Anda di halaman 1dari 113

GAMBARAN POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS

GIZI PADA SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE


DI SMP DHARMA PANCASILA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

DHEA AZANI BR GINTING


NIM: 151000289

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


GAMBARAN POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS
GIZI PADA SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE
DI SMP DHARMA PANCASILA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DHEA AZANI BR GINTING


NIM: 151000289

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul Skripsi : Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Status
Gizi pada Siswi yang Mengalami Dismenore di
SMP Dharma Pancasila Medan
Nama Mahasiswa : Dhea Azani Br Ginting
Nomor Induk Mahasiswa : 151000289
Departemen : Gizi Masyarakat

Menyetujui
Pembimbing:

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D)


NIP. 196509011991032003

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)


NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus : 12 Agustus 2019

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 12 Agustus 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D


Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M. Si
2. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul

“Gambaran Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Status Gizi Siswi yang

Mengalami Dismenore di SMP Dharma Pancasila Medan” beserta seluruh

isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan yang secara tertulis diavu dalam naskah ini

dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2019

Dhea Azani Br Ginting

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak

Dismenore merupakan keluhan sakit pada bagian bawah perut yang dirasakan
ketika haid dan biasanya timbul dalam 2 sampai 3 tahun setelah menarche. Salah
satu yang mempengaruhi terjadinya dismenore adalah status gizi. Status gizi
seseorang dipengaruhi oleh pola makan dan aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui gambaran pola makan, aktivitas fisik dan status gizi siswi yang
mengalami dismenore di SMP Dharma Pancasila. Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan total populasi sebanyak 40 siswi SMP Dharma Pancasila kelas IX yang
mengalami dismenore. Sampel diambil menggunakan total sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan formulir food
recall, formulir food frequency, pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa status gizi siswi terbanyak yaitu kategori normal
sebanyak 17 orang dengan kejadian dismenore terbanyak dikeluhkan pada tingkat
berat sebanyak 9 orang (52,9%) dimana asupan gizi siswi kurang yaitu dengan
persentase karbohidrat sebesar 94,1% , protein 76,5%, lemak 94,1%, vitamin E
42,5%, kalsium 40,0% dan magnesium 44,1%. Status gizi siswi dengan kategori
kurus sebanyak 14 orang dengan kejadian dismenore terbanyak dikeluhkan pada
tingkat berat sebanyak 11 orang (78,6%) dimana asupan gizi siswi kurang yaitu
dengan persentase karbohidrat sebesar 92,9%, protein 85,7%, lemak 92,9%,
vitamin E 35,0%, kalsium 40,0% dan magnesium 38,2%. Tingkat aktivitas fisik
siswi tertinggi pada kategori ringan, dimana sebesar 92,9% dengan status gizi
kurus. Siswi di SMP Dharma Pancasila yang mengalami dismenore disarankan
agar mengonsumsi makanan yang beragam sehingga kecukupan gizi siswi
tersebut dapat tercukupi dan status gizi siswi menjadi normal.

Kata Kunci: Pola makan, status gizi, dismenore

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstract

Dysmenorrhea was a pain that happened in the lower abdomen when


menstruating and generally appeared within 2 until 3 years after menarche. One
that affected the occurrence of Dysmenorrhea was nutritional status, and it was
affected by dietary habit and physical activity. The aim of this research was to
know the description of dietary habit, physical activity and nutritional status of
female students that experienced dysmenorrhea in SMP Dharma Pancasila. This
would be descriptive research with the amount of population was 40 female
students of SMP Dharma Pancasila class IX that experienced dysmenorrhea. The
sample was taken by using total sampling method with data collecting was
conducted by interview using food recall form, food frequency form, height and
weight measurement. From the result of study, it was found that the highest
amount of student nutritional status was in the normal category with 17 persons
and the most occurrence of dysmenorrhea was in heavy level with 9 persons
(52,9%) where had lack of students’ nutritional intake in carbohydrate (94,1%),
protein (76,5%), fat (94,1%), vitamin e (42,5%), calcium (40,0%) and magnesium
(44,1%). in the underweight category, as much as 14 persons in this status and 11
persons (78,6%) with the highest amount of heavy level of dysmenorrhea where
had lack of students’ nutritional intake is in carbohydrate (92,9%), protein
(85,7%), fat (92,9%), vitamin e (35,0%), calcium (40,00%) and magnesium
(38,2%). The highest level of physical activity of student is in the light category
where 92,9% students with the underweight level. students should consume
diverse food in order to sufficient the nutrition adequacy and to make the
nutrition status of student would be normal.
Key Words: Dietary habit, nutritional status, dysmenorrhea

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, yang tidak pernah

berhenti mencurahkan kasih sayang-Nya, dan dengan izin-Nya penulis bisa

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Gambaran Pola Makan,

Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Siswi yang Mengalami Dismenore di SMP

Dharma Pancasila Medan”. Shalawat beriring salam kepada Rasulullah

Muhammad SAW, manusia sempurna yang diciptakan oleh- Nya yang sangat

mencintai umatnya dan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari

dan mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak

terlepas dari kekurangan dan keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia.

Selama penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat di FKM USU beserta Staf bagian Gizi

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Ir. Etti Sudaryati, MKM., Ph.D selaku Dosen Pembimbing.

5. Prof. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si dan Ernawati

Nasution, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji I dan Penguji II.

6. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis

dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Suwito, S.Pd., M.Hum Selaku Kepala Sekolah SMP Dharma

Pancasila Medan.

8. Para guru di SMP Dharma Pancasila Medan, khususnya guru kelas

IX yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Siswi SMP Dharma Pancasila Medan Kelas IX yang telah bersedia

menjadi responden dan membantu penulis dalam penelitian ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan

tidak terhingga kepada :

1. Ayahanda tercinta, Hardiansyah Ginting yang selalu menjadi

motivator dalam hidup penulis. Tak lupa pula ibunda tercinta Farida

Hanum yang selalu mendongkrak semangat penulis dengan nasihat-

nasihat beliau, yang senantiasa mendoakan penulis disetiap sujud

dan doanya, dan yang selalu ada di hati penulis.

2. Adik tercinta, Feby Harianti ginting dan Raditya Ar Rasyid Ginting

yang dengan keceriaannya selalu membuat bahagia hati penulis.

3. Bapak Prof. Drs.Heru Santosa, M.S., Ph.D yang telah memberikan

motivasi dan nasihat-nasihat kepada penulis.

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Sahabat terbaik penulis Arya Dwifa Al-Fitrah yang selalu

mendoakan dan menyemangati dan menghibur penulis disaat susah.

5. Sahabat seperjuangan yang selalu menyemangati penulis, khususnya

Khoirunnisa Lubis, Fiola Triana, Syahrani Khaira Ilmi, Dimas

Pradana, Bayu Dimas OP, Afif Hanafiah, Nur, Anggita, Sondang.

6. Teman-teman mahasiswa angkatan 2015 peminatan Gizi Kesehatan

Masyarakat FKM USU, khususnya Siti Azizia, Thanty Yohana,

Indah Nurhajijah,Vita, Reiny, Putri, Asmaul Husna, Dini, Anggur,

Husna.

7. Terakhir, teman-teman SHC yang selalu ada bersama penulis baik

suka maupun duka, khususnya Adilla Gustriana, Chikita Dita,

Chindy Karmina.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat untuk semua kalangan. Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Agustus 2019

Dhea Azani Br Ginting

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Isi

Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstarct v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Tujuan umum 6
Tujuan khusus 6
Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka
Remaja Putri 7
Menstruasi 7
Dismenore 8
Jenis jenis dismenore 10
Pengukuran 11
Status Gizi 12
Penilaian status gizi langsung 12
Penilaian status gizi tidak langsung 14
Penilaian status gizi pada remaja 15
Pola Makan 16
Faktor yang mempengaruhi pola makan 16
Aktivitas Fisik 25
Landasan Teori 28
Kerangka Konsep 30

Metode Penelitian
Jenis Penelitian 31
Lokasi dan Waktu Penelitian 31
Populasi dan Sampel 31
Variabel dan Definisi Operasional 32

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Metode Pengumpulan Data 33
Metode Pengukuran 34
Metode Analisis Data 37

Hasil Penelitian
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39
Gambaran Karakteristik Responden 39
Gambaran Tingkat Dismenore Responden 40
Gambaran Pola Makan Responden 40
Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Responden 45
Gambaran Status Gizi Responden 45

Pembahasan
Status Gizi Siswi 51
Tingkat Dismenore Siswi 51
Pola Makan Siswi 52
Tingkat Aktivitas Siswi 62

Kesimpulan Dan Saran


Kesimpulan 64
Saran 65

Daftar Pustaka 66
Lampiran 69

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Usia 5-18 Tahun 15

2 Physical Activity Ratio 26

3 Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai Physical


Activity Level (PAL) 28

4 Angka Kecukupan Gizi Per Orang Per Hari Umur 10-12 Tahun
dan 13-15 Tahun 36

5. Distribusi Frekuensi Umur Responden di SMP Dharma Pancasila


Medan 40

6. Distribusi Frekuensi Tingkat Dismenore Responden di


SMP Dharma Pancasila Medan 40

7. Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Responden di SMP


Dharma Pancasila Medan 41

8. Distribusi Frekuensi Kecukupan Energi, Protein, Lemak,


Karbohidrat, Vitamin E, Kalsium, dan Magnesium Siswi
di SMP Dharma Pancasila Medan 42

9. Distribusi Frekuensi Makanan Siswi di SMP Dharma Pancasila


Medan 44

10. Distribusi Tingkat Aktivitas Fisik Responden 45

11. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden 45

12. Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore Berdasarkan Status


Gizi Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan 46

13. Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Siswi Berdasarkan Status


Gizi Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan 46

14 Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan Jumlah Kecukupan


Zat Gizi Makro Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan 47

15. Distribusi Kejadian Dismenore Berdasarkan Kecukupan Zat Gizi


Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan 48

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16. Distribusi Frekuensi Tingkat Aktivitas Fisik Siswi Berdasarkan
Status Gizi Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan 49

17. Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat


Aktivitas Fisik Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan 50

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Gambar

No Judul Halaman
1 Universal Pain Assessment Tool 11

2 Kerangka Teori 29

3 Kerangka Konsep Penelitian 30

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman


1 Formulir Food Recall Dua Kali 24 Jam 70

2 Formulir Food Frequency 72

3 Formulir Aktivitas Fisik 73

4 Universal Pain Assesment Tool 74

5 Dokumentasi 75

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Istilah

AKG Angka Kecukupan Gizi


BB/U Berat Badan Menurut Umur
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
IMT Indeks Massa Tubuh
PAL Physical Aktivity Level
PAR Physical Activity Ratio
PGS Pedoman Gizi Seimbang
TB/U Tinggi Badan Menurut Umur
TGS Tumpeng Gizi Seimbang
WHO World Health Organization

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Riwayat Hidup

Penulis bernama Dhea Azani Br Ginting berumur 21 tahun, dilahirkan di

Medan pada tanggal 31 Desember 1997. Penulis beragama Islam, anak pertama

dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Hardiansyah Ginting dan ibu Farida

Hanum.

Pendidikan formal dimulai di TK Islam Nurul Huda tahun 2003.

Pendidikan sekolah dasar di SD Islam Nurul Huda tahun 2004 – 2009, sekolah

menengah pertama di SMP Dharma Pancasila Medan tahun 2010 - 2012, sekolah

menengah atas di SMAN 13 Medan tahun 2013-2015, selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2019

Dhea Azani Br Ginting

xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan

Latar Belakang

Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund (UNI-

CEF, 2016) remaja adalah mereka yang sedang mengalami masa transisi dari ma-

sa kanak menuju masa dewasa, yang memerlukan perlindungan dan perhatian, ya-

ng berusia sekitar 10 hingga 14 tahun (remaja muda atau young adolescent). Keti-

ka status gizi anak tersebut baik maka masa pubertas akan terjadi lebih cepat, oleh

karena itu gizi seorang anak dapat mempengaruhi kecepatan pubertas (Purwi-

tasari, 2009). Pubertas pada perempuan ditandai dengan perubahan psikis, menstr-

uasi pertama (menarche), dan perubahan fisik yang diikuti perkembangan ciri-ciri

seksual sekunder, seperti pembesaran payudara dan tumbuhnya rambut halus pada

daerah kemaluan.

Menurut Kusmiran (2014), menstruasi merupakan proses dimana ter-

jadinya peristiwa pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ dalam kan-

dungan setiap wanita telah berfung-si dengan matang. Selama siklus menstruasi

wanita seringkali mengalami beberapa keluhan, sebanyak 79,8 persen siswa men-

galami keluhan menjelang menstruasi dan 82,1 persen mengalami keluhan selama

menstruasi.

Dismenore merupakan jenis keluhan yang paling banyak dirasakan oleh

wanita khususnya remaja ketika menstruasi. Dismenore adalah keluhan yang ser-

ing dialami wanita pada bagian bawah perut dan beberapa remaja perempuan ser-

ing merasakan nyeri ini juga terdapat bagian punggung bagian bawah, pinggang,

panggul, otot paha,hingga betis (Widagdo, 2017).

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Lebih dari 50 persen

wanita mengalami dismenore dan 15 persen diantaranya mengalami nyeri yang

hebat (Taufan, 2014). Di Turki Barat dalam studi yang dilakukan pada wanita

umur 18 hingga 45 tahun sekitar 66,7 persen menderita dismenore (Unsal,

Atranci, Tozun, Arslan, & Calik 2010). Di Indonesia sendiri kejadian dismenore

primer cukup besar, yaitu sekitar 60 persen sampai 70 persen wanita Indonesia

mengalaminya (Agustina, 2015).

Menurut Widagdo (2017) status gizi remaja wanita sangat berpengaruh

terhadap keluhan-keluhan selama menstruasi. Remaja putri yang memiliki gizi ku-

rang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, juga akan menyebabkan terga-

nggunya fungsi reproduksi, hal ini akan berdampak pada gangguan menstruasi, te-

tapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Hal ini didukung oleh penelitian

Sirait bahwa ada hubungan status gizi dengan kejadian dismenore pa-da siswi

SMA Negeri 2 Medan yang menunjukkan 39 orang (83,0%) yang ber-status gizi

kurang mengalami dismenore, sedangkan delapan orang (17,0%) tidak mengalami

dismenore, pada status gizi normal 68 orang (87,2%) mengalami dismenore, se-

dangkan 10 orang (12,8%) tidak mengalami dismenore, pada kelompok status gizi

lebih tiga orang (100,0%) mengalami dismenore.

Kekurangan zat gizi seperti kurang vitamin B6, vitamin E, kalsium, mag-

nesium, zat besi, menyebabkan semakin beratnya gejala sindrom premenstruasi

dan juga memperburuk timbulnya nyeri haid atau dismenore. Salah satu cara agar

menstruasi tidak menimbulkan keluhan-keluhan, sebaiknya remaja putri

mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Wanita memerlukan gizi seim-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

bang karena dibutuhkan pada saat menstruasi, terbukti pada saat menstruasi teru-

tama pada fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi, apabila hal ini

diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa

ketidaknyamanan saat siklus menstruasi (Fauridha, 2010).

Sebuah jurnal menyatakan bahwa kalsium, vitamin E, dan magnesium

dapat mengurangi dismenore. Kalsium dan magnesium memiliki peranan sebagai

zat yang diperlukan untuk kontraksi otot. Kalsium berperan dalam interaksi pro-

tein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin pada saat otot berkontraksi. Kekurangan

kalsium menyebabkan otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga

dapat mengakibatkan otot menjadi kram. Berdasarkan pe-nelitian yang dilakukan

oleh Sinaga (2011) pada remaja putri vegan di Vihara Maitreya Medan menun-

jukkan 77,5 persen memiliki asupan kalsium yang rendah, dan dinyatakan bahwa

ada hubungan antara konsumsi kalsium dengan dismenore.

Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2015) menyatakan bahwa se-

luruh sampel yaitu remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan keku-

rangan asupan vitamin E dan mengakibatkan terjadinya dismenore, dimana 19

orang di antaranya mengalami nyeri ringan (43,2%), 21 orang mengalami nyeri

sedang (47,7%), dan empat orang mengalami nyeri berat (9,1%).

Magnesium berperan dalam relaksasi otot polos miometrium yaitu meng-

hambat asetilkolin presinaps oleh motor end-plate pada neuromascular junction

dan memblokir reseptor N-Methyl-D-aspartic acid (NMDA) yang menyebabkan

penghambatan impuls syaraf sehingga penghantaran nyeri dan kekuatan kontraksi

otot polos menurun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Menurut World Health Organization (WHO, 2010) aktivitas fisik adalah

setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan penge-

luaran energi. Setiap kegiatan yang dilakukan akan mengeluarkan energi sesuai

dengan lama intensitas. Kurangnya aktivitas fisik pada remaja baik di sekolah ma-

upun di rumah dapat mempengaruhi status gizi remaja seperti meningkatnya risiko

terjadinya overweight maupun obesitas.

Meningkatnya aktivitas fisik dan kehidupan sosial remaja akan mem-

pengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan remaja sering tidak

teratur, para remaja memiliki kecenderungan enggan untuk makan di rumah, re-

maja putri cenderung lebih suka untuk makan di luar dan jenis makanan yang se-

ring di makan berupa makanan siap saji atau fast food, dimana pada umumnya

makanan tersebut mengandung tinggi lemak dan kalori sehingga apabila dikon-

sumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kegemukan.

SMP Dharma Pancasila terletak di Jalan DR.T. Mansyur Blok A No.71,

Padang Bulan Selayang I, Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara 20154.

SMP Dharma Pancasila memiliki jumlah siswa/i sebanyak 242 siswa dan siswi.

Telah dilakukan survei pendahuluan terhadap 40 siswi kelas IX di SMP Dharma

Pancasila Medan diketahui bahwa 40 siswi (100%) tersebut sudah mengalami

menstruasi secara rutin dan mengalami dismenore, terdapat sebanyak dua siswi

(5,0%) memiliki keluhan dismenore dengan tingkat nyeri ringan, lalu sebanyak 12

siswi (30,0%) memiliki keluhan dismenore dengan tingkat nyeri sedang, dan ter-

dapat 26 siswi (65,0%) memiliki keluhan dismenore dengan tingkat nyeri berat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Telah dilakukan survei pendahuluan juga terhadap 10 dari 40 siswi yang

mengalami dismenore untuk mengetahui status gizi mereka dan diperoleh se-

banyak empat siswi (40,0%) dengan status gizi kurang (kurus), sebanyak empat

siswi (40,0%) dengan status gizi normal, dan sebanyak dua siswi (20,0%) dengan

status gizi lebih (gemuk). Pola makan siswi diketahui bahwa terdapat delapan dari

10 siswi (80,0%) tidak suka (jarang) makan sayuran dan buah-buahan.

Aktivitas fisik remaja (anak sekolah) pada umumnya tergolong dalam akti-

vitas fisik ringan, karena aktivitas mereka lebih banyak berada di sekolah untuk

belajar, dengan ditambahnya pelajaran tambahan setelah pulang sekolah memung-

kinkan pola makan siswa dan siswi menjadi terganggu. SMP Dharma Pancasila

Medan memiliki peraturan dimana ketidakhadiran siswi disekolah tidak boleh

lebih dari 10 persen dari keseluruhan hari sekolah per semester. Diketahui bahwa

empat siswi (40,0%) dari 10 siswi sering tidak hadir sekolah pada saat dismenore

dimana ketidakhadiran tersebut tepat pada hari pertama dan hari kedua menstruasi

berlangsung, dan diketahui dua siswi (20,0%) dari delapan siswi yang hadir tidak

dapat mengikuti apel pagi disekolah pada saat dismenore, dimana dua siswi terse-

but hanya beristirahat di Ruang Bimbingan dan Penyuluhan (BP). Hal tersebut

dapat mengganggu kegiatan belajar siswi disekolah dan dapat berpengaruh ter-

hadap kehadiran/absensi siswi selama di sekolah

Penelitian tentang gambaran, pola makan, aktivitas fisik dan status gizi pa-

da siswi yang mengalami dismenore belum pernah dilakukan di sekolah ini ter-

khusus untuk siswi kelas IX yang sudah rutin mengalami menstruasi setiap bulan-

nya sehingga perlu diadakannya penelitian lebih lanjut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Perumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran pola makan, aktivitas fisik dan status gizi pada

siswi yang mengalami dismenore di SMP Dharma Pancasila Medan?

Tujuan Penelitian.

Tujuan umum. Mengetahui gambaran pola makan, aktivitas fisik dan sta-

tus gizi pada siswi yang mengalami dismenore di SMP Dharma Pancasila Medan.

Tujuan Khusus.

1. Mengetahui gambaran pola makan, aktivitas fisik dan status gizi siswi ya-

ng mengalami dismenore di SMP Dharma Pancasila Medan.

2. Mengetahui tingkat dismenore siswi di SMP Dharma Pancasila Medan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan salah satu ilmu yang dapat diperoleh peneliti,

khususnya mengenai status gizi, pola makan dan aktivitas fisik pada remaja yang

sudah mengalami menstruasi rutin dan mengalami dismenore, serta sebagai bahan

pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga menjadi media bagi

peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh. Penelitian ini sebagai

bahan masukan bagi pihak sekolah untuk memantau pertumbuhan remaja putri

khususnya saat memasuki masa peralihan antara remaja menjadi dewasa dengan

memberikan informasi dan edukasi mengenai gizi dan reproduksi remaja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Remaja Putri

Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak- anak menjadi masa

dewasa. Kata remaja memiliki banyak arti yang berbeda-beda, ada yang

mengartikan remaja sebagai sekelompok orang yang sedang beranjak dewasa, ada

juga yang mengartikan remaja sebagai anak-anak yang penuh dengan gejolak dan

masalah, ada pula yang mengartikan remaja sebagai sekelompok anak-anak yang

penuh dengan semangat dan kreatifitas (Ali & Asrori, 2006).

Remaja memiliki batas usia 12 sampai 24 tahun. Menurut menurut

BKKBN bagian Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi batasan

usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun. Rentan waktu usia remaja biasanya

dibedakan atas tiga, yaitu 12 sampai 15 tahun adalah masa remaja awal, 15 sampai

18 tahun adalah masa remaja pertengahan dan 18 sampai 22 tahun adalah masa

remaja akhir.

Masa remaja disebut juga dengan masa pubertas. Masa puber merupakan

suatu tahap perkembangan dan perubahan anak-anak dari makhluk aseksual men-

jadi makhluk seksual dan tercapainya kemampuan bereproduksi, dimana anak

perempuan mulai mengalami menstruasinya dan anak laki-laki mulai ejakulasi.

Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan dan perkem-

bangan somatis dan perspektif psikologis.

Menstruasi

Menstruasi merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada setiap

wanita, dimana terjadinya peristiwa pengeluaran darah yang menandakan bahwa

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

organ dalam kandungan setiap wanita telah berfungsi dengan matang (Kusmiran,

2014). Proses ini merupakan salah satu ciri kedewasaan perempuan. Menstruasi

biasanya diawali pada usia remaja, sembilan sampai 12 tahun. Sebagian kecil

yang mengalami lebih lambat dari itu, 13 sampai 15 tahun meski sangat jarang

terjadi. Usia untuk mulai menstruasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

misalnya kesehatan pribadi perempuan, nutrisi, berat badan, dan kondisi

psikologis.

Menstruasi adalah proses perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang

terjadi secara berkala. Proses ini dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-

Estrogen atau LH-Progesteron. Periode ini penting dalam hal reproduksi dan

biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Menstruasi

adalah darah yang keluar dari vagina wanita ketika ia sehat, bukan disebabkan

oleh melahirkan anak atau karena terluka.

Dismenore

Dismenore adalah keluhan yang sering dialami wanita pada bagian bawah

perut dan beberapa remaja perempuan sering merasakan nyeri ini juga, nyeri ini

terdapat pada bagian punggung bagian bawah, pinggang, panggul, otot paha,

hingga betis (Widagdo, 2017). Biasanya nyeri ini mulai timbul sebelum atau

selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah dua hari

akan menghilang. Umumnya 50 sampai 60 persen remaja putri diantaranya me-

merlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore ini.

Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) dalam Suliawati (2013), umur rata-rata menarche (menstruasi per-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

tama) pada anak remaja di Indonesia yaitu 12,5 tahun dengan kisaran sembilan

sampai 14 tahun. Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sekitar 54,89

persen sedangkan sisanya penderita dengan dismenore sekunder, dengan 15 per-

sen diantaranya mengeluh bahwa aktivitas mereka menjadi terbatas akibat dis-

menore.

Dismenore dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron

dalam darah, prostaglandin dan faktor stress atau psikologi mengakibatkan ter-

jadinya dismenore pada beberapa wanita. Dismenore juga disebabkan oleh ber-

macam-macam faktor yaitu faktor endokrin, kelainan organik, faktor kejiwaan

atau gangguan psikis, faktor konstitusi, faktor alergi, faktor haid pertama pada

usia dini, periode haid yang lama, aliran darah haid yang hebat, merokok, riwayat

keluarga yang positif terkena penyakit, status gizi tidak normal dan mengkonsum-

si alcohol (Nurwana, Sabilu & Fachlevy (2016).

Salah satu permasalahan yang dapat menimbulkan dismenore primer ada-

lah status gizi, remaja dengan status gizi tidak normal memiliki kemungkinan

risiko 1,2 kali lebih besar mengalami dismenore, status gizi yang rendah (under-

weight) dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang, sedangkan status

gizi lebih (overweight) dapat juga mengakibatkan dismenore karena terdapat

jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh

darah atau terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ repro-

duksi wanita, sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi

terganggu dan mengakibatkan nyeri pada saat menstruasi (Tjokronegoro, 2011)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Aktivitas fisik juga merupakan salah satu faktor terjadinya dismenore.

Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik atau olahraga, tubuh akan

memproduksi hormon endorphin. Hormon endorphin dihasilkan di sistem saraf

pusat yaitu di otak dan sumsum tulang belakang. Hormon ini membuat seseorang

merasa nyaman dan juga dapat menurunkan kadar stress dan secara tak langsung

juga menurunkan rasa nyeri saat menstruasi.

Jenis-jenis dismenore. Dismenore dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu 1)

Primary (Spasmodic) Dysmenorhea dan 2) Secondary (Congestive) Dysmenorhea.

Primary (spasmodic) dysmenorrhea atau dismenore primer. Dismenore

primer yaitu nyeri haid yang tidak disertai dengan kelainan pelvis secara makros-

kopi atau terjadi tanpa ada kelainan pelvis. Dismenore primer sering terjadi pada

wanita, kemungkinan lebih dari 50 persen wanita mengalaminya dan 15 persen

diantaranya mengalami nyeri pada saat menstruasi yang hebat. Biasanya dis-

menore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar satu sampai dua tahun

setelah menstruasi pertama. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari

kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin

hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks

(leher rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit (Widagdo, 2017).

Secondary (congestive) dysmenorrhea atau dismenore sekunder. Disme-

nore sekunder yaitu nyeri haid karena akibat dari pelvis mengalami kelainan sec-

ara anatomic atau makroskopik, termasuk endometriosis dan benda asing seperti

IUD. Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25 persen wa-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

nita yang mengalami dismenore. Dismenore sekunder seringkali mulai timbul pa-

da usia 20 tahun (Widagdo, 2017).

Pengukuran. Pengukuran intensitas keparahan nyeri dapat dilakukan de-

ngan menggunakan universal pain assessment tool. Dimana remaja akan diminta

untuk memilih gambar raut wajah mana yang menggambarkan rasa nyeri yang di-

alami mereka.

Gambar 1. Universal pain assessment tool

Kriteria nyeri adalah sebagai berikut: (1) Skala 0 tidak ada rasa nyeri yang

dialami. (2) Skala satu sampai dengan tiga merupakan nyeri ringan dimana secara

objektif klien masih dapat berkomunikasi dengan baik. (3) Skala empat sampai

dengan enam merupakan nyeri sedang dimana secara objektif, klien mendesis,

menyeringai dengan menunjukkan lokasi nyeri. Klien dapat mendeskripsikan rasa

nyeri, dapat mengikuti perintah dan nyeri masih dapat dikurangi dengan alih

posisi. (4) Skala tujuh sampai dengan sembilan merupakan nyeri berat dimana

klien sudah tidak dapat mengikuti perintah, namun masih dapat menunjukkan

lokasi nyeri dan masih respon terhadap tindakan. Nyeri pada skala ini sudah tidak

dapat dikurangi dengan alih posisi. (5) Skala 10 merupkan nyeri sangat berat.

Klien sudah tidak dapat berkomunikasi.

Klien akan menetapkan suatu titik pada skala yang berhubungan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

persepsinya tentang intensitas keparahan nyeri.

Status Gizi

Status gizi yaitu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk varia-

bel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Su-

pariasa, 2002). Status gizi merupakan bagian penting dari kesehatan seseorang.

Gizi yang kurang akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga

akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini berdampak pada

gangguan haid termasuk dismenore, tetapi dapat membaik bila asupan nutrisinya

baik.

Masalah gizi dipengaruhi banyak faktor dan saling mempengaruhi. Salah

satunya adalah faktor genetik dari orang tua, yaitu faktor tinggi dan berat badan

orang tua. Selain itu, faktor pendidikan, ketersediaan pangan di tingkat rumah

tangga, pola asuh konsumsi makanan, pola makan, kepercayaan, tradisi atau

budaya, aktivitas fisik dan lain sebagainya (Miko & Dina, 2017).

Gizi kurang atau gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks

berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight

(gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Pendek dan sangat pendek

adalah status gizi yang didasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur

(TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted

(sangat pendek). Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada

indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang merupakan padanan

istilah wasted (kurus) dan severely wasted (sangat kurus) (Kementrian Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

RI, 2011).

Penilaian status gizi langsung. Penilaian status gizi secara langsung

meliputi antropometri, klinis, biokimia, biofisik.

Antropometri. Penggunaan antropometri merupakan pengukuran paling

sering dipakai untuk menilai status gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi

dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu ukuran tunggal dari

tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,

lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit (Supari-

asa, 2011). Dalam penelitian ini, untuk mengukur IMT seseorang, ada dua param-

eter yang digunakan, yaitu berat badan dan tinggi badan.

Berat badan. Berat badan merupakan parameter yang terpenting dan pal-

ing sering digunakan. Berat Badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak,

air, dan mineral pada tulang. Berat badan merupakan pilihan utama karena

berbagai pertimbangan, antara lain parameter yang paling baik, mudah terlihat

perubahan dalam waktu singkat karena perubahan dalam konsumsi makanan dan

kesehatan dapat menggambarkan status gizi saat ini, serta ketelitian pengukuran

tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.

Tinggi badan. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan yang telah lalu dan sekarang, jika umur tidak diketahui secara tepat.

Selain itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan

menggabungkan berat badan dan tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan

(Supariasa, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Klinis. Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi ber-

dasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketid-

akcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang

dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2001)

Biokimia. Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam

jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001)

Biofisik. Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan sta-

tusgizi dengan melibat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari

jaringan (Supariasa, 2001)

Penilaian status gizi tidak langsung. Penilaian status gizi secara tidak

langsung meliputi survey konsumsi makanan, statistic vital, faktor ekologi.

Survei konsumsi makanan. Metode ini melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsusmi seseorang. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan

kekurangan zat gizi seseorang tersebut (Supariasa, 2001)

Statistik vital. Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status

gizi dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian dan data lain yang berhubungan

dengan gizi (Supariasa, 2001)

Faktor ekologi. Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi

karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti

faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition)

di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan inter-

vensi gizi (Supariasa, 2001).

Penilaian status gizi pada remaja. Penilaian status gizi pada remaja

dapat dilakukan secara antropometri dengan menggunakan indeks BB/TB2 yang

dikenal dengan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) yang kemudian

dinilai dengan ambang batas (Z-score) (Kemenkes, 2010). Rumus perhitungan

IMT adalah sebagai berikut:

Berat Badan (kg)


IMT=
Tinggi Badan (m2 )-

IMT/U ini telah direkomendasikan sebagai dasar indikator antropometri

terbaik untuk remaja. Indeks IMT/U ini memiliki kelebihan yaitu tidak memer-

lukan informasi tentang usia kronologis karena bagaimanapun indeks BB/TB akan

berubah sesuai perubahan umur. Indikator ini juga telah divalidasi sebagai indi-

kator lemak tubuh total dan memberikan data dengan kualitas yang tinggi dan

berkesinambungan dengan indikator yang direkomendasikan untuk dewasa (Ke-

menkes RI, 2010). Berikut adalah kategori dan ambang batas status gizi anak usia

5 hingga 18 tahun.

Tabel 1

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Usia 5 -18 Tahun

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-score)


Indeks Massa Sangat Kurus <-3 SD
Tubuh Menurut Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Umur (IMT/U) Normal - 2 SD sampai dengan 1 SD
Anak Usia 5-18 Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Tahun Obesitas >2 SD
Sumber: Kementrian kesehatan RI, 2010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Pola makan

Pola makan merupakan berbagai informasi yang menggambarkan

mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan oleh seseorang setiap

harinya dan merupakan ciri khas dari masyarakat tertentu.

Gizi optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkem-

bangan fisik dan kecerdasan seluruh kelompok umur. Gizi yang tidak optimal

berkaitan dengan kesehatan yang buruk, yaitu yang memiliki faktor risiko penya-

kit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, serta kanker yang

merupakan penyebab utama kematian di Indonesia (Kementrian kesehatan RI,

2014).

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat

gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan mem-

perhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih

dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (Kemen-

trian kesehatan RI, 2014)

Makanan yang sehat akan memiliki dampak yang buruk apabila pola

makan seseorang yang salah. Tubuh seseorang minimal membutuhkan zat gizi

yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Setiap ma-

kanan mengandung jumlah zat gizi yang berbeda, dan tubuh memerlukan se-

rangkaian zat gizi tersebut dengan jumlah yang cukup dan seimbang.

Faktor yang mempengaruhi pola makan. Secara umum faktor yang

mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

agama, pendidikan, lingkungan dan kebiasaan makan (Sulistyoningsih & Hari-

yani, 2011). (1) Faktor ekonomi, pendapatan yang tinggi dapat mencakup ku-

rangnya daya beli dengan kurangnya pola makan masyarakat sehingga pemilihan

suatu bahan makanan lebih di dasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan

aspek gizi dimana kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan impor. (2)

Faktor sosial budaya, pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat di-

pengaruhi oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang

menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan di suatu masyarakat memiliki cara

mengkonsumsi pola makan dengan cara sendiri. (3) Agama, dalam agama pola

makan ialah suatu cara makan dengan diawali berdoa sebelum makan dengan

diawali makan mengunakan tangan kanan. (4) Pendidikan, dalam pendidikan pola

makan ialah suatu pengetahuan, yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan

makanan dan penentuan kebutuhan gizi. (5) Lingkungan, dalam lingkungan pola

makan berpengaruh terhadap pembentuk perilaku makan berupa lingkungan

keluarga melalui adanya promosi, media elektronik, dan media cetak. (6) Kebia-

saan makan, suatu penduduk mempunyai kebiasaan makan dalam tiga kali sehari

adalah kebiasaan makan dalam setiap waktu.

Pola makan harian. Orang Indonesia makan tiga kali sehari yaitu sarapan

di pagi hari, makan siang dan makan malam. Makanan dibutuhkan untuk pertum-

buhan dan perkembangan khususnya di usia remaja. Konsumsi makanan yang

kurang, baik secara jumlah maupun kualitas akan mengakibatkan terjadinya

gangguan proses metabolisme dalam tubuh, yang dapat menimbulkan suatu pen-

yakit. Sehingga diperlukan perhatian akan kecukupannya agar didapatkan suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

fungsi tubuh yang optimal (Almatsier, 2009). Angka kecukupan gizi dihitung

menggunakan hasil perhitungan nutrisurvey yang kemudian dibandingkan dengan

AKG 2013. Cut off points tingkat kecukupan zat gizi kurang jika AKG (<80%),

normal jika AKG (80-110% ), lebih jika AKG (≥110%) (Kementrian kesehatan

RI, 2014).

Kebutuhan asupan gizi remaja. Asupan zat gizi berfungsi untuk pertum-

buhan dan perkembangan tubuh manusia, dan sebagai sumber tenaga untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Zat gizi yang kurang pada tenaga kerja mengaki-

batkan pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik yang

berkurang, berat badan menurun, menurunnya semangat, motivasi menurun dan

konsentrasi menurun.

Energi . Tubuh membutuhkan energi untuk memelihara fungsi dasar yang

disebut metabolisme dasar sebesar 60 sampai 70 persen dari kebutuhan energi

total. Metabolisme basal adalah kebutuhan energi minimum dalam keadaan istira-

hat total didalam lingkungan suhu yang nyaman dan suasana tenang (Soe-

kirman,2000). Manusia agar tercukupi jumlah energi diperlukan pemasukan zat-

zat makanan yang cukup ke dalam tubuh. Pembakaran karbohidrat, protein, dan

lemak timbul karena adanya energi. Manusia yang kurang asupan zat gizi akan

menyebabkan kelelahan fisik maupun daya ingatannya serta menurunnya berat

badan (Almatsier, 2009)

Energi dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran zat

gizi karbohidrat, protein, dan lemak.Manusia membutuhkan zat-zat makanan yang

cukup untuk memenuhi kecukupan energinya. Seseorang tidak dapat bekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

melebihi dari energi yang diperoleh dari asupan makanan kecuali jika meminjam

atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh. Namun kebiasaan meminjam ini

akan mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi khususnya energy

(Almatsier, 2009).

Karbohidrat. Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber energi

utama bagi tubuh. Sumber karbohidrat utama dalam pola makanan Indonesia

adalah beras. Di beberapa daerah, selain beras digunakan juga jagung, ubi, sagu,

sukun dan lain-lain. Karena sebagian besar energy berasal dari karbohidrat, makan

makanan sumber karbohidrat digolongkan menjadi makanan pokok. Makanan

sumber karbohidrat diletakkan sebagai dasar tumpeng dalam TGS (Tumpeng Gizi

Seimbang) (Almatsier, 2009).

Karbohdirat terdiri atas karbohidrat dapat dicerna dalam bentuk zat gula

(glukosa) dan zat pati, serta karbohidrat tidak dapat dicerna dalam bentuk serat.

Gula dalam prinsip gizi seimbang dianjurkan untuk dibatasi. Oleh karena itu,

diletakkan dipuncak TGS. Konsumsi makanan yang bergula secara berlebihan

mendorong timbulnya kegemukan dengan segala akibatnya diantaranya penyakit

degenerative.

Para pakar menetapkan rentang konsumsi karbohidrat yang dapat diterima

sebesar 45 sampai 65 persen energi total, sedangkan rata-rata energi total per hari

yang berasal dari konsumsi karbohidrat masyarakat Indonesia sekitar 60 sampai

70 persen.

Protein. Dibandingkan denga karbohidrat, protein merupakan zat gizi

makro sumber energi (4 kkal per gram), yang lebih dikenal oleh masyrakat. Itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

disebabkan sejak tahun 1960 sampai 1980 banyak yang menganggap protein

adalah zat gizi terpenting untuk kesehatan. Baru pada beberapa decade terakhir

diketahui bahwa protein tidak dapat berfungsi baik dalam tubuh tanpa kecukupan

sumber energy lain dan zat gizi mikro (Almatsier, 2009).

Fungsi protein terdiri atas ; (1) protein sebagai bahan-bahan penting yang

peranannya untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh ; (2) sebagai zat

pengatur kelangsungan proses didalam tubuh; (3) sebagai sumber tenaga jika tidak

dipenuhui oleh zat gizi karbohidrat dan lemak.

Jenis asam amino dan jumlah asam amino yang terkandung di dalam ma-

kanan menentukan kualitas protein di dalam makanan.Berdasarkan jenis asam

amino dan jumlah asam amino, protein terbagi menjadi dua, yaitu; (a). Protein

lengkap, mengandung jumlah dan jenisasam amino esensial yang mendukung

pertumbuhan bila dikonsumsi tunggal dalam diet, contohnya protein hewani; (b).

Protein tidak lengkap, mengandung jumlah dan jenis asam amino esensial yang

tidak lengkap jadi ada beberapa asam amino esensil yang tidak terdapat atau

jumlahnya kurang untuk mendukung pertumbuhan bila dikonsumsi tunggal dalam

diet.

Menurut Almatsier (2002), kekurangan protein dapat menyebabkan

gangguan pada asupan dan transportasi zat-zat gizi, kelebihan protein dapat me-

nyebabkan kegemukan karena protein mengalami proses deaminase yaitu nitrogen

dikeluarkan dari tubuh dan ikatan karbon akan diubah menjadi lemak yang

kemudian disimpan didalam tubuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Jenis protein terbagi dua yaitu, protein hewani dan protein nabati. Protein

hewani terdiri dari daging, susu, telur, ikan sedangkan kelompok protein nabati

terdiri kacang-kacangan seperti kedelai, kacang hijau dan hasil olahan tempe dan

tahu.

Lemak. Lemak termasuk sumber pembentuk energi di dalam tubuh, lemak

menghasilkan bobot energi dari tiap gramnya lebih besar dibandingkan protein

dan karbohidrat.Tiap satu gram lemak menghasilkan sembilan kalori, sedangkan

tiap satu gram karbohidrat dan protein menghasilkan empat kalori (Kartasapoetra,

2008). Mengkonsumsi lemak yang melebihi dari angka kecukupan dapat men-

imbulkan penimnunan lemak dalam jaringan adiposa ini berkaitan dengan tempat

penyimpanan lemak yang berada di bawah kulit serta di sekitar organ-organ dalam

rongga abdomen (Beck, 2011).

Lemak berfungsi sebagai sumber energi, lemak sebagai bahan baku pada

hormon, lemak berfungsi sebagai alat transport bagi vitamin yang larut dalam

lemak, lemak juga berfungsi sebaagi insulin terhadap perubahan suhu, serta se-

bagai pelindung organ yang ada di dalam tubuh. Kurangnya asupan lemak dalam

konsumsi makanan akan menyebabkan kulit menjadi kering dan bersisik. Lemak

di dalam lambung berada lebih lama dibandingkan dengan karbohidrat dan pro-

tein, proses penyerapan lemak lebih lama dibandingkan unsur lainnya, oleh karena

itu makanan yang mengandung lemak lebih banyak memberikan rasa kenyang

lebih lama dibandingkan makanan yang kurang mengandung lemak (Proverawati

& Siti, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Pola makan remaja putri. Dibandingkan dengan usia lain, diet yang

tidak adekuat adalah masalah yang paling umum dialami remaja putri. Gizi tidak

adekuat akan menimbulkan masalah kesehatan yang akan mengikuti sepanjang

kehidupan. Kekurangan gizi dalam masa remaja dapat disebabkan oleh berbagai

faktor termasuk emosi yang tidak stabil, keinginan untuk menjadi kurus yang

tidak tepat, dan ketidakstabilan dalam gaya hidup dan lingkungan sosial secara

umum. Beberapa perilaku spesifik yang umumnya dipercaya menyebabkan masa-

lah gizi pada ramaja putri adalah: (1). Kurang didampingi ketika mengkonsumsi

makanan tertentu, (2). Kurangnya perhatian dalam memilih makanan di luar ru-

mah, (3). Kurangnya waktu untuk mengkonsumsi makan secara teratur, (4).

Melewatkan waktu makan satu kali atau lebih setiap hari, (5). Mulai mengkon-

sumsi alcohol, (6). Pemilihan makanan selingan yang kurang tepat, (7). Perhatian

terhadap makanan tertentu yang menyebabkan jerawat, (8). Takut mengalami

obesitas, (9). Tidak mau minum susu (Irianto, 2014). Selain itu remaja juga mem-

iliki kebiasaan makan cemilan diluar jam makan. Gaya hidup duduk lama sambil

ngemil makanan tinggi kalori dan lemak dan rendah gizi serta nutrisi memicu

kelebihan berat badan pada remaja (Hasdianah, 2014).

Remaja putri sangat dianjurkan untuk rajin makan sayuran dan buah-

buahan dengan cukup setiap hari. Ketika remaja putri sudah mengalami menstrua-

si, setiap bulannya ada sejumlah darah yang dikeluarkan. Remaja putri tersebut

akan menghadapi risiko anemia atau kurang darah. Darah haid harus diganti

dengan memakan buah-buahan yang mengandung zat besi dan kalsium untuk

tulangnya agar menjadi kuat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Kebanyakan dari remaja sangat jarang untuk mengkonsumsi makanan

yang beraneka ragam, dimana remaja khususnya anak sekolah mempunyai kebia-

saan untuk makan makanan jajanan dimana jajanan tersebut kebanyakan ma-

kanan cepat saji/fast food dimana makanan tersebut banyak mengandung kalori

tetapi tidak banyak mengandung zat gizi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi

remaja tersebut dan kebiasaan tersebut sangat susah untuk dirubah. Disamping itu

juga banyak remaja putri yang memiliki program diet yang salah agar remaja

tersebut terlihat cantik karena masa remaja merupakan masa puber yaitu peru-

bahan ragawi maupun mental. Dimana keadaan ini sangat membahayakan gizi

remaja putri tersebut. Selain itu, frekuensi dan waktu makan remaja juga kadang

kurang atau melebihi dari frekuensi makan yang ideal yaitu sekali makan pagi,

siang dan makan malam. Hal ini disebabkan juga karena adanya masalah yang

terjadi di dalam keluarga ataupun aktivitas remaja sehari-hari.

Gizi seimbang untuk anak remaja. Kelompok ini adalah kelompok usia

peralihan dari anak-anak menjadi remaja muda sampai dewasa. Kondisi penting

yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah pertumbuhan

cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan perhatian terhadap

penampilan fisik “body image” pada remaja putri. Dengan demikian perhitungan

terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan kondisi-

kondisi tersebut. Khusus pada remaja putri, perhatian harus lebih ditekankan

terhadap persiapan mereka sebelum menikah (Kementrian kesehatan RI, 2014)

Hubungan pola makan dengan dismenore. Hampir setiap wanita pasti

mengalami nyeri saat haid tidak terkecuali dengan remaja putri. Banyak faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

yang menyebabkan nyeri haid tersebut antara lain makanan dan minuman yang

dikonsumsi. Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizinya dengan

baik, dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang karena

sangat dibutuhkan pada saat haid. Secara fisiologis wanita remaja yang mengala-

mi haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan perutnya terasa begah.

Tetapi tidak semua remaja mengalami keluhan tersebut dikarenakan hal ini di-

pengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi dan juga dengan

olahraga yang teratur (Mitayani & Sartik, 2010). Diet yang adekuat pada remaja

adalah diet yang bervariasi dan seimbang, meliputi cukup karbohidrat, protein,

lemak, vitamin, mineral, air. Diet ini akan membuat derajat kesehatan dapat

tercapai secara maksimal juga membuat fungsi hormon estrogen dan progesteron

maksimal serta terhindar dari pramenstruasi syndrome dan keluhan nyeri haid

(Purwitasari, 2009).

Beberapa zat gizi yang mempunyai keterkaitan dengan kejadian dismenore

seperti kalsium, magnesium, dan vitamin E (Widagdo,2017)

Kalsium. Kalsium adalah mineral yang sangat penting bagi manusia, anta-

ra lain bagi metabolisme tubuh, kerja jantung, penghubung antar saraf, dan perge-

rakan otot. Kalsium bersama dengan magnesium, berperan dalam transmisi saraf.

Jika kalsium yang terdapat pada otot tidak cukup, maka otot tidak dapat mengen-

dur sehingga kekejangan pada otot dapat terjadi (Almatsier, 2009).

Sumber utama dari kalsium adalah susu dan hasil olahannya, seperti keju.

Ikan kering juga merupakan sumber kalsium yang baik begitu juga dengan sereal-

ia, kacang-kacangan dan hasil olahan kacang-kacangan, seperti tahu dan tempe,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

serta sayuran hijau, tetapi bahan makanan ini mangandung banyak zat yang

menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier, 2004).

Magnesium. Magnesium berperan untuk memperbesar pembuluh darah

sehingga mencegah kekejangan otot dan dinding pembuluh darah. Oleh karena

itu, magnesium berfungsi untuk mengurangi rasa sakit saat menstruasi. Magnesi-

um berguna untuk merelaksasikan otot dan dapat memberikan rasa rileks yang

dapat mengendalikan suasana hati yang murung.

Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-

bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta coklat juga merupa-

kan sumber magnesium yang baik (Almatsier, 2004).

Vitamin E. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Vita-

min E mempunyai fungsi sebagai anti oksidan didalam tubuh. Vitamin E sangat

penting untuk merangsang reaksi kekebalan, mencegah penyakit jantung koroner,

mencegah keguguran dan sterilisasi serta mencegah gangguan menstruasi (Al-

matsier, 2007). Sumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan, teru-

tama minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Sayur-sayuran dan buah-buahan

juga merupakan sumber vitamin E yang baik.

Aktivitas Fisik

Menurut WHO (2010) aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

meliputi kebutuhan gerakan tubuh agar tetap sehat baik di rumah, sekolah, tempat

kerja dan tempat-tempat umum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Kekurangan atau tidak melakukan aktivitas fisik menjadi salah satu faktor

kematian dunia sebanyak enam persen angka kematian dunia hal ini diikuti

dengan angka kejadian penyakit tidak menular yang disebabkan oleh kurangnya

aktivitas fisik, tingkat tidak melakukan aktivitas fisik meningkat di berbagai

negara diseluruh dunia, hal ini akan berdampak pada kesehatan pada umumnya di

seluruh dunia, hampir seluruh beban penyakit yang terjadi dikarenakan tidak

melakukan aktivitas fisik, di Cina enam dari 10 kematian disebabkan oleh

penyakit tidak menular yang salah satu penyebabnya disebabkan oleh kurang atau

tidak melakukan aktivitas fisik (WHO, 2017)

Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap

kesehatan yaitu terhindar dari berbagai macam penyakit, berat badan terkendali,

otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh menjadi ideal dan pro-

porsional, lebih percaya diri, lebih bertenaga dan bugar, secara keseluruhan

keadaan kesehatan menjadi lebih baik. Aktivitas fisik terbagi menjadi tiga yaitu

aktivitas ringan, sedang, dan berat. 1) Aktivitas ringan, dapat dilakukan selama

kurang dari 150 menit per minggu. Berbagai bentuk aktivitas yang bisa dilakukan

meliputi mencuci piring, memasak, memancing, dan sebagainya. 2) Aktivitas

sedang, dapat dilakukan sekitar 150 menit setiap minggunya. Bentuk aktivitas

yang dapat dilakukan seperti naik turun tangga, bersepeda, berkebun, dan lain-

lain. 3) Aktivitas berat, jenis aktivitas fisik ini dapat dilakukan lebih dari 300

menit per minggu.

Tabel 2

Physical Activity Ratio

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Aktivitas PAR
Berbaring 1,20
Berdiri 1,40
Duduk, istirahat 1,20
Makan 1,40
Mandi, berpakaian 2,30
Rapat 1,20
Shalat 1,40
Jalan kaki 2,80

(bersambung)

Aktivitas PAR
Jalan santai berkeliling 2,10
Mengendarai motor 2,70
Mengendarai mobil 2,00
Memasak 2,10
Nonton TV 1,64
Beribadah 1,20
Bulutangkis 6,06
Berenang 7,90
Main bola, futsal 8,00
Olahraga ringan (jogging, jalan cepat) 4,20
Kerja bangunan, membetulkan rumah, 3,00
Menyapu, mencuci baju, mencuci piring 2,30
Berkebun 4,10
Membersihkan rumah 2,80
Membersihkan halaman 3,30
Memancing 1,90
Sumber: FAO/WHO/UNU (2001) dalam Novianingrum (2015)

Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinya-

takan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL meru-

pakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24

jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

∑ 𝑷𝑨𝑹𝒙𝑾
𝑷𝑨𝑳 =
𝟐𝟒 𝒋𝒂𝒎

Keterangan :

PAL: Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

PAR: Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis

kegiatan per satuan waktu tertentu)

W: Alokasi waktu tiap aktivitas (jam)

Umumnya anak sekolah tergolong dalam aktivitas sedang, karena aktivitas

yang dilakukan hanyalah sekolah yaitu dengan kegiatan duduk, berdiri, berjalan,

menulis dll. Aktivitas remaja sebagian besar banyak dilakukan di sekolah selama

delapan jam meliputi kegiatan belajar dan bermain saat istirahat.

Tabel 3

Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai Physical Activity Level

Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai Physical Nilai PAL


Activity Level (PAL).
Ringan 1,40-1,69
Sedang 1,70-1,99
Berat 2,00-2,40
Sumber : FAO, 2001

Landasan Teori

Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) dalam Suliawati (2013), umur rata-rata menarche (menstruasi per-

tama) pada anak remaja di Indonesia yaitu 12,5 tahun dengan kisaran sembilan

hingga 14 tahun. Di Indonesia angka kejadian dismenore primer adalah sekitar

54,89 persen. Dismenore disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu

status gizi yang tidak normal (Nurwana dkk, 2016).

Remaja dengan status gizi tidak normal memiliki kemungkinan risiko 1,2

kali lebih besar mengalami dismenore. Status gizi yang rendah (underweight)

dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang, sedangkan status gizi

lebih (overweight) dapat juga mengakibatkan dismenore karena terdapat jaringan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah atau

terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi

wanita,sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi ter-

ganggu dan mengakibatkan nyeri pada saat menstruasi (Tjokronegoro, 2011).

Masalah status gizi dipengaruhi banyak faktor dan saling mempengaruhi

seperti, faktor genetik, faktor pendidikan, ketersediaan pangan di tingkat rumah

tangga, pola asuh konsumsi makanan, pola makan, kepercayaan, tradisi atau bu-

daya, aktivitas fisik dan lain sebagainya (Miko & Dina, 2017). Pola makan yang

baik penting dilakukan untuk mendapatkan gizi yang optimal karena gizi optimal

sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecer-

dasan seluruh kelompok umur (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Faktor yang mempengaruhi status


gizi

- Genetik
- Pendidikan
- Pola makan
- Ketersediaan pangan
- Pola asuh konsumsi
Pola makan
- Aktivitas fisik
- Kepercayaan - Jenis makanan
- Tradisi/budaya
- Frekuensi makanan
Aktivitas fisik
- Jumlah makanan
- Frekuensi berupa zat gizi (en-
- Jenis aktivitas ergi, protein, kar-
- Tingkat aktivi- bohidrat, lemak,
tas fisik kalsium, magnesi-
um dan vitamin E)
Status Gizi

Faktor yang mempengaruhi dismenore:

Hormon, kejiwaan, alergi, menarche usia dini, periode


haid lama, merokok, status gizi tidak normal, riwayat
keluarga terkena penyakit, dan mengkonsumsi alkohol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Gambar 2. Kerangka teori

Sumber: Nurwana, dkk (2016), Miko & Dina (2017)

Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penilitian ini yaitu mengenai gambaran pola

makan (jenis makanan, frekuensi makanan dan jumlah makanan berupa zat gizi

(energi, protein, karbohidrat, lemak, magnesium, kalsium, dan vitamin E)) dan

aktivitas fisik yang mempengaruhi status gizi siswi yang mengalami dismenore

di SMP Dharma Pancasila Medan.

Pola makan
- Jenis makanan
- Frekuensi makanan
- Jumlah makanan berupa zat
gizi energi, protein, karbohid-
rat, lemak, kalsium, magnesi-
um dan vitamin E

Status Gizi

Tingkat aktivitas Fisik

Gambar 3. Kerangka konsep penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan desain penelitian crossec-

tional untuk mengetahui gambaran pola makan, aktivitas fisik dan status gizi pada

siswi yang mengalami dismenore di SMP Dharma Pancasila Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan dan wak-

tu penelitian dimulai dari penetapan judul.

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMP Dharma Pancasila

Medan yang terletak di jalan DR.T. Mansyur No.71 A Medan.

Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan berupa; (1)

Diketahui dari hasil survei pendahuluan semua siswi kelas IX SMP Dharma Pan-

casila Medan sudah mengalami menstruasi secara rutin dan mengalami gangguan

dismenore. (2) Peneliti lebih mudah memperoleh izin melakukan penelitian di

sekolah ini, karena tidak ada penelitian tentang dismenore sebelumnya. (3) Di

sekolah tersebut terdapat kegiatan tambahan belajar siswi, terlebih dengan siswi

kelas IX yang diwajibkan mengikuti kelas tambahan sebanyak tiga kali dalam

seminggu, sehingga aktivitas belajar lebih banyak di sekolah dan memungkinkan

pola makan siswi tersebut dapat terganggu.

Waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari sam-

pai dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel diambil berdasarkan karaktersistik populasi yang ingin

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32

diteliti yaitu siswi yang mengalami dismenore.

Populasi. Populasi penelitian adalah seluruh siswi kelas IX SMP Dharma

Pancasila Medan yang mengalami dismenore yang artinya mengalami keluhan

nyeri haid pada bagian bawah perut pada saat menstruasi. Tingkat dismenore

diketahui melalui wawancara secara langsung kepada responden mengenai ciri

wajah atau tingkah laku yang dirasakan responden ketika menstruasi berlangsung.

Pengukuran dismenore menggunakan instrumen universal pain assessment

tool (Lampiran 6) sehingga akan didapatkan skala nyeri yang dirasakan respond-

en. Besar populasi dari penelitian ini adalah 40 orang yang diambil dari kelas IX,

karena siswi kelas VII dan VIII belum mengalami haid secara teratur atau bahkan

belum pernah mengalami haid.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini menggunakan seluruh populasi

dari jumlah siswi kelas IX yang mengalami dismenore yaitu sebanyak 40 orang.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dari penelitian ini yaitu status gizi, pola makan dan aktivitas fisik.

Definisi operasional dari setiap variabel tersebut akan memudahkan dalam

melakukan pengukuran.

Variabel. Variabel penelitian terdiri dari variabel dependen yaitu status

gizi dan variabel independen yaitu pola makan dan aktivitas fisik.

Definisi operasional. Definisi status gizi secara operasional adalah ukuran

derajat pemenuhan gizi yang dibutuhkan siswi, di peroleh dari pangan dan ma-

kanan yang berdampak pada fisik diukur dengan antropometri yaitu index

IMT/U, dimana dilakukan dengan penimbangan berat badan (kg), pengukuran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

tinggi badan (m2) dan di interpretasikan menggunakan Z-score IMT/U.

Pola makan didefinisikan dengan jenis, jumlah dan frekuensi makanan

yang dikonsumsi sehari hari. Jenis makanan yaitu berbagai macam makanan yang

dikonsumsi dalam sehari. Jumlah makanan yaitu banyaknya makanan yang dikon-

sumsi dalam sehari dikonversikan dan dibandingkan dengan nilai AKG (Angka

Kecukupan Gizi) yang dianjurkan meliputi energi, protein, karbohidrat, lemak,

magnesium, kalsium, dan vitamin E. Frekuensi makan adalah keseringan

mengkonsumsi jenis makanan selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan

atau tahun.

Aktivitas fisik adalah tingkat aktivitas dari kegiatan sehari hari yang dil-

akukan oleh remaja siswi selama 24 jam yang diukur dengan rumus Physical Ac-

tivity Level.

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh melalui dua cara yaitu secara aktif dan pasif.

Pengumpulan data secara aktif akan menghasilkan data primer. Data primer beru-

pa data status gizi diperoleh dari hasil pengukuran langsung berdasarkan penguku-

ran antropometri dengan mengukur berat badan dan tinggi badan responden. Data

pola makan siswi diperoleh melalui formulir food recall dua kali 24 jam dan for-

mulir food frequency dengan wawancara langsung kepada responden. Data aktivi-

tas fisik diperoleh dari hasil formulir aktivitas fisik dengan wawancara langsung

kepada responden.

Pengumpulan data secara pasif akan menghasilkan data sekunder, dimana

data diperoleh dari bagian tata usaha yang ada disekolah meliputi profil sekolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

dan jumlah siswi per kelas.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran dilakukan terhadap variabel yang diteliti meliputi sta-

tus gizi, pola makan dan aktivitas fisik, dimana masing-masing variabel dikate-

gorikan berdasarkan skala ordinal.

Status gizi. Pengukuran status gizi diperoleh berdasarkan perhitungan

IMT/U. Pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan digital dan

pengukuran tinggi badan dengan menggunkan microtoise dengan tingkat keteli-

tian 0,1 cm. Hasil IMT/U responden dihitung menggunakan software WHO An-

troPlus dengan melihat Z- score yang sudah diklasifikasikan (Sangat kurus <-3

SD, kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD, normal -2 SD sampai dengan 1 SD,

gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD, dan obesitas >2 SD) (Kemenkes RI, 2010).

Pola makan. Pola makan dapat diketahui dengan mengukur jenis, jumlah

dan frekuensi makanan yang dikonsumsi sehari hari.

Jenis makanan. Jenis makanan diukur dengan menggunakan metode food

recall dua kali 24 jam. Jenis makanan juga dapat dilihat dari kelengkapan jumlah

makanan yang dikonsumsi dengan kategori: (1) Beragam apabila dalam konsumsi

makan utama terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk (hewani atau nabati), sayuran

dan buah buahan, dan (2) Tidak Beragam apabila dalam konsumsi makan utama

tidak ada salah satu dari makanan pokok, lauk-pauk (hewani atau nabati), sayuran

dan buah-buahan.

Jumlah makanan. Jumlah makanan ini akan di ukur dengan

menggunakan metode food recall dua kali 24 jam. Pengukuran ini dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

dengan wawancara secara langsung kepada responden dengan mencatat jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam penuh

menggunakan formulir food recall. Formulir ini berisi waktu makan, nama masa-

kan, jenis bahan makanan, dan banyaknya bahan makanan (URT dan g), jumlah

makanan yang dikonsumsi dikonversikan menjadi zat gizi (energi, karbohidrat,

protein, lemak, magnesium, kalsium dan vitamin E) kemudian dihitung zat gizi

yang dikonsumsi, dan hasilnya dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Konsumsi zat gizi energi


Tingkat konsumsi energi = × 100%
Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Konsumsi zat gizi makanan protein


Tingkat konsumsi protein = ×100%
Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Konsumsi zat gizi karbohidrat


Tingkat konsumsi karbohidrat = ×100%
Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Konsumsi zat gizi lemak total


Tingkat konsumsi lemak total = ×100%
Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Konsumsi zat gizi kalsium


Tingkat konsumsi kalsium = ×100%
Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Konsumsi zat gizi maganesium


Tingkat konsumsi magnesium = ×100%
Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Konsumsi zat gizi vitamin E


Tingkat konsumsi vitamin E = ×100%
Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Angka Kecukupan Gizi (AKG) per orang per hari umur 10-12 tahun dan

13-15 tahun adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Tabel 4

Angka Kecukupan Gizi Per Orang Per Hari Umur 10-12 Tahun dan 13-15 Tahun

Kelompok Umur
Jenis Zat Gizi Laki-laki Perempuan
10-12 tahun 13-15 tahun 10-12 tahun 13-15 tahun
Energi (kkal) 2100 2475 2000 2125
Karbohidrat (g) 289 340 275 292
Protein (g) 56 72 60 69
Lemak (g) 70 83 67 71
Kalsium (mg) 1200 1200 1200 1200
Magnesium (mg) 150 200 155 200
Vitamin E (mg) 10 12 11 15
Sumber : Kementerian Kesehatan RI Tahun 2014

Setelah jumlah makanan yang dikonsumsi di dapat dalam bentuk persen,

hasil persen tersebut dapat dikategorikan atas; (1) Konsumsi dikategorikan ku-

rang apabila jumlah seluruh zat gizi yang dikonsumsi kurang dari 80 persen dari

total AKG. (2) Konsumsi dikategorikan baik apabila jumlah seluruh zat gizi

yang dikonsumsi 80 sampai 110 persen dari total AKG. (3) Konsumsi dikate-

gorikan lebih apabila jumlah seluruh zat gizi yang dikonsumsi lebih dari sama

dengan 110 persen dari total AKG (Kemenkes RI, 2013). Klasifikasi tingkat

kecukupan vitamin dan mineral dikategorikan atas; (1) Kurang, jika (<77%)

angka kecukupan, (2) Cukup, jika (≥77%) angka kecukupan

Frekuensi makanan. Frekuensi makanan diperoleh dengan melalukan

wawancara langsung kepada responden menggunakan formulir food frequency.

Formulir ini memuat tantang daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan

makanan tersebut pada periode tertentu dan dilakukan rekapitulasi terhadap frek-

uensi penggunaan jenis bahan makanan (Lampiran 4 halaman 49) dan dikategori-

kan menjadi tidak pernah, jarang (1-2 kali sebulan), sering (3-5 kali seminggu),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

dan selalu (2-3 kali sehari) (Junaz, 2014).

Aktivitas fisik. Aktivitas fisik siswa diperoleh dari hasil wawancara

menggunakan kuesioner aktivitas fisik. Aktivitas fisik diukur dengan metode

faktorial, yaitu merinci semua jenis dan lamanya kegiatan yang dilakukan siswa

selama satu hari 24 jam (dalam menit) pada lembar kuesioner yang berisi tentang

jenis aktivitas dan waktu aktivitas, selanjutnya dicocokkan dengan daftar nilai

perkiraan keluaran energi pada kegiatan tertentu lalu tingkat aktivitas fisik dihi-

tung dan dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) dan dikategorikan rin-

gan (skor PAL 1,40-1,69), sedang (skor PAL 1,70-1,99), dan berat (skor PAL

2,00-2,40)

Rumus PAL:

∑ PARxW
PAL=
24 jam

Keterangan :

PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR :Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis

kegiatan per satuan waktu tertentu)

W : Alokasi waktu tiap aktivitas (jam)

Metode Analisis Data

Metode pengolahan data. Pengelolahan data dilakukan secara manual

dan proses komputerisasi dengan langkah – langkah sebagai berikut :

Editing (pengeditan). Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengka-

pan isi kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang

diteliti.

Coding (pengkodean). Setelah data diperoleh dan melakukan pengeditan

maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mem-

permudah analisis data yang telah dikumpulkan.

Entry (pemasukan). Kegiatan memasukan data ke dalam program kom-

puter untuk pengambilan hasil dan kesimpulan.

Cleaning Data. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap semua data yang

telah dimasukkan ke dalam computer yang berguna untuk menghindari terjadi

kesalahan saat memasukan data.

Analisis Data. Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian mengenai

gambaran status gizi, pola makan dan aktivitas fisik pada siswi yang mengalami

dismenore di SMP Dharma Pancasila Medan diolah dengan program komputer

yaitu software SPSS untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap

variabel independen dan dependen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Pertama Dharma Pancasila Medan merupakan salah

satu sekolah yang berada di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Sekolah ini

didirikan pada tahun 1987 yang beralamat di Jalan Dr. T. Mansyur No.71 B Me-

dan. SMP Dharma Pancasila Medan memiliki guru pengajar berjumlah 20 orang

dam memiliki kepala sekolah yang bernama Bapak Suwito, S.pd., M.Hum.

SMP Dharma Pancasila Medan memiliki siswa terdaftar tahun ajaran

2018/2019 sebanyak 242 orang yang terbagi ke dalam tiga tingkatan kelas. Siswa

yang bersekolah di SMP ini meliputi kelas VII sebanyak 87 orang, kelas VIII

sebanyak 78 orang, kelas IX sebanyak 77 orang dengan rentang umur 12 sampai

dengan 15 tahun. Fasilitas yang dimiliki sekolah ini yaitu 11 ruang teori kelas,

satu ruang laboratorium IPA, dua ruang tata usaha atau guru, satu ruang per-

pustakaan, dan delapan ruang lainnya, serta terdapat halaman atau lapangan

olahraga yang dapat digunakan untuk aktivitas berolahraga dan bermain. Siswa

aktif belajar di ruangan pada Hari Senin sampai dengan Hari Sabtu mulai pukul

07.30 WIB sampai dengan 14.00 WIB. Setiap Hari Jumat siswi biasanya

melakukan baris dalam kegiatan English Day sebelum memulai masuk kedalam

ruangan kelas.

Gambaran Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswi yang mengalami dismenore

yang bersekolah di SMP Dharma Pancasila Medan. Karakteristik responden da-

lam penelitian ini meliputi umur.

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40

Berdasarkan hasil penelitian, umur responden yang terlihat pada Tabel 5

menunjukkan bahwa umumnya responden berumur 14 tahun yaitu sebanyak 29

orang (72,5%) dan yang paling sedikit berumur 15 tahun yaitu 11 orang (27,5%).

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Umur Responden di SMP Dharma Pancasila Medan

Umur N %
14 tahun 29,0 72,5
15 tahun 11,0 27,5
Jumlah 40,0 100,0

Gambaran Tingkat Dismenore Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa distri-

busi tingkat dismenore yang dialami siswi SMP Dharma Pancasila terbanyak yai-

tu tingkat dismenore berat sebanyak 26 orang (65,0%), dan paling sedikit yaitu

tingkat dismenore ringan sebanyak dua orang (5,0%). Hal tersebut dapat dilihat

dari tabel di bawah ini:

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Tingkat Dismenore Responden di SMP Dharma Pancasila


Medan

Tingkat Nyeri Dismenore N %


Ringan 2,0 5,0
Sedang 12,0 30,0
Berat 26,0 65,0
Jumlah 40,0 100,0

Gambaran Pola Makan Responden

Pola makan yang baik terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur-

sayuran, dan buah-buahan serta dimakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

kebutuhan. Berdasarkan penelitian ini pola makan siswi yang mengalami dis-

menore dapat dilihat dari jenis makanan, jumlah kecukupan zat gizi, dan frekuen-

si makanan.

Jenis makanan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui

bahwa siswi dengan makanan beragam yaitu mengonsumsi empat jenis makanan

terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah sebanyak sembilan orang

(22,5%) dan yang mengonsumsi makanan tidak beragam yaitu hanya dengan 2

atau 3 jenis makanan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sayur atau buah

sebanyak 31 orang (77,5%). Hal tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Responden di SMP Dharma Pancasila Me-


dan

Jenis Makanan Jumlah Persentase (%)


Beragam 9,0 22,5
Tidak Beragam 31,0 77,5
Total 40,0 100,0

Jumlah makanan. Jumlah makanan merupakan banyaknya zat gizi yang

dikonsumsi siswi dalam satu hari yang diperoleh melalui formulir food recall 24

jam. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa zat gizi

makro yakni kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat siswi paling ban-

yak adalah dengan kategori kurang yaitu masing masing sebesar 82,5 persen, 72,5

persen, 82,5 persen, dan 87,5 persen. Kecukupan zat gizi mikro seperti vitamin E,

kalsium dan magnesium masih kurang dengan persentase masing-masing sebesar

100 persen, 87,5 persen, dan 85,0 persen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Vitamin


E, Kalsium, dan Magnesium Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan

Kecukupan Zat Gizi Jumlah Persentase (%)


Energi
Cukup 7,0 17,5
Kurang 33,0 82,5
Total 40,0 100,0
Protein
Cukup 11,0 27,5
Kurang 29,0 72,5
Total 40,0 100,0
Lemak
Cukup 7,0 17,5
Kurang 33,0 82,5
Total 40,0 100,0
Karbohidrat
Cukup 5,0 12,5
Kurang 35,0 87,5
Total 40,0 100,0
Vitamin E
Cukup 0,0 0,0
Kurang 40,0 100,0
Total 40,0 100,0
Kalsium
Cukup 5,0 12,5
Kurang 35,0 87,5
Total 40,0 100,0
Magnesium
Cukup 6,0 15,0
Kurang 34,0 85,0
Total 40,0 100,0

Frekuensi makanan. Frekuensi makanan merupakan berapa kali setiap

jenis makanan dimakan oleh siswi pada waktu tertentu. Frekuensi makanan diten-

tukan menggunakan food frequency questionnaire. Dalam penelitian ini frekuensi

makanan dikategorikan menjadi selalu, sering, jarang, dan tidak pernah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa

bahwa makanan pokok yang selalu dikonsumsi siswi adalah nasi yaitu sebesar

(100,0%). Konsumsi sumber protein dari lauk hewani yang selalu dikonsumsi

siswi adalah ikan basah sebanyak sepuluh orang (25,0%), sementara lauk hewani

lainnya yang sebagian besar jarang dikonsumsi siswi adalah daging sebanyak 37

orang (92,5%). Sumber protein dari lauk nabati yang selalu dikonsumsi siswi yai-

tu tempe sebanyak tujuh orang (17,5%) dan yang paling jarang yaitu tahu

sebanyak 29 orang (72,5%), siswi banyak yang tidak mengonsumsi tahu karena

mereka berpendapat bahwa tahu memiliki tekstur dan rasa yang tidak enak. Sum-

ber vitamin dan mineral yang berasal dari sayur yang selalu dikonsumsi adalah

sawi sebanyak tujuh orang (17,5%) dan yang paling sering yaitu brokoli sebanyak

17 orang (42,5%) serta wortel sebanyak 22 orang (55,0%). Sedangkan sumber

vitamin dan mineral dari buah yang selalu dikonsumsi siswi yaitu jeruk sebanyak

12 orang (30,0%), hal ini dikarenakan adanya penjual es jeruk peras di depan

sekolah mereka, sehingga mereka sering mengkonsumsi jeruk tersebut. Buah

yang jarang dikonsumsi siswa yaitu melon sebanyak 27 orang (67,5%) dan se-

mangka sebanyak 25 orang (62,5%). Snack atau jajanan yang selalu dikonsumsi

siswi adalah kerupuk dengan persentase sebanyak 22 orang (55,0%) dan yang

paling sering yaitu softdrink sebanyak 17 orang (42,5%). Siswi sering men-

gonsumsi kerupuk dan softdrink karena disekolah mereka banyak menjual

beraneka ragam kerupuk dan softdrink. Distribusi frekuensi makanan dapat

dilihat pada tabel sembilan berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Makanan Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan

Kelompok Frekuensi Makan


Makanan Tidak Selalu (2-3 Sering (3-5 Jarang (1- Total
Pernah kali sehari) kali sem- 2 kali
inggu) sebulan)
N % N % N % N % N %
Makanan Pokok
Nasi 0,0 0,0 40,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 40,0 100,0
Mie 0,0 0,0 3,0 7,5 11,0 27,5 26,0 65,0 40,0 100,0
Roti 0,0 0,0 0,0 0,0 15,0 37,5 25,0 62,5 40,0 100,0
Lauk Pauk
Ikan basah 0,0 0,0 10,0 25,0 29,0 72,5 1,0 2,5 40,0 100,0
Ikan kering 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 5,0 38,0 95,5 40,0 100,0
Telur 0,0 0,0 9,0 22,5 21,0 52,5 10,0 25,0 40,0 100,0
Ayam 0,0 0,0 2,0 5,0 22,0 55,0 16,0 40,0 40,0 100,0
Daging 0,0 0,0 0,0 0,0 3,0 7,5 37,0 92,5 40,0 100,0
Tahu 6,0 15,0 0,0 0,0 5,0 12,5 29,0 72,5 40,0 100,0
Tempe 0,0 0,0 7,0 17,5 26,0 65,0 7,0 17,5 40,0 100,0
Sayur-sayuran
Daun singkong 0,0 0,0 0,0 0,0 13,0 32,5 27,0 67,5 40,0 100,0
Bayam 0,0 0,0 3,0 7,5 16,0 40,0 21,0 52,5 40,0 100,0
Kangkung 0,0 0,0 6,0 15,0 10,0 25,0 24,0 60,0 40,0 100,0
Wortel 0,0 0,0 0,0 0,0 22,0 55,0 18.0 45,0 40,0 100,0
Kol 11,0 27,5 0,0 0,0 15,0 37,5 14,0 35,0 40,0 100,0
Sawi 9,0 22,5 7,0 17,5 12,0 30,0 12,0 30,0 40,0 100,0
Kacang panjang 0,0 0,0 1,0 2,5 9,0 22,5 30,0 75,0 40,0 100,0
Brokoli 0,0 0,0 1,0 2,5 17,0 42,5 22,0 55,0 40,0 100,0
Buah-buahan
Pisang 0,0 0,0 9,0 22,5 13,0 32,5 18,0 45,0 40,0 100,0
Jeruk 0,0 0,0 12,0 30,0 14,0 35,0 14,0 35,0 40,0 100,0
Semangka 0,0 0,0 3,0 7,5 12,0 30,0 25,0 62,5 40,0 100,0
Alpukat 0,0 0,0 0,0 0,0 19,0 47,5 21,0 52,5 40,0 100,0
Melon 0,0 0,0 0,0 0,0 13,0 32,5 27,0 67,5 40,0 100,0
Minuman
Susu 0,0 0,0 19,0 47,5 17,0 42,5 10,0 18,0 40,0 100,0
Teh manis 0,0 0,0 15,0 37,5 16,0 40,0 22,5 22,5 40,0 100,0
Kopi 3,0 7,5 0,0 0,0 13,0 32,5 60,0 60,0 40,0 100,0
Snack
Kerupuk 0,0 0,0 22,0 55,0 16,0 40,0 2,0 5,0 40,0 100,0
Softdrink 0,0 0,0 1,0 2,5 17,0 42,5 22,0 55,0 40,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Responden

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, tingkat aktivitas

fisik siswa lebih banyak dalam kategori ringan yaitu sebanyak 36 orang (90,0%),

dan lainnya dalam kategori sedang sebanyak empat orang (10,0%). Distribusi

tingkat aktivitas fisik responden disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 10

Distribusi Tingkat Aktivitas Fisik Responden

Aktivitas Fisik Jumlah Persentase (%)


Ringan 36,0 90,0
Sedang 4,0 10,0
Berat 0,0 0,0
Total 40,0 100,0

Gambaran Status Gizi Responden

Penelitian yang dilakukan terhadap 40 siswi di SMP Dharma Pancasila

Medan berdasarkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang telah

dikumpulkan dan dianalisa, maka diperoleh distribusi status gizi siswi tersebut

lebih banyak dalam kategori normal yaitu sebanyak 17 orang (42,5%), lalu untuk

status gizi kurus diperoleh sebanyak 14 orang (35,0%), dan status gizi gemuk di-

peroleh sebanyak sembilan orang (22,5%).

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden

Status Gizi Jumlah Persentase (%)


Kurus 14,0 35,0
Normal 17,0 42,5
Gemuk 9,0 22,5
Total 40,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Kejadian Dismenore Berdasarkan Status Gizi Siswi

Hasil tabulasi silang antara tingkat dismenore dengan status gizi siswi

menunjukkan bahwa kejadian dismenore tertinggi berada pada siswi yang mem-

iliki status gizi normal. Terdapat 17 siswi yang memiliki status gizi normal dan

sembilan orang (52,9%) diantaranya mengalami dismenore dengan tingkat berat.

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore Berdasarkan Status Gizi Siswi

Status Gizi Tingkat Dismenore Total


Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Kurus 0,0 0,0 3,0 21,4 11,0 78,6 14,0 100,0
Normal 2,0 11,8 6,0 35,3 9,0 52,9 17,0 100,0
Gemuk 0,0 0,0 3,0 33,3 6,0 66,7 9,0 100,0

Gambaran Status Gizi Siswi Berdasarkan Jenis Makanan Siswi

Hasil tabulasi silang antara jenis makanan dengan status gizi siswi menun-

jukkan bahwa jenis makanan beragam tertinggi berada pada siswi yang memiliki

status gizi gemuk, yaitu sebanyak enam orang (66,7%), dan jenis makanan tidak

beragam tertinggi berada pada siswi yang memiliki status gizi kurus dan normal

yang memiliki jumlah siswi yang sama yaitu masing-masing 14 orang Hal terse-

but dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 13

Distribusi Status Gizi Berdasarkan Jenis Makanan Siswi di SMP Dharma Pan-
casila Medan

Jenis Makanan Status Gizi Total


Kurus Normal Gemuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

N % N % N % N %
Beragam 0,0 0,0 3,0 17,6 6,0 66,7 14,0 100,0
Tidak Beragam 14,0 100,0 14,0 82,4 3,0 33,3 17,0 100,0
Gambaran Status Gizi Siswi Berdasarkan Jumlah Kecukupan Zat Gizi

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pola konsumsi siswi yang terdiri

dari jumlah makanan yaitu tingkat asupan zat gizi makro siswi dengan status gizi

diketahui bahwa seluruh zat gizi makro siswi tergolong kurang. Siswi memiliki

tingkat konsumsi energi yang kurang sebanyak 12 orang (85,7%), tingkat kon-

sumsi protein yang kurang sebanyak 12 orang (85,7%), karbohidrat yang kurang

sebanyak 13 orang (92,9%) dan lemak yang kurang sebanyak 13 orang (92,9%),

dimana seluruh siswi tersebut memiliki status gizi kurus.

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswi Berdasarkan Jumlah Kecukupan Zat Gizi
Makro Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan

Kecukupan Status Gizi Total


Zat Gizi Kurus Normal Gemuk
N % N % N % n %
Kecukupan Energi
Kurang 12,0 85,7 15,0 88,2 6,0 66,7 33,0 82,5
Cukup 2,0 14,3 2,0 11,8 3,0 33,3 7,0 17,5
Total 14,0 100,0 17,0 100,0 9,0 100,0 40,0 100,0
Kecukupan pro-
tein
Kurang 12,0 85,7 13,0 76,5 4,0 44,4 29,0 72,5
Cukup 2,0 14,3 4,0 23,5 5,0 55,6 11,5 27,5
Total 14,0 100,0 17,0 100,0 9,0 100,0 40,0 100,0
Kecukupan Kar-
bohidrat
Kurang 13,0 92,9 16,0 94,1 6,0 66,7 35,0 87,5
Cukup 1,0 7,1 1,0 6,9 3,0 33,3 5,0 12,5
Total 14,0 100,0 17,0 100,0 9,0 100,0 40,0 100,0
Kecukupan Lemak
Kurang 13,0 92,9 16,0 94,1 4,0 44,4 33,0 82,5
Cukup 1,0 7,1 1,0 5,9 5,0 55,6 7,0 17,5
Total 14,0 100,0 17,0 100,0 9,0 100,0 40,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Gambaran Kejadian Dismenore Berdasarkan Jumlah Kecukupan Zat Gizi

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pola konsumsi siswi yang terdiri

dari jumlah makanan yaitu tingkat konsumsi lemak, vitamin E, kalsium, dan

magnesium dengan kejadian dismenore di ketahui bahwa seluruh zat gizi tersebut

tergolong kurang, dimana siswi banyak mengalami dismenore dengan tingkat be-

rat. Diketahui bahwa sebanyak 22 orang (55,0%) memiliki kecukupuan lemak

yang kurang, sebanyak 26 orang (65,0%) memiliki kecukupan vitamin e yang ku-

rang, sebanyak 22 orang (55,0%) dengan kecukupan kalsium yang kurang, dan

sebanyak 22 orang (55,0%) memiliki kecukupan magnesium yang kurang, di-

mana semuanya mengalami dismenore dengan tingkat berat.

Tabel 15

Distribusi Kejadian Dismenore Berdasarkan Kecukupan Zat Gizi Siswi di SMP


Dharma Pancasila Medan

Kecukupan Zat Gizi Tingkat Dismenore Total


Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Kecukupan Lemak
Kurang 1,0 2,5 10,0 25,0 22,0 55,0 33,0 82,5
Cukup 1,0 2,5 2,0 5,0 4,0 10,0 7,0 17,5
Total 2,0 5,0 12,0 30,0 26,0 65,0 40,0 100,0
Kecukupan Vitamin E
Kurang 2,0 5,0 12,0 30,0 26 65,0 40,0 100,0
Kecukupan Kalsium
Kurang 2,0 5,0 11,0 27,5 22,0 55,0 35,0 87,5
Cukup 0,0 0,0 1,0 2,5 4,0 10,0 5,0 12,5
Total 2,0 5,0 12,0 30,0 26,0 65,0 40,0 100,0
Kecukupan Magnesium
Kurang 2,0 5,0 10,0 25,0 22,0 55,0 34,0 85,0
Cukup 0,0 0,0 2,0 5,0 4,0 10,0 6,0 15,0
Total 2,0 5,0 12,0 30,0 26,0 65,0 40,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Gambaran Status Gizi dan Dismenore Berdasarkan Aktivitas Fisik Siswi

Hasil tabulasi silang antara status gizi siswi dengan aktivitas fisik menun-

jukkan bahwa tingkat aktivitas fisik ringan tertinggi berada pada siswi yang mem-

iliki status gizi normal yaitu sebanyak 15 orang (88,2%), sedangkan status gizi

kurus sebanyak 13 orang (92,9%) dan status gizi gemuk sebanyak delapan orang

(88,9%).

Tabel 16

Distribusi Frekuensi Tingkat Aktivitas Fisik Siswi Berdasarkan Status Gizi Siswi
di SMP Dharma Pancasila Medan

Aktivitas Fisik Status Gizi Total

Kurus Normal Gemuk


N % N % N % n %
Ringan 13,0 92,9 15,0 88,2 8,0 88,9 36,0 90,0
Sedang 1,0 7,1 2,0 11,8 1,0 11,1 4,0 10,0
Total 14,0 100,0 17,0 100,0 9,0 100,0 40,0 100,0

Berdasarkan hasil dari tabulasi silang antara tingkat aktivitas fisik siswi

dengan kejadian dismenore, diketahui bahwa tingkat dismenore tertinggi berada

pada siswi yang memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Terdapat 36 siswi yang

memiliki tingkat aktivitas fisik ringan, diantaranya satu orang (2,8%) mengalami

dismenore ringan, sembilan orang (25,0%) mengalami dismenore sedang dan 26

orang (72,2%) mengalami dismenore berat. Kemudian dari empat siswi yang

memiliki tingkat aktivitas fisik sedang, diantaranya satu orang (25,0%) mengala-

mi dismenore ringan dan tiga orang (75,0%) lainnya mengalami dismenore berat.

Aktivitas fisik dapat membantu meringankan nyeri otot saat menstruasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

terutama di punggung dan perut bagian bawah, karena saat berolahraga tubuh

akan mengeluarkan hormon endorphin yang berfungsi sebagai obat penenang

alami sehingga menimbulkan rasa nyaman.

Tabel 17

Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik


Siswi di SMP Dharma Pancasila Medan

Aktivitas Fisik Tingkat Dismenore Total


Ringan Sedang Berat
N % N % N % n %
Ringan 1,0 2,5 9,0 22,5 26,0 65,0 36,0 90,0
Sedang 1,0 2,5 3,0 7,5 0,0 0,0 4,0 10,0
Total 2,0 5,0 12,0 30,0 26,0 65,0 40,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Status Gizi Siswi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa status gizi berdasarkan

IMT/U paling banyak adalah kategori normal yaitu sebesar 42,5 persen. Siswi

dengan status gizi kurus sebesar 35,0 persen, dan siswi dengan status gizi gemuk

yaitu sebesar 22,5 persen. Jika IMT/U siswa memiliki nilai Z score (< -3 SD)

maka dikategorikan sangat kurus, (-3 SD s/d < -2 SD) dikategorikan kurus, (-2

SD sd 1 SD) dikategorikan normal, (> 1 SD s/d 2 SD) dikategorikan gemuk, dan

(> 2 SD) digategorikan obesitas. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata Z score

IMT/U siswa adalah -0,41 SD.

Status gizi berdasarkan IMT/U merupakan gambaran keadaan gizi masa

sekarang. Status gizi kurang dan lebih masih menjadi masalah gizi kesehatan

masyarakat. Status gizi yang baik akan menunjang setiap aktivitas dan menjadi

salah satu gambaran kesehatan bagi setiap orang.

Tingkat Dismenore Siswi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar siswi

SMP Dharma Pancasila Medan memiliki tingkat nyeri berat, yaitu sebanyak 26

siswi (65,0%) dimana nyeri dapat mengganggu konsentrasi dan aktivitas siswi.

Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian dis-

menore. Menurut Naik et al. (2015), status gizi underweight (kurus) merupakan

faktor yang berhubungan dengan dismenore, sedangkan menurut Daftary dan

Patky (2008), status gizi overweight juga merupakan salah satu faktor risiko dis-

menore.

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52

Sejalan dengan teori diatas, berdasarkan hasil penelitian yang didapat di

SMP Dharma Pancasila diketahui bahwa status gizi kurus mempengaruhi tingkat

kejadian dismenore sebesar 35,0 persen. Namun, kejadian dismenore tertinggi

terjadi pada siswi dengan status gizi normal yaitu sebesar 42,5 persen dan sebesar

22,5 persen siswi lainnya mengalami dismenore memiliki status gizi gemuk yang

merupakan salah satu faktor resiko terjadinya dismenore.

Pola Makan Siswi

Pola makan memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan

makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk

suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan yang baik dan jenis hidangan

makanan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber

tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Asupan

gizi diperoleh dari mengonsumsi berbagai makanan yang mengandung zat gizi

berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Lie Goan Hong dalam

Aidina (2015)).

Jenis makanan siswi. Pada penelitian ini jenis makanan dibagi menjadi

dua kategori yaitu kategori beragam dan tidak beragam. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa sebesar 77,5 persen siswi men-

gonsumsi jenis makanan kategori tidak beragam. Berdasarkan data yang di-

peroleh dari kuesioner recall 24 jam, diketahui bahwa sebagian besar pola kon-

sumsi makan siswi dalam kesehariannya mengonsumsi makanan tidak beragam,

yaitu nasi sebagai makanan pokok dan ikan sebagai lauk. Sayur serta buah jarang

sekali dikonsumsi siswi. Siswi sering mengonsumsi makanan jajanan seperti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

gorengan, kerupuk, chiki-chiki, cokelat, dan makanan fastfood seperti indomie

yang dijual di setiap kantin sekolah, dan siswi juga sering mengonsumsi minu-

man softdrink yang juga dijual di salah satu kantin sekolah.

Berdasarkan status gizi yang telah diteliti, seluruh siswi dengan status gizi

kurus memiliki pola makan tidak mengonsumsi makanan yang beragam yaitu

sebesar 100,0 persen. Siswi dengan status gizi normal yang mengonsumsi jenis

makanan beragam hanya tiga siswi dengan persentase 17,6 persen.

Pola makan yang baik dan jenis hidangan makanan yang beraneka ragam

dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun, serta

zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Hal ini dikarenakan tidak ada satu

jenis makanan mengandung gizi yang lengkap. Jika makanan yang dikonsumsi

semakin beragam maka komposisi zat gizi semakin lengkap. Asupan gizi yang

diperoleh dari mengonsumsi berbagai makanan mengandung zat gizi berupa kar-

bohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Jumlah makanan siswi. Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan,

diperoleh hasil untuk jumlah makanan siswi berupa tingkat konsumsi zat gizi

siswi berupa energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin E, kalsium dan magne-

sium.

Tingkat konsumsi energi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan formulir food recall dua kali 24 jam, diketahui sebesar 82,5% siswi

masih kekurangan angka kecukupan energi dibandingkan dengan tujuh siswi

(17,5%) lainnya sudah memiliki kecukupan energi yang cukup. Anak pada usia

ini memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan umur lainnya sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

asupan makanan yang dibutuhkan juga meningkat. Rata-rata tingkat kecukupan

energi siswi dengan kategori kurang ialah sebesar 1200,97 kkal per hari, dimana

angka kecukupan energi yang dianjurkan per orang perhari yaitu 2125 kkal per

hari.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah

kecukupan energi siswi tergolong kurang, dimana sebesar 85,7 persen dari siswi

dengan status gizi kurus memiliki kecukupan energi yang kurang, dan sebesar

88,2 persen dari siswi dengan status gizi normal juga memiliki kecukupan energi

yang kurang.

Hal ini diakibatkan oleh konsumsi siswi baik dirumah maupun disekolah

seperti jajanan belum bisa mencukupi kebutuhan energi yang dibutuhkan dalam

sehari. Berdasarkan penelitian ini, besarnya angka keadaan konsumsi energi yang

rendah (tidak memenuhi kecukupan) dikarenakan porsi makanan sedikit, dan

sajian makanan keluarga yang kurang bervariasi.

Tingkat konsumsi protein. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa jumlah

kecukupan protein siswi yang terbesar berada pada kategori kurang yaitu sebesar

72,5 persen. Keadaan konsumsi protein yang masih rendah pada siswi dalam

penelitian ini sesuai dengan kebiasaan makan anak yang dalam setiap porsi

makannya lebih mengutamakan unsur karbohidrat yang menyumbangkan energi

lebih tinggi dibandingkan dengan makanan yang mengandung unsur protein yang

hanya sekedarnya saja. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi protein

pada siswi dalam sehari masih rendah dibandingkan dengan Angka Kecukupan

Gizi (AKG) yang telah dianjurkan. Rata-rata tingkat kecukupan protein siswi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

dengan kategori kurang ialah sebesar 42,22 g per hari, dimana angka kecukupan

protein yang dianjurkan per orang/perhari yaiu 69 g per hari.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah

kecukupan protein siswi tergolong kurang, dimana sebesar 85,7 persen dari siswi

dengan status gizi kurus memiliki kecukupan protein yang kurang, dan sebesar

76,5 persen dari siswi dengan status gizi normal juga memiliki kecukupan protein

yang kurang.

Tingkat konsumsi karbohidrat. Diketahui bahwa kecukupan karbohidrat

siswi terbesar tergolong dalam kategori kurang sebanyak 35 siswi dengan persen-

tase 87,5 persen. Rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat siswi dengan kategori

kurang ialah sebesar 151,51 g per hari, dimana angka kecukupan karbohidrat

yang dianjurkan per orang per hari yaitu 292 g per hari. Sama halnya dengan le-

mak, karbohidrat juga sering dihindari oleh beberapa siswi yang mempunyai ang-

gapan bahwa makanan yang mengandung karbohidrat tinggi akan membuat

mereka kelebihan berat badan atau gemuk. Hal ini membuat hampir semua siswi

kelas IX jarang untuk sarapan pagi dan makan malam dengan menu yang be-

ragam dan seimbang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah

kecukupan karbohidrat siswi tergolong kurang, dimana sebesar 92,9 persen dari

siswi dengan status gizi kurus memiliki kecukupan karbohidrat yang kurang, dan

sebesar 94,1 persen dari siswi dengan status gizi normal juga memiliki kecukupan

karbohdirat yang kurang.

Tingkat konsumsi lemak. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

diketahui bahwa kecukupan lemak siswi tergolong kurang yaitu sebanyak 33

siswi dengan persentase 82,5 persen. Rata-rata tingkat kecukupan lemak siswi

dengan kategori kurang ialah sebesar 43,54 g per hari, dimana angka kecukupan

lemak yang dianjurkan per orang per hari yaitu 71 g per hari. Hal ini disebabkan

karena siswi lebih memilih macam makanan yang ingin dikonsumsi karena mere-

ka beranggapan bahwa makan makanan yang mengandung lemak akan membuat

tubuh atau badan mereka terlihat gemuk dan tidak bagus dipandang, jadi mereka

lebih menghindari makanan yang berlemak seperti daging, keju dan olahannya

serta susu dan olahannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah

kecukupan lemak siswi tergolong kurang, dimana sebesar 92,9 persen dari siswi

dengan status gizi kurus memiliki kecukupan lemak yang kurang, dan sebesar

94,1 persen dari siswi dengan status gizi normal juga memiliki kecukupan lemak

yang kurang.

Mengkonsumsi makanan yang berlemak dapat meningkatkan hormon pros-

taglandin yang dapat menyebabkan nyeri di bagian perut bawah atau dismenore.

Gizi yang berlebih dapat menimbulkan dismenore, karena terdapat jaringan le-

mak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah yaitu

terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita

sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan

menimbulkan nyeri. Selain itu, didukung dengan kebiasaan mengkonsumsi ma-

kanan yang tidak sesuai seperti kudapan atau junk food baik sebagai cemilan atau

makan besar, yang sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali mengandung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

kalsium, magnesium, besi, asam folat, dan vitamin, sementara lemak jenuh dan

kolesterolnya sangat tinggi.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah kecukupan lemak yang

dikonsumsi dengan kejadian dismenore siswi dapat dilihat bahwa angka kejadian

dismenore pada siswi yang mengonsumsi lemak dalam jumlah yang kurang lebih

tinggi dari pada remaja putri yang mengonsumsi lemak dalam jumlah yang cukup

dimana mayoritas siswi yang mengonsumsi lemak dalam jumlah yang kurang

mengeluhkan nyeri haid tingkat berat yaitu sebanyak 22 siswi dengan persentase

47,5 persen.

Tingkat konsumsi vitamin E. Vitamin dan mineral merupakan zat gizi

mikro yang diperlukan oleh tubuh sebagai zat pembangun dan pengatur bagi

tubuh khususnya pada remaja yang berada pada usia pertumbuhan dan pubertas.

Kekurangan vitamin dan mineral pada remaja tidak hanya berdampak pada me-

tabolisme tubuh, tetapi juga berpengaruhi pada perkembangan organ reproduksi

pada remaja.

Diketahui bahwa keseluruhan siswi kelas IX SMP Dharma Pancasila yaitu

100,0 persen yang mengalami dismenore kekurangan jumlah kecukupan vitamin

E. Rata- rata tingkat konsumsi vitamin E pada siswi ialah sebesar 3,5 mg/d, di-

mana angka kecukupan vitamin E yang dianjurkan per orang perhari yaitu sebesar

15 mg/d.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah kecukupan vitamin E yang

dikonsumsi dengan kejadian dismenore siswi dapat dilihat bahwa mayoritas siswi

yang mengonsumsi vitamin E dalam jumlah yang kurang mengeluhkan nyeri haid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

tingkat berat yaitu sebanyak 26 siswi dengan persentase 65,0 persen.

Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan didalam tubuh (hill, 2002). Selain

berfungsi sebagai antioksidan, vitamin E sangat penting untuk melindungi tubuh

dari serangan radikal bebas serta mencegah berbagai penyakit, mengurangi kele-

lahan, hingga memperlambat penuaan dini yang dikarenakan oleh proses

oksidasi.

Vitamin E juga dapat mengurangi nyeri haid, melalui hambatan terhadap

biosintesis prostaglandin. Vitamin E akan menekan aktivitas enzim fosfolipase

A2 sehingga menekan metabolisme dari asam arakidonat sehingga akan meng-

hambat produksi prostaglandin. Sebaliknya vitamin E juga meningkatkan

produksi prostasiklin yang berfungsi sebagai vasodilator yang bias merelaksasi

otot polos uterus. Pemberian vitamin E secara oral merupakan salah satu terapi

alternatif dalam penanganan nyeri haid, namun masih berdasarkan dari data yang

terbatas (Masnilawati & Een, 2018).

Tingkat konsumsi kalsium. Berdasarkan hasil penelitin, diketahui bahwa

sebanyak 35 siswi dengan persentase 87,5 persen kekurangan angka kecukupan

kalsium. Rata-rata tingkat kecukupan kalsium siswi dengan kategori kurang ialah

sebesar 377,17 mg per hari, dimana angka kecukupan karbohidrat yang dianjur-

kan per orang per hari yaitu 1200 mg per hari. Sumber utama kalsium adalah susu

dan hasil olahannya seperti keju. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan food recall ternyata banyak siswi yang jarang minum susu, baik

susu cair, susu kental manis maupun susu coklat dimana semua minuman terse-

but mengandung kalsium yang tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Hasil food recall 24 jam yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa banyak

siswi yang jarang mengkonsumsi ikan seperti ikan teri kering goreng, ikan

tongkol dimana ikan tersebut merupakan sumber kalsium yang baik. Siswi juga

jarang mengkonsumsi bahan makanan hasil olahan kacang-kacangan seperti tahu

dimana tahu merupakan sumber kalsium yang baik dengan alasan mereka tidak

suka mengkonsumsi tahu dan bahkan ada yang tidak pernah makan tahu sama

sekali.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah

kecukupan kalsium siswi berdasarkan status gizi terbanyak yaitu pada siswi

dengan status gizi normal dan kurus dengan persentase masing-masing 40,0 per-

sen, dan siswi dengan tingkat konsumsi kalsium yang cukup berdasarkan status

gizi siswi terbanyak pada siswi dengan kategori status gizi normal sebesar 60,0

persen.

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak dalam tubuh, dan banyak

ditemukan ditulang juga di gigi. Kalsium bersama dengan Magnesium, berperan

dalam trasisi syaraf. Jika otot tidak mempunyai cukup kalsium, maka otot tidak

dapat mengendur sehingga dapat menyebabkan kram.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa kejadi-

an dismenore tertinggi berada pada siswi yang memiliki tingkat konsumsi

kalsium yang kurang dimana mayoritas siswi yang mengonsumsi kalsium dalam

jumlah yang kurang mengeluhkan nyeri haid tingkat berat yaitu sebanyak 22

siswi dengan persentase 55,0 persen.

Tingkat konsumsi magnesium. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

menggunakan formulir food recall 24 jam, diketahui sebanyak 34 siswi dengan

persentase 85,0 persen kekurangan mengonsumsi magnesium. Rata-rata tingkat

konsumsi magnesium siswi dengan kategori kurang ialah sebesar 104,74 mg, di-

mana angka kecukupan magnesium yang dianjurkan per orang perhari yaiu sebe-

sar 200 mg, dan hampir semua siswi kurang mengonsumsi magnesium. Pada

umumnya siswi jarang mengonsumsi bahan makanan yang banyak mengandung

magnesium tinggi, seperti sayuran hijau, kacang-kacangan yang merupakan sum-

ber utama magnesium. Siswi juga jarang mengkonsumsi susu, dimana susu juga

merupakan sumber magnesium yang baik.

Menurut Istiani (2013), konsumsi makanan seseorang berpengaruh ter-

hadap status gizi orang tersebut. Semakin baik konsumsi makanan seseorang

maka akan semakin beragam zat gizi yang terpenuhi yang menunjang pertum-

buhan dan perkembangan terutama bagi anak sekolah yang kebutuhan energi dan

zat gizi lainnya yang relatif meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah

kecukupan magnesium siswi yang kurang berdasarkan status gizi terbanyak yaitu

pada siswi dengan status gizi normal dengan persentase 44,1 persen, dan siswi

dengan tingkat konsumsi magnesium yang cukup berdasarkan status gizi siswi

terbanyak pada siswi dengan status gizi gemuk sebesar 50,0 persen.

Magnesium sangat berguna bagi tubuh, dalam tubuh magnesium berguna

untuk merelaksasikan otot dan dapat memberikan rasa rileks yang dapat mengen-

dalikan suasana hati yang murung. Selain itu Magnesium juga berfungsi untuk

memperbesar pembuluh darah sehingga mencegah kekejangan otot dan dinding

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

pembuluh darah, oleh sebab itu magnesium berfungsi untuk mengurangi rasa sa-

kit saat menstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa kejadi-

an dismenore tertinggi berada pada siswi yang memiliki tingkat konsumsi megne-

sium yang kurang dimana mayoritas siswi yang mengonsumsi magnesium dalam

jumlah yang kurang mengeluhkan nyeri haid tingkat berat yaitu sebanyak 22

siswi dengan persentase 55,0 persen.

Frekuensi makanan siswi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa

makanan pokok yang sering dikonsumsi siswi SMP Dharma Pancasila Medan

sebagian besar adalah nasi dengan persentase 100,0 persen. Hal ini dikarenakan

nasi masih menjadi makanan pokok utama di sebagian besar wilayah Indonesia

dan dikonsumsi lebih dari satu kali dalam sehari.

Sumber protein dari lauk hewani yang dikonsumsi sebagian besar adalah

ikan dengan persentase 72,5 persen, sedangkan sumber protein dari lauk hewani

lainnya jarang dikonsumsi seperti tahu sebesar 72,5 persen dan daging sebesar

92,5 persen. Mahalnya harga daging menjadi alasan utama bagi ibu jarang men-

jadikan daging sebagai lauk. Sumber protein dari lauk nabati dengan kategori ser-

ing dikonsumsi siswi adalah tempe sebesar 65,0 persen.

Sumber vitamin dan mineral yang berasal dari sayur yang selalu dikonsumsi

adalah sawi dengan persentase 17,5 persen dan yang paling sering yaitu brokoli

dengan persentase 42,5 persen serta wortel 55,0 persen. Sedangkan sumber vita-

min dan mineral dari buah yang selalu dikonsumsi siswi yaitu jeruk dengan per-

sentase 30,0 persen, hal ini dikarenakan adanya penjual es jeruk peras di depan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

sekolah mereka, sehingga mereka sering mengkonsumsi jeruk tersebut. Sementa-

ra sayur yang tidak pernah dikonsumsi adalah kol dengan persentase 27,5 persen.

Lazimnya anak-anak dan remaja pada masa pertumbuhan kurang menyukai

sayuran, untuk itu ibu berperan penting dalam memilih bahan makanan yang baik

pada usia ini. Ibu harus bertindak sedemikian rupa untuk mengajak anak me-

makan bahan-bahan makanan yang bergizi dan beragam. Snack atau jajanan yang

sering dikonsumsi sebagian besar adalah kerupuk dan softdrink dengan persen-

tase masing masing yaitu 40,0 persen dan 42,5 persen.

Kekurangan makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan dalam

periode berkepanjangan dapat membawa pengaruh yang tidak baik terhadap per-

tumbuhan anak dan mengakibatkan perubahan metabolism otak. Dengan

demikian, kemampuan dan fungsi otak menjadi tidak maksimal. Oleh sebab itu

diharapkan untuk memberikan makanan yang beragam pada anak agar memenuhi

zat gizi yang dibutuhkan. Kebutuhan gizi setiap anak bisa saja berbeda.

Tingkat Aktivitas Fisik Siswi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa aktivitas fisik siswi

SMP Dharma Pancasila Medan yang terbanyak mempunyai aktivitas fisik ringan

yaitu sebesar 90,0 persen. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswi selama di

sekolah, mereka lebih banyak melakukan aktivitas seperti belajar, istirahat, di-

mana selama belajar siswi banyak menghabiskan waktu dengan duduk, begitu

juga saat istirahat siswi menghabiskan waktu istirahat dengan duduk-duduk

dikelas bersama teman-teman. Sedangkan dirumah, siswi lebih banyak mengha-

biskan waktu untuk istirahat setelah pulang dari sekolah maupun kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

ekstrakulikuler, seperti: tidur, santai, menonton, ngobrol bersama teman maupun

keluarga.

Aktivitas atau olahraga yang kurang dapat mempengaruhi terjadinya dis-

menore. Hal ini diketahui dari penelitian Astuti (2011) didapatkan 66 persen

siswi di SMUN 5 Semarang mengalami dismenore, frekuensi yang jarang

melakukan olahraga 66 persen, yang melakukan olahraga dengan baik sebesar

28,3 persen, dan yang tidak melakukan olahraga sebanyak 5,7 persen. Hal ini

diketahui bahwa dengan melakukan olahraga dapat membantu meringankan nyeri

otot saat menstruasi terutama di punggung dan perut bagian bawah, karena saat

berolahraga tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin yang berfungsi sebagai

obat penenang alami sehingga menimbulkan rasa nyaman.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa tingkat

aktivitas fisik siswi tertinggi berada pada siswi yang memiliki tingkat aktivitas

fisik yang ringan dimana mayoritas siswi yang memiliki tungkat aktivitas fisik

ringan mengeluhkan nyeri haid tingkat berat yaitu sebanyak 26 siswi dengan per-

sentase 65,0 persen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Siswi kelas IX di SMP Dharma Pancasila Medan mengalami dismenore

dengan tingkat nyeri tertinggi yaitu dengan kategori berat. Hal tersebut sering

sekali membuat siswi terganggu dalam proses belajar di sekolah, bahkan dapat

menyebabkan siswi tidak dapat hadir ke sekolah.

Pola makan siswi kelas IX di SMP Dharma Pancasila Medan dilihat ber-

dasarkan jenis makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makanan. Berdasarkan

jenis makanan sebagian besar siswi mengkonsumsi makanan yang tidak beragam,

dan berdasarkan status gizi siswi dengan makanan tidak beragam terbanyak mem-

iliki status gizi kurus dan normal. Berdasarkan konsumsi zat gizi siswi berupa en-

ergi, protein, karbohdirat, lemak, vitamin E, kalsium, dan magnesium sebagian

besar kurang dari angka kecukupan gizi yang telah dianjurkan. Berdasarkan frek-

uensi makanan, sumber protein cukup beragam yaitu dari lauk hewani dan nabati,

namun sebagian besar berasal dari lauk hawani. Konsumsi sayur dan buah masih

kurang beragam dan jarang dikonsumsi siswi. Sebagian besar siswi sering

mengkonsumsi susu namun dengan frekuensi yang jarang dan tidak setiap hari,

dan sebagian siswa juga sering mengkonsumsi softrink.

Aktivitas fisik siswi sebagian besar adalah kategori ringan. Siswi yang ak-

tivitas ringan cenderung memilki status gizi normal dan tingkat dismenore berat.

Status gizi siswi cenderung lebih banyak dalam kategori normal, dan berdasarkan

64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65

kejadian dismenore siswi dengan status gizi normal banyak mengalami dismenore

berat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka disarankan kepada siswi

hendaknya lebih memperhatikan pola konsumsi makan agar menu makanan yang

dikonsumsi lebih beragam dan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi. Bagi siswi

dengan status gizi kurus diharapkan mampu menjaga pola makan yang baik, dan

mengkonsumsi makanan yang dapat membantu menaikkan berat badan siswi sep-

erti makanan tinggi lemak, dan bagi siswi dengan status gizi lebih yaitu gemuk

agar mengkonsumsi makana tinggi serat, rendah lemak, dan olahraga yang cukup.

Siswi disarankan agar mengonsumsi makanan yang dapat mencegah ter-

jadinya dismenore, dimana makanan tersebut mengandung zat gizi yang dapat

mecegah dismenore tersebut seperti vitamin E, kalsium, dan magnesium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Pustaka

Agustina, F. R. (2015). Gambaran konsumsi sumber vitamin dan mineral, status


gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Ama-
liyyah tahun 2015 (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
https://jurnal.usu.ac.id/-index.php/gkre/article/view/11149

Ali, M & Asrori, M. (2006). Psikologi remaja,perkembangan peserta didik. Jakar-


ta: Bumi Aksara

Almatsier, S. (2004). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Uta-
ma.

Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Uta-
ma.

Beck, M. E. (2011). Ilmu gizi dan diet hubungannya dengan penyakit-penyakit


untuk perawat dan dokter. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica

Desmita, R. (2008). Psikologi perkembangan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Dito, A. (2011). Cara jitu mengatasi nyeri haid. Yogyakarta: CV. Andi

Ellya, E.S. (2010). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.

Fauridha, F. (2010). Hubungan pola makan dengan kejadian dismenorea pada


siswi kelas VIII SMP Muhammadiyah I Yogyakarta tahun 2010 (Skripsi,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta). Diakses dari
http://digilib.unisa-yogya.ac.id/3390/1/naskah%20publikasi.pdf

Hasdianah, H. R. (2014). Gizi, pemanfaatan gizi, diet, dan obesitas. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Irianto, K. (2007). Panduan gizi lengkap: keluarga dan olahragawan. Yogyakar-


ta: CV. Andi Offset.

Kartasapoetra & Marsetyo. (2008). Ilmu gizi korelasi gizi dan produksi kerja. Ja-
karta: Rineka Cipta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nmor:1995/Menkes/SK/XII/-


2010 tentang StandarAntropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Direktoral Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak.

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat


Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementerian kesehatan RI. (2015a). INFODATIN Pusat Data dan Informasi Ke-
menterian Kesehatan RI Situasi Kesehatan Remaja.

Kementerian kesehatan RI. (2015b). INFODATIN Pusat Data dan Informasi Ke-
menterian Kesehatan RI Pembinaan Kesehatan di Indonesia.

Kusmiran, E. (2014). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Miko, A., & Dina, P.B. (2016). Hubungan pola makan pagi dengan status gizi pa-
da mahasiswi Poltekkes Kemenkes Aceh. Aceh Nutrition Journal, 1(2),
83–87. Diakses dari http://ejournal.poltekkesaceh.ac.id/index.php/an/arti-
cle/view/15

Mitayani & Sartik, W. (2010). Buku saku ilmu gizi. Jakarta : CV. Trans Info Me-
dia.

Notoatmodjo, S, (2005). Metode penelitian kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

Nurwana., Sabilu, Y., Fachlevy, A.F. (2017). Analisis faktor yang berhubungan
dengan kejadian disminorea pada remaja putri di SMA Negeri 8 Kendari
tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2 (6), 1-14 .
https://med-ia.neliti.com/media/publications/185630-ID-analisis-faktor-
yang-berhubungan-dengan.pdf

Pratiwi, H & Rodiani. (2015). Obesitas Sebagai Risiko Pemberat Dismenore pada
remaja. Jurnal Kedokteran, 4 (9), 93. http://juke.kedokteran.unila.ac.id-
/index.php/majority/article/view/1416

Proverawati, A & Siti, A. (2009). Buku ajar gizi untuk kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Purwitasari, D. (2009). Buku ajar gizi dalam kesehatan reproduksi teori dan prak-
tikum. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sinaga, F. (2011). Hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada


remaja putri vegan di Vihara Maitreya Medan tahun 2011 (Skripsi, Uni-
versitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123-456789/-3131

Suliawati, G. (2013). Hubungan umur, paritas dan status gizi dengan kejadian
dismenore pada wanita usia subur di Gampong Baitussalam Aceh Besar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

(Skripsi yang tidak dipublikasikan). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


U’budiyah, Banda Aceh
Sulistyoningsih & Hariyani. (2011). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Yogya-
karta: Graha Ilmu.

Supariasa. (2001). Penilaian status gizi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Supariasa. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Supariasa. (2011). Penilaian status gizi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Taufan, N. (2014). Buku ajar asuhan kebidanan nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Tjokronegoro. (2004). Pengetahuan praktis melatih. Jakarta: Aksara Baru.

Tjokronegoro. (2011). Pendidikan jasmani dan olahraga. Jakarta : PT. Ra-


jagrafindo Persada.

United Nations International Children’s Emergency Fund. (2016). Laporan Ta-


hunan Indonesia 2016. Diakses dari https://www.unicef.org/indonesia/id/-
media_25217-.html

Unsal, A., Atranci, U., Tozun, M., Arslan, G., Calik, E. (2010). Prevalences of
dysmenorrhea and it’s effect on quality of life among a group of Female
University students. Upsala Journal of Medical Sciences.115(2):138-45.
Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2853792/

Utami. (2003). Pendidikan kesehatan pada anggota keluarga dan dukungan so-
sial. Jakarta: EGC.

Waryana. (2010). Gizi reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rahima.

Widagdo. (2017). Masalah dan tatalaksana penyakit anak dengan nyeri perut.
Jakarta: Universitas Trisakti.

World Health Organization. (2010). Dismenorea. Diakses dari


http://www.who.int/gho/mdg/poverty_hunger/dismenorea_text/en/index.ht
ml

World Health Organization. (2010). Physical activity in guide to community pre-


ventive servic. Diakses dari www.thecommunityguide.org/pa

World Health Organization. (2017). Cardiovascular diseases (CVDs). Diakses


dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

FORMULIR

GAMBARAN POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA SISWI
YANG MENGALAMI DISMENORE DI SMP DHARMA PANCASILA MEDAN

A. Identitas Responden

No :
Nama :
Alamat :
Kelas :
Tanggal Lahir :
Umur :
Berat Badan :
Tinggi Badan :

B. Petunjuk Pengisian Formulir

1. Isilah formulir identitas responden dengan lengkap


2. Isilah formulir Food Recall 24 jam selama 2 hari dengan menulis semua jenis
makanan dan banyaknya makanan sesuai dengan makanan yang anda makan.
3. Isilah formulir Food Frequency dengan menulis frekuensi dalam mengkonsumsi
makanan yang telah dicantumkan pada daftar makanan.
4. Isilah formulir aktivitas sehari-hari dalam satu hari (24 jam) dengan menulis semua
kegiatan yang dilakukan termasuk aktivitas olahraga.
5. Gunakanlah Universal Pain Assassement Tool untuk menunjukkan rata-rata tingkat
nyeri yang Anda alami.
6. Partisipasi anda dalam mengisi formulir penelitian ini dengan sejujur-jujurnya akan
sangat membantu saya dalam penyusunan skripsi.
Demikian atas kesediaannya dalam pengisian instrumen ini, terima kasih.

69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2

FORMULIR FOOD RECALL 2 x 24 JAM


Hari ke : 1

Waktu Nama Bahan Zat Gizi


makan makanan
Jenis Banyaknya Energi Karbohidr Protein Lemak Kalsiu Magnesiu Vitamin
URT Gram (kkal) at (g) (g) m m E
(g) (mg) (mg) (mg)
Pagi

Siang

Malam

Keterangan :

- URT : Ukuran Rumah Tangga, misalnya : piring, mangkok, potong, sendok,


gelas,dan lain-lain.
- Bila ada selingan harap dimasukkan.
- Apakah anda menghabiskan makanan yang anda konsumsi?
Ya / Tidak (Lingkari jawaban yang benar)

70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3

FORMULIR FOOD RECALL 2 x 24 JAM


Hari ke : 2

Waktu Nama Bahan Zat Gizi


makan makanan
Jenis Banyaknya Energi Karbohidr Protein Lemak Kalsiu Magnesiu Vitamin
URT Gram (kkal) at (g) (g) m m E
(g) (mg) (mg) (mg)
Pagi

Siang

Malam

Keterangan :

- URT : Ukuran Rumah Tangga, misalnya : piring, mangkok, potong, sendok,


gelas,dan lain-lain.
- Bila ada selingan harap dimasukkan.
- Apakah anda menghabiskan makanan yang anda konsumsi?
Ya / Tidak (Lingkari jawaban yang benar)

71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4
FORMULIR FOOD FREQUENCY
MENURUT JENIS BAHAN-BAHAN MAKANAN

Jenis bahan Frekuensi


makanan >1 x 1x 3-6 x 1-2 x 1x 1-2x Tidak
sehari sehari seminggu seminggu sebulan setahun pernah
Bahan Makanan
Pokok
Nasi
Mie
Roti
Lauk-Pauk
Ikan basah
Ikan kering
Telur
Ayam
Daging
Tahu
Tempe
Sayur-sayuran
Daun singkong
Bayam
Kangkung
Wortel
Kol
Kol Kembang
Sawi
Kacang Panjang
Brokoli
Dll _________
Buah-buahan
Pisang
Jeruk
Semangka
Pepaya
Alpukat
Minuman
Teh manis
Kopi
Susu
Snack
Kerupuk
Soft drink
Dll _________

72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5

FORMULIR AKTIVITAS FISIK SELAMA 24 JAM

No. Jenis Kegiatan Alokasi Waktu (menit)


1 Tidur siang
Tidur malam

2 Mandi ( 2x sehari )

3 Makan ( 3x sehari )

4 Kegiatan disekolah
- Belajar
- Istirahat

5. Kegiatan diluar sekolah


- Les
- Dll................

6. Kegiatan dirumah :
- Mencuci pakain
- Mencuci piring
- Menyapu
- Mengepel
- Membersihkan kamar mandi
- Dll………
7. Istirahat dirumah :
- Belajar
- Menonton tv
- Duduk santai / berkumpul dengan
keluarga

Jumlah 1440 ( 24 jam)

73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6

Tingkat Nyeri Dismenore


Silahkan gunakan salah satu dari skala di bawah ini untuk menunjukkan rata-rata
tingkat nyeri yang Anda alami.

Universal Pain Assassement Tool

Jawaban : ( Lingkari jawaban yang kamu pilih )


a. 0 - 1 : Tidak nyeri ( tidak sakit )
b. 1 – 3 : Nyeri ringan ( dapat diabaikan )
c. 3 – 5 : Nyeri sedang ( mengganggu tugas )
d. 5 – 7 : Nyeri sedang ( mengganggu konsentrasi )
e. 7 – 9 : Nyeri berat ( mengganggu aktivitas )
f. 9 -10 : Nyeri tak tertahankan ( perlu istirahat ditempat tidur )

74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7

Dokumentasi Penelitian

Pengukuran Status Gizi

Wawancara food recall dan food frequency

75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Master Data
status AKG Kat AKG Kat AKG Kat AKG
nama umur BB TB IMT/U gizi energi energi energi protein Protein protein lemak lemak lemak karbo karbo K_karbo
rizky 14 55.4 158.4 0.76 normal 1000.66 47.09 kurang 36.29 52.6 kurang 39.5 55.63 kurang 130.49 44.69 kurang
mutiara 14 47.9 148.5 0.45 normal 1481.13 69.7 kurang 55.89 81 cukup 63.06 88.81 cukup 308.06 105.5 cukup
aliya 15 71.9 165 1.59 gemuk 940.31 44.25 kurang 44.31 64.22 kurang 54.7 77.04 kurang 279.94 95.87 cukup
andini 14 58 149 1.62 gemuk 1826.23 85.94 cukup 58.7 85.07 cukup 74.6 105.07 cukup 217.19 74.38 kurang
salsa 14 57 146.8 1.25 gemuk 1510.45 71.08 kurang 59.69 86.5 cukup 73.09 102.95 cukup 286.28 98.04 cukup
mutia 15 50.9 140.1 1.56 gemuk 1372.96 64.61 kurang 67.1 97.24 cukup 40.19 56.61 kurang 184.89 63.32 kurang
nadya 14 69 160 1.76 gemuk 713.79 33.59 kurang 33.4 48.4 kurang 36.3 51.12 kurang 62.78 21.5 kurang
decha 14 63 156.02 1.54 gemuk 1357.66 63.89 kurang 40.28 58.37 kurang 57 80.28 cukup 171.58 58.76 kurang
anindya 14 41.9 166.9 -2.5 kurus 662.15 31.16 kurang 17.8 25.79 kurang 37.3 52.53 kurang 65.17 22.32 kurang
safitri 14 42.2 166.7 -2.26 kurus 697.64 32.83 kurang 29.9 43.33 kurang 32.5 45.77 kurang 71.6 24.52 kurang
messy 15 43.7 166.6 -2.13 kurus 295.38 13.9 kurang 4.3 6.23 kurang 13.99 19.71 kurang 38.69 13.25 kurang
tasya 14 50.6 160.9 -0.33 normal 733.76 34.53 kurang 29.79 43.18 kurang 31.3 44.08 kurang 82.49 28.25 kurang
nazwa 14 48.2 15.2 0.24 normal 911.84 42.91 kurang 38.7 56.08 kurang 44.4 62.53 kurang 87.48 29.96 kurang
sri 15 48.1 163 0.78 normal 1266.93 59.62 kurang 52.8 76.52 kurang 52.1 73.38 kurang 147.37 50.47 kurang
leonita 15 48 158.8 0.43 normal 1403.56 66.05 kurang 63.6 92.17 cukup 33.99 47.88 kurang 207 70.89 kurang
eninta 14 54.2 154 0.83 normal 1471.56 69.25 kurang 54.3 78.7 kurang 51 71.83 kurang 118.08 40.44 kurang
lutfi 15 50 152.6 0.45 normal 936.06 44.05 kurang 45.5 65.94 kurang 32.89 46.33 kurang 112.68 38.59 kurang
nayla 14 57.2 160.3 0.57 normal 1375.94 64.75 kurang 55.5 80.43 cukup 42.39 59.71 kurang 193.27 66.19 kurang
jihan 15 54 164 -0.09 normal 1348.95 63.48 kurang 39.25 56.88 kurang 50.69 71.4 kurang 134.7 46.13 kurang
adilla 14 54 162 0.14 normal 1914.2 90.08 cukup 62.56 90.67 cukup 55.48 78.14 kurang 225.39 77.19 kurang
annisa 14 42.8 146.5 0.01 normal 2089.73 98.34 cukup 48.67 70.53 kurang 50.98 71.8 kurang 213.74 73.2 kurang
juraidah 14 60 156.2 1.27 gemuk 1981.56 93.25 cukup 67 97.1 cukup 63.28 89.12 cukup 155.69 53.32 kurang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Master Data

nabilla 14 42.5 165.2 -2.21 kurus 916.73 43.14 kurang 40.2 58.26 kurang 47.5 66.9 kurang 83.28 28.52 kurang
chairun 14 43.5 169.2 -2.45 kurus 770.31 36.25 kurang 31.6 45.79 kurang 33.9 47.74 kurang 85.67 29.34 kurang
dona 14 41.5 167.2 -2.68 kurus 940.1 44.24 kurang 37.29 54.05 kurang 56.49 79.57 kurang 71.39 24.45 kurang
ventri 14 45.3 163.7 -2.58 kurus 957.31 45.05 kurang 47.5 68.84 kurang 50.1 70.56 kurang 102.99 35.27 kurang
hasna 14 41 165.2 -2.36 kurus 389.3 18.32 kurang 19.25 27.9 kurang 15.27 21.5 kurang 43.89 15.03 kurang
uni 15 42 166 -2.33 kurus 504.48 23.74 kurang 14.7 21.3 kurang 31.3 44.08 kurang 43.57 14.92 kurang
cici 14 43.1 167.5 -2.22 kurus 1252.9 58.96 kurang 30.79 44.63 kurang 49.1 69.15 kurang 171.58 58.76 kurang
gustri 15 44.2 168.2 -2.11 kurus 1728.26 81.33 cukup 59.9 86.81 cukup 73.19 103.09 cukup 207.41 71.03 kurang
halima 14 60 148 1.84 gemuk 979.41 46.09 kurang 23.89 34.63 kurang 39.5 55.63 kurang 131.98 45.2 kurang
devi 14 68 160.6 1.64 gemuk 1881.26 88.53 cukup 64.96 94.14 cukup 66.5 93.66 cukup 258.8 88.63 cukup
tiara 14 52.7 163.6 0.17 normal 424.36 19.97 kurang 18 26.08 kurang 11.79 16.61 kurang 60.3 20.65 kurang
apria 14 40.1 165 -2.71 kurus 2080.59 97.91 cukup 65.9 95.5 cukup 52.4 73.8 kurang 275.47 94.34 cukup
dinda 15 48 168 -1.44 normal 1440.75 67.8 kurang 41.39 59.99 kurang 32.43 45.67 kurang 192.34 65.87 kurang
jeje 14 58.4 168.8 0.11 normal 974.74 45.87 kurang 29.75 43.12 kurang 14.19 19.99 kurang 87.22 29.87 kurang
cita 14 47.3 156.3 -0.36 normal 1664.73 78.34 kurang 45.53 65.98 kurang 34.25 48.24 kurang 110.26 37.76 kurang
delfia 15 43.1 165.6 -2.1 kurus 783.91 36.89 kurang 32.97 47.78 kurang 34.62 48.76 kurang 229.13 78.47 kurang
elisti 14 45.8 168 -2.01 kurus 1397.19 65.75 kurang 40.92 59.3 kurang 26.88 37.86 kurang 194.88 66.74 kurang
syakira 14 45.6 157.1 -0.83 normal 1660.26 78.13 kurang 39.29 56.94 kurang 41.88 58.98 kurang 215.7 73.87 kurang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Master Data
AKG Kat AKG Kat AKG Kat jenis Kat
vit E Vit E Vit E kalsium kalsium kalsium magnesium magnesium magnesium makanan aktivitas fisik dismenore
4.5 30 kurang 482.4 40.2 kurang 126.5 63.25 kurang Tidak Ringan Berat
8.3 55.33 kurang 790.44 65.87 kurang 126 63 kurang Beragam Ringan Ringan
7.3 48.66 kurang 1044.96 87.08 cukup 105.56 52.78 kurang Beragam Ringan Berat
8.1 54 kurang 974.28 81.19 cukup 32.38 16.19 kurang Beragam Ringan Berat
7.2 48 kurang 698.16 58.18 kurang 170.24 85.12 cukup Beragam Ringan Sedang
2.1 14 kurang 243.96 20.33 kurang 190.9 95.45 cukup Tidak Ringan Berat
1.2 8 kurang 49.8 4.15 kurang 58.5 29.25 kurang Tidak Ringan Berat
4.5 30 kurang 87.48 7.29 kurang 130 65 kurang Tidak Ringan Berat
1.7 11.33 kurang 68.28 5.69 kurang 51 25.5 kurang Tidak Sedang Sedang
1.8 12 kurang 148.44 12.37 kurang 77.5 38.75 kurang Tidak Ringan Berat
0.5 3.3 kurang 47.28 3.94 kurang 27 13.5 kurang Tidak Ringan Berat
2 13.3 kurang 177 14.75 kurang 76 38 kurang Tidak Sedang Sedang
3.5 23.33 kurang 71.16 5.93 kurang 83.6 41.8 kurang Tidak Sedang Ringan
3.8 25.33 kurang 383.28 31.94 kurang 139.3 69.65 kurang Tidak Ringan Berat
3.3 22 kurang 376.8 31.4 kurang 150 75 kurang Beragam Ringan Berat
4 26.66 kurang 1003.92 83.66 cukup 199.92 99.96 cukup Tidak Ringan Berat
2.1 14 kurang 909.72 75.81 kurang 149.8 74.9 kurang Tidak Ringan Sedang
1 6.66 kurang 455.4 37.95 kurang 153 76.5 kurang Tidak Ringan Sedang
3.8 25.33 kurang 1186.8 98.9 cukup 87 43.5 kurang Tidak Ringan Sedang
6.6 44 kurang 417.48 34.79 kurang 124.9 62.45 kurang Beragam Ringan Berat
9.5 63.33 kurang 991.2 82.6 cukup 184.02 92.01 cukup Tidak Ringan Berat
0.75 5 kurang 650.88 54.24 kurang 185.3 92.65 cukup Beragam Sedang Sedang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Master Data

1.8 12 kurang 510.84 42.57 kurang 111.2 55.6 kurang Tidak Ringan Berat
1.8 12 kurang 162 13.5 kurang 91.8 45.9 kurang Tidak Ringan Sedang
2.1 14 kurang 347.76 28.98 kurang 92.5 46.25 kurang Tidak Ringan Berat
1.7 11.33 kurang 138 11.5 kurang 131.8 65.9 kurang Tidak Ringan Berat
0.5 3.33 kurang 42.72 3.56 kurang 58 29 kurang Tidak Ringan Sedang
0.5 3.33 kurang 43.2 3.6 kurang 52 26 kurang Tidak Ringan Berat
4.7 31.33 kurang 97.44 8.12 kurang 124 62 kurang Tidak Ringan Berat
4.5 30 kurang 622.8 51.9 kurang 133.4 66.7 kurang Tidak Ringan Berat
1.85 12.34 kurang 85.32 7.11 kurang 114.8 57.4 kurang Beragam Ringan Sedang
1.56 10.42 kurang 289.92 24.16 kurang 130.9 65.45 kurang Beragam Ringan Berat
2.49 16.6 kurang 60.72 5.06 kurang 49.3 24.65 kurang Tidak Ringan Berat
6.3 42 kurang 60.96 5.08 kurang 199.8 99.9 cukup Tidak Ringan Berat
1.82 12.13 kurang 82.44 6.87 kurang 87.52 43.76 kurang Tidak Ringan Berat
1.2 7.98 kurang 416.4 34.7 kurang 25.4 12.7 kurang Tidak Ringan Sedang
2.38 15.87 kurang 215.76 17.98 kurang 29.28 14.64 kurang Tidak Ringan Berat
6.47 43.12 kurang 138.84 11.57 kurang 22.6 11.3 kurang Tidak Ringan Berat
3.21 21.4 kurang 103.32 8.61 kurang 24.82 12.41 kurang Tidak Ringan Berat
9.32 62.11 kurang 409.44 34.12 kurang 82.16 41.08 kurang Tidak Ringan Sedang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output

Frequencies
Umur Siswi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 14 29 72.5 72.5 72.5
15 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

DISMENORE

Frequencies

Tingkat Dismenore Siswi


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ringan 2 5.0 5.0 5.0
Sedang 12 30.0 30.0 35.0
Berat 26 65.0 65.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

POLA MAKAN

Frequencies
Jenis Makanan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Beragam 9 22.5 22.5 22.5
Tidak 31 77.5 77.5 100.0
Beragam
Total 40 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Frequency Table

Tingkat Konsumsi Energi


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid kurang 33 82.5 82.5 82.5
cukup 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Tingkat Konsumsi Protein


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid kurang 29 72.5 72.5 72.5
cukup 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Tingkat Konsumsi Lemak


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid kurang 33 82.5 82.5 82.5
cukup 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Tingkat Konsumsi Karbohidrat


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid kurang 35 87.5 87.5 87.5
cukup 5 12.5 12.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Tingkat Konsumsi Vitamin E


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid kurang 40 100.0 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tingkat Konsumsi Kalsium
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid kurang 35 87.5 87.5 87.5
cukup 5 12.5 12.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Tingkat Konsumsi Magnesium


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid kurang 34 85.0 85.0 85.0
cukup 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

AKTIVITAS FISIK

Frequencies

Aktivitas Fisik Siswi


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ringan 36 90.0 90.0 90.0
Sedang 4 10.0 10.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

STATUS GIZI

Frequencies
Status Gizi Siswi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid kurus 14 35.0 35.0 35.0
normal 17 42.5 42.5 77.5
gemuk 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEAN

Frequencies

Statistics
Konsumsi
Konsumsi Konsumsi Konsums Karbohidra Konsumsi Konsumsi Konsumsi
Energi Protein i Lemak t Vitamin E Kalsium Magnesium
N Valid 40 40 40 40 40 40 40
Missin 0 0 0 0 0 0 0
g
Mean 1200.9756 42.2278 43.5498 151.5115 3.5432 377.1750 104.7425

Frequencies

Statistics
IMT/U Siswi
N Valid 40
Missing 0
Mean -.4172

Crosstabs

Status Gizi Siswi * Tingkat Dismenore Siswi Crosstabulation


Tingkat Dismenore Siswi
Ringan Sedang Berat Total
Status Gizi kurus Count 0 3 11 14
Siswi % within Status Gizi .0% 21.4% 78.6% 100.0%
Siswi
% within Tingkat .0% 25.0% 42.3% 35.0%
Dismenore Siswi
% of Total .0% 7.5% 27.5% 35.0%
normal Count 2 6 9 17
% within Status Gizi 11.8% 35.3% 52.9% 100.0%
Siswi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Tingkat 100.0% 50.0% 34.6% 42.5%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 15.0% 22.5% 42.5%
gemuk Count 0 3 6 9
% within Status Gizi .0% 33.3% 66.7% 100.0%
Siswi
% within Tingkat .0% 25.0% 23.1% 22.5%
Dismenore Siswi
% of Total .0% 7.5% 15.0% 22.5%
Total Count 2 12 26 40
% within Status Gizi 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%

Status Gizi Siswi * Jenis Makanan Crosstabulation


Jenis Makanan
Tidak
Beragam Beragam Total
Status Gizi kurus Count 0 14 14
Siswi % within Status Gizi .0% 100.0% 100.0%
Siswi
% within Jenis .0% 45.2% 35.0%
Makanan
% of Total .0% 35.0% 35.0%
normal Count 3 14 17
% within Status Gizi 17.6% 82.4% 100.0%
Siswi
% within Jenis 33.3% 45.2% 42.5%
Makanan
% of Total 7.5% 35.0% 42.5%
gemuk Count 6 3 9
% within Status Gizi 66.7% 33.3% 100.0%
Siswi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Jenis 66.7% 9.7% 22.5%
Makanan
% of Total 15.0% 7.5% 22.5%
Total Count 9 31 40
% within Status Gizi 22.5% 77.5% 100.0%
Siswi
% within Jenis 100.0% 100.0% 100.0%
Makanan
% of Total 22.5% 77.5% 100.0%

Status Gizi Siswi * Aktivitas Fisik Siswi Crosstabulation


Aktivitas Fisik
Siswi
Ringan Sedang Total
Status Gizi kurus Count 13 1 14
Siswi % within Status Gizi 92.9% 7.1% 100.0%
Siswi
% within Aktivitas Fisik 36.1% 25.0% 35.0%
Siswi
% of Total 32.5% 2.5% 35.0%
normal Count 15 2 17
% within Status Gizi 88.2% 11.8% 100.0%
Siswi
% within Aktivitas Fisik 41.7% 50.0% 42.5%
Siswi
% of Total 37.5% 5.0% 42.5%
gemuk Count 8 1 9
% within Status Gizi 88.9% 11.1% 100.0%
Siswi
% within Aktivitas Fisik 22.2% 25.0% 22.5%
Siswi
% of Total 20.0% 2.5% 22.5%
Total Count 36 4 40
% within Status Gizi 90.0% 10.0% 100.0%
Siswi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Aktivitas Fisik 100.0% 100.0% 100.0%
Siswi
% of Total 90.0% 10.0% 100.0%

Aktivitas Fisik Siswi * Tingkat Dismenore Siswi Crosstabulation


Tingkat Dismenore Siswi
Ringan Sedang Berat Total
Aktivitas Ringan Count 1 9 26 36
Fisik Siswi % within Aktivitas 2.8% 25.0% 72.2% 100.0%
Fisik Siswi
% within Tingkat 50.0% 75.0% 100.0% 90.0%
Dismenore Siswi
% of Total 2.5% 22.5% 65.0% 90.0%
Sedang Count 1 3 0 4
% within Aktivitas 25.0% 75.0% .0% 100.0%
Fisik Siswi
% within Tingkat 50.0% 25.0% .0% 10.0%
Dismenore Siswi
% of Total 2.5% 7.5% .0% 10.0%
Total Count 2 12 26 40
% within Aktivitas 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%
Fisik Siswi
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%

Status Gizi Siswi * Tingkat Konsumsi Energi Crosstabulation


Tingkat Konsumsi
Energi
kurang cukup Total
Status Gizi kurus Count 12 2 14
Siswi % within Status Gizi 85.7% 14.3% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 36.4% 28.6% 35.0%
Konsumsi Energi
% of Total 30.0% 5.0% 35.0%
normal Count 15 2 17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Status Gizi 88.2% 11.8% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 45.5% 28.6% 42.5%
Konsumsi Energi
% of Total 37.5% 5.0% 42.5%
gemuk Count 6 3 9
% within Status Gizi 66.7% 33.3% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 18.2% 42.9% 22.5%
Konsumsi Energi
% of Total 15.0% 7.5% 22.5%
Total Count 33 7 40
% within Status Gizi 82.5% 17.5% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0%
Konsumsi Energi
% of Total 82.5% 17.5% 100.0%

Status Gizi Siswi * Tingkat Konsumsi Protein Crosstabulation


Tingkat Konsumsi
Protein
kurang cukup Total
Status Gizi kurus Count 12 2 14
Siswi % within Status Gizi 85.7% 14.3% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 41.4% 18.2% 35.0%
Konsumsi Protein
% of Total 30.0% 5.0% 35.0%
normal Count 13 4 17
% within Status Gizi 76.5% 23.5% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 44.8% 36.4% 42.5%
Konsumsi Protein
% of Total 32.5% 10.0% 42.5%
gemuk Count 4 5 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Status Gizi 44.4% 55.6% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 13.8% 45.5% 22.5%
Konsumsi Protein
% of Total 10.0% 12.5% 22.5%
Total Count 29 11 40
% within Status Gizi 72.5% 27.5% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0%
Konsumsi Protein
% of Total 72.5% 27.5% 100.0%

Status Gizi Siswi * Tingkat Konsumsi Lemak Crosstabulation


Tingkat Konsumsi
Lemak
kurang cukup Total
Status Gizi kurus Count 13 1 14
Siswi % within Status Gizi 92.9% 7.1% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 39.4% 14.3% 35.0%
Konsumsi Lemak
% of Total 32.5% 2.5% 35.0%
normal Count 16 1 17
% within Status Gizi 94.1% 5.9% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 48.5% 14.3% 42.5%
Konsumsi Lemak
% of Total 40.0% 2.5% 42.5%
gemuk Count 4 5 9
% within Status Gizi 44.4% 55.6% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 12.1% 71.4% 22.5%
Konsumsi Lemak
% of Total 10.0% 12.5% 22.5%
Total Count 33 7 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Status Gizi 82.5% 17.5% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0%
Konsumsi Lemak
% of Total 82.5% 17.5% 100.0%

Tingkat Konsumsi Lemak * Tingkat Dismenore Siswi Crosstabulation


Tingkat Dismenore Siswi
Ringan Sedang Berat Total
Tingkat kurang Count 1 10 22 33
Konsumsi % within Tingkat 3.0% 30.3% 66.7% 100.0%
Lemak Konsumsi Lemak
% within Tingkat 50.0% 83.3% 84.6% 82.5%
Dismenore Siswi
% of Total 2.5% 25.0% 55.0% 82.5%
cukup Count 1 2 4 7
% within Tingkat 14.3% 28.6% 57.1% 100.0%
Konsumsi Lemak
% within Tingkat 50.0% 16.7% 15.4% 17.5%
Dismenore Siswi
% of Total 2.5% 5.0% 10.0% 17.5%
Total Count 2 12 26 40
% within Tingkat 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%
Konsumsi Lemak
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%

Status Gizi Siswi * Tingkat Konsumsi Karbohidrat Crosstabulation


Tingkat Konsumsi
Karbohidrat
kurang cukup Total
Status Gizi kurus Count 13 1 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Siswi % within Status Gizi 92.9% 7.1% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 37.1% 20.0% 35.0%
Konsumsi Karbohidrat
% of Total 32.5% 2.5% 35.0%
normal Count 16 1 17
% within Status Gizi 94.1% 5.9% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 45.7% 20.0% 42.5%
Konsumsi Karbohidrat
% of Total 40.0% 2.5% 42.5%
gemuk Count 6 3 9
% within Status Gizi 66.7% 33.3% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 17.1% 60.0% 22.5%
Konsumsi Karbohidrat
% of Total 15.0% 7.5% 22.5%
Total Count 35 5 40
% within Status Gizi 87.5% 12.5% 100.0%
Siswi
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0%
Konsumsi Karbohidrat
% of Total 87.5% 12.5% 100.0%

Tingkat Konsumsi Vitamin E * Tingkat Dismenore Siswi Crosstabulation


Tingkat Dismenore Siswi
Ringan Sedang Berat Total
Tingkat kurang Count 2 12 26 40
Konsumsi % within Tingkat 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%
Vitamin E Konsumsi Vitamin
E
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%
Total Count 2 12 26 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Tingkat 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%
Konsumsi Vitamin
E
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%

Tingkat Konsumsi Vitamin E * Status Gizi Siswi Crosstabulation


Status Gizi Siswi
kurus normal gemuk Total
Tingkat kurang Count 14 17 9 40
Konsumsi % within Tingkat 35.0% 42.5% 22.5% 100.0%
Vitamin E Konsumsi
Vitamin E
% within Status 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Gizi Siswi
% of Total 35.0% 42.5% 22.5% 100.0%
Total Count 14 17 9 40
% within Tingkat 35.0% 42.5% 22.5% 100.0%
Konsumsi
Vitamin E
% within Status 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Gizi Siswi
% of Total 35.0% 42.5% 22.5% 100.0%

Tingkat Konsumsi Kalsium * Status Gizi Siswi Crosstabulation


Status Gizi Siswi
kurus normal gemuk Total
Tingkat kurang Count 14 14 7 35
Konsumsi % within Tingkat 40.0% 40.0% 20.0% 100.0%
Kalsium Konsumsi
Kalsium
% within Status 100.0% 82.4% 77.8% 87.5%
Gizi Siswi
% of Total 35.0% 35.0% 17.5% 87.5%
cukup Count 0 3 2 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Tingkat .0% 60.0% 40.0% 100.0%
Konsumsi
Kalsium
% within Status .0% 17.6% 22.2% 12.5%
Gizi Siswi
% of Total .0% 7.5% 5.0% 12.5%
Total Count 14 17 9 40
% within Tingkat 35.0% 42.5% 22.5% 100.0%
Konsumsi
Kalsium
% within Status 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Gizi Siswi
% of Total 35.0% 42.5% 22.5% 100.0%

Tingkat Konsumsi Kalsium * Tingkat Dismenore Siswi Crosstabulation


Tingkat Dismenore Siswi
Ringan Sedang Berat Total
Tingkat kurang Count 2 11 22 35
Konsumsi % within Tingkat 5.7% 31.4% 62.9% 100.0%
Kalsium Konsumsi
Kalsium
% within Tingkat 100.0% 91.7% 84.6% 87.5%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 27.5% 55.0% 87.5%
cukup Count 0 1 4 5
% within Tingkat .0% 20.0% 80.0% 100.0%
Konsumsi
Kalsium
% within Tingkat .0% 8.3% 15.4% 12.5%
Dismenore Siswi
% of Total .0% 2.5% 10.0% 12.5%
Total Count 2 12 26 40
% within Tingkat 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%
Konsumsi
Kalsium
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Dismenore Siswi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tingkat Konsumsi Kalsium * Tingkat Dismenore Siswi Crosstabulation
Tingkat Dismenore Siswi
Ringan Sedang Berat Total
Tingkat kurang Count 2 11 22 35
Konsumsi % within Tingkat 5.7% 31.4% 62.9% 100.0%
Kalsium Konsumsi
Kalsium
% within Tingkat 100.0% 91.7% 84.6% 87.5%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 27.5% 55.0% 87.5%
cukup Count 0 1 4 5
% within Tingkat .0% 20.0% 80.0% 100.0%
Konsumsi
Kalsium
% within Tingkat .0% 8.3% 15.4% 12.5%
Dismenore Siswi
% of Total .0% 2.5% 10.0% 12.5%
Total Count 2 12 26 40
% within Tingkat 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%
Konsumsi
Kalsium
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%

Tingkat Konsumsi Magnesium * Tingkat Dismenore Siswi Crosstabulation


Tingkat Dismenore Siswi
Ringan Sedang Berat Total
Tingkat kurang Count 2 10 22 34
Konsumsi % within Tingkat 5.9% 29.4% 64.7% 100.0%
Magnesium Konsumsi
Magnesium
% within Tingkat 100.0% 83.3% 84.6% 85.0%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 25.0% 55.0% 85.0%
cukup Count 0 2 4 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Tingkat .0% 33.3% 66.7% 100.0%
Konsumsi
Magnesium
% within Tingkat .0% 16.7% 15.4% 15.0%
Dismenore Siswi
% of Total .0% 5.0% 10.0% 15.0%
Total Count 2 12 26 40
% within Tingkat 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%
Konsumsi
Magnesium
% within Tingkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Dismenore Siswi
% of Total 5.0% 30.0% 65.0% 100.0%

Tingkat Konsumsi Magnesium * Status Gizi Siswi Crosstabulation


Status Gizi Siswi
kurus normal gemuk Total
Tingkat kurang Count 13 15 6 34
Konsumsi % within Tingkat 38.2% 44.1% 17.6% 100.0%
Magnesium Konsumsi
Magnesium
% within Status 92.9% 88.2% 66.7% 85.0%
Gizi Siswi
% of Total 32.5% 37.5% 15.0% 85.0%
cukup Count 1 2 3 6
% within Tingkat 16.7% 33.3% 50.0% 100.0%
Konsumsi
Magnesium
% within Status 7.1% 11.8% 33.3% 15.0%
Gizi Siswi
% of Total 2.5% 5.0% 7.5% 15.0%
Total Count 14 17 9 40
% within Tingkat 35.0% 42.5% 22.5% 100.0%
Konsumsi
Magnesium
% within Status 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Gizi Siswi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tingkat Konsumsi Magnesium * Status Gizi Siswi Crosstabulation
Status Gizi Siswi
kurus normal gemuk Total
Tingkat kurang Count 13 15 6 34
Konsumsi % within Tingkat 38.2% 44.1% 17.6% 100.0%
Magnesium Konsumsi
Magnesium
% within Status 92.9% 88.2% 66.7% 85.0%
Gizi Siswi
% of Total 32.5% 37.5% 15.0% 85.0%
cukup Count 1 2 3 6
% within Tingkat 16.7% 33.3% 50.0% 100.0%
Konsumsi
Magnesium
% within Status 7.1% 11.8% 33.3% 15.0%
Gizi Siswi
% of Total 2.5% 5.0% 7.5% 15.0%
Total Count 14 17 9 40
% within Tingkat 35.0% 42.5% 22.5% 100.0%
Konsumsi
Magnesium
% within Status 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Gizi Siswi
% of Total 35.0% 42.5% 22.5% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai