SKRIPSI
OLEH
ZIRA AZZAHRA
NIM : 131000527
OLEH
ZIRA AZZAHRA
NIM : 131000527
TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Zira Azzahra
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkat dan
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum Selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Lingkungan FKM USU yang telah memberikan saran dan masukan dalam
4. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah
v
Universitas Sumatera Utara
5. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah
6. Ir. Indra Chahaya S, Msi selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
9. Dr. Hj. Dina Mardina selaku Kepala Puskesmas Muliorejo yang telah
10. Yang teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayahanda H. Zulham
Effendi dan ibunda Fauziah yang memberikan motivasi dan doa untuk
penulis. Juga kepada adik saya tercinta M. Izhar Khoir dan Zalfa Salwana
yang telah memberi dukungan, dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Teman- teman saya : Julham syahputra,Yoan Fauziah L, Sri Utari, Syahril
hamdi, Shafira Aidilia, Yunda Annisa, Mutia Fadillah, Essy Ayu S yang
Anggi Osyka, Rahmah Zamzami, Annisa Firda Ulfah , Hana, Ruth, Anggi
vi
Universitas Sumatera Utara
dan berbagi ilmu kepada penulis selama perkuliahan maupun
13. Teman-teman seperjuangan PBL desa Bengkel : Imam, Tara, Yenni, Rathia
14. Teman-teman LKP FKM USU di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Medan : Sri Dwi A, Ayu Handayani, Audita Muthia, Wahyu Khairani yang
Dalam penyelesaian skripsi ini, masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kesempurnaan skripsi ini. Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala
Zira Azzahra
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... xiii
viii
Universitas Sumatera Utara
3.5.1 Data Sekunder............................................................... 27
3.6 Defenisi Oprasional .................................................................. 27
3.7 Metode Pengukuran .................................................................. 29
3.8 Metode Analisis Data ............................................................... 30
LAMPIRAN
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen…................................. 29
Tabel 4.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden di Puskesmas
Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................................... 34
Tabel 4.2 Distribusi Pekerjaan Responden di Puskesmas Muliorejo
Kecamatan Sunggal tahun 2017 .................................................... 34
Tabel 4.3 Distribusi Pendapatan Responden di Puskesmas Muliorejo
Kecamatan Sunggal tahun 2017 .................................................... 35
Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden di Puskesmas
Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................................... 35
Tabel 4.5 Distribusi Sikap Responden di Puskesmas Muliorejo
Kecamatan Sunggal tahun 2017 .................................................... 36
Tabel 4.6 Distribusi Hunian Rumah Responden di Puskesmas Muliorejo
Kecamatan Sunggal tahun 2017 .................................................... 36
Tabel 4.7 Distribusi Pencahayaan Rumah Responde di puskesmas
Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................................... 37
Tabel 4.8 Distribusi Kelembaban Rumah Responden di Puskesmas
Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................................... 38
Tabel 4.9 Distribusi Ventilasi Rumah Responden di Puskesmas
Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................................... 38
Tabel 4.10 Distribusi Suhu Rumah Responden di Puskesmas Muliorejo
Kecamatan Sunggal tahun 2017 .................................................... 39
Tabel 4.11 Distribusi Lantai Rumah Responden di Puskesmas Muliorejo
Kecamatan Sunggal tahun 2017 .................................................... 39
Tabel 4.12 Distribusi Dinding Rumah Responden di Puskesmas Muliorejo
Kecamatan Sunggal tahun 2017 .................................................... 40
Tabel 4.13 Distribusi Hubungan Pendidikan dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 41
Tabel 4.14 Distribusi Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 42
Tabel 4.15 Distribusi Hubungan Pendapatan dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 43
Tabel 4.16 Distribusi Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 43
Tabel 4.17 Distribusi Hubungan Sikap dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 44
Tabel 4.18 Distribusi Hubungan Hunian dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 45
Tabel 4.19 Distribusi Hubungan Pencahayaan dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 45
Tabel 4.20 Distribusi Hubungan Kelembaban dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 46
Tabel 4.21 Distribusi Hubungan Ventilasi dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 47
x
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.22 Distribusi Hubungan Lantai Rumah dengan Kejadian TB Paru di
Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ................ 48
Tabel 4.23 Distribusi Hubungan Dinding Rumah dengan Kejadian TB Paru
di Puskesmas Muliorejo Kecamatan Sunggal tahun 2017 ............ 48
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
1995 di Binjai. Beragama Islam, tinggal di jalan Kolonel M Haiyar I No. 12,
Binjai. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ayahanda
Harapan pada tahun 2000 dan selesai tahun 2001, Sekolah Dasar Taman Siswa
pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Binjai pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010, Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Binjai pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun 2013 penulis
xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ lain. Sumber penularan adalah
yang melakukan kontak lama. Setiap satu penderita akan menularkan pada 10-15
Menurut Rye (2016) bahwa ada 22 negara dengan kategori beban tertinggi
terhadap TB paru. Sekitar 80% penderita TB paru di dunia berada pada 22 negara
berkembang dengan angka kematian 3 juta setiap tahunnya dari 9 juta kasus baru
dan secara global angka insidensi penyakit TB Paru meningkat 1% setiap tahun.
jumlah pasien TB Paru di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak setelah India dan
Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB Paru di dunia.
Jumlah penderita TB paru di Indonesia secara nasional pada tahun 2010 adalah
sebesar 302.861 orang. Dimana 183.366 kasus diantaranya adalah menderita BTA
jumlah penderita TB paru, BTA positif tahun 2008 sebesar 161.741 kasus. Masih
1
Universitas Sumatera Utara
rumah. Sanitasi lingkungan rumah sangat mempengaruhi keberadaan bakteri
hidup selama 1–2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu
kejadian penyakit TB paru juga sangat berkaitan dengan perilaku dan jumlah
tangan atau tissue apabila batuk atau bersin sebagai upaya pencegahan dini
penyakit TB paru.
TB paru merupakan penyakit lama yang masih tetap ada. Secara umum,
peningkatan. Pada tahun 2016 kasus TB paru diperkirakan berkisar 189 penderita.
Berdasarkan data Depkes (2016) ada lima Kabupaten/kota di Sumatera Utara pada
yaitu Kota Medan sebanyak 2.397 penderita, Pematang Siantar 288, Binjai 260,
Tanjung Balai 150, Tebing Tinggi 145 dan Kabupaten Deli Serdang 1.554
penderita.
endemi TB Paru yaitu pada tahun 2011 sampai dengan 2016 terjadi peningkatan
faktor apa sajakah yang mempengaruhi kejadian penyakit TB Paru pada Wilayah
Dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
kerja Puskesmas Muliorejo Kelurahan Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang.
Muliorejo.
kejadian TB paru.
kesehatan lingkungan.
TINJAUAN PUSTAKA
Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882. Penyakit tuberkulosis paru adalah
biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru-
paru ke bagian tubuh lain melalui sistim peredaran darah, sistim saluran limfe,
tubuh lainnya.
droplet pada waktu bersin, batuk, meludah, menyanyi atau berbicara (biasanya
pada jarak 1 meter), maupun secara tidak langsung melalui dahak penderita
tercampur dengan partikel debu dalam kondisi tertentu, kuman dihembuskan oleh
angin sehingga terhirup oleh orang lain yang tidak menderita tuberkulosis paru.
Penyakit ini juga dapat menular kepada orang lain melalui orang yang pernah
kontak dengan penderita tuberkulosis paru tetapi orang ini belum menampakkan
gejala klinis tuberkulosis paru pada saat itu (carier) (Aprianto, 2014).
5
Universitas Sumatera Utara
6
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam
(BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat dormant atau tertidur lama selama beberapa tahun
(Sudoyo, 2009).
orang muda dan tua, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin dapat menderita
semangnya dan siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Daya tahan tubuh yang
rendah tidak dapat melawan kuman sehingga kuman akan berkembang (Arif,
2000).
Lebih tinggi dari kematian wanita akibat proses kehamilan dan persalinan
juga dapat menyerang oran tubuh yang lain seperti kulit (TB kulit), tulang (TB
tulang), otak dan syaraf (TB otak dan syaraf), mata (TB mata).
dan panjang ± 1-4 µ dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang
Tahan Asam (BTA). Dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok,
bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal
yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga disebut basil tahan asam
(BTA), tahan terhadap zat kimia dan fisik, serta tahan dalam keadaan kering dan
dingin, bersifat dorman (dapat tertidur lama) dan aerob (Bustan, 2002).
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100ºC selama 5-10 menit
atau pada pemanasan 60ºC selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama
15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara, di tempat yang lembab dan
gelap bisa berbulan-bulan namun tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran
udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara
bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam
(Widoyono, 2008)
(Kumar, 2007).
TB primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada orang yang belum pernah
dari luar (eksogen). Manifestasi yang muncul pada perkembangan penyakit dapat
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan
saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru,
dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas
seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan
inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin, karena kuman bersifat dormant artinya kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob, artinya lebih
populasi, dan simpul 4 adalah kejadian penyaki, dimana dapat mencakup dua
kemungkinan individu itu sakit atau tidak sakit. Berikut adalah teori simpul
Teori Simpul
Simpul 2 Simpul 3
Media Transmisi: Host: Simpul 4
Simpul 1
Agen: 1. Pencahayaan 1. Umur
Sehat /
Mycobacterium 2. Kelembaban 2. Jenis Kelamin Sakit
tuberculosis 3. Suhu 3. Pendapatan
4. Ventilasi 4. Pendidikan
5. Penderita TB 5. Pekerjaan
Paru 6. pengetahuan
Parusaat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal
dari orang dewasa yang menderita TB Paru. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru
dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang
memiliki daya tahan tubuh rendah), bahkan bakteri ini pula dapat mengalami
menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran
cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah
dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-
menjadi jaringan paru dan bakteri TB Paru akan menjadi dormant (istirahat).
infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang
berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru
seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen
(Irnawati, 2016).
A. Tuberkulosis Paru
positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto roentgen dada
Adalah Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjer limfe, tulang, persendian, kulit,
2. TB ekstra berat
dari penderita tersebut yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.
a. Demam
suhunya 40-41˚C. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
b. Batuk
Batuk berlangsung selama 2-3 minggu atau lebih karena adanya iritasi
c. Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
d. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila filtrasi radang suah
e. Malaise
TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC
dewasa
Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru
memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang
tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
menderita atau tertular penyakit TBC, Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang
f. Uji tuberkulin.
Mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbulnya gejala adanya lesi
primer atau reaksi tes tuberkulosis positif kira-kira memakan waktu 3-8 minggu.
Resiko menjadi TB Paru setelah terinfeksi primer biasanya pada tahun pertama
dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup (Sarwani, 2012).
Faktor agent yaitu semua unsur baik elemen hidup atau mati, apabila kontak
dengan manusia rentan dalam keadaan yang akan memudahkan terjadinya peroses
tuberkulosis.
Faktor pejamu adalah manusia yang terpapar oleh agent. Ada beberapa faktor
yang berkaitan dengan pejamu antara lain usia, jenis kelamin, kebiasaan hidup,
Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang
a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Pendapatan
d. Pekerjaan
e. Jenis Kelamin
terjadi di Sumatera Utara, kasus pada laki-laki dua kali lipat dari kasus
f. Umur
daya untuk membunuh bakteri. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Koch
terkena sinar matahari , sabun, lisol, karbol dan panas api. Rumah yang
(Soedarto, 2009).
b. Kelembaban
dalam tubuh melalui udara ,selain itu kelembaban yang tinggi dapat
c. Ventilasi
kesehatan adalah ≥ 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak
memenuhi syarat kesehatan adalah < 10%luas lantai rumah. Luas ventilasi
rumah yang <10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan
Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Selain itu, luas
tidak dapat keluar dan ikut terhirup bersama udara pernafan (Korua, 2015).
d. Suhu
banyak dan kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinggi
dan terlalu rendah. Untuk itu harus diusahakan agar perbedaan suhu antara
(Suyono, 1985).
Faktor Host :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Pendapatan
4. Pengetahuan
5. Sikap
Kejadian TB Paru
Faktor Lingkungan :
1. Kepadatan hunian
2. Pencahayaan
3. Kelembaban
4. Ventilasi
5. Suhu ruangan
6. Lantai Rumah
7. Dinding Rumah
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan
Waktu penelitian ini di lakukan pada bulan Agustus 2017 sampai dengan
3.3.1 Populasi
1. Populasi Kasus
2. Populasi Kontrol
21
Universitas Sumatera Utara
22
terdaftar dalam catatan medik dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Puskesmas Muliorejo.
3.3.2 Sampel
Besar sampel dengan tingkat kepercayaan 95% (Zα = 1,96) dan kekuatan
penelitian 80% (Zβ= 0,842) serta berdasarkan nilai OR dan proporsi paparan pada
√ √
( )
√
=( )
Keterangan:
n = Sampel
P = Proporsi
P2 = Proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak terpajan atau kontrol
Q = 1- P
Q2 = 1- P2
√ √ √
( )
√ √
( )
1. Kriteria Kasus
a. Inklusi
b. Eksklusi
1. Tidak berada di tempat pada waktu pengumpulan data atau studi selama
2. Kriteria Kontrol
a. Inklusi
1. Pasien yang tercatat dalam rekam medik dan tidak menderita TB Paru
2. Memiliki usia, jenis Kelamin yang sama dengan kelompok kasus atau
b. Eksklusi
1. Tidak berada di tempat pada waktu pengumpulan data atau studi selama
Data primer adalah data yang diambil dengan melakukan wawancara dan
Deli Serdang.
dokumen, dan arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan
1. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diperoleh atau yang
2. Pekerjaan
3. Pendapatan
upah.
4. Pengetahuan
5. Sikap
Yang dimaksud dengan sikap dalam penelitian ini adalah tindakan atau prilaku
TB Paru.
6. Kepadatan hunian
Yang dimaksud kepadatan hunian dalam penelitian ini adalah hasil perhitungan
terhadap rasio luas ruangan dalam rumah dengan jumlah penghuni dengan
minimal 10 /orang.
7. Pencahayaan
Yang dimaksud dengan pencahayaan adalah penerangan yang berasal dari sinar
8. Kelembaban
Yang dimaksud dengan kelembaban adalah banyaknya uap air yang terkandung
9. Ventilasi
Adalah presentase luas bidang ventilasi tetap dan lubang ventilasi tidak tetap dari
Suhu adalah Tempratur udara 18-30˚C dari dalam ruangan diukur dengan
menggunakan Thermometer.
Yang dimaksud dengan lantai dalam penelitian ini adalah Jenis lantai yang kedap
Yang dimaksud dengan dinding rumah dalam penelitian ini adalah kontruksi
Data yang diperoleh dari secara manual dan dilanjutkan dengan komputer,
dengan tahapan editing, coding, dan entry data. Data dianalisis secara analitik dan
95%.Hasil lembar observasi dan lembar kuisioner akan diolah dan disajikan
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
bermakna apabila P<0,05 dan melihat nilai Odds Ratio (OR) untuk
HASIL PENELITIAN
sebagian besar wilayah banyak di padati pabrik-pabrik dan beriklim Panas dan
rincian 70.341 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 69.327 jiwa Perempuan.
31
Universitas Sumatera Utara
32
yang bukan penderita TB Paru sama karena dalam penelitian ini dilakukan proses
matching menurut umur dan jenis kelamin. Sebaran jenis kelamin dari 50
4.2.2 Umur
antara penderita TB Paru dengan yang bukan penderita TB Paru. Rata-rata umur
responden kasus dan kontrol TB Paru adalah 37 tahun. Umur termuda adalah 20
variabel. Variabel-variabel yang akan dianalisis dalam uji univariat yaitu faktor
Rendah (SMP-SMA) 21 84 11 44 32 64
Tinggi (Perguruan
4 16 14 56 18 36
Tinggi)
Jumlah 25 100 25 100 50 100
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden TB Paru
pada kasus yang terbanyak pada pendidikan rendah yaitu 21 responden (84%) dan
pendidikan yang tinggi hanya 4 responden (16%), sedangkan pada kontrol yang
terbanyak pada pendidikan yang tinggi yaitu 14 responden (56%) dan pendidikan
4.3.1.2 Pekerjaan
terbanyak pada umumnya memiliki pekerjaan yaitu 18 responden (72%) dan yang
tidak bekerja hanya 7 responden (28%), sedangkan pada kontrol yang memiliki
pekerjaan yaitu 15 responden (60%) dan yang tidak bekerja ada 10 responden
(40%).
4.3.1.3 Pendapatan
tentang penyakit TB Paru yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut :
Paru pada kasus yang terbanyak pada pengetahuan kurang baik yaitu ada
sebanyak 22 responden (88%) dan yang memiliki pengetahuan baik hanya ada 3
baik yaitu ada16responden dan yang memiliki pengetahuan kurang baik ada
4.3.1.5 Sikap
kasus yang terbanyak pada sikap kurang baik yaitu ada sebanyak 16 responden
(64%) dan yang memiliki sikap baik hanya ada 9 responden (36%), sedangkan
pada kontrol yang terbanyak adalah sikap baik yaitu ada 19 responden (76%) dan
terbanyak pada umumnya memiliki kondisi hunian rumah yang tidak memenuhi
syarat ada sebanyak 18 rumah responden (72%) dan yang memiliki hunian yang
memenuhi syarat hanya ada 7 rumah responden (28%), sedangkan pada kontrol
lebih banyak memiliki kondisi hunian yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 16
responden (64%) dan yang tidak memenuhi syarat ada sebanyak 9 responden
(36%).
4.3.2.2 Pencahayaan
terbanyak pada umumnya memiliki kondisi pencahayaan rumah yang gelap yaitu
ada sebanyak 16 rumah responden (64%) dan yang memiliki pencahayaan terang
hanya ada 9 rumah responden (36%), sedangkan pada kontrol lebih banyak
responden (76%) dan yang memiliki kondisi pencahayaan gelap ada sebanyak 6
responden (24%).
4.3.2.3 Kelembaban
syarat yaitu ada sebanyak 20 rumah responden (80%) dan yang memenuhi syarat
hanya ada 5 rumah responden (20%), sedangkan pada kontrol lebih banyak
(64%) dan yang tidak memenuhi syarat ada sebanyak 9 responden (36%).
4.3.2.4 Ventilasi
4.3.2.5 Suhu
4.3.2.6 Lantai
terbanyak pada umumnya memiliki kondisi lantai rumah yang tidak memenuhi
syarat ada sebanyak 16 rumah responden (64%) dan yang memiliki kondisi lantai
yang memenuhi syarat hanya ada 9 rumah responden (36%), sedangkan pada
kontrol lebih banyak memiliki kondisi lantai yang memenuhi syarat yaitu
sebanyak 17 responden (68%) dan yang tidak memenuhi syarat ada sebanyak 8
responden (32%).
4.3.2.7 Dinding
terbanyak pada umumnya memiliki kondisi dinding rumah yang tidak memenuhi
syarat ada sebanyak 24 rumah responden (96%) dan yang memenuhi syarat
hanya ada 1 rumah responden (4%), sedangkan pada kontrol semua responden
ruangan) tidak ada hubungan dengan kejadian TB Paru karena nilai Odds Ratio
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari pendidikan kasus dan
rendah terdapat pada kasus yaitu 24% responden dan pada kontrol 22%
responden.
Rendah 11 22 21 24 32 64
0,040-
Tinggi 28 4 8 18 36 0,15 0,008
14 0,565
Jumlah 25 50 25 50 50 100
Berdasarkan tabel 4.13 didapatkan nilai Odds ratio 0,150 CI: 95% (0,040-
berpendidikan tinggi. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,008), maka
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari pekerjaan kasus dan
kontrol yang terbanyak adalah yang bekerja sebanyak 65,3 % sedangkan yang
tidak bekerja hanya 34,7%. Responden yang tidak bekerja terdapat pada kontrol
Jumlah 25 50 25 50 50 100
Berdasarkan tabel 4.14 didapatkan nilai Odds ratio 1,54 CI: 95% (0,464
5,133) yang artinya responden yang tidak bekerja 1,54 kali lebih beresiko
menderita TB Paru dibandingkan dengan responden yang yang bekerja. . Hasil uji
statistic diperoleh nilai p >0,05 (p=0,686), maka terdapat tidak terdapat hubungan
Puskesmas Muliorejo.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari pendapatan kasus dan
pendapatan rendah terdapat pada kasus yaitu 32% responden dan pada kontrol
18%.
berpendapatan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p >0,05 (p=0,567), maka
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari pengetahuan responden
kasus dan kontrol yang terbanyak adalah kurang baik 62% sedangkan yang baik
hanya ada sebanyak 38%. Responden yang memiliki pengetahuan kurang baik
n % n % n %
Kurang Baik 9 18 22 44 31 62
0,018-
Baik 16 32 3 6 19 38 0,077 0,0001
0,329
Jumlah 25 50 25 50 50 100
Berdasarkan tabel 4.16 didapatkan nilai Odds ratio 0,077 CI: 95% (0,018-
0,329) yang artinya responden yang berpengetahuan kurang baik akan beresiko
memiliki pengetahuan baik. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p= 0,0001),
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari sikap responden kasus
dan kontrol yang terbanyak adalah baik 56% sedangkan yang tidak baik ada
sebanyak 44%. Responden yang memiliki sikap kurang baik terdapat pada kasus
0,607) yang artinya responden yang sikapnya kurang baik akan beresiko menderita
TB Paru sebesar 0,178 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap
baik. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,010), maka terdapat hubungan
Puskesmas Muliorejo.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari kepadatan hunian kasus
dan kontrol yang terbanyak adalah tidak memenuhi syarat adalah 54 % sedangkan
yang memenuhi syarat hanya 46%. Responden yang memiliki rumah yang hunian
tidak memenuhi syarat terdapat pada kasus yaitu 36% responden dan pada kontrol
18% responden.
Berdasarkan tabel 4.18 didapatkan nilai Odds ratio 0,219 CI: 95% (0,066-
0,723) yang artinya responden yang memiliki rumah dengan kondisi hunian yang
tidak memenuhi syarat akan beresiko menderita TB Paru sebesar 0,219 kali
memenuhi syarat. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p= 0,023), maka
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari pencahayaan kasus dan
yang tidak memenuhi syarat (gelap) hanya 44%. Responden yang memiliki rumah
yang pencahayaan gelap terdapat pada kasus yaitu 32% responden dan pada
n % n % n %
Gelap 6 12 16 32 22 44
0,178 0,052-0,607 0,010
Terang 19 38 9 18 28 56
Jumlah 25 50 25 50 50 100
Berdasarkan tabel 4.19 didapatkan nilai Odds ratio 0,178CI: 95% (0,052-
terang. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,010), maka terdapat
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari kelembaban kasus dan
yang memenuhi syarat hanya 42%. Responden yang memiliki rumah yang
kelembabannya tidak memenuhi syarat terdapat pada kasus yaitu 40% responden
n % n % n %
Tidak Memenuhi
9 18 20 40 29 58
Syarat 0,039-
0,141 0,004
Memenuhi syarat 16 32 5 10 21 42 0,504
Jumlah 25 50 25 50 50 100
Berdasarkan tabel 4.20 didapatkan nilai Odds ratio 0,141CI: 95% (0,039-
0,504) yang artinya responden yang memiliki rumah dengan kondisi kelembaban
tidak memenuhi syarat akan beresiko menderita TB Paru sebesar 0,141 kali
memenuhi syarat. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,004), maka
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari ventilasi kasus dan
kontrol memiliki nilai yang sama yaitu 50%. Responden yang memiliki rumah
yang ventilasi tidak memenuhi syarat terdapat pada kasus yaitu 50% responden
Interval. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,0001), maka terdapat
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari lantai rumah kasus dan
kontrol yang terbanyak adalah memenuhi syarat adalah 52% sedangkan yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 48%. Responden yang memiliki rumah dengan
kondisi lantai tidak memenuhi syarat terdapat pada kasus yaitu 32% responden
n % n % n %
Tidak Memenuhi
8 16 16 32 24 48
Syarat 0,082-
0,265 0,048
Memenuhi Syarat 17 34 9 18 26 52 0,854
Jumlah 25 50 25 50 50 100
Berdasarkan tabel 4.22 didapatkan nilai Odds ratio 0,265 CI: 95% (0,082-
0,854) yang artinya responden yang memiliki rumah dengan kondisi lantai yang
tidak memenuhi syarat akan beresiko menderita TB Paru sebesar 0,219 kali
dibandingkan dengan responden yang memilki rumah dengan kondisi lantai yang
memenuhi syarat. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,023), maka
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari dinding rumah kasus
dan kontrol yang terbanyak adalah memenuhi syarat adalah 52% sedangkan yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 48%. Responden yang memiliki rumah dengan
kondisi dinding tidak memenuhi syarat terdapat pada kasus yaitu 48% responden
n % n % n %
Tidak Memenuhi
0 0 24 48 24 48
Syarat
- - 0,0001
Memenuhi Syarat 25 50 1 2 26 52
Jumlah 25 50 25 50 50 100
Berdasarkan tabel 4.23 didapatkan nilai Odds ratio maupun nilai Confidence
Interval. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,0001), maka terdapat
PEMBAHASAN
Puskesmas Muliorejo.
rendah sebanyak 64% dan pendidikan tinggi 36%, responden yang pendidikan
rendah paling banyak terdapat pada kasus yaitu 24%, sedangkan pada kontrol
hanya 22%. Hasil uji statistik didapat nilai p<0,05 (p=0,008) yang berarti terdapat
perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan
itu penyakit TB Paru, gejalanya seperti apa dan cara pengobatan bila tertular
bagaimana. Berarti ini merupakan faktor resiko untuk timbulnya TB Paru karena
49
Universitas Sumatera Utara
50
5.2.2 Pekerjaan
tidak bekerja adalah 65,3 % dan yang bekerja yaitu 34,7%, responden yang tidak
bekerja paling banyak terdapat pada kelompok kontrol yaitu 20,4% dan kasus
14,3%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p>0,05 (p=0,686), maka tidak terdapat
Minimum Rata-rata (UMR) akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai
status nutrisi dan gizi yang kurang yang akan memudahkan untuk terkena
penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan
mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak
penyakit TB Paru
bekerja memilki resiko lebih tinggi terkena TB Paru di bandingkan dengan orang
yang memilki pekerjaan. Hal ini mungkin terjadi karena adanya faktor lingkungan
yang ada di dalam rumah yang lebih mempengaruhi responden tertular TB Paru.
5.2.3 Pendapatan
rendah adalah 58% dan pendapatan tinggi yaitu 42%, pendapatan rendah
responden yang paling banyak terdapat pada kasus yaitu 32% sedangkan pada
kontrol hanya 26%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p >0,05 (p=0,567), maka
Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang
keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan
untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan sehat, jelas semua
dengan orang yang memiliki penghasilan yang tinggi. Hasil penelitian Mahfudin
2,145.
seimbang untuk di konsumsi setiap hari nya terlebih lagi pada saat sistem imun
5.2.4 Pengetahuan
pengetahuan rendah terdapat pada kasus yaitu 44%, sedangkan pada kontrol
hanya 18%. Hasil uji statistik didapat nilai p<0,05 (p=0,0001) yang berarti
terhadap penyakit TB. Dapat dilihat dari faktor pengetahuan Ods Ratio sebesar
2,5 artinya yaitu pengetahuan yang rendah mempunyai resiko tertular TB Paru
sebesar 2,5 kali lebih banyak dari orang yang berpengetahuan tinggi.
rendah berarti ini merupakan faktor resiko untuk timbulnya TB Paru karena
5.2.5 Sikap
Hasil penelitian sikap responden terdapat total sikap yang baik adalah 56%
dan yang kurang baik yaitu 44%, dalam sikap kurang baik yang paling banyak
terdapat pada kasus yaitu 32% sedangkan pada kontrol hanya 12%. Hasil uji
Muliorejo.
lain yang dianggap penting, agama serta faktor emosi dalam diri individu yang
memegang peranan penting untuk terbentuknya sikap . Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zalmi (2008), didapatkan bahwa terdapat
dimana nilai p<0,05 dan Odds Ratio sebesar 0,129 artinya pada responden dengan
perilaku sikap kurang baik beresiko terkena TB Paru sebesar 0,129 kali bila
hubungan sikap dengan kejadian TB Paru. Ini membuktikan bahwa sikap yang
kurang baik merupakan faktor resiko untuk terjadinya penularan TB Paru. Sikap
Jika sikap masyarakat sudah baik maka masyarakat akan mudah untuk melakukan
suatu perbuatan yang baik, tapi jika sikap ini masih kurang maka memiliki
dampak yang buruk bagi derajat kesehatan masyarakat. Untuk merubah sikap
yang tidak memenuhi syarat adalah 54% dan yang memenuhi syarat yaitu 46%.
Dalam kondisi hunian yang kurang (tidak memenuhi syarat), paling banyak
terdapat pada kasus yaitu 36% sedangkan pada kontrol hanya 18%. Hasil uji
Menurut Soemirat, (2000) luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup
untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus
ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga
bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas
bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum
10 m2/orang, untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m 2/orang. Dari
kejadian TB Paru pada usia dewasa di balai pencegahan dan pengobatan penyakit
TB paru Pati, dari hasil analisa statistik menunjukkan adanya hubungan yang
Penelitian yang telah dilakukan oleh Toni Lumban Tobing (2009), tentang
yang signifikan terhadap penyakit TB. Dapat dilihat dari Ods Ratio sebesar 3,3
artinya yaitu kepadatan hunian yang kurang mempunyai resiko tertular TB Paru
sebesar 3,3 kali lebih banyak dari yang kondisi kepadatan huniannya baik.
Hal ini memiliki kesamaan dengan hasil penelitian yaitu kepadatan hunian
memenuhi syarat), karena kuman TB Paru dapat ditularkan lewat media udara
sehingga jika rumah padat penghuni kuman ini mudah sekali menular. Jika rumah
tidak padat maka sirkulasi udara menjadi lancar sehingga pasien dan anggota
5.3.2 Pencahayaan
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa total dari kondisi pencahayaan kasus
dan control yang terbanyak adalah kondisi pencahayaan yang kurang (gelap) yaitu
44% sedangkan kondisi pencahayaan yang baik (terang) 56%. Pada kondisi
pencahayaan kurang terdapat pada kasus 32% responden dan pada kontrol 12%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p <0,05 (p=0,010), maka terdapat hubungan yang
Puskesmas Muliorejo.
yang kurang mempunyai resiko 3,7 kali terkena TB Paru bila dibandingkan
Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Toni
Lumban Tobing (2009), tentang Pengaruh Prilaku Penderita TB Paru dan Kondisi
penularan TB Paru. Hasil statistik odds Ratio 5,9 dengan CI 95% (1,928-18,201)
jadi kondisi pencahayaan yang kurang mempunyai resiko penularan sebanyak 5,9
merupakan salah satu faktor yang dapat membunuh kuman TB Paru, namun hasil
jumpai pada kasus (responden yang terkena TB Paru) lebih banyak di bandingkan
5.3.3 Kelembaban
kelembaban tidak memenuhi syarat adalah 58% dan kelembaban yang memenuhi
syarat yaitu 42%, Kelembaban yang tidak memenuhi syarat paling banyak
terdapat pada kasus yaitu 32% sedangkan pada kontrol hanya 26%. Hasil uji
Puskesmas Muliorejo
dimana kelembaban berkisar 40%-60% dengan suhu udara yang nyaman 180-
300C. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
kelembaban rung keluarga lebih besar dari 60% berisiko terkena TBC 10,7 kali di
banding penghuni rumah yang tinggal pada perumahan yang memilki kelembaban
5.3.4 Ventilasi
total ventilasi yang baik adalah 50% dan yang kurang baik adalah 50%.
Responden yang paling banyak memiliki ventilasi yang kurang baik adalah pada
kasus sebanyak 50% sedangkan pada kontrol tidak ada yaitu 0%. Hasil uji statistik
kejadian ventilasi udara yang tidak memenuhi syarat dalam terjadinya penularan
penyakit TB Paru.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2009),
bahwa kondisi ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat matahari mempunyai
resiko 2,4 kali terkena TB Paru bila dibandingkan dengan rumah yang kondisi
Hal yang sama juga terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Suarni
Paru di Kecamatan Pancoran Mas Depok tahun 2009, di dapatkan hasil penelitian
bahwa kondisi ventilasi rumah merupakan faktor resiko dengan OR = 14,182, ini
berarti kondisi ventilasi yang kurang memiliki resiko penularan 14,182 kali dari
5.3.5 Suhu
Dari hasil penelitian ditemukan total kondisi suhu rumah responden baik
kasus maupun kontrol memiliki suhu yang sama. Sebanyak 100% responden
tubuh tidak terlalu banyak kehilangan panas atau sebaliknya tubuh tidak sampai
kepanasan. Suhu ruangan dalam rumah yang tidak ideal adalah berkisar antara 18-
30˚C dan suhu tersebut di pengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara dan
syarat dari kasus dan kontrol adalah 48% dan yang tidak memenuhi syarat adalah
52%. Responden yang paling banyak memiliki kondisi jenis lantai yang
memenuhi syarat ada pada kelompok kasus yaitu 32% dan pada kontrol hanya
16%. Hasil uji tatistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,048), maka terdapat hubungan
yang bermakna antara kondisi jenis lantai rumah dengan kejadian TB Paru di
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2009)
berarti tidak ada hubungan antara kondisi jenis lantai dengan penularan TB Paru.
Hasil statistik odds Ratio 0,7 dengan CI 95% (0,321-1,599) jadi tidak ada
adanya hubungan yang bermakna dengan didapatkan hasil odds ratio (OR)
sebesar 7,095 dengan 95 % Confidence Interval (CI) 2,930 – 17,179, dengan nilai
p = 0,0001. Berarti kondisi jenis lantai yang kurang baik mempunyai resiko
sebesar 7,095 untuk tertular TB Paru dari pada kondisi jenis lantai yang baik.
syarat baik dari kasus dan kontrol adalah 52% dan yang tidak memenuhi syarat
adalah 48%, disini dapat dilihat bahwa kondisi dinding yang baik lebih banyak
dari yang kurang baik. Responden yang paling banyak memiliki kondisi dinding
yang tidak memenuhi syarat adalah pada kelompok kasus yaitu 48% sedangkan
pada kelompok kontrol 0%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p <0,05 (p=0,0001),
maka terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi jenis dinding dengan
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit
TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman.
Lantai dan dinding yang sulit di bersihkan akan menyebabkan penumpukan debu,
Hasil penelitian Syafri (2015), Hasil uji statistik diperoleh nilai p <0,05
(p=0,230), maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis dinding
rumah yang kedap air berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan
angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga
kerahasiaan.
Hal ini berbeda dengan hasil data yang didapatkan di Wilayah Kerja
6.1 Kesimpulan
wilayah kerja Puskesmas Muliorejo tahun 2017, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
TB Paru.
6.2 Saran
sebagai berikut :
62
Universitas Sumatera Utara
63
lebih lanjut dengan metode yang lebih kompleks agar menjadi sumber
Amin, Z., A Bahar. 2009. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam.
Burhanudin, Arif. 2014. Faktor Risiko Tuberkulosis Paru Anak dan Sebaran
Spasial di Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Semarang.
Skripsi.
Crofton, John, Norman Horne, Fred Miller. 2002. Tuberkulosis Klinis. Jakarta:
Widya Medika.
64
Universitas Sumatera Utara
65
Pertiwi, RN, M Arie Wuryanto dan Dwi Sutiningsih. 2004. Hubungan Antara
Karakteristik Individu, Praktik Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
dengan Kejadian di Kecamatan Semarang Utara. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Volume 1, No 2; Halaman 435-445.
Sarwani, Dwi, Sri Nurlela. 2012. Merokok dan Tuberkulosis Paru Studi Kasus
di RS Margono Soekarjo Purwokerto. Fakultas Kesehatan
Masyarakat UNSOED.
Sudoyo, W Aru, Bambang Setiyohadi. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.
I. Data Umum
1. Kasus :
2. Kontrol :
A.Responden
Nomor Responden : Tanggal :
Nama :
Umur : tahun
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Alamat :
Penghasilan :
B.Sikap
Petunjuk : Pilih salah satu jawaban pada masing-masing jawaban dengan memberi
tanda checklist pada jawaban yang anda anggap benar.
Keterangan :
S : Setuju
TS : Tidak setuju
Lembar Observasi
2. Lantai 1.Tanah 1
2. Semen 2
3. Diplester atau kramik 3
3 Ventilasi a. Ketersediaan
Rumah 1. Tidak ada 1
2.Ada, luas ventilasi <10 % dari 2
Pendidikan * TBPARU
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
Pendidik Rendah Count 11 21 32
an (SMP-SMA) % within
34,4% 65,6% 100,0%
Pendidikan
% of Total 22,0% 42,0% 64,0%
Tinggi Count 14 4 18
(Perguruan Tinggi) % within
77,8% 22,2% 100,0%
Pendidikan
% of Total 28,0% 8,0% 36,0%
Total Count 25 25 50
% within
50,0% 50,0% 100,0%
Pendidikan
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8,681(b) 1 ,003
Continuity
7,031 1 ,008
Correction(a)
Likelihood Ratio 9,062 1 ,003
Fisher's Exact Test ,007 ,004
Linear-by-Linear
8,507 1 ,004
Association
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Pendidikan
(Rendah (SMP-SMA) / Tinggi ,150 ,040 ,565
(Perguruan Tinggi))
For cohort TBPARU = Kontrol ,442 ,258 ,757
For cohort TBPARU = Kasus
2,953 1,201 7,263
(Penderita TB)
N of Valid Cases 50
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
Pekerjaan Tidak Count 9 7 16
Bekerja % within
56,3% 43,8% 100,0%
Pekerjaan
% of Total 18,4% 14,3% 32,7%
Bekerja Count 15 18 33
% within
45,5% 54,5% 100,0%
Pekerjaan
% of Total 30,6% 36,7% 67,3%
Total Count 24 25 49
% within
49,0% 51,0% 100,0%
Pekerjaan
% of Total 49,0% 51,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,503(b) 1 ,478
Continuity
,163 1 ,686
Correction(a)
Likelihood Ratio ,503 1 ,478
Fisher's Exact Test ,551 ,343
Linear-by-Linear
,492 1 ,483
Association
N of Valid Cases 49
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Pekerjaan (Tidak
1,543 ,464 5,133
Bekerja / Bekerja)
For cohort TBPARU = Kontrol 1,238 ,699 2,191
For cohort TBPARU = Kasus
,802 ,424 1,516
(Penderita TB)
N of Valid Cases 49
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
Pendapata Rendah Count 13 16 29
n (=<1.500.000) % within
44,8% 55,2% 100,0%
Pendapatan
% of Total 26,0% 32,0% 58,0%
Tinggi Count 12 9 21
(>1.500.000) % within
57,1% 42,9% 100,0%
Pendapatan
% of Total 24,0% 18,0% 42,0%
Total Count 25 25 50
% within
50,0% 50,0% 100,0%
Pendapatan
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,739(b) 1 ,390
Continuity
,328 1 ,567
Correction(a)
Likelihood Ratio ,741 1 ,389
Fisher's Exact Test ,567 ,284
Linear-by-Linear
,724 1 ,395
Association
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Pendapatan
(Rendah (=<1.500.000) / Tinggi ,609 ,196 1,891
(>1.500.000))
For cohort TBPARU = Kontrol ,784 ,454 1,357
For cohort TBPARU = Kasus
1,287 ,712 2,329
(Penderita TB)
N of Valid Cases 50
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
KatPengKasu Kurang Count 9 22 31
s Baik % within
29,0% 71,0% 100,0%
KatPengKasus
% of Total 18,0% 44,0% 62,0%
Baik Count 16 3 19
% within
84,2% 15,8% 100,0%
KatPengKasus
% of Total 32,0% 6,0% 38,0%
Total Count 25 25 50
% within
50,0% 50,0% 100,0%
KatPengKasus
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 14,346(b) 1 ,000
Continuity
12,224 1 ,000
Correction(a)
Likelihood Ratio 15,389 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
14,059 1 ,000
Association
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for KatPengKasus
,077 ,018 ,329
(Kurang Baik / Baik)
For cohort TBPARU = Kontrol ,345 ,192 ,618
For cohort TBPARU = Kasus
4,495 1,553 13,006
(Penderita TB)
N of Valid Cases 50
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
KatSikapKas Kurang Count 6 16 22
us Baik % within
27,3% 72,7% 100,0%
KatSikapKasus
% of Total 12,0% 32,0% 44,0%
Baik Count 19 9 28
% within
67,9% 32,1% 100,0%
KatSikapKasus
% of Total 38,0% 18,0% 56,0%
Total Count 25 25 50
% within
50,0% 50,0% 100,0%
KatSikapKasus
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8,117(b) 1 ,004
Continuity
6,575 1 ,010
Correction(a)
Likelihood Ratio 8,368 1 ,004
Fisher's Exact Test ,010 ,005
Linear-by-Linear
7,955 1 ,005
Association
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for KatSikapKasus
(Kurang Baik / Baik) ,178 ,052 ,607
For cohort TBPARU = Kontrol ,402 ,194 ,833
For cohort TBPARU = Kasus
2,263 1,247 4,106
(Penderita TB)
N of Valid Cases 50
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
HUNIA Tidak Count 9 18 27
N Memenuhi % within
33,3% 66,7% 100,0%
HUNIAN
% of Total 18,0% 36,0% 54,0%
Memenuhi Count 16 7 23
% within
69,6% 30,4% 100,0%
HUNIAN
% of Total 32,0% 14,0% 46,0%
Total Count 25 25 50
% within
50,0% 50,0% 100,0%
HUNIAN
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6,522(b) 1 ,011
Continuity
5,153 1 ,023
Correction(a)
Likelihood Ratio 6,676 1 ,010
Fisher's Exact Test ,022 ,011
Linear-by-Linear
6,391 1 ,011
Association
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for HUNIAN (Tidak
Memenuhi / Memenuhi) ,219 ,066 ,723
TBPARU Total
Kasus
Kontrol (Penderita TB) Kontrol
Cahaya Gelap Count 6 16 22
% within Cahaya 27,3% 72,7% 100,0%
% of Total 12,0% 32,0% 44,0%
Terang Count 19 9 28
% within Cahaya 67,9% 32,1% 100,0%
% of Total 38,0% 18,0% 56,0%
Total Count 25 25 50
% within Cahaya 50,0% 50,0% 100,0%
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8,117(b) 1 ,004
Continuity
6,575 1 ,010
Correction(a)
Likelihood Ratio 8,368 1 ,004
Fisher's Exact Test ,010 ,005
Linear-by-Linear
7,955 1 ,005
Association
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Cahaya (Gelap /
,178 ,052 ,607
Terang)
For cohort TBPARU = Kontrol ,402 ,194 ,833
For cohort TBPARU = Kasus
2,263 1,247 4,106
(Penderita TB)
N of Valid Cases 50
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9,934(b) 1 ,002
Continuity
8,210 1 ,004
Correction(a)
Likelihood Ratio 10,338 1 ,001
Fisher's Exact Test ,004 ,002
Linear-by-Linear
9,736 1 ,002
Association
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Kelembaban
(Tidak Memenuhi Syarat (<40 &
>70 ) / Memenuhi Syarat (40- ,141 ,039 ,504
70))
For cohort TBPARU = Kontrol ,407 ,225 ,737
For cohort TBPARU = Kasus
2,897 1,297 6,466
(Penderita TB)
N of Valid Cases 50
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
VENTIL Tidak Count 0 25 25
ASI Memenuhi % within
,0% 100,0% 100,0%
VENTILASI
% of Total ,0% 50,0% 50,0%
Memenuhi Count 25 0 25
% within
100,0% ,0% 100,0%
VENTILASI
% of Total 50,0% ,0% 50,0%
Total Count 25 25 50
% within
50,0% 50,0% 100,0%
VENTILASI
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 50,000(b) 1 ,000
Continuity
46,080 1 ,000
Correction(a)
Likelihood Ratio 69,315 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
49,000 1 ,000
Association
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for VENTILASI (Tidak Memenuhi /
(a)
Memenuhi)
a Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2
table without empty cells.
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
Suhu Memenuhi Syarat (18- Count 25 25 50
30) % within
50,0% 50,0% 100,0%
Suhu
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Total Count 25 25 50
% within
50,0% 50,0% 100,0%
Suhu
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .(a)
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Suhu (Memenuhi Syarat (18-30) / .)
.(a)
LANTAI * TBPARU
Crosstab
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
LANT Tidak Count 8 16 24
AI Memenuhi % within
33,3% 66,7% 100,0%
LANTAI
% of Total 16,0% 32,0% 48,0%
Memenuhi Count 17 9 26
% within
65,4% 34,6% 100,0%
LANTAI
% of Total 34,0% 18,0% 52,0%
Total Count 25 25 50
% within
50,0% 50,0% 100,0%
LANTAI
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for LANTAI (Tidak
Memenuhi / Memenuhi) ,265 ,082 ,854
For cohort TBPARU = Kontrol ,510 ,271 ,958
For cohort TBPARU = Kasus
1,926 1,058 3,507
(Penderita TB)
N of Valid Cases 50
DINDING * TBPARU
Crosstab
TBPARU Total
Kasus
(Penderita
Kontrol TB) Kontrol
DINDIN Tidak Count 0 24 24
G Memenuhi % within
,0% 100,0% 100,0%
DINDING
% of Total ,0% 48,0% 48,0%
Memenuhi Count 25 1 26
% within
96,2% 3,8% 100,0%
DINDING
% of Total 50,0% 2,0% 52,0%
Total Count 25 25 50
% within
50,0% 50,0% 100,0%
DINDING
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
For cohort TBPARU = Kasus
26,000 3,805 177,683
(Penderita TB)
N of Valid Cases 50
Frequency Table
TB PARU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kontrol 25 50,0 50,0 50,0
Kasus (Penderita TB) 25 50,0 50,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 26 52,0 52,0 52,0
Perempuan 24 48,0 48,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-29 tahun 12 24,0 24,0 24,0
30-39 tahun 12 24,0 24,0 48,0
40-49 tahun 9 18,0 18,0 66,0
50-59 tahun 8 16,0 16,0 82,0
>60 tahun 9 18,0 18,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 16 32,0 32,7 32,7
Bekerja 33 66,0 67,3 100,0
Total 49 98,0 100,0
Missing System 1 2,0
Total 50 100,0
Pendapatan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Rendah
29 58,0 58,0 58,0
(=<1.500.000)
Tinggi (>1.500.000) 21 42,0 42,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
TotalPengetahuanKasus
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4,00 3 6,0 6,0 6,0
5,00 3 6,0 6,0 12,0
6,00 3 6,0 6,0 18,0
7,00 4 8,0 8,0 26,0
8,00 12 24,0 24,0 50,0
9,00 8 16,0 16,0 66,0
10,00 4 8,0 8,0 74,0
11,00 6 12,0 12,0 86,0
12,00 6 12,0 12,0 98,0
14,00 1 2,0 2,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
KatPengKasus
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 31 62,0 62,0 62,0
Baik 19 38,0 38,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3,00 2 4,0 4,0 4,0
4,00 11 22,0 22,0 26,0
5,00 9 18,0 18,0 44,0
6,00 8 16,0 16,0 60,0
7,00 3 6,0 6,0 66,0
8,00 17 34,0 34,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
KatSikapKasus
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 22 44,0 44,0 44,0
Baik 28 56,0 56,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
HUNIAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi 27 54,0 54,0 54,0
Memenuhi 23 46,0 46,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Cahaya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gelap 22 44,0 44,0 44,0
Terang 28 56,0 56,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Kelembaban
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi 25 50,0 50,0 50,0
Memenuhi 25 50,0 50,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Suhu
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Memenuhi Syarat (18-
50 100,0 100,0 100,0
30)
LANTAI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi 24 48,0 48,0 48,0
Memenuhi 26 52,0 52,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
DINDING
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi 24 48,0 48,0 48,0
Memenuhi 26 52,0 52,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
TB Paru.