Anda di halaman 1dari 65

GAMBARAN PENGETAHUAN PETANI PENYEMPROT

PESTISIDA TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG


DIRI DI DESA SUMBER MUFAKAT KECAMATAN
KABANJAHE KABUPATEN KARO TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh:

FLORA SITORUS
NIM. 121021113

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN PENGETAHUAN PETANI PENYEMPROT
PESTISIDA TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI DI DESA SUMBER MUFAKAT KECAMATAN
KABANJAHE KABUPATEN KARO TAHUN 2017

Skripsi in i diaj ukan seba ga i


salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

FLORA SITORUS
NIM. 121021113

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

GAMBARAN PENGETAHUAN PETANI


PENYEMPROT PESTISIDA TENTANG
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI DESA
SUMBER MUFAKAT KECAMATAN KABANJAHE
KABUPATEN KARO
TAHUN 2017

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh:

FLORA SITORUS
NIM. 121021113

Disahkan Oleh :
Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Eka Lestari Mahyuni SKM, M.Kes dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS


NIP. 19791107 200501 2 003 NIP. 19571117 198702 1 002

Medan, 31 Juli 2017


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si


NIP. 196803201993082001

i
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN

PENGETAHUAN PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TENTANG

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI DESA SUMBER MUFAKAT

KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO TAHUN 2017” ini

beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan

etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,

saya menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2017


Yang membuat pernyataan,

FLORA SITORUS
NIM. 121021113

ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis untuk menghindari


risiko kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja adalah dengan penggunaan alat
pelindung diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
pengetahuan petani penyemprot pestisida tentnag penggunaaan alat pelindung diri
di desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh petani penyemprot pestisida dan besar sampel
sebanyak 55 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan
observasi serta dianalisa secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani penyemprot pestisida
terbanyak berada pada rentang umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 17 orang
(30,9%) dengan tingkat pendidikan tertinggi yaitu SLTP (45,5%). Petani telah
menyemprot pestisida dengan masa kerja terbanyak yaitu 31-40 tahun sebanyak
20 orang (36,4%).
Berdasarkan hasil penelitian petani desa Sumber Mufakat mengetahui
pentingnya menggunakan APD selama menggunakan pestisida baik jenis dan ciri
APD yang sesuai serta
bahaya dan gejala keracunan akibat penggunaan pestisida namun petani merasa
kurang nyaman dengan menggunakan APD saat bekerja menggunakan pestisida.
Disarankan bagi petani agar menggunakan APD sesuai dengan jenis dan
fungsinya didukung dengan adanya penghargaan dan sanksi bagi petani dalam hal
penggunaan APD oleh Kepala Desa

Kata kunci : pengetahuan, petani, pestisida, APD

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Safety worker protection as technical effort to prevent the accident risk or


sickness is by use the safety protective equipment. The purpose of this research is
to describe the knowledge of sprayed farmer about safety protective equipment in
Sumber Mufakat village Kabanjahe, Karo.The population in this research are all
farmers that sprayed the pesticide and the sampel was 55 person. The data
collected by using quetioners and observation then analyze in descritive.
The result showed that the most sprayed farmer’s age are around 40-49
years old in 17 people (30,9%) with education level highest at secondary school
(45,5%). The sprayed farmer has sprayed the pesticide in 31-40 years for 20
people (36,4%).
Based on the result, the farmers of Sumber Mufakat village know the
important of using safety equipment while using the pesticide actually from the
type, and characteristic of pesticides, the symptom and toxicity cause pesticide.
But the farmers unconfortable if they use the safety equipment when they work.
Suggested for the farmer to use the safety equipment based on the
functional and types and improve by reward and punishment for the farmer
include of safety equioment using.

Keyword : knowledge, farmer, pesticide, safety protective equipment

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepad Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan
untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Gambaran
Pengetahuan Petani Penyemprot Pestisida Tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri Di Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe Kabupaten
Karo Tahun 2017”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara. Dalam pelaksanaan penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami
kesulitan-kesulitan dan hambatan. Namun berkat motivasi, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
4. Eka Lestari Mahyuni SKM, M.Kes dan dr. Muhammad Makmur Sinaga,
MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi
arahan dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
5. Namora Lumongga Lubis, MSc, PhDselaku Dosen Penasehat Akademik
selama penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
6. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat
khususnya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

v
Universitas Sumatera Utara
7. Bapak Kepala Desa Sumber Mufakat yang telah memberi izin penulis
untuk meneliti pada masyarakat desa Sumber Mufakat Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Karo
8. Bapak Japet Tarigan yang telah banyak membantu dalam kelancaran
pelaksanaan penelitian penulis
9. Kedua orang tua Bapak G.Sitorus dan Ibu H.Rumahorbo serta adik-adik
sayaHandayani, Hotmarito, Samuel, Palen, Yepta telah memberi motivasi
dan dorongan pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
10. Teman-teman yang saya Sandro G, Lilis, Jesika, Ivo,Meydia, Dody,

Rediman yang telah banyak memberikan motivasi.

11. Bang Sony, Bang Iwan dan semua pihak yang telah memberi bantuan dan
dukungan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Demikian penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan


penulis memohon maaf. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Juli 2017

Penulis

FLORA SITORUS
NIM. 121021113

vi
Universitas Sumatera Utara
Halaman Pengesahan...............................................................................................................i
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi................................................................................ii
Abstrak.........................................................................................................................................iii
Abstract........................................................................................................................................iv
Kata Pengantar...........................................................................................................................v
Daftar Isi......................................................................................................................................vii
Daftar Tabel................................................................................................................................ix
Daftar Lampiran........................................................................................................................x
Daftar Riwayat Hidup..............................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................8


2.1 Pengetahuan.........................................................................................................................8
2.2 Alat Pelindung Diri (APD)..............................................................................................11
2.2.1. Pengertian Alat pelindung Diri.................................................................................11
2.2.2. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri............................................................................12
2.2.3. Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri...............................................................12
2.2.4. Ketentuan tentang Alat Pelindung Diri..................................................................13
2.2.5. Jenis-jenis Alat Peling Diri........................................................................................13
2.3 Pestisida................................................................................................................................16
2.3.1. Pengertian Pestisida......................................................................................................16
2.3.2. Jenis Pestisida................................................................................................................17
2.3.3. Ruang Lingkup Penggunaan Pestisida...................................................................19
2.3.4. Aplikasi Pestisida..........................................................................................................20
2.3.5. Dampak Pestisida terhadap Kesehatan Manusia.................................................24

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................27


3.1 Jenis Penelitian...................................................................................................................27
3.2 Lokasi Dan WaktuPenelitian..........................................................................................27
3.2.1. Lokasi Penelitian...........................................................................................................27
3.2.2. Waktu Penelitian............................................................................................................27
3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian..................................................................................28
3.3.1. Populasi Penelitian.......................................................................................................28
3.3.2. Sampel Penelitian..........................................................................................................28
3.4. Metode Pengumpulan Data...........................................................................................29

vii
Universitas Sumatera Utara
3.5. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional.........................................................30
3.5.1. Variabel Penelitian........................................................................................................30
3.5.2. Defenisi Operasional....................................................................................................30
3.6. Metode Analisis Data......................................................................................................31

BAB IV. HASIL PENELITIAN........................................................................................33


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...........................................................................33
4.2. Karakteristik Petani Penyemprot Pestisida Di
Desa Sumber Mufakat Kabanjahe Tahun 2017.......................................................34
4.2.1. Distribusi Umur Petani Penyemprot Pestisida Di
Desa Sumber Mufakat Kabanjahe Tahun 2017.......................................................34
4.2.2 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Pendidikan..................35
4.2.3 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Jenis Kelamin.............36
4.2.4. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Masa Kerja.................37
4.3. Gambaran Pengetahuan Petani Penyemprot
Pestisida Tentang Penggunaan Pestisida...................................................................37
4.4. Gambaran Penggunaan Apd Pada Petani Penyemprot Pestisida........................42
4.4.1 Distribusi Petani Penyemprot PestisidaBerdasarkan Penggunaan Pestsida 42

BAB V. PEMBAHASAN......................................................................................................44
5.1. Gambaran Pengetahuan Petani TentangAlat Pelindung Diri...............................46
5.2. Gambaran Pengetahuan Petani Tentang Ciri Dan Syarat APD...........................46
5.3. Gambaran Pengetahuan Petani Tentang Jenis APD...............................................48
5.4. Gambaran Pengetahuan Petani Tentang Cara
Masuk Pestsida Dan Gejala Keracunan.....................................................................49

BAB VI . KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................50


6.1. Kesimpulan.........................................................................................................................50
6.2. Saran.....................................................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 4.2.1 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida


Berdasarkan Umur………………………………………… 35
Tabel 4.2.2 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida
Berdasarkan Pendidikan……………………………………. 36
Tabel 4.2.3 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida
Berdasarkan Jenis Kelamin…………………………………. 36
Tabel 4.2.4 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida
Berdasarkan Masa Kerja………………………………….... 37
Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Petani Penyemprot Pestisida
Berdasarkan Pengetahuan………………………………….. 38

Tabel 4.3.1 Distribusi Frekuensi Petani Penyemprot Pestisida berdasarkan


Pengetahuan…………………………………………………. 38
Tabel 4.4.1 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Penggunaan
Pestisida …………………………………………………… 42

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Telah Selesai penelitian

Lampiran 4 Dokumentasi

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Flora Sitorus

Tempat lahir : Pematang Siantar

Tanggal Lahir : 20 Juli 1990

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Protestan

Nama Ayah : Guntar Sitorus

Suku bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Hermawati Rumahorbo

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 122372 P.Siantar : Lulusan Tahun 2002


2. SMP Cinta Rakyat 2 P.Siantar : Lulusan Tahun 2005

3. SMA Negeri 2 / 2008 P.Siantar : Lulusan Tahun 2008

4. D-III Poltekes Medan : Lulusan Tahun 2011

5. FKM USU Medan : Lulusan Tahun 2017

xi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan

tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadang-

kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan,

sehingga perlu digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Alat

pelindung diri merupakan seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh

pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan

adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.(Santoso, 2004)

Menurut Tarwaka (2008) dan Suma’mur (2009), Alat Pelindung Diri

(APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya

dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang

disekitarnya. Peralatan pelindung diri tidak dapat menghilangkan ataupun

mengurangi bahaya yang ada. Pelindung diri hanya dapat mengurangi jumlah

kontak dengan bahaya yang ada dengan cara penempatan penghalang atau tenaga

kerja dengan bahaya. Penggunaan APD oleh pekerja saat bekerja merupakan suatu

upaya untuk menghindari paparan risiko bahaya di tempat kerja. Walaupun upaya

penggunaan APD ini merupakan upaya pada tingkat pencegahan terakhir, namun

penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan untuk digunakan.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Sesuai dengan fungsinya, alat pelindung diri sangat perlu diperhatikan

terutama bila suatu pekerjaan memiliki potensi bahaya yang secara langsung dapat

memapari pekerja baik melalui kontak langsung ataupun melalui paparan

lingkungan. Salah satu pekerjaan yang berisiko melalui kontak langsung dengan

sumber bahaya antara lain pada pekerjaan yang memiliki bahaya kimia seperti

pekerja laboratorium, ahli kimia, toksikolog ataupun profesi lain yang pada intinya

menggunakan bahan kimia dalam pekerjaannya. Salah satu pekerja di sektor

informal yang menggunakan bahan kimia dalam proses kerjanya adalah petani

khususnya penyemprot pestisida.

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Dimaksud hama di sini

adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit

tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian

nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,

burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. (Biotis, 2015)

Menurut data World Health Organization (WHO), penggunaan pestisida

semakin lama semakin tinggi, terutama di negara-negara berkembang seperti di

Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin, tetapi negara-negara

berkembang ini hanya menggunakan 25% dari total penggunaan pestisida di

seluruh dunia. Walaupun negara-negara berkembang ini hanya menggunakan

25%, tetapi dalam hal kematian akibat pestisida, 99% dialami oleh negara-negara

di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat edukasi petani-petani di

negara-negara tersebut sehingga cara penggunaannya sangat tidak aman. Data

Universitas Sumatera Utara


3

/dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan

ada 3 juta orang yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang

terkena racun pestisida dan sekitar 18.000 orang di antaranya meninggal setiap

tahunnya. (Departemen Kesehatan, 2003)

Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan aturan perundangan dapat

berpotensi sebagai pemicu terjadinya kecelakaan kerja seperti keracunan akibat

paparan pestisida. Keracunan akibat pestisida selalu ditandai dengan tidak

seimbangnya kadar enzim cholinesterase dalam darah. Gambaran acetil

kolinesterase darah penjamah pestisida di Kabupaten Karo berdasarkan hasil

laporan kajian Faktor Risiko Lingkungan dan Dampaknya terhadap Kesehatan di

Pertanian Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 menunjukkan

bahwa hasil pemeriksaan acetil cholinestrase darah petani laki-laki dan

perempuan penyemprot dari 60 orang responden yang diambil darahnya, jumlah

yang tidak keracunan sebanyak 25 orang (41,67%), keracunan ringan sebanyak 21

orang (35,0%), sedangkan jumlah yang keracunan sedang sebanyak 14 orang

(23,30%). (Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, 2005)

Tingkat keterpaparan petani dalam penggunaan pestisida sangat tergantung

bagaimana pengetahuan petani dalam menggunakan pestisida. Teknik

penyemprotan yang kadang melawan arah angin, menyebabkan petani menghirup

pestisida tanpa disadarinya. Perilaku penggunaan pestisida yang berlebihan seperti

itu justru menimbulkan masalah baru yakni adanya residu pestisida pada produk

pertanian dan pada akhirnya membahayakan petani dan masyarakat luas baik

keselamatan maupun kesehatan kerjanya (Departemen Kesehatan, 2006)

Universitas Sumatera Utara


4

Menurut Djojosumarto (2004) salah satu langkah untuk menjamin

keselamatan dalam penggunaan pestisida adalah memakai pakaian dan peralatan

perlindungan sejak persiapan penyemprotan, misalnya menakar dan mencampur

pestisida, sampai ketika melakukan aplikasi penyemprotan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2004) dengan

menggunakan uji statistik rank spearman didapatkan bahwa ada hubungan antara

tingkat pendidikan dengan penggunaan alat pelindung diri (0,001<0,05), ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri

(0,007<0,05), tidak ada hubungan antara sikap dengan penggunaan alat pelindung

diri (0,632<0,05), ada hubungan antara kenyamanan dengan penggunaan alat

pelindung diri (0,011<0,05), ada hubungan antara ketersediaan sarana dengan

penggunaan alat pelindung diri (0,010<0,05), ada hubungan antara jenis pestisida

dengan penggunaan alat pelindung diri (0,024<0,05).

Penelitian lain yang dilakukan Aditya di PT. X dengan analisis coefficient

continency menunjukkan bahwa bahwa faktor motivasi memiliki value sebesar

0,707 dan faktor pengetahuan dan sikap memiliki vallue sebesar 0,100 yang

menjelaskan bahwa faktor pengetahuan memiliki hubungan yang sangat lemah

terhadap perilaku pemakaian APD. Sedangakan motivasi memiliki hubungan yang

sangat kuat. Berdasarkan penelitian ini motivasi tidak akan muncul apabila faktor

kognitif (pengetahuan) tidak cukup memberikan kontribusi yang memadai tentang

penggunaan suatu media atau alat dalam hal ini alat pelindung diri. Motivasi

seseorang akan tergerak apabila seseorang menyadari akan pentingnya

Universitas Sumatera Utara


5

sesuatu dan manfaat hal tersebut bagi dirinya, dan hal tersebut sangat

berhubungan dengan pengetahuan dan informasi yang relevan yang diperoleh.

Desa Sumber Mufakat merupakan salah satu desa dengan mayoritas

penduduk bekerja sebagai petani. Dalam melakukan kegiatan bertani sehari-hari

petani tidak terlepas dari penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida cukup

sering dilakukan mengingat jenis tanaman yang ada termasuk golongan tanaman

sayur-sayuran dan buah-buahan disamping tanaman bunga. Untuk jenis tanaman

holtikultutra ini penyemprotan pestisida dilakukan 2 sampai 3 kali sehari, dan bila

hujan hanya dilakukan 1 kali sehari.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada petani penyemprot

pestisidadi Desa Sumber Mufakat, dalam melakukan penyemprotan pestisida

petani tidak menggunakan alat pelindung diri. Terkadang dalam melakukan

penyemprotan hanya memakai sepatu bot dan penutup kepala (topi) saja, dan

terdapat sebagian petani dalam mengaduk pestisida tanpa menggunakan sarung

tangan bahkan ada yang sambil merokok dalam melakukan pengadukan pestisida.

Setelah melakukan penyemprotan petani pernah merasakan panas dikulit

wajah, mata merah dan perih, mengalami gatal dan iritasi, dan sesak nafas. Petani

juga mengatakan mereka tidak mengetahui efek yang ditimbulkan akibat terpapar

pestisida, petani juga tidak membaca aturan penggunaan pestisida dengan baik,

dan tidak mengetahui secara jelas tentang Alat Pelindung Diri (APD). Petani

kurang mendapatkan informasi mengenai Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

dalam melakukan penyemprotan baik informasi dari media ataupun melalui

penyuluhan-penyuluhan dari petugas kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


6

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk menggambarkan

tentang pengetahuan petani penyemprot pestisida tentang penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) selama menggunakan pestisida.

1.2 Rumusan Masalah

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan hal penting yang harus digunakan

petani dalam penyemprotan pestisida. APD merupakan cara yang dilakukan agar

petani tidak terpapar oleh pestisida. Pengetahuan petani penyemprot pestisida

dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) guna melindunginya dari paparan

pestisida yang berbahaya sangatlah penting. Oleh karena itu rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan petani penyemprot

pestisida dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di desa Sumber Mufakat

Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pengetahuan petani

penyemprot pestisida tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Desa

Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Memberikan informasi pada petani akan pentingnya pemakaian APD dalam

melakukan pekerjaan yang berisiko sehingga dapat melakukan pekerjaan

dengan baik dan aman.

Universitas Sumatera Utara


7

2) Sebagai bahan masukan bagi Instansi terkait tentang pelaksanan kesehatan

dan keselamatan kerja yaitu khususnya tentang pemakaian alat pelindung diri.

3) Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam

melakukan penelitian mengenai alat pelindung diri pada petani penyemprot

pestisida.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Kognitif atau pengetahuan merupakan domain terpenting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan

psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang

(Kholid, 2012)

Prasetyo (2015) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang biasanya

diperoleh dari pengalaman dari berbagai sumber misalnya media massa, buku

petunjuk, teman, pengawas di perusahaan maupun tenaga kesehatan yang tersedia

di perusahaan. Seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi diperkirakan dapat

memahami informasi yang disampaikan. Jadi, pada umumnya semakin tinggi

pendidikan formal yang diterima, maka responden tentu semakin baik pemahaman

responden dalam menerima sebuah informasi baru. Pengetahuan merupakan

resultan dari penginderaan terhadap suatu objek melalui dari indera penglihatan

dan pendengaran yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang.

Sehingga pengetahuan bisa didapatkan setiap saat dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

8
Universitas Sumatera Utara
9

telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007):

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

Universitas Sumatera Utara


10

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseliuruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada

suatu kritreria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

Universitas Sumatera Utara


11

subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjelk

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

2.2. Alat Pelindung Diri (APD)

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan

oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan

adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.(Tarwaka, 2008)

Dalam Permenakertrans RI No. 08/MEN/VII/2010 Alat Pelindung Diri atau

APD dapat didefenisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan melindungi

seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di

tempat kerja. Alat pelindung Diri (APD) meliputi penggunaan respirator, pakaian

khusus, kacamata pelindung, topi pengaman, atau perangkat sejenisnya yang bila

dipakai dengan benar akan mengurangi risiko cedera atau sakit diakibatkan oleh

bahaya. Alat pelindung diri adalah merupakan metode terakhir yang digunakan

setelah upaya pengendalian yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara


12

2.2.2 Syarat-Syarat Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Suma’mur (2009) Alat Pelindung Diri (APD) harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

1) Enak (nyaman) dipakai

2) Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan

3) Memberikan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi.

2.2.3 Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Adapun yang menjadi masalah dalam pemakaian alat pelindung diri (APD),

yaitu (Tarwaka, 2008) :

1) Pekerja tidak mau memakai dengan alasan

(1) Tidak sadar/tidak mengerti

(2) Panas

(3) Sesak

(4) Tidak enak dipakai

(5) Tidak enak dipandang

(6) Berat

(7) Mengganggu pekerjaan

(8) Tidak sesuai dengan bahaya yang ada

(9) Tidak ada sangsi

(10) Atasan juga tidak memakai

2) Tidak disediakan oleh perusahaan

(1) Ketidakmengertian

Universitas Sumatera Utara


13

(2) Pura-pura tidak mengerti

(3) Alasan bahaya

(4) Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai)

3) Pengadaan oleh perusahaan

(1) Tidak sesuai dengan bahaya yang ada

(2) Asal beli (terutama memilih yang murah)

2.2.4 Ketentuan tentang Alat Pelindung Diri (APD)

Ketentuan mengenai alat pelindung diri diatur oleh peraturan pelaksanaan

UU No. 1 Thn 1970 yaitu Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins. 2

/M/BW/BK/1984 tentang pengesahan Alat Pelindung Diri; Instruksi Menteri

Tenaga Kerja No. Ins.05/M/BW/97 tentang pengawasan Alat Pelindung Diri,

Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 05/BW/97 tentang Penggunaan Alat

Pelindung Diri dan surat edaran Dirjen Binawas No. SE 06/BW/97 tentang

pendaftaran Alat Pelindung Diri. Instruksi dan Surat Edaran tersebut mengatur

ketentuan tentang pengesahan, pengawasan dan penggunaan alat pelindung diri.

Jenis APD menurut ketentuan tentang pengesahan, pengawasan, dan

penggunaannya meliputi alat pelindung kepala, alat pelindung telinga, alat

pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian kerja, sarung

tangan, alat pelindung kaki, sabuk pengaman, dan lain-lain (Suma’mur, 2009)

Universitas Sumatera Utara


14

2.2.5 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan APD dalam konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini

disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan (reduce

likelihood) namun hanya sekadar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan

(reduce consequences). Sebagai contoh, seseorang yang menggunakan topi

keselamatan bukan berarti bebas dari bahaya tertimpa benda. Namun jika ada

benda jatuh, kepalanya akan terlindung sehingga keparahan dapat dikurangi. Akan

tetapi, jika benda yang jatuh sangat berat atau dari tempat yang tinggi, topi

tersebut mungkin akan pecah karena tidak mampu menahan beban. Alat

keselamatan ada berbagai jenis dan fungsi yang dapat dikategorikan sebagai

berikut (Santoso, 2004):

1) Alat pelindung kepala, untuk melindungi bagian kepala dari benda yang jatuh

atau benturan misalnya topi keselamatan baik dari plastik, aluminium, atau

fiber.

2) Alat pelindung muka, untuk melindungi percikan benda cair, benda padat atau

radiasi sinar dan panas misalnya pelindung muka (face shield) dan topeng las.

3) Alat pelindung mata, untuk melindungi dari percikan benda, bahan cair, dan

radiasi panas, misalnya kacamata keselamatan, dan kacamata las.

4) Alat pelindung pernafasan, untuk melindungi dari bahan kimia, debu uap dan

asap yang berbahaya dan beracun. Alat pelindung pernafasan sangat beragam

seperti masker debu, masker kimia, respirator dan breathing apparatus (BA).

Universitas Sumatera Utara


15

5) Alat pelindung pendengaran, untuk melindungi organ pendengaran dari suara

yang bising misalnya sumbat telinga (ear plug) dan katup telinga (ear muff).

6) Alat pelindung badan, untuk melindungi bagian tubuh khususnya dada dari

percikan benda cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya appron dari kulit,

plastik, dan asbes.

7) Alat pelindung tangan, untuk melindungi bagian jari dan lengan dari bahan

kimia, panas, atau benda tajam misalnya sarung tangan kulit, PVC, asbes, dan

metal.

8) Alat pelindung jatuh untuk melindungi ketika terjatuh dari ketinggian

misalnya ikat pinggang keselamatan (safety belt), harness, dan jaring.

9) Alat pencegah tenggelam melindungi jika jatuh kedalam air misalnya baju

pelampung, pelampung, dan jaring pengaman.

10) Alat pelindung kaki, untuk melindungi bagian telapak kaki, tumit, atau betis

dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan lainnya

misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes, pelindung kaki dan betis.

Untuk melindungi dari kejatuhan benda, sepatu keselamatan dilengkapi

dengan pelindung logam dibagian ujungnya (steel to cap).

Sesuai dengan ketentuan pasal 14C Undang-undang RI Keselamatan Kerja

No. 1 Tahun 1970, pengusaha wajib menyediakan alat keselamatan secara cuma-

cuma sesuai dengan sifat bahayanya. Oleh karena itu, pemilihan alat keselamatan

harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan jenis bahaya serta

diperlakukan sebagai pilihan terakhir (Ramli, 2010)

Universitas Sumatera Utara


16

2.3 Pestisida

2.3.1 Pengertian Pestisida

Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau

mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari

bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud

hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit

tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda

(cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap

merugikan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 pestisida adalah

semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan

untuk (Girsang, 2010) :

1) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2) Memberantas rerumputan.

3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman, tidak termasuk pupuk.

4) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan

dan ternak.

5) Memberantas dan mencegah hama-hama air.

6) Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam

rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan, memberantas atau

mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada

Universitas Sumatera Utara


17

manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada

tanaman, tanah dan air.

Pada umumnya cara kerja pestisida dibedakan menjadi enam macam

yaitu (Djojosumarto, 2008):

1) Racun kontak cara kerjanya hama akan lansung mati bila tersentuh oleh racun

ini.

2) Racun perut cara kerjanya hama akan mati bila memakan bagian tanaman

yang sudah diberi pestisida.

3) Racun sistemik cara kerjanya racun ini akan terserap oleh tanaman dan bila

hama berada dalam tanaman atau memakan bagian tanaman yang

mengandung racun, hama tersebut akan mati.

4) Fumigant cara kerjanya hama akan mati bila menghirup racun ini.

5) Attractant pestisida yang mempunyai daya tarik khas sehingga serangga

tertarik untuk mendekat.

6) Repellent pestisida ini mengeluarkan bau-bauan yang dapat

mengusir serangga.

2.3.2. Jenis Pestisida

Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan yang

akan dikendalikan di antaranya adalah (Wudianto, 2011):

1) Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa

mematikan semua jenis serangga.

Universitas Sumatera Utara


18

2) Fungisida

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa

digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan.

3) Bakterisida

Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang

bisa membunuh bakteri. Serangan bakteri pada tanaman sangat merugikan

petani,dengan ukuranya sangat kecil ini bakteri mudah menerobos masuk

dalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu, dan

lentisel.

4) Nematisida

Nematoda bentuknya seperti cacing kecil yang panjangya lebih dari 1 cm .

Hidup pada lapisan tanah bagian atas. Adanya serangan nematoda pada akar

biasa ditandai dengan adanya gejala yang tampak akar ataupun bagian

tanaman di atas permukaan tanah.

5) Akarisida

Adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang beracun yang digunakan

untuk membunuh tungau, caplak, laba-laba. Bagian tanaman yang diserang

adalah daun, batang, dan buah. Bagian tanaman yang diserang akan merubah

bentuk, timbul bisul-bisul atau buah rontok sebelum waktunya.

6) Rodentisida

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa beracun yang

digunakan untuk mematikan beberapa jenis binatang pengerat,misalnya tikus.

Di bidang pertanian tikus sering menyerang tanaman pangan, dan tanaman

Universitas Sumatera Utara


19

perkebunan waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang cukup tinggi.

7) Molukisida

Molukisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput. Berbagai

jenis tanaman yang diserangnya, merusak persemaian dan tanaman yang baru

tumbuh

8) Herbisida

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk

membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran gulma

diareal pertanaman akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memeroleh

unsur hara, air, dan matahari.

2.3.3 Ruang Lingkup Penggunaan Pesitisida

Pestisida merupakan salah satu zat yang banyak dijumpai dan digunakan

secara luas oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, serta mudah di dapatkan

mulai dari pendesaan sampai perkotaan. Ruang lingkup penggunaan pestisida

meliputi bidang-bidang berikut (Arif, 2014) :

1) Pertanian meliputi subsektor tanaman pangan , tanaman perkebunan,

pertanian, dan karantina, dan pengawetan hasil pertanian.

2) Pengendalian hama penyakit hasil pertanian dalam penyimpanan (gudang),

baik skala besar (oleh Badan Urusan Logistik) maupun perorangan.

3) Kehutanan meliputi pengawetan hasil hutan misalnya pengawetan kayu

gelondongan, kayu gergajiaan, kayu lapis, dan rotan.

Universitas Sumatera Utara


20

4) Kesehatan lingkungan untuk mengendalikan organisme peganggu yang

menyebabkan penyakit manusia misalnya nyamuk, lalat, kecoa, tikus, baik

yang terdapat dalam rumah maupun luar rumah.

5) Bangunan dan perabotan rumah tangga untuk mengendalikan hama dan

penyakit yang menyerang kayu misalnya rayap, bubuk kayu, jamur, dan

bahan lain seperti karpet, kabel listrik, dan cat tembok.

6) Pekerjaan umum untuk mengendalikan gulma di tepi jalan, saluran air, dan

waduk.

7) Bidang perhubungan dan transportasi untuk mengendalikan hama tikus

dalam kapal (derating) yang menjadi persyaratan internasional sebelum

kapal boleh berlabuh/meninggalkan pelabuhan, pengawetan bantalan kereta

api, mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang rumput dibandara.

2.3.4 Aplikasi Pestisida

Penggunaan pestisida yang tidak tepat tentu dapat menimbulkan hal-hal

yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu sebelum menggunakan pestisida perlu

diperhatikan perosedurnya yaitu sebagai berikut :

1) Memilih Pestisida

Memilih bentuk atau formulasi pestisida juga sangat penting dalam

penggunaan pestisida. Formulasi pestisida yang bagaimana yang harus kita pilih,

apakah cairan, butiran, atau bentuk lainnya. Kalau dilihat dari bahaya pelayangan

di udara, pestisida berbentuk butiran paling sedikit kemungkinannya untuk

Universitas Sumatera Utara


21

melayang. Pestisida yang berbentuk cairan, bahaya pelayangannya lebih kecil jika

dibandingkan dengan pestisida berbentuk tepung.

2) Alat yang Digunakan dalam Aplikasi Pestisida

Menurut Wudianto (2011)alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida

tergantung formulasi yang digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran (granula)

untuk menyebarkan tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau

alat lainnya yang bisa digunakan untuk menampung pestisida tersebut dan sarung

tangan agar tangan tidak berhubungan langsung dengan pestisida. Sedangkan

pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus.

Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik pohon

kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang.

Alat penyemprot yang biasa digunakan yaitu penyemprot gendong, pengabut

bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Duster), mesin penyemprot

tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya.

3) Teknik dan Cara Aplikasi

Teknik dan cara aplikasi ini sangat penting diketahui oleh pengguna

pestisida, terutama untuk menghindarkan bahaya pemaparan pestisida terhadap

tubunya, orang lain dan lingkungannya. Ada beberapa petunjuk dan teknik serta

cara aplikasi pestisida yang diberikan oleh pemerintah yaitu:

(1) Gunakanlah pestisida yang telah terdaftar dan memeroleh izin dari

menteri Pertanian R.I Jangan sekali-sekali menggunakan pestisida yang

belum terdaftar dan memeroleh izin.

Universitas Sumatera Utara


22

(2) Pilihlah pestisida yang sesuai dengan hama atau penyakit tanaman serta

jasad sasaran lainnya yang akan dikendalikan, dengan cara lebih dahulu

membaca keterangan kegunaan pestisida dalam label pada wadah

pestisida.

(3) Belilah pestisida dalam wadah asli yang tertutup rapat dan tidak bocor

juga tidak rusak, dengan label asli yang berisi keterangan lengkap dan

jelas, jangan membeli dan menggunakan pestisida dengan label dalam

bahasa asing.

(4) Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum

bekerja dengan pestisida itu.

(5) Lakukanlah penakaran, pengenceran atau pencampuran pestisida di

tempat terbuka atau dalam ruangan dalam ventilasi baik.

(6) Pakailah sarung tangan dan gunakanlah wadah, alat pengaduk dan alat

penakar khusus untuk pestisida.

(7) Gunakanlah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Jangan

menggunakan pestisida dengan takaran yang berlebihan atau kurang

karena dapat mengurangi keefektifannya.

(8) Periksalah alat penyemprot dan usahakanlah supaya dalam keadaan baik,

bersih dan tidak bocor.

(9) Hindarkanlah pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit,

mata, mulut dan pakaian.

(10) Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum

Universitas Sumatera Utara


23

bekerja dengan perban. Pestisida lebih mudah terserap melalui kulit yang

terluka.

(11) Selama menyemprot pakailah alat pengaman, berupa masker penutup

hidung dan mulut, sarung tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju

berlengan panjang.

(12) Jangan menyemprot melawanan dengan arah angin.

(13) Waktu yang baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadi aliran

udara naik (thermik) yaitu antara pukul 08.00-11.00 WIB atau sore hari

pukul 15-18.00 WIB. Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore

mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan

terlalu lama mengering mengakibatkan tanaman yang disemprot

keracunan.

(14)Penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan

pakaian yang digunakan segera dicuci.

(15)Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan

penyemprotan.

(16)Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air

bekas cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan

sungai.

4) Tempat Menyimpan Pestisida

Tempat menyimpan pestisida biasa berupa lemari atau peti khusus atau

biasa juga ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan

piaraan. Bila perlu tempat penyimpanan ini dikunci kemudian letakkan tempat

Universitas Sumatera Utara


24

penyimpanan ini jauh dari tempat bahan makanan, minuman, dan sumber api.

Peletakan pestisida tidak dianjurkan di gudang bahan makanan. Usahakan tempat

pestisida mempunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena matahari langsung, dan

tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak.

5) Mengelola wadah Pestisida

Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya. Bila

terkena uap air atau zat asam, pestisida bisa rusak dan tidak efektif lagi.

Pindahkan isi bila wadah bocor ke tempat yang merek dagangnya sama dengan

petunjuk yang masih jelas. Bila tidak ada, pindahkan ke tempat lain yang tertutup

rapat dengan menuliskan keterangan mengenai merek dagangnya, bahan aktifnya,

kegunaannya, dan cara penggunaanya. Wadah pestisida yang sudah tidak berguna

tidak dimanfaatkan untuk keperluan lain atau dengan cara mengubur wadah

tersebut jauh dari sumber air.

2.3.5. Dampak Pestisida terhadap Kesehatan Manusia

Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan,

tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.

Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh

orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami

pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-

muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-

kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian

Universitas Sumatera Utara


25

tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan

kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun.

Pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan manusia adalah dapat

mengganggu metabolisme steroid, merusak fungsi tiroid, berpengaruh terhadap

spermatogenesis; terganggunya sistem hormon endokrin (hormon reproduksi) atau

yang lebih dikenal dengan istilah EDs (Endocrine Disrupting Pesticides),

disamping dapat merangsang timbulnya kanker. Gejala keracunan akut pada

manusia adalah paraestesia, tremor, sakit kepala, keletihan dan muntah. Efek

keracunan kronis pada manusia adalah kerusakan sel-sel hati, ginjal, sistem saraf,

sistem imunitas dan sistem reproduksi.

Gejala kearacunan secara umum yang berkaitan dengan pestisida, yang

mungkin timbul sendiri atau bersama-sama, diantara gejala umum yang sering kita

alami jika mengalami keracunan pestisida yaitu kelemahan atau kelelahan yang

berlebihan, kulit iritasi, terbakar, keringat berlebihan, perubahan warna.

Sementara untuk gejala keracunan pestisida pada mata ditandai dengan Iritasi,

terbakar, air mata berlebihan, kaburnya penglihatan, biji mata mengecil atau

membesar.

Pada saluran pencernaan orang yang mengalami gejala keracunan pestisida

akan ditandai dengan mulut dan kerongkongan yang terbakar, air ludah yang

berlebihan, mual, muntah, perut kejang atau sakit, dan mencret. Keracunan

pestisida dapat juga menimbulkan gangguan pada sistem syaraf yang ditandai

dengan gejala kesulitan bernapas, napas berbunyi, batuk, dada sakit, atau kaku.

Universitas Sumatera Utara


26

Pestisida golongan Organofospat berdampak apabila masuk kedalam

tubuh, baik melalui kulit, mulut, dan saluran pencernaan maupun saluran

pernapasan, pestisida organofosfat akan berikatan dengan enzim dalam darah yang

berfungsi mengatur bekerjanya syaraf, yaitu kholinesterase. Apabila

kholinesterase terikat, maka enzim tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya

sehingga syaraf dalam tubuh terus menerus mengirimkan perintah kepada otot-

otot tertentu. Dalam keadaan demikian otot-otot tersebut senantiasa bergerak-

gerak tanpa dapat dikendalikan.

Di samping timbulnya gerakan-gerakan otot-otot tertentu, tanda dan gejala

lain dari keracunan pestisida organofosfat adalah pupil atau celah iris mata

menyempit sehingga penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut berbusa, atau

mengeluarkan banyak air liur, sakit kepala, rasa pusing, berkeringat banyak, detak

jantung yang cepat, mual, muntah-muntah, kejang pada perut, mencret sukar

bernapas, otot-otot tidak dapat digerakkan atau lumpuh dan pingsan (Anonim,

2014)

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif

dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran

pengetahuan petani penyemprot pestisida tentang penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) di Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo tahun

2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe

Kabupaten Karo. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan para petani penyemprot

pestisida yang masih belum menggunakan pelindung diri atau APD yang baik dan

belum mengetahui secara jelas untuk menggunakan APD selama melakukan

proses penyemprotan pestisida.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan sejak bulan April 2017 hingga Juli 2017 yang

diawali dari survey pendahuluan, penyusunan proposal, penelitian hingga

penyusunan hasil penelitian.

27
Universitas Sumatera Utara
28

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah seluruh petani penyemprot pestisida yang

bekerja/berada di Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

dan memiliki lahan pertanian holtikulturan (sayur-sayuran dan buah-buahan) yang

cukup sering menggunakan pestisida, berjumlah 125 petani.

3.3.2 Sampel Penelitian

Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan


rumus Lameshow sebagai berikut :
.p.
2 .
n
) .p.
d2(

Dengan menggunakan rumus maka dapat diketahui sampel sebagai

berikut:

n 2
,9 . 2 .0, .0,

2
0, 2
.( 2 ) ,9 .0, .0,

20
n
2,2

n ,

Keterangan :

n : Besar sampel minimal

N : Jumlah populasi

: Standar deviasi normal untuk 1,69 untuk 95%

Universitas Sumatera Utara


29

D : Derajat ketetapatan yang digunakan oleh 90% atau 0,1


P : Proporsi target populasi adalah 0,5

Q : Proporsi tanpa atribut 1-p = 0,5

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh sampel sebesar 54,5 orang

dengan pembulatan keatas maka diperoleh sampel sebesar 55 orang. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Simple random Sampling, yaitu

pengambilan sampel dengan cara acak.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1) Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan petani

penyemprot pestisida yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang

diberikan kepada responden yaitu petani yang bekerja/berada di Desa Sumber

Mufakat Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Untuk mendukung gambaran

pengetahun juga dilakukan observasi mengenai pestisida dan penggunaan APD

berdasarkan proses penggunaan pestisida.

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui pencatatan berbagai dokumen di lokasi

penelitian yang berkaitan dengan penelitian berupa literatur kepustakaan, profil

desa dan gambaran wilayah Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe

Kabupaten Karo.

Universitas Sumatera Utara


30

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabe Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Petani Penyemprot

Pestisida tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang diteliti adalah :

1) Petani penyemprot pestisida adalah pekerja atau petani yang bekerja di

lahan pertanian sayur dan buah terutama melakukan penyemprotan

pestisida secara rutin setiap harinya.

2) Pengetahuan adalah pemahaman petani tentang pentingnya penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) pada penggunaan pestisida khususnya saat

melakukan penyemprotan dengan pestisida.

Pemahaman yang diharapkan meliputi komponen:

a. Defenisi APD : adalah suatu uraian yang sistematis atau suatu konsep

yang menjelaskan pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

b. Jenis dan fungsi APD adalah jenis APD yang digunakan sesuai dengan

fungsinya untuk melindungi petani penyemprot pestisida dari paparan

pestisida. Dalam hal ini pada penyemprotan tanaman tinggi diharuskan

menggunakan APD berupa masker, kaca mata, topi pelindung dan

pakaian pelindung, sarung tangan dan sepatu. Untuk tanaman rendah

diharuskan menggunakan masker, sarung tangan, pakaian pelindung

dan sepatu.

Universitas Sumatera Utara


31

c. Alasan penggunaan APD: adalah suatu pernyataan yang merupakan

penyebab petani untuk menggunakan APD. Secara operasional lebih

diarahkan berdasarkan risiko bahaya penggunaan pestisida terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja

d. Kriteria APD: adalah suatu pemahaman mengenai hal-hal yang harus

dipenuhi dalam Alat Pelindung Diri (APD) meliputi kenyamanan APD

dan kesesuaian APD

3) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat perlindungan diri yang

dipakai oleh petani pada saat melakukan penyemprotan pestisida untuk

menghindari dari paparan bahan kimia yang berasal dari pestisida yang

digunakan. Dalam penggunaannya dilakukan pengamatan (observasi)

4) Pestisida adalah bahan kimia yang beracun yang digunakan untuk

membunuh organisme perusak tanaman yang digunakan petani. Secara

operasional pestisida diklasifikasikan menurut jenis dan dampaknya, cara

peyimpanan dan cara pembuangan pestisida

5) Proses penggunaan pestisida adalah suatu proses dimana pestisida

digunakan dan dianjurkan juga dengan penggunaan APD yang sesuai.

Secara operasional proses penggunaan pestisida dan APD diamati mulai

dari proses pencampuran pestisida dan proses penyemprotan pestisida.

Universitas Sumatera Utara


32

3.6 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan

analisa univariat dan diuraikan secara deskriptif. Penyajian data diuraikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi ataupun diagram yang berfungsi sebagai

gambaran pengetahuan petani penyemprot pestisida tentang penggunaan APD.

Data yang diperoleh akan diolah sebagai berikut:

1. Editing, memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data

2. Coding, menyederhanakan data dengan memberikan kode-kode tertentu

3. Processing, setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga

telah melewati tahap pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah

memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan

cara meng-entry data dari kuesioner dan hasil observasi ke paket program

komputer

4. Cleaning (pembersihan data), merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan

tersebut dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry ke komputer.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabanjahe adalah nama sebuah Kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera

Utara, Indonesia. Kabanjahe yang juga merupakan Ibukota Kabupaten Karo ini

secara geografis berada di Barat Laut ProvinsiSumatera Utara dengan luas daerah

2
sekitar 2.127,25 km dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kota

Kabanjahe hanya berjarak 76 km dari pusat kota Medan dan 10 km dari kota

Berastagi yang berhawa sejuk dengan panorama dua gunung api yang masih aktif,

yakni Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Kabanjahe menjadi kota

perlintasan bagi wisatawan yang hendak ingin menikmati hawa daerah

pegunungan. (BPS, 2015)

Salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Kabanjahe ini adalah

desa Sumber Mufakat. Desa Sumber Mufakat berada di jalan lintas Medan-

Kabanjahe dan tidak terlalu jauh dari kota Berastagi. Desa Sumber Mufakat

2
sebagai salah satu desa di kecamatan Kabanjahe memiliki luas wilayah 5,50 km

dengan rasio terhadap total luas kecamatan sebesar 12,32%. Masyarakat desa

Sumber Mufakat mayoritas bekerja sebagai pedagang dan petani, namun ada juga

yang bekerja sebagai PNS di institusi pemerintahan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala desa Sumber Mufakat, hasil

produksi pertanian yang dihasilkan di desa Sumber Mufakat beragam dimulai dari

33
Universitas Sumatera Utara
34

tanaman bunga, cabai, labu jipang, tomat, kol, terong dan sebagainya. Lahan

pertanian tidak terlalu luas dan hampir semua penduduk mengelola lahan

pertaniannya sendiri. Hasil pertanian biasanya dijual di pasar-pasar tradisional

yang ada di Kabupaten Karo.

4.2. Karakteristik Petani Penyemprot Pestisida di Desa Sumber Mufakat

Kabanjahe Tahun 2017

Adapun karakteristik petani penyemprot pestisida antara lain meliputi

karakteristik berdasarkan umur, jenis kelamin, masa kerja, dan pendidikan petani

penyemprot pestisida di desa Sumber Mufakat.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data karateristik petani penyemprot

pestisida sebagai berikut:

4.2.1 Distribusi Umur Petani Penyemprot Pestisida di Desa Sumber Mufakat

Kabanjahe tahun 2017

Karakteristik umur merupakan salah satu karakteristik individu yang

paling melekat dan memiliki hubungan erat dengan suatu kejadian termasuk salah

satunya masalah kesehatan. Semakin tua umur seseorang maka semakin

berkurang fungsi tubuh dalam mengendalikan kesehatan seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 55 petani penyemprot

pestisida, umur termuda adalah 20 tahun dan petani penyemprot pestisida

didominasi oleh umur lanjut usia. Rata-rata petani penyemprot pestisida berada

pada rentang umur yang tidak produktif yaitu >45 tahun yaitu sebanyak 35 orang

Universitas Sumatera Utara


35

(54,5 %). Bahkan petani yang termasuk dalam umur lanjut usia terdapat sebanyak

5 orang (9,09%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2.1.

Tabel 4.2.1 Distribusi Petani penyemprot pestisida Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah Persentase


(Tahun) (%)

1. 20-29 8 14,55
2. 30-39 12 21,82

3. 40-49 17 30,91

4. 50-59 13 23,64

5. 60-69 5 9,09

Total 55 100

4.2.2 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat berperan dalam

peningkatan pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang

diharapkan menunjukkan kemampuan intelektual yang semakin tinggi juga.

Dalam penelitian ini pendidikan dibedakan atas empat kategori yaitu

petani penyemprot pestisida dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan

Akademi/Perguruan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 55

petani penyemprot pestisida, petani penyemprot pestisida dengan pendidikan tidak

sekolah sebanyak 8 orang (14,5%), SD sebanyak 11 orang (20,0%), SLTP

Universitas Sumatera Utara


36

sebanyak 25 orang (45,5%), dan SLTA sebanyak 11 orang (20,0%). Hasil

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.2.

Tabel 4.2.2 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase


(%)

1. Tidak sekolah 8 14,5


2. SD 11 20,0

3. SLTP 25 45,5

4. SLTA 11 20,0

Total 55 100

4.2.3 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik yang dapat berpengaruh

terhadap kerentanan terhadap kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian,

petani penyemprot pestisida berjenis kelamin laki-laki sebanyak 47 orang dan

perempuan sebanyak 8 orang.

Tabel 4.2.3 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Jenis

Kelamin

No. Umur Jumlah Persentase


(Tahun) (%)
1. Laki-laki 47 85,5
2. Perempuan 8 14,5

Total 55 100

Universitas Sumatera Utara


37

4.2.4. Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Masa Kerja

Karakteristik individu berupa masa kerja merupakan salah satu

karakteristik yang penting. Dengan semakin lamanya petani bekerja sebagai

penyemprot pestisida maka semakin tinggi kemungkinan petani telah terpapar

pestisida.

Masa kerja petani penyemprot pestisida di desa Sumber Mufakat minimal

10 tahun dan bahkan terdapat petani yang telah menyemprot pestisida hingga 55

tahun bahkan 60 tahun untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2.4 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Masa Kerja

No. Masa kerja Jumlah Persentase


(%)

1. 0-10 tahun 4 7,27


2. 11-20 tahun 15 27,27

3. 21-30 tahun 7 12,73

4. 31-40 tahun 20 36,36

5. 41-50 tahun 7 12,73

6. 51-60 tahun 2 3,64

Total 55 100

Universitas Sumatera Utara


38

4.3. Gambaran Pengetahuan Petani Penyemprot Pestisida Tentang

Penggunaan Pestisida

Pengetahuan petani dalam menggunakan alat pelindung diri merupakan

salah satu faktor yang digali dalam penelitian ini. Petani yang sudah lama bergelut

dengan pestisida rata-rata mengetahui apa fungsi dan ciri alat pelindung diri yang

benar dan tepat bahkan risiko tidak menggunakan pestisida juga diketahui petani.

Pada dasarnya petani mengetahui bahwa penggunaaan alat pelindung diri berguna

untuk mengurangi risiko bahaya pestisida yang dapat menimbulkan kecelakaan

kerja dan gangguan kesehatan. Petani juga mengetahui bahaya pestisida yang

dapat masuk ke tubuh dan menimbulkan keracunan pestisida yang mana

mengharuskan petani menggunakan alat pelindung diri selama menyemprot

pestisida.

Berikut merupakan distribusi frekuensi petani penyemprot pestisida

berdasarkan pengetahuan petani tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Tabel 4.3.1. Distribusi Frekuensi Petani Penyemprot Pestisida

Berdasarkan Pengetahuan

Pertanyaan Jawaban Total


Benar Salah
N % n % N %
1. APD adalah alat yang dipakai
untuk melindungi pekerja dari
53 96,4 2 3,6 55 100
bahaya dan penyakit akibat
kerja
2. Ciri-ciri APD yang baik adalah
dapat melindungi pekerja,
nyaman, tidak mengganggu 54 98,2 1 1,8 55 100
kerja dan tidak digunakan
secara bergantian

Universitas Sumatera Utara


39

3. APD harus memenuhi syarat,


enak (nyaman) dipakai, tidak
27 49,1 28 50,9 55 100
mengganggu pelaksanaan
pekerjaan dan mahal
4. Masker adalah APD yang
digunakan untuk melindungi
54 98,2 1 1,8 55 100
pernafasan dari pestisida pada
saaat penyemprotan
5. Pemilihan jenis APD yang tepat
dalammelakukan penyemprotan
pestisida adalah harus dalam
51 92,7 4 7,3 55 100,0
keadaan baik (tidak rusak) dan
sesuai dengan APD yang
digunakan
6. Bahaya yang dapat terjadi jika
tidak memakai sepatu boot
44 80,0 11 20,0 55 100
adaah iritasi kulit, terjatuh,
tertusuk patahan kayu
7. Akibat bila tidak menggunakan
APD bisa menimbulkan
40 72,7 15 27,3 55 100
kecelakaan dengan gangguan
kesehatan
8. Pengendalian teknis risiko
kecelakaan kerja diantaranya
38 69,1 17 30,9 55 100
melakukan pekerjaan tidak
sesuai prosedur atau ketentuan
9. APD dapat mencegah
terjadinya keracunan pestisida
pada saaat melakukan 49 89,1 6 10,9 55 100
penyemprotan dan selesai
melakukan penyemprotan
10. Pestisida merupakan zat kimia
yang digunakan untuk
membunuh atau mengendalikan 55 100,0 0 0,0 55 100
hama
11. Tanda dan gejala keracunan
pestisida adalah mual, muntah, 51 92,7 4 7,3 55 100
kulit terasa gatal-gatal 55 100,0 0 0,0 55 100
12. Cara masuk pestisida ke dalam
tubuh kita melalui mulut, kulit,

Universitas Sumatera Utara


40

dan saluran pernafasan


13. APD dipakai saat bekerja agar
kulit tidak kontak dengan 52 94,5 3 5,5 55 100
pestisida
14. Pekerjaan sebagai penyemprot
pestisida merupakan pekerjaan 5 9,1 50 90,9 55 100
tidak berisiko
15. Pada saat penyemprotan harus
memakai alat pelindung diri 50 90,9 5 9,1 55 100
yang lengkap

Berdasarkan distribusi frekuensi diatas, dapat terlihat petani

penyemprot pestisida di desa Sumber Mufakat memiliki pengetahuan tentang

pestisida yang baik. Semua petani penyemprot pestisida (100%) mengetahui

bahwa pestisida merupakan zat kimia yang digunakan untuk membunuh atau

mengendalikan hama. Di samping itu petani juga mengetahui bahwa pestisida

yang digunakan dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui mulut, kulit, dan saluran

pernafasan.

Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa masih ada sebanyak 5 orang

(9,1%) yang tidak mengetahui bahwa bekerja sebagai petani penyemprot pestisida

merupakan pekerjan yang berisiko dan 50 orang petani mengetahui bahwa

pekerjaan sebagai penyemprot pestisida merupakan pekerjaan yang berisiko

sehingga pada saat penyemprotan harus memakai alat pelindung diri yang

lengkap.

Dari penelitian juga yaitu sebanyak 27 orang (49,1%) petani merasa bahwa

menggunakan APD selama melakukan penyemprotan tidak memberi rasa nyaman,

terkadang bila memakai kaca mata sering berembun bahkan menggunakan APD-

pun masih terkena dengan pestisida. Hal ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


41

hasil penelitian bahwa APD harus memenuhi syarat, enak (nyaman) dipakai, tidak

mengganggu pelaksanaan pekerjaan dan mahal yang dinyatakan sebanyak 28

orang (5,9%) dari petani penyemprot pestisida.

4.4. Gambaran Penggunaan APD Pada Petani Penyemprot Pestisida

4.4.1 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan Penggunaan

Pestisida

Selama melakukan penyemprotan pestisida, Petani sangat dianjurkan

menggunakan Alat Pelindung Diri untuk menghindari kontak langsung dengan

pestisida yang merupakan bahan kimia beracun yang dapat berdampak pada

keselamatan dan kesehatan petani saat menggunakan pestisida. Adapun alat

pelindung diri yang dianjurkan meliputi pelindung kepala, pelindung wajah/muka,

pelindung mata, pelindung pernafasan, pelindung tubuh, pelindung tangan dan

pelindung kaki.

Berdasarkan hasil penelitian hanya 2 orang (3,6%) petani yang

menggunakan pelindung diri dengan lengkap. Selebihnya petani hanya

menggunakan sebagian pelindung diri terutama kain penutup kepala ataupun topi

dan sepatu. Dalam hal ini terdapat 44 orang yang menggunakan pelindung diri

namun tidak lengkap yaitu sebanyak 22 orang (40%). Berdasarkan hasil observasi

dan penelitian terdapat juga petani penyemprot pestisida yang tidak menggunakan

pelindung diri selama menggunakan pestisida yaitu sebanyak 31 orang (56,36%).

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 4.4.1 Distribusi Petani Penyemprot Pestisida Berdasarkan


Pengunaan APD
No. Penggunaan APD Jumlah Persentase
(%)

1. Menggunakan lengkap 2 3,64


2. Menggunakan tidak lengkap 22 40
3. Tidak menggunakan 31 56,36

Total 55 100

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

Penggunaan APD dalam konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini

disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan (reduce

likelihood) namun hanya sekadar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan

(reduce consequences). Sebagai contoh, seseorang yang menggunakan topi

keselamatan bukan berarti bebas dari bahaya tertimpa benda. Namun jika ada

benda jatuh, kepalanya akan terlindung sehingga keparahan dapat dikurangi. Akan

tetapi, jika benda yang jatuh sangat berat atau dari tempat yang tinggi, topi

tersebut mungkin akan pecah karena tidak mampu menahan beban. Alat

keselamatan ada berbagai jenis dan fungsi yang dapat dikategorikan sebagai

berikut.

1) Alat pelindung kepala, untuk melindungi bagian kepala dari benda yang jatuh

atau benturan misalnya topi keselamatan baik dari plastik, aluminium, atau

fiber.

2) Alat pelindung muka, untuk melindungi percikan benda cair, benda padat atau

radiasi sinar dan panas misalnya pelindung muka (face shield) dan topeng las.

3) Alat pelindung mata, untuk melindungi dari percikan benda, bahan cair, dan

radiasi panas, misalnya kacamata keselamatan, dan kacamata las.

43
Universitas Sumatera Utara
44

4) Alat pelindung pernafasan, untuk melindungi dari bahan kimia, debu uap dan

asap yang berbahaya dan beracun. Alat pelindung pernafasan sangat beragam

seperti masker debu, masker kimia, respirator dan breathing apparatus (BA).

5) Alat pelindung pendengaran, untuk melindungi organ pendengaran dari suara

yang bising misalnya sumbat telinga (ear plug) dan katup telinga (ear muff).

6) Alat pelindung badan, untuk melindungi bagian tubuh khususnya dada dari

percikan benda cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya appron dari kulit,

plastik, dan asbes.

7) Alat pelindung tangan, untuk melindungi bagian jari dan lengan dari bahan

kimia, panas, atau benda tajam misalnya sarung tangan kulit, PVC, asbes, dan

metal.

8) Alat pelindung jatuh untuk melindungi ketika terjatuh dari ketinggian

misalnya ikat pinggang keselamatan (safety belt), harness, dan jaring.

9) Alat pencegah tenggelam melindungi jika jatuh kedalam air misalnya baju

pelampung, pelampung, dan jaring pengaman.

10) Alat pelindung kaki, untuk melindungi bagian telapak kaki, tumit, atau betis

dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan lainnya

misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes, pelindung kaki dan betis.

Untuk melindungi dari kejatuhan benda, sepatu keselamatan dilengkapi

dengan pelindung logam dibagian ujungnya (steel to cap).

Alat Pelindung Diri merupakan salah satu perlengkapan yang dapat

digunakan untuk melindungi anggota tubuh dari paparan bahaya di lingkungan

kerja. Pada pengguna pestisida yang memiliki potensi bahaya kimia akibat

Universitas Sumatera Utara


45

pestisida yang digunakan sangat dianjurkan untuk menggunakan Alat Pelindung

Diri selama melakukan penyemprotan pestisida. Hal ini dapat bermanfaat untuk

mengurangi kontak langsung dengan bahan kimia yaitu pestisida yang digunakan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa petani di desa Sumber

Mufakat mengetahui bahwa APD adalah alat yang dipakai untuk melindungi

pekerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja yaitu dengan menjawab benar

sebanyak 53 orang (96,4%). Namun hanya 40 (72,7%) orang yang mengetahui

akibat bila tidak menggunakan APD bisa menimbulkan kecelakaan dengan

gangguan kesehatan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan petani mengetahui

bila tidak menggunakan APD maka pestsida sering terkena ke tubuh misalnya

tangan, mata dan kaki. Namun petani merasa bahwa hal tersebut tidak berbahaya

karena tidak ada keluhan selain panas, kulit memerah dan mata perih. Keluhan

tersebut akan hilang bila dicuci setelah menyemprot pestisida.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 54 orang (98,2%) petani di

desa Sumber Mufakat mengetahui bahwa ciri-ciri APD yang baik adalah dapat

melindungi pekerja, nyaman, tidak mengganggu kerja dan tidak digunakan secara

bergantian. Namun hal ini berbanding jauh dengan syarat yang harus dipenuhi

APD yaitu hanya 27 orang (49,1%) yang menyatakan bahwa APD yang dimiliki

dan digunakan nyaman dipakai. Sebagian besar petani merasa kurang nyaman

menggunakan APD karena mengganggu pelaksanaan kegiatan. Keluhan yang

dirasakan petani bila menggunakan pestisida adalah susah bergerak, bernafas,

Universitas Sumatera Utara


46

panas dan tidak nyaman. Terkadang merasa berat, panas dan bila tidak memiliki

APD petani juga menganggap bahwa APD tersebut mahal.

Hal ini menunjukkan adanya pertentangan dalam pemakaian APD dimana

pada dasarnya petani mengetahui akibat yang akan dialami bila tidak

menggunakan APD namun petani juga merasa tidak nyaman bila menggunakan

APD selama bekerja. Hal ini sesuai menurut Santoso (2004) dimana yang menjadi

masalah dalam pemakaian alat pelindung diri (APD), yaitu: pekerja tidak mau

memakai dengan alasan tidak sadar/tidak mengerti, panas, sesak, tidak enak

dipakai, tidak enak dipandang, berat, mengganggu pekerjaan, tidak sesuai dengan

bahaya yang ada, tidak ada sanksi, atasan juga tidak memakai.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maupun pengetahuan petani tentang

penggunaan pestisida tidak akan mampu merubah perilaku mereka untuk

menggunakan APD selama bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian Marsaulina

(2005) yang menyatakan bahwa petani yang berpendidikan tinggi maupun rendah

menggunakan pestisida sesuai kebiasaan di masyarakat. Sebagian besar petani

menggunakan pestisida tidak sesuai dengan dosis dan kegunaannya. Kebiasaan ini

terus berlangsung karena tidak mau dikatakan berbeda dengan orang lain. Sesuai

dengan penelitian Handojo (2000) yang dikutip oleh Marsaulina bahwa tidak ada

hubungan antara tingkat pendidikan dengan terjadinya keracunan pestisida.

Apabila petani penyemprot pestisida tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

sesuai dengan jenis dan fungsinya maka keterpaparan pestisida juga akan terjadi

dengan sendirinya. Dalam hal ini pemilihan jenis APD yang merupakan faktor

Universitas Sumatera Utara


47

utama untuk diperhatikan. Dalam aturannya APD yang digunakan sebaiknya

aman, nyaman dan terbuat dari bahan yang mampu menghindari kontak langsung

dengan pestisida seperti plastik tebal ataupun karet. Namun juga diharapkan APD

tersebut tidak memberikan dampak tambahan bagi penggunanya. Di samping itu

APD yang digunakan juga haruslah sesuai dengan ukuran tubuh pengguna

sehingga akan memberikan kenyamanan selama menggunakannya.

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 50 orang (90,9%) petani mengetahui

bahwa pada saat penyemprotan harus memakai alat pelindung diri yang lengkap.

Di samping itu, 51 orang (92,7%) petani mengetahui bahwa pemilihan jenis APD

yang tepat dalam melakukan penyemprotan pestisida adalah harus dalam keadaan

baik (tidak rusak) dan sesuai dengan APD yang digunakan. Sebanyak 54 orang

(98,2%) petani juga mengetahui bahwa masker adalah APD yang digunakan untuk

melindungi pernafasan dari pestisida pada saaat penyemprotan. Hal ini

menunjukkan bahwa petani sudah mengetahui akan pentingnya menggunakan

APD dan jenis APD yang digunakan. Namun menurut hasil pengamatan peneliti,

jenis APD yang dianggap pelindung bagi petani adalah masker. Sedangkan untuk

APD seperti topi, pakaian lengan panjang, sepatu dan sarung tangan tidak begitu

dibutuhkan petani karena petani mengatasi kontak langsung dengan pestisida

dengan menganggap bahwa menggunakan pakaian lengan panjang, sepatu boot

dan penutup sarung di kepala sudah cukup untuk menghindari kontak dengan

pestisida. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dimana 52 orang (94,5%)

petani menyatakan bahwa APD dipakai saat bekerja agar kulit tidak kontak

dengan pestisida.

Universitas Sumatera Utara


48

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa petani mengetahui dengan

benar bahwa cara masuk pestisida ke dalam tubuh kita melalui mulut, kulit, dan

saluran pernafasan yaitu sebanyak 55 orang (100%). Hal ini menunjukkan bahwa

petani memahami benar bahwa pestisida tersebut dapat masuk ke dalam tubuh bila

tertelan, terpercik dan terhirup. Petani mengakui hal tersebut diketahui karena

sering ada pemberitahuan dari Dinas Pertanian tentang bahaya menggunakan

pestisida. Petani sering diingatkan untuk hati-hati dalam menggunakan pestisida

dan selalu mencuci tangan atau mandi bila telah menggunakan pestisida atau

setelah menyemprot pestisida. Setiap selesai menyemprot petani juga selalu

mencuci pompa gendong dan dibersihkan setiap selesai menyemprot.

Sebanyak 51 orang (92,7%) petani mengetahui bahwa tanda dan gejala

keracunan pestisida adalah mual, muntah, kulit terasa gatal-gatal. Namun menurut

pengakuan petani dinyatakan bahwa keluhan tersebut mereka rasakan saat di

awal-awal menggunakan pestisida. Petani pernah merasa mual dan pusing setelah

menggunakan pestisida namun diabaikan begitu saja karena setelah istirahat rasa

tersebut hilang dengan sendirinya. Karena menurut petani keluhan tersebut tidak

ada lagi maka hanya sebanyak 5 orang (9,1%) petani di desa Sumber Mufakat

menganggap bahwa pekerjaan sebagai penyemprot pestisida merupakan pekerjaan

tidak berisiko.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sartono

(2002:8) yang mengemukakan bahwa keracunan pestisida dapat terjadi karena

masuknya pestisida yang berlebih atau karena mengabaikan prosedur keamanan,

kesehatan dan keselamatan kerja serta peralatan kerja yang kurang memadai.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Petani desa Sumber Mufakat mengetahui pentingnya menggunakan APD

selama menggunakan pestisida

2. Petani desa Sumber Mufakat mengetahui jenis dan ciri APD yang sesuai

dalam penggunaan pestisida

3. Petani mengetahui bahaya dan gejala keracunan akibat penggunaan pestisida

6.2. Saran

1. Petani diharapkan dapat menggunakan APD sesuai dengan jenis dan fungsinya

selama menggunakan pestisida.

2. Diharapkan Kepala Desa Sumber Mufakat dapat menetapkan penghargaan dan

sanksi serta Pemberdayaan bagi petani dalam hal penggunaan APD.

50
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Dampak penggunaan pestisida [artikel di internet]. 2013 [diunduh 02


Oktober 2014]. Tersedia dari : http://agrogreenland.blogspot.com.

Arif. Petunjuk pemakaian pestisida [artikel di internet]. 2013 [diunduh 02 Oktober


2014]. Tersedia dari : http://arif1505.blogspot.com.

Aditya Reino Susanto dan Denny Ardyanto, 2015. Hubungan Faktor Predisposing,
Reinforcing, dan Enabling pada pekerja Sandblasting di PT. X, The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health, Vol 4. No.1, Jan-Jun 2015 pp: 11-21

Biotis Agrindo. Pestisida [artikel di internet]. 2012 [diunduh 30 September 2014].


Tersedia dari : http://www.biotis.co.id.

Departemen Kesehatan. Pedoman Pengamanan Penggunaan Pestisida Khusus


Untuk Petani dan Operator Pestisida, Jakarta: Ditjen PPM & PLP ; 2003.

Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Laporan Tahunan Subdin P2P & PL Tahun
2004, Subdin P2P & PL Dinas Kesehatan Kabupaten Karo ; 2005.

Djojosumarto P. Pestisida dan aplikasinya. Jakarta: Agromedia Pustaka ; 2008.

Kholid, A, 2012. Promosi Kesehatan; Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media


dan Aplikasinya untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan, Jakarta, Rajawali Press

Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, Jakarta: Rineka


Cipta ; 2010.

Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, Jakarta: Rineka


Cipta ; 2012.

Prasetyo, Eko, Pengaruh pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan Alat Pelindung


Diri (APD) Terhadap Kepatuhan dalam menggunakan APDdi Unit Coating PT.
Pura Barutama Kudus, The 2nd University Research Coloqium 2015, ISSN 2407-
9189

Ramli S. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS 18001.


Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit PT Dian Rakyat ; 2010.

Santoso G. Manajemen keselamatan dan kesehatan Kerja. Cetakan Pertama.


Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka ; 2004.

51
Universitas Sumatera Utara
52

Suma’mur PK. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: CV Sagung Seto;
2009.

Tarwaka. Keselamatan dan kesehatan kerja. Surakarta: Harapan Press ; 2008.

Tarwaka, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di


Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta, 2008

Wudianto, Rini. Petunjuk penggunaan pestisida. Jakarta : Penebar Swadayan ;


2011.

Yulianto. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri


pada petani dalam menyemprot hama di Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten
Blora [jurnal di internet]. 2004 [Diunduh 2 Oktober 2014]. Tersedia dari :
http://eprints.undip.ac.id.

Universitas Sumatera Utara


Foto Pengambilan Data di Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe

Kabupaten Karo Tahun 2017

1. Lokasi Pengambilan Data 2. Petani sedang menyemprot tomat

3. Interview pengambilan data

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai