Anda di halaman 1dari 99

UJI DAYA TERIMA SERTA KANDUNGAN GIZI BUBUR

BAYI CAMPURAN TEPUNG PISANG AWAK,


KEDELAI DAN HATI AYAM HERBAL

SKRIPSI

Oleh

RIFA YANTI
NIM. 141000243

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


UJI DAYA TERIMA SERTA KANDUNGAN GIZI BUBUR
BAYI CAMPURAN TEPUNG PISANG AWAK,
KEDELAI DAN HATI AYAM HERBAL

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIFA YANTI
NIM. 141000243

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 18 Desember 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes.


Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si.
2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Uji Daya

Terima serta Kandungan Gizi Bubur Bayi Campuran Tepung Pisang Awak,

Kedelai dan Hati Ayam Herbal” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya

sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam

daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Desember 2019

Rifa Yanti

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Tepung pisang awak, kedelai, hati ayam herbal dapat diolah menjadi bubur bayi.
Bubur bayi merupakan makanan yang diberikan kepada anak usia 6-9 bulan untuk
memenuhi gizi selain dari air susu ibu. Karena pemberian air susu ibu saja tidak
mencukupi kebutuhan gizi bayi setelah usia 6 bulan. Selain itu, bubur bayi juga
berfungsi sebagai pengenalan makanan kepada bayi terhadap makanan. Bubur
yang diberikan kepada bayi selain bergizi haruslah terlihat menarik, baik secara
bentuk maupun rasanya. Selain itu, bubur bayi ini sebaiknya mudah disiapkan
atau praktis. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian acak lengkap yang
terdiri dari 2 perlakuan. Perlakuan pertama atau formula A1 dengan perbandingan
2:2:1 dan perlakuan kedua atau formula A2 pemenggunakan perbandingan 4:3:3,
masing-masing menggunakan bahan tepung pisang awak, tepung kedelai dan hati
ayam herbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya terima bubur bayi
formula A1 dan A2 tergolong disukai, akan tetapi bubur bayi formula A1
cenderung memiliki daya terima yang lebih baik daripada formula A2. Kandungan
gizi makro maupun gizi mikro bubur bayi campuran tepung pisang awak, kacang
kedelai, dan hati ayam herbal sudah sesuai dengan persyaratan Peraturan Kepala
BPOM Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan untuk
Keperluan Gizi Khusus dan SK Menkes RI nomor 224/Menkes/SK/11/2007.
Dengan demikian bubur bayi campuran tepung pisang awak, tepung kacang
kedelai, dan hati ayam herbal formula A1 dapat dijadikan sebagai alternatif
makanan pendamping ASI pada bayi usia 6 – 12 bulan.

Kata kunci: Daya terima, bubur bayi

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Awak banana flour, soybeans, herbal chicken liver can be processed into baby
porridge. Baby porridge is food that is given to children aged 6-9 months to fulfill
nutrition other than breast milk. Because breastfeeding alone is not sufficient for
the nutritional needs of infants after the age of 6 months. In addition, the baby
porridge also serves as the introduction of food to the baby against food. Porridge
given to babies in addition to being nutritious must look attractive, both in shape
and taste. In addition, this baby porridge should be easy to prepare or practical.
This study used a completely randomized design study consisting of 2 treatments.
This study used a completely randomized design study consisting of 2 treatments.
The first treatment or formula A1 with a ratio of 2:2:1 and the second treatment
or formula A2 using a ratio of 4:3:3, each using the ingredients of awak banana
flour, soy flour and herbal chicken liver. The results showed that the acceptance
of formula A1 and A2 baby porridge was quite preferred, but the formula A1 baby
porridge tended to have a better acceptance than formula A2. Nutrient content of
macro and micro-nutrition baby porridge mixture of awak banana flour, soy
beans, and liver herbal chicken was in accordance with the requirements of
regulation of head of BPOM No. 1 year 2018 on processed food monitoring for
special nutritional needs and Decree of the Minister of Health of the Republic of
Indonesia Number 224 / Menkes / SK / 11/2007.Thus the baby porridge mixture of
awak banana flour, soybean flour, and herbal chicken liver A1 formula can be
used as an alternative complementary foods for babies aged 6-12 months.

Keywords: Acceptability, baby porridge

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Uji Daya Terima serta Kandungan Gizi Bubur Bayi Campuran

Tepung Pisang Awak, Kedelai dan Hati Ayam Herbal”. Skripsi ini adalah

salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I serta Ketua

Penguji Skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat

serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah

vi
Universitas Sumatera Utara
bersedia menguji dan memberikan saran serta masukan dalam

penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia

menguji dan memberikan saran serta masukan dalam penyempurnaan

penulisan skripsi ini.

7. Drs. Jemadi, M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik telah memberikan

ilmu, bimbingan serta dukungan moral selama perkuliahan.

8. Seluruh Dosen di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dan Dosen

Pengajar serta Staf Kependidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu, bimbingan, bantuan serta

dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan sikripsi.

9. Marihot Oloan Samosir, S.T., yang telah membantu dalam setiap persiapan

surat-surat hingga akhir skripsi ini.

10. Kepala Puskesmas di Puskesmas Medan Tuntungan yang telah membantu

penulis untuk menguji uji daya terima bubur bayi campuran tepung pisang

awak, kedelai, dan hati ayam herbal.

11. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis, Alm. Islahuddin Batubara,

S.Pd., dan Samsinar Nasution, S.Pd., yang sudah membesarkan, mendidik,

membimbing memberi semangat dan dukungan moril maupun materil dan

selalu mendoakan hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

12. Kepada saudara-saudari penulis dr. kholilah Batubara, Elisyafitri Lubis,

Abdul Haris Batubara, Yassir Batubara yang telah membantu dan memberi

dukungan selama menyelesaikan skripsi ini.

vii
Universitas Sumatera Utara
13. Teman-teman yang telah membantu proses penelitian dan penyelesaian

skripsi memberikan semangat Masitoh Aritonang, Indah Amalia Lubis, Siti

Hardianti, Fatma Yanti, Nurjannah Lubis, Anny Kholilah, Siti Hajar, Anita

Rahmi.

14. Teman-teman seperjuangan Praktek Kerja Lapangan (PBL) dan Latihan Kerja

Lapangan (LKP) Terima kasih atas dukungan, doa dan semangat yang telah

diberikan.

15. Teman sepeminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat atas kebersamaan, dukungan, semangat dan bantuan yang telah

diberikan selama ini.

16. Keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2014 untuk

kebersamaan dalam suka dan duka selama diperkuliahan.

Penulis menyadari penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab

itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam

rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Desember 2019

Rifa Yanti

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) 8
Kadar air 11
Energi 11
Protein 12
Lemak 12
Karbohidrat 13
Serat 13
Vitamin dan mineral 13
Kadar air 14
Pisang Awak (Musa Paradisiacal Var. Awak) 16
Kacang Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) 17
Hati Ayam Herbal 21
Uji Organoleptik 23
Panelis 23
Landasan Teori 26
Kerangka Konsep 27

Metode Penelitian 28
Jenis Penelitian 28

ix
Universitas Sumatera Utara
Lokasi dan Waktu Penelitian 29
Populasi dan Sampel 29
Variabel dan Definisi Operasional 29
Metode Pengumpulan Data 30
Metode Pengukuran 36
Metode Analisis Data 45

Hasil Penelitian 47
Hasil Uji Organoleptik Bubur Bayi Menggunakan Mahasiswa 47
Analisis organoleptik warna bubur 47
Analisis organoleptik aroma bubur 48
Analisis organoleptik tekstur bubur 49
Analisis organoleptik rasa bubur 50
Uji Daya Terima dengan Panelis Bayi 51
Analisis Kandungan Zat Gizi Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP ASI) Bubur Bayi dengan Bahan Tepung Pisang Awak,
Kedelai dan Hati Ayam Herbal 52

Pembahasan 55
Daya Terima Bubur Bayi 55
Kandungan Gizi Bubur Bayi 58
Keterbatasan Penelitian 64

Kesimpulan dan Saran 65


Kesimpulan 65
Saran 65

Daftar Pustaka 67
Lampiran 71

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Persyaratan Komposisi Gizi dalam 100 gr MP-ASI Bubuk


Instan 10

2 Kandungan Protein MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan


Anak Usia 6-24 Bulan 12

3 Kandungan Lemak MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan 12

4 Persyaratan Kandungan Vitamin dan Mineral MP-ASI


Pokok dan MP-ASI Kudapan 13

5 Kompossi Zat Gizi dalam 100 gr Kacang Kedelai 20

6 Rincian Perlakuan pada Pembuatan Bubur Bayi 28

7 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan 37

8 Hasil Analisis Organoleptik Warna Bubur Bayi Campuran


Pisang Awak, Kedelai dan Hati Ayam Herbal 48

9 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Bubur Bayi Campuran


Pisang Awak, Kedelai dan Hati Ayam Herbal 49

10 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Bubur Bayi Campuran


Tepung Pisang Awak, Kedelai dan Hati Ayam Herbal 50

11 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Bubur Bayi Campuran


Tepung Pisang Awak, Kedelai dan Hati Ayam Herbal 50

12 Analisis Kandungan Zat Gizi Makanan Pendamping Air


Susu Ibu (MP ASI) Bubur Bayi dengan Bahan Tepung
Pisang Awak, Kedelai, dan Hati Ayam Herbal 54

xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep penelitian 27

2 Tahapan pembuatan bubur bayi 33

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Formulir Uji Kesukaaan 71

2 Master Data 72

3 Output Penelitian 73

4 Surat Permohonan Penelitian 76

5 Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian 77

6 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan 78

7 Surat Selesai Penelitian 79

8 Dokumentasi 80

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

ASI Air Susu Ibu


AAS Atomic Absorbtion Spectrofotometry
AKG Angka Kecukupan Gizi
MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu
WHO World Health Organization

xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Rifa Yanti berumur 23 tahun. Penulis lahir di

Simpanggambir, pada tanggal 14 Februari 1996. Penulis beragama Islam, anak

pertama dari satu bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Islahuddin Batubara,

S.Pd., dan Ibu Samsinar Nasution, S.Pd.

Pendidikan formal dimulai pendidikan sekolah dasar di MIN

Simpanggambir Tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di MTSN

Simpanggambir Tahun 2009-2011 dan sekolah menengah atas di SMA S Nurul

‘Ilmi Padang Sidempuan Tahun 2012-2014. Selanjutnya, penulis melanjutkan

pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Desember 2019

Rifa Yanti

xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Status gizi yang baik pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin,

yaitu sejak manusia berada didalam kandungan. Status gizi ibu dan anak juga

dapat dijadikan sebagai penentu kualitas sumber daya manusia, dapat juga

dilihat dengan semakin jelas adanya bukti bahwa status gizi dan kesehatan ibu

pada masa prahamil, saat kehamilan dan saat menyusui akan menentukan

kondisi tumbuh kembang anak yang dimilikinya.

Status gizi anak erat kaitannya dengan tingkat pemenuhan asupan

gizinya selama periode 1000 hari pertama kehidupan, yang merupakan periode

sensitif untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor terpenting

yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada

periode tersebut adalah faktor lingkungan, yang meliputi kecukupan gizi,

stimulasi, infeksi, radiasi, kebersihan lingkungan, dan gangguan metabolisme

tubuh.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), pada Tahun 2010 rata-rata

anak yang mengalami kurang gizi di Indonesia sebesar 17,9 %, mengalami

peningkatan pada Tahun 2013 menjadi 19,6%. Dari 33 provinsi di Indonesia,

Sumatera Utara menempati urutan ke 16 dari 18 provinsi yang mempunyai

rata-rata gizi buruk dan kurang di atas angka rata-rata nasional yaitu berkisar

antara 21,2% sampai dengan 33,1%. Peningkatan masalah gizi tersebut

kemungkinan disebabkan oleh asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

gizi balita, baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Global Strategy for Infant and young Child Feeding, WHO/UNICEF

merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai

tumbuh kembang anak yang optimal yaitu: pertama memberikan air susu ibu

segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberian hanya Air Susu

Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6

bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak

bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan atau lebih, dan keempat meneruskan

pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), mengatakan bahwa jenis-jenis

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) ada bermacam-macam. Adapun

salah satu macam-macam makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah

makanan tambahan lokal yang diolah di rumah. Salah satu bentuk makanan

tambahan lokal yaitu pisang awak.

Buah pisang adalah bahan pangan yang bergizi, sumber karbohidrat,

vitamin, dan mineral, komponen karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah

pati pada daging buahnya, dan akan diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa

pada saat pisang matang (15-20%) (Bello, Francisco, Gutierrez, & Garcia. 2005).

Salah satu jenis pisang yang sering dijadikan untuk makanan bayi adalah

pisang awak. Pisang awak matang memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang

manis serta kandungan gizi yang baik terutama karbohidrat dalam bentuk gula,

kalium, vitamin A dan Vitamin B6.

Pisang awak yang diolah menjadi tepung dapat dijadikan sebagai bahan

dasar MP-ASI. Terutama tepung yang dibuat dari pisang yang sudah masak.

Universitas Sumatera Utara


3

Tepung pisang awak yang dibuat dari buah yang masak memiliki rasa yang manis

karena mengandung gula yang tinggi serta tekstur yang lembut, sehingga tidak

akan menggangu pencernaan bayi.

WHO/UNICEF merekomendasikan dan menekankan agar secara sosial

budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah

didapatkan didaerah setempat. Pada pedoman MP-ASI lokal, ada beberapa jenis

makanan yang dapat dijadikan sebagai bubur bayi, seperti: tepung beras, kacang

hijau, tempe, bayam, hati ayam, daging ikan, daun sawi, ikan, pisang.

Pada Tahun 2014 produksi pisang di Indonesia mencapai 7.008.407 ton

(BPS, 2015). Produksi pisang di Indonesia yang cukup tinggi tidak sebanding

dengan tingkat konsumsi masyarakat, yang mengakibatkan banyaknya pisang

yang tidak dapat dimanfaatkan karena daya simpan buah pisang yang relatif

singkat. Adapun hal yang dapat dilakukan ataupun solusi terbaik untuk masalah

ini adalah dengan membuat pisang menjadi tepung.

Menurut penelitian Puspita (2011), mengatakan bahwa salah satu wilayah

di daerah Aceh yaitu di daerah Aceh Urata. Pemanfaatan pisang sebagai makanan

bayi sudah lama diberikan. Jenis pisang yang diberikan adalah pisang Awak.

Pemberian pisang awak biasanya diberikan berupa pisang awak yang dikerok

maupun pisang awak yang dilumatkan kemudian dicampurkan dengan nasi. Hal

ini dilakukan karena ibu di daerah tersebut beranggapan bahwa Air Susu Ibu

(ASI) tidak cukup mengenyangkan bayi dan ini sudah menjadi tradisi turun-

temurun. Hal ini serupa dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

didaerah Medan Tuntungan yang daerahnya cukup banyak lahan pertanian.

Universitas Sumatera Utara


4

Namun, sepenuhnya belum dimanfaatkan oleh ibu-ibu didaerah Medan

Tuntungan. Pisang awak yang digunakan sebagai bahan MP-ASI diolah menjadi

bubuk instan agar ibu-ibu mudah menyimpan dalam waktu yang cukup lama.

Berdasarkan hasil penelitian Jumirah (2011), didalam pembuatan tepung

pisang awak masak dengan penambahan tepung beras akan dapat membantu

mempermudah proses pengeringan dan menghasilkan tepung dengan kualitas

baik.

Menurut hasil penelitian Jumirah (2013), yaitu tentang cara pembuatan

tepung formulasi pisang awak yang masak dengan menggunakan campuran

tepung beras sebagai bahan dasar bubur bayi yang mengandung protein sebesar

5,42-5,79%, dan lemak sebesar 1,01-1,15%.

Bubur bayi merupakan makanan yang diberikan kepada anak usia 6-9

bulan untuk memenuhi gizi selain dari Air Susu Ibu (ASI). Ini dikarenakan

pemberian ASI saja tidak mencukupi kebutuhan gizi bayi setelah berusia 6 bulan.

Selain itu, bubur bayi juga berfungsi sebagai pengenalan makanan kepada bayi

terhadap makanan keluarga.

Bubur bayi yang diberikan kepada bayi selain harus bergizi haruslah

terlihat menarik, baik secara bentuk maupun rasanya. Selain itu, bubur bayi ini

sebaiknya mudah disiapkan atau praktis, sehingga bayi tidak perlu menunggu

lama hanya untuk makan saja.

Bubur bayi harus mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi

untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi seperti karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, dan mineral. Dimana karbohidrat merupakan sumber energi utama pada

Universitas Sumatera Utara


5

anak yang harus dicapai setiap hari yaitu sebesar (60-70% total kebutuhan energi

harian). Sumber karbohidrat yang berasal dari nasi, jagung, sagu, umbi-umbian

(singkong, ubi jalar, kentang, dan sebagainya), pasta, roti, dan sebagainya.

Sumber protein yang berasal dari nabati yaitu berasal dari kacang-kacangan dan

biji-bijian, dan sumber protein berasal dari hewani yaitu daging, unggas, ikan,

udang, dan telur. Salah satu fungsi lemak adalah untuk memudahkan proses

pencernaan dan penyerapan protein.

Kacang kedelai telah dikenal sejak zaman dahulu dan sudah diketahui

manfaatnya, salah satunya adalah untuk kesehatan tulang, penyakit

kardiovaskuler. Pemanfaatan kacang kedelai pada umumnya adalah dengan cara

digoreng dan direbus. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa kacang

kedelai dapat dijadikan sebagai MP-ASI dengan diolah menjadi bubur bayi Instan.

Karena kedelai mengandung protein yang sangat berguna untuk perkembangan

otak anak. Hal ini yang menyebabkan peneliti memilih kacang kedelai sebagai

bahan campuran dalam membuat bubur bayi instan. Salah satu bahan makanan

yang juga mudah didapatkan untuk dijadikan sebagai bubur bayi yaitu berasal dari

kacang-kacangan, seperti kacang merah dan kacang kedelai.

Hati ayam selain mudah dijumpai dan harganya juga cukup terjangkau

dibandingkan dengan harga hati hewan lainnya seperti sapi, lembu, kerbau.

Ternyata hati ayam yang kurang disukai oleh sebagian orang ini banyak

mengandung manfaat, diantaranya zat besi yang terdapat didalam hati ayam

berfungsi untuk menanggulangi kekurangan darah (anemia), vitamin A untuk

kesehatan mata dan lain-lain. Sebagian orang ketika membeli ayam potong sering

Universitas Sumatera Utara


6

meninggalkan hati ayam karena dianggap pada hati ayam terdapat

migroorganisme yang membahayakan. Sebenarnya apabila hati ayam dilakukan

penanganan yang higine saat pengangkutan, pemotongan, dan pengeluaran maka

akan mengurangi mikroorganisme yang berbahaya.

Hati ayam sangat baik dikonsumsi oleh bayi karena hati ayam

mengandung zat besi yang cukup tinggi. Menurut USDA (2014) hati ayam

mengandung zat besi sebanyak 8,99 mg/ 100 gr. Selain zat besi, hati ayam juga

mengandung 2,86 gr lemak total, dengan 0,9 gr lemak jenuh, 248 mg kolesterol,

7,41 mg vitamin B12, asam folat dan riboflavin.

Apabila anak tidak mendapatkan zat besi yang cukup, maka jumlah sel

darah merah didalam tubuh akan berkurang dan jaringan-jaringan tubuh akan

lebih sedikit menerima oksigen yang dibutuhkan. Salah satu akibat dari

kekurangan zat besi adalah anemia, apabila anak mengalami anemia maka dapat

menimbulkan gangguan konsentrasi dimasa yang akan datang dan dapat

menyebabkan gangguan otak permanen (USDA, 2014). Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian mengenai uji daya terima serta kandungan gizi bubur bayi

campuran tepung pisang awak, kedelai, hati ayam herbal.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana daya terima

serta kandungan gizi bubur bayi campuran tepung pisang awak, kacang kedelai,

dan hati ayam herbal.

Universitas Sumatera Utara


7

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima

serta kandungan gizi bubur bayi campuran tepung pisang awak, tepung kacang

kedelai dan tepung hati ayam herbal.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman suatu

produk tepung dari pisang awak, kacang kedelai dan hati ayam herbal.

2. Sebagai pengenalan bubur bayi campuran tepung pisang awak, kacang

kedelai dan hati ayam herbal kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Pengertian MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat

gizi yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan, yang berguna

memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Sebelum sampai usia ini, ginjal bayi belum cukup berkembang untuk dapat

menguraikan sisa yang dihasilkan oleh makanan padat, makanan yang semi padat.

Untuk proses pengalihan makanan dari makanan padat ke makanan semi padat

juga dibutuhkan keterampilan motorik oral. Keterampilan motorik oral

berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk

bukan cairan dengan cara memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah

bagian belakang (Departemen Kesehatan RI, 2000).

Mengenalkan dan memberikan bubur bayi harus dilakukan secara bertahap

baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan

kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Departemen

Kesehatan RI, 2004).

Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan bergizi

yang diberikan disamping ASI kepada bayi yang berusia 6-24 bulan atau diluar

rentan usia tersebut berdasarkan indikasi medis, untuk mencapai kecukupan gizi

bayi (BPOM, 2018).

Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan BAB 1 ayat 1

bagian a (2018), tentang makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terdiri dari

2 bagian yaitu: MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan.

8
Universitas Sumatera Utara
9

MP-ASI Pokok adalah makanan bergizi yang diberikan disamping Air

Susu Ibu yang diberikan pada waktu makan kepada bayi berusia 6-24 bulan atau

diluar rentang usia tersebut berdasarkan indikasi medis, untuk mencapai

kecukupan gizi. Dalam pengemasan MP-ASI Pokok diproses secara fisik,

enzimatis, dan/atau fermentasi, serta dikemas sedemikian rupa sehingga,

menghasilkan produk yang aman dan sesuai untuk dikonsumsi oleh bayi dan anak

berusia 6-24 bulan, serta dapat menghindari kerusakan dan kontaminasi selama

penanganan, penyimpanan dan distribusi dalam kondisi normal sesuai dengan

tempat dimana produk dijual. Produk MP-ASI pokok dapat berupa:

1. Bubuk yang dapat disiapkan untuk dikonsumsi dengan susu, air, atau cairan

lain yang sesuai.

2. Pasta yang digunakan harus dimasak dalam air mendidih atau cairan lain yang

sesuai.

3. Biskuit yang digunakan secara langsung atau setelah pelumatan dengan

penambahan air, susu, atau cairan lain yang sesuai.

MP-ASI Kudapan adalah makanan bergizi yang diberikan disamping Air

Susu Ibu dan MP-ASI pokok yang diberikan diantara dua waktu makan kepada

bayi berusia 6-24 bulan atau di luar rentang usia tersebut berdasarkan indikasi

medis, untuk mencapai kecukupan gizi. Dalam pengemasan MP-ASI kudapan

diproses secara fisik, enzimatis, dan/atau fermentasi, serta dikemas sedemikian

rupa sehingga, menghasilkan produk yang aman dan sesuai untuk dikonsumsi

oleh bayi dan anak berusia 6-24 bulan, serta dapat menghindarkan kerusakan dan

kontaminasi selama penanganan, penyimpanan dan distribusi dalam kondisi

Universitas Sumatera Utara


10

normal sesuai dengan tempat dimana produk dijual. MP-ASI kudapan merupakan

produk siap konsumsi dapat berupa biskuit, puding, yogurt, dan produk instan,

disesuaikan dengan kemampuan oromotor bayi dan anak. Adapun tekstur MP-ASI

Pokok dan MP-ASI Kudapan sebelum dikonsumsi harus berupa tekstur yang

halus, sedikit kasar, atau tekstur makanan keluarga, dan disesuaikan dengan

kemampuan makan bayi (oromotor).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2004) tujuan pemberian MP-ASI

adalah untuk melengkapi zat gizi yang kurang, mengembangkan kemampuan bayi

untuk menerima berbagai macam makanan dengan beberapa rasa dan bentuk,

serta mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

Tabel 1

Persyaratan Komposisi Gizi dalam 100 gr MP-ASI Bubuk Instan

Zat Gizi Satuan Kadar


Energi Kkal Minimum 400
Protein (Kualitas protein tidak kurang dari kasein) Gr 8 – 12
Lemak (kadar asam linoleat minimal 300 mg/kkal Gr 10 – 18
atau 1,4 g /100g produk)
Karbohidrat:
4.1 Serat gr Maximum 5
4.2 gula (gula sederhana) gr Maximum 30
Vitamin A (acetate) Mcg 250 – 700
Vitamin D Mcg 3 – 10
Vitamin E Mg 4–6
Vitamin K Minimum 10
Vitamin B1 (Thiamin) Mg 0,4 – 0.5
Vitamin B2 (Riboflavin) Mg 0,4 – 0,5
Vitamin B6 (Pyridoksin) Mg 0,3 – 0,5
Vitamin B12 Mcg 0,5 – 0,9
Niasin Mg 4,0 – 6,0
Folic acid Mcg 60 – 100
Iron (Fumarate) Mg 5,0 – 6,0
Iodine Mcg 60 – 70
Zinc Mg 2, 5 – 3,0
Kalsium Mg 200 – 300
Natrium Mg Maksimum 800
Selenium Mcg 10 – 15
Fosfor Mg Perbandingan ca:p= 1,2 – 2,0
Air % Maksimum 5

Universitas Sumatera Utara


11

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 224/Menkes/SK/11 (2007),

makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk anak usia 12-24 bulan dalam bentuk

biskuit yang terbuat dari campuran terigu, margarin, gula, susu, lisiten kedelai,

garam bikarbonat, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral.

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan BAB 1 ayat 1 bagian a

tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI), MP-ASI Pokok yang siap konsumsi

harus mengandung energi tidak kurang dari 240 kkal/hari untuk usia 6-12 bulan

dan tidak kurang dari 640 kkal/hari untuk usia 12-24 bulan, yang dibuat sesuai

dengan petunjuk penyiapan. MP-ASI Kudapan yang siap dikonsumsi harus

mengandung energi tidak kurang dari 60 kkal/hari untuk usia 6-12 bulan dan tidak

kurang dari 34-160 kkal/hari untuk usia 12-24 bulan, yang dibuat sesuai dengan

petunjuk penyiapan.

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan BAB 1 ayat 1 bagian

adapun kandungan gizi yang harus ada didalam bubur bayi adalah sebagai berikut:

Kadar air. MP-ASI dalam bentuk bubuk, biskuit, dan produk instan tidak

lebih dari 5 gr/100 gr. Sedangkan Kadar air untuk MP-ASI dalam bentuk pasta

atau bentuk lain yang harus dimasak terlebih dahulu, tidak lebih dari 12,5 gr/ 100

gr.

Energi. MP-ASI Pokok siap untuk dikonsumsi harus mengandung

kandungan energi tidak kurang dari 240 kkal/hari untuk usia 6-12 bulan dan tidak

kurang dari 640 kkal/hari untuk usia 12-24 bulan, yang dibuat sesuai dengan

petunjuk penyiapan. MP-ASI Kudapan siap konsumsi harus mengandung energi

tidak kurang dari 60 kkal/hari untuk usia 6-12 bulan dan tidak kurang dari 34-160

Universitas Sumatera Utara


12

kkal/hari untuk usia 12-24 bulan, yang dibuat sesuai dengan petunjuk penyiapan.

Densitas energi MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan tidak kurang dari 0,8

kkal/gr (siap konsumsi).

Protein. Adapun kandungan gizi pada protein adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Kandungan Protein MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan Anak Usia 6-24 Bulan

Usia Maksimum Minimum Satuan


6 – 12 bulan 5,5 1,9 gr/100 kkal
12 – 24 bulan 5,5 0,8 gr/100 kkal

Berdasarkan tabel kandungan protein MP-ASI pokok dan MP-ASI

kudapan untuk anak usia 6-12 bulan protein yang harus ada didalam makanan

anak maksimum sebesar 5,5 gr/100 kkal dan minimum 1,9 gr/100 kkal dan

kandungan protein MP-ASI kudapan untuk anak usia 12-24 bulan protein yang

harus ada didalam makanan anak, maksimum sebesar 5,5 gr/100 kkal dan

minimum 0,8 gr/100 kkal. Mutu protein setara dengan kasein atau dengan jumlah

protein lain yang lebih besar jika mutunya kurang dari kasein. Mutu protein tidak

kurang dari 70% mutu kasein.

Lemak. Kandungan gizi lemak yaitu dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3

Kandungan Lemak MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan

Zat gizi Satuan Minimum Maksimum Keterangan


Total lemak gr/100 kkal - 4,5
Asam Linoleat mg/100 kkal 50 - Rasio Asam
Linoleat/ Asam
α Linolenat 5-
15 : 1

Universitas Sumatera Utara


13

Minyak dan lemak yang terhidrogenasi parsial tidak boleh digunakan

pada MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan. Asam lemak trans tidak boleh

ditambahkan, namun jika ada maka kandungannya tidak lebih dari 3% dari total

asam lemak.

Karbohidrat. Jika sukrosa, fruktosa, glukosa, sirup glukosa atau madu

ditambahkan pada MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan, maka: Jumlah

karbohidrat yang ditambahkan dari sukrosa, fruktosa, glukosa, sirup glukosa atau

madu tersebut tidak lebih dari 5 gr/100 kkal dan jumlah fruktosa tidak lebih dari

2,5 gr/100 kkal.

Serat. Pangan MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan mengandung serat

pangan tidak lebih dari 1,25 gr/100 kkal. Serat pangan yang seharusnya ada

didalam makanan bubur bayi adalah sebesar 1,25 gr.

Vitamin dan mineral. Menurut BPOM (2018) tentang peraturan MP-ASI

pokok dan MP-ASI kudapan. Berikut adalah kandungan vitamin dan mineral

untuk anak usia 6-24 bulan.

Tabel 4

Persyaratan Kandungan Vitamin dan Mineral MP-ASI Pokok dan MP-ASI


Kudapan

Persyaratan
Satuan
Zat Gizi 6-12 bulan 12-24 bulan
Vitamin dan mineral yang
wajib ditambahkan
Vitamin A mcg RE/100 kkal 60 – 180 60 – 180
Tiamin mg/100 kkal Minimum 0,05 Minimum 0,05
Vitamin B12 mcg/100 kkal Minimum 0,05 Minimum 0,075
Vitamin D mcg/100 kkal 1–3 1–3
Besi mg/100 kkal Minimum 3,56 Minimum 0,86
Seng mg/100 kkal Minimum 0,86 Minimum 0,45
Kalsium1 mg/100 kkal Minimum 80 Minimum 80
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


14

Tabel 4

Persyaratan Kandungan Vitamin dan Mineral MP-ASI Pokok dan MP-ASI


Kudapan

Persyaratan
Zat Gizi Satuan
6-12 bulan 12-24 bulan
Fosfor1 mg/100 kkal Minimum 67,5 Minimum 48
Natrium mg/100 kkal Maksimum 100 Maksimum 100
Kalium mg/100 kkal Minimum 140 Minimum 266
Iodium mcg/100 kkal Minimum 1,2 Minimum 4,5
Magnesium mg/100 kkal Minimum 13,9 Minimum 6,1
Vitamin dan mineral yang
dapat ditambahkan
Riboflavin mg/100 kkal Minimum 0,07 Minimum 0,06
Niasin mg/100 kkal Minimum 1,12 Minimum 0,68
Asam pantotenat mg/100 kkal Minimum 0,18 Minimum 0,18
Vitamin B6 mg/100 kkal Minimum 0,09 Minimum 0,06
Folat mcg/100 kkal - Minimum 4,8
Vitamin C2 mg/100 kkal Minimum 2,7 Minimum 2
Vitamin E mg/100 kkal Minimum 0,5 Minimum 0,5
Vitamin K mcg/100 kkal Minimum 2,5 Minimum 2,5
(Sumber: BPOM, 2018)

Kadar air. MP-ASI bentuk bubuk, biskuit, dan produk instan tidak lebih

dari 5 gr/100 gr. Kadar air untuk MP ASI bentuk pasta atau bentuk lain yang

harus dimasak terlebih dahulu, tidak lebih dari 12,5 gr/100 gr. Maka dari itu kadar

air yang harus ada didalam makanan bayi tidak boleh lebih dari 12,5 gr/100 gr.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) jenis- jenis bubur bayi dibagi

menjadi 2 jenis yaitu:

1. Makanan Tambahan Lokal merupakan makanan tambahan yang diolah

sendiri oleh ibu di rumah maupun saat kegiatan Posyandu, terbuat dari bahan

makanan yang tersedia, mudah diperoleh dengan harga terjangkau, dan

memerlukan pengolahan sebelum dikomsumsi oleh bayi.

2. Makanan Tambahan Olahan Pabrik merupakan makanan yang tersedia

dengan bentuk olahan, bersifat instan dan beredar dipasaran. Sereal bayi,

Universitas Sumatera Utara


15

yang dilengkapi dengan vitamin tambahan dan mineral, bisa diberikan

sebagai sarapan pagi.

Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan BAB 1 ayat 1

bagian a (2018) mengenai makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dibagi

menjadi 2 bagian yaitu: MP-ASI Pokok dan MP-ASI Kudapan.

1. MP-ASI Pokok adalah makanan bergizi yang diberikan disamping Air Susu

Ibu yang diberikan pada waktu makan kepada bayi yang berusia 6 -24 bulan

atau di luar rentang usia tersebut berdasarkan indikasi medis, untuk mencapai

kecukupan gizi.

2. MP-ASI Kudapan adalah makanan bergizi yang diberikan disamping Air

Susu Ibu. MP-ASI pokok diberikan diantara dua waktu makan kepada bayi

yang berusia 6-24 bulan atau di luar rentang usia tersebut berdasarkan

indikasi medis, untuk mencapai kecukupan gizi.

Menurut Soetjiningsih (2002) jenis-jenis MP-ASI yang tepat dan sesuai

menurut usia anak, yaitu:

1. Makanan Lumat

Makanan lumat diberikan saat anak berusia 6-9 bulan, memiliki tekstur yang

lembut dan halus tanpa ampas.

2. Makanan Lunak

Makanan lunak diberikan ketika anak usia 9-12 bulan, makanan yang

teksturnya agak kasar dari makanan lumat.

3. Makanan Padat

Makanan mulai dikenalkan pada anak saat berusia 12-24 bulan, makanan

Universitas Sumatera Utara


16

lunak biasanya disebut makanan keluarga.

Cara pemberian MP-ASI yang tepat dan benar (Departemen Kesehatan RI,

2007):

1. Mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyiapkan dan memberikan

makanan untuk bayi.

2. Mencuci bahan makanan dengan air yang mengalir.

3. Mencuci kembali peralatan dapur dan peralatan makan anak sebelum dan

sesudah digunakan.

4. Pemberian MP-ASI sesuai tahap tumbuh kembang.

5. Tidah menyimpan sisa makanan yang tidak dihabiskan.

Pisang Awak (Musa Paradisiacal Var. Awak)

Buah pisang adalah bahan pangan yang bergizi, sumber karbohidrat,

vitamin, dan mineral, komponen karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah

pati pada daging buahnya, akan diubah menjadi sukrosa, glukosa, serta fruktosa

pada saat pisang matang (15-20%) (Bello, Francisco, Gutierrez, & Garcia, 2005).

Pisang awak merupakan salah satu buah yang memiliki banyak manfaat

dan mudah dikenali karena bentuknya yang khas dan memiliki warna cerah.

Pisang awak yang matang memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang manis.

Kandungan gizinya yang baik terutama karbohidrat dalam bentuk gula, kalium,

vitamin A, dan vitamin B6.

Pisang awak juga dapat dijadikan sebagai tepung, pisang awak yang telah

dijadikan sebagai tepung memiliki total serat dan kandungan gizi yang lebih

tinggi. Pisang Awak yang telah dibuat menjadi tepung dapat dijadikan bahan

Universitas Sumatera Utara


17

tambahan dalam pembuatan bubur bayi. Proses bahan makanan yang dijadikan

tepung dapat menambah masa ketahanan bahan makanan tersebut. Sehingga

jangka waktu penyimpanannya dapat lebih lama dari pada sebelum dijadikan

tepung.

Kacang Kedelai (Glycine Max (L.) Merill)

Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein dan vitamin

yang saling melengkapi dengan serealia, seperti beras dan gandum. Protein

kacang-kacangan umumnya kaya akan lisin, leusin, dan isoleusin, tapi terbatas

dalam hal kandungan metionin dan sistin. Hal ini menyebabkan kacang-kacangan

sering dikombinasikan dengan serealia. Sebab, serealia kaya akan metionin dan

sistin, tetapi kurang terhadap kandungan lisin (Astawan, 2003).

Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan dan merupakan

sumber utama protein dan minyak nabati utama dunia. Begitu besarnya kontribusi

kedelai dalam hal penyediaan bahan pangan bergizi bagi manusia sehingga

kedelai biasa dijuluki sebagai Gold from the Soil, atau sebagai World’s Miracle

mengingat kualitas asam amino proteinnya yang tinggi, seimbang dan lengkap.

Konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia dipastikan akan terus

meningkat setiap tahunnya mengingat beberapa pertimbangan seperti

bertambahnya populasi penduduk, peningkatan pendapatan per kapita, dan

kesadaran masyarakat akan gizi makanan (Aldillah, 2015). Begitu besarnya

kontribusi kedelai dalam kelompok tanaman pangan, kedelai merupakan

komoditas terpenting ketiga setelah padi dan jagung.

Universitas Sumatera Utara


18

Lebih dari 90% kedelai Indonesia digunakan sebagai bahan pangan

terutama pangan olahan, yaitu sekitar 88% untuk tahu dan tempe, 10% untuk

pengolahan lainnya dan sekitar 2% untuk benih (Sudaryanto dan Swastika, 2007).

Kedelai merupakan sumber protein yang penting bagi manusia, dan

apabila ditinjau dari segi harga merupakan sumber protein yang murah sehingga

sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan kedelai.

Makanan yang dibuat dari kedelai antara lain kedelai rebus, kecambah, tempe,

soyghurt, tahu, jus kedelai dan kecap.

Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai

ketinggian antara 30 -100 cm, batang beruas-ruas dan memiliki percabangan

antara 3-6 cabang. Daun kedelai mempunyai ciri-ciri antara lain helai daun

berbentuk oval, bagian ujung daun meruncing dan tata letaknya pada tangkai daun

bersifat majemuk berdaun tiga.

Biji kedelai umumnya berbentuk bulat atau bulat-pipih sampai bulat

lonjong. Warna kulit biji bervariasi antara lain kuning, hijau, coklat dan hitam.

Ukuran biji berkisar antara 6 – 30 gr/100 biji. Di indonesia ukuran biji kedelai

diklasifikasikan dalam 3 kelas, yaitu biji kecil (6 – 10 gr/100 biji), sedang (11 –

12 gr/100 biji) dan besar (13 gr atau lebih/100 biji). Biji-biji kedelai dapat

digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Cahyono, 2007).

Umur keluarnya bunga tergantung pada varietas kedelai, pengaruh suhu,

dan penyinaran matahari. Tanaman kedelai di Indonesia pada umumnya mulai

berbunga pada umur 30 – 50 hari setelah ditanam. Buah kedelai disebut buah

polong seperti buah kacang-kacangan lainnya, yang tersusun dalam rangkaian

Universitas Sumatera Utara


19

buah. Polong kedelai yang sudah tua ada yang berwarna coklat, coklat tua, coklat

muda, coklat kekuning-kuningan, coklat keputih-putihan dan kehitaman. Tiap

polong kedelai berisi antara 1 – 5 biji, jumlah polong pertanaman tergantung pada

varietas kedelai, kesuburan tanah, dan jarak tanam yang digunakan. Kedelai yang

ditanam di tanah yang subur pada umumnya dapat menghasilkan antara 100 – 200

polong/pohon (Suhaeni, 2007).

Menurut Cahyadi (2007) yang dikutip dalam Adriyanie (2016), kedelai

mengandung protein rata-rata 35%, bahkan pada varietas unggul mempunyai

kandungan protein 40 – 44%. Kedelai mempunyai kandungan protein tertinggi

diantara tanaman kacang-kacangan 85% – 95% terdiri atas globulin. Fungsi

protein ini dapat sebagai pengganti senyawa-senyawa yang hilang dalam tubuh.

Setiap 100 gr kedelai kering mengandung protein (34,90%), energi (331,00 kal),

lemak (18,0 gr), serta berbagai vitamin dan mineral lainnya. Setiap 1 gr asam

amino kedelai mengandung 340 mg isoleusin, 480 mg leusin, 400 mg lisin, 310

mg phenilalanin, 200 mg tirosin, 80 mg methionin, 110 mg cistin, 250 mg

threonin, 90 mg triptophan, dan 330 mg valin.

Biji kedelai di Indonesia merupakan bahan baku utama untuk pembuatan

tempe, tahu, tauco, kecap dan jus kedelai. Setiap 100 gr kedelai rebus memiliki

kandungan lemak omega 3 sebesar 598 mg dan omega 6 sebesar 4466 mg. Kedua

jenis lemak ini mempunyai efek anti peradangan, sehingga mampu melindungi

jantung.

Menurut Winarsi (2010), Kedelai (Glycine max L. Merril) adalah tanaman

semusim yang diusahakan pada musim kemarau, karena tidak memerlukan air

Universitas Sumatera Utara


20

dalam jumlah besar. Kedelai merupakan sumber protein, dan lemak, serta sebagai

sumber vitamin A, E, K, dan beberapa jenis vitamin B dan mineral K, Fe, Zn, dan

P. Kadar protein kacang-kacangan berkisar antara 20 - 25%, sedangkan pada

kedelai mencapai 40%. Kadar protein dalam produk kedelai bervariasi misalnya,

tepung kedelai 50%, konsentrat protein kedelai 70% dan isolat protein kedelai

90%. Berikut Tabel komposisi zat gizi kacang kedelai:

Tabel 5

Kompossi Zat Gizi dalam 100 gr Kacang Kedelai

Zat gizi Jumlah


Kalori 381 kal
Protein 40,4 gr
Lemak 16,7 gr
Karbohidrat 24,9 gr
Kalsium 222 mg
Fosfor 682 mg
Besi 10,0 mg
Vitamin B1 0,52 mg
Air 12,7 mg
Serat 3,2 gr
Abu 5,5 gr
Sumber : Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia, 1995

Protein kedelai yang dikonsumsi secara tradisional atau sebagai igredien

dalam pangan formulasi, telah secara nyata memberikan kontribusinya untuk

menanggulangi masalah kekurangan protein di sebagian besar negara yang sedang

berkembang.

Telah diungkapkan oleh banyak peneliti, hanya sebanyak 25 gr protein

kedelai per hari yang diperlukan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam

plasma darah subyek penderita hiperkolesterolemia. Kulit kedelai mengandung

87% serat makanan (dietary fiber) yang larut dalam air, dan 40 - 53% selulosa

Universitas Sumatera Utara


21

kasar, 14 - 33% hemiselulosa kasar dan 1 - 3% serat kasar, sehingga mampu

menurunkan kolesterol dalam tubuh. Selain itu kedelai mengandung isoflavon

cukup tinggi yang terdiri atas genistein dan daidzein. Kandungan genistein dalam

kedelai mempunyai manfaat untuk mengontrol lemak dalam tubuh (Yee, 1994.,

Bakhit et al, 1994 dalam Muctadi, 2010).

Hati Ayam Herbal

Ayam herbal adalah ayam buras atau ayam ras yang dikembangkan

dengan menggunakan racikan bahan pangan khusus “jamu ternak “sebagai

probiotik pengganti antibiotik dan anti stres yang biasa digunakan oleh peternak

ayam buras/ras. Ayam boiler merupakan salah satu ternak unggas yang yang

secara genetik banyak dimanfaatkan. Kelebihan ayam boiler adalah

perkembangan dan pertumbuhannya yang relatif cepat dan efisien didalam

pemanfaatan pangan serta harga yang relatif terjangkau.

Perbedaan antara ayam herbal dan ayam boiler dapat dilihat dari segi

kualitas daging yang dihasikan. Ayam yang dikembangkan secara organik belum

tentu menghasilkan kualitas daging yang lebih baik. Sebuah penelitian di sebagian

Negara di Eropa, ada ayam potong organik, karena pakannya tidak diatur dengan

baik, kandungan lemak dalam dagingnya lebih tinggi dibanding ayam boiler biasa.

Sementara untuk ayam herbal karena menggunakan ramuan suplementasi jamu

ternak dengan menggunakan bahan-bahan kunyit, jahe, sambiloto, temulawak,

dan tumbuhan lain yang menghasilkan daging ayam yang berkualitas, kandungan

lemak yang lebih rendah, serat daging yang semakin padat, aroma daging yang

lebih segar dan lebih enak. (Indratama, 2017).

Universitas Sumatera Utara


22

Hati ayam mengandung zat besi yang cukup tinggi yaitu sebesar 8,99 mg/

100 gr (USDA, 2014). Selain itu, mineral yang berasal dari hati ayam lebih mudah

diabsorbsi karena mengandung lebih sedikit bahan pengikat mineral. Fortifikasi

zat besi dapat dilakukan pada bubur bayi instan sebagai makanan pendamping

ASI (MP-ASI) yang diberikan pada anak berumur 6-24 bulan.

Hati ayam adalah sumber dari berbagai nutrisi yang sangat penting seperti

vitamin A, vitamin B12, mineral, folat dan riboflavin. Sudah sejak lama hati ayam

dikonsumsi menjadi salah satu lauk pilihan. Hati ayam menjadi sumber nutrisi

yang sangat penting untuk tubuh. Berbagai zat gizi penting yang terdapat dalam

hati ayam adalah protein, vitamin A, asam folat, vitamin B12, berbagai jenis

mineral (seng, magnesium, dan zink), sumber terbaik untuk mengatasi tubuh yang

terasa lelah. Jadi, jika dilihat pada semua kandungan nutrisi maka hati ayam

sangat layak untuk dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh

bayi.

Perbedaan MP-ASI instan olahan pabrikan dengan MP-ASI yang diolah

penulis sendiri adalah MP-ASI olahan pabrikan biasanya hanya membuat 1

sampai 2 jenis bahan makanan bubur bayi saja, contohnya rasa beras merah,

kacang hijau, ubi ungu, rasa wortel pisang. Sedangkan MP-ASI yang diolah

penulis menggunakan 3 bahan makanan seperti pisang awak, kacang kedelai, hati

ayam herbal yang terdapat didalamnya bahan makanan hewani, nabati, buah-

buahan. Jadi, jika dilihat dari kandungan gizinya lebih lengkap MP-ASI yang

diolah penulis sendiri dari pada olahan pabrikan.

Universitas Sumatera Utara


23

Uji Organoleptik

Penilaian organoleptik disebut juga dengan penilaian indra atau penilaian

sensorik yang merupakan suatu cara penilaian yang sudah lama dikenal. Penilaian

organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu dalam industri pangan

dan industri hasil pertanian lainnya. Penilaian ini dapat juga memberikan hasil

penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan indera bahkan

melebihi ketelitian alat yang paling sensitif (Susiwi, 2009).

Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera penglihatan,

penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Panel diperlukan untuk

melaksanakan penelitian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat

sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini

terdiri atas orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu komoditi.

Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.

Uji hedonik atau kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan.

Dalam uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya, disamping itu mereka juga mengemukakan tingkat

kesukaan/ ketidaksukaan. Palatabilitas biasa disebut orang skala hedonik,

misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak suka,

tidak suka, sangat tidak suka dan amat sangat tidak suka. Skala hedonik dapat

direntangkan atau diperkecil sesuai yang diinginkan peneliti (Rahayu, 1998).

Panelis

Menurut Rahayu (1998), dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh

macam panel, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak

Universitas Sumatera Utara


24

terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan

ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian

organoleptik.

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan

spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang

sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara

pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa

organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah

kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian efisien. Panel perseorangan

biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak

dan mengenali penyebabnya.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi

sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-

faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan

pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup

baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-

latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau

spesifik.

Universitas Sumatera Utara


25

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk

mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih

berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak

terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana

seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel

tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria

sama dengan panelis wanita.

6. Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada

target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan

dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3 - 10

tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-

produk pangan yang disukai seperti permen, es krim dan sebagainya. Cara

penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan atau

dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya terhadap

Universitas Sumatera Utara


26

produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka tayo yang sedang

sedih, biasa atau tertawa.

Landasan Teori

Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan bergizi

yang diberikan disamping ASI kepada bayi yang berusia 6-24 bulan atau diluar

rentan usia tersebut berdasarkan indikasi medis, untuk mencapai kecukupan gizi

bayi (BPOM, 2018).

Buah pisang adalah bahan pangan yang bergizi, sumber karbohidrat,

vitamin, dan mineral, komponen karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah

pati pada daging buahnya, akan diubah menjadi sukrosa, glukosa, serta fruktosa

pada saat pisang matang (15-20%) (Bello, Francisco, Gutierrez, & Garcia, 2005).

Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan dan merupakan

sumber utama protein dan minyak nabati utama dunia. Begitu besarnya kontribusi

kedelai dalam hal penyediaan bahan pangan bergizi bagi manusia sehingga

kedelai biasa dijuluki sebagai Gold from the Soil, atau sebagai World’s Miracle

mengingat kualitas asam amino proteinnya yang tinggi, seimbang dan lengkap.

Ayam herbal adalah ayam buras atau ayam ras yang dikembangkan

dengan menggunakan racikan bahan pangan khusus “jamu ternak “sebagai

probiotik pengganti antibiotik dan anti stres yang biasa digunakan oleh peternak

ayam buras/ras. Ayam boiler merupakan salah satu ternak unggas yang yang

secara genetik banyak dimanfaatkan. Kelebihan ayam boiler adalah

perkembangan dan pertumbuhannya yang relatif cepat dan efisien didalam

pemanfaatan pangan serta harga yang relatif terjangkau.

Universitas Sumatera Utara


27

Hati ayam adalah sumber dari berbagai nutrisi yang sangat penting seperti

vitamin A, vitamin B12, mineral, folat dan riboflavin. Sudah sejak lama hati ayam

dikonsumsi menjadi salah satu lauk pilihan. Hati ayam menjadi sumber nutrisi

yang sangat penting untuk tubuh. Berbagai zat gizi penting yang terdapat dalam

hati ayam adalah protein, vitamin A, asam folat, vitamin B12, berbagai jenis

mineral (seng, magnesium, dan zink), sumber terbaik untuk mengatasi tubuh yang

terasa lelah. Jadi, jika dilihat pada semua kandungan nutrisi maka hati ayam

sangat layak untuk dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh

bayi.

Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang sudah dijabarkan,

maka kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu :

Pisang awak yang di ekstrak


menjadi tepung pisang awak

Daya terima serta


Kedelai yang di ekstrak kandungan gizi bubur
menjadi tepung kedelai bayi campuran tepung
pisang awak, kedelai
dan hati ayam herbal

Hati ayam herbal yang


diekstrak menjadi tepung
hati ayam herbal

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

rancangan penelitian acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu

perlakuan pertama menggunakan tepung pisang awak sebanyak 100 gr, tepung

kacang kedelai 100 gr, hati ayam herbal 50 gr. Pada perlakuan kedua tepung

pisang awak 100 gr, tepung kacang kedelai 75 gr, hati ayam herbal 75 gr. Yang

diulang sebanyak 2 kali ulangan pada proses pembuatan bubur bayi, dengan

maksud untuk memperkecil eror atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat

penimbangan bahan yang digunakan dalam pembuatan bubur bayi. Adapun

formulasi campuran penambahan tepung sebagai berikut:

Tabel 6

Rincian Perlakuan pada Pembuatan Bubur Bayi

Ulangan
Perlakuan I II
A1 U1 U2
A2 U1 U2

Keterangan:

A1 : Penambahan tepung pisang awak 100 gr dan tepung kacang kedelai 100 gr

dan hati ayam herbal 50 gr.

A2 : Penambahan tepung pisang awak 100 gr dan dan tepung kacang kedelai 75 gr

dan hati ayam herbal 75 gr.

U1 : Perlakuan A1 pada ulangan ke -1

U2 : Perlakuan A1 pada ulangan ke -2

28
Universitas Sumatera Utara
29

U1 : Perlakuan A2 pada ulangan ke -1

U2 : Perlakuan A2 pada ulangan ke -2

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian bubur bayi campuran tepung pisang

awak, kedelai, dan hati ayam herbal dilakukan di Posyandu Medan Tuntungan.

Pengujian kandungan gizi makanan pendamping ASI (MP-ASI) bubur bayi

dilakukan di Laboratorium Chem – Mix Pratama Yogyakarta.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2019 –

Agustus 2019.

Populasi dan Sampel

Populasi. Panelis dalam penelitian ini digunakan panelis tidak terlatih

yang terdiri dari anak usia 6-12 bulan yang didampingi oleh ibunya dan

mempunyai kepekaan cukup baik. Sedangkan untuk menguji aroma, rasa, warna,

dan teksturnya menggunakan mahaasiswa sebanyak 25 orang. Untuk

mempermudah peneliti dalam pengambilan data, maka peneliti dapat melihat

respon bayi dalam menerima makanan.

Sampel. Objek penelitian ini adalah bubur bayi untuk anak usia 6-12

bulan menggunakan bahan campuran tepung pisang awak, kacang kedelai, dan

hati ayam herbal.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel. Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu daya terima, bubur

bayi, tepung pisang awak, tepung kedelai, dan hati ayam.

Universitas Sumatera Utara


30

Definisi operasional. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Bubur bayi dengan menggunakan bahan-bahan campuran tepung pisang awak,

kedelai, dan hati ayam herbal adalah jenis bubuk instan yang dibuat dengan

adonan yang berbahan dasar pisang awak, kacang kedelai, hati ayam herbal,

minyak, gula, susu bubuk, dan garam.

2. Kandungan zat gizi bubur bayi adalah jumlah zat gizi yang meliputi kadar air,

protein, lemak, karbohidrat, besi, fosfor, seng, kalsium, vitamin A yang

terdapat pada bubur bayi. Yang dianalisis menggunakan jasa laboratorium

klinis.

3. Uji daya terima adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesukaan panelis dengan mempergunakan skala hedonik sebagai acuan, yang

meliputi indikator warna, tekstur, aroma dan rasa.

4. Uji daya terima terhadap warna, aroma, rasa adalah pengujian yang dilakukan

untuk mengetahui tingkatan daya terima panelis yang ditimbulkan oleh

campuran tepung pisang awak, kedelai, dan hati ayam herbal.

Metode Pengumpulan Data

Proses pembuatan tepung pisang awak. Proses pembuatan tepung

pisang ‘awak’ masak yang mengandung air dan gula yang tinggi (kadar air 65,8%

dan gula 7,9%), hal ini menyulitkan dalam proses pengeringan meskipun pada

temperatur rendah sehingga tidak dapat dibuat menjadi tepung. Untuk dapat

diproses menjadi tepung, pisang ‘awak’ masak dibuat pasta dengan penambahan

Universitas Sumatera Utara


31

tepung beras dalam perbandingan setiap 100 gr pisang dicampur dengan 50 gr

tepung beras.

Proses pembuatan tepung pisang awak yaitu pisang awak dibersihkan

kemudian dibuang kulit dan bijinya, digiling atau diblender sampai halus

kemudian ditimbang 100 g tepung pisang dan di tambah 50 g tepung beras,

dicampurkan dan diaduk hingga homogen sampai membentuk pasta, setelah itu

dikeringkan dalam oven pada temperatur 50-60 0C dengan waktu kurang lebih 12

jam dilakukan penggilingan dengan ayakan 60 mesh disangrai, kemudian tepung

pisang awak-beras disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Proses penyiapan tepung kacang kedelai. Proses penyiapan tepung

kacang kedelai yaitu jenis kacang kedelai dipilih yang layak dan masih bagus

mutunya, direndam kacang kedelai kira-kira 12 jam agar kacang kedelai

berkembang dan terkelupas, kemudian air rendaman kacang kedelai dibuang dan

dikeringkan dalam oven pada temperatur 50-60 0C dengan waktu kurang lebih 12

jam. Dilakukan penggilingan dengan ayakan 60 mesh disangrai, kemudian tepung

kacang kedelai disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Proses penyiapan hati ayam herbal. Proses penyiapan hati ayam herbal

yaitu diambil hati ayam herbal yang masih segar dan dibersihkan dengan cara

dicuci kemudian ditimbang seperlunya, masukkan kedalam kantong plastik, hati

ayam herbal dikukus selama 20-30 menit.

Proses penyiapan bubur bayi dengan campuran tepung pisang awak

tepung kedelai, dan hati ayam herbal. proses pembuatan bubur bayi melalui

beberapa tahapan diantaranya dengan perlakuan pertama menggunakan tepung

Universitas Sumatera Utara


32

pisang awak sebanyak 100 gr, tepung kacang kedelai 100 gr, hati ayam herbal 50

gr, dan pada perlakuan kedua tepung pisang awak 100 gr, tepung kacang kedelai

75 gr, hati ayam herbal 75 gr. Prosedur pembuatan bubur bayi dengan tepung

pisang awak dan campuran tepung kacang kedelai dan tepung hati ayam herbal

dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap

penyelesaian

1. Tahap Persiapan

a. Menyiapkan semua alat, bahan utama dan bahan tambahan yang

diperlukan dalam pembuatan bubur bayi.

b. Menimbang bahan bahan yang diperlukan dalam pembuatan bubur bayi.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Tahap pelaksanaan pembuatan bubur bayi meliputi tahap pengeringan,

pencampuran dan pengovenan.

b. Pencampuran tepung pisang awak, tepung kacang kedelai, tepung hati

ayam herbal, dicampur dan tambahkan gula halus, garam, air dan susu

bubuk, minyak makan.

c. Pemasakan dengan menggunakan kompor gas dan diaduk- aduk

menggunakan sendok selama 20-30 menit sampai bubur bayi matang.

d. Pengangkatan atau pendinginan Setelah bubur bayi matang kemudian

diangkat dan dikeluarkan dari panci dalam keadaan masih panas setelah

hangat baru bisa diberikan kepada bayi.

3. Tahap penyelesaian

a. Makanan bubur bayi diletakkan disebuah piring kecil.

Universitas Sumatera Utara


33

b. Pengemasan dilakukan setelah bubur bayi dingin/hangat.

c. Dilakukan uji organoleptik bubur bayi berdasarkan (aroma, warna, rasa,

tekstur).

d. Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis.

Tahapan pembuatan bubur bayi. Adapun tahapan pembuatan bubur

bayi pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Pisang awak Kacang Kedelai Hati Ayam Herbal

1. Pengupasan kulit pisang 1. Kacang yang telah 1. Pemilihan hati


2. Buah pisang dipilih direndam selama ayam yang
8 jam, dibersihkan, masih segar
digiling/diblender
kemudian dikukus 2. Hati ayam
3. Pencampuran pisang selama 20 menit
awak dengan tepung beras dibersihkan
2. Dikeringkan
4. Dikeringkan dalam oven 3. Ditimbang
menggunakan oven
dengan temperature 50 – 60 pada suhu 50- 60 C seperlunya
C selama 18-24 jam selama 24 jam. 4. Dikukus
5. Setelah dikeringkan 3. Setelah dikeringkan
digiling sampai
digiling sampai berbentuk
berbentuk tepung
tepung 4. Dilakukan pengayakan
6. Dilakukan pengayakan dengan ayakan 60
dengan ayakan 60 mesh mesh disangrai
disangrai

Tepung pisang Tepung kacang kedelai


Formula A2
Campuran
Formula A1 tepung pisang,
Campuran kedelai dan hati
tepung pisang, Timbang sesuai proporsi campuran
100gr, 75gr, 75gr
kedelai dan hati tepung pisang awak, kacang kedelai
100 gr, 100gr, dan hati ayam herbal Keringkan dan
50gr haluskan
Keringkan dan
haluskan

MP-ASI bubur bayi tepung pisang awak, kacang kedelai dan hati
ayam herbal siap pakai

Gambar 2. Tahapan pembuatan bubur bayi

Universitas Sumatera Utara


34

Uji daya terima dengan menggunakan panelis bayi. Uji daya terima

Bubur bayi dengan formula A1 dan A2 dilakukan masing-masing terhadap 25

bayi pada waktu kegiatan Posyandu di Kecamatan Medan Tuntungan. Daya

terima bubur bayi diukur melalui pengamatan terhadap reaksi yang diperlihatkan

oleh bayi pada saat diberikan bubur bayi MP-ASI oleh ibu bayi. Reaksi yang

diamati meliputi penerimaan bubur MP-ASI disuapan pertama, penerimaan

dimulut bayi, penerimaan saat menelan, penerimaan saat suapan kedua, ketiga dan

seterusnya hingga suapan terahir dari satu porsi bubur MP-ASI. Metode penilaian

daya terima mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti

sebelumnya, diantaranya penelitian Kerian et al (2008) dan Ahmad et al (2014)

didalam disertasi Jumirah (2018). Jika pada suapan pertama, kedua atau ketiga

bayi sudah menolak yaitu memperlihatkan salah satu atau beberapa reaksi seperti:

memalingkan wajah dan menangis, mengatupkan mulut atau membungkam,

merapatkan gigi, menjadi gelisah, memuntahkan atau menolak untuk menelan

makanan yang diberikan, maka dapat diartikan bayi tidak menerima bubur MP-

ASI. Jika pada suapan pertama bayi menunjukkan reaksi tidak suka seperti

memalingkan wajah, mengatupkan mulut, mumuntahkan serta menolak untuk

menelan makanan dan pada suapan kedua bayi mau memasukkan makanan,

mengunyah dan menelan makanan tetapi tidak menghabiskan makanan separoh

dari porsi bubur bayi tersebut, maka dapat diartikan bayi kurang menyukai atau

kurang dapat menerima bubur bayi MP-ASI. Sebaliknya, jika sampai separoh dari

porsi bubur bayi dapat ditelan dengan baik oleh bayi, maka dapat diartikan bayi

menyukai atau dapat menerima bubur MP-ASI.

Universitas Sumatera Utara


35

Uji daya terima dengan menggunakan panelis mahasiswa. Uji daya

terima Bubur bayi dengan formulasi A1 dan A2 dilakukan masing-masing

terhadap 25 mahasiswa, sedangkan untuk uji organoleptik terhadap rasa, aroma,

tekstur, warna menggunakan mahasiswa sebanyak 25 orang. Daya terima bubur

bayi terhadap mahasiswa dilakukan melalui pengamatan terhadap mahasiswa

dengan memperlihatkan responnya terhadap warna, rasa, aroma, tekstur. Adapun

cara mahasiswa merespon uji daya terima terhadap makanan biasanya mahasiswa

lebih dominan terlebih dahulu mengamati bentuk makanan sebelum memasukkan

makanan yang akan dikonsumsi kedalam mulutnya, apabila mahasiswa menyukai

bubur bayi maka mahasiswa akan mengatakan respon suka, kurang suka, dan

sangat suka. Serta dapat dilihat melalui hasil uji organoleptik daya terima terhadap

warna, rasa, tekstur, aroma dengan menggunakan mahasiswa sebanyak 25 orang

diperoleh hasil bahwa mahasiswa yang menjadi panelis lebih menyukai A1

dibandingkan A2 berdasarkan persentase sebagai berikut: aroma A1 93,3%, A2

90,7%. Warna A1 89,3%, A2 92 %. Tekstur A1 92%, A2 89,3%. Rasa A1 93,3%,

A2 90,7%.

Alat dan bahan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

ini, yaitu sebagai berikut :

Alat. Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini antara

lain: blender, panci, ayakan tepung, timbangan, oven, wadah, pisau, baskom,

meja, kursi.

Bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung pisang

awak adalah pisang awak yang diperoleh dari pasar tradisional sekitar Padang

Universitas Sumatera Utara


36

Bulan Medan. Pisang yang dibawa masih dalam keadaan bagus dan proses

pengolahan menjadi tepung dilakukan di Laboratorium FKM USU.

Kacang kedelai yang digunakan dalam pembuatan tepung kacang kedelai

adalah kacang kedelai yang diperoleh dari pasar tradisional yang berada di sekitar

Padang Bulan Medan. Kriteria kacang kedelai yang diambil adalah kacang kedelai

yang masih bagus dan layak.

Hati ayam yang digunakan didapatkan dari peternak langsung. Kriteria

hati ayam yang diambil adalah hati ayam yang masih segar ataupun ayam yang

baru dipotong.

Metode Pengukuran

Mengetahui tingkat kesukaan dari panelis dilakukan analisis deskriptif

kualitatif persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis

dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Untuk mendapatkan persentase di

rumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

% = skor persentase

n = jumlah skor kualitas (warna, rasa, aroma)

N = skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis)

Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan, analisisnya

sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu sebagai berikut :

Nilai tertinggi = 3 (suka)

Nilai terendah =1 (tidak suka)

Universitas Sumatera Utara


37

Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria

Jumlah Panelis = 30 orang

a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi

= 30 x 3 = 90

b. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah

= 30 x 1 = 30

c. Persentase maksimum =

= %

d. Persentase minimum =

e. Rentangan = nilai tertinggi – nilai terendah

= 100% - 33,3% = 66,7%

f. Interval persentase = Rentangan : Jumlah kriteria

= 66,7% : 3 = 22,2% ≈ 22%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat dibuat interval

persentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut :

Tabel 7

Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan

Persentase (%) Kriteria kesukaan


78 – 100 Suka
56 - 77,99 Kurang Suka
34 - 55,99 Tidak Suka

Universitas Sumatera Utara


38

Interval persentase dan kriteria kesukaan diatas dilakukan untuk

mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap bubur bayi dengan bahan

tepung pisang awak, kacang kedelai, hati ayam herbal. Setelah mengetahui

bagaimana penerimaan panelis, maka selanjutnya adalah mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan pada daya terima organoleptik Bubur A1 dan A2, dengan

demikian dapat dilakukan dengan Uji Statistik Non Parametrik yaitu Mann –

Whitney Test.

Prosedur analisis lemak metode soxhlet. Adapun prosedur analisis

lemak metode soxhlet yaitu sebagai berikut:

1. Ambil sampel kemudian blender atau di tumbuk sampai halus.

2. Kemudian analisa lemak menggunakan metode soxhlet.

3. Masukkan sampel kedalam selongsong timbang berat nya (a gram) kemudian

tutup dengan kapas.

4. Masukkan ke dalam oven sampai konstan kemudian timbang beratnya (b

gram).

5. Ekstraksi menggunakan soxhlet selama 6 jam (15 kali sirkulasi).

6. Masukkan ke dalam oven sampai konstan kemudian timbang beratnya (c

gram).

7. Hitung kadar lemak menggunakan rumus di bawah ini.

Kadar Lemak (%) =

Prosedur analisa nitrogen total/protein total metode mikro kjeldal

(Anton Apriantono “praktek analisisa pangan dan gizi”). Ada beberapa

prosuder analisa nitrogen total/protein total metode mikro kjeldal yaitu sebagai

Universitas Sumatera Utara


39

berikut:

1. Timbang sampel yang sudah di haluskan sebanyak 0.2 gram masukkan dalam

labu kjeldhal.

2. Tambahkan 0.7 gram katalis N (250 gram Na2SO4 + 5 Gram CuSO4 + 0.7

gram selenium/TiO2), lalu tambahkan 4 ml H2SO4 pekat.

3. Destruksi dalam almari asam sampai warna berubah menjadi hijau jernih,

setelah warna menjadi hijau jernih kemudian dinginkan lalu tambahkan 10 ml

aquadest.

4. Kemudian didestilasi dengan menambahkan 20 ml NaOH – Tio (NaOH 40%

+ Na2S2O3 5%) dan destilat di tampung menggunakan H3BO3 4% yg sudah di

beri indikator Mr-BCG (Methyl merah dan brom cresol green).

5. Jalankan destilasi hingga volume destilat mencapai 60 ml (Warna berubah

dari merah menjadi biru).

6. Setelah volume mencapai 60 ml hentikan destilasi lalu destilat dititrasi

menggunakan larutan standar HCl 0.02 N sampai titik akhir titrasi (warna

berubah dari biru menjadi merah muda).

7. Catat volume titrasi yang diperoleh kemudian hitung kadar protein

menggunakan rumus.

Kadar Protein (%) = Kadar Nitrogen x factor konversi ( 6.25 )

Kadar Nitrogen (%) =

Prosedur analisa calsium, titrasi permanganometri (Slamet

Sudarmadji edisi ke – 4 “prosedur analisa untuk bahan makanan dan

pertanian”). Adapun beberapa prosedur Analisa calsium, titrasi permanganometri

Universitas Sumatera Utara


40

yaitu sebagai berikut:

1. Timbang sampel yang sudah dihaluskan sebanyak 5 gram ke dalam krus

porcelain.

2. Masukkan krus porcelain ke dalam muffle furnice atau tanur kemudian

panaskan sampai menjadi abu.

3. Setelah menjdai abu kemudian dinginkan, masukkan abu ke dalam lumpang

porcelain kemudian tambahkan 50 ml HNO3 1:3 kemudian gerus hingga larut.

4. Saring menggunakan kertas saring kemudian filtrat ditampung dalam

erlenmayer 100 ml.

5. Ambil 10 ml filtrate jernih masukkan dalam erlenmayer 250 ml kemudian

tambahkan 5 tetes indikator Mr-BCG (Methyl merah dan brom cresol green)

2 : 5 ( waran menjadi merah ).

6. Tambahkan tetes demi tetes NH4OH 1: 4 hingga warna berubah menjadi biru,

kemudian tambahkan tetes demi tetes HNO3 1 : 3 sampai warana berubah

menjadi merah.

7. Kemudian tambahkan 15 ml Asam Oksalat 2.5 % lalu panaskan di atas

kompor listrik hingga mendidih.

8. Setelah mendidih tambahkan 15 ml Ammonium Oksalat Jenuh panaskan lagi

hingga mendidih dan terbentuk endapan putih.

9. Diamkan selama 6 jam agar endapan terbentuk sempurna.

10. Saring menggunakan kertas saring, kemudian residu dipindahkan

menggunakan aquadest ke dalam erlenmayer 250 ml hingga semua endapan

masuk ke dalam erlenmayer.

Universitas Sumatera Utara


41

11. Tambahkan 15 ml H2SO4 1 : 4 kemudian panaskan di atas kompor listrik

hingga mendidih.

12. Titrasi menggunakan larutan standar KMnO4 0.1 N hingga warna berubah

menjadi ungu.

13. Catat volume titrasi yang diperoleh kemudian hitung kadar calcium

menggunakan rumus.

1 ml KMnO4 0.1 N = 0.002 gram Calcium

Kadar Calcium (%) =

Keterangan:

W : Bobot cuplikan, dalam gr

W1 : Bobot labu lemak sesudah ekstraksi, dalam gr

W2 : Bobot labu lemak sebelum ekstraksi, dalam gr

Prosedur preparasi AAS (atomic absorbtion spectrofotometry).

Prosedur preparasi AAS dapat terbagi menjadi 4 prosedur, yaitu :

1. Timbang sampel sebanyak 5 gram ke dalam crussible porcelain.

2. Abukan dalam tanur atau muffle furnice sampai terbentuk abu.

3. Larutkan abu ke dalam 25 ml HNO3 (1 : 3 ).

4. Masukkan ke dalam alat AAS.

Prosedur analisa phospor/P2O5 “metode sperktrofotometry vanadat-

molibdat”. Adapun prosedur Analisa phospor/P2O5 yaitu terbagi menjadi 9

prosedur, yaitu :

1. Timbang sampel sebanyak 5 gram masukkan dalam krus porcelain

2. Abukan dalam tanur atau muffle furnice hingga terbentuk abu

Universitas Sumatera Utara


42

3. Larutkan abu dengan menambahkan larutan HNO3 1:3 sampai volume

tertentu, misal 50 ml sambil di gerus dengan menggunakan lumpang

porcelain

4. Saring larutan menggunakan kertas saring hingga di dapat filtrat jernih

5. Ambil 1 ml filtrat jernih dalam tabung reaksi, tambahkan 3 ml larutan

vanadat-molibdat (larutkan 20 gram ammonium molibdat dalam aquadest

panas, larutkan 1 gram ammonium meta vanadat di tempat terpisah dengan

menggunakan 300 ml aquadest panas, tambahkan 140 ml HNO3 pekat ke

dalam larutan ammonium meta vanadat sambil di aduk. Masukkan larutan

ammonium molibdat ke dalam larutan ammonium vanadat sambil di aduk,

encerkan larutan tersebut sampai volume 1 liter)

6. Bila mengandung fosfor/P2O5 maka akan terbentuk warna kuning, encerkan

dengan aquadest hingga volume 10 ml

7. Vortex larutan kemudian baca absorbansinya menggunakan spektrofotometer

dengan panjang gelombang 410 nm

8. Catat data yang diperoleh kemudian masukkan dalam perhitungan

menggunakan kurva standar

9. Buatlah kurva standar

% kadar Phosphor =

y = a + bx

x=

% Kadar P2O5 = % Kadar Phosphor x

Universitas Sumatera Utara


43

= % Kadar Phosphor x

= % Kadar Phosphor x 2,291 = 2,3

Penetapan amilum metode hidrolisis asam (direct acid hydroysis:

AOAC, 1970). Adapun penetapan amilum metode hidrolisis asam, yaitu sebagai

berikut :

1. Prinsip:

Pati dihidrolisis dengan asam sehingga menghasilkan gula-gula, kemudian

gula yang terbentuk ditetapkan jumlahnya. Dengan demikian kadar pati dapat

diketahui.

2. Cara Kerja

a. Timbang 0,5-1 gr sample dalam gelas piala 250 ml.

b. Saring suspense tersebut dengan kertas saring dan cuci dengan air sampai

volume filtrat 250 ml. Filtrat ini mengandung karbohidrat dan dibuang.

c. Pindahkan residu secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam Erlenmeyer

dengan cara mencuci dengan 200 ml air dan tambahkan 20 ml HCL 25%.

Tutup dengan pendingin balik dan panaskan di atas penangas air sampai

mendidih selama 2,5 jam.

d. Biarkan dingin dan netralkan dengan larutan NaOH 1N dan encerkan sampai

volume 250 ml.

e. Saring kembali campuran diatas pada kertas saring.

f. Tentukan kadar gula yang dinyatakan sebagai glukosa dari filtrate yang

diperoleh. Penentuan glukosa pada penetapan gula pereduksi

g. Berat glukosa dikalikan factor konversi 0,9 merupakan kadar pati.

Universitas Sumatera Utara


44

h. Rumus kadar pati=X x fp x 100 x 0.9/milligram sampel

Prosedur analisa besi (Fe) metode spectrofotometry, R. Soendro, buku

analisa kimia kuantitatif 1994. Adapun prosedur analisa besi (Fe) metode

Spectrofotometry, R. Soendro, yaitu terdapat 7 prosedur, yaitu :

1. Timbang 5 gram sampel yang telah dihaluskan dalam crus porcelain.

2. Abukan dalam muffle furnice sampai terbentuk menjadi abu.

3. Larutkan abu dengan menggunakan HNO3 1:3 sebanyak 50 ml sambil di

gerus dalam lumpang porcelain.

4. Saring menggunakan kertas saring tampung filtrat ke dalam elenmayer 100

ml.

5. Ambil 1 ml filtrat jernih tambahkan 2ml Ammonium Tio Sianat 1,5 M, jika

sampel mengandung besi (Fe) maka warna larutan akan berubah menjadi

merah.

6. Tambahkan Aquadest sampai volume 10 ml kemudian baca absosrbansinya

menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm.

7. Catat data yang diperoleh kemudian hitung menggunakan kurva standar Besi

(Fe).

Prosedur analisa betacaroten metode spectrofotometry (Anton

Apriantono IPB “praktek analisisa pangan dan gizi”). Adapun prosedur

analisa betacaroten metode Spectrofotometry yaitu terdapat 9 prosedur, yaitu :

1. Timbang sampel 5 gr, masukan dalam erlenmayer

Universitas Sumatera Utara


45

2. Haluskan sampel dengan lumpang porcelain dengan menambahkan Petrolium

Ether 1:1 Acetone dan dibantu dengan pasir murni bebas caroten untuk

memudahkan penghalusan

3. Gerus dengan menambahkan Petrolium Ether 1:1 Acetone sampai ekstrak

warna carotene (kuning), yang terkandung dalam sampel habis, tampung

filtrate dalam erlenmayer

4. Masukkan filtrat ke dalam corong pisah, tambahkan aquadest 50 ml ke dalam

corong pisah kemudian gojog, diamkan 5 menit maka akan terbentuk 2

lapisan. Lapisan atas adalah fraksi carotene dalam Petroleum ether,

sedangkan lapisan bawah adalah fraksi sisa aceton yang tidak bereaksi yang

terlarut dalam air.

5. Buang lapisan yang bawah, tampung lapisan yang atas ke dalam erlenmayer.

6. Tambahkan Na2SO4 anhidrat untuk menyerap sisa air/aquadest yang ikut

terbawa.

7. Tambahkan Petrolium Ether sampai volume tertentu

8. kemudian baca absorbansinya menggunakan spectrophotometer pada panjang

gelombang 450 nm,

9. Catat data yang diperoleh dan dapat di hitung sebagai betacaroten

Metode Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara mengevaluasi data yang diperoleh dari

penyimpulan data. Analisis data bertujuan menjawab permasalahan yang diajukan

dalam membuktikan hipotesis yang meliputi kualitas bubur bayi yang berbahan

tepung pisang awak, kacang kedelai, hati ayam herbal ditinjau dari warna, aroma,

Universitas Sumatera Utara


46

tekstur dan rasa serta kesukaan masyarakat terhadap produk hasil eksperimen.

Data yang sudah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif persentase.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian MP-ASI bubur bayi dengan bahan tepung pisang

awak, kedelai, dan hati ayam herbal. Perlakuan A1 yaitu campuran tepung pisang

awak 100 g, tepung kedelai 100 g dan tepung hati ayam herbal 50 g dan A2

tepung pisang awak 100 g, tepung kacang kedelai 75 g, tepung hati ayam herbal

75 g. Memiliki karakteristik berwarna coklat muda dan bertekstur halus.

Hasil Uji Organoleptik Bubur Bayi Menggunakan Mahasiswa

Analisis organoleptik warna bubur. Berdasarkan tabel 9 diperoleh hasil

Uji Organoleptik warna bubur bayi A1 tidak ditemukan satupun mahasiswa yang

tidak menyukai bubur A1, terdapat 17 mahasiswa (68%) dengan skor 51 yang

tergolong suka, 8 mahasiswa (21,3%) dengan skor 16 yang tergolong kurang suka.

Pada bubur A2, terdapat 19 mahasiwa (76%) dengan skor 57 yang tergolong suka,

6 mahasiswa (16%) dengan skor 12 yang tergolong kurang suka.

Berdasarkan uji normalitas menggunakan uji Shapiro - Wilk didapatkan

hasil distribusi data organoleptik warna bubur bayi campuran tepung pisang awak,

kedelai dan hati ayam herbal memiliki nilai sig sebesar. 0,000 < 0,05. Berarti data

tidak berdistribusi normal. Kemudian warna memiliki data yang tidak

berdistribusi normal sehingga hasil uji Mann Whitney didapatkan hasil terhadap

[p (0,156 > 0,05)]. Maka dapat dianalisis tidak ada perbedaan daya terima tingkat

kesukaan panelis terhadap warna antara bubur A1 dan bubur A2.

47
Universitas Sumatera Utara
48

Tabel 8

Hasil Analisis Organoleptik Warna Bubur Bayi Campuran Pisang Awak, Kedelai
dan Hati Ayam Herbal

Warna A1 A2
Panelis Skor % Panelis Skor %
Suka 17 51 68 19 5 76
Kurang suka 8 16 21,3 6 12 16
Tidak suka 0 0 0 0 0 0
Total 25 67 89,3 25 69 92

Analisis organoleptik aroma bubur. Berdasarkan tabel 8 diperoleh hasil

uji organoleptik bubur bayi aroma bubur bayi A1, tidak ditemukan satupun

mahasiswa yang tidak menyukai. Terdapat 20 mahasiswa (80%) dengan skor 60

yang tergolong suka, dan 5 mahasiswa (13,3%) dengan skor 10 yang tergolong

kurang suka. Pada bubur A2 tidak ditemukan satupun mahasiswa yang tidak

menyukai, terdapat 18 mahasiwa (72%) dengan skor 54 yang tergolong suka, dan

7 mahasiswa (18,6%) dengan skor 14 yang tergolong kurang suka.

Berdasarkan uji normalitas menggunakan Uji Shapiro - Wilk didapatkan

hasil distribusi data organoleptik aroma pada bubur bayi hasil total skor aroma

perlakuan A1 sebesar 93,3% dan totral skor aroma perlakuan A2 sebesar 90,6%,

hal ini berarti aroma pada bubur campuran tepung pisang awak, kedelai, dan hati

ayam herbal tergolong disukai. Kemudian aroma memiliki data yang tidak

berdistribusi normal sehingga hasil uji Mann Whitney mendapatkan hasil {p

(0,039 < 0,05)} maka dapat dianalisis ada perbedaan hasil penilaian uji

organoleptik terhadap aroma bubur bayi A1 dan A2.

Universitas Sumatera Utara


49

Tabel 9

Hasil Analisis Organoleptik Aroma Bubur Bayi Campuran Pisang Awak, Kedelai
dan Hati Ayam Herbal

Aroma A1 A2
Panelis Skor % Panelis Skor %
Suka 20 60 80 18 54 72
Kurang suka 5 10 13,3 7 14 18,6
Tidak suka 0 0 0 0 0 0
Total 25 70 93,3 25 68 90,6

Analisis organoleptik tekstur bubur. Berdasarkan tabel 9 diperoleh hasil

uji organoleptik bubur bayi terhadap tekstur bubur bayi A1 tidak ditemukan satu

pun mahasiswa yang tidak menyukai bubur A1, terdapat 19 mahasiswa (76%)

dengan skor 57 yang tergolong suka, terdapat 6 mahasiswa (16%) dengan skor 12

yang tergolong kurang suka. Pada bubur A2 tidak ditemukan satu pun mahasiswa

yang tidak menyukai A2, terdapat 17 mahasiwa (68%) dengan skor 51 yang

tergolong suka, terdapat 8 mahasiswa (21,3%) dengan skor 16 yang tergolong

kurang suka.

Berdasarkan uji normalitas menggunakan uji Shapiro - Wilk didapatkan

hasil distribusi data organoleptik tekstur bubur bayi memiliki data tidak

berdistribusi normal. Kemudian hasil analisis uji Mann Whitney didapatkan hasil

{p (0,080 > 0,05)}. Maka dapat dianalisis tidak ada perbedaan hasil penilain uji

organoleptik panelis terhdap tekstur bubur bayi A1 dan bubur bayi A2.

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 10

Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Bubur Bayi Campuran Tepung Pisang Awak,
Kedelai dan Hati Ayam Herbal

Tekstur A1 A2
Panelis Skor % Panelis Skor %
Suka 19 57 76 17 51 68
Kurang suka 6 12 16 8 16 21,3
Tidak suka 0 0 0 0 0 0
Total 25 69 92 25 67 89,3

Analisis organoleptik rasa bubur. Berdasarkan tabel 10 diperoleh hasil

uji organoleptik bubur bayi terhadap rasa bubur bayi A1 tidak ditemukan satupun

mahasiswa yang tidak menyukai bubur A1, terdapat 20 mahasiswa (80%) dengan

skor 60 yang tergolong suka, terdapat 5 mahasiswa (13,3%) dengan skor 10 yang

tergolong kurang suka. Pada bubur A2 tidak ditemukan satupun mahasiswa yang

tidak menyukai A2, terdapat 18 mahasiwa (72%) dengan skor 54 yang tergolong

suka, terdapat 7 mahasiswa (18,7%) dengan skor 14 yang tergolong kurang suka.

Berdasarkan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan

hasil distribusi data uji organoleptik tekstur bubur bayi memiliki data tidak

berdistribusi normal. Kemudian hasil analisis uji Mann Whitney didapatkan hasil

{p (0,004 < 0,05)} maka dapat dianalisis ada perbedaan hasil penilain uji

organoleptik panelis terhadap rasa bubur bayi A1 dan bubur bayi A2.

Tabel 11

Hasil Analisis Organoleptik Rasa Bubur Bayi Campuran Tepung Pisang Awak,
Kedelai dan Hati Ayam Herbal

A1 A2
Rasa
Panelis Skor % Panelis Skor %
Suka 20 60 80 18 54 72
Kurang suka 5 10 13,3 7 14 18,7
Tidak suka 0 0 0 0 0 0
Total 25 70 93,3 25 68 90,7

Universitas Sumatera Utara


51

Uji Daya Terima dengan Panelis Bayi

Uji daya terima dilakukan di Posyandu Mawar, Jl. Bunga Turi 1V

Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan, yang berlangsung pada

tanggal 20 Mei 2019 pukul 10.00 sampai 12.30 wib. Uji daya terima Bubur bayi

dengan formulasi A1 dan A2 dilakukan terhadap 25 bayi pada waktu kegiatan

posyandu di Kecamatan Medan Tuntungan. Daya terima bubur bayi diukur

melalui pengamatan terhadap reaksi yang diperlihatkan oleh bayi pada saat

diberikan bubur bayi MP-ASI oleh peneliti.

Berdasarkan hasil uji daya terima terhadap 25 bayi yang berusia 6-12

bulan di Posyandu Puskesmas Medan Tuntungan, baik formula A1 maupun A2

sama-sama disukai tetapi A1 lebih dominan disukai dibandingkan A2, dapat

dilihat dari hasil yang diperoleh berdasarkan uji daya terima terhadap bayi. Dapat

dilihat dari respon bayi ketika diberikan bubur bayi A1 pada suapan pertama bayi

terlihat senang, bahagia pengen nambah lagi suapan kedua, ketiga dan seterusnya

sehingga bayi dapat menghabiskan seporsi bubur bayi tersebut, sedangkan ketika

diberikan bubur bayi A2 pada suapan pertama bayi kebanyakan menolak dan

menunjukkan reaksi seperti memalingkan muka kemungkinan karena bayi baru

pertama kali mencoba bubur bayi dan setelah dicoba untuk suapan kedua dan

ketiga bayi mau memasukkan makanan dan menelannya tetapi tidak

menghabiskan satu porsi bubur bayi.

Universitas Sumatera Utara


52

Analisis Kandungan Zat Gizi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI)
Bubur Bayi dengan Bahan Tepung Pisang Awak, Kedelai dan Hati Ayam
Herbal

Berdasarkan hasil analisis kandungan zat gizi bubur bayi dapat dilihat

bahwa kandungan air bubur bayi A1 10,38%, A2 6,12%. Kandungan protein

bubur bayi A1 16,64%, A2 20,22%. Kandungan lemak bubur bayi A1 8,83% A2

10,13%. Kandungan karbohidrat bubur bayi A1 62,31%, A2 63,84%. Kandungan

kalsium bubur bayi A1 940 mg/100g, A2 1280 mg/100g. Kandungan Fe bubur

bayi A1 6,76 mg/100g, A2 10,38 mg/100g. Kandungan phospor bubur bayi A1

325,13 mg/100g, A2 397,71 mg/100g. Kandungan Zn bubur bayi A1 3,1

mg/100g, A2 2,9 mg/100g. Kandungan betacarotein bubur bayi A1 1793,60

µg/100g, A2 2209,59 µg/100g. Adapun Perbandingan kalsium dengan fosfor pada

A1 yaitu sebesar 2,84 % dan perbandingan kalsium dengan pada A2 3,21%.

Anjuran asupan kadar air pada bayi usia 7-11 bulan berdasarkan AKG

(2013) berkisar 800 ml. Pada kadar air bubur bayi A1 10,38%, A2 6,12% hal

menunjukkan bahwa kandungan air pada percobaan bubur bayi A1 lebih tinggi

dibandingkan percobaan bubur bayi A2.

Anjuran asupan protein pada bayi usia 7-11 bulan berdasarkan AKG

(2013) berkisar 18 gram. Kadar protein yang didapatkan pada bubur bayi A1

16,64%, A2 20,22%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar protein bubur bayi A1

lebih rendah dibandingkan kadar protein A2, dikarenakan pada bubur bayi A2

memiliki bahan dasar hati ayam herbal yang ditambahkan lebih banyak

dibandingkan pada bubur bayi A1 Menurut USDA (2014), hati ayam mengandung

protein hewani yang memiliki mutu protein tinggi yaitu sebesar 16,92 g/100 g,

Universitas Sumatera Utara


53

sehingga semakin banyak hati yang ditambahkan, maka semakin tinggi kadar

protein pada produk bubur bayi tersersebut.

Anjuran asupan lemak pada bayi usia 7-11 bulan berdasarkan AKG (2013)

berkisar 36 gram. Kadar lemak yang didapatkan pada bubur bayi A1 8,83%, A2

10,13%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar lemak bubur bayi A1 lebih rendah

dibandingkan kadar lemak A2.

Anjuran asupan karbohidrat pada bayi usia 7-11 bulan berdasarkan AKG

(2013) berkisar 82 gram. Kadar karbohidrat yang didapatkan pada bubur bayi A1

62,31%, A2 63,84%.

Anjuran asupan kalsium pada bayi usia 7-11 bulan berdasarkan AKG

(2013) berkisar 250 mg. Kadar kalsium yang didapatkan pada bubur bayi A1 940

mg/100g, A2 1280 mg/100g. Hal ini menunjukkan bahwa asupan kalsium bubur

bayi A1 lebih rendah dibandingkan asupan kalsium A2. Karena dapat disebabkan

kandungan hati ayam pada A2 lebih banyak dibandingkan dengan A1 semakin

tinggi jumlah hati ayam yang ditambahkan maka semakin tinggi hasil kalsium

yang didapatkan.

Anjuran asupan besi pada bayi usia 7-11 bulan berdasarkan AKG (2013)

berkisar 7 mg. kadar Fe yang didapatkan pada bubur bayi A1 6,76 mg/100g, A2

10,38 mg/100g. Hal ini menunjukkan kadar Fe pada bubur bayi A1 lebih rendah

dibandingkan kadar Fe A2.

Anjuran asupan phospor pada bayi usia 7-11 bulan berdasarkan AKG

(2013) berkisar 250 mg. Kadar phosphor bubur bayi A1 325,13 mg/100g, A2

397,71 mg/100g.

Universitas Sumatera Utara


54

Anjuran asupan Zn pada bayi usia 7-11 bulan berdasarkan AKG (2013)

berkisar 120 mg. Kadar Zn yang didapatkan pada bubur bayi A1 sebesar 3,1

mg/100g), A2 2,9 mg/100g.

Anjuran asupan betacaroten pada bayi usia 7-11 bulan berdasarkan AKG

(2013) berkisar 400 mcg. Kadar betacarotein yang di dapatkan bubur bayi A1

sebesar 1793,60 µg/100g, A2 2209,59 µg/100g.

Tabel 12

Analisis Kandungan Zat Gizi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Bubur
Bayi dengan Bahan Tepung Pisang Awak, Kedelai dan Hati Ayam Herbal

Hasil Kandungan Gizi


Parameter
A1 A2
Air (%) 10,38 6,12
Protein (%) 16,64 20,22
Lemak (%) 8,83 10,13
Karbohidrat (%) 62,31 63,84
Calsium (mg/100g) 940 1280
Fe (mg/100g) 6,76 10,35
Phospor (mg/100g) 325,13 397,71
Zn (mg/100g) 3,1 2,9
Betacarotein (µg/100g) 1793,60 2209,59

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Daya Terima Bubur Bayi

Berdasarkan kedua perlakuan yang berbeda terhadap pembuatan MP-ASI

bubur bayi untuk anak usia 6-12 bulan dengan komposisi yang sama pada

perlakuan A1 dan A2 namun penambahan kacang kedelai dan hati ayam herbal

dilakukan dengan komposisi yang berbeda pada perlakuan A1 dan A2, dengan

tujuan apakah ada perbedaan pengaruh antara kedua perlakuan makanan MP-ASI

bubur bayi berdasarkan uji organoleptik meliputi warna, rasa, aroma, tekstur.

Berdasarkan uji organoleptik terhadap aroma bubur bayi memiliki data

yang tidak berdistribusi normal sehingga hasil uji Mann Whitney mendapatkan nilai

p value sebesar 0,039 < 0,05 artinya ada perbedaan pengaruh perlakuan terhadap

aroma bubur antara perlakuan A1 dan A2. Berdasarkan hasil uji dapat dijelaskan

bahwa bubur bayi aroma A1 lebih disukai.

Aroma adalah bau yang sukar diukur sehingga biasanya menimbulkan

pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aromanya. Perbedaan pendapat

dapat disebabkan setiap orang memiliki perbedaan penciuman, meskipun

mereka dapat membedakan aroma namun setiap orang mempunyai kesukaan yang

berlainan.

Berdasarkan uji organoleptik terhadap warna bubur campuran tepung pisang

awak, kedelai, dan hati ayam herbal menyatakan bahwa total skor pada bubur

perlakuan A1 yaitu 89,3% dan pada perlakuan A2 memiliki total skor 92%.

Berdasarkan nilai persentase hasil uji menunjukkan bahwa perlakuan A1 dan A2

55
Universitas Sumatera Utara
56

tergolong disukai. Berdasarkan hasil uji dapat dijelaskan bahwa bubur bayi warna

A1 lebih disukai.

Berdasarkan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil

distribusi data organoleptik warna bubur bayi campuran tepung pisang awak, kedelai

dan hati ayam herbal memiliki nilai sig. 0,000 < 0,05. Berarti data tidak berdistribusi

normal. Karena data tidak berdistribusi normal maka akan digunakan uji Mann

Whitney untuk menganalisis perbedaan daya terima penambahan tepung pisang awak,

kedelai, dan hati ayam herbal terhadap warna pada kedua perlakuan. Berdasarkan

hasil uji didapatkan nilai p value sebesar 0,156 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada

perbedaan daya terima tingkat kesukaan panelis terhadap warna antara bubur A1 dan

bubur A2.

Warna merupakan penilaia pertam terhadap produk yang akan diuji secara

visual. Sebelum kita memasukka makana kedalam mulut kita, kita biasanya

memperhatikannya dahulu untuk melihat apakah makanan tersebut layak untuk

dimakan (Shewfelt, 2013).

Berdasarkan uji organoleptik tekstur bubur bayi campuran tepung pisang

awak, kedelai, dan hati ayam herbal memiliki nilai total skor perlakuan A1 sebesar

92% dan nilai total skor perlakuan A2 sebesar 89,3%, sehingga kedua perlakuan

termasuk dalam kriteria disukai. Berdasarkan hasil uji dapat dijelaskan bahwa bubur

bayi tekstur A1 lebih disukai.

Berdasarkan hasil analisis normalitas data diketahui tekstur bubur bayi

memiliki data tidak berdistribusi normal. Kemudian hasil analisis uji Mann Whitney

didapatkan hasil sebesar 0,080 > 0,05, maka tidak ada perbedaan pengaruh perlakuan

Universitas Sumatera Utara


57

terhadap tekstur bubur antara perlakuan A1 dan A2. Memandang satu produk dapat

memberi gagasan apakah suatu produk tersebutkasar, halus, keras, atau lembek

(Shewfelt, 2014).

Berdasarkan hasil uji organoleptik rasa bubur bayi campuran tepung pisang

awak, kedelai, dan hati ayam herbal memiliki nilai total skor perlakuan A1 sebesar

93,3% dan nilai total skor perlakuan A2 sebesar 90,7%, sehingga kedua perlakuan

termasuk dalam kriteria disukai. Berdasarkan hasil uji dapat dijelaskan bahwa bubur

bayi rasa A1 lebih disukai.

Berdasarkan hasil uji normalitas data diketahui rasa bubur bayi memiliki data

tidak berdistribusi normal. Kemudian hasil analisis uji Mann Whitney didapatkan

hasil sebesar 0,004<0,05, artinya ada perbedaan pengaruh perlakuan terhadap rasa

bubur antara perlakuan A1 dan A2. Dengan demikian bahwa perbedaan formula MP-

ASI bubur bayi memberi pengaruh nyata terhadap rasa MP-ASI bubur bayi yang

dihasilkan dan dapat dikemukakan bahwa bubur bayi A1 lebih disukai dari pada

bubur bayi A2.

Menurut Matz dan Matz (1978) yang dikuti oleh Millah (2013), gula sebagai

bahan pemanis dan garam sebagai baha membangkitkan rasa pada bahan lain-lainnya,

sehingga kedua bahan tersebut dapat meningkatkan kelezatan bubur bayi.

Menurut Fellows (2000) yang dikutip oleh (Millah, 2013), rasa merupakan

faktor yang menentukan tingkat kesukaan konsumen terhadap produk pangan. Atribut

rasa meliputi manis, asam, asin dan pahit. Atribut tersebut dapat terdeteksi dalam

makanan pada kadungan yang sangat rendah. Rasa pad makanan sangat dipengaruhi

oleh formulasi produk tersebut.

Universitas Sumatera Utara


58

Kandungan Gizi Bubur Bayi

Berdasarkan hasil analisis kandungan zat gizi bubur bayi pada Tabel 12

menunjukkan bahwa kandungan gizi tertinggi pada bubur bayi A1 yaitu air dan

Zn, dan pada A2 yaitu protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi, phospor,

betacaroten. Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan BAB 1

ayat 1 bagian a 2018 MP-ASI Pokok dan MP-ASI kudapan untuk bayi usia 6 - 12

bulan mengandung air 5 g/100g (BPOM, 2018). Berdasarkan kandungan air bubur

bayi yang didapatkan A1 10,38%, A2 6,12 % hal ini menunjukkan bahwa

kandungan air pada percobaan bubur bayi A1 lebih tinggi dibandingkan

percobaan bubur bayi A2. Hal ini dikarenakan bahwa proses perendaman

berpengaruh terhadap banyaknya biju kacang kedelai yang digunakan. Menurut

Widyanti (2011) bahwa selama proses perendaman biji mengalami hidrasi

sehingga kandungan airnya naik hingga dua kali kadar air semula, yaitu mencapai

62-65 (% bb).

Tetapi dari hasil yang didapatkan kandungan air pada bubur bayi lebih

tinggi dibandingkan Kemenkes 224/Menkes/SK/II/2007 tentang bubur bayi bubuk

instan kandungan air MP-ASI maksimal 4 gram. Hal ini dikarenakan bahan yang

digunakan untuk membuat bubur bayi berbeda dan kadar yang ditambahkan juga

berbeda, pada metode pengeringan pisang awak dan kacang kedelai memberikan

pengaruh terhadap kandungan air produk. Menurut Hsu et al. (2003) bahwa

metode pengeringan drum cocok digunakan untuk mengeringkan bahan berbentuk

pasta, tetapi menghasilkan tepung dengan kandungan air lebih tinggi

dibandingkan metode pengeringan lain. Kandungan air produk berhubungan erat

Universitas Sumatera Utara


59

dengan daya simpannya (Astawan, 2009). Semakin rendah kadar air suatu produk

maka daya simpannya diperkirakan akan lebih lama.

Kandungan gizi protein bubur bayi A1 16,64 %, A2 20,22 %. Hasil yang

didapatkan dari rekomendasi menurut peraturan Badan Pengawasan Obat dan

Makanan BAB 1 ayat 1 bagian a 2018, terhadap kandungan protein MP-ASI

Pokok dan MP-ASI kudapan untuk anak usia 6 - 12 bulan yaitu sebanyak 1,9 –

5,5 g/100kkal (BPOM, 2018). Protein berkualitas tinggi sangat penting bagi bayi

yang diperlukan dalam pembentukan jaringan baru, enzim, hormon, antibodi, dan

fungsi-fungsi lain dalam tubuh (WHO, 2009). Menurut USDA (2014), hati ayam

mengandung protein hewani yang memiliki mutu protein tinggi yaitu sebesar

16,92 g/100 g, sehingga semakin banyak hati yang ditambahkan, maka semakin

tinggi kandungan protein pada produk bubur bayi tersebut.

Kandungan protein dalam bubur bayi yang dihasilkan tidak jauh berbeda

dengan penelitian Yustiani (2013) yaitu 16,57% dengan bahan dasar komposit

tepung kacang merah dan pati ganyong pada bubur bayi. Hasil yang didapatkan

juga memenuhi spesifikasi dimana kandungan protein MP-ASI menurut

Kemenkes 224/Menkes/SK/II/2007 tentang bubur bayi bubuk instan yaitu

sebanyak 15 – 22 gram.

Kandungan lemak bubur bayi A1 8,83 %, A2 10,13 %. Hasil yang

didapatkanan dari rekomendasi menurut peraturan Badan Pengawasan Obat dan

Makanan BAB 1 ayat 1 bagian a 2018, terhadap kandungan lemak MP-ASI

Pokok dan MP-ASI kudapan untuk anak usia 6-12 bulan yaitu sebanyak 4,5g/100

kkal (BPOM, 2018). Menurut USDA (2014), kandungan lemak yang terkandung

Universitas Sumatera Utara


60

dalam hati ayam sebesar 4,83 g / 100 g. Hal ini menyebabkan semakin tinggi

penambahan jumlah hati ayam herbal, maka semakin tinggi kadar lemak pada

bubur bayi tersebut. Hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan anjuran

Kemenkes 224/Menkes/SK/II/2007 tentang bubur bayi bubuk instan yaitu

kandungan lemak untuk makanan bubuk instan pendamping ASI sebanyak 10- 15

gram.

Kandungan gizi karbohidrat bubur bayi A1 62,31%, A2 63,84%,

kandungan karbohidrat terhadap penelitian yang dilakukan oleh Winarno (2004),

kandungan karbohidrat sangat dipengaruhi oleh kandungan zat gizi lain seperti air,

abu, serat, protein, dan lemak. SNI mengenai produk MP-ASI bubuk instan tidak

mensyaratkan jumlah karbohidrat total yang harus dipenuhi dalam produk bubur

instan. Akan tetapi, kandungan karbohidrat yang dihasilkan pada bubur bayi

instan komersial adalah sekitar 66,8-70,8 g/100 g (Elvizahro, 2011). Karbohidrat

diperlukan oleh bayi sebagai sumber utama energi yang memungkinkan

penggunaan protein secara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan (WHO,

2009). Pada penelitian Yustiani (2006) formulasi bubur instan menggunakan

komposit tepung kacang merah dan pati ganyong didapatkan kadar karbohidrat

total dalam formula terbaik sebesar 70.84%.

Kandungan gizi kalsium bubur bayi A1 sebesar 940 mg/100g, A2 1280

mg/100g, hasil yang didapatkan dari rekomendasi menurut peraturan Badan

Pengawasan Obat dan Makanan BAB 1 ayat 1 bagian a 2018, terhadap kandungan

kalsium MP-ASI Pokok dan MP-ASI kudapan untuk anak usia 6 - 12 bulan tidak

kurang dari 80 mg/100 kkal. Kandungan kalsium bubur bayi A1 lebih rendah

Universitas Sumatera Utara


61

dibandingkan kandungan kalsium A2. Kemungkinan disebabkan terhadap jumlah

hati ayam pada A2 lebih banyak dibandingkan dengan A1. Semakin tinggi jumlah

hati ayam yang ditambahkan maka semakin tinggi kandungan kalsium yang

didapatkan menurut Kemenkes 224/Menkes/SK/II/2007 tentang bubur bayi bubuk

instan kandungan kalsium bubur bayi sekitar 200 – 400 mg.

Kandungan gizi besi bubur bayi A1 6,76 mg/100g A2 10,38 mg/100g hasil

yang didapatkan dari rekomendasi menurut peraturan Badan Pengawasan Obat

dan Makanan BAB 1 ayat 1 bagian a 2018, terhadap kandungan besi MP-ASI

Pokok dan MP-ASI kudapan untuk anak usia 6 - 12 bulan kandungan zat besi

tidak kurang dari 3,56 mg/100 kkal. Cadangan zat besi dalam tubuh bayi semakin

berkurang, sehingga perlu asupan zat besi dari makanan luar (Grueger, 2013).

Kandungan besi dapat dihitung menggunakan spektrofotometer serapan atom

dengan nyala udara-asetilen karena metode tersebut dapat menentukan kadar

logam tanpa dipengaruhi oleh keberadaan logam lain dan cocok untuk pengukuran

sampel dengan konsentrasi rendah (Khopkar, 1990).

Menurut penelitian Simbolon, Masfria, Sudarmi (2012) tentang

pemeriksaan kadar Fe dalam hati ayam ras dan ayam buras secara

spektrofotometri serapan atom diperoleh kadar Fe pada hati ayam ras sekitar 7,16

mg/100g. Berdasarkan pada penelitian ini diasumsikan semakin banyak jumlah

hati ayam yang ditambahkan maka semakin tinggi kandungan Fe yang dihasilkan.

menurut Kemenkes 224/Menkes/SK/II/2007 bubur bayi bubuk instan memiliki

kandungan Fe sebanyak 5- 8 mg.

Universitas Sumatera Utara


62

Kandungan gizi phospor bubur bayi A1 325,13 mg/100g A2 397,71

mg/100g. Hasil yang didapatkan dari rekomendasi kandungan phospor menurut

peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan BAB 1 ayat 1 bagian a 2018,

terhadap kandungan phospor MP-ASI Pokok dan MP-ASI kudapan untuk anak

usia 6 - 12 bulan harus mengandung tidak kurang dari 67,5 mg/100 kkal. Pangan

olahan yang menggunakan BTP fosfat maupun tidak menggunakan BTP fosfat

terdeteksi mengandung sejumlah fosfor dalam satuan miligram (mg) per kilogram

(kg). Penggunaan fosfor pada pangan olahan mempunyai batasan tertentu.

Kandungan total fosfor yang dipersyaratkan dihitung sebagai total fosfor pada

produk akhir. Namun demikian karena fosfor secara alami terkandung pada bahan

pangan tertentu maka beberapa pangan olahan terdeteksi kandungan total fosfor

pada produk akhir yang melebihi batas maksimum.

Kandungan gizi Zn bubur A1 3,1 mg/100g, A2 2,9 mg/100g hasil yang

didapatkan dari rekomendasi menurut peraturan Badan Pengawasan Obat dan

Makanan BAB 1 ayat 1 bagian a 2018, terhadap kandungan Zn MP-ASI Pokok

dan MP-ASI kudapan untuk anak usia 6 - 12 bulan tidak kurang dari 0,86 mg/100

Kkal. Zn merupakan salah satu mineral mikro yang dibutuhkan bagi setiap sel

dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan peraturan Kemenkes 224/Menkes/SK/II/2007

tentang bubur bayi bubuk instan sebanyak 2,5 – 4,0 mg. Kecukupan mineral ini

penting dalam menjaga kesehatan secara optimal. Zn berfungsi sebagai kofaktor

berbagai enzim, struktur dan integritasi sel, sintesis DNA, penyimpanan dan

pengeluaran hormonal, imunotransmisi dan berperan dalam system kekebalan

Universitas Sumatera Utara


63

tubuh. Defisiensi zink dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, dermatitis,

pertumbuhan lambat, dan immunodefisiensi (Widhyari, 2012).

Kandungan gizi betacaroten bubur bayi A1 1793,60 µg/100g, A2 2209,59

µg/100g hasil yang didapatkan dari rekomendasi menurut peraturan Badan

Pengawasan Obat dan Makanan BAB 1 ayat 1 bagian a 2018, terhadap kandungan

vitamin A MP-ASI Pokok dan MP-ASI kudapan untuk anak usia 6 - 12 bulan

mengandung vitamin A sebanyak 60-180 mcg/100 Kkal. Menurut Kemenkes

224/Menkes/SK/II/2007 tentang bubur bayi bubuk instan kandungan betakaroten

MP-ASI bubur bayi sekitar 250-350 mcg. Pada penelitian Elvizahro (2011)

kandungan betakaroten bubur bayi instan dengan subsitusi tepung ikan patin dan

labu kuning yang dihasilkan berkisaran antara 768,33–1.635 µg/100 g. Menurut

Farida, Ishartani, Affandi (2016) kandungan betakaroten bubur bayi instan

dengan penambahan labu kuning berkisar antara 250,70-296,16 µg/g. Penurunan

kandungan betakaroten pada bubur bayi instan terjadi karena adanya kerusakan

betakaroten selama proses pengolahan dan perbedaan kandungan betakaroten

bubur bayi instan juga dapat disebabkan oleh perbedaan bahan baku yang

digunaka

Betakaroten merupakan provitamin A yang merupakan sumber penting

bagi vitamin A untuk penglihatan, pertumbuhan, diferensiasi dan proliferasi sel,

reproduksi, serta sistem imun (Parízková, 2010). Konsumsi vitamin A dalam dosis

tinggi hingga 100 kali jumlah yang dibutuhkan dapat menyebabkan toksisitas.

Akan tetapi asupan betakaroten yang tinggi hingga 30 mg per hari tidak

Universitas Sumatera Utara


64

menimbulkan efek samping selain akumulasi karotenoid pada jaringan lemak

bawah kulit (Gallagher, 2008).

Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian mengenai uji daya terima serta

kandungan gizi bubur bayi campuran tepung pisang awak, kedelai, dan hati ayam

herbal adalah saat mengelola bahan-bahannya membutuhkan waktu yang

berulang-ulang agar formulanya sesuai dan membutuhkan waktu yang lama untuk

mendapatkan hasilnya.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Daya terima bubur bayi terhadap panelis mahasiswa dengan campuran tepung

pisang awak, kacang kedelai, dan hati ayam herbal memiliki perbedaan

terhadap rasa dan aroma pada formula A1 dan A2 dan tidak ada perbedaan

terhadap tekstur formula A1 dan A2. Berdasarkan uji daya terima terhadap

bayi lebih dominan menyukai bubur bayi A1 dibandingkan A2. Baik

mahasiswa maupun bayi formula A1 lebih dominan disukai dibandingkan

formula A2.

2. Kandungan gizi yang terdapat pada MP-ASI bubur bayi campuran tepung

pisang awak, kacang kedelai, dan hati ayam herbal A1 dam A2 sudah dapat

memenuhi angka kecukupan gizi pada bayi usia 6-12 bulan. Kandungan gizi

makro pada A1 dan A2 yaitu air A1 10,38 %, A2 6,12 %, protein A1 16,64

%, A2 20, 22 %, lemak A1 8,83 %, A2 10,13 %, karbohidrat A1 62,31 %, A2

63,84 %. Sedangkan kandungan Gizi mikro pada A1 dan A2 yaitu Calsium

A1 940 mg/100 g, A2 1280 mg/100g, fe A1 6,76 mg/100 g, A2 10,35 mg/100

g, phoapor A1 325,13 mg/100 g, A2 397,71 mg/100 g, Zn A1 3,1 mg/100 g,

A2 2,9 mg/100 g, betacarotein A1 1793,60 µg/100g, A2 2209,59 µg/100g.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan bahwasanya bubur bayi

campuran tepung pisang awak, tepung kacang kedelai, dan hati ayam herbal A1

65
Universitas Sumatera Utara
66

dapat dijadikan sebagai alternatif makanan pendamping ASI pada bayi usia 6 – 12

bulan.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Adriyanie, W. R. (2016). Pengembangan produksi kedelai sebagai upaya


kemandirian pangan di Indonesia. Bogor: Mitra Wacana Media.

Aldillah, R. (2015). Proyeksi produksi dan konsumsi kedelai Indonesia. Jurnal


Ekonomi Kuantitatif Terapan, 8(1), 9-23. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/44324-EN-proyeksi-produksi-
dan-konsumsi-kedelai-indonesia.pdf

Almatsier, S. (2006). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama.

Aminah, S., & Nurhidajah. (2009). Kajian potensi campuran tepung kecambah
kacang- kacangan dan tepung kecambah serealia sebagai formula makanan
pendamping ASl. Jurnal Visikes, 8(2), 81-86. Diakses dari
https://docplayer.info/38065684-Kajian-potensi-campuran-tepung-
kecambah-kacang-kacangan-dan-tepung-kecambah-serealia-sebagai-
formula-makanan-pendamping-asi.html

Astawan, M. (2003). Tetap sehat dengan produk makanan olahan. Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

Astawan M. (2009). Sehat dengan kacang dan biji-bijian. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Astawan, M., & Hazmi, K. (2016). Karakteristik fisikokimia tepung kecambah


kedelai. Jurnal Pangan, 25 (2), 105-112. Diakses dari
http://www.jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/view/326/291

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2018). Pengawasan Pangan Olahan


untuk Keperluan Gizi Khusus. Diakses dari http://standarpangan.pom.go.id
/dokumen/peraturan/2018/PerBPOM_1_Tahun_2018_PKGK_Join.pdf

Badan Pusat Statistik. (2015). Tabel Dinamik Produksi Tanaman Hortikultura.


Diakses dari https://www.bps.go.id/subject/55/hortikultura.html

Badan Standarisasi Nasional. (2005). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) – Bagian 2: Bubuk Instan. Diakses dari
http://pergizi.org/images/stories/downloads/SNI/sni%20mpasi%20bubuk%2
0instan%201971_sni%2001-7111.1-2005.pdf

Cahyono, B. (2007). Kedelai CV. Semarang: Aneka Ilmu.

Cahyadi, W. (2007). Teknologi dan khasiat kedelai. Jakarta: Bumi Aksara.

67
Universitas Sumatera Utara
68

Departemen Kesehatan RI. (2000). Pemberian Makanan Pendamping Air Susu


Ibu (MP-ASI). Diakses dari https://ejurnal.stikes-bth.ac.id/index.php/P3M_
JKBTH/article/view/412

Departemen Kesehatan RI. (2004). Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan


Pengelolaan makanan Pendamping Air Susu Ibu. Diakses dari
https://www.academia.edu/35186351/Pedoman_Umum_Pemberian_Makan
an_Pendamping_Air_Susu_Ibu_Mp-Asi_Lokal_Tahun_2006

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Umum Pemberian Makanan


Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal. Diakses dari
http://www.depkes/makanan pendamping ASI.com.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak.
Diakses.dari.http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdati
n/infodatin/infodatin-asi.pdf

Departemen Kesehatan RI. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar


Indonesia (Riskesdas) 2013. Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources
/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Elvizahro, L. (2011). Kontribusi MP-ASI bubur bayi instan dengan substitusi


tepung ikan patin dan tepung labu kuning terhadap kecukupan protein dan
vitamin A pada bayi (Skripsi, Universitas Diponegoro). Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/32571/1/383_Leiyla_Elvizahro_G2C007043.pdf

Grueger, B. (2013). Weaning from the breast. Paediatr Child Health, 18(4), 210-
219..Diakses.dari.https://pdfs.semanticscholar.org/6216/4f3c3ea613a51b188
67da8b50a0c32d21f90.pdf

Hsu, C. L., Chen, W., Weng, Y. M., & Tseng, C. Y. (2003). Chemical
composition, physical properties, and antioxidant activity of yam flour as
affected by different drying method. Food Chemistry, 2(83), 85–92. Diakses
dari https://pubag.nal.usda.gov/catalog/385412

Indratama, M. (2017). Formulasi strategi pengembangan manejeman pada usaha


produk ayam herbal (studi kasus pada PT Elha Narita Perkasa Jakarta
Tahun 2014) (Skripsi, Universitas Telkom). Diakses dari
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/135549/formulasi-
strategi-pengembangan-manajemen-pada-usaha-produk-ayam-herbal-studi-
kasus-pada-pt-elha-narita-perkasa-jakarta-tahun-2014-.html

Jumirah. (2018). Pengaruh pemberian MP ASI tepung campuran pisang awak dan
tepung beras dengan tepung kecambah kedelai terhadap pertumbuhan bayi
(Disertasi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/65

Universitas Sumatera Utara


69

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 224 Tahun 2007


tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).

Khopkar, S. M. (1990). Konsep dasar kimia analitik. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Millah, I. (2013). Pembuatan cookies (kue kering) dengan kajian penambahan


apel manalagi (mallus sylvestris mill) subgrade dan margarin (Tesis,
Universitas Brawijaya). Diakses dari http://repository.ub.ac.id/149969/

Muctadi, D. (2010). Kedelai komponen untuk kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Parizkova, J. (2010). Nutrition, physical activity, and health in early life (Edisi ke-
2). Francis: CRC Press.

Rahayu, W. P. (1998). Diktat penuntun praktikum penilaian organoleptik. Bogor:


Fakultas Teknologi Pertanian Bogor.

Shewfelt, R. (2014). Pengantar ilmu pangan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Simbolon, M. S. (2012). Pemeriksaan kadar Fe dalam hati ayam ras dan ayam
buras secara spektrofotometri serapan atom. Journal of Natural Product and
Pharmaceutical Chemistry, 1(1), 8-13. Diakses dari
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jnpp/article/download/632/438

Soetjningsih. (2002). Buku ajar tumbuh kembang anak dan remaja (Edisi ke-1).
Jakarta: Sagung Seto.

Sudarmadji, H. S. (1997). Prosedur analisa untuk bahan makanan dan pertanian.


Yogyakarta: Liberty.

Sudaryanto, T., & Swastika, K. S. D. (2007). Ekonomi kedelai di Indonesia.


Bogor: Pusat Analisis Sosial-Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Suhaeni, N. (2007). Petunjuk praktis menanam kedelai. Bandung: Nuansa.

Susiwi, S. (2009). Penilaian organoleptik jurusan pendidikan kimia. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.

United State Department of Agriculture. (2014). National Nutrient Database for


Standard Reference Releases. Diakses dari https://ndb.nal.usda.gov/

United State Department of Agriculture. (2014). National Nutrient Data Base for
Standard. 2014 Basic Report 20649. Tpioca Pearl, Dry. Diakses dari
https://www.ars.usda.gov/ARSUserFiles/80400525/Data/SR27/sr27_doc.pdf

Universitas Sumatera Utara


70

Winarno, F. G. (2004). Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Winarsi, H. (2010). Protein kedelai dan kecambah manfaatnya bagi kesehatan.


Yogyakarta: Kanisius.

World Health Organization. (2003). UNICEF. Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding. Diakses dari https://apps.who.int/iris/bitstream/10665
/42590/1/9241562218.pdf?ua=1&ua=1

World Health Organization. (2009). Guildeniles on Hand Hygiene in Health Care.


Diakses dari http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597906_
eng.pdf

Yustiana. (2013). Formulasi bubur instan sumber protein menggunakan komposit


tepung kacang merah (phaseolus vulgaris L.) dan pati ganyong (canna edulis
Kerr) sebagai makanan pendamping ASI (MP-ASI). Journal of Nutrition
and Food, 8(2), 95-102. Diakses dari
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/7695

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Formulir Uji Kesukaaan

FORMULIR
UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK)

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Petunjuk

1. Cicipilah sampel bubur bayi satu persatu

2. Berikan penilaian anda dengan cara mengisi kolom kode sampel pada tabel

berdasarkan tingkat kesukaan anda (lihat keterangan yang ada dibawah tabel).

3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu

sampel.

Indikator Kode Sampel


A1 A2
Aroma
Warna
Tekstur
Rasa

Keterangan:

a. Suka = 3

b. Kurang Suka = 2

c. Tidak Suka = 1

71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Master Data

Nama Jenkel Usia Aroma_1 Aroma_2 Warna_1 Warna_2 Tekstur_1 Tekstur_2 Rasa_1 Rasa_2
Meli Perempuan 22 suka kurang suka suka suka suka suka suka Suka
Arjuna laki-laki 23 suka kurang suka suka suka suka suka suka Suka
josua adrial laki-laki 20 suka suka suka suka suka suka suka kurang suka
Ilmi laki-laki 18 suka kurang suka suka kurang suka suka kurang suka suka kurang suka
Tasya perempuan 18 suka suka kurang suka suka suka kurang suka suka Suka
Aisyah perempuan 22 kurang suka suka kurang suka suka kurang suka suka kurang suka Suka
Ferdi laki-laki 21 suka suka suka kurang suka suka suka suka Suka
Meila perempuan 19 suka suka suka kurang suka suka suka suka Suka
Lusi perempuan 20 suka suka suka suka suka kurang suka suka kurang suka
Ica perempuan 22 suka suka kurang suka suka suka suka suka Suka
Maulana laki-laki 19 suka suka suka suka kurang suka suka kurang suka Suka
rosea
nawawi perempuan 20 suka kurang suka suka suka kurang suka suka suka Suka
Milan perempuan 21 kurang suka suka suka suka suka suka suka kurang suka
Deon laki-laki 23 suka suka suka kurang suka kurang suka kurang suka kurang suka kurang suka
Kanaya perempuan 23 suka kurang suka kurang suka suka suka suka suka Suka
Ozriel laki-laki 20 suka suka suka kurang suka suka suka suka Suka
Revanza perempuan 23 kurang suka suka kurang suka suka suka suka kurang suka Suka
Hidayat laki-laki 23 suka suka kurang suka suka kurang suka suka suka Suka
Sinerpa perempuan 24 kurang suka suka suka suka suka kurang suka suka kurang suka
Khoir laki-laki 22 suka kurang suka suka suka suka kurang suka kurang suka Suka
Naila perempuan 19 suka suka suka kurang suka suka suka suka Suka
Ufairah perempuan 18 suka suka suka suka kurang suka suka suka Suka
Nurajwa perempuan 21 kurang suka suka suka suka suka kurang suka suka Suka
Rafa laki-laki 18 suka suka kurang suka suka suka suka suka Suka
Syifa perempuan 18 suka kurang suka kurang suka suka suka kurang suka suka kurang suka

72
Universitas Sumatera Utara
73

Lampiran 3. Output Penelitian

aroma_1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kurang suka 5 10.0 20.0 20.0

Valid suka 20 40.0 80.0 100.0

Total 25 50.0 100.0


Missing System 25 50.0
Total 50 100.0

aroma_2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kurang suka 7 14.0 28.0 28.0

Valid suka 18 36.0 72.0 100.0

Total 25 50.0 100.0


Missing System 25 50.0
Total 50 100.0

warna_1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kurang suka 8 16.0 32.0 32.0

Valid suka 17 34.0 68.0 100.0

Total 25 50.0 100.0


Missing System 25 50.0
Total 50 100.0

warna_2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kurang suka 6 12.0 24.0 24.0

Valid suka 19 38.0 76.0 100.0

Total 25 50.0 100.0


Missing System 25 50.0
Total 50 100.0

Universitas Sumatera Utara


74

tekstur_1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kurang suka 6 12.0 24.0 24.0

Valid suka 19 38.0 76.0 100.0

Total 25 50.0 100.0


Missing System 25 50.0
Total 50 100.0

tekstur_2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kurang suka 8 16.0 32.0 32.0

Valid suka 17 34.0 68.0 100.0

Total 25 50.0 100.0


Missing System 25 50.0
Total 50 100.0

rasa_1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kurang suka 5 10.0 20.0 20.0

Valid suka 20 40.0 80.0 100.0

Total 25 50.0 100.0


Missing System 25 50.0
Total 50 100.0

rasa_2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kurang suka 7 14.0 28.0 28.0

Valid suka 18 36.0 72.0 100.0

Total 25 50.0 100.0


Missing System 25 50.0
Total 50 100.0

Universitas Sumatera Utara


75

Mann Whitney

Ranks
kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
A1 25 29.00 725.00
aroma_1 A2 25 22.00 550.00
Total 50
A1 25 28.00 700.00
warna_1 A2 25 23.00 575.00
Total 50
A1 25 28.50 712.50
tekstur_1 A2 25 22.50 562.50
Total 50
A1 25 30.50 762.50
rasa_1 A2 25 20.50 512.50
Total 50

a
Test Statistics

aroma_1 warna_1 tekstur_1 rasa_1

Mann-Whitney U 225.000 250.000 237.500 187.500


Wilcoxon W 550.000 575.000 562.500 512.500
Z -2.069 -1.418 -1.750 -2.858
Asymp. Sig. (2-tailed) .039 .156 .080 .004

a. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Normalitas

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

aroma_1 .488 25 .000 .493 25 .000


aroma_2 .449 25 .000 .565 25 .000
warna_1 .429 25 .000 .590 25 .000
warna_2 .469 25 .000 .533 25 .000
tekstur_1 .469 25 .000 .533 25 .000
tekstur_2 .429 25 .000 .590 25 .000
rasa_1 .488 25 .000 .493 25 .000
rasa_2 .449 25 .000 .565 25 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Universitas Sumatera Utara


76

Lampiran 4. Surat Permohonan Penelitian

Universitas Sumatera Utara


77

Lampiran 5. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian

Universitas Sumatera Utara


78

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


79

Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


80

Lampiran 8. Dokumentasi

Gambar 1 Pemotongan Hati Ayam Herbal

Gambar. 2 Proses Penghalusan Hati Ayam Herbal

Universitas Sumatera Utara


81

Gambar 3. Proses Pengayakan Tepung Pisang Awak, Kacang Kedelai dan Hati
Ayam Herbal

Gambar 4. Proses Pengeringan Tepung Pisang Awak, Kacang Kedelai, dan Hati
Ayam Herbal

Universitas Sumatera Utara


82

Gambar 5. Pemberian Bubur Tepung Pisang Awak, Kacang Kedelai, dan Hati
Ayam Herbal

Gambar 6. Posyandu di Kelurahan sidomulyo Medan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai