SKRIPSI
OLEH :
KHAIRANI RITONGA
NIM. 131000700
OLEH :
KHAIRANI RITONGA
NIM. 131000700
( KHAIRANI RITONGA)
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
2017” guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Selama penyelesaian skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi
ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
4. Ernawati Nasution SKM, M.Kes dan Ir. Etti Sudaryati M.KM, Ph.D selaku
v
Universitas Sumatera Utara
untuk memberikan saran, bimbingan serta arahan kepada penulis dalam
5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, dan Dr. Ir. Zulhaida Lubis M,kes, selaku
Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan masukan dan arahan kepada
6. Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademik yang
memberikan dukungan dan saran-saran serta membimbing selama penulis
megikuti pendidikan.
7. Terkhusus kepada keluarga tersayang Ayah, mama, kak niswah, dek Ema,
Aulia, Riski, Riska.
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
10.Teman senasip seperjuangan Irma, Ditha, Feby, Icha, Eka putri, Retno,
Rohani, Febri, Tiwi.
11. Keluarga Besar Gizi Kesehatan Masyarakat Angkatan 2013 dan seluruh pihak
vi
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
Penulis
Khairani Ritonga
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Pendidikan Formal
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ix
Universitas Sumatera Utara
3.2 Lokasi Penelitian…………………………………………………………. 22
3.3 Waktu Penelitian…………………………………………………………. 22
3.4 Populasi dan Sampel……………………………………………………... 22
3.4.1 Populasi…………………………………………………………… 22
3.4.2 Sampel…………………………………………………………….. 23
3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data……………………………………….. 23
3.5.1 Jenis Data…………………………………………………………. 24
3.5.2 Cara Pengumpulan Data…………………………………………… 24
3.6 Instrumen Penelitian……………………………………………………... 26
3.7 Defenisi Operasional…………………………………………………….. 26
3.8 Metode Pengukuran……………………………………………………… 27
3.9 Pengolahan dan Analisa Data……………………………………………. 29
3.9.1 Pengolahan Data…………………………………………………... 29
3.9.2 Analisis Data……………………………………………………… 30
x
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………… 44
5.1 Status Gizi Pekerja………………………………………………………. 44
5.2 Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Pekerja…………………………. 45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 51
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. 53
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) .. 11
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk Pauk……… 34
xii
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18 Gambaran Status Gizi dan Asupan Protein Pekerja……………….. 41
Tabel 4.21 Gambaran Status Gizi dan Asupan Zat Besi Pekerja…………….... 43
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
dengan itu angkatan kerja juga terus bertambah. Namun dalam peningkatan Jumlah
pekerja dari tahun ke tahun, belum diiringi perhatian terhadap pola makan dan status
gizi pekerja. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa penelitian seperti Penelitian yang
dilakukan oleh Zahra (2012) mengenai Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik dan
Status Gizi pada Karyawan UD Alfa STAR Busana dan PLS Ervina Medan
menggambarkan bahwa pola makan karyawan masih kurang baik karyawan selalu
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung tinggi kalori, energi, garam
dan gula setiap hari. Umumnya mereka mengkonsumsi roti, keripik, bakso, gorengan,
teh manis, kopi, minuman kemasan dan susu. Aktivitas fisik yang dilakukan
tergolong sedang yaitu sebanyak 84 persen. Selain itu terdapat 39 persen karyawan
kelebihan berat badan dan 5 persen mengalami obesitas. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat dilihat bahwa perilaku makan karyawan yang tidak seimbang serta
diimbangi dengan aktivitas fisik yang kurang mempengaruhi status gizinya, ini
Status gizi pekerja dapat dikategorikan baik jika kebutuhan gizi pekerja
terpenuhi dengan baik pula. Pemenuhan kebutuhan gizi selama bekerja merupakan
gizi pekerja terutama dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Faktor
1
Universitas Sumatera Utara
2
lain yang menentukan adalah jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-
hari, kondisi fisiologis, keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan
anemia, serta keadaan lingkungan kerja. Kebutuhan gizi pada seseorang dapat
dilakukan dengan memenuhi asupan gizi dengan pola makan yang baik yang
mengenai gizi kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate didapatkan
hasil bahwa lebih dari 54,2% asupan energi pekerja tidak sesuai dengan
kebutuhannya dan kebanyakan mengalami defisit energi, vitamin dan mineral dan
sebanyak 40,3% pekerja mengalami status gizi tidak normal. Hal ini menunjukkan
status gizi dipengaruhi asupan gizi dan asupan gizi dipengaruhi pola makan
seseorang.
Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat
pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk
kerja. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier,
2011).
Asupan gizi pekerja hasil dari pola makan pekerja pada akhirnya akan
memengaruhi status gizi pekerja dan status gizi pekerja nantinya akan memengaruhi
komponen-komponen dalam pekerjaan. Menurut Maas (2013), gizi yang kurang pada
pekerja akan menurunkan daya kerja serta produktivitas kerja begitu pula dengan
pernyataan Setyawati (2013) yang menyatakan hal yang sama bahwa status gizi
memengaruhi produktivitas kerja dan kelelahan kerja. Pada penelitian Herliani (2012)
terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja industri
pembuatan gamelan di daerah Wirun Sukoharjo. Status gizi pekerja menjadi penting
Pola makan yang tidak mengandung makanan sumber energi, sumber zat
pembangun dan sumber zat pengatur, apabila dimakan dalam jumlah yang tidak
tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja. Menurut Suma’mur (2014),
kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Zat
makanan dan kalori yang ditimbulkan berperan penting untuk memenuhi energi agar
pekerjaan dapat dilakukan dan banyaknya energi dapat meningkat sepadan dengan
beratnya pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Oesman dan Simanjuntak (2011),
menyatakan bahwa ada hubungan faktor usia, status gizi, beban kerja, dan keluhan
yang diterima dengan tingkat kelelahan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Daniel
taslim (2015) menyatakan bahwa ada hubunganyang bermakna antara asupan energi
dan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit
Pulau Tiga.
Definisi para ahli mengenai kelelahan kerja. Salah satunya, kelelahan kerja
dilakukan. Kelelahan juga berarti keadaan tubuh baik fisik dan mental yang berbeda
karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja serta berkurangnya
yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan
Menurut Cameron kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak
dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan
penurunan produktivitas kerja. (Ambar, 2006). Kelelahan akibat kerja sering kali
(Wignjosoebroto, 2008). Kelelahan kerja pada pekerjaan dengan beban kerja yang
berat sering terjadi. Hal ini dikarenakan beban kerja yang berat yang sering tidak
Pekerjaan dengan beban kerja yang berat salah satunya adalah pekerja buruh
panen (pendodos kelapa sawit). Pekerjaan buruh panen (pendodos kelapa sawit)
merupakan pekerjaan dengan beban kerja yang berat dikarenakan faktor manusia
pemanenan dimulai dari memotong pelepah bagian bawah sawit, merapikan pelepah
yang telah dipotong, memotong (memanen) tandan buah yang matang, mengangkut
tandan sawit ke tempat pemungutan hasil dan akhirnya mengutip brondolan yang
jatuh saat proses pemanenan. Keseluruhan kegiatan ini secara manual dikerjakan oleh
manusia. Oleh sebab itu pekerja pemenenan membutuhkan pola makan yang baik
yang memenuhi semua kebutuhan gizi baik agar pekerjaan dapat berlangsung tanpa
Hasil survei awal dan hasil wawancara serta melihat ketempat kerja didapati
informasi tentang gambaran kerja bahwa pekerjaan buruh panen yaitu mendodos
kelapa sawit merupakan salah satu pekerjaan yang menguras banyak energi yang
kelapa sawit khususnya pekerjaan pemanenan masih dilakukan secara manual dan
mengandalkan tenaga manusia. Kondisi ini tentu saja berpotensi untuk menimbulkan
jika pola makan pekerja buruh panen tidak memenuhi asupan zat gizi sesuai dengan
gangguan nyeri otot, kehilangan konsentrasi sehingga tertimpa alat untuk pemanenan
kelapa sawit, serta terdapat pekerja yang mengalami sakit kepala, dan lemas pada saat
bekerja.
Menurut Suma`mur (2014) gejala tahap awal kelelahan umum tampak seperti
hilangnya daya konsentrasi dan koordinasi, rasa pusing, nyeri otot. Tanda-tanda
kelelahan kerja pada pekerja juga dapat terjadi akibat pekerja kekurangan zat besi
dalam tubuh, defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas beberapa tanda
yang sering terjadi diantara lain pucat, mudah lelah, pusing, berdebar dan sesak napas
(Arisman, 2014). Hal ini menunjukkan pola makan pekerja buruh panen (pendodos
kelapa sawit) masih kurang baik dimana pekerja makan tidak selalu tepat pada
waktunya dan kelelahan kerja akibat asupan sarapan pagi yang diabaikan.
Berdasarkan hasil pengamatan juga ditemukan pekerja yang memiliki badan kurus
dan juga berbadan gemuk. Hal ini menunjukkan ketidakmerataannya status gizi
pekerja di PTPN IV unit Ajamu. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian Gambaran pola makan dan status gizi pada pekerja buruh panen (pendodos
kelapa sawit) PTPN IV Unit Ajamu kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu
tahun 2017.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana gambaran pola makandan status gizi pada pekerja Buruh Panen
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan Status
Gizi pada pekerja buruh panen (pendodos kelapa sawit) PTPN IV Unit Ajamu
1. Bagi Perusahaan
masukan bagi pihak perusahaan tentang gambaran Asupan Energi dan status gizi
pekerja buruh panen (pendodos kelapa sawit) PTPN IV Unit Ajamu tahun 2017.
informasi dan masukan bagi Dinas Ketenagakerjaan dan Dinas kesehatan tentang
gambaran asupan energy dan status gizi pekerja khususnya pekerja buruh panen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi Pekerja
tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik
akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa, 2012). Pengertian
status gizi di dalam buku Ilmu Gizi dan Diet merupakan status kesehatan yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien (Beck, 2011).
1. Komsumsi makan
yang kurang asupan zat gizi, akan mengakibatkan kurangnya simpanan zat
gizi, akan mengakibatkan kurangnya simpanan zat gizi pada tubuh yang
berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya akan
2. Status Kesehatan
Tingginya penyakit parasit dan infeksi pada alat pencernaan dan penyakit lain
keadaan akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal, antara lain:
8
Universitas Sumatera Utara
9
sehingga masukan zat gizi kurang padahal tubuh memerlukan zat gizi
lebih banyak untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak akibat bibit
penyakit.
bertambahnya berat badan dan kegemukan (Fovalia, 2013). Menurut supariasa, status
gizi adalah salaah satu factor dari kapasitas kerja, dimana keadaan gizi buruk dengan
beban kerja yang berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efesiensi serta
merupakan salah satu unsure yang menentukan kualitas fisik dan kuantitas fisik
Untuk menilai status gizi secara umum dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu metode penilaian status gizi secara langsung dan metode penilaian status gizi
secara tidak langsung. Metode penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi
menjadi empat cara yaitu penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika.
Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
survey konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2012).
Penilaian status gizi pada pekerja dapat dilakukan dengan metode langsung yaitu cara
badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di
Indonesia istilah ini diterjemahkan menjadi Indeks Massa tubuh (IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (Supriasa,
2012). Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun.
IMT tidak dapat diterakan pada bayi, anak remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Selain itu IMT juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khusus seperti adanya
edema, asites, dan hepatomegali. Indeks Massa tubuh memiliki kelebihan antara lain
pengukuran sederhana dan mudah dilakukan, dan dapat menentukan kelebihan dan
Hasil dari pengunaan rumus indeks massa tubuh dapat dibandingkan dengan
Status gizi merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi pangan dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik
akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa, 2012).
2.2.Pola Makan
yang dikonsumsi dan berlaku berulang-ulang dan terus-menerus (Mulia, 2010). pola
makan ataupola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi seseorang ataukelompok orang pada waktu tertentu (Okviani, 2011). Dari
beberapa pendapat yang berbeda, dapat diartikan secaraumum bahwa pola makan
adalah cara atau perilaku yang digunakan seseorang atau sekelompokorang dalam
dua data yang dapatdiamati dalam survey konsumsi pangan yaitu data kualitatif
untuk mengamati makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan
memperoleh bahan makanan tersebut. Salah satunya adalah frekuensi makan (food
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu setiap hari,
minggu, bulan, tahun. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan
makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan
makana yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam
frekuensi dan data kuantitatif yang cukup sering oleh responden. Sedangkan metode
kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi. Salah satunya
adalah Recall 24 jam. Penggunaan recall 24 jam dengan mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu (Supariasa, 2012).
1. Pengetahuan
Anggota keluarga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu
keluarga, baik berada di rumah pada saat pencacahan maupun sementara tidak ada.
Anggota keluarga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota keluargayang
bepergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah atau akan meninggalkan
rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap anggota keluarga. Orang yang telah tinggal
di suatu keluarga 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal di suatu keluarga kurang
3. Tingkat Pendapatan
dikonsumsi akan mempengaruhi status gizi. Status gizi terbentukdari makanan apa
daya tahan tubuh menurun sehingga mudah sakit serta dapatmengalami gizi kurang .
penumpukan energi yang dapat memicu terjadinya gizi lebih.Ini dapat dibuktikan
menunjukkan bahwa frekuensi makan per hari merekaadalah > 2 kali per hari
tingkat berat yaitu sebanyak 60 persendan 57,5 persen peragawati mengalami gizi
konsumsi energi dan pengeluaranenergi, dimana energi yang dikonsumsi lebih rendah
zat gizi bergantung pada berbagai faktor yaitu umur, tinggi badan, beratbadan, jenis
kelamin, dan aktivitas fisik. Oleh karena itu, dalam pemenuhan zatgizi harus
1. Kebutuhan energi
2. Kebutuhan karbohidrat
padian (beras, jagung, gandum dan hasil olahannya seperti roti) dan umbi-
gula maksimum dikonsumsi 5 persen dari kebutuhan energi total ataupaling banyak
3. Kebutuhan protein
feses,kulit dan rambut, serta untuk mengganti sel-sel yang rusak. Konsumsi
koronerterutama sebagai akibat dari tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol
mengkonsumsiprotein yang berasal dari makanan nabati seperti tahu, tempe dan
4. Kebutuhan lemak
lemak pada usia dewasa dianjurkan mengkonsumsi daging tanpalemak, ayam tanpa
kulit, ikan, susu tanpa lemak (skim) serta mengurangi santandan goreng-gorengan
(Almatsier, 2009).
5. Kebutuhan mineral
yang perlu diperhatikan yaitu garam natrium, besi dan kalsium. Garamnatrium
garamseperti ikan asin, ikan asap, makanan kaleng, serta acar begitupula dengan
dewasasetengah tua karena pada usia tersebut perempuan kehilangan besi setiap
tulangdan menjaga agar tulang tetap kuat. Asupan kalsium yang cukup setiap hari
yangdianjurkan untuk dikonsumsi adalah susu dan hasil olahannya (Almatsier, 2009).
6. Kebutuhan vitamin
merupakan kecukupan rata-ratazat gizi sehari bagi hampir semua orang sehat (97,5
persen) menurut golonganumur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi per orang per hari umur 19-64 tahun
energi. Energi yang dikeluarkan harus seimbang dengan asupan energi yang didapat
dari asupan makanan sehari-hari (Irianto, 2007). Menghitung nilai kalori dari bahan
4,1 kalori, 1 gram lemak 9,45 kalori dan 1 gram protein 5,65 kalori. Di dalam
URT (Ukuran Rumah Tangga) berupa daftar takaran bahan makanan yang
dalam daftar ini dinyatakan dengan ukuran yang lazim digunakan di rumah
tangga.
penelitian antara lain : food recall 24 jam, Food Records, Food Frequency
pencatatan komsumsi makanan yang sering digunakan dalam melihat pola makan
makanan) adalah Salah satu metode dietary assesment dalam konteks individu yang
mencatat frekuensi individu terhadap beberapa jenis makanan (<100) dalam kurun
waktu tertentu (1 bulan terakhir/6 bulan terakhir/1 tahun terakhir).Selain itu dengan
metode FFQ dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara
kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dapat membedakan individu
berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan
untuk memperoleh informasi pola konsumsi pangan seseorang. Untuk itu diperlukan
kuesioner yang terdiri atas dua komponen yaitu daftar jenis pangan dan frekuensi
konsumsi sejumlahmakanan jadi atau bahan makanan selama periode tertentu seperti
bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan
dapat membedakan individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka
cara ini paling sering digunakan dalam epidemiologi gizi. Kuesioner frekuensi
makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi
penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam
daftar kuesioner tersebut adalah yang di konsumsi dalam frekuensi yang cukup sering
Supariasa (2012):
1. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia pada
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta
minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. (Syafiq, 2007). Metode 24
Hour Food Recall memiliki beberapa kelebihan yaitu : Mudah dan pencatatan cepat,
detail tentang jenis bahkan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, Dapat
memperkirakan asupan zat gizi suatu kelompok, Recall secara beberapa kali dapat
digunakan untuk memperkirakan asupan zat gizi tingkat individu. Biasanya 2 atau 3
kali dan dipilih weekday dan weekend, Lebih objektif daripada metode riwayat diet,
a. Kuesioner Food Recall dilakukan selama seminggu hari kerja (2 hari). Pekerja
makanan apa saja yang dikonsumsi pekerja sehari sebelumnya baik makanan,
pagi, ngemil siang, makan siang, ngemil sore, makan malam, ngemil malam.
b. Untuk setiap bagian waktu, pekerja wajib menuliskan makanan apa saja yang
dimakan, bahan dasar dari tiap makan serta ukuran rumah tangga dari
makanan tersebut.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola makan yang meliputi Frekuensi
komsumsi makan dan jumlah komsumsi zat energy, karbohidrat, protein, lemak , vitamin
dan mineral. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi pekerja
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Adapun variabel-variabel yang diteliti pada
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep menggambarkan Pola Makan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Makan dan Status Gizi pada pekerja buruh panen (pendodos kelapa sawit) PTPN IV
dilakukan pada satu waktu dan satu kali untuk mempelajari dinamika korelasi antara
2011).
kelapa sawit PTPN IV unit Ajamu terletak di Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten
Adapaun waktu penelitian dilakukan dimulai dari januari 2017 sampai agustus
2017.
3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari pekerja buruh panen
(pendodos kelapa sawit) PTPN IV Unit Ajamu yang berjumlah sebanyak 200 orang.
22
Universitas Sumatera Utara
23
3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Pada penelitian ini,
𝑁
n=
1+𝑁.𝑑 2
Keterangan :
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
sebagai berikut:
200
n=
1+ 200 𝑋 0.12
derajat kepercayaan 1%, besar sampel dengan jumlah populasi 200 orang dan nilai
presisi 0,1 adalah sebesar 67 orang. Metode pemilihan sampel sebanyak 67 orang
a. Data Primer
Data primer meliputi data karakteristik responden, data pola makan meliputi
frekuensi, jenis makanan dan asupan energy dan zat gizi (karbohidrat, protein,
lemak, vitamin A dan zat besi) serta status gizi. Data karakteristik pola makan
dan formulir food recall 24 jam terhadap pekerja Buruh Panen (Pekerja Kelapa
Sawit) PTPN IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu, dan
data status gizi pekerja diperoleh dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan
secara langsung terhadap pekerja Buruh Panen (Pekerja Kelapa Sawit) PTPN IV
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang telah tersedia di PTPN IV Unit
Labuhanbatu.
b. Pola makanmeliputi jenis makanan dan frequensi makan pekerja diperoleh dari
pada kuesioner
c. Pola makan meliputi asupan zat gizi diperoleh melalui metodefood recall 24
jam sebanyak dua kali tanpa berturut-turut menggunakan formulir food recall
24 jam.
Metode pengukuran :
dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Tinggi badan (TB) pekerja diukur
c. Status Gizi dapat dilihat dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
responden yaitu diperoleh dari hasil perbandingan berat badan (kg) dan kuadrat
tinggi badan (m) dan disesuaikan dengan batas ambang Indeks Massa Tubuh
(IMT).
1. Pola makan meliputi Asupan Energidan zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak,
selama 2 hari
3. Status Gizi
Data status gizi diperoleh dengan menimbang berat badan dan mengukur
3.7.Defenisi Operasiomal
2. Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat pola makan dan
penggunaaan zat gizi yang diukur dengan indikator indeks massa tubuh.
2. Pengukuran pola makan meliputi kelengkapan dan asupan zat gizi makanan
a. Kelengkapan Makan
dan lauk pauk atau makanan pokok dan sayuran dalam sehari.
Asupan energy
1. Tingkat konsumsi energy = Angka X 100%
kecukupan gizi
𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑡
2. Tingkat Komsumsi Karbohidrat= Angka X 100%
kecukupan gizi
𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
3. Tingkat Konsumsi Protein = Angka X 100%
kecukupan gizi
𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
4. Tingkat Konsumsi Lemak = Angka X 100%
kecukupan gizi
𝐴𝑠𝑢𝑝 𝑎𝑛𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝐴
5. Tingkat aupan vitamin =Angka X 100%
kecukupan gizi
𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛𝑍𝑎𝑡𝐵𝑒𝑠𝑖
6. Tingkat Asupan mineral = Angka X100%
kecukupan gizi
Setelah jumlah makanan vitamin dan mineral yang dikonsumsi didapat dalam
3. Frekuensi Makan
3) Jarang : 1 kali/bulan
4) Tidak Pernah
berikut :
baik saat coding maupun saat data entry. Cleaning juga dilakukan untuk
dilakukan perbaikan.
Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan program komputer, dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian data di analisis secara
deskriptif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
kelapa sawit. Kebun Unit Ajamu menjadi salah satu Unit Usaha dari PTP.Nusantara
IV ( Persero) Untuk pengolahan bahan baku TBS (Tandan Buah Segar). Kebun
Sumatera Utara. Kebun Ajamu berjarak ± 90 Km dari rantau Prapat atau 400 Km dari
Medan. PT. Perkebunan Nusantara IV Ajamu merupakan salah satu perusahaan yang
menyerap banyak tenaga kerja utamanya tenaga kerja untuk buruh panen (pendodos
sawit) perkebunan.
Karakteristik pekerja yang dilihat dalam penelitian meliputi umur, dan Bagian
- 25 tahun sebanyak 17 orang dan responden terkecil terdapat pada kelompok umur
50 – 64 tahun (22,4%). Bagian tempat responden bekerja paling banyak adalah pada
Afdeling IV yaitu sebanyak 19 orang (28,4%), bagian Afdeling III sebanyak 17 orang
(25,4), bagian Afdeling I yaitu 16 orang (23,9%) dan yang paling sedikit terdapat
Berdasarkan Umur, dan Bagian pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.1:
31
Universitas Sumatera Utara
32
Status Gizi pekerja diukur dengan indikator indeks massa tubuh pekerja.
terdapat pada kelompok status gizi normal yaitu 46 orang (68,6%), kelompok status
gizi kurang yaitu 19 orang (28,4%) dan yang terkecil terdapat pada kelompok status
gizi lebih yaitu 2 orang (3%). Distribusi Responden Berdasarkan status Gizi pekerja
Pola makan pekerja yaitu kebiasaan makan yang dikonsumsi oleh seseorang
menurut jenis, jumlah dan frekuensi yang dimakan setiap hari yang diukur dengan
4.3 dapat dilihat konsumsi makanan berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi
pekerja terbesar pada jenis makanan tidak lengkap yang terdiri dari makanan pokok
dan lauk pauk atau makanan pokok, lauk pauk dan sayuran yaitu sebanyak 38 orang
(56,7%), sedangkan pekerja yang mengkonsumsi dengan jenis makanan lengkap yaitu
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah sebanyak 29 orang (43,3%).
Berdasarkan Tabel 4.4, frekuensi makan untuk jenis makanan pokok nasi seluruh
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Pokok pekerja
No Jenis Frekuensi N
Makanan
Frekuensi makan dan jenis makanan Lauk Hewani yang dikonsumsi pekerja
Berdasarkan Tabel 4.5, frekuensi paling banyak adalah frekuensi tidak pernah
memakan daging kambing dalam kurun waktu satu bulan terakhir yaitu sebnyak 59
makan dan jenis makanan lauk pauk dapat dilihat pada tabel 4.5:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk pauk
Frekuensi makan dan jenis makanan sayur - sayuran yang dikonsumsi pekerja
Berdasarkan Tabel 4.6, frekuensi paling banyak adalah frekuensi tidak pernah
memakan nangka muda dalam kurun waktu satu bulan terakhir yaitu sebnyak 45
orang (67,2%), sedangkan yang paling sedikit frekuensi makan kacang panjang 4-
makan dan jenis makanan Sayur-sayuran dapat dilihat pada tabel 4.6:
No Jenis Frekuensi N
Makanan
4-6x/minggu 1-3x/minggu 1x/bulan Tidak pernah
N % N % N % N %
1 Kangkung 11 16,4 36 53,7 20 29,9 0 0,0 67
2 Bayam 9 13,4 35 52,2 23 34,3 0 0,0 67
3 sawi 0 0,0 19 28,4 37 55,2 11 16,4 67
4 Daun Ubi 0 0,0 14 20,9 31 46,3 22 32,8 67
5 Kacang 8 11,9 19 28,4 32 47,8 8 11,9 67
panjang
6 Kol 11 16,4 28 41,8 21 31,4 8 11,5 67
7 Nangka muda 0 0,0 8 11,9 14 20,9 45 67,2 67
Berdasarkan Tabel 4.7, frekuensi paling banyak adalah frekuensi memakan jeruk 1-
3x/minggu yaitu sebnyak 41 orang (61,2%), sedangkan yang paling sedikit frekuensi
Berdasarkan frekuensi makan dan jenis makanan Buah-buahan dapat dilihat pada
tabebel 4.7:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah - Buahan
No Jenis Frekuensi N
Makanan
4- 1-3x/minggu 1x/bulan Tidak pernah
6x/minggu
N % N % N % N %
1 Pisang 0 0,0 24 35,8 43 64,9 0 0,0 67
2 Jeruk 0 0,0 41 61,2 26 38,8 0 0,0 67
3 Nanas 0 0,0 15 22,4 24 35,8 28 41,8 67
4 Pepaya 0 0,0 27 40,3 16 23,9 24 35,8 67
5 Mangga 0 0,0 13 19,4 28 41,8 26 38,8 67
6 Semangka 0 0,0 23 34,3 19 28,4 25 37,3 67
7 Salak 0 0,0 17 25,4 24 35,8 26 38,8 67
8 Kuini 0 0,0 11 16,4 23 34,3 33 49.3 67
Tabel 4.8, frekuensi paling banyak adalah frekuensi meminum teh yaitu sebnyak 46
orang (68,7%), sedangkan yang paling sedikit frekuensi minum kopi 1x/minggu
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Minuman dan Jenis Minuman yang Dikonsumsi
Pekerja.
No Jenis Frekuensi N
minuman
4-6x/minggu 1-3x/minggu 1x/bulan Tidak pernah
N % N % N % N %
1 Teh 67 100 0 0,0 0 0,0 0 0,0 67
2 Kopi 38 56,7 24 35,8 5 7,5 0 0,0 67
3 Susu 0 0,0 19 28,4 22 32,8 26 38,8 67
4.4.7 Pola Makan Berdasarkan Jumlah Asupan Energi dan Zat Gizi Pekerja
hari Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada
kelompok Asupan Energi baik yaitu 45 orang (67,2%), kelompok Asupan energy
kurang yaitu 22 orang (32,8%) dantidak terdapat pekerja pada kelompok Asupan
Energi lebih. Distribusi Responden Berdasarkan asupan energi dapat dilihat pada
tabel 4.9:
terbanyak terdapat pada kelompok Asupan Karbohidrat Baik yaitu 46 orang (68.7%),
kelompok Asupan Karbohidrat Kurang yaitu 21 orang (31,3%) dan pada kelompok
tidak terdapat pekerja pada kelompok asupan karbohidrat lebih. Distribusi Responden
Asupan protein pekerja dapat dilihat dari hasil Food Recall24 Hour asupan
terbanyak terdapat pada kelompok Asupan protein baik yaitu 39(58.2) orang
(73,1%), kelompok asupan protein kurang yaitu 28 orang (41.8%) dan tidak terdapat
Asupan lemak pekerja dapat dilihat dari Hasil Food Recall24 Hour asupan
responden terbanyak terdapat pada kelompok Asupan Lemak baik yaitu 35 orang
(52,2%), kelompok asupan lemak kurang yaitu 32 orang (47,8%) pekerja dan tidak
Asupan Vitamin A pekerja dapat dilihat dari Hasil Food Recall24 Hour
Kurang yaitu 34 orang (50,7%), kelompok asupan Vitamin A baik yaitu 33 orang
(49,3%) dan tidak terdapat pekerja pada kelompok Asupan vitamin A lebih.Distribusi
Asupan Zat Besi pekerja dapat dilihat dari Hasil Food Recall24 Hour asupan
zat besiselama 2 hari Berdasarkan tabel 4.13 distribusi zat besi diketahui bahwa
responden terbanyak terdapat pada kelompok Asupan zat besi kurang yaitu 51 orang
(76,1%), kelompok asupan lemak baik yaitu 16 orang (23,9%) dan tidak terdapat
Labuhanbatu Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.14 gambaran status gizi berdasarkan
bahwa pekerja dengan dengan kelengkapan makanan tidak lengkap dan memiliki
status gizi yang normal yaitu sebanyak 38 (82,6%) orang pekerja. Hasil gambaran
status gizi dengan jenis makanan pekerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Labuhanbatu Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.15 gambaran status gizi berdasarkan
indeks massa tubuh pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan
Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan energi pekerja
menunjukkan bahwa pekerja dengan asupan energy baik berpengaruh terhadap status
gizi yang normal yaitu sebanyak 42 orang (91,3%) pekerja dengan asupan energy
baik mempunyai status gizi yang baik pula. Distribusi Respondengambaran status
gizi berdasarkan asupan energi pekerja dapat dilihat pada tabel 4.15:
Labuhanbatu Tahun 2017 dapat Berdasarkan tabel 4.16 gambaran status gizi
berdasarkan indeks massa tubuh pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu
berpengaruh terhadap pekerja yang memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak
Berdasarkan tabel 4.17 gambaran status gizi berdasarkan indeks massa tubuh
pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten
pekerja dengan asupan protein baik memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak
37 orang pekerja. Hasil gambaran status gizi dan asupan protein pekerja dapat dilihat
Gambaran Asupan lemak pekerja dengan status gizi pekerja PT. Perkebunan
2017 Berdasarkan tabel 4.18 gambaran status gizi berdasarkan indeks massa tubuh
pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan lemak pekerja menunjukkan bahwa pekerja
dengan asupan lemak baik memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 32 orang
pekerja. Hasil gambaran status gizi berdasarkan asupan lemak pekerja dapat dilihat
Labuhanbatu Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.19 gambaran status gizi berdasarkan
indeks massa tubuh pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan
Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan Vitamin A pekerja
menunjukkan bahwa pekerja dengan asupan Vitamin A baik dan memiliki status gizi
yang normal menjadi yang terbanyak yaitu sebanyak 30 orang (65,2%) pekerja. Hasil
gambaran status gizi dan asupan vitamin A pekerja dapat dilihat pada tabel berikut:
4.6.5 Gambaran Status Gizi Pekerja Berdasarkan Asupan Zat besi Pekerja
Gambaran Asupan Zat besi pekerja Berdasarkan status gizi pekerja PT.
Labuhanbatu Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.20 gambaran status gizi berdasarkan
indeks massa tubuh pekerja PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Ajamu Kecamatan
Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017 dengan asupan Zat besi pekerja
menunjukkan bahwa pekerja dengan asupan Zat besi kurang namun memiliki status
gizi yang normal yaitu sebanyak 31 orang (67.4) pekerja. Hasil gambaran status gizi
berdasarkan asupan zat besi pekerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.20 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Asupan Zat Besi Pekerja.
Asupan Zat Besi Status Gizi
kurang normal Lebih
N % n % n %
Kurang 16 84,2 35 76,1 0 0,0
Baik 3 15,8 11 23,9 2 100
Total 19 100 46 100 2 100
BAB V
PEMBAHASAN
di PTPN IV Unit Ajamu disebabkan memiliki proporsi yang masih besar yaitu
28,4%. Gizi yang kurang mencerminkan cerminan dari masukan gizi pekerja selama
berhari-hari masih belum baik. Jika pekerja tersebut memiliki gizi kurang, pekerja
tersebut akan menjadi kurang aktif untuk melakukan pekerjaan sebab produksi tenaga
yang kurang, penurunan daya tahan tubuh, penurunan struktur dan fungsi otak, serta
Gizi kurang yang terjadi pada pekerja buruh panen disebabkan beban kerja yang
berat yang tidak diimbangi dengan pola makan meliputi asupan energy dan zat gizi,
jenis dan frekuensi makan pekerja yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hal ini
pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status
gizi pekerja (p>0,05), karena konsumsi makanan dari sebahagian besar pekerja masih
di bawah kecukupan kalori kerja untuk beban kerja di peternakan, sehingga belum
cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori normal.Permasalahan gizi lebih juga
ditemukan meski dengan proporsi yang sedikit yaitu sebanyak 3% dari total sampel
yang diteliti. Hal ini mencerminkan ketidakseimbangan antara masukan energi yang
44
pendodos kelapa sawit yang berat meningkatkan motivasi yang kuat pada pekerja
yang dapat meningkatkan selera makan pekerja. Semakin berat aktivitas fisik yang
dilakukan seseorang maka akan memerlukan energi yang banyak pula. Tubuh yang
besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan dengan tubuh yang kecil
badan meningkat pesat dan akan menyebabkan obesitas. Obesitas juga merupakan
salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti
hipertensi, diabetes, jantung koroner, hati dan kantung empedu. Oleh sebab itu, gizi
makanan dan frekuensi makan. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
mengonsumsi jenis makanan yang tidak lengkap. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
konsumsi buah-buahan, dan juga sayuran pada pekerja dikarenakan pekerja hanya
Pedoman Gizi Seimbang, salah satu pesannya adalah mengkonsumsi lima kelompok
pangan setiap hari. Kelima kelompok pangan itu ialahmakanan pokok, lauk-pauk,
pada jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi adalah nasi sebesar 100%
dikonsumsi pekerja seperti jagung dan mi, masing-masing sebesar 22,4% dan 19,4%
dengan frekuensi 1-3 kali dalam seminggu. Namun dalam hasil penelitian asupan
asupan karbohidrat yang kurang. Hal ini dikarenakan beberapa pekerja yang
melewatkan waktu sarapan pagi dengan alasan tidak ada waktu, belum adanya selera
makan karena waktu sarapan yang masih terlalu pagi, dll. Sarapan pagi merupakan
suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas di pagi hari dan
Kesehatan, 2014). Sarapan memberi modal energi pada kita untuk beraktivitas.
Sebenarnya selain memberi energi pada tubuhmanfaat lain yang tak kalah penting yaitu
meningkatkan konsentrasi yang fokus dan fisik yang prima dalam bekerja.
Sarapan akan berpengaruh pada kadar gula dalam darah yang semakin meningkat.
Keadaan ini ada hubungannya dengan kerja otak terutama konsentrasi bekerja. Sarapan
memberikan nilai positif terhadapaktivitas otak, otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih
mampu untuk berkonsentrasi selama bekerja. Bila terjadi keterlambatan masukan zat gizi
(asupan gula ke dalam sel darah) maka dapat menurunkan daya konsentrasi, rasa malas,
lemas, lesu dan pusing juga mengantuk Sarapan terbukti dapat meningkatkan konsentrasi
Lauk pauk yang biasa dikonsumsi perkerja adalah ikan segar dengan frekuensi
4-6 kali dalam seminggu, selanjutnya telur juga menjadi makanan favorit pekerja
dengan frekuensi yang sama yaitu 4-6 kali dalam seminggu. Sedangkan lauk pauk
yang jarang dikonsumsi anak seperti daging sapi dan daging kambing, masing-
masing 23,9% dan 11,9% dengan frekuensi 1 kali dalam sebulan. Dikarenakan harga
daging yang tinggi sehingga sulit dijangkau oleh pekerja. Pekerja biasa mengonsumsi
1-3 kali dalam seminggu. Dikarenakan harga kangkung yang murah dan cara
pengolahan sayur kangkung yang sederhana serta rasa kangkung yang enak membuat
sayuran ini menjadi Favorit. Sedangkan sayur yang jarang dikonsumsi anak adalah
Buah-buahan yang digemari pekerja adalah jeruk dengan frekuensi 1-3 kali
dalam seminggu sebanyak 61,2%. Buah jeruk banyak dikonsumsi pekerja dengan
frekuensi 1-3 kali dalam seminggu dikarenakan setiap minggunya diadakan pasar
tradisional yang dibiasa disebut dengan “Pekan” pada saat pekan buah jeruk
merupakan buah yang mudah ditemui dan dapat diperoleh dengan harga yang
bervariasi. Sedangkan buah yang lain seperti pisang dan pepaya juga diminati pekerja
dengan frekuensi 1-3 kali dalam seminggu sebanyak 25,8% dan 40,3%. Menurut
pekerja jeruk merupakan buah yang mudah didapat kan dan terjangkau oleh pekerja.
Minuman yang paling sering dikonsumsi pekerja adalah teh dan kopi, hal ini
dikarenakan waktu yang masih pagi ketika berangkat bekerja membuat minuman teh
dan kopi yang biasa dikonsumsi ketika masih panas menjadi minuman yang paling
digemari pekerja.
Pola makan berdasarkan jumlah asupan energy dan zat gizi pekerja secara
umum dalam kategori baik, namun terdapat beberapa zat gizi pekerja dengan kategori
kurang yang masih tinggi seperti asupan zat besi.Pola makan zat besi yang
dikonsumsi pekerja masih kurang, hal ini dilihat dari kecukupan zat besi sebesar
sebesar 51 orang pekerja dalam kategori kurang. Sumber zat besi terbanyak ada pada
menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan
keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari,
baik kualitas maupun jumlah makanan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
olehAdriani dan Wirjatmadi, (2012) Status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh pola
makan yang merupakan salah satu faktor langsung tetapi dipengaruhi pula oleh faktor
besar berpeluang 3 kali lebih besar untuk menerapkan gizi seimbang dibanding
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Status gizi pekerja buruh panen (pendodos kelapa sawit) PT. Perkebunan
kategori baik. Namun masih terdapat sebanyak 28,4% pekerja dengan status gizi
makanan dan frekuensi makan yang belum baik serta asupan energi dan zat gizi
pekerja yang kurang memenuhi kebutuhan tubuh pekerja dengan beban kerja buruh
6.2 Saran
Saran dari penelitian, maka yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi pekerja
2.Bagi Perusahaan
pemanenan.
50
di konsumsi pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., Susirah, S., Moesijanti, S., 2011., Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Amalia, L. 2008. Konsumsi sayur dan buah kaya vitamin A dan vitamin C serta
kaitannya dengan kejadian sakit flu dan diare di kalangan mahasiswa TPB-
IPB. Media Gizi Keluarga 32(1) : 87-94.
Andriani, M dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta : kencana paradana media group
Ariati. 2013. Gizi dan Produktifitas Kerja. Jurnal Skala Husada. Poltekes Denpasar.
Beck, M. 2011. Ilmu Gizi Dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit - Penyakit Untuk
Perawat Dan Dokter. Yayasan Essentia Medic: Yogyakarta.
Daniel, T. 2015. Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan Kerja
Pada Pekerja di PTPN I Pabrik kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara
Departemen kesehatan RI. 2009. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja.
Direktorat Bina Kesehatan Kerja:Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta.
Ginting, S. 2013. Pengaruh Beban Kerja dan Asupan Kalori Terhadap Status Gizi
Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan
Kutalibaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.Tesis.FKM USU..
Grandjean, E, 1985. Fitting The Task To The Man. Taylor and Francis Ltd. London
Harrianto, R., 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Hariyati, M. 2011. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Linting Manual Di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta.Skripsi.FK UNS
Herliani, F. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja. Pada Pekerja
Industri Pembuatan Gamelan di Daerah Wirun Sukoharjo. Skripsi.
Universitas Negeri. Semarang
ILO, 1975. Penelitian Kerja dan Produktivitas. Penerjemah: J.L, Wetik, Seri
Manajemen No 15a, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Irianto, 2006. Panduan gizi lengkap (Keluarga dan Olahragawan). CV. Andi offset.
Yogyakarta.
Khomsan, Ali., 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Langgar, D. P.,2014. Hubungan Antara Asupan Gizi dan Status Gizi Dengan
Kelelahan Kerja Pada Karyawan Perusahaan Tahu Baxo Bu Pudji di
Unggaran Tahun 2014.Jurnal FKM Dian Nuswantoro Semarang.
Mulyani, T. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Fatigue Pada
Operator Unit Hauling Coal dan Overberden Di PT. Buma, Mitra Kerja
PT. Berau Coal Lati Tanjung Redeb Kalimantan Timur Tahun 2012.
Skrpsi FKM UI
Mulia, A. 2010. Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa.
Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas sumatera Utara.
Nurmianto, E., 2004. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Rineka Cipta :
Jakarta.
Oesman, T. I., Simanjuntak, A.R., 2011. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test. Jurnal
Institut Sain & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Oktaviani, W .2011. Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Mahasiswa S1
Keperawatan Program AFikes UPN Veteran Jakarta. Skripsi. FKIK
UPN Veteran.
Pelto. 1981. Human Development, second edition. USA: Von Hoffman Press, Inc
Supriasa, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Suma'mur,.2014. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : Sagun Seto
,1989. Ergonomi Untuk Produktivitas. Cetakan Pertama. Haji Masagung :
Jakarta.
Setyowati 2013. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Meubel Di Kabupaten Jepara.
Syafiq, A., dkk. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Edisi I. PT. RajaGrafindo
Persada : Jakarta.
Syam, F, 2013. Gambaran Asupan Zat gizi, status gizi, dan produktifitas kerja pada
pekerja pabrik kelapa sawit bergepang estate tahun 2013. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Tarwaka,. Bakri, SHA., Sudiajeng, L., 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Produktivitas.
Trisnawati, E. 2012. Kualitas Tidur, Status Gizi dan Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Wanita Dengan Peran Ganda. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan
Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UNSOED Purwokerta 31 Maret
2012.
Utami, Aw, 2015. Analisis produktivitas tenaga kerja pada usaha domba. Fakultas
peternakan Universitas Padjajaran.
Wignjoesoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik Analis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Prima Printing.
Zahra, M. 2012. Gambaran Pola makan, Aktivitas Fisik dan Status gizi pada
Karyawan UD. Alfa STAR dan PLS Ervina Medan. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Lampiran 1
KUISIONER PENELITIAN
NAMA / INISIAL :
USIA :
BAGIAN AFDELING :
PENGHASULAN (BULAN):
Petunjuk : Anda diminta memberikan keterangan tentang apa saja yang dimakan dari
pagi hari hingga malam pada hari sebelumnya (kemarin). Jika tidak melakukan
makan pagi atau ngemil pada malam hari atau lainnya, silahkan kolom tersebut
dikosongkan saja. Pada kolom jenis makanan ditulis nama makanan yang dimakan
seperti nasi, ayam goreng, sayur sawi dan lainnya. Pada kolom bahan dasar ditulis
bahan dasar pada makanan tersebut, seperti jenis makanan gulai ayam, maka bahan
dasarnya adalah ayam, santan dsb.Untuk ukuran URT (Ukuran Rumah Tangga)
Tanggal :
SNACK /
NGEMIL
SIANG
MAKAN
SIANG
SNACK /
NGEMIL
SORE
MAKAN
MALAM
Lampiran 2
Nama/ inisial :
Umur :
Bagian Afdeling :
Berilah tanda ceklis (√) pada tabel frekuensi sesuai pola makan anda dalam kurun
waktu satu bulan terakhir.
no Jenis Frekuensi
makanan
4-6x/minggu 1-3x/minggu 1x/bln Tidak pernah
Makanan
pokok
1 Nasi
2 Jagung
3 Mie
4 Singkong
Lauk
Pauk
1 Daging
sapi
2 Daging
ayam
3 Daging
kambing
4 Ikan segar
5 Ikan asin
6 Telur
7 Tahu
8 Tempe
Buah –
buahan
1 Pisang
2 Jeruk
3 Nanas
4 Papaya
5 Mangga
6 Semangka
7 Salak
8 kuini
Sayur –
sayuran
1 Kangkung
2 Bayam
3 Sawi
4 Daun ubi
5 Kacang
panjang
6 Kol
7 Nangka
muda
Minuman
1 Teh
2 Kopi
3 Susu
Lampiran 3
Lampiran 4
Keterangan :
3 = >110%
63
Lampiran 5
Analisis Univariat
Frekuency Table
Umur Pekerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19 – 30 17 25.4 25.4 25.4
31 – 49 35 52.2 52.2 77.6
50 – 64 15 22.4 22.4 100.0
Total 67 100.0 100.0
Bagian pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Afd.1 16 23.9 23.9 23.9
Afd.2 15 22.4 22.4 46.3
Afd.3 17 25.4 25.4 71.6
Afd.4 19 28.4 28.4 100.0
Total 67 100.0 100.0
Status gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang
19 28.4 28.4 28.4
normal
46 68.7 68.7 97.0
lebih 2 3.0 3.0 100.0
Total
67 100.0 100.0
Asupan Energi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kuran
22 32.8 32.8 32.8
g
Baik
45 67.2 67.2 100.0
Total
67 100.0 100.0
Asupan Karbohidrat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kuran
21 31.3 31.3 31.3
g
Baik 46 68.7 68.7 100.0
Total 67 100.0 100.0
Asupan Protein
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kuran
28 41.8 41.8 41.8
g
Baik 39 58.2 58.2 100.0
Total 67 100.0 100.0
Asupan Lemak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang
32 47.8 47.8 47.8
baik
35 52.2 52.2 100.0
Total
67 100.0 100.0
Asupan Vitamin A
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 34 50.7 50.7 50.7
Baik 33 49.3 49.3 100.0
Total 67 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang
51 76.1 76.1 76.1
Baik
16 23.9 23.9 100.0
Total 67 100.0 100.0
Kelengkapan Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lengkap
23 34.3 34.3 34.3
Tidak Lengkap
44 65.7 65.7 100.0
Total
67 100.0 100.0
Crosstabs
STATUS GIZI* ASUPAN ENERGI Crosstabulation
A.EnergiK Total
kurang baik
IMTK kurang Count 18 1 19
Expected Count 6.2 12.8 19.0
% within IMTK 94.7% 5.3% 100.0%
% within A.EnergiK 81.8% 2.2% 28.4%
% of Total 26.9% 1.5% 28.4%
normal Count 4 42 46
Expected Count 15.1 30.9 46.0
% within IMTK 8.7% 91.3% 100.0%
% within A.EnergiK 18.2% 93.3% 68.7%
% of Total 6.0% 62.7% 68.7%
Lebih Count 0 2 2
Expected Count .7 1.3 2.0
% within IMTK .0% 100.0% 100.0%
% within A.EnergiK .0% 4.4% 3.0%
% of Total .0% 3.0% 3.0%
Total Count 22 45 67
Expected Count 22.0 45.0 67.0
% within IMTK 32.8% 67.2% 100.0%
% within A.EnergiK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 32.8% 67.2% 100.0%
A.KarbohidratK Total
Kurang baik
IMTK Kurang Count 17 2 19
Expected Count 6.0 13.0 19.0
% within IMTK 89.5% 10.5% 100.0%
% within A.KarbohidratK 81.0% 4.3% 28.4%
% of Total 25.4% 3.0% 28.4%
Normal Count 4 42 46
Expected Count 14.4 31.6 46.0
% within IMTK 8.7% 91.3% 100.0%
% within A.KarbohidratK 19.0% 91.3% 68.7%
% of Total 6.0% 62.7% 68.7%
Lebih Count 0 2 2
Expected Count .6 1.4 2.0
% within IMTK .0% 100.0% 100.0%
% within A.KarbohidratK .0% 4.3% 3.0%
% of Total .0% 3.0% 3.0%
Total Count 21 46 67
Expected Count 21.0 46.0 67.0
% within IMTK 31.3% 68.7% 100.0%
% within A.KarbohidratK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 31.3% 68.7% 100.0%
A.ProteinK Total
kurang baik
IMTK kurang Count 19 0 19
Expected Count 7.9 11.1 19.0
% within IMTK 100.0% .0% 100.0%
% within A.ProteinK 67.9% .0% 28.4%
% of Total 28.4% .0% 28.4%
normal Count 9 37 46
Expected Count 19.2 26.8 46.0
% within IMTK 19.6% 80.4% 100.0%
% within A.ProteinK 32.1% 94.9% 68.7%
% of Total 13.4% 55.2% 68.7%
Lebih Count 0 2 2
Expected Count .8 1.2 2.0
% within IMTK .0% 100.0% 100.0%
% within A.ProteinK .0% 5.1% 3.0%
% of Total .0% 3.0% 3.0%
Total Count 28 39 67
Expected Count 28.0 39.0 67.0
% within IMTK 41.8% 58.2% 100.0%
% within A.ProteinK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 41.8% 58.2% 100.0%
A.LemakK Total
kurang baik
IMTK kurang Count
18 1 19
Expected Count
9.1 9.9 19.0
% within IMTK
94.7% 5.3% 100.0%
% within A.LemakK
56.3% 2.9% 28.4%
% of Total
26.9% 1.5% 28.4%
normal Count
14 32 46
Expected Count
22.0 24.0 46.0
% within IMTK
30.4% 69.6% 100.0%
% within A.LemakK
43.8% 91.4% 68.7%
% of Total
20.9% 47.8% 68.7%
Lebih Count
0 2 2
Expected Count
1.0 1.0 2.0
% within IMTK
.0% 100.0% 100.0%
% within A.LemakK
.0% 5.7% 3.0%
% of Total
.0% 3.0% 3.0%
Total Count
32 35 67
Expected Count
32.0 35.0 67.0
% within IMTK
47.8% 52.2% 100.0%
% within A.LemakK
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 47.8% 52.2% 100.0%
Vit.AK Total
Kurang baik
IMTK Kurang Count 17 2 19
Expected Count 9.6 9.4 19.0
% within IMTK 89.5% 10.5% 100.0%
% within Vit.AK 50.0% 6.1% 28.4%
% of Total 25.4% 3.0% 28.4%
Normal Count 16 30 46
Expected Count 23.3 22.7 46.0
% within IMTK 34.8% 65.2% 100.0%
% within Vit.AK 47.1% 90.9% 68.7%
% of Total 23.9% 44.8% 68.7%
Lebih Count 1 1 2
Expected Count 1.0 1.0 2.0
% within IMTK 50.0% 50.0% 100.0%
% within Vit.AK 2.9% 3.0% 3.0%
% of Total 1.5% 1.5% 3.0%
Total Count 34 33 67
Expected Count 34.0 33.0 67.0
% within IMTK 50.7% 49.3% 100.0%
% within Vit.AK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.7% 49.3% 100.0%
ZatbesiK Total
Kurang baik
IMTK Kurang Count 16 3 19
Expected Count 14.5 4.5 19.0
% within IMTK 84.2% 15.8% 100.0%
% within ZatbesiK 31.4% 18.8% 28.4%
% of Total 23.9% 4.5% 28.4%
Normal Count 35 11 46
Expected Count 35.0 11.0 46.0
% within IMTK 76.1% 23.9% 100.0%
% within ZatbesiK 68.6% 68.8% 68.7%
% of Total 52.2% 16.4% 68.7%
Lebih Count 0 2 2
Expected Count 1.5 .5 2.0
% within IMTK .0% 100.0% 100.0%
% within ZatbesiK .0% 12.5% 3.0%
% of Total .0% 3.0% 3.0%
Total Count 51 16 67
Expected Count 51.0 16.0 67.0
% within IMTK 76.1% 23.9% 100.0%
% within ZatbesiK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 76.1% 23.9% 100.0%
KM Total
tidak Lengkap Lengkap
IMTK kurang Count 15 4 19
Expected Count 6.5 12.5 19.0
% within IMTK 78.9% 21.1% 100.0%
% within JM 65.2% 9.1% 28.4%
% of Total 22.4% 6.0% 28.4%
normal Count 8 38 46
Expected Count 15.8 30.2 46.0
% within IMTK 17.4% 82.6% 100.0%
% within JM 34.8% 86.4% 68.7%
% of Total 11.9% 56.7% 68.7%
lebih Count 0 2 2
Expected Count .7 1.3 2.0
Lampiran 6
Dokumentasi Penelitian