SKRIPSI
OLEH:
OLEH:
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
Kata Kunci : Pola konsumsi, perencanaan menu, status gizi, panti asuhan.
Pola Konsumsi Makanan yang Disajikan serta Status Gizi Anak di Panti Asuhan
Area Tahun 2017”, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
4. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak
ini.
6. Prof. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah
7. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
9. Dr. Juanita, SE, M. Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
anakanaknya.
Tanjung, Amd. Farm, Zulmia Tanjung dan Allim Wahab Tanjung, yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan serta semangat kepada
penulis.
14. Sahabat-sahabat yang turut membantu secara langsung dalam masa proses
penelitian dan penyusunan skripsi, Sri Masitoh Hasibuan, Ina Yusanti Rambe,
15. Keluarga keduaku “Can Family” dan “Anak Sholehah”, Ina Yusanti Rambe,
Safrina Hayati Hasibuan, SKM, Sri Masitoh Hasibuan, Nurul Mawaddah, Nur
16. Teman-teman PBL Desa Petuaran Hulu (Ricky, Isna, Siska, Noni, Kakak
Tika, Husna). Dan juga teman-teman LKP di Puskesmas Terjun Marelan, Sri
dukungan dan semangat yang luarbiasa agar skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis,
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-rata yang
Dianjurkan pada Kelompok Umur (4-18 tahun) ............................. 15
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Asuh Panti Asuhan
Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam Tahun 2017 ........................... 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Anak Asuh Panti Asuhan Aceh
Sepakat Yayasan Darul Aitam Tahun 2017 .................................... 29
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Asuh Berdasarkan
IMT/U di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam
Tahun 2017 ...................................................................................... 30
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Asuh Berdasarkan
TB/U di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam........... 30
Tabel 4.6 Distribusi Jenis Lauk Pauk yang Dikonsumsi Anak Asuh
di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam ..................... 32
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Asupan Energi Anak Asuh Panti Asuhan
Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam 2017 ...................................... 34
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Asupan Protein Anak Asuh Panti Asuhan
Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam 2017 ...................................... 35
Tabel 5.1 Makanan yang disajikan kepada Anak Asuh Panti Asuhan
Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam Tahun 2017 ........................... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Penelitian ........................................................ 21 DAFTAR LAMPIRAN
Agama : Islam
Pendidikan Formal
fisik terhadap energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan yang
dampak fisiknya dapat diukur. Status gizi dibedakan menjadi status gizi kurang,
status gizi baik dan status gizi lebih. Status gizi selain dipengaruhi oleh pola
konsumsi energi dan protein, status gizi juga dapat dipengaruhi oleh faktor status
munculnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah ataupun antar kelompok
masyarakat.
dapat memenuhi kebutuhan akan makanan dirasakan secara naluri mulai pada
masa bayi hingga manula atau lansia. Tanpa diajarkan terlebih dahulu, setiap
manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan. Sejak bayi
makanan disuplai oleh ibu. Namun setelah semakin bertambah usia menjadi
anakanak, mereka sudah dapat memilih sendiri makanan yang akan mereka
konsumsi. Demikian pula halnya dengan anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan,
namun cara memilih makanan yang dikonsumsi berbeda dengan anak seusia
mereka pada umumnya, sebab anak yang tinggal di panti asuhan memiliki
makanan bagi anak asuh dengan jumlah dan mutu yang memenuhi syarat gizi,
sesuai dengan cita rasa dan selera anak asuh, serta melaksanakan sistem
pelayanan makanan yang layak, tepat dan cepat. Perencanaan menu dapat dinilai
siklus menu, ketersediaan bahan makanan, dana yang tersedia, kebutuhan gizi
konsumen, evaluasi menu serta keterlibatan ahli gizi dalam proses perencanaan
anak-anak yang berada dalam tatanan rumah tangga yang diasuh secara langsung
oleh ibu rumah tangga (anggota rumah tangga). Akibatnya pengasuhan dan
perbandingan jumlah anak yang lebih besar daripada jumlah pengasuh, sehingga
perhatian terhadap status gizi pun akan lebih rendah. Kemungkinan lain berupa
masalah dana yang rendah sehingga kebutuhan gizi tidak sebanding dengan
Anak adalah individu yang belum berusia 18 tahun, termasuk yang masih di dalam
secara fisik, mental dan sosial (Alifiani & Maharani, 2011). Setiap anak memiliki
hak yang sama dalam tumbuh dan berkembang, termasuk didalamnya adalah anak
2014 tentang perlindungan anak, bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan
asuhan. Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami gizi
kurang, diantara penyebabnya ialah tingkat ekonomi yang rendah dan asupan
makanan yang bergizi dapat mempengaruhi status gizi anak (Lazzeri et al,. 2006).
gizi, biaya, dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang
Kegiatan ini sangat penting dalam sistem pengelolaan makanan, karena menu
perlu untuk kesehatan, namun agar menu yang disediakan dapat dihabiskan, maka
perlu disusun variasi menu yang baik, aspek komposisi, warna, rasa, rupa, dan
kombinasi masakan yang serasi (Sulistiyo, 2013). Menyusun menu harus sesuai
dengan kebutuhan gizi, bahan makanan harus bervariasi dan pemilihan bahan
(Sulistyoningsih, 2011).
penyelenggaraan makanan di sekolah Madania SD, SMP dan SMA bahwa menu
menu makan siang setiap satu bulan sekali. Hal ini dilakukan guna menghindari
kejenuhan siswa, setiap perubahan menu akan melibatkan pihak guru. Setiap
menu diharapkan memenuhi tujuan dari penyelenggaraan kantin sekolah. Hal ini
memberikan banyak manfaat yakni, dapat disusun hidangan yang mengandung zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur
kondisi keuangan atau biaya yang tersedia, menghemat waktu dan tenaga.
menu 10 hari, artinya menu tersebut digunakan hanya untuk 10 hari makan (hari
ke-1 sampai dengan hari ke-10) dan untuk selanjutnya hari ke-11 menu itu akan
kembali lagi ke menu awal dan seterusnya. Selain itu, setiap 6 bulan sekali
diadakan evaluasi susunan siklus menu. Dari hasil evaluasi tersebut, maka
susunan menu yang sudah digunakan dapat digunakan kembali atau juga susunan
tersebut ditukar dengan susunan menu yang lain atau juga kombinasi
menu(Sutardji, 2007)..
fisik, mental dan sosial anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas,
asuhan dituntut untuk dapat menyediakan makanan yang berkualitas baik dengan
menu makanan sesuai kebutuhan anak asuh dalam keterbatasan sarana dan biaya
(Dewi, 2007). Ketersediaan bahan di pasar, daya beli panti asuhan dan
sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi pula pola konsumsi makan
anak asuhnya, mengingat sebagian besar makanan yang mereka konsumsi berasal
anak asuh.
Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam Kelurahan Sukaramai Kota
Asuhan ini memperoleh bantuan dana dari pemerintah, namun pada tahun 2014
hingga saat ini sumber dana yang tersedia hanya dari masyarakat saja. Dana dari
masyarakat tidak setiap harinya ada, oleh karena itu dana yang tersedia akan
akan disajikan secara merata terhadap anak asuh dengan porsi seadanya dan
umumnya.
siklus menu 10 hari, namun tidak menentukan pola menu yang akan digunakan
pada setiap harinya karena anak asuh tidak selalu makan di Panti Asuhan
asuh dan sumbangan sosial berupa makanan dari masyarakat. Jumlah anak asuh
yang mengikuti jamuan adalah ditentukan oleh pihak pengelola jamuan, biasanya
berupa makanan, maka makanan tersebut yang dijadikan sebagai konsumsi anak
asuh, sehingga panti asuh tidak lagi melakukan penyediaan makanan untuk anak
asuh. Oleh karena itu perencanaan menu yang sudah dibuat pun tidak selalu
dipakai, sebab kadang kala mengalami persamaan dengan menu yang disuguhkan
Anak yang tinggal di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam
Kota Medan berumur 3 -18 tahun. Di usia ini anak-anak membutuhkan asupan
gizi memadai yang akan berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak. Hasil
pendidikan mereka tidak memenuhi ukuran tubuh optimal sesuai usia. Sedangkan
dilihat dari sisa makanan anak di Panti Asuhan masih meninggalkan sisa berupa
nasi, lauk nabati, dan lauk hewani. Survei terhadap 20 orang anak asuh terdapat
10% sangat kurus usia 12-13 tahun, 30% kurus usia 11-15 tahun, 5% gemuk usia
14 tahun dan 55% berat badannya normal usia 12-16 tahun. Hal ini diduga karena
perencanaan menu makanan dan pola konsumsi makanan yang disajikan serta
status gizi anak di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam Kelurahan
yang disajikan serta status gizi anak di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan Darul
Aitam Kelurahan Sukaramai Kecamatan Medan Area Kota Medan tahun 2107.
makanan yang disajikan serta status gizi anak di Panti Asuhan Aceh Sepakat
Yayasan Darul Aitam Kelurahan Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017.
master menu dan siklus menu di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan
2. Sebagai bahan masukan bagi Panti Asuhan Aceh Sepakat kota Medan
dapat diterima dengan baik oleh konsumen dan meningkatkan status gizi
Staus gizi dapat diartikan suatu keadaan seseorang sebagai akibat dari
keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaan
zatzat tersebut oleh tubuh untuk pertambahan produksi energi dan proses tubuh.
tersebut, serta merupakan salah satu tolok ukur untuk menentukan kualitas hidup
berfikirnya.
penyerapan, dan penggunaan makanan. Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam
tubuh dengan kebutuhan tubuh akan suatu zat gizi dan dapat pula diartikan
sebagai ekspresi (nutriture) dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi dapat
dikatakan sebagai suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dari
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan menggunakan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi 3 kategori yaitu: status gizi kurang, status
Status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal
terpenuhi. Namun perlu diketahui bahwa keadaan gizi seseorang dalam suatu
masa bukan hanya ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa yang telah
lampau. Ini berarti konsumsi gizi masa kanak-kanak memberi pengaruh terhadap
status gizi masa dewasa. Menurut Dewi dan Mustika (2012) status gizi seseorang
makanan.
lemas.
7. Keterbatasan ekonomi
8. Kebiasaan makan
9. Selera makan
Pola konsumsi makanan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu (Khomsan, 2010). Pola
konsumsi makanan yang baik berpengaruh positif pada diri seseorang seperti
zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi makanan yang baik dan cukup secara
semua zat-zat gizi esensial yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang memadai.
kali makan utama (pagi, siang dan malam) dan satu kali makan selingan (snack).
Waktu memberikan makanan selingan adalah diantara dua waktu makan yaitu
tepatnya diantara waktu makan pagi dan makan siang pada pukul 10.00 WIB
pagi.
1. Karakteristik individu
individu seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan gizi, nafsu makan,
2. Penilaian makanan
Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di
dalam suatu hidangan. Konsumsi makan seseorang yang berasal dari karakteristik
makanan yaitu cita rasa makanan yang terdiri dari penampilan makanan dan rasa
makanan. Menurut Moehyi (1992) cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya
penglihatan, indera penciuman dan indera pengecap. Makanan yang memiliki cita
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: warna makanan, tekstur makanan, bentuk
makanan, porsi makanan dan variasi menu. Rasa makanan dipengaruhi oleh
3. Lingkungan
Panti asuhan merupakan suatu institusi yang memiliki banyak anak asuh.
Sehingga pangan yang tersedia untuk seluruh anak asuh mungkin akan dibagikan
sesuai kecukupan makanan yang tersedia, bukan berdasarkan kebutuhan gizi anak
asuh. Hal ini dapat menyebabkan banyak anak-anak yang mengalami kurang gizi.
Jadi jumlah anak asuh di dalam panti asuhan dapat mempengaruhi konsumsi
4. Personal Preference
kebiasaan makan seseorang. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap
mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf
6. Kesehatan
Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih makanan
yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitanmenelan, memilih menahan lapar
zatzat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan alamiah dinilai cukup untuk
gender dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan Gizi (energi dan protein) rata-rata
yang dianjurkan untuk anak pada kelompok umur 4-18 tahun tampak pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (energi dan protein) rata-rata yang
dianjurkan pada kelompok umur (4-18 tahun).
Kelompok Umur(Tahun) Energi (Kkal) Protein (g)
Pria
4-6 1600 35
7-9 1850 49
10-12 2100 56
13-15 2475 72
16-18 2675 66
Wanita 4-
6 1600 35
2.3.1 Energi
Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat,
pembelahan sel akan terganggu dapat mengakibatkan organ-organ tubuh dan otak
anak mempunyai sel-sel yang lebih sedikit dari pada pertumbuhan normal
(Asydhad, 2006).
2.3.2 Protein
dari penyakit infeksi.Sumber protein hewani yang baik, terutama dilihat dari segi
jumlah maupun mutu adalah daging sapi, daging ayam, ikan, udang, hidangan
laut, susu, telur dan semua jenis olahannya. Sumber protein nabati, contohnya
jamur dan kacang kedelai dan semua olahannya, seperti tempe, tahu, oncom kecap
(Sutomo, 2008).
anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh
generasi penerus cita-cita bangsa, sebagai insan yang akan turut serta aktif di
kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas. Salah satu fungsi yang
diketahui, baik jumlahnya, kondisi masing-masing anggota dan biaya. Karena itu
menu dapat disusun untuk 3 hari, satu minggu bahkan untuk satu bulan.
Perencanaan menu yang baik adalah apabila disusun oleh suatu tim yang terdiri
1. Siklus menu
Perencanaan menu dilakukan untuk beberapa hari atau yang disebut siklus
menu, misalnya 5 hari atau 10 hari. Penggunaan siklus menu pada institusi Panti
antara lain: (1) untuk menghindari kebosanan anak-anak asuh akibat terlalu sering
mengurangi adanya kebocoran dana akibat penyusunan menu yang tidak sesuai
dengan biaya yang tersedia, (3) mempergunakan waktu dan tenaga dengan baik
dan sehemat mungkin dan (4) menyusun menu yang mengandung zat-zat gizi
makanan tidak menemui kesulitan. Mengambil bahan pada waktu sedang musim
tentu akan lebih menguntungkan karena biasanya harga bahan akan lebih murah.
3. Biaya/Dana
hidangan yang sesuai dengan biaya yang tersedia tanpa mengabaikan mutu gizi
harga bahan makanan yang sedang musim akan lebih murah. Biaya dapat
menentukan jenis menu apakah tergolong sederhana, sedang atau mewah. Biaya
yang tersedia sangat besar pengaruhnya terhadap menu yang akan disusun.
Makanan yang baik bukan berarti makanan yang mahal, tetapi kualitas dan
kuantitas zat gizi yang melengkapinya. Harga makanan yang mahal belum tentu
dapat menjamin makanan bermutu gizi yang baik. Yang perlu adalah pengadaan
yang tepat guna sehingga biaya yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efisien
Menurut Depkes (2011) mutu gizi makanan setiap anggota keluarga harus
dapat dipenuhi. Untuk itu pada waktu menyusun menu perlu diperhatikan
bahan makanan harus dapat memenuhi kecukupan gizi anak, setiap anak
makanan dan menyusun menu dapat digunakan paduan berbagai kelompok bahan
makanan. Jumlah orang yang akan makan erat hubungannya dengan jenis
buah susunan menu yang dilengkapi dengan pedoman menu menurut klasifikasi
pelayanan yang ada di panti asuhan atas dasar kebijakan dan ketetapan panti
asuhan.
memenuhi kebutuhan gizi seseorang atau kelompok orang. Begitu juga halnya
penyelenggaraan makanan.
2009):
makan.
sebagai berikut:
Keterangan :
Perencanaan menu dapat dilihat dari alokasi biaya yang digunakan untuk
ketersediaan bahan makanan, tersedianya master menu dan siklus menu yang
dibuat oleh tim perencana menu.Pola konsumsi makanan yang disajikan dapat
dilihat dari jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah makanan yang dikonsumsi
dan frekuensi makan anak asuh, dimana biaya akan menentukan tersedianya
bahan makanan yang akan dijadikan menu, dan menu yang disajikan akan
akanberpengaruh terhadap status gizi anak di panti asuhan yang akan berdampak
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu
melihat gambaran perencanaan menu makanan dan pola konsumsi makanan yang
disajikan serta status gizi anak di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan Darul
Aitam Kelurahan Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017. Desain yang
Darul Aitam yang terletak di Jalan Medan Area, Kecamatan Medan Area. Lokasi
penelitian ini ditentukan dengan alasan bahwa banyak anak yang tinggal di Panti
Asuhan Aceh Sepakat tidak menghabiskan makanan yang disajikan yang dinilai
dapat mengurangi asupan gizi (intake) dan memiliki banyak anak asuh yang
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2017 sampai dengan bulan
Agustus 2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak asuh yang berusia 6-18
Tahun dan minimal sudah terdaftar selama 6 bulan tinggal di Panti Asuhan Aceh
Sepakat karena dalam masa 6 bulan anak asuh diharapkan sudah beradaptasi
Sepakat Yayasan Darul Aitam Kecamatan Medan Area yang berjumlah 80 orang
antara lain:
a) Laki-laki : 46 Orang
b) Perempuan : 34 Orang
Maka seluruh populasi untuk anak Panti Asuhan Aceh Sepakat adalah 80 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling) dari
observasi.
Asuhan tersebut.
1. Anak panti asuhan adalah anak yang tinggal di panti asuhan dan
2. Status gizi anak adalah gambaran atau kondisi status gizi anak asuh
makanan yang dilihat dari alokasi biaya, menu yang disajikan kepada
anak panti asuhan dan siklus menu yang digunakan oleh panti
asuhan.
asuhan.
yang dikonsumsi oleh anak asuh yang dilihat dari kecukupan energi
dan protein.
10. Frekuensi makan adalah jumlah berapa kali kegiatan makan yang
Indikator status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan
pada hasil pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang
disajikan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). Status gizi
standart Kemenkes RI. 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak.
Kategori status gizi berdasarkan indeks IMT/U, 5- 18 Tahun
b. Kurus :
c. Normal :
d. Gemuk :
e. Obesitas : ˃ 2 SD
Untuk mendapatkan informasi tentang jenis dan kebiasaan makan anak asuh
semua makanan yang akan dikonsumsi dan makanan yang sisa (jika ada) dalam
asupan makanan adalah selisih antara kuantitas yang akan dikonsumsi dengan
1. Asupan Energi
Jumlah total energi yang dikonsumsi anak asuh berdasarkan pada Angka
2. Asupan protein
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk
data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan.
kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
Data yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam
sekelompok orang yang diakibatkan oleh kondisi penyerapan zat gizi makanan
(Riyadi, 2001). Anak yang bergizi baik akan tumbuh sesuai dengan potensi
Hasil penilaian status gizi yang dilakukan terhadap 80 orang anak asuh
dan ditemukan juga anak asuh pada kategori gemuk dan obesitas sebanyak 12,5%.
Status gizi berdasarkan TB/U anak asuh paling banyak berada pada kategori
pendek dan sangat pendek yaitu sebanyak 61,3%. Terdapat 12,5% anak asuh
dengan kategori gemuk dan obesitas, hal ini diduga karena sebagian besar anak
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar anak asuh berada
pada kategori status gizi normal. Hal ini kemungkinan karena pola makan anak
asuh yang telah baik sebelum penelitian dilakukan sebab anak asuh memiliki
makanan yang dapat memberi konsumsi yang layak sehingga dapat mencukupi
gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan
secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada
(2016) tentang status gizi anak di Panti Asuhan Putra Utama 1 yang menunjukkan
anak asuh (83.33%) memiliki status gizi normal dan 9 anak asuh (16.67%)
Anak asuh yang merupakan anak usia sekolah pada umumnya berada
dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif. Untuk memastikan
kecukupan gizi anak perlu dilakukan pengaturan makanan yang bergizi baik,
seimbang dan memiliki susunan makanan yang lengkap. Pada anak usia remaja
konsumsi makanan lebih diperhatikan, karena apa yang biasa mereka makan akan
berdampak pada usia dewasanya nanti seperti penyakit kurang energi kronik
maupun obesitas akan berdampak pada penyakit degeneratif (Mann & Truswell,
2012).
5.2 Asupan Energi dan Protein Anak Asuh di Panti Asuhan Aceh Sepakat
Yayasan Darul Aitam
jumlah besar. Kelompok usia anak-anak dan remaja sangat rentan mengalami
kekurangan zat gizi energi dan protein. Zat ini digunakan untuk membentuk dan
memelihara jaringan sel-sel tubuh, sebagai sumber tenaga agar bisa beraktivitas
5.2.1 Asupan Energi Anak Asuh di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan
Darul Aitam
food weighing dapat diketahui bahwa jumlah energi yang dikonsumsi anak asuh
lebih banyak pada kategori kurang dari batas tingkat konsumsi energi yaitu
sebanyak 57,5%. Hal ini disebabkan oleh susunan makanan yang disajikan belum
memenuhi kebutuhan dalam sehari berdasarkan jenis dan porsi makanan yang
dan status gizipada remaja di Panti Asuhan mengatakan bahwa sampel dengan
asupan energi kurang sebanyak 82,6%. Hal ini menunjukkan bahwa rerata asupan
energi anak asuh di Panti Asuhan kurang dari AKG. Apabila konsumsi energi
kurang pada anak asuh akan mengalami penurunan berat badan dan pertumbuhan
yang terhambat, maka status gizi anak asuh tidak terpenuhi akibat dari asupan
5.2.2 Asupan Protein Anak Asuh di Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan
Darul Aitam
makanan dapat diketahui bahwa jumlah protein yang dikonsumsi anak asuh lebih
banyak pada kategori kurang dari batas tingkat konsumsi protein yaitu sebanyak
58,8%. Anak asuh dengan asupan protein kurang bisa terjadi karena sebagian
besar anak asuh tergolong kurang energi, sehingga protein yang dikonsumsi
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Susanti (2012) terhadap remaja di
Panti Asuhan mengatakan bahwa sampel memiliki asupan protein yang cukup
sebanyak 69,6%, asupan protein kurang 13,0% dan lebih sebanyak 17,4%. Namun
adalah salah satu sumber utama energi, bersama-sama dengan karbohidrat dan
lemak.
tubuh sesudah air, seperlima bagian tubuh adalah protein. Protein bertindak
anak asuh didapat paling banyak kurang dari batas konsumsi energi dan protein
yang ditentukan yaitu sebanyak 82,6% dan 83,0% berada pada kategori status gizi
normal. Berdasarkan TB/U anak asuh didapat paling banyak anak asuh memiliki
asupan energi dan protein yang cukup yaitu sebanyak 41,2% dan 45,2% berada
pada kategori status gizi normal.Dalam penelitian ini didapatkan 38 orang anak
Ketidaksesuaian terjadi pula dalam hal asupan protein anak asuh. Sebanyak 39
orang anak asuh (83,0%) berstatus gizi normal namunasupan proteinnya kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa status gizi merupakan gambaran apa yang
dikonsumsi dalam waktu lama. Artinya status gizi saat ini bukan merupakan
gambaran apa yang dikonsumsi saat ini, melainkan apa yang dikonsumsi anak
asuh pada masa lalu. Dengan demikian kuat dugaan lama sebelum penelitian
dilakukan, pola konsumsi anak asuh telah baik sehingga berdampak pada pola
konsumsi gizi yang cukup dan tercermin dalam status gizi yang normal saat
penelitian. Hal ini diperkuat dengan adanya hari-hari yang dikhususkan oleh panti
asuhan untuk menerima undangan jamuan dan sumbangan berupa makanan yamg
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi dan protein dengan
status gizi. Hal ini dilihat dari responden pada kelompok yang mempunyai asupan
energi kurang dan asupan protein kurang , sebagian besar mempunyai status gizi
normal dantidak sesuai dengan pernyataan bahwa apabila asupan energi seseorang
rendah maka ia akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berada pada
kategori status gizi kurus dan apabila asupan energi seseorang tinggi maka akan
memiliki peluang yang lebih besar pada kategori gemuk bahkan obesitas.
dari energi yang dikeluarkan maka tubuh akan kekurangan energi, akibat yang
negatif), sehingga berat badan kurang dari berat badan seharusnya. Bila konsumsi
energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan maka akan terjadi berat
badan lebih atau kegemukan.Jumlah konsumsi makanan yang kurang dan pola
(Mayasari, 2011).
ditentukan oleh konsumsi pada masa lalu. Pada keadaan normal tinggi badan
badan akan tampak dalam waktu relatif lama. Oleh sebab itu TB/U
menggambarkan masalah gizi kronis. Perubahan berat badan sangat rentan dengan
kondisi tubuh. Dalam keadaan normal pertambahan berat badan akan searah
dengan pertumbuhan tinggi badan pada kecepatan tertentu. Oleh sebab itu IMT/U
Hasil penelitian status gizi anak asuh berdasarkan jenis makanan, sebagian
besar anak asuh memiliki konsumsi jenis makanan yang tidak lengkap berada
pada status gizi normal (81,3%). Hal ini menunjukkan anak asuh dengan makanan
yang tidak lengkap belum tentu memiliki status gizi yang buruk, namun pada
kenyataannya banyak juga anak asuh dengan status gizi normal. Hal ini sejalan
ada hubungan bermakna antara jenis makanan dengan status gizi siswa.
Tidak ada satu jenis makanan yang lengkap mengandung seluruh jenis zat
Perencanaan menu yang baik adalah apabila disusun oleh suatu tim yang terdiri
Aitam Kelurahan Sukaramai Kecamatan Medan Area tidak memiliki master menu
dan siklus menu. Pengelola maupun tenaga masak di Panti Asuhan sudah
menu dan siklus menu belum sepenuhnya baik karena mereka hanya beranggapan
siklus menu hanya untuk mengatur makanan anak asuh saja dan master menu
menu dan siklus menu tidak terlalu penting bagi panti asuhan yang sering
Aitam dilakukan oleh 3 orang juru masak dan dibantu oleh 3 orang pengelola
panti asuhan. Kegiatan memasak dilakukan 2 kali dalam sehari untuk 3 kali
makan setiap hari kecuali pada hari jumat dan minggu karena pada hari-hari
pengajian maupun syukuran dan kegiatan lainnya. Pada hari jumat tidak ada sama
sekali penyelenggaraan makan, namun pada hari minggu pagi anak-anak asuh
disuguhkan bubur kacang hijau dan susu, selanjutnya untuk makan siang dan
makanan, maka anak-anak asuh akan mengonsumsi makanan berupa mie instan
terhadapanak asuh hanya nasi dan lauk pauk saja, pada makan siangmakanan
yang disajikan adalah nasi, sayur dan lauk pauk dan untuk makan malam makanan
yang disajikan sama dengan makanan yang disajikan pada saat makan siang.
Tidak ada buah dalam susunan makanan yang disajikan terhadap anak asuh
sehingga susunan makanan yang dikonsumsi anak asuh tergolong tidak lengkap.
Dan untuk porsi makanan anak asuh menenuntukan sendiri porsi yang diinginkan
namun ternyata anak asuh masih saja meninggalkan sisa makanan berupa nasi dan
lauk pauk.
Yayasan Darul Aitam Kelurahan Sukaramai Kecamatan Medan Area pada tabel
berikut:
Tabel 5.1Makanan yang disajikan kepada Anak Asuh Panti Asuhan Aceh
Sepakat Yayasan Darul Aitam Tahun 2017
Hari Pagi Siang Malam
Senin Nasi putih + tempe Nasi putih, sayur Sama dengan makan
goreng (sambal) daun singkong dan siang
lele goreng
Selasa Nasi putih + kentang Nasi putih, sayur Sama dengan makan
campur tempe tahu + ayam siang
goreng (sambal) suwirsuwir
Rabu Nasi Putih + sambal Nasi putih, sayur Sama dengan makan
teri campur kacang lodeh, ikan goreng siang
goreng
Kamis Nasi gurih Nasi putih, tumis Sama dengan makan
kangkung, ayam siang
goreng
Sabtu Nasi Putih + sambal Nasi putih, mihun Sama dengan makan
teri campur kacang goreng, telur goreng siang
goreng
Minggu Bubur kacang hijau - -
berfungsi antara lain: (1) untuk menghindari kebosanan anak-anak asuh akibat
terlalu sering pengulangan jenis bahan makanan tertentu dan cara pengolahannya,
(2) mengurangi adanya kebocoran dana akibat penyusunan menu yang tidak
sesuai dengan biaya yang tersedia, (3) mempergunakan waktu dan tenaga dengan
baik dan sehemat mungkin dan (4) menyusun menu yang mengandung zat-zat gizi
Panti Asuhan Aceh Sepakat Yayasan Darul Aitam untuk membuat suatu siklus
menu yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan makan anak
asuh dan dapat menambahkan buah pada siklus menu yang dibuat.
Makanan yang baik bukan berarti makanan yang mahal, tetapi kualitas dan
kuantitas zat gizi yang melengkapinya. Harga makanan yang mahal belum tentu
dapat menjamin makanan bermutu gizi yang baik. Yang perlu adalah pengadaan
yang tepat guna sehingga biaya yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efisien
termasuk bahan makanan beras, minyak, kacang hijau, gula dan susu adalah
dan 3 orang pengelola panti asuhan. Perkiraan dana dalam satu minggu yaitu
sekitar Rp3.000.000, dalam sehari sekitar Rp600.000 dan perkiraan dana untuk
makan perorang dalam sehari yaitu Rp6.600 sehingga perkiraan dana perorang
donatur tetap untuk satu tahun terakhir adalah sebesar Rp132.000.000. Dan untuk
tambahan dana lainnya diperoleh dari pendapatan yayasan dan sumbangan dari
untuk 90 orang di Panti Asuhan yaitu sekitar 170 Kg untuk perbulannya. Sehingga
yang datang lebih awal dan sudah lama menumpuk itulah yang dimasak dan
disajikan kepada anak asuh sehingga sebagian besar anak asuh meninggalkan sisa
makanan yaitu nasi. Oleh karena itu diharapkan kepada pengelola panti asuhan
bahan makanan lauk pauk dan ataupun dana untuk melengkapi susunan makanan
Adinda, Desti., 2017. Gambaran Kebiasaan Makan, Aktivits Fisik, Body Image
dan Status Gizi pada Remaja Putri di SMK Negeri 2 Sibolga. Skripsi.
FKM USU. Medan.
Adriani, M., Wirjatmadi, B., 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Kencana. Jakarta.
Alifiani dan Maharani Y., 2011. Pusat Tumbuh Kembang Anak. Jurnal Tingkat
Sarjana Seni Rupa dan Desain, 1(3).
Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Anzarkusuma, I.S., Mulyani, E.Y., Jus’at, I., Angkasa, D., 2014. Status Gizi
Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Rajeg
Tangerang. Indonesian Journal of Human Nutrition, 1(2), 135-148.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI., 2007. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : PT Grafindo Persada.
Dewi, K., 2007. Hubungan Antara Penampilan Makanan Dan Rasa Makanan
Dengan Daya Terima Makan Siang Siswa SPK Sungailat Bangka Tahun
2007. Skripsi. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
Dewi, C., Mustika, NH., 2012. Bahan Pangan, Gizi dan Kesehatan. Bandung.
Fajriani, ND., 2012. Penyelenggaraan Makanan dan Konsumsi Zat Gizi (Energi
dan Protein) Anak Asuh pada Panti Asuhan Almadinah di Kota Semarang
Tahun 2012. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Lazzeri, G., Casorelli, A., Giallombardo, D., Grasso A., Guidoni, C., Menoni, E.,
Giacchi, M., 2006. Nutritional Surveillance in Tuscany: Maternal
Perception of Nutritional Status of 8-9 Y-Old School-Children. Journal of
Perventive Medicine and Hygiene, 47, 16-21.
Mann, Jim &Truswell, A. Stewart. 2012. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: Buku
Kedoktera. EGC
Menteri Sosial RI., 2010. Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak.
Kementerian Sosial Republik Indonesia. Jakarta.
Mitayani., Sartika., 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Trans Info Media. Jakarta.
Moehyi, S., 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Cet. 1.
Bhratara. Jakarta.
Pahlevi, A., 2012. Determinan Status Gizi Pada Siswi Sekolah Dasar. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7(2), 122-126.
Proverawati, Atikah . 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Medical Bok. Nuha Medika.
Riskesdas., 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesda
s%202013.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret 2017.
Riyadi, H., 2001. Metode Penelitian Status Gizi Secara Antropometri Diktat
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas
Pertanian , IPB, Bogor.
Sediaoetama, A. D., 1996. Ilmu gizi dasar untuk Mahasiswa dan Profesi di
Indonesia Jilid I. Dian Rakyat. Jakarta.
., 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.
Soekirman., 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Suhardjo., 2008. Perencanaan Pangan dan Gizi. Ed. 1, Cet. 5. Bumi Aksara.
Jakarta.
Sulistyoningsih, H., 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Supariasa, I. D. N., Bakri B & Fajar I., 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta.
Sutardji, A.M., 2007. Tingkat Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Serta
Hubungannya dengan Status Gizi Anak Asuh Usia 10-18 Tahun. Studi
Pada Penyelenggaraan Makanan di Panti Asuhan Pamardi Putra
KabupatenDemak.(www.google.co.idJournal.Unnes.Ac.Id/Index.Php/Kem
as/Article/Download/604/556) diunduh 10 April 2017.
Utari, D Lintang. 2016. Gambaran Status Gizi dan Asupan Zat Gizi pada siswa
Sekolah Dasar Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. JOM FK
Volume 3 No. 1 Februari 2016. diakses 25April 2017.
Widodo, R., 2009. Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak. ECG.
Jakarta.
1. IDENTITAS RESPONDEN
II.PERTANYAAN
3. Berapakah perkiraan anggaran untuk konsumsi makan satu orang anak asuh
perharinya?
Status
No JK Umur TB BB TBU TB/U IMT IMT/U gizi JM AE AE% KE AP AP% KP FM
1 2 4 150 39 -2 3 -0.83 3 3 2 1182 55.62 2 37.6 54.49 2 3
2 2 3 140 35 -3.49 3 0.04 3 3 2 1724.2 86.21 1 64.7 107.83 1 3
3 2 4 141 38 -2.9 2 0.14 3 3 2 1108.6 52.16 2 27.5 39.85 2 3
4 2 3 138 26 -2.87 3 -2.08 2 2 2 1858 92.9 1 54.2 90.33 1 3
5 1 3 129 25 -3.74 2 -1.56 3 3 2 1692.4 80.59 1 85.1 151.96 3 3
6 1 3 130 27 -2.65 3 0.53 3 3 2 965.9 45.99 2 49.5 88.39 1 3
7 1 3 131 27 -2.85 3 -0.6 3 3 2 931.3 44.34 2 46.2 82.5 1 3
8 1 4 138 39 -2.73 1 0.65 3 3 2 1996.9 80.68 1 58.4 81.11 1 3
9 1 4 146 38 0.2 3 -0.56 3 3 2 789.4 31.89 2 30.1 41.8 2 3
10 1 3 126 16 -3.25 2 -0.56 3 3 2 1683.1 80.14 1 49 87.5 1 3
11 1 3 153 38 -2.72 3 -0.73 3 3 2 1810.8 86.22 1 45 80.35 1 3
12 1 2 134 31 -2.81 3 0.75 3 3 2 1021.9 55.23 2 36.5 74.48 2 3
13 1 4 141 32 -4.46 1 -1.8 3 3 2 1980.1 80.08 1 64.6 89.72 1 3
14 1 5 167 81 -2.97 3 2.02 5 5 2 1199.5 44.84 2 68.1 103.18 1 3
15 1 4 150 43 -2.78 2 -0.2 3 3 2 1390.8 56.19 2 45.9 63.72 2 3
16 1 3 126 25 -2.81 2 -0.68 3 3 2 1754.6 83.55 1 40.7 72.67 2 3
17 1 3 130 30 -3.26 1 -0.05 3 3 2 1271.3 60.53 2 46.1 82.32 1 3
18 1 3 124 22 -2.93 1 -2.06 2 2 2 1043.4 49.68 2 32.8 58.57 2 3
19 1 3 141 37 -2.25 3 0.75 3 3 2 939.9 44.75 2 36.6 63.35 2 3
20 2 2 118 28 -1.91 3 2.03 5 5 2 1666.6 90.08 1 39.3 80.2 1 3
Frequency Table
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 46 57,5 57,5 57,5
Perempuan 34 42,5 42,5 100,0
Total 80 100,0 100,0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4-6 tahun 1 1,3 1,3 1,3
7-9 tahun 7 8,8 8,8 10,0
10-12 tahun 14 17,5 17,5 27,5
13-15 tahun 43 53,8 53,8 81,3
16-18 tahun 15 18,8 18,8 100,0
Total 80 100,0 100,0
imtmenurutumur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurus 5 6,3 6,3 6,3
normal 65 81,3 81,3 87,5
gemuk 6 7,5 7,5 95,0
obesitas 4 5,0 5,0 100,0
Total
80 100,0 100,0
tbmenurutumur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat 18 22,5 22,5 22,5
pendek 31 38,8 38,8 61,3
pendek
31 38,8 38,8 100,0
jenismakanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak lengkap 80 100,0 100,0 100,0
frekuensimakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3x sehari 80 100,0 100,0 100,0
kecukupanenergi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 34 42,5 42,5 42,5
tidak cukup 46 57,5 57,5 100,0
Total
80 100,0 100,0
kecukupanprotein
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 31 38,8 38,8 38,8
tidak cukup 47 58,8 58,8 97,5
lebih 2,5
2 2,5 100,0
Total 80 100,0 100,0
imtmenurutumur Total
obesit
kurus normal gemuk as kurus
kecukupane cukup Count
1 27 3 3 34
nergi
% within
kecukupanenergi
2,9% 8,8% 8,8% 100,0%
% within
79,4%
imtmenurutumur
% of Total 20,0% 50,0% 75,0% 42,5%
41,5%
Total Count
5 65 6 4 80
% within
kecukupanenergi
6,3% 7,5% 5,0% 100,0%
% within
imtmenurutumur 100,0 100,0
% 81,3% %
% of Total 100,0% 100,0%
100,0%
imtmenurutumur Total
obesita
Kurus normal gemuk s kurus
kecukupanpr cukup Count 1 25 2 3 31
otein % within
80,6%
kecukupanprotein
3,2% 6,5% 9,7% 100,0%
% within 38,5%
imtmenurutumur
% of Total 20,0% 31,3% 33,3% 75,0 38,8%
%
Tbmenurutumur Total
sangat sangat
pendek pendek normal pendek
kecukupanprotei cukup Count 7 10 14 31
n % within
kecukupanprotein
22,6% 32,3% 45,2% 100,0%
% within
tbmenurutumur
% of Total 38,9% 32,3% 45,2% 38,8%
tidak Count 8,8% 12,5% 17,5% 38,8%
cukup
% within 11 20 16 47
kecukupanprotein
% within
tbmenurutumur 23,4% 42,6% 34,0% 100,0%
% of Total
lebih Count 61,1% 64,5% 51,6% 58,8%
13,8% 25,0% 20,0% 58,8%
0 1 1 2
% within
kecukupanprotein ,0% 50,0% 50,0% 100,0%
% within
tbmenurutumur ,0% 3,2% 3,2% 2,5%
% of Total ,0% 1,3% 1,3% 2,5%
Count 18 31 31 80
Total
% within
kecukupanprotein
22,5% 38,8% 38,8% 100,0%
% within
tbmenurutumur
% of Total 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
22,5% 38,8% 38,8% 100,0%
tbmenurutumur Total
sangat sangat
pendek pendek normal pendek
kecukupanener cukup Count
6 14 14
gi 34
% within
kecukupanenergi
17,6% 41,2% 41,2% 100,0%