Anda di halaman 1dari 92

GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA PEKERJA BURUH

PANEN (PENDODOS KELAPA SAWIT) PTPN IV UNIT AJAMU


KECAMATAN PANAI HULU KABUPATEN LABUHANBATU
TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH :
KHAIRANI RITONGA
NIM. 131000700

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA PEKERJA BURUH
PANEN (PENDODOS KELAPA SAWIT) PTPN IV UNIT AJAMU
KECAMATAN PANAI HULU KABUPATEN LABUHANBATU
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

KHAIRANI RITONGA
NIM. 131000700

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN


POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PEKERJA BURUH PANEN
(PENDODOS KELAPA SAWIT) PTPN IV UNIT AJAMU KECAMATAN
PANAI HULU KABUPATEN LABUHANBATU TAHIN 2017” ini beserta
seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas penyataan ini saya siap menanggung resiko
atau sanksi yang dijatuhkan pada saya apabila nanti ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2017

( KHAIRANI RITONGA)

i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Status gizi merupakan keadaan seseorang atau sekelompok orang yang


diakibatkan oleh pola makan, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan.
Penelitian bertujuan mengetahui gambaran pola makan dan status gizi pekerja Buruh
Panen (pendodos kelapa sawit) PT. Perkebunan Nusantara IV Kecamatan Panai Hulu
Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017.
Jenis penelitian adalah deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara
stratified random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 67 pekerja. Pengumpulan
data dilakukan secara langsung pada pekerja buruh panen menggunakan kuesioner
terstruktur. Jenis makanan, frekuensi makanan, dan jumlah asupan energi dan zat gizi
dilihat menggunakan formulir recall 24 jam dan food frequency.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan pekerja berdasarkan jenis
makanan, 100% mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, 52,2% mengonsumsi
telur, 99.1% mengonsumsi kangkung, 53.73% mengonsumsi jeruk, 61,19%
mengonsumsi teh 68.68%. Sedangkan pola makan berdasarkan frekuensi makan,
sebagian besar mengonsumsi makanan pokok dengan frekuensi 2-3 kali/hari, lauk
pauk dengan frekuensi 4-6 kali seminggu, sayur-sayuran dengan frekuensi 4-6 kali
seminggu, buah dengan frekuensi 1-3 kali/minggu. dalam konsumsi energy 67,12%
pekerja kebutuhan. Demikian juga dengan konsumsi karbohidrat 68,7% sudah
mencukupi kebutuhan. Komsumsi Protein 58,2% sudah mencukupi kebutuhan.
Komsumsi lemak 52,2% sudah mencukupi kebutuhan Status gizi pekerja
berdasarkan IMT ditemukan sebesar 28,4% yang status gizinya kurang, 68,6% yang
normal, dan 3% yang status gizinya lebih.
Saran dalam penelitian ini agar pihak perusahaan menyediakan sarapan pagi
bagi pekerja sehingga seluruh pekerja melakukan sarapan pagi sebelum melakukan
pemanenan kelapa sawit.

Kata kunci : Pola makan, Status gizi, Buruh perkebunan

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Nutrition status is the state of a person or group of people caused by diatery


habits, absorption and use of nutrients. The purpose of this research is to know the
description of eating pattern and nutritional status of Harvest Workers PT.
Perkebunan Nusantara IV Subdistrict Panai Hulu District Labuhanbatu Year 2017.
The type of research is descriptive. Sampling was done by stratified random
sampling with total sample of 67 workers. Data collection is done directly to harvest
workers using structured questionnaires. Types of food, frequency of food, and
amount of energy and nutrient intake were seen using 24-hour recall form and food
frequency.
The results showed that the diet of workers based on the type of food, 100%
consume rice as staple food, 52.2% consume eggs, 99.1% consume kale, 53.73%
consume oranges, 61.19% consume tea 68.68%. While eating based on the frequency
of eating, most eating staple food with a frequency of 2-3 times / day, side dishes with
frequency 4-6 times a week, vegetables with frequency 4-6 times a week, fruit with 1-
3 times the frequency / Sunday. In energy consumption 67.12% of workers' needs.
Similarly, carbohydrate consumption of 68.7% is sufficient. Protein consumption
58.2% is sufficient. Fat consumption 52,2% is sufficient Needs Nutritional status of
workers based on body mass index found at 28.4% of nutritional status is less, 68.6%
normal, and 3% with more nutritional status.
Suggestions in this research for the company to conduct examination of
workers harvest workers in the implementation of breakfast.

Keywords : Dietary habits, Nutrition status, Harvest workers

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI

PEKERJA BURUH PANEN (PENDODOS KELAPAN SAWIT) PTPN IV UNIT

AJAMU KECAMATAN PANAI HULU KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN

2017” guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Selama penyelesaian skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi

ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ernawati Nasution SKM, M.Kes dan Ir. Etti Sudaryati M.KM, Ph.D selaku

Dosen Pembimbing skripsi I dan II yang telah banyak meluangkan waktu

v
Universitas Sumatera Utara
untuk memberikan saran, bimbingan serta arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, dan Dr. Ir. Zulhaida Lubis M,kes, selaku
Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan masukan dan arahan kepada

penulis untuk memaksimalkan skripsi ini.

6. Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademik yang
memberikan dukungan dan saran-saran serta membimbing selama penulis

megikuti pendidikan.

7. Terkhusus kepada keluarga tersayang Ayah, mama, kak niswah, dek Ema,
Aulia, Riski, Riska.

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, terkhusus Pak Marihot yang telah memberikan informasi

apapun terkait penyusunan skripsi ini kepada penulis.

9. Pihak PT. Perkebunan Nusantara IV yang telah memberikan izin kepada


penulis untuk melakukan penelitian dan seluruh pegawai SDM yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.

10.Teman senasip seperjuangan Irma, Ditha, Feby, Icha, Eka putri, Retno,
Rohani, Febri, Tiwi.

11. Keluarga Besar Gizi Kesehatan Masyarakat Angkatan 2013 dan seluruh pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

vi
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak dalam

rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

khususnya teman-teman dibidang Kesehatan Masyarakat.

Medan, 24 Oktober 2017

Penulis

Khairani Ritonga

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Khairani Ritonga

Tempat Lahir : Sei Kasih

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Jamsit Ritonga

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Hj. Jubaidah Nasution

Suku Bangsa : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Negeri 118316 / 2007

2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 2 Bilah Hilir / 2010

3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 1 Bilah Hilir / 2013

4. Lama studi di FKM USU : 4 tahun

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………………………. i


HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. ii
ABSTRAK…………………………………………………………………… iii
ABSTRACT…………………………………………………………………… iv
KATA PENGATAR………………………………………………………..... v
DAFTAR ISI………………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL……………………………………………........................ xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………........................ xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….... xiv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1


1.1 Latar Belakang……………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 6
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………….. 6
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP………. 8


2.1 Status Gizi Pekerja……………………………………………………….. 8
2.1.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)……………………………………….. 10
2.2 Pola Makan………………………………………………………………. 11
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan………………………….. 12
2.4 Hubungan Pola Makan dan Status Gizi…………………………………. 13
2.5 Kebutuhan Gizi Pekerja…………………………………………………. 14
2.6 Perhitungan Nilai Kalori Bahan Makanan………………………………. 17
2.7 Perhitungan Nilai Kalori Bahan Makanan………………………………. 18
2.8 Metode Pencatatan Asupan Energi dan Zat Gizi………………………… 19
2.8.1 Metode Food Frequency………………………………………….. 20
2.8.2 Metode Food Recall 24 Hours……………………………………. 20
2.9 Kerangka Konsep………………………………………………………… 21

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………… 22


3.1 Jenis Penelitian………………………………………………………….. 22

ix
Universitas Sumatera Utara
3.2 Lokasi Penelitian…………………………………………………………. 22
3.3 Waktu Penelitian…………………………………………………………. 22
3.4 Populasi dan Sampel……………………………………………………... 22
3.4.1 Populasi…………………………………………………………… 22
3.4.2 Sampel…………………………………………………………….. 23
3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data……………………………………….. 23
3.5.1 Jenis Data…………………………………………………………. 24
3.5.2 Cara Pengumpulan Data…………………………………………… 24
3.6 Instrumen Penelitian……………………………………………………... 26
3.7 Defenisi Operasional…………………………………………………….. 26
3.8 Metode Pengukuran……………………………………………………… 27
3.9 Pengolahan dan Analisa Data……………………………………………. 29
3.9.1 Pengolahan Data…………………………………………………... 29
3.9.2 Analisis Data……………………………………………………… 30

BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………………….. 31


4.1 Gambaran Umun PT. Perkebunan Nusantara IV unit Ajamu……………. 31
4.2 Karakteristik Pekerja……………………………………………………... 31
4.3 Status Gizi Pekerja……………………………………………………….. 32
4.4 Pola Makan Pekerja……………………………………………………… 32
4.4.1 Pola Makan Berdasarkan Jenis Makanan ………………………… 33
4.4.2 Frekuensi Makan Pekerja Berdasarkan Makanan Pokok…………. 33
4.4.3 Frekuensi Makan Pekerja Berdasarkan Makanan Lauk Pauk…….. 34
4.4.4 Frekuensi Makan Pekerja Berdasarkan Makanan Sayuran……….. 34
4.4.5 Frekuensi Makan Pekerja Berdasarkan Makanan Buah-buahan…. 34
4.4.6 Frekuensi Makan Pekerja Berdasarkan Jenis Minuman………….. 35
4.4.7 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Asupan Energy dan Zat Gizi…. 36
4.5 Gambaran Status Gizi dan Jenis Makanan……………………………… 39
4.6 Gambaran Status Gizi Pekerja dan Asupan Zat Gizi Pekerja…………… 40
4.6.1 Gambaran Asupan Energi Pekerja dan Status Gizi Pekerja……… 40
4.6.2 Gambaran Asupan Karbohidrat dan Status Gizi Pekerja………… 41
4.6.3 Gambaran Asupan Protein dan Status Gizi Pekerja……………… 41
4.6.4 Gambaran Asupan Lemak dan Status Gizi Pekerja……………… 42
4.6.5 Gambaran Asupan Vitamin A dan Status Gizi Pekerja………….. 42
4.6.6 Gambaran Asupan Zat Besi dan Status Gizi Pekerja…………….. 43

x
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………… 44
5.1 Status Gizi Pekerja………………………………………………………. 44
5.2 Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Pekerja…………………………. 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 49


6.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 49
6.2 Saran…………………………………………………………………….. 50

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 51
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. 53

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) .. 11

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi…………………………………………….. 17

Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Berdasarkan Karakterisktik Pekerja……………. 32

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Berdasarkan Status Gizi Pekerja……………….. 32

Tabel 4.3 Pola Makan Berdasarkan Jenis Makanan Pekerja…………………. 33

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Pokok…………… 34

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk Pauk……… 34

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Sayuran………… 35

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah-buahan…… 36

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Minum dan Jenis Minuman…………………. 36

Tabel 4.9 Distribusi Pekerja Berdasarkan Asupan Energi…………………… 37

Tabel 4.10 Distribusi Pekerja Berdasarkan Asupan Karbohidrat……………… 37

Tabel 4.11 Distribusi Pekerja Berdasarkan Asupan Protein…………………… 38

Tabel 4.12 Distribusi Pekerja Berdasarkan Asupan Lemak…………………… 38

Tabel 4.13 Distribusi Pekerja Berdasarkan Asupan Vitamin A………………. 38

Tabel 4.14 Distribusi Pekerja Berdasarkan Asupan Zat Besi…………………. 39

Tabel 4.15 Gambaran Status Gizi dan Jenis Makanan Pekerja………………… 39

Tabel 4.16 Gambaran Status Gizi dan Asupan Energi Pekerja………………… 40

Tabel 4.17 Gambaran Status Gizi dan Asupan Karbohidrat Pekerja…………... 41

xii
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18 Gambaran Status Gizi dan Asupan Protein Pekerja……………….. 41

Tabel 4.19 Gambaran Status Gizi dan Asupan Lemak Pekerja……………….. 42

Tabel 4.20 Gambaran Status Gizi dan Asupan Vitamin A Pekerja……………. 42

Tabel 4.21 Gambaran Status Gizi dan Asupan Zat Besi Pekerja…………….... 43

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Food Recall 24 Hours ………………………………...54

Lampiran 2 Kuisioner Food Frequency …………………………………….....57

Lampiran 3 Surat selesai Penelitian …………………………………….…….59

Lampiran 4 Master Data Penelitian …………………………………………...60

Lampiran 5 Hasil Output ………………………………………………….......64

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian …………………………………………..73

xiv
Universitas Sumatera Utara
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Perkembangan perusahaan di Indonesia terus bertambah secara pesat. Seiiring

dengan itu angkatan kerja juga terus bertambah. Namun dalam peningkatan Jumlah

pekerja dari tahun ke tahun, belum diiringi perhatian terhadap pola makan dan status

gizi pekerja. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa penelitian seperti Penelitian yang

dilakukan oleh Zahra (2012) mengenai Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik dan

Status Gizi pada Karyawan UD Alfa STAR Busana dan PLS Ervina Medan

menggambarkan bahwa pola makan karyawan masih kurang baik karyawan selalu

mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung tinggi kalori, energi, garam

dan gula setiap hari. Umumnya mereka mengkonsumsi roti, keripik, bakso, gorengan,

teh manis, kopi, minuman kemasan dan susu. Aktivitas fisik yang dilakukan

tergolong sedang yaitu sebanyak 84 persen. Selain itu terdapat 39 persen karyawan

kelebihan berat badan dan 5 persen mengalami obesitas. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dapat dilihat bahwa perilaku makan karyawan yang tidak seimbang serta

diimbangi dengan aktivitas fisik yang kurang mempengaruhi status gizinya, ini

terlihat sebagian karyawan mengalami gizi lebih.

Status gizi pekerja dapat dikategorikan baik jika kebutuhan gizi pekerja

terpenuhi dengan baik pula. Pemenuhan kebutuhan gizi selama bekerja merupakan

salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja (Ariati, 2013).Kebutuhan

gizi pekerja terutama dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Faktor

1
Universitas Sumatera Utara
2

lain yang menentukan adalah jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-

hari, kondisi fisiologis, keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan

anemia, serta keadaan lingkungan kerja. Kebutuhan gizi pada seseorang dapat

dilakukan dengan memenuhi asupan gizi dengan pola makan yang baik yang

menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh.Penelitian yang dilakukan oleh Syam (2013)

mengenai gizi kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate didapatkan

hasil bahwa lebih dari 54,2% asupan energi pekerja tidak sesuai dengan

kebutuhannya dan kebanyakan mengalami defisit energi, vitamin dan mineral dan

sebanyak 40,3% pekerja mengalami status gizi tidak normal. Hal ini menunjukkan

status gizi dipengaruhi asupan gizi dan asupan gizi dipengaruhi pola makan

seseorang.

Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat

pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk

pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas

kerja. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk

mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier,

2011).

Asupan gizi pekerja hasil dari pola makan pekerja pada akhirnya akan

memengaruhi status gizi pekerja dan status gizi pekerja nantinya akan memengaruhi

komponen-komponen dalam pekerjaan. Menurut Maas (2013), gizi yang kurang pada

pekerja akan menurunkan daya kerja serta produktivitas kerja begitu pula dengan

pernyataan Setyawati (2013) yang menyatakan hal yang sama bahwa status gizi

Universitas Sumatera Utara


3

memengaruhi produktivitas kerja dan kelelahan kerja. Pada penelitian Herliani (2012)

terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja industri

pembuatan gamelan di daerah Wirun Sukoharjo. Status gizi pekerja menjadi penting

untuk diperhatikan karena menyangkut kemajuan perusahaan.

Pola makan yang tidak mengandung makanan sumber energi, sumber zat

pembangun dan sumber zat pengatur, apabila dimakan dalam jumlah yang tidak

sesuai dengan kebutuhan tubuh akan mempengaruhi pertumbuhan dan pemiliharaan

tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja. Menurut Suma’mur (2014),

kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Zat

makanan dan kalori yang ditimbulkan berperan penting untuk memenuhi energi agar

pekerjaan dapat dilakukan dan banyaknya energi dapat meningkat sepadan dengan

beratnya pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Oesman dan Simanjuntak (2011),

menyatakan bahwa ada hubungan faktor usia, status gizi, beban kerja, dan keluhan

yang diterima dengan tingkat kelelahan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Daniel

taslim (2015) menyatakan bahwa ada hubunganyang bermakna antara asupan energi

dan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit

Pulau Tiga.

Definisi para ahli mengenai kelelahan kerja. Salah satunya, kelelahan kerja

merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya

kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus

dilakukan. Kelelahan juga berarti keadaan tubuh baik fisik dan mental yang berbeda

karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja serta berkurangnya

Universitas Sumatera Utara


4

ketahanan tubuh untuk bekerja(Suma’mur, 2014). Kelelahan menunjukkan kondisi

yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan

Menurut Cameron kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak

hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya

dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan

penurunan produktivitas kerja. (Ambar, 2006). Kelelahan akibat kerja sering kali

diartikan sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan

/ ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan

(Wignjosoebroto, 2008). Kelelahan kerja pada pekerjaan dengan beban kerja yang

berat sering terjadi. Hal ini dikarenakan beban kerja yang berat yang sering tidak

diimbangi pemenuhan kebutuhan energy yang cukup oleh pekerja.

Pekerjaan dengan beban kerja yang berat salah satunya adalah pekerja buruh

panen (pendodos kelapa sawit). Pekerjaan buruh panen (pendodos kelapa sawit)

merupakan pekerjaan dengan beban kerja yang berat dikarenakan faktor manusia

(kekuatan fisik) sangat berperan dalam serangkaian kegiatan pemanenan. Proses

pemanenan dimulai dari memotong pelepah bagian bawah sawit, merapikan pelepah

yang telah dipotong, memotong (memanen) tandan buah yang matang, mengangkut

tandan sawit ke tempat pemungutan hasil dan akhirnya mengutip brondolan yang

jatuh saat proses pemanenan. Keseluruhan kegiatan ini secara manual dikerjakan oleh

manusia. Oleh sebab itu pekerja pemenenan membutuhkan pola makan yang baik

yang memenuhi semua kebutuhan gizi baik agar pekerjaan dapat berlangsung tanpa

terjadi kelelahan kerja.

Universitas Sumatera Utara


5

PT. Perkebunan Nusantara IV unit Ajamu kecamatan Panai Hulu Kabupaten

Labuhanbatu adalah perusahan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.

Hasil survei awal dan hasil wawancara serta melihat ketempat kerja didapati

informasi tentang gambaran kerja bahwa pekerjaan buruh panen yaitu mendodos

kelapa sawit merupakan salah satu pekerjaan yang menguras banyak energi yang

dapat berdampak kelelahan pada pekerja. Dikarenakan Aktivitas kerja di perkebunan

kelapa sawit khususnya pekerjaan pemanenan masih dilakukan secara manual dan

mengandalkan tenaga manusia. Kondisi ini tentu saja berpotensi untuk menimbulkan

permasalahan khususnya kelelahan terhadap pekerja pemanen kelapa sawit terutama

jika pola makan pekerja buruh panen tidak memenuhi asupan zat gizi sesuai dengan

kebutuhan tubuh pekerja. Berdasarkan data dan wawancara dengan Dokter

Puskesmas Kebun (Puskesbun) menyatakan bahwa terdapat pekerja buruh panen

(pendodos kelapa sawit) pernah mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti :

gangguan nyeri otot, kehilangan konsentrasi sehingga tertimpa alat untuk pemanenan

kelapa sawit, serta terdapat pekerja yang mengalami sakit kepala, dan lemas pada saat

bekerja.

Menurut Suma`mur (2014) gejala tahap awal kelelahan umum tampak seperti

hilangnya daya konsentrasi dan koordinasi, rasa pusing, nyeri otot. Tanda-tanda

kelelahan kerja pada pekerja juga dapat terjadi akibat pekerja kekurangan zat besi

dalam tubuh, defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas beberapa tanda

yang sering terjadi diantara lain pucat, mudah lelah, pusing, berdebar dan sesak napas

(Arisman, 2014). Hal ini menunjukkan pola makan pekerja buruh panen (pendodos

Universitas Sumatera Utara


6

kelapa sawit) masih kurang baik dimana pekerja makan tidak selalu tepat pada

waktunya dan kelelahan kerja akibat asupan sarapan pagi yang diabaikan.

Berdasarkan hasil pengamatan juga ditemukan pekerja yang memiliki badan kurus

dan juga berbadan gemuk. Hal ini menunjukkan ketidakmerataannya status gizi

pekerja di PTPN IV unit Ajamu. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian Gambaran pola makan dan status gizi pada pekerja buruh panen (pendodos

kelapa sawit) PTPN IV Unit Ajamu kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu

tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana gambaran pola makandan status gizi pada pekerja Buruh Panen

(Pendodos Kelapa Sawit) di PT. Perkebunan Nusantara IV unit Ajamu Kecamatan

Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan Status

Gizi pada pekerja buruh panen (pendodos kelapa sawit) PTPN IV Unit Ajamu

kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu tahun 2017.

1.4 Mamfaat Penelitian

Mamfaat dari penelitian adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


7

1. Bagi Perusahaan

Manfaat bagi perusahaan PTPN IV Unit Ajamu sebagai informasi dan

masukan bagi pihak perusahaan tentang gambaran Asupan Energi dan status gizi

pekerja buruh panen (pendodos kelapa sawit) PTPN IV Unit Ajamu tahun 2017.

2. Bagi Dinas Ketenagakerjaan dan Dinas kesehatan

Manfaat bagi Dinas Ketenagakerjaan dan Dinas kesehatan sebagai

informasi dan masukan bagi Dinas Ketenagakerjaan dan Dinas kesehatan tentang

gambaran asupan energy dan status gizi pekerja khususnya pekerja buruh panen

(pendodos kelapa sawit).

Universitas Sumatera Utara


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi Pekerja

Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel

tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik

akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa, 2012). Pengertian

status gizi di dalam buku Ilmu Gizi dan Diet merupakan status kesehatan yang

dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien (Beck, 2011).

Status gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

1. Komsumsi makan

Seseorang yang dalam kehidupannya sehari-hari mengkonsumsi makanan

yang kurang asupan zat gizi, akan mengakibatkan kurangnya simpanan zat

gizi, akan mengakibatkan kurangnya simpanan zat gizi pada tubuh yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apabila keadaan ini

berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya akan

terjadi kemerosotan jaringan (Supariasa, 2012).

2. Status Kesehatan

Tingginya penyakit parasit dan infeksi pada alat pencernaan dan penyakit lain

yang diderita juga akan mempengaruhi status gizi seseorang. Memburuknya

keadaan akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal, antara lain:

8
Universitas Sumatera Utara
9

a. Turunnya nafsu makan akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya,

sehingga masukan zat gizi kurang padahal tubuh memerlukan zat gizi

lebih banyak untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak akibat bibit

penyakit.

b. Penyakit infeksi sering diikuti dengan diare dan muntah yang

menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sejulah zat gizi seperti

berbagai mineral, dan sebagainya (Supariasa, 2012)

3. Faktor Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja menunjukkan pengaruh yang jelas terhadap gizi

kerja. Beban yang berlebihan menyebabkan penurunan berat badan, sebaliknya

motivasi yang kuat, kadang-kadang meningkatkan selera makan yang menjadikan

bertambahnya berat badan dan kegemukan (Fovalia, 2013). Menurut supariasa, status

gizi adalah salaah satu factor dari kapasitas kerja, dimana keadaan gizi buruk dengan

beban kerja yang berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efesiensi serta

mengakibatkan kelelahan (Supariasa, 2012). Menurut Wignjusoebroto status gizi

merupakan salah satu unsure yang menentukan kualitas fisik dan kuantitas fisik

tenaga kerja sehingga berpengaruh tehadap kelelahan (Wignjusoebroto,2008).

Untuk menilai status gizi secara umum dapat dilakukan dengan dua metode

yaitu metode penilaian status gizi secara langsung dan metode penilaian status gizi

secara tidak langsung. Metode penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi

menjadi empat cara yaitu penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika.

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara

Universitas Sumatera Utara


10

survey konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2012).

Penilaian status gizi pada pekerja dapat dilakukan dengan metode langsung yaitu cara

Antropometri dengan mencari tahu Indeks Massa Tubuh (IMT) pekerja.Menurut

Depkes RI (2009), antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan

dalam penilaian status gizi.

2.1.1. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat

badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di

Indonesia istilah ini diterjemahkan menjadi Indeks Massa tubuh (IMT). IMT

merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (Supriasa,

2012). Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun.

IMT tidak dapat diterakan pada bayi, anak remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Selain itu IMT juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khusus seperti adanya

edema, asites, dan hepatomegali. Indeks Massa tubuh memiliki kelebihan antara lain

pengukuran sederhana dan mudah dilakukan, dan dapat menentukan kelebihan dan

kekurangan berat badan.

Indeks massa tubuh mempunyai rumus sebagai berikut :

I𝐌𝐓=𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒌𝒈) : 𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊𝑩𝒅𝒂𝒏𝒎𝒙𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒎)

Hasil dari pengunaan rumus indeks massa tubuh dapat dibandingkan dengan

nilai indeks massa tubuh yang telah dikategorikan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


11

Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh

IMT Status Gizi Kategori


>17.0 Gizi kurang Sangat kurus
17.0 – 18.4 Gizi kurang Kurus
18.5 – 24.9 Gizi baik Normal
25.0 – 27.0 Gizi lebih Gemuk
<27.0 Gizi lebih Sangat gemuk
Sumber: Depkes RI. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Direktorat
Bina Kesehatan Kerja (2009).

Status gizi merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi pangan dan

penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik

akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa, 2012).

2.2.Pola Makan

Pola makan adalah gambaran mengenai jenis makanan dan frekuensimakan

yang dikonsumsi dan berlaku berulang-ulang dan terus-menerus (Mulia, 2010). pola

makan ataupola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi seseorang ataukelompok orang pada waktu tertentu (Okviani, 2011). Dari

beberapa pendapat yang berbeda, dapat diartikan secaraumum bahwa pola makan

adalah cara atau perilaku yang digunakan seseorang atau sekelompokorang dalam

memilih dan menggunakan bahan pangan dalam konsumsi pangansetiaphari yang

meliputi jenis makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makan.MenurutBaliwati ada

dua data yang dapatdiamati dalam survey konsumsi pangan yaitu data kualitatif

untuk mengamati makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan

menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara

Universitas Sumatera Utara


12

memperoleh bahan makanan tersebut. Salah satunya adalah frekuensi makan (food

frequency). Tujuannya adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi

sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu setiap hari,

minggu, bulan, tahun. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan

makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan

makana yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam

frekuensi dan data kuantitatif yang cukup sering oleh responden. Sedangkan metode

kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi. Salah satunya

adalah Recall 24 jam. Penggunaan recall 24 jam dengan mencatat jenis dan jumlah

bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu (Supariasa, 2012).

2.3 Faktor yang mempengaruhi Pola Makan Pekerja

Menurut pendapat Suhardjo (1989) dan Pelto(1981) bahwa faktor yang

mempengaruhi pola makan dapat dikelompokkan menjadi factor:

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui seseorang di mana hal

yangdiketahui tersebut diperoleh secara formal maupun non formal. Perilaku

yangdidasari pengetahuan melalui pengetahuan formal akan lebih mudah

dilaksanakandaripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan non

formal.Pengetahuan berperan penting dalam pembentukan sikap dan

tindakan.Pengetahuan tentang gizi seimbang bermanfaat dalam menentukan apa

yangdikonsumsi setiap harinya. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi

seimbang,maka kebutuhan zat gizi dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang

Universitas Sumatera Utara


13

seharusnya,sehingga dapat tercapai kesehatan yang optimal. Tingkat pengetahuan

tentang giziseseorang akan mempengaruhi kebiasaannya dalam memilih makanan.

2. Jumlah Anggota Keluarga

Anggota keluarga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu

keluarga, baik berada di rumah pada saat pencacahan maupun sementara tidak ada.

Anggota keluarga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota keluargayang

bepergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah atau akan meninggalkan

rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap anggota keluarga. Orang yang telah tinggal

di suatu keluarga 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal di suatu keluarga kurang

dari 6 bulan tetapi berniat menetap di keluarga tersebut, dianggap sebagai

anggotakeluarga (BPS, 2004).

3. Tingkat Pendapatan

upaya perbaikan gizi biasanya berorientasi pada tingkat pendapatan. Seiring

makin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan akan makanan dapat terpenuhi.

Dengan demikian pendapatan merupakan faktor utama dalam menentukan kualitas

dan kuantitas bahan makanan. (Soekirman,1991).

2.4 Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi

Pola makan pada orang dewasa perlu diperhatikan. Karenamakanan yang

dikonsumsi akan mempengaruhi status gizi. Status gizi terbentukdari makanan apa

yang dikonsumsi. Kekurangan maupun kelebihan nutrisi yangdikonsumsi akan

mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh. Jika asupannutrisi yang

dikonsumsi kurang maka akan menyebabkan tubuh lemas karenakekurangan energi,

Universitas Sumatera Utara


14

daya tahan tubuh menurun sehingga mudah sakit serta dapatmengalami gizi kurang .

Sebaliknya, jika asupan nutrisi yang dikonsumsi berlebihakan menyebabkan

penumpukan energi yang dapat memicu terjadinya gizi lebih.Ini dapat dibuktikan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramita(2002) terhadap peragawati

menunjukkan bahwa frekuensi makan per hari merekaadalah > 2 kali per hari

sebanyak 55 persen, tidak sarapan pagi sebanyak 72,5persen, mengkonsumsi sayuran

hijau sebanyak 90 persen dan mengkonsumsibuah-buahan sebanyak 77,5 persen,

tidak mengkonsumsi makanan selingansebanyak 70 persen. Menurut data yang

diperoleh rata-rata tingkat konsumsienergi mereka berada pada kategori defisit

tingkat berat yaitu sebanyak 60 persendan 57,5 persen peragawati mengalami gizi

kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum terdapat keseimbangan antara

konsumsi energi dan pengeluaranenergi, dimana energi yang dikonsumsi lebih rendah

daripada energi yangdikeluarkan. Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan,

terdapat hubunganantara tingkat konsumsi energi dengan status gizi peragawati.

2.6 Kebutuhan Gizi pekerja

Kebutuhan gizi orang dewasa berbeda-beda bagi setiap orang. Kebutuhanzat-

zat gizi bergantung pada berbagai faktor yaitu umur, tinggi badan, beratbadan, jenis

kelamin, dan aktivitas fisik. Oleh karena itu, dalam pemenuhan zatgizi harus

disesuaikan dengan kebutuhannya . beberapa kebutuhan gizi pekerja anatara lain:

1. Kebutuhan energi

Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan

bertambahnyausia, ini dikarenakan menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya

Universitas Sumatera Utara


15

aktivitasfisik. Kebutuhan asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat

badan.Kebutuhan energi berbeda-bebeeda bagi setiap orang. Anjuran kebutuhan

energy ditetapkan dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG).

2. Kebutuhan karbohidrat

Konsumsi karbohidrat dianjurkan 50-60 persen dari total kebutuhanenergi,

terutama dalam bentuk karbohidrat kompleks seperti yang terdapat dalampadia-

padian (beras, jagung, gandum dan hasil olahannya seperti roti) dan umbi-

umbian(kentang, singkong dan ubi). Sedangkan untuk karbohidrat sederhanaseperti

gula maksimum dikonsumsi 5 persen dari kebutuhan energi total ataupaling banyak

4-5 sendok sehari (Almatsier, 2009).

3. Kebutuhan protein

Konsumsi protein dianjurkan 15-30 persen atau dari kebutuhan totalenergi.

Kebutuhan konsumsi protein pada kelompok usia dewasa digunakan

untukmenggantikan protein yang hilang akibat rutinitas sehari-hari melalui urin,

feses,kulit dan rambut, serta untuk mengganti sel-sel yang rusak. Konsumsi

proteinyang terlalu tinggi dapat meningkatkan hilangnya kalsium melalui urin,

sehinggaresiko menderita osteoporosis bertambah. Asupan protein lebih dari 2 kali

jumlahyang dianjurkan dapat meningkatkan terjadinya penyakit jantung

koronerterutama sebagai akibat dari tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol

yangterdapat dalam makanan hewani Asupan lemak jenuh dianjurkan

mengkonsumsiprotein yang berasal dari makanan nabati seperti tahu, tempe dan

sebagainya (Almatsier, 2009).

Universitas Sumatera Utara


16

4. Kebutuhan lemak

Konsumsi lemak dianjurkan 25 persen dari total kebutuhan energi.Konsumsi

lemak pada usia dewasa dianjurkan mengkonsumsi daging tanpalemak, ayam tanpa

kulit, ikan, susu tanpa lemak (skim) serta mengurangi santandan goreng-gorengan

(Almatsier, 2009).

5. Kebutuhan mineral

Angka kebutuhan mineral pada usia dewasa umumnya dapat dipenuhiapabila

makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS). Beberapamineral

yang perlu diperhatikan yaitu garam natrium, besi dan kalsium. Garamnatrium

terdapat dalam garam dapur (NaCl) dan monosodium glutamat

(MSG).Konsumsigaram natrium dibatasi hingga 6 g per hari ( 2400 mg per hari).

Selainitu dianjurkan untuk membatasi makanan yang diawetkan menggunakan

garamseperti ikan asin, ikan asap, makanan kaleng, serta acar begitupula dengan

MSG.AKG besi pada perempuan dewasa muda lebih tinggi dibandingkan

dewasasetengah tua karena pada usia tersebut perempuan kehilangan besi setiap

bulanmelalui menstruasi. Makanan sumber zat besi yang dianjurkan adalah

dagingmerah, hati, kuning telur, sayuran hijau, serta kacang-kacangan dan

hasilolahannya sepertu tahu dan tempe. Kalsium penting untuk pembentukan

tulangdan menjaga agar tulang tetap kuat. Asupan kalsium yang cukup setiap hari

dapat mencegah terjadinya osteoporosis dikemudian hari. Makanan kaya kalsium

yangdianjurkan untuk dikonsumsi adalah susu dan hasil olahannya (Almatsier, 2009).

Universitas Sumatera Utara


17

6. Kebutuhan vitamin

Angka kebutuhan vitamin pada kelompok usia dewasa umumnya

dapatdipenuhi apabila makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan Gizi Seimbang

(PGS).Angka Kecukupan Gizi (AKG)atau Recommended Dietary Allowances (DRA)

merupakan kecukupan rata-ratazat gizi sehari bagi hampir semua orang sehat (97,5

persen) menurut golonganumur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik

dan keadaan fisiologis.AKG ini mencerminkan asupan rata-rata sehari yang

dikonsumsi oleh populasidan bukan merupakan perorangan/individu (Amelia, 2014).

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi per orang per hari umur 19-64 tahun

Jenis Zat Gizi Kelompok Umur


Pria Wanita
19-29 30-4950-6419-29 30-49 50-64
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Karbohidrat (gr) 375 394 349 309 323 285
Protein (gr) 62 65 65 56 57 57
Lemak (gr) 91 73 65 75 60 53
Vitamin
- Vitamin A (mg) 600 600 600 500 500 500
Mineral
- Zat besi (mg) 15 15 15 26 26 12
Sumber : Angka Kecukupan Gizi Permenkes RI no 75 tahun 2013

2.7. Perhitungan Nilai Kalori Bahan Makanan

Menjaga dan mempertahankan fungsi tubuh maka perlu menjaga keseimbangan

energi. Energi yang dikeluarkan harus seimbang dengan asupan energi yang didapat

dari asupan makanan sehari-hari (Irianto, 2007). Menghitung nilai kalori dari bahan

makanan diperlukan beberapa instrumen antara lain :

Universitas Sumatera Utara


18

1. Nilai Kalori Makanan

Dalam Bomb calorimeter oksidasi 1 gram karbohidrat menghasilkan

4,1 kalori, 1 gram lemak 9,45 kalori dan 1 gram protein 5,65 kalori. Di dalam

tubuh keadaannya lain baik karbohidrat, lemak maupun protein tidak

seluruhnya dapat terbakar, karena adanya kehilangan dalam prosespencernaan

dan ekskresi maka dilakukan reduksi sebam 2% untuk karbohidrat, 5% untuk

lemak dan 29,2 % untuk protein. Sehingga setelah dihitung dengan

pembulatan-pembulatan diperoleh angka sebagai berikut: Setiap 1 gram

karbohidrat dapat menghasilkan 4 kalori Setiap 1 gramlemak menghasilkan 9

kalori Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kalori (Budianto, 2009).

2. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) berupa tabel yang

memuatberbagai jenis makanan beserta kandungan zat gizinya.

3. Ukuran Rumah Tangga (URT)

URT (Ukuran Rumah Tangga) berupa daftar takaran bahan makanan yang

dalam daftar ini dinyatakan dengan ukuran yang lazim digunakan di rumah

tangga.

2.8. Metode Pencatatan Asupan Energi dan Zat Gizi

Metode pencatatan komsumsi makanan yang sering digunakan dalam

penelitian antara lain : food recall 24 jam, Food Records, Food Frequency

Questionare (Frekuensi Makanan), Food Account, Duplicate Food Collection, Food

Balance Sheet/Neraca Bahan Makanan,Telephone Interview. Metode penelitian

Universitas Sumatera Utara


19

pencatatan komsumsi makanan yang sering digunakan dalam melihat pola makan

adalah metode food frequensi dan food recall 24 jam .

2.8.1. Metode food Frequensi

Food Frequency Questionnare Method (FFQ/ Metode Kuesioner Frekuensi

makanan) adalah Salah satu metode dietary assesment dalam konteks individu yang

mencatat frekuensi individu terhadap beberapa jenis makanan (<100) dalam kurun

waktu tertentu (1 bulan terakhir/6 bulan terakhir/1 tahun terakhir).Selain itu dengan

metode FFQ dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara

kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dapat membedakan individu

berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan

dalam penelitian epidemiologi gizi.

Metode FFQ dikenal sebagai metode frekuensi pangan, dimaksudkan

untuk memperoleh informasi pola konsumsi pangan seseorang. Untuk itu diperlukan

kuesioner yang terdiri atas dua komponen yaitu daftar jenis pangan dan frekuensi

konsumsi pangan(Riyadi, 2004). Pada metode ini ditanyakan tentang frekuensi

konsumsi sejumlahmakanan jadi atau bahan makanan selama periode tertentu seperti

hari, minggu, bulanatau tahun.

Metode frekuensi makanan maka dapat diperoleh gambaran pola konsumsi

bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan

dapat membedakan individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka

cara ini paling sering digunakan dalam epidemiologi gizi. Kuesioner frekuensi

makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi

Universitas Sumatera Utara


20

penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam

daftar kuesioner tersebut adalah yang di konsumsi dalam frekuensi yang cukup sering

oleh responden. (Supariasa,2012). Langkah-langkah Metode frekuensi makanan,

Supariasa (2012):

1. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia pada

kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.

2. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan

makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi

tertentu selama periode tertentu pula.

2.8.2. Metode Food Recall 24 Jam

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta

minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. (Syafiq, 2007). Metode 24

Hour Food Recall memiliki beberapa kelebihan yaitu : Mudah dan pencatatan cepat,

hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit, Murah, Mendapatkan informasi secara

detail tentang jenis bahkan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, Dapat

memperkirakan asupan zat gizi suatu kelompok, Recall secara beberapa kali dapat

digunakan untuk memperkirakan asupan zat gizi tingkat individu. Biasanya 2 atau 3

kali dan dipilih weekday dan weekend, Lebih objektif daripada metode riwayat diet,

Tidak mengubah kebiasaan diet.Metode pengukuran Food Recall 24 jam:

a. Kuesioner Food Recall dilakukan selama seminggu hari kerja (2 hari). Pekerja

diberikan kuesioner Food Recall untuk memberikan keterangan tentang

makanan apa saja yang dikonsumsi pekerja sehari sebelumnya baik makanan,

Universitas Sumatera Utara


21

minuman maupun makanan tambahan pada 6 bagian waktu, yaitu : sarapan

pagi, ngemil siang, makan siang, ngemil sore, makan malam, ngemil malam.

b. Untuk setiap bagian waktu, pekerja wajib menuliskan makanan apa saja yang

dimakan, bahan dasar dari tiap makan serta ukuran rumah tangga dari

makanan tersebut.

c. Sebelum melakukan pengisian kuesioner, pekerja akan diberikan penjelasan

terlebih dahulu mengenai cara pengisian kuesioner Food Recall.Setelah

pengisian kuesioner selesai, maka food recall dinyatakan selesai

2.9. Kerangka Konsep

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola makan yang meliputi Frekuensi

komsumsi makan dan jumlah komsumsi zat energy, karbohidrat, protein, lemak , vitamin

dan mineral. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi pekerja

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Adapun variabel-variabel yang diteliti pada

penelitian dapat dilihat dari bagandi bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pola Makan Pekerja : Status Gizi


Pekerja
1. Frekuensi makan
2. Kelengkapan Makan
3. Jumlah Asupan
Energi dan Zat gizi
4.

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep menggambarkan Pola Makan

dan status gizi.

Universitas Sumatera Utara


22

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan secara deskriptif yaitu dengan melihat gambaran Pola

Makan dan Status Gizi pada pekerja buruh panen (pendodos kelapa sawit) PTPN IV

UnitAjamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017. Desain

penelitian menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang

dilakukan pada satu waktu dan satu kali untuk mempelajari dinamika korelasi antara

variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek) (Sugiyono,

2011).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di area kebun kelapa sawit PTPN IV Unit Ajamu.Kebun

kelapa sawit PTPN IV unit Ajamu terletak di Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten

Labuhanbatu Propinsi Sumatera UtaraKebun Ajamu berjarak ± 90 Km dari rantau

Prapat atau 400 Km dari Medan.

3.3. Waktu Penelitian

Adapaun waktu penelitian dilakukan dimulai dari januari 2017 sampai agustus

2017.

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari pekerja buruh panen

(pendodos kelapa sawit) PTPN IV Unit Ajamu yang berjumlah sebanyak 200 orang.

22
Universitas Sumatera Utara
23

3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Pada penelitian ini,

besar sampel dihitung menggunakan Rumus Slovin sebagai berikut :

𝑁
n=
1+𝑁.𝑑 2

Keterangan :

N = Jumlah Populasi

n = Jumlah Sampel

d = nilai presisi, 0,1

Dengan menggunakan rumus di atas dapat dilakukan perhitungan besar sampel

sebagai berikut:

200
n=
1+ 200 𝑋 0.12

n = 66,67 dibulatkan menjadi 67

Berdasarkan perhitungan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 99 % dan

derajat kepercayaan 1%, besar sampel dengan jumlah populasi 200 orang dan nilai

presisi 0,1 adalah sebesar 67 orang. Metode pemilihan sampel sebanyak 67 orang

tersebut menggunakan teknik Systematic Random Sampling dengan proporsi setiap

bagian sebagai berikut :

Karyawan Afdeling I = 48 / 200 x 67 = 16 orang

Karyawan Afdeling II = 44 / 200 x 67 = 15 orang

Karyawan Afdeling III = 52 / 200 x 67 = 17 orang

Universitas Sumatera Utara


24

Karyawan Afdeling IV = 56 / 200 x 67 = 19 orang

3.5. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer meliputi data karakteristik responden, data pola makan meliputi

frekuensi, jenis makanan dan asupan energy dan zat gizi (karbohidrat, protein,

lemak, vitamin A dan zat besi) serta status gizi. Data karakteristik pola makan

diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner food frequensi

dan formulir food recall 24 jam terhadap pekerja Buruh Panen (Pekerja Kelapa

Sawit) PTPN IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu, dan

data status gizi pekerja diperoleh dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan

secara langsung terhadap pekerja Buruh Panen (Pekerja Kelapa Sawit) PTPN IV

Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang telah tersedia di PTPN IV Unit

Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu yaitu data pemeriksaan

kesehatan pekerja PTPN IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten

Labuhanbatu.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik responden (nama/inisial,umur, penghasilan, dan bagian afdeling)

diperoleh dengan wawancara menggunakan kuisioner.

Universitas Sumatera Utara


25

b. Pola makanmeliputi jenis makanan dan frequensi makan pekerja diperoleh dari

hasil wawancara dengan menggunakan kuisionerfood frequensi

Langkah-langkah Metode frekuensi makanan, Supariasa (2001):

a. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia

pada kuesioner

b. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan

makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber

zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.

c. Pola makan meliputi asupan zat gizi diperoleh melalui metodefood recall 24

jam sebanyak dua kali tanpa berturut-turut menggunakan formulir food recall

24 jam.

Metode pengukuran :

a. Berat badan (BB) pekerja diukur menggunakan timbangan injak dan

dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Tinggi badan (TB) pekerja diukur

menggunakan microtoise dalam satuan sentimeter (cm).

b. Mula-mula pekerja diinstruksikan untuk menaiki timbangan untuk

menghitung BB. Angka yang muncul dicatat sebagai data BB pekerja.

c. Selanjutnya, pekerja diintruksikan untuk berdiri di belakang tembok untuk

kemudian hitung TB pekerja menggunakan microtoise. Angka yang

muncul dicatat sebagai data tinggi badan pekerja.

Universitas Sumatera Utara


26

d. pengukuran selesai, penilaian status gizi dinyatakan selesai.Hasil

kuesioner akan dihitungan dengan rumus IMT yaitu, BB/TB2

menggunakan alat bantu kalkulator.

c. Status Gizi dapat dilihat dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)

responden yaitu diperoleh dari hasil perbandingan berat badan (kg) dan kuadrat

tinggi badan (m) dan disesuaikan dengan batas ambang Indeks Massa Tubuh

(IMT).

3.6. Instrumen Penelitian

Dalam Penelitian ini variabel-variabel yang diteliti adalah :

1. Pola makan meliputi Asupan Energidan zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak,

vitamin A dan zat besi)

Instrumen penelitian : kuisioner food frequensi formulir Recall 1 x 24 jam

selama 2 hari

2. Pola makan meliputi jenis makanan dan frekuensi makan pekerja .

Intrumen penelitian : kuisioner food frequensi.

3. Status Gizi

Data status gizi diperoleh dengan menimbang berat badan dan mengukur

tinggi badan pekerja

Instrumen Penelitian : Timbangan injak dan Microtoise

4. DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan)

Universitas Sumatera Utara


27

3.7.Defenisi Operasiomal

1. Pola makan adalah suatu kebiasaankonsumsi makanan meliputi Frekuensi

komsumsi, Kelengkapan makanan serta Jumlah asupan zat gizi pekerja

dalam kegiatan makannya sehari-hari yang mencakup sumber zat tenaga,

pengatur dan pembangun.

2. Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat pola makan dan

penggunaaan zat gizi yang diukur dengan indikator indeks massa tubuh.

3.8. Metode Pengukuran

Metode Pengukuran variabel adalah sebagai berikut :

1. Status Gizi dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

Hasil perhitungan IMT akan dikategorikan sebagai berikut :

1. IMT < 18,5 dikategorikan sebagai Gizi Kurang

2. IMT 18.5 sampai 25 dikategorikan sebagai Gizi Normal

3. IMT > 25 dikategorikan sebagai Gizi Lebih

2. Pengukuran pola makan meliputi kelengkapan dan asupan zat gizi makanan

yang telah disesuaikan dengan kategori-kategori sebagai berikut:

a. Kelengkapan Makan

Kelengkapan makanan akan diukur dengan menggunakan Food

Frequency Questionary. Kategori untuk Kelengkapan makanan

adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


28

1) Lengkap : pekerja yang mengkonsumsi makanan pokok, lauk-

pauk, sayuran dan buah-buahan dalam sehari.

2) Tidak Lengkap : pekerja yang mengkonsumsi makanan pokok

dan lauk pauk atau makanan pokok dan sayuran dalam sehari.

b. Jumlah Zat Gizi

Jumlah makanan yang dikonsumsi dikonversikan menjadi zat gizi

(karbohidrat, protein, lemak, vitamin a dan zat besi ) kemudian dihitung

zat gizi yang dikonsumsi menggunakan software Nutri Survey, hasilnya

dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi

bangsa Indonesia berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik

Indonesia nomor 75 tahun 2013, yaitu dengan rumus :

Asupan energy
1. Tingkat konsumsi energy = Angka X 100%
kecukupan gizi

𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑡
2. Tingkat Komsumsi Karbohidrat= Angka X 100%
kecukupan gizi

𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
3. Tingkat Konsumsi Protein = Angka X 100%
kecukupan gizi

𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
4. Tingkat Konsumsi Lemak = Angka X 100%
kecukupan gizi

𝐴𝑠𝑢𝑝 𝑎𝑛𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝐴
5. Tingkat aupan vitamin =Angka X 100%
kecukupan gizi

𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛𝑍𝑎𝑡𝐵𝑒𝑠𝑖
6. Tingkat Asupan mineral = Angka X100%
kecukupan gizi

Kategori untuk jumlah Energi, Karbohidrat, protein dan Lemak,

dikelompokkan menjadi (WPNG, 2004) :

Universitas Sumatera Utara


29

1. kurang : <80% dari total AKG.

2. Baik : 80-110% dari total AKG

3. Lebih : >100% dari total AKG

Setelah jumlah makanan vitamin dan mineral yang dikonsumsi didapat dalam

bentuk persen, hasil persen tersebut dapat dikategorikan atas:

1) Kurang : Apabila jumlah seluruh zat gizi yang dikonsumsi <80%

dari total AKG

2) Baik : Apabila jumlah seluruh zat gizi yang dikonsumsi 80%-

110% dari total AKG

3. Frekuensi Makan

Frekuensi makan diukur dengan formulir Food Frequency dengan kategori:

1) Sering : 4-6 kali/minggu

2) Kadang-kadang : 1-3 kali/minggu

3) Jarang : 1 kali/bulan

4) Tidak Pernah

3.9. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

Universitas Sumatera Utara


30

2. Koding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri dari kategori.

3. Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer.

4. Cleaning bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan data,

baik saat coding maupun saat data entry. Cleaning juga dilakukan untuk

mengetahui kemungkinan ketidaklengkapan data sehingga dapat

dilakukan perbaikan.

3.9.2 Analisa Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan program komputer, dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian data di analisis secara

deskriptif.

Universitas Sumatera Utara


31

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu

PT. Perkebunan Nusantara IV unit Ajamu merupakan salah satu perkebunan

kelapa sawit. Kebun Unit Ajamu menjadi salah satu Unit Usaha dari PTP.Nusantara

IV ( Persero) Untuk pengolahan bahan baku TBS (Tandan Buah Segar). Kebun

Ajamu terletak di : Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Propinsi

Sumatera Utara. Kebun Ajamu berjarak ± 90 Km dari rantau Prapat atau 400 Km dari

Medan. PT. Perkebunan Nusantara IV Ajamu merupakan salah satu perusahaan yang

menyerap banyak tenaga kerja utamanya tenaga kerja untuk buruh panen (pendodos

sawit) perkebunan.

4.2 Karakteristik pekerja

Karakteristik pekerja yang dilihat dalam penelitian meliputi umur, dan Bagian

pekerjaan. Berdasarkan tabel4.1 diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada

kelompok umur 30 - 49 tahun yaitu 35 orang (52,2%), selanjutnya kelompok umur 19

- 25 tahun sebanyak 17 orang dan responden terkecil terdapat pada kelompok umur

50 – 64 tahun (22,4%). Bagian tempat responden bekerja paling banyak adalah pada

Afdeling IV yaitu sebanyak 19 orang (28,4%), bagian Afdeling III sebanyak 17 orang

(25,4), bagian Afdeling I yaitu 16 orang (23,9%) dan yang paling sedikit terdapat

pada bagian Afdeling II yaitu sebanyak 15 orang (22,4%).Distribusi Responden

Berdasarkan Umur, dan Bagian pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.1:

31
Universitas Sumatera Utara
32

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Bagian pekerjaan dan


penghasilan.

No. Karakteristik Pekerja n (67) Persentase (%)


1. Umur (tahun)
19 – 29 17 25,4
30 – 49 35 52,2
50 – 64 15 22,4
2. Bagian Pekerjaan
Afdeling I 16 23,9
Afdeling II 15 22,4
Afdeling III 17 25,4
Afdeling IV 19 28,3

4.3 Status Gizi Pekerja

Status Gizi pekerja diukur dengan indikator indeks massa tubuh pekerja.

Distribusi responden Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden terbanyak

terdapat pada kelompok status gizi normal yaitu 46 orang (68,6%), kelompok status

gizi kurang yaitu 19 orang (28,4%) dan yang terkecil terdapat pada kelompok status

gizi lebih yaitu 2 orang (3%). Distribusi Responden Berdasarkan status Gizi pekerja

dapat dilihat pada tabel 4.2:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Pekerja

No. Status Gizi Frekuensi Presentase (%)


1 Kurang 19 28,4
2 Normal 46 68,6
3 Lebih 2 3,0
Total 67 100,0

Universitas Sumatera Utara


33

4.4 Pola Makan Pekerja

Pola makan pekerja yaitu kebiasaan makan yang dikonsumsi oleh seseorang

menurut jenis, jumlah dan frekuensi yang dimakan setiap hari yang diukur dengan

menggunakan kuisionerfood recall 24 jam dan formulir food frequency quesionery.

4.4.1 Pola Makan Berdasarkan Kelengkapan Makanan

Pola makan berdasarkan Kelengkapan makanan Pekerja Berdasarkan Tabel

4.3 dapat dilihat konsumsi makanan berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi

pekerja terbesar pada jenis makanan tidak lengkap yang terdiri dari makanan pokok

dan lauk pauk atau makanan pokok, lauk pauk dan sayuran yaitu sebanyak 38 orang

(56,7%), sedangkan pekerja yang mengkonsumsi dengan jenis makanan lengkap yaitu

makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah sebanyak 29 orang (43,3%).

Tabel 4.3 Pola Makan Berdasarkan Kelengkapan Makanan Pekerja

No. Kelengkapan makanan Frekuensi Persentase%


1. Tidak Lengkap 38 56,7
2. Lengkap 29 43,3
Total 67 100,0

4.4.2 Frekuensi makan PekerjaBerdasarkan Makanan Pokok

Frekuensi makan dan jenis makanan pokok yang dikonsumsi pekerja

Berdasarkan Tabel 4.4, frekuensi makan untuk jenis makanan pokok nasi seluruh

pekerja (100%) mengonsumsi >1x/hari, sedangkan paling sedikit adalah

mengkonsumsi jenis makanan pokok Mie dengan frekuensi 1-3x/Minggu yaitu 13

Universitas Sumatera Utara


34

orang (19,40%). Distribusi Responden Berdasarkan frekuensi dan jenis makanan

pokok pekerja dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Pokok pekerja

No Jenis Frekuensi N
Makanan

4- 1-3x/minggu 1x/bulan Tidak pernah


6x/minggu
N % N % N % N %
1 Nasi 67 100 0 0,0 0 0,0 0 0,0 67
2 Jagung 0 0,0 15 22,4 20 29,9 32 47,8 67
3 Mie 0 0,0 13 19,4 24 35,8 30 44,8 67
4 Singkong 0 0,0 0 0,0 27 40,3 40 59,7 67

4.4.3 Frekuensi Makan Pekerja Berdasarkan Makanan Lauk Pauk

Frekuensi makan dan jenis makanan Lauk Hewani yang dikonsumsi pekerja

Berdasarkan Tabel 4.5, frekuensi paling banyak adalah frekuensi tidak pernah

memakan daging kambing dalam kurun waktu satu bulan terakhir yaitu sebnyak 59

orang (88,1%), sedangkan yang paling sedikit frekuensi makan telur

1x/bulansebanyak 8 orang (11,5%). Distribusi Responden Berdasarkan frekuensi

makan dan jenis makanan lauk pauk dapat dilihat pada tabel 4.5:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk pauk

No Jenis Makanan Frekuensi N


4-6x/minggu 1-3x/minggu 1x/bulan Tidak
pernah
N % N % N % N %
1 Daging sapi 0 0,0 0 0,0 16 23,9 51 76,1 67
2 Daging Ayam 0 0,0 10 14,9 14 20,9 43 64,3 67
3 Daging Kambing 0 0,0 0 0,0 8 11,9 59 88,1 67
4 Telur 31 46,3 35 52,2 0 0,0 1 1,5 67
5 Ikan Segar 38 56,7 29 43,3 0 0,0 0 0,0 67
6 Ikan Asin 23 34,4 34 50,7 10 14,9 0 0,0 67

Universitas Sumatera Utara


35

7 Tempe 36 53,7 31 46,3 0 0,0 0 0,0 67


8 Tahu 32 47,8 35 52,2 0 0,0 0 0,0 67

4.4.4 Frekuensi Makan Pekerja Berdasarkan Makanan Sayur-sayuran

Frekuensi makan dan jenis makanan sayur - sayuran yang dikonsumsi pekerja

Berdasarkan Tabel 4.6, frekuensi paling banyak adalah frekuensi tidak pernah

memakan nangka muda dalam kurun waktu satu bulan terakhir yaitu sebnyak 45

orang (67,2%), sedangkan yang paling sedikit frekuensi makan kacang panjang 4-

6x/minggu sebanyak 8 orang (11,5%). Distribusi Responden Berdasarkan frekuensi

makan dan jenis makanan Sayur-sayuran dapat dilihat pada tabel 4.6:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan sayuran

No Jenis Frekuensi N
Makanan
4-6x/minggu 1-3x/minggu 1x/bulan Tidak pernah
N % N % N % N %
1 Kangkung 11 16,4 36 53,7 20 29,9 0 0,0 67
2 Bayam 9 13,4 35 52,2 23 34,3 0 0,0 67
3 sawi 0 0,0 19 28,4 37 55,2 11 16,4 67
4 Daun Ubi 0 0,0 14 20,9 31 46,3 22 32,8 67
5 Kacang 8 11,9 19 28,4 32 47,8 8 11,9 67
panjang
6 Kol 11 16,4 28 41,8 21 31,4 8 11,5 67
7 Nangka muda 0 0,0 8 11,9 14 20,9 45 67,2 67

4.4.5 Frekuensi Makan Pekerja Berdasarkan Makanan Buah-buahan

Frekuensi makan dan jenis makanan Buah-buahan yang dikonsumsi pekerja

Berdasarkan Tabel 4.7, frekuensi paling banyak adalah frekuensi memakan jeruk 1-

3x/minggu yaitu sebnyak 41 orang (61,2%), sedangkan yang paling sedikit frekuensi

makan buah kuini 1-3x/minggusebanyak 11 orang (16,4%).Distribusi Responden

Universitas Sumatera Utara


36

Berdasarkan frekuensi makan dan jenis makanan Buah-buahan dapat dilihat pada

tabebel 4.7:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah - Buahan

No Jenis Frekuensi N
Makanan
4- 1-3x/minggu 1x/bulan Tidak pernah
6x/minggu
N % N % N % N %
1 Pisang 0 0,0 24 35,8 43 64,9 0 0,0 67
2 Jeruk 0 0,0 41 61,2 26 38,8 0 0,0 67
3 Nanas 0 0,0 15 22,4 24 35,8 28 41,8 67
4 Pepaya 0 0,0 27 40,3 16 23,9 24 35,8 67
5 Mangga 0 0,0 13 19,4 28 41,8 26 38,8 67
6 Semangka 0 0,0 23 34,3 19 28,4 25 37,3 67
7 Salak 0 0,0 17 25,4 24 35,8 26 38,8 67
8 Kuini 0 0,0 11 16,4 23 34,3 33 49.3 67

4.4.6 Frekuensi Makan Pekerja Berdasarkan jenis minuman

Frekuensi minuman dan jenis minuman yang dikonsumsi pekerja Berdasarkan

Tabel 4.8, frekuensi paling banyak adalah frekuensi meminum teh yaitu sebnyak 46

orang (68,7%), sedangkan yang paling sedikit frekuensi minum kopi 1x/minggu

sebanyak 5 orang (7,5%). Distribusi Responden Berdasarkan frekuensi makan dan

jenis minuman dapat dilihat pada tabel 4.8:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Minuman dan Jenis Minuman yang Dikonsumsi
Pekerja.

No Jenis Frekuensi N
minuman
4-6x/minggu 1-3x/minggu 1x/bulan Tidak pernah
N % N % N % N %
1 Teh 67 100 0 0,0 0 0,0 0 0,0 67
2 Kopi 38 56,7 24 35,8 5 7,5 0 0,0 67
3 Susu 0 0,0 19 28,4 22 32,8 26 38,8 67

4.4.7 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Asupan Energi dan Zat Gizi Pekerja

Universitas Sumatera Utara


37

Asupan Energi pekerja dapat dilihat melalui hasilFood Recall24 jamselama 2

hari Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada

kelompok Asupan Energi baik yaitu 45 orang (67,2%), kelompok Asupan energy

kurang yaitu 22 orang (32,8%) dantidak terdapat pekerja pada kelompok Asupan

Energi lebih. Distribusi Responden Berdasarkan asupan energi dapat dilihat pada

tabel 4.9:

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Pekerja

No. Asupan Energi Frekuensi Presentase (%)


1 Kurang 22 32,8
2 Baik 45 67,2
3 Lebih 0 0,0
Total 67 100,0

Asupan karbohidrat pekerja dapat dilihat Hasil Food Recall24 Hour

Karbohidrat pekerjaselama 2 hari.Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa responden

terbanyak terdapat pada kelompok Asupan Karbohidrat Baik yaitu 46 orang (68.7%),

kelompok Asupan Karbohidrat Kurang yaitu 21 orang (31,3%) dan pada kelompok

tidak terdapat pekerja pada kelompok asupan karbohidrat lebih. Distribusi Responden

Berdasarkan asupan karbohidrat dapat dilihat pada tabel 4.10:

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Karbohidrat Pekerja

No. Asupan Karbohidrat Frekuensi Presentase (%)


1 Kurang 21 31,3
2 Baik 46 68,7
3 Lebih 0 0,0
Total 67 100,0

Universitas Sumatera Utara


38

Asupan protein pekerja dapat dilihat dari hasil Food Recall24 Hour asupan

proteinselama 2 hari.Berdasarkan tabel 4.11 di atas diketahui bahwa responden

terbanyak terdapat pada kelompok Asupan protein baik yaitu 39(58.2) orang

(73,1%), kelompok asupan protein kurang yaitu 28 orang (41.8%) dan tidak terdapat

pekerja pada kelompok Asupan protein lebih. Distribusi Responden Berdasarkan

distribusi asupan protein dapat dilihat pada tabebel 4.11:

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Protein Pekerja

No. Asupan Protein Frekuensi Presentase (%)


1 Kurang 28 41,8
2 Baik 39 58,2
3 Lebih 0 0,0
Total 67 100,0

Asupan lemak pekerja dapat dilihat dari Hasil Food Recall24 Hour asupan

lemakselama 2 hari Berdasarkan tabel 4.12distribusi asupan lemak diketahui bahwa

responden terbanyak terdapat pada kelompok Asupan Lemak baik yaitu 35 orang

(52,2%), kelompok asupan lemak kurang yaitu 32 orang (47,8%) pekerja dan tidak

terdapat pekerja pada kelompok Asupan lemak lebih.Distribusi Responden

Berdasarkan aupan lemak dapat dilihat pada tabebel 4.12:

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Lemak Pekerja.

No. Asupan Lemak Frekuensi Presentase (%)


1 Kurang 32 47,8
2 Baik 35 52,2
3 Lebih 0 0,0
Total 67 100,0

Asupan Vitamin A pekerja dapat dilihat dari Hasil Food Recall24 Hour

asupan vitamin Aselama 2 hari Berdasarkan tabel 4.12distribusi asupan vitamin

Universitas Sumatera Utara


39

Adiketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok Asupan VitaminA

Kurang yaitu 34 orang (50,7%), kelompok asupan Vitamin A baik yaitu 33 orang

(49,3%) dan tidak terdapat pekerja pada kelompok Asupan vitamin A lebih.Distribusi

Responden Berdasarkan Asupan Vitamin A dapat dilihat pada tabebel 4.12:

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Vitamin A Pekerja

No. Vitamin A Frekuensi Presentase (%)


1 Kurang 34 50,7
2 Baik 33 49,3
3 Lebih 0 0,0
Total 67 100,0

Asupan Zat Besi pekerja dapat dilihat dari Hasil Food Recall24 Hour asupan

zat besiselama 2 hari Berdasarkan tabel 4.13 distribusi zat besi diketahui bahwa

responden terbanyak terdapat pada kelompok Asupan zat besi kurang yaitu 51 orang

(76,1%), kelompok asupan lemak baik yaitu 16 orang (23,9%) dan tidak terdapat

pekerja pada kelompok Asupan zat besi lebih.Distribusi Responden Berdasarkan

asupan Zat besi dapat dilihat pada tabel 4.13:

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Besi Pekerja

No. Zat Besi Frekuensi Presentase (%)


1 Kurang 51 76,1
2 Baik 16 23.9
3 Lebih 0 0,0
Total 67 100,0

4.5. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Kelengkapan Makanan Pekerja

Gambaran status gizi berdasarkan kelengkapan makanan pekerja buruh panen

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten

Universitas Sumatera Utara


40

Labuhanbatu Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.14 gambaran status gizi berdasarkan

indeks massa tubuh pekerja dengan Kelengkapan makanan pekerja menunjukkan

bahwa pekerja dengan dengan kelengkapan makanan tidak lengkap dan memiliki

status gizi yang normal yaitu sebanyak 38 (82,6%) orang pekerja. Hasil gambaran

status gizi dengan jenis makanan pekerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Kelengkapan Makanan Pekerja

Kelengkapan Makanan Status Gizi Total


kurang normal Lebih
N % N % N % n %
tidak Lengkap 15 78,9 8 17,4 0 0,0 23 100
Lengkap 4 21,1 38 82,6 2 100 44 100

4.6. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Zat Gizi Pekerja

4.6.1 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi Pekerja

Gambaran status gizi pekerja berdasarkan asupan energy pekerja PT.

Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten

Labuhanbatu Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.15 gambaran status gizi berdasarkan

indeks massa tubuh pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan

Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan energi pekerja

menunjukkan bahwa pekerja dengan asupan energy baik berpengaruh terhadap status

gizi yang normal yaitu sebanyak 42 orang (91,3%) pekerja dengan asupan energy

baik mempunyai status gizi yang baik pula. Distribusi Respondengambaran status

gizi berdasarkan asupan energi pekerja dapat dilihat pada tabel 4.15:

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 4.15 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi Pekerja.

Status Gizi Total


Asupan Energi Kurang Normal Lebih
N % n % N % N %
Kurang 18 94,7 4 8,7 0 0,0 22 100
Baik 1 5,3 42 91,3 2 100 45 100
Total 19 100 46 100 2 100 67 100

4.6.2 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Karbohidrat Pekerja

Gambaran status gizi pekerja berdasarkan asupan karbohidrat pekerja PT.

Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten

Labuhanbatu Tahun 2017 dapat Berdasarkan tabel 4.16 gambaran status gizi

berdasarkan indeks massa tubuh pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu

Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan

karbohidrat pekerja menunjukkan bahwa pekerja dengan asupan karbohidrat baik

berpengaruh terhadap pekerja yang memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak

42 orang (91,3%) pekerja. Distribusi Responden Berdasarkan Gambaran status gizi

Berdasarkan asupan karbohidrat pekerja dapat dilihat pada tabel 4.16:

Tabel 4.16 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Karbohirat Pekerja.

Status Gizi Total


Asupan Karbohidrat Kurang Normal Lebih
N % n % n % N %
Kurang 17 89,5 4 8,7 0 0,0 21 100
Baik 2 10,5 42 91,3 2 100 46 100
Total 19 100 46 100 2 100 67 100

Universitas Sumatera Utara


42

4.6.3 Gambaran Status Gizi Pekerja Berdasarkan Asupan Protein Pekerja

Gambaran Asupan protein pekerja berdasarkan status gizi pekerja

Berdasarkan tabel 4.17 gambaran status gizi berdasarkan indeks massa tubuh

pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten

Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan protein pekerja menunjukkan bahwa

pekerja dengan asupan protein baik memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak

37 orang pekerja. Hasil gambaran status gizi dan asupan protein pekerja dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.17 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Protein Pekerja.

Asupan Protein Status Gizi Total


Kurang Normal Lebih
N % n % n % N %
Kurang 19 100 9 19,6 0 0,0 28 100
Baik 0 0,0 37 80,4 2 100 39 100
Total 19 100 46 100 2 100 46 100

4.6.4 Gambaran Status Gizi Pekerja Berdasarkan Asupan Lemak Pekerja

Gambaran Asupan lemak pekerja dengan status gizi pekerja PT. Perkebunan

Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun

2017 Berdasarkan tabel 4.18 gambaran status gizi berdasarkan indeks massa tubuh

pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten

Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan lemak pekerja menunjukkan bahwa pekerja

dengan asupan lemak baik memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 32 orang

Universitas Sumatera Utara


43

pekerja. Hasil gambaran status gizi berdasarkan asupan lemak pekerja dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.18 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Lemak Pekerja.

Asupan Lemak Status Gizi Total


kurang normal Lebih
N % n % n % N %
Kurang 18 94,7 14 30,4 0 0,0 32 100
Baik 1 5,3 32 69,6 2 100 35 100
Total 19 100 46 100 2 100 67 100

4.6.5 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Vitamin A Pekerja

Gambaran status gizi pekerja berdasarkan asupan vitamin A pekerja PT.

Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten

Labuhanbatu Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.19 gambaran status gizi berdasarkan

indeks massa tubuh pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan

Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan Vitamin A pekerja

menunjukkan bahwa pekerja dengan asupan Vitamin A baik dan memiliki status gizi

yang normal menjadi yang terbanyak yaitu sebanyak 30 orang (65,2%) pekerja. Hasil

gambaran status gizi dan asupan vitamin A pekerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.19 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Vitamin A Pekerja.

Asupan Vitamin A Status Gizi Total


kurang normal Lebih
N % N % n % N %
Kurang 17 89,5 16 34,8 0 0,0 33 100
Baik 2 10,5 30 65,2 2 100 34 100
Total 19 100 46 100 2 100 67 100

Universitas Sumatera Utara


44

4.6.5 Gambaran Status Gizi Pekerja Berdasarkan Asupan Zat besi Pekerja

Gambaran Asupan Zat besi pekerja Berdasarkan status gizi pekerja PT.

Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten

Labuhanbatu Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.20 gambaran status gizi berdasarkan

indeks massa tubuh pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan

Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan Zat besi pekerja

menunjukkan bahwa pekerja dengan asupan Zat besi kurang namun memiliki status

gizi yang normal yaitu sebanyak 31 orang (67.4) pekerja. Hasil gambaran status gizi

berdasarkan asupan zat besi pekerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.20 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Asupan Zat Besi Pekerja.
Asupan Zat Besi Status Gizi
kurang normal Lebih
N % n % n %
Kurang 16 84,2 35 76,1 0 0,0
Baik 3 15,8 11 23,9 2 100
Total 19 100 46 100 2 100

Universitas Sumatera Utara


45

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Status Gizi pada Pekerja


Status gizi pekerja menunjukkan bahwa gizi kurang masih menjadi permasalahan

di PTPN IV Unit Ajamu disebabkan memiliki proporsi yang masih besar yaitu

28,4%. Gizi yang kurang mencerminkan cerminan dari masukan gizi pekerja selama

berhari-hari masih belum baik. Jika pekerja tersebut memiliki gizi kurang, pekerja

tersebut akan menjadi kurang aktif untuk melakukan pekerjaan sebab produksi tenaga

yang kurang, penurunan daya tahan tubuh, penurunan struktur dan fungsi otak, serta

perubahan perilaku yang menyebabkan mudahnya terserang stress mental.

Gizi kurang yang terjadi pada pekerja buruh panen disebabkan beban kerja yang

berat yang tidak diimbangi dengan pola makan meliputi asupan energy dan zat gizi,

jenis dan frekuensi makan pekerja yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hal ini

sesuai dengan penelitian Ginting (2012)Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status

gizi pekerja (p>0,05), karena konsumsi makanan dari sebahagian besar pekerja masih

di bawah kecukupan kalori kerja untuk beban kerja di peternakan, sehingga belum

cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori normal.Permasalahan gizi lebih juga

ditemukan meski dengan proporsi yang sedikit yaitu sebanyak 3% dari total sampel

yang diteliti. Hal ini mencerminkan ketidakseimbangan antara masukan energi yang

masuk ke dalam tubuh melalui makanan dengan energi yang dikeluarkan.

Ketidakseimbangan tersebut dapat disebabkan karena beban kerja pekerja buruh

44

Universitas Sumatera Utara


46

pendodos kelapa sawit yang berat meningkatkan motivasi yang kuat pada pekerja

yang dapat meningkatkan selera makan pekerja. Semakin berat aktivitas fisik yang

dilakukan seseorang maka akan memerlukan energi yang banyak pula. Tubuh yang

besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan dengan tubuh yang kecil

untuk melakukan aktivitas fisik (Adriani & Wirjatmadi, 2012).Pengonsumsian

makanan dalam jumlah berlebihan secara terus-menerus akan menyebabkan berat

badan meningkat pesat dan akan menyebabkan obesitas. Obesitas juga merupakan

salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti

hipertensi, diabetes, jantung koroner, hati dan kantung empedu. Oleh sebab itu, gizi

lebih menyebabkan pekerja memiliki resiko menderita penyakit dan dapat

memperpendek harapan hidup (Almatsier, 2009).

5.2 Gambaran Pola makan Dengan Status Gizi Pekerja


Pola makan dalam penelitian ini digambarkan melalui jenis makanan, jumlah

makanan dan frekuensi makan. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

pekerja memiliki jenis makanan lengkap sebanyak43,3% dan sebesar 56,7%pekerja

mengonsumsi makanan secara tidak lengkap. Dari hasil kebanyakan pekerja

mengonsumsi jenis makanan yang tidak lengkap. Hal tersebut dikarenakan kurangnya

konsumsi buah-buahan, dan juga sayuran pada pekerja dikarenakan pekerja hanya

mengutamakan konsumsi makanan yang mengenyangkan dan mengesampingkan

jenis dari makanan yang dikonsumsi.Pemerintah Indonesia telah menerbitkan

Pedoman Gizi Seimbang, salah satu pesannya adalah mengkonsumsi lima kelompok

Universitas Sumatera Utara


47

pangan setiap hari. Kelima kelompok pangan itu ialahmakanan pokok, lauk-pauk,

sayuran, buah-buahan dan minuman (Departemen Kesehatan, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan jenis dan frekuensi makan pekerja

pada jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi adalah nasi sebesar 100%

dengan frekuensi setiap hari. Sedangkan makanan pokok lainnya kadang-kadang

dikonsumsi pekerja seperti jagung dan mi, masing-masing sebesar 22,4% dan 19,4%

dengan frekuensi 1-3 kali dalam seminggu. Namun dalam hasil penelitian asupan

karbohidrat kurang masih ditemukan sebanyak 21 orang pekerja yang memiliki

asupan karbohidrat yang kurang. Hal ini dikarenakan beberapa pekerja yang

melewatkan waktu sarapan pagi dengan alasan tidak ada waktu, belum adanya selera

makan karena waktu sarapan yang masih terlalu pagi, dll. Sarapan pagi merupakan

suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas di pagi hari dan

menyumbangkan gizi sekitar 15%-30% dari kebutuhan kalori sehari (Departemen

Kesehatan, 2014). Sarapan memberi modal energi pada kita untuk beraktivitas.

Sebenarnya selain memberi energi pada tubuhmanfaat lain yang tak kalah penting yaitu

meningkatkan konsentrasi yang fokus dan fisik yang prima dalam bekerja.

Sarapan akan berpengaruh pada kadar gula dalam darah yang semakin meningkat.

Keadaan ini ada hubungannya dengan kerja otak terutama konsentrasi bekerja. Sarapan

memberikan nilai positif terhadapaktivitas otak, otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih

mampu untuk berkonsentrasi selama bekerja. Bila terjadi keterlambatan masukan zat gizi

(asupan gula ke dalam sel darah) maka dapat menurunkan daya konsentrasi, rasa malas,

Universitas Sumatera Utara


48

lemas, lesu dan pusing juga mengantuk Sarapan terbukti dapat meningkatkan konsentrasi

dan stamina (Gibson & Gunn, 2011).

Lauk pauk yang biasa dikonsumsi perkerja adalah ikan segar dengan frekuensi

4-6 kali dalam seminggu, selanjutnya telur juga menjadi makanan favorit pekerja

dengan frekuensi yang sama yaitu 4-6 kali dalam seminggu. Sedangkan lauk pauk

yang jarang dikonsumsi anak seperti daging sapi dan daging kambing, masing-

masing 23,9% dan 11,9% dengan frekuensi 1 kali dalam sebulan. Dikarenakan harga

daging yang tinggi sehingga sulit dijangkau oleh pekerja. Pekerja biasa mengonsumsi

daging hanya ketika menghadiri hajatan warga. hampir sebagian pekerja

mengkonsumsi kangkung sebagai sayuran favorit sebanyak 53,7% dengan frekuensi

1-3 kali dalam seminggu. Dikarenakan harga kangkung yang murah dan cara

pengolahan sayur kangkung yang sederhana serta rasa kangkung yang enak membuat

sayuran ini menjadi Favorit. Sedangkan sayur yang jarang dikonsumsi anak adalah

Nangka muda Rendahnya konsumsi sayur nangka muda dikarenakan pengolahan

yang rumit dan membutuhkan banyak bumbu dapur.

Buah-buahan yang digemari pekerja adalah jeruk dengan frekuensi 1-3 kali

dalam seminggu sebanyak 61,2%. Buah jeruk banyak dikonsumsi pekerja dengan

frekuensi 1-3 kali dalam seminggu dikarenakan setiap minggunya diadakan pasar

tradisional yang dibiasa disebut dengan “Pekan” pada saat pekan buah jeruk

merupakan buah yang mudah ditemui dan dapat diperoleh dengan harga yang

bervariasi. Sedangkan buah yang lain seperti pisang dan pepaya juga diminati pekerja

dengan frekuensi 1-3 kali dalam seminggu sebanyak 25,8% dan 40,3%. Menurut

Universitas Sumatera Utara


49

pekerja jeruk merupakan buah yang mudah didapat kan dan terjangkau oleh pekerja.

Minuman yang paling sering dikonsumsi pekerja adalah teh dan kopi, hal ini

dikarenakan waktu yang masih pagi ketika berangkat bekerja membuat minuman teh

dan kopi yang biasa dikonsumsi ketika masih panas menjadi minuman yang paling

digemari pekerja.

Pola makan berdasarkan jumlah asupan energy dan zat gizi pekerja secara

umum dalam kategori baik, namun terdapat beberapa zat gizi pekerja dengan kategori

kurang yang masih tinggi seperti asupan zat besi.Pola makan zat besi yang

dikonsumsi pekerja masih kurang, hal ini dilihat dari kecukupan zat besi sebesar

sebesar 51 orang pekerja dalam kategori kurang. Sumber zat besi terbanyak ada pada

daging, hati ayam, kacang-kacangan. keterbatasan penghasilan keluarga turut

menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan

keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari,

baik kualitas maupun jumlah makanan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

olehAdriani dan Wirjatmadi, (2012) Status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh pola

makan yang merupakan salah satu faktor langsung tetapi dipengaruhi pula oleh faktor

lainnya adalah ekonomi, ketersediaan pangan, budaya, dan fasilitas pelayanan

kesehatan . Bakri (2014) menyatakan bahwa bahwa keluarga yang berpendapatan

besar berpeluang 3 kali lebih besar untuk menerapkan gizi seimbang dibanding

keluarga yang berpendapatan kecil.

Universitas Sumatera Utara


50

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Status gizi pekerja buruh panen (pendodos kelapa sawit) PT. Perkebunan

Nusantara IV Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatusebanyak 68,6% dalam

kategori baik. Namun masih terdapat sebanyak 28,4% pekerja dengan status gizi

kurang.Hal tersebut dikarenakan pola makan beberapa pekerja meliputi Kelengkapan

makanan dan frekuensi makan yang belum baik serta asupan energi dan zat gizi

pekerja yang kurang memenuhi kebutuhan tubuh pekerja dengan beban kerja buruh

pendodos yang berat.

6.2 Saran

Saran dari penelitian, maka yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi pekerja

a. Seluruh pekerja sebaiknya melakukan sarapan pagi sebelum memulai

aktivitas pemanenan kelapa sawit

b. Pekerja sebaiknya memanfaatkan lahan perkarangan rumah untuk ditanami

sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian yang dapat dikonsumsi pekerja.

2.Bagi Perusahaan

a. Pihak perusahaan sebaiknya menyediakan sarapan pagi bagi pekerja buruh

panen agar seluruh pekerja sarapan pagi sebelum memulai aktivitas

pemanenan.

50

Universitas Sumatera Utara


51

b. Pihak perusahaan sebaiknya memberdayakan pekerja dalam pemamfaatan

lahan perkarangan untuk ditanami buah-buahan, umbi-umbian yang dapat

di konsumsi pekerja.

Universitas Sumatera Utara


52

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., Susirah, S., Moesijanti, S., 2011., Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Amalia, L. 2008. Konsumsi sayur dan buah kaya vitamin A dan vitamin C serta
kaitannya dengan kejadian sakit flu dan diare di kalangan mahasiswa TPB-
IPB. Media Gizi Keluarga 32(1) : 87-94.

Andriani, M dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta : kencana paradana media group

Ariati. 2013. Gizi dan Produktifitas Kerja. Jurnal Skala Husada. Poltekes Denpasar.
Beck, M. 2011. Ilmu Gizi Dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit - Penyakit Untuk
Perawat Dan Dokter. Yayasan Essentia Medic: Yogyakarta.

Budiarto, E..2010. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC


: Jakarta.
Budiyanto, M. A. K., 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Ketiga (Edisi Kedua).
UMM Press : Malang.

Daniel, T. 2015. Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan Kerja
Pada Pekerja di PTPN I Pabrik kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara

Departemen kesehatan RI. 2009. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja.
Direktorat Bina Kesehatan Kerja:Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta.

Gibson SA & Gunn P. 2011. What’s for breakfast? Nutritional implications of


breakfast habits: insights from the NDNS dietary records. Nutrition
Bulletin :36, 78-86.

Ginting, S. 2013. Pengaruh Beban Kerja dan Asupan Kalori Terhadap Status Gizi
Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan
Kutalibaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.Tesis.FKM USU..

Universitas Sumatera Utara


53

Grandjean, E, 1985. Fitting The Task To The Man. Taylor and Francis Ltd. London
Harrianto, R., 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Hariyati, M. 2011. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Linting Manual Di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta.Skripsi.FK UNS
Herliani, F. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja. Pada Pekerja
Industri Pembuatan Gamelan di Daerah Wirun Sukoharjo. Skripsi.
Universitas Negeri. Semarang
ILO, 1975. Penelitian Kerja dan Produktivitas. Penerjemah: J.L, Wetik, Seri
Manajemen No 15a, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Irianto, 2006. Panduan gizi lengkap (Keluarga dan Olahragawan). CV. Andi offset.
Yogyakarta.
Khomsan, Ali., 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Langgar, D. P.,2014. Hubungan Antara Asupan Gizi dan Status Gizi Dengan
Kelelahan Kerja Pada Karyawan Perusahaan Tahu Baxo Bu Pudji di
Unggaran Tahun 2014.Jurnal FKM Dian Nuswantoro Semarang.
Mulyani, T. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Fatigue Pada
Operator Unit Hauling Coal dan Overberden Di PT. Buma, Mitra Kerja
PT. Berau Coal Lati Tanjung Redeb Kalimantan Timur Tahun 2012.
Skrpsi FKM UI
Mulia, A. 2010. Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa.
Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas sumatera Utara.
Nurmianto, E., 2004. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Rineka Cipta :
Jakarta.
Oesman, T. I., Simanjuntak, A.R., 2011. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test. Jurnal
Institut Sain & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Oktaviani, W .2011. Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Mahasiswa S1
Keperawatan Program AFikes UPN Veteran Jakarta. Skripsi. FKIK
UPN Veteran.

Universitas Sumatera Utara


54

Pelto. 1981. Human Development, second edition. USA: Von Hoffman Press, Inc

Purnamasari, D.U., Ulfah, N.,2012. Pengaruh Konsumsi Energi dan Protein


Terhadap Kelelahan Kerja Pada Pekerja Wanita di Industri Bulu Mata
Palsu PT. Hyup Sung Purbalingga. Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyrakat FKIK UNSOED Purwokerto 31
Maret 2012.
Randall, S. Schuler, Susan E Jackson, 1999. Manajemen SDM Menghadapi Abad Ke
21. Edisi Ke-6 Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Santoso, G, 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan . Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Sediaoetomo, 2008. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi.Bogor

Supriasa, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Suma'mur,.2014. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : Sagun Seto
,1989. Ergonomi Untuk Produktivitas. Cetakan Pertama. Haji Masagung :
Jakarta.

Setyowati 2013. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Meubel Di Kabupaten Jepara.

Syafiq, A., dkk. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Edisi I. PT. RajaGrafindo
Persada : Jakarta.
Syam, F, 2013. Gambaran Asupan Zat gizi, status gizi, dan produktifitas kerja pada
pekerja pabrik kelapa sawit bergepang estate tahun 2013. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Tarwaka,. Bakri, SHA., Sudiajeng, L., 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Produktivitas.
Trisnawati, E. 2012. Kualitas Tidur, Status Gizi dan Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Wanita Dengan Peran Ganda. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan
Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UNSOED Purwokerta 31 Maret
2012.

Universitas Sumatera Utara


55

Utami, Aw, 2015. Analisis produktivitas tenaga kerja pada usaha domba. Fakultas
peternakan Universitas Padjajaran.
Wignjoesoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik Analis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Prima Printing.
Zahra, M. 2012. Gambaran Pola makan, Aktivitas Fisik dan Status gizi pada
Karyawan UD. Alfa STAR dan PLS Ervina Medan. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


56

Lampiran 1

Kuisioner Food Recall 24 jam

KUISIONER PENELITIAN

NAMA / INISIAL :

USIA :

BAGIAN AFDELING :

PENGHASULAN (BULAN):

BERAT BADAN (kg) :

TINGGI BADAN (cm) :

24 HOUR FOOD RECALL

Petunjuk : Anda diminta memberikan keterangan tentang apa saja yang dimakan dari

pagi hari hingga malam pada hari sebelumnya (kemarin). Jika tidak melakukan

makan pagi atau ngemil pada malam hari atau lainnya, silahkan kolom tersebut

dikosongkan saja. Pada kolom jenis makanan ditulis nama makanan yang dimakan

seperti nasi, ayam goreng, sayur sawi dan lainnya. Pada kolom bahan dasar ditulis

bahan dasar pada makanan tersebut, seperti jenis makanan gulai ayam, maka bahan

dasarnya adalah ayam, santan dsb.Untuk ukuran URT (Ukuran Rumah Tangga)

menggunakan satuan yang umum digunakan seperti sendok, gelas dsb.

Tanggal :

Universitas Sumatera Utara


57

WAKTU NAMA BAHAN JUMLAH JUMLAH


MAKANAN / MAKANAN/ URT GRAM
MINUMAN MINUMAN
SARAPAN
PAGI

SNACK /
NGEMIL
SIANG

MAKAN
SIANG

SNACK /
NGEMIL
SORE

Universitas Sumatera Utara


58

MAKAN
MALAM

Universitas Sumatera Utara


59

Lampiran 2

Kuisioner Food Frequensi

Nama/ inisial :

Umur :

Bagian Afdeling :

Berilah tanda ceklis (√) pada tabel frekuensi sesuai pola makan anda dalam kurun
waktu satu bulan terakhir.

no Jenis Frekuensi
makanan
4-6x/minggu 1-3x/minggu 1x/bln Tidak pernah
Makanan
pokok
1 Nasi

2 Jagung

3 Mie

4 Singkong

Lauk
Pauk

1 Daging
sapi

2 Daging
ayam

3 Daging
kambing

4 Ikan segar

5 Ikan asin

6 Telur

Universitas Sumatera Utara


60

7 Tahu

8 Tempe

Buah –
buahan

1 Pisang

2 Jeruk

3 Nanas

4 Papaya

5 Mangga

6 Semangka

7 Salak

8 kuini

Sayur –
sayuran

1 Kangkung

2 Bayam

3 Sawi

4 Daun ubi

5 Kacang
panjang

6 Kol

7 Nangka
muda

Universitas Sumatera Utara


61

Minuman

1 Teh

2 Kopi

3 Susu

Universitas Sumatera Utara


62

Lampiran 3

Surat Keterangan Selesai penelitian.

Universitas Sumatera Utara


63

Lampiran 4

Master Data Penelitian

Universitas Sumatera Utara


64

Universitas Sumatera Utara


65

Keterangan :

1. Umur K = Kategori Umur pekerja = 1= 19 – 30 tahun


2= 31 – 49 tahun
3= 50 – 64 tahun

2. Bag.P = Bagian Pekerjaan = 1 = Afdeling I


2 = Afdeling II
3 = Afdeling III
4 = Afdeling IV

3. IMTK= Indeks massa tubuh Kategori : 1 = >18.5


2 = 18.5 – 25
3 = <25
4. A. Energik = Asupan Energi kategori: 1 = >80%
2 = 80 – 109%
3 = >110%

Universitas Sumatera Utara


66

5. A. karbohidrat k= Asupan karbohidrat kategori : 1 = >80%


2 = 80 – 109%
3 = >110%

6. A. Protein k= Asupan Protein kategori : 1 = >80%


2 = 80 – 109%
3 = >110%

7. A. Lemak K = Asupan Lemak Kategori : 1 = >80%


2 = 80 – 109%

3 = >110%

8. A. Vit.AK = Asupan Vitamin A Kategori : 1. >80%


2. 80 – 110 %

9. KM : Kelengkapan Makanan = 1. Makanan tidak lengkap


2. makanan lengkap

63

Universitas Sumatera Utara


67

Lampiran 5

Lampiran Output Pengolahan Data

Analisis Univariat
Frekuency Table
Umur Pekerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19 – 30 17 25.4 25.4 25.4
31 – 49 35 52.2 52.2 77.6
50 – 64 15 22.4 22.4 100.0
Total 67 100.0 100.0

Bagian pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Afd.1 16 23.9 23.9 23.9
Afd.2 15 22.4 22.4 46.3
Afd.3 17 25.4 25.4 71.6
Afd.4 19 28.4 28.4 100.0
Total 67 100.0 100.0

Status gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang
19 28.4 28.4 28.4
normal
46 68.7 68.7 97.0
lebih 2 3.0 3.0 100.0
Total
67 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


68

Asupan Energi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kuran
22 32.8 32.8 32.8
g
Baik
45 67.2 67.2 100.0
Total
67 100.0 100.0

Asupan Karbohidrat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kuran
21 31.3 31.3 31.3
g
Baik 46 68.7 68.7 100.0
Total 67 100.0 100.0

Asupan Protein

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kuran
28 41.8 41.8 41.8
g
Baik 39 58.2 58.2 100.0
Total 67 100.0 100.0

Asupan Lemak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang
32 47.8 47.8 47.8
baik
35 52.2 52.2 100.0
Total
67 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


69

Asupan Vitamin A

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 34 50.7 50.7 50.7
Baik 33 49.3 49.3 100.0
Total 67 100.0 100.0

Asupan Zat besi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang
51 76.1 76.1 76.1
Baik
16 23.9 23.9 100.0
Total 67 100.0 100.0

Kelengkapan Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lengkap
23 34.3 34.3 34.3
Tidak Lengkap
44 65.7 65.7 100.0
Total
67 100.0 100.0

Crosstabs
STATUS GIZI* ASUPAN ENERGI Crosstabulation

A.EnergiK Total
kurang baik
IMTK kurang Count 18 1 19
Expected Count 6.2 12.8 19.0
% within IMTK 94.7% 5.3% 100.0%
% within A.EnergiK 81.8% 2.2% 28.4%
% of Total 26.9% 1.5% 28.4%

Universitas Sumatera Utara


70

normal Count 4 42 46
Expected Count 15.1 30.9 46.0
% within IMTK 8.7% 91.3% 100.0%
% within A.EnergiK 18.2% 93.3% 68.7%
% of Total 6.0% 62.7% 68.7%
Lebih Count 0 2 2
Expected Count .7 1.3 2.0
% within IMTK .0% 100.0% 100.0%
% within A.EnergiK .0% 4.4% 3.0%
% of Total .0% 3.0% 3.0%
Total Count 22 45 67
Expected Count 22.0 45.0 67.0
% within IMTK 32.8% 67.2% 100.0%
% within A.EnergiK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 32.8% 67.2% 100.0%

STATUS GIZI* ASUPAN KARBOHIDRAT Crosstabulation

A.KarbohidratK Total
Kurang baik
IMTK Kurang Count 17 2 19
Expected Count 6.0 13.0 19.0
% within IMTK 89.5% 10.5% 100.0%
% within A.KarbohidratK 81.0% 4.3% 28.4%
% of Total 25.4% 3.0% 28.4%
Normal Count 4 42 46
Expected Count 14.4 31.6 46.0
% within IMTK 8.7% 91.3% 100.0%
% within A.KarbohidratK 19.0% 91.3% 68.7%
% of Total 6.0% 62.7% 68.7%
Lebih Count 0 2 2
Expected Count .6 1.4 2.0
% within IMTK .0% 100.0% 100.0%
% within A.KarbohidratK .0% 4.3% 3.0%
% of Total .0% 3.0% 3.0%
Total Count 21 46 67
Expected Count 21.0 46.0 67.0
% within IMTK 31.3% 68.7% 100.0%
% within A.KarbohidratK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 31.3% 68.7% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


71

ASUPAN GIZI * ASUPAN PROTEIN Crosstabulation

A.ProteinK Total
kurang baik
IMTK kurang Count 19 0 19
Expected Count 7.9 11.1 19.0
% within IMTK 100.0% .0% 100.0%
% within A.ProteinK 67.9% .0% 28.4%
% of Total 28.4% .0% 28.4%
normal Count 9 37 46
Expected Count 19.2 26.8 46.0
% within IMTK 19.6% 80.4% 100.0%
% within A.ProteinK 32.1% 94.9% 68.7%
% of Total 13.4% 55.2% 68.7%
Lebih Count 0 2 2
Expected Count .8 1.2 2.0
% within IMTK .0% 100.0% 100.0%
% within A.ProteinK .0% 5.1% 3.0%
% of Total .0% 3.0% 3.0%
Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0
% within IMTK 41.8% 58.2% 100.0%
% within A.ProteinK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 41.8% 58.2% 100.0%

STATUS GIZI * ASUPAN LEMAK Crosstabulation

A.LemakK Total

kurang baik
IMTK kurang Count
18 1 19
Expected Count
9.1 9.9 19.0
% within IMTK
94.7% 5.3% 100.0%
% within A.LemakK
56.3% 2.9% 28.4%
% of Total
26.9% 1.5% 28.4%
normal Count
14 32 46
Expected Count
22.0 24.0 46.0
% within IMTK
30.4% 69.6% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


72

% within A.LemakK
43.8% 91.4% 68.7%
% of Total
20.9% 47.8% 68.7%
Lebih Count
0 2 2
Expected Count
1.0 1.0 2.0
% within IMTK
.0% 100.0% 100.0%
% within A.LemakK
.0% 5.7% 3.0%
% of Total
.0% 3.0% 3.0%
Total Count
32 35 67
Expected Count
32.0 35.0 67.0
% within IMTK
47.8% 52.2% 100.0%
% within A.LemakK
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 47.8% 52.2% 100.0%

STATUS GIZI * ASUPAN Vit.A Crosstabulation

Vit.AK Total
Kurang baik
IMTK Kurang Count 17 2 19
Expected Count 9.6 9.4 19.0
% within IMTK 89.5% 10.5% 100.0%
% within Vit.AK 50.0% 6.1% 28.4%
% of Total 25.4% 3.0% 28.4%
Normal Count 16 30 46
Expected Count 23.3 22.7 46.0
% within IMTK 34.8% 65.2% 100.0%
% within Vit.AK 47.1% 90.9% 68.7%
% of Total 23.9% 44.8% 68.7%
Lebih Count 1 1 2
Expected Count 1.0 1.0 2.0
% within IMTK 50.0% 50.0% 100.0%
% within Vit.AK 2.9% 3.0% 3.0%
% of Total 1.5% 1.5% 3.0%
Total Count 34 33 67
Expected Count 34.0 33.0 67.0
% within IMTK 50.7% 49.3% 100.0%
% within Vit.AK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.7% 49.3% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


73

STATUS GIZI * ASUPAN ZAT BESI Crosstabulation

ZatbesiK Total
Kurang baik
IMTK Kurang Count 16 3 19
Expected Count 14.5 4.5 19.0
% within IMTK 84.2% 15.8% 100.0%
% within ZatbesiK 31.4% 18.8% 28.4%
% of Total 23.9% 4.5% 28.4%
Normal Count 35 11 46
Expected Count 35.0 11.0 46.0
% within IMTK 76.1% 23.9% 100.0%
% within ZatbesiK 68.6% 68.8% 68.7%
% of Total 52.2% 16.4% 68.7%
Lebih Count 0 2 2
Expected Count 1.5 .5 2.0
% within IMTK .0% 100.0% 100.0%
% within ZatbesiK .0% 12.5% 3.0%
% of Total .0% 3.0% 3.0%
Total Count 51 16 67
Expected Count 51.0 16.0 67.0
% within IMTK 76.1% 23.9% 100.0%
% within ZatbesiK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 76.1% 23.9% 100.0%

STATUS GIZI * KELENGKAPAN MAKANANCrosstabulation

KM Total
tidak Lengkap Lengkap
IMTK kurang Count 15 4 19
Expected Count 6.5 12.5 19.0
% within IMTK 78.9% 21.1% 100.0%
% within JM 65.2% 9.1% 28.4%
% of Total 22.4% 6.0% 28.4%
normal Count 8 38 46
Expected Count 15.8 30.2 46.0
% within IMTK 17.4% 82.6% 100.0%
% within JM 34.8% 86.4% 68.7%
% of Total 11.9% 56.7% 68.7%
lebih Count 0 2 2
Expected Count .7 1.3 2.0

Universitas Sumatera Utara


74

% within IMTK .0% 100.0% 100.0%


% within JM .0% 4.5% 3.0%
% of Total .0% 3.0% 3.0%
Total Count 23 44 67
Expected Count 23.0 44.0 67.0
% within IMTK 34.3% 65.7% 100.0%
% within JM 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 34.3% 65.7% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


75

Lampiran 6

Dokumentasi Penelitian

Microtoise dan Timbangan.

Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Ajamu.

Universitas Sumatera Utara


76

Pengurusan surat izin penelitian

Pengukuran berat badan pekerja

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai