar luas (kosmopolitan)
dan insidensnya yang tinggi terutama di daerah beriklim lembap dan panas.
halus manusia. Cacing jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina sekitar 10-
31 cm, sedangkan cacing betina berukuran 22-35 cm. Pada cacing jantan,
(posterisor). Sementara pada cacing betina, pada sepertiga depan, terdapat bagian
sehari. Telur yang dibuahi berukuran panjang 60-70 µm dan lebar 40-50 µm.
Sedangkan telur yang tidak dibuahi berukuran panjang berbentuk lebih besar
sekitar 90 x 40 µm. Telur yang telah dibuahilah yang dapat menginfeksi manusia.
bertelur. Dalam lingkungan yang sesuai, telur cacing Ascaris lumbricoides yang
telah dibuahi berkembang biak menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih
halus. Larvanya dapat menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau
saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru.
usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus, kemudian
berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar bersama tinja. Siklus
akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada
tempatnya.
Patologi dan gejala klinis. Gejala yang timbul pada penderita dapat
disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi
pada saat berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi pendarahan kecil di
dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai batuk, demam dan
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga
mempeberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak sekolah
dasar. Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus (ileus). Pada
operatif.
memastikan diagnosis dapat dibuat bila caacing dewasa keluar sendiri baik melalui
piperasin, pirantel pamoat 10mg/kg berat badan, dosis tunggal mebendazol 500 mg
atau albendazol 400 mg. Pengobatan masal dilakukan oleh pemerintah pada anak
baik, misalnya membuat kakus yang baik untuk menghindari pencemaran tanah
makanan atau minuman dengan selalu memasak makanan sebelum dimakan atau
pengobatan massal dengan obat cacing berspektrum lebar di daerah endemik dapat
memutuskan rantai siklus hidup cacing ini dan cacing lainnya. Pendidikan
cacing cambuk karena bentuknya seperti cambuk. Cacing ini merupakan penyebab
penyakit trikuriasis yang gejalanya sering kali tidak terlihat. Cacing ini hanya bisa
ditularkan dari manusia ke manusia jadi cacing ini bukan termasuk parasit
zoonosis.
cm, sedangkan cacing jantan panjangnya sekitar 4 cm. Bagian anteriornya langsing
seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian
posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul.
Pada cacing jantan melingkar terdapat satu spikulum. Telur cacing Trichuris
telur 3000-20.000 butir setiap harinya. Telur yang dikeluarkan hospes bersama
tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3 sampai 6 minggu dalam
lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan teduh. Telur matang
ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Telur berkembang
yakni suhu (25-28oC), kelembapan cukup dan tempat teduh terhindar dari sinar
kontaminasi tanah tercemar), larva menjadi aktif keluar melalui dinding telur yang
sudah rapuh dan menetas di dalam usus halus. Larva menuju ke usus halus bagian
proksimal dan menembus vili-vili usus, selanjutnya menetap 3-10 hari di dekat
kripta lieberkhun. Setelah menjadi dewasa turun ke bawah daerah sekum dan
kolon.
terhadap kekeringan, panas dan dingin. Pada tanah liat yang keras, telur tidak
(pergantian kulit) dan telur yang mengalami embrionasi dan tidak menetas di
dalam tanah. Infeksi terjadi secara langsung, tidak memerlukan hospes perantara
dan larva tidak mengalami migrasi melalui paru-paru (Ideham dan Suhintam,
2007). Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa
menembus dinding usus menimbulkan trauma dan kerusakan pada jaringan usus.
Selain itu, cacing menghasilkan toksin yang menimbulkan iritasi dan peradangan.
Pada infeksi ringan dengan beberapa ekor cacing, tidak tampak gejala atau keluhan
penderita. Tetapi pada infeksi yang berat, penderita akan mengalami gejala dan
keluhan berupa :
1. Anemia berat dengan hemoglobin yang dapat kurang dari tiga persen
2. Diare berdarah
3. Nyeri perut
proktoskopi dapat dilihat adanya cacing-cacing dewasa pada kolon atau rektum
penderita. Pemeriksaan darah pada infeksi yang berat, hemoglobin dapat berada di
tinja dapat menemukan telur cacing yang khas bentuknya (Soedarto, 2008).
juta yang pada umumnya di daerah tropis dan sub-tropis, 60-100 juta diantaranya
curah hujan tinggi iklim tropis dan daerah yang tanahnya terkontaminasi tinja.
Pada anak umur 5-14 tahun lebih sering terjadi dan lebih berat dibanding dengan
orang dewasa karena pada anak-anak lebih sering bermain dengan tanah. Infeksi
terjadi karena tertelan telur yang infektif dengan perantara tangan, makanan atau
1. Pirantel pamoat (10mg/kg berat badan) dan oksantel pamoat (10-20 mg/kg berat
badan /hari) yang diberikan bersama dalam bentuk dosis tunggal. atau
2. Kombinasi mebendazol dan pirantel pamoat. Pemberian satu jenis obat dapat
diberikan: Mebendazol dengan dosis 2 x 100 mg/ hari selama 3 hari berturut-turut;
Levamisol dapat diberikan dengan dosis tunggal 2,5mg/kg berat badan/hari. Bila
terdapat anemia, diberikan preparat besi disertai dengan perbaikan gizi penderita
(Soedarto, 2008).
dan lingkungan, agar tak terjadi pencemaran lingkungan oleh tinja penderita,
makanan dan minuman dengan baik dapat membunuh telur infektif cacing
(Soedarto, 2008).
tropis dan sub tropis, terutama yang bersuhu panas dan mempunyai kelembapan
tinggi. Di Eropa, Cina, Jepang, infeksi cacing-cacing ini banyak dijumpai pada
ankilostomiasis.
Cacing dewasa hidup dalam usus halus, terutama di jjunum dan duodenum
hidup berwarna coklat muda atau merah muda keputihan. Cacing jantan
dan diameter 0,6 mm. Bagian mulut (buccal capsule) terdiri atas bahan chitine dan
terdapat dua pasang gigi ventral. Bagian posterior cacing jantan melebar terdapat
dorsal sehingga tampak seperti huruf S. Buccal capsule terdapat bentukan miring
dan lebar.
sukar dibedakan. Berdinding tipis dan mengandung 2 – 8 sel. Ukuran telur 60x40
mikron. Cacing betina memproduksi telur sebanyak 25.000 – 30.000 per hari.
Larva rhabditiform, larva keluar dari telur mempunyai panjang 0,25 – 0,30 mm
dan diameter 17 mikron. Mulut (buccal cavity) panjang dan sempit, esofagus
fase ini tidak makan (fasenon-feeding), mulut tertutup dan esofagus memanjang.
Dikenal sebagai larva stadium 3 (stadium infektif pada manusia). Pada Necator
yeyunum dan duodenum. Telur yang dihasilkan oleh cacing keluar bersama tinja
ke lingkungan keluar, dan bila kondisi lingkungan optimal (lembab, hangat, teduh)
larva menetas dalam 1 – 2 hari. Larva rhabditiform berkembang di dalam tinja dan
atau tanah, dan setelah 5 – 10 hari larva mengalami dua kali pergantian kulit
infektif.
lingkungan yang cocok. Jika kontak dengan hospes manusia (tempat masuk larva
filariform melalui sela-sela jari kaki atau bagian lateral punggung kaki dan pada
petani melalui tangan). Larva menembus kulit yang utuh (intact) atau melalui
folikel rambut dengan melepaskan kutikulanya. Larva masuk ke sub kutan dan
mencapai vena-vena kecil superfisial, melalui aliran darah ke jantung dan paru-
selanjutnya tertelan.
Setelah mencapai usus halus mengalami pergantian kulit dan menjadi larva
stadium 4 (L-4) dan menjadi dewasa jantan dan betina. Diperlukan waktu 5
minggu atau lebih, dari infeksi L-3 sampai menjadi dewasa yang menghasilkan
telur. Cacing dewasa dapat menetap sampai 1 – 2 tahun atau lebih. Jumlah telur
yang dihasilkan cacing betina Ancylostoma duodenale sekitar 20.000 butir per hari
Patologi dan gejala klinis. Karena cacing menembus mukosa usus, maka
dapat terjadi proses traumatik dan toksik. Jika sejumlah besar cacing terdapat di
usus akan terjadi kerusakan pada mukosa usus disertai dengan iritasi dan
peradangan. Infeksi yang berat dapat menimbulkan intoksikasi sistemik atau reaksi
Gejala klinik hanya timbul jika terdapat infeksi yang berat. Penderita
disertai tinja yang berdarah, nyeri perut dan muntah-muntah, serta mual. Berat
badan pnderita akan menurun. Kadang-kadang pada anak-anak dan bayi terjadi
prolaps dari rectum dengan cacing tampak melekat pada mukosa (Soedarto, 1991).
Hookworm yakni sanitasi yang jelek di mana kebiasaan buang air besar di tanah
yang terlindung sinar matahari, temperaturnya hangat, lembab, dan penduduk tidak
antara 26,7 – 32,2 , larva cepat mengalami kematian karena kekeringan atau
Jepang, Amerika Barat Daya, dan juga ditemukan di Indonesia, Burma, Malaysia,
Hookworm diperkirakan mencapai 1.200 juta kasus per tahun yang mana 100 juta
Spesies cacing tambang tidak dapat dibedakan dari bentuk telurnya, melainkan
dari bentuk larva cacing yang diperoleh dengan membiakkan telur cacing.
dan hangat, telur cacing akan menetas kurang dari 24 jam, sehingga harus
dibedakan antara larva cacing tambang dan cacing Strongyloides stercoralis. Jika
kemungkinan adanya infeksi ganda cacing tambang dan S. stercoralis. Jika hanya
mebendazole, atau pirantel pamoat. Karena efek samping obat, mebendazole tidak
diberikan pada anak-anak. Untuk anemia dapat diberi terapi besi (Ideham dan
Suhintam, 2007).
di tanah. Tidak menggunakan tinja untuk pupuk. Untuk mencegah kontak dengan
larva yakni menggunakan alas kaki dan menggunakan sarung tanga bila berkebun.
Tinja
Tinja merupakan hasil pencernaan yang sudah tidak digunakan oleh tubuh
dan dibuang melalui anus. Berat tinja yang dikeluarkan oleh manusia yaitu sekitar
27 gram berat kering per orang per hari atau 150 gram berat basah per orang per
hari. Tinja mengandung sekitar 2 milyar fecal coliform dan 450 juta fecal
kecacingan.
3. Tinja dapat mencemari air dan tanah. Air dan tanah dapat menjadi
4. Air yang tercemar oleh tinja mengandung bahan organik tinggi yang
tersebut akan mempengaruhi kesuburan badan air dan populasi biota air.
Landasan Teori
Higiene Personal:
Kebiasaan mencuci tangan.
- Di sekolah
- Di rumah
Kebersihan kuku dan jari. Kejadian
Penggunaan alas kaki Kecacingan
- Di sekolah
- Di rumah
Kontak tanah
- Di sekolah
- Di rumah
Hipotesis Penelitian
H0 : Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian kecacingan pada
siswa SDN 060909 Medan.
Ha : Tidak ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian kecacingan
pada siswa SDN 060909 Medan.
Jenis Penelitian
study cross sectional untuk mengetahui hubungan personal hygiene anak terhadap
Populasi. Populasi penelitian adalah siswa dan siswi SDN 060909 mulai
{ √ √ }
Dimana:
n = Besaran Sampel
24
Universitas Sumatera Utara
25
{ √ √ }
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang akan diteliti di SDN
yang akan dijadikan sampel digunakan teknik random sampling yaitu pengambilan
Kelas III
Kelas IV
Kelas IV
Keterangan:
nomor undian.
kejadian kecacingan.
personal hygiene (kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan kuku, kontak
Tabel 1
Variabel Independen
menjadi:
setiap siswa dalam menjaga kesehatan agar terhindar dari infeksi kecacingan.
Kebiasaan cuci tangan. Kebiasaan cuci tangan adalah cara yang dilakukan
oleh siswa untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun secara teratur baik
sebelum dan setelah makan, setelah buang air besar (BAB), setelah bermain di
tanah.
berjalan di tanah.
Data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh dari anak SD
Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari SDN 060909 Medan tahun
2019.
Metode Pengukuran
agar telur cacing tidak rusak atau menetas menjadi larva. Jika tidak
b. Lidi/tusuk gigi
e. Spidol
f. Kertas saring/tissue
g. Mikroskop
2) Reagen
Larutan Eosin 1%
3) Cara pembuatan
obat
c. Ambil tinja dengan lidi/tusuk gigi dibagian tengah permukaan tinja seujung
h. Hasil pemeriksaan tinja berupa positif atau negatif tiap jenis telur cacing.
4) Interpretasi
- Hasil yang didapat akan menunjukkan jenis cacing yang terdapat pada
sampel.
dilakukan uji chi-square unutk melihat ada atau tidaknya hubungan yang
kepercayaan 0,05.
Sekolah Dasar Negeri 060909 Medan merupakan salah satu sekolah yang
terletak di Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Sekolah ini beralamat di Jl.
dan memiliki kepala sekolah yang bernama Aidil Fitri Melur Wati, S.Pd.SD.
sebanyak 148 orang yang terbagi ke dalam enam tingkatan kelas. Siswa yang
orang, kelas III sebanyak 20 orang, kelas IV sebanyak 19 orang, kelas V sebanyak
35 orang, dan kelas VI sebanyak 32 orang dengan rentang umur antara 7-13 tahun.
Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah ini adalah 6 ruangan teori kelas, 1
ruangan agama, 1 ruangan guru, 1 ruangan kepala sekolah dan sebuah lapangan
yang digunakan oleh siswa untuk mengikuti pelajaran olahraga dan bermain.
lingkungan tersebut. Siswa aktif belajar di ruangan setiap hari Senin sampai
dengan Sabtu mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 13.00 WIB. Untuk siswa
Responden dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi yang berada
dikelas III, IV, dan V yang bersekolah di SDN 060090 Medan. Karakteristik
30
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 2
Umur Responden n %
8 tahun 6 20,0
9 tahun 7 23,3
10 tahun 14 46,7
12 tahun 1 3,3
13 tahun 2 6,7
Jumlah 30 100
orang (46,7%) dan yang paling sedikit berumur 12 tahun yaitu 1 orang (3,3%).
Tabel 3
yang dibagi menjadi dua yaitu kebiasaan cuci tangan di sekolah dan di rumah,
kebiasaan kontak dengan tanah yang dibagi menjadi dua yaitu kebiasaan kontak
dengan tanah di sekolah dan di rumah, kebersihan kuku, dan penggunaan alas kaki
yang dibagi menjadi dua yaitu penggunaan alas kaki di sekolah dan rumah.
sekolah pada siswa SD Negeri 060909 Medan Tahun 2019 disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4
Jawaban
Kadang-
Pertanyaan Sering Tidak Pernah Total
kadang
n % n % n % n %
Mencuci tangan 16 53,33 11 36,67 3 10 30 100
sebelum makan di
sekolah
menggunakan air
saja.
Mencuci tangan 8 26,67 4 13,33 18 60 30 100
sebelum makan di
sekolah
menggunakan air
dan sabun.
Mencuci tangan 18 60 8 26,67 4 13,33 30 100
setelah BAB
menggunakan air
saja.
Mencuci tangan 15 50 2 6,67 13 43,33 30 100
setelah BAB
menggunakan air
dan sabun.
sekolah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 yang sering mencuci tangan
sebelum makan dengan air dan sabun sebanyak 8 orang (26,67%), dan yang selalu
mencuci tangan pada saat sesudah buang air besar dengan air dan sabun sebanyak
15 siswa (50%).
Tabel 5
dengan baik di sekolah sebanyak 9 orang (30%) dan yang tidak baik sebanyak 21
orang (70%).
rumah pada siswa SD Negeri 060909 Medan Tahun 2019 disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 6
Jawaban
Kadang- Tidak
Pertanyaan Sering Total
kadang Pernah
n % n % N % n %
Mencuci tangan pada saat 9 30 16 53,33 5 16,67 30 100
sebelum makan
menggunakan air saja.
Mencuci tangan pada saat 25 83,33 4 13,33 1 3,34 30 100
sebelum makan
menggunakan air dan
sabun.
Mencuci tangan pada saat 26 86,67 4 13,33 0 0 30 100
sesudah buang air besar di
rumah menggunakan air
dan sabun.
(bersambung)
Tabel 6
Jawaban Total
rumah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 yang sering mencuci tangan
sebelum makan dengan air dan sabun sebanyak 25 orang (83,33%), sering
mencuci tangan pada saat sesudah buang air besar dengan air dan sabun sebanyak
26 siswa (86,67%). Sering mencuci tangan setelah bermain dengan air dan sabun
Tabel 7
dengan baik di rumah sebanyak 17 orang (56,67%) dan yang tidak baik sebanyak
13 orang (43,33%).
dengan tanah di sekolah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 8
Jawaban
Tidak Kadang-
Pertanyaan Sering Total
Pernah kadang
n % n % N % n %
Bermain di tanah saat 17 56,67 9 30 4 13,33 30 100
istrirahat dan sepulang
sekolah.
Bermain di parit/ selokan 25 83,33 3 10 2 6,67 30 100
sekolah.
Bermain kelereng di 21 70 8 26,67 1 3,33 30 100
halaman sekolah.
Bermain engklek. 3 10 17 56,67 10 33,33 30 100
Membuka sepatu saat 10 33,33 14 46,67 6 20 30 100
bermain di tanah halaman
sekolah.
Makan/jajan sambil 20 66,67 8 26,67 2 6,66 30 100
bermain dengan tanah di
sekolah.
Memakan makanan yang 26 86,67 3 10 1 3,33 30 100
jatuh di tanah di sekolah.
sekolah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 yang suka bermain di tanah
saat istirahat sekolah sebanyak 6 orang (20 %), suka membuka sepatu saat bermain
di tanah sebanyak 6 orang (20%), sering makan sambil bermain dengan tanah
sebanyak 2 orang (6,66 %) dan yang sering memakan makanan yang jatuh di tanah
Tabel 9
tanah di sekolah yang baik sebanyak 17 orang (56,67%) dan yang tidak baik
dengan tanah di rumah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 10
Jawaban
Tidak Kadang-
Pertanyaan Sering Total
Pernah kadang
n % n % n % n %
Bermain di tanah/halaman 6 20 13 43,33 11 36,67 30 100
Bermain di parit/ selokan 25 83,33 5 16,67 0 0 30 100
sekitar rumah.
Bermain kelereng di 15 50 11 36,67 4 13,33 30 100
halaman rumah.
Bermain engklek 4 13,33 18 60 8 26,67 30 100
tanah/halaman.
Membuka sepatu/sandal 4 13,33 19 63,33 7 23,34 30 100
saat bermain di
tanah/halaman rumah.
Makan/jajan sambil 20 66,67 8 26,66 2 36,67 30 100
bermain dengan tanah
dirumah.
Makan makanan yang 25 83,33 5 16,67 0 0 30 100
jatuh di tanah
lingkungan rumah.
rumah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 yang suka bermain di tanah /
halaman sebanyak 11 orang (36,67%), suka membuka sepatu saat bermain di tanah
sebanyak 6 orang (20%), sering makan sambil bermain dengan tanah sebanyak 7
orang (23,34 %) dan yang sering memakan makanan yang jatuh di tanah sebanyak
0 orang (0%).
Tabel 11
tanah di rumah yang baik sebanyak 9 orang (30%) dan yang tidak baik sebanyak
21 orang (70%).
Tabel 12
Jawaban
Kadang- Tidak
Pertanyaan Sering Total
kadang Pernah
n % n % N % n %
Memotong kuku tangan dan 17 56,67 13 43,33 0 0 30 100
kaki secara teratur 1x
dalam seminggu.
(bersambung)
Tabel 12
Jawaban
Kadang- Tidak Total
Pertanyaan Sering
kadang Pernah
n % n % N % n %
Jika memotong kuku, selalu 21 70 9 30 0 0 30 100
memotong kuku tangan
dan kaki sampai pendek
dan membersihkannya.
Sering menggigit kuku. 5 16,67 12 40 13 43,33 30 100
Sering menggigit kuku. 5 16,67 12 40 13 43,33 30 100
Sering memasukkan jari ke 3 10 11 36,67 16 53,33 30 100
dalam mulut.
jari tangan dan kaki pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 yang memiliki
Tabel 13
Bersih Kotor
Hasil Observasi
N % N %
Kebersihan Kuku 21 70 9 30
Tabel 14
sekolah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 15
Jawaban
Kadang- Tidak
Pertanyaan Sering Total
kadang Pernah
n % n % n % n %
Memakai sepatu di 29 96,67 1 3,33 0 0 30 100
sekolah.
Memakai sepatu jika 28 93,34 1 3,33 1 3,33 30 100
bermain-main halaman
sekolah.
Memakai sepatu ketika 25 83,33 3 10 2 6,67 30 100
pulang kerumah.
sekolah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 yang memakai sepatu di
sebanyak 28 orang (93,34%), dan tetap memakai sepatu ketika pulang kerumah
Tabel 16
dengan baik sebanyak 24 orang (80 %) dan yang tidak baik sebanyak 6 orang
(20%).
rumah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 17
Jawaban
Kadang- Tidak
Pertanyaan Sering Total
kadang Pernah
n % n % n % n %
Memakai sandal/sepatu saat 29 96,67 1 3,33 0 0 30 100
bermain di luar rumah.
Memakai sandal/ sepatu jika 29 96,67 1 3,33 0 0 30 100
bermain-main di halaman
rumah.
rumah pada siswa SD Negeri 060909 Tahun 2019 yang memakai sepatu atau
sendal saat berada di luar rumah sebanyak 29 orang (96,67%), dan memakai
Tabel 18
dengan baik sebanyak 17 orang (56,67%) dan yang tidak baik sebanyak 13 orang
(43,33%).
Kejadian Kecacingan
Tabel 19
Kejadian Kecacingan n %
Positif 6 20
Negatif 24 80
Jumlah 30 100
pada siswa SD Negeri 060909 Medan Tahun 2019 menunjukkan sebanyak 6 orang
(Hookworm), dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Hal ini disajikan pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 20
Jenis cacing n %
Ascaris lumbricoides 1 16,66
Trichuris trichiura 3 50,00
Ascaris lumbricoides dan 1 16,66
Trichuris trichiura
Trichuris trichiura dan 1 16,67
Hookworm
Total 6 100
seluruh jumlah siswa, jenis cacing yang paling banyak menginfeksi pada siswa SD
Negeri 060909 Medan tahun 2019 adalah cacing cambuk (Trichuris trichiura)
Trichuris trichiura) dan cacing gelang dan cacing tambang (Ascaris lumbricoides
Tabel 21
Tabel 22
tabel berikut.
Tabel 22
Infeksi Kecacingan
Personal Hygiene p
Positif % Negatif %
Kebiasaan cuci tangan di sekolah
Baik 1 16,67 8 33.33
0,400
Tidak baik 5 83,33 16 66,67
Total 6 100 24 100
Kebiasaan cuci tangan di rumah
Baik 5 83,33 12 50,00
0,156
Tidak baik 1 16,67 12 50,00
Total 6 100 24 100
Kebiasaan kontak dengan tanah di
sekolah
Baik 3 50,00 14 58,33 0,531
Tidak baik 3 50,00 10 41,67
Total 6 100 24 100
(bersambung)
Tabel 22
Infeksi Kecacingan
Personal Hygiene p
Positif % Negatif %
Kebiasaan kontak dengan tanah di
rumah
Baik 2 33,33 7 29,17 0,600
Tidak baik 4 66,67 17 70,83
Total 6 100 24 100
Kebersihan kuku
Baik 2 33,33 11 45,83
0,469
Tidak baik 4 66,67 13 54,17
Total 6 100 24 100
Penggunaan alas kaki di sekolah
Baik 6 100 20
0,388
Tidak baik 0 0 4
Total 6 100 24 100
Penggunaan alas kaki di rumah
Baik 6 100 23 95,83
0,800
Tidak baik 0 0 1 4,17
Total 6 100 24 100
tinggi terjadi pada siswa dengan kebiasaan mencuci tangan di sekolah yang tidak
lebih banyak terjadi pada siswa dengan kebiasaan mencuci tangan di sekolah ini
sebanyak 8 orang (33,33%). Berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p= 0,4 (p>
0,05) dan nilai OR 2,500 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang memiliki kebiasaan mencuci tangan yang tidak baik di sekolah 2,5 kali lebih
terinfeksi kecacingan lebih banyak pada siswa yang justru memiliki kebiasaan
analisis dengan uji Fisher diperoleh nilai p= 0,156 (p > 0,05) dan nilai OR 0,2
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan mencuci
tangan di rumah dengan infeksi kecacingan dan siswa yang memiliki kebiasaan
cuci tangan yang buruk 0,2 kali lebih berisiko positif kecacingan dibandingkan
dengan siswa yang memiliki kebiasaan cuci tangan yang baik di rumah.
kebiasaan kontak dengan tanah yang buruk, dimana yang positif infeksi
kecacingan yaitu sebanyak 3 orang (50%) dan yang negatif terinfeksi kecacingan
yaitu sebanyak 10 orang (41,67%) namun yang memiliki kebiasaan kontak dengan
tanah yang baik sama jumlah yang terinfeksi kecacingan yaitu sebanyak 3 orang
(50%) dan yang negatif sebanyak 14 orang (58,33%) Berdasarkan hasil analisis
menggunakan uji Fisher diperoleh nilai p =0,531 (p > 0,05) dan nilai OR 1,400
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan kontak
dengan tanah di sekolah dengan infeksi kecacingan dan siswa yang memiliki
kebiasaan kontak dengan tanah di sekolah dalam kategori buruk 1,4 kali lebih
mempunyai kebiasaan kontak dengan tanah yang buruk , dimana yang positif
infeksi kecacingan yaitu sebanyak 4 orang (66,67%) dan yang negatif terinfeksi
kontak dengan tanah yang baik lebih sedikit yang terinfeksi kecacingan yaitu
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Fisher diperoleh nilai p =0,6 (p >
0,05) dan nilai OR 0,824 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara kebiasaan kontak dengan tanahdi rumah dengan infeksi kecacingan dan
siswa yang memiliki kebiasaan kontak dengan tanah dalam kategori buruk 0,8 kali
Pada kebersihan kuku, yang positif infeksi kecacingan lebih tinggi pada
siswa yang mempunyai kebersihan kuku yang buruk yaitu sebanyak 4 orang
pada siswa yang memiliki kebersihan kuku yang tidak baik pula yaitu sebanyak 13
orang (54,17%). Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Fisher diperoleh nilai
p = 0,469 (p> 0,05) dan nilai OR 1,692 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara kebersihan kuku dengan infeksi kecacingan dan siswa yang
memiliki kebersihan kuku dalam kategori buruk 1,7 kali lebih berisiko positif
kategori baik.
penggunaan alas kaki di sekolah yang baik yaitu sebanyak 6 siswa (100%).
siswa yang memiliki kebiasaan penggunaan alas kaki yang baik yaitu sebanyak 23
siswa (95,83 %). Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Fisher diperoleh
nilai p = 0,388 (p > 0,05) nilai OR 0,769 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara penggunaan alas kaki di rumah dengan infeksi kecacingan
dan siswa yang memiliki kebiasaan penggunaan alas kaki dalam kategori buruk di
sekolah 0,8 kali lebih berisiko positif terinfeksi kecacingan dibandingkan dengan
siswa yang memiliki kebiasaan penggunaan alas kaki dalam kategori buruk di
rumah sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan
penggunaan alas kaki di rumah yang baik yaitu sebanyak 6 siswa (100%).
siswa yang memiliki kebiasaan penggunaan alas kaki yang baik yaitu sebanyak 23
siswa (95,83 %). Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Fisher diperoleh
nilai p = 0,388 (p > 0,05) nilai OR 0,769 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara penggunaan alas kaki di rumah dengan infeksi kecacingan
dan siswa yang memiliki kebiasaan penggunaan alas kaki dalam kategori buruk di
sekolah 0,8 kali lebih berisiko positif terinfeksi kecacingan dibandingkan dengan
siswa yang memiliki kebiasaan penggunaan alas kaki dalam kategori buruk di
rumah sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan
yang telah dilakukan pemeriksaan feses secara laboratorium didapat 6 orang (20%)
cacing cambuk dan cacing gelang sekaligus sebanyak 1 orang (3,33%) dan cacing
cambuk dan cacing tambang sekaligus sebanyak 1 orang (3,33%). Hasil penelitian
sebanyak 8 siswa atau 14,0% positif kecacingan di SDN II Rapa Daya Kabupaten
Sampang.
dengan sanitasi yang buruk prevalensi kecacingan dapat mencapai 80 persen. Hal
terjadi pada keadaan lingkungan yang baik. dan status sosial ekonomi tinggi tidak
dapat menjamin seorang anak tidak akan terinfeksi kecacingan (Ainun, 2014).
48
Universitas Sumatera Utara
49
Para siswa sekolah dasar umumnya sering bermain dengan hal-hal yang
berkaitan dengan tanah, ditambah kondisi personal hygiene yang siswa yang
buruk, sehingga golongan usia ini menjadi salah satu golongan yang paling mudah
terinfeksi kecacingan. Namun, usia dan jenis kelamin tidak menjadi faktor utama
seseorang mudah terkena infeksi cacing atau tidak karena masih banyak faktor lain
karena kurangnya kalori dan protein, serta kehilangan darah. Selain dapat
2017).
cacing Trichuris trichiura sebanyak 3 siswa (50%) dari total siswa yang positif
terinfeksi sebanyak 6 siswa. Selain itu, cacing tersebut ditemukan pula bersamaan
dengan dua jenis cacing lainnya yaitu Ascaris lumbricoides dan Hookworm pada
masing-masing 1 siswa.
jenis cacing yang tertinggi kedua menginfeksi anak-anak setelah cacing Ascaris
lumbricoides atau cacing gelang. Hal ini dapat terjadi karena siklus hidup cacing
cambuk dan cacing gelang hanya memiliki perbedaan pada siklus paru-paru yang
dimiliki oleh cacing gelang. Kedua cacing ini pun memiliki lingkungan yang sama
untuk berkembang biak dengan baik yaitu tanah dengan kelembaban tinggi dan
sekolah yang baik sebanyak 30% dan yang tidak baik sebanyak 70%, kebiasaan
mencuci tangan di rumah yang baik sebanyak 56,64% dan yang yang tidak baik
sebanyak 43,33%. Kebiasaan kontak dengan tanah di sekolah yang baik sebanyak
56,46% dan yang tidak baik sebanyak 43,33%, kontak dengan tanah di rumah
yang baik sebanyak 30% dan yang tidak baik sebanyak 70%. Lalu kebersihan
kuku 56,67% dari siswa yang di periksa, serta penggunaan alas kaki di sekolah
yang baik sebanyak 80% dan yang tidak baik sebanyak 20% dan penggunaan alas
kaki di rumah yang baik sebanyak 56,46% dan yang tidak baik sebanyak 43,33%
dengan infeksi kecacingan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
sekolah oleh siswa masih tergolong kurang baik. SD Negeri 060909 Medan ini
sudah memiliki akses air bersih namun para siswa juga tidak serta merta memiliki
menjadi pertimbangan siswa untuk menjalankan kegiatan ini. Namun lain halnya
yang penulis temui saat kegiatan mencuci tangan menggunakan sabun saat siwa
berada dirumah. Mereka sering melakukan kegiatan tersebut ditunjang oleh sarana
Telur cacing dapat masuk kedalam tubuh siswa melalui tangan yang
terkontaminasi dan tidak dicuci dengan baik. Karena dengan mencuci tangan
dengan infeksi kecacingan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
kebiasaan kontak dengan tanah dengan infeksi kecacingan pada siswa SD Negeri
060909 Medan.
merupakan tanah utuh tanpa lapisan ubin. Hal yang sama juga sering dilakukan
terkontaminasi oleh telur cacing akan mudah masuk kedalam tubuh manusia.
Selain itu, tanah juga merupakan tempat perkembangbiakan yang baik untuk telur
cacing.
hubungan antara penggunaan alas kaki dengan infeksi kecacingan pada siswa SD
Negeri 060909 Medan. Tidak ditemukannya telur cacing tambang pada siswa SD
Negeri 060909 Medan yang menjadikan penggunaan alas kaki dengan infeksi
kecacingan tidak bermakna. Hal ini sejalan dengan pendapat dalam Gandahusada
(2000) infeksi cacing tambang terjadi bila larva filariform menembus kulit dan
juga dengan menelan larva filariform. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Lidya (2017) pada siswa SD di Kelurahan Pulau Sicanang tahun 2017
yang menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan alas kaki dengan infeksi
kecacingan.
kecacingan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebersihan kuku
kuku para siswa SD Negeri 060909 Medan sudah tergolong baik. Seringnya para
siswa bermain dengan tanah dan tidak membuat mereka mengurangi kebiasaan
memotong kuku jari tangan dan kaki setiap seminggu sekali membuat kotoran
pada kuku semakin menumpuk yang mungkin juga terdapat telur cacing.
Keterbatasan Penelitian
dikarenakan cukup banyak yang harus di olah di SPSS sehingga dikerjakan dalam
Kesimpulan
rumah 70%, kebersihan kuku 56,67%, dan penggunaan alas kaki di sekolah
2. Angka infeksi kecacingan pada siswa SD Negeri 060909 Medan sebesar 20%.
Saran
1. Bagi siswa agar terus meningkatkan pola hidup bersih dan sehat untuk
tersebut.
secara setiap hari Senin, serta memperbaiki dan lebih memperhatikan sanitasi
53
Universitas Sumatera Utara
54
masal untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) para siswa.
4. Bagi pihak sekolah dan puskesmas untuk meneruskan kegiatan kerja sama
dalam melakukan pemberian obat cacing setiap tiga bulan sekali kepada siswa.
55
Universitas Sumatera Utara
56
sekolah.
4. Bermain engklek.
5. Membuka sepatu saat bermain di
tanah halaman sekolah.
6. Makan/jajan sambil bermain dengan
tanah di sekolah.
7. Memakan makanan yang jatuh di
tanah di sekolah.
d. Kebiasaan kontak dengan tanah di
rumah
1. Bermain di tanah/halaman
2. Bermain di parit/ selokan sekitar
rumah.
3. Bermain kelereng di halaman rumah.
4. Bermain engklek tanah/halaman.
5. Membuka sepatu/sandal saat bermain
di tanah/halaman rumah.
6. Makan/jajan sambil bermain dengan
tanah dirumah.
7. Makan makanan yang jatuh di tanah
lingkungan rumah.
e. Kebersihan kuku
1. Memotong kuku tangan dan kaki
secara teratur 1x dalam seminggu.
2. Jika memotong kuku, selalu
memotong kuku tangan dankaki
sampai pendek dan
membersihkannya.
3. Menggigiti kuku.
4. Memasukkan jari ke dalam mulut.
5. Kuku bersih (observasi). Bersih Kotor
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kelompok cuci 30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%
tangan di sekolah *
Adanya cacing atau
tidak
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,635a 1 ,426
Continuity ,089 1 ,765
Correctionb
Likelihood Ratio ,692 1 ,405
Fisher's Exact Test ,637 ,400
Linear-by-Linear ,614 1 ,433
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1,80.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Approx. Approx.
Value Std. Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R ,145 ,157 ,778 ,443c
Interval
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 2,500 ,248 25,153
Kelompok cuci tangan
di sekolah (baik / tidak
baik)
For cohort Adanya 1,167 ,837 1,627
cacing atau tidak =
negative
For cohort Adanya ,467 ,063 3,448
cacing atau tidak =
positif
N of Valid Cases 30
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,172a 1 ,141
Continuity 1,027 1 ,311
Correctionb
Likelihood Ratio 2,376 1 ,123
Fisher's Exact Test ,196 ,156
Linear-by-Linear 2,100 1 ,147
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Approx. Approx.
Value Std. Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R -,269 ,152 -1,478 ,150c
Interval
Ordinal by Spearman -,269 ,152 -1,478 ,150c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 30
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,136a 1 ,713
Continuity ,000 1 1,000
Correctionb
Likelihood Ratio ,135 1 ,713
Fisher's Exact Test 1,000 ,531
Linear-by-Linear ,131 1 ,717
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Approx. Approx.
Value Std. Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R ,067 ,184 ,357 ,724c
Interval
Ordinal by Spearman ,067 ,184 ,357 ,724c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 30
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 1,400 ,233 8,421
Kelompok kontak
tanah di sekolah (baik /
tidak baik)
For cohort Adanya 1,071 ,739 1,550
cacing atau tidak =
negative
For cohort Adanya ,765 ,183 3,189
cacing atau tidak =
positif
N of Valid Cases 30
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,040a 1 ,842
Continuity ,000 1 1,000
Correctionb
Likelihood Ratio ,039 1 ,843
Fisher's Exact Test 1,000 ,600
Linear-by-Linear ,038 1 ,845
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1,80.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Approx. Approx.
Value Std. Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R -,036 ,186 -,193 ,849c
Interval
Ordinal by Spearman -,036 ,186 -,193 ,849c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 30
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,154a 1 ,283
Continuity ,162 1 ,687
Correctionb
Likelihood Ratio 1,934 1 ,164
Fisher's Exact Test ,557 ,388
Linear-by-Linear 1,115 1 ,291
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,80.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Approx. Approx.
Value Std. Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R -,196 ,062 -1,058 ,299c
Interval
Ordinal by Spearman -,196 ,062 -1,058 ,299c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 30
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort Adanya ,769 ,623 ,949
cacing atau tidak =
negative
N of Valid Cases 30
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,259a 1 ,611
Continuity ,000 1 1,000
Correctionb
Likelihood Ratio ,455 1 ,500
Fisher's Exact Test 1,000 ,800
Linear-by-Linear ,250 1 ,617
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,20.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Approx. Approx.
Value Std. Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R -,093 ,050 -,493 ,626c
Interval
Ordinal by Spearman -,093 ,050 -,493 ,626c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 30
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort Adanya ,793 ,659 ,955
cacing atau tidak =
negative
N of Valid Cases 30
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kelompok kebersihan 30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%
kuku * Adanya
cacing atau tidak
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,305a 1 ,580
Continuity ,008 1 ,927
Correctionb
Likelihood Ratio ,312 1 ,577
Fisher's Exact Test ,672 ,469
Linear-by-Linear ,295 1 ,587
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Approx. Approx.
Value Std. Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R ,101 ,176 ,537 ,596c
Interval
Ordinal by Spearman ,101 ,176 ,537 ,596c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 30
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 1,692 ,259 11,065
Kelompok kebersihan
kuku (baik / tidak
baik)
For cohort Adanya 1,107 ,779 1,572
cacing atau tidak =
negative
For cohort Adanya ,654 ,141 3,038
cacing atau tidak =
positif
N of Valid Cases 30
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9,808a 1 ,002
Continuity 7,135 1 ,008
Correctionb
Likelihood Ratio 12,079 1 ,001
Fisher's Exact Test ,003 ,003
Linear-by-Linear 9,481 1 ,002
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Approx. Approx.
Value Std. Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R ,572 ,111 3,688 ,001c
Interval
Ordinal by Spearman ,572 ,111 3,688 ,001c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 30
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort Adanya 1,857 1,123 3,072
cacing atau tidak =
negative
N of Valid Cases 30