Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN IMT MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN ANGKATAN 2019 UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Oleh :
Adam Primadonna Satari 1, Idawati Karjadidjaja2
ABSTRACT
Students are the beginning of young adulthood where many physical, psychological and
physiological changes occur. At this time, it is very susceptible to changes in nutritional
status, which is influenced by dietary patterns and inadequate nutritional knowledge,
this triggers problems in nutritional status. Nutritional knowledge for each individual is
very important because it affects daily diet. Poor nutritional status will certainly be a risk
factor for the emergence of various diseases. Therefore, the purpose of this study was
to determine the relationship between nutritional knowledge and the value of BMI in
students of the Tarumanagara University Medical Faculty. The design of this study was
an observational analytic with a cross sectional approach. Data were collected from 25
students of the medical faculty of Tarumanagara University. It was found that from 25
respondents, the mean value of nutritional knowledge was 66.43 with the majority
(72.0%) getting sufficient values (60-75), the average BMI value of the research
respondents was 24.47 and the majority (44.0%) have an obese nutritional status (BMI
≥ 25 kg / m2). There was no significant relationship between the level of nutritional
knowledge and the BMI of the 2019 Tarumangara University Medical Students (P>
0.05).

ABSTRAK
Mahasiswa merupakan awal masa dewasa muda yang dimana banyak terjadi
perubahan fisik, psikologis dan fisiologis. Pada masa ini sangat rentan mengalami
perubahan status gizi, yang dimana dipengaruhi dengan pola makan dan pengetahuan
gizi yang kurang tepat, hal ini memicu terjadinya permasalahan status gizi.
Pengetahuan gizi pada setiap individu sangat penting karena mempengaruhi pola
makan sehari-hari. Status gizi yang kurang baik tentunya akan menjadi faktor risiko
munculnya berbagai penyakit. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dan nilai IMT pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara. Desain penelitian ini adalah analitik
observasional dengan pendekatan potong lintang. Pengambilan data dilakukan pada
mahasiswa fakultas kedokteran unversitas tarumanagara sebanyak 25 responden.
Didapatkan bahwa dari 25 responden didapatkan nilai rerata pengetahuan gizi adalah
66,43 dengan mayoritas (72,0%) mendapatkan nilai yang cukup (60-75), rerata nilai
IMT responden penelitan adalah 24,47 dan sebagian besar (44,0%) memiliki status gizi
obesitas (IMT ≥ 25 kg/m2). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan gizi dengan IMT Mahasiswa Kedokteran Universitas Tarumangara
Angkatan 2019 (P>0,05).

adamprimadonna@gmail hal ini memicu


.com
terjadinya permasalahan
status gizi. Masalah
1
Adam Primadonna PENDAHULUAN status gizi merupakan
Satari
Mahasiswa Fakultas Mahasiswa merupakan masalah kesehatan yang
Kedokteran Universitas
awal masa dewasa penting untuk
Tarumanagara
muda yang dimana diperhatikan. Menurut
2
Idawati
banyak terjadi World Health
Karjadidjaja, dr., M.S,
Sp. GK perubahan fisik, Organization pada tahu
Staff dan dosen
psikologis dan fisiologis. 2016 ada lebih dari 1,9
departemen ilmu Gizi,
fakultas kedokteran Pada masa ini sangat miliar orang di dunia
universitas trauma
rentan mengalami yang berusia lebih dari
negara
perubahan status gizi, 17 tahun yang
Correspondence to:
yang dimana mengalami berat badan
Adam Primadonna Satari
Fakultas Kedokteran dipengaruhi dengan pola lebih dan 650 miliar
Universitas
makan dan pengetahuan orang di dunia yang
Tarumanagara
Email: gizi yang kurang tepat, obesitas. Prevalensi
kelebihan berat badan dan paling rendah pada orang di Asia Tenggara
tertinggi terdapat pada wilayah WHO Asia mengalami masalah
wilayah WHO Amerika Tenggara. Satu dari lima status gizi kelebihan

berat badan. Di Indonesia, 13,5% orang jumlah berlebih. Untuk itu dilihat dari
yang berusia 18 tahun ke atas memiliki permasalahan di atas bahwa
status gizi kelebihan berat badan, pengetahuan status gizi setiap individu
28,7% mengalam obesitas. sangat mempengaruhi status gizi, dan
Pengetahuan gizi pada setiap individu hal ini tentunya sangat mempengaruhi
sangat penting karena mempengaruhi status kesehatannya.Karena makanan
pola makan sehari-hari. Konsumsi yang sehat bukanlah makanan yang
makanan yang kurang baik dapat enak dan mahal harganya, akan tetapi
mempengaruhi kesehatan dan dapat yang mengandungan gizi cukup untuk
memicu perubahan status gizi ke arah mengganti gizi harian yang dipakai oleh
yang tidak normal seperti gizi kurang tubuh baik untuk aktivitas internal
atau lebih, namun seseorang yang maupun eksternal.1,3
memiliki tingkat pengetahuan yang baik Berdasarkan penelitian yang
tentang gizi tidak dapat menentukan dilakukan oleh Abd. Hakim Laenggeng
bahwa ia akan memilih makanan yang dan Yance Lumalang (2015) terhadap
sehat sesuai pengetahuannya, atau Siswa SMPN Palu 1 bahwa terdapat
belum tentu juga perilaku dalam hubungan yang rendah antara
memilih makanan sama dengan apa pengetahuan gizi dengan status gizi.
yang diketahuinya.1,2 Dan berdasarkan penelitian yang
Status gizi yang kurang baik tentunya dilakukan oleh Retno Dewi Noviyanti,
akan menjadi faktor risiko munculnya Dewi Marfuah (2017) terhadap remaja
berbagai penyakit. Status gizi kurang di Kelurahan Purwosari Laweyan
terjadi bila tubuh kurang menerima Surakarta bahwa tidak ada hubungan
asupan satu atau lebih zat-zat gizi antara pengetahuan gizi dengan status
esensial, dan status gizi lebih terjadi bila gizi. Maka peneliti ingin melakukan studi
tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam untuk mengetahui seberapa besar
hubungan antara pengetahuan gizi tinggi badan dan berat badan
dengan status gizi pada Mahasiswa responden kemudian data akan
Fakultas Kedokteran Universitas dianalisa mengunakan aplikasi SPSS
Tarumanagara angkatan 2019.1,2 versi 26.

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilakukan di Fakultas
Penelitian ini merupakan penelitian
Kedokteran Universitas Tarumanagara
analitik observasional dengan studi
dengan responden penelitian adalah
potong lintang. Tempat dilakukannya
mahasiswa Fakultas Kedokteran
penelitian adalah di Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara Angkatan
Universitas Tarmanagara yang
2019 sejumlah 25 responden dengan
dilaksanakan pada bulan Juli hingga
60% responden berjenis kelamin
Agustus 2020. Sampel penelitian ini
perempuan. Rentang usia responden
adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
adalah 18 hingga 20 tahun. Menurut
Universitas Tarumanagara dengan besar
studi usia diantara 18 hingga 25 tahun
sampel yang dihitung dengan
dengan tingkat pengetahuan yang
menggunakan perhitungan analitik
beragam, frekuensi membaca, belajar
korelatif yaitu minimal jumlah sampel 23
dan kemampuan mengingat kembali
orang dan teknik pengambilan sampel
pelajaran dan rasa ingin tahu yang
adalah consecutive non-random
beragam merupakan kelompok usia
sampling. Kriteria inklusi dari penelitian
tertinggi dalam hal menyerap informasi
ini adalah harus mahasiswa aktif
dan kemampuannya untuk belajar
fakultas kedokteran universitas
dikarenakan pada usia tersebut memiliki
tarumanagara Angkatan 2019. Untuk
variabilitas memori yang cukup besar.4
menghindari bias mahasiswi yang
sedang hamil atau tidak bersedia
menjadi responden tidak diikuti dalam
penelitian. Jenis data yang digunakan
merupakan data primer yaitu dengan
Tabel 1. Karakteristik Responden
pengisian kuesioner dan pengukuran
yang dilakukan pada mahasiswa
Rerata nilai berat badan kedokteran di Malaysia prevalensi angka
responden adalah 66,76 kg, rerata overweight dan obesitas terbilang cukup
tinggi badan adalah 164,32 cm dan nilai tinggi. Hal ini tentu menjadi pacuan
rata-rata indeks massa tubuh responden untuk ditingkat pola hidup yang baik
adalah 24,47 kg/m2 dengan status gizi dan benar, pola makan sehat, dan
tertinggi sekitar 44,0% yaitu berstatus rutinitas aktivitas fisik, diantara remaja
gizi obesitas. Masalah status gizi dan kaum muda.7 Pada penelitian yang
terutama obesitas merupakan salah satu dilakukan oleh 320 mahasiswa
isu atau permasalah utama dalam kedokteran didapatkan bahwa
kesehatan masyarakat di Indonesia prevalensi mahasiswa berstatus gizi
bukan hanya Dunia. Menurut Riset overweight (BMI 25-29,9 kg/m2) yaitu
Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi 19,4% dan obesitas (4,4%), dan hal ini
obesitas pada penduduk berusia >18 berhubungan secara signifikan dengan
tahun pada tahun 2013 adalah 15,4%, kualitas tidur. Sedangkan penurunan
angka ini masih terbilang cukup tinggi. 5 kualitas tidur sendiri juga merupakan
Saat ini mahasiswa kedokteran yang dapat disebabkan oleh indeks massa
merupakan calon dokter dimasa depan tubuh yang tinggi.8
dipertimbangkan oleh masyarakat
menjadi individu yang berpengetahuan
tinggi dan sadar akan permasalahan
kesehatan. Berat badan yang
berlebih/Obesitas merupakan penyebab
Tabel 2. Gambaran Indeks Massa
ke-5 kematian di dunia. Dalam studi
Tubuh Responden
yang dilakukan pada mahasiswa
Dari hasil penelitian 8 dari 10
kedokteran di Saudi Arabia didapatkan
laki-laki mengalami obesitas (80%) dan
8,4% mahasiswa mengalami obesitas,
3 dari 15 Perempuan mengalami
dan diperkirakan hal ini dapat
obesitas (20%). Banyak faktor yang
meningkat dikarenakan pola makan dan
dapat mempengaruhi hubungan jenis
gaya hidup yang tidak sehat. 6 Penelitian
kelamin dan tingkat obesitas. Pada laki- Untuk mengukur tingkat
laki lebih cenderung untuk mengalami pengetahuan gizi pada responden,
deposit lemak sentral ketika peneliti menggunakan kuesioner yang
pertumuhan dari remaja ke dewasa mengajukan 25 pertanyaan terkait
muda. Androgen pada laki-laki memiliki pengetahuan gizi. Dari hasil penyebaran
peran untuk meregulasi adiposity dan kuesioner didapatkan rata-rata nilai
metabolism. Studi sebelumnya pengetahuan gizi adalah 66,43 dan
menunjukan adanya hubungan yang mayoritas 72,0% mendapatkan nilai
signifkan antara androgen dengan kadar cukup (60-75). Peningkatan dari non-
lemak visceral dan kompartemen communicable disease merupakan
subkutaneus pada laki-laki.9 walaupun tantangan yang dihadapi oleh dunia.
Testosteron memiliki hubungan Penyebab utama dari masalah ini adalah
terhadap menjaga komposisi tubuh dari faktor gaya hidup termasuk diet
yang sehat dan membentuk otot, yang tidak sehat, kurangnya aktivitas
hormon ini juga memiliki perat penting fisik dan lain sebagainya. Sehingga
dalam deposisi lemak pada berbagai dalam hal ini peran ilmu gizi sangat
regio yang dapat juga terlihat pada perlu. Petugas kesehatan dalam hal ini
wanita. Maka dari itu, peran hormon sex adalah dokter menjadi “role model”
merangsang obesitas visceral/abdominal untuk masyarkat untuk mempromosikan
pada laki-laki, namun pada wanita lebih pola hidup dan makan yang baik dan
berperan lemak subkutaneus daripada benar. Dokter sering sekali menjadi
lemak visceral.10 Laki-laki juga terlihat tempat konsultasi bagi masyarakat
kurang perduli dengan berat badan dari mengenai gizi. Banyak dokter yang
pada wanita, hal ini dapat kurang pelatihan, kemampuan konseling
mengakibatkan walaupun secara dan kurangnya pengetahuan mengenai
mekanisme tubuh wanita cenderung gizi. Maka perlunya ilmu gizi sejak masa
untuk lebih mengalami obesitas. Laki- pre klinik pada mahasiswa kedokteran
laki dalam hal ini tidak peduli dengan untuk menangani persoalan tersebut.
status gizinya mengakibatkan prevalensi Berdasarkan penelitian yang dilakukan
obesitas meningkat pada laki-laki.11 di Univeristas Tarzi, Iran didapatkan dari
220 mahasiswa kedokteran pada tingkat pengetahuan yang lebih
universita tersebut lebih dari 50% daripada wanita. Hal ini dapat
memiliki tingkat pengetahuan gizi yang disebabkan laki-laki lebih cenderung
masih kurang. Temuan ini konsisten untuk memiki rasa ingin tahu yang
dengan survei pada sekolah kedokteran tinggi. Tetapi dalam hal penerapan ilmu
lain di Iran. Dari semua subjek pengetahuan wanita lebih mahir
mengenai gii kategori ilmu gizi umum daripada laki-laki. Namun dalam hal
yang mendapatkan nilai tertinggi, tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
sedangka yang terendah adalah ilmu berbagai faktor internal dan eksternal
gizi mengenai lemak.12 Studi juga lainnya.14
menunjukan bahwa kurangnya
pengetahuan mengenai gizi,
menurunkan kesadaran hubungan
antara gizi dan kesehatan, sehingga
Tabel 4. Hasil analisis hubungan
bersamaan menurunkan perilaku hidup
antar variabel
sehat dan menurunkan kemampuan
Berdasarkan hasil analisis
untuk mendukung pasien untuk
hubungan antara tingkat pengetahuan
memperbaiki pola makannya. 13
dan indeks massa tubuh pada
responden tidak terdapat hubungan
yang signifikan (P>0,05). Hal in berbeda
dengan penelitian yang dilakukan pada

Tabel 3. Nilai dan tingkat 81 mahasiswa fakultas kedokteran


pengetahuan responden Universitas Indonesia yang menunjukan
Enam dari 10 laki-laki adanya hubungan yang signifikan
mendapatkan nilai yang cukup (60%) namun korelasinya rendah antara
dan 12 dari 15 perempuan juga pengetahuan mengenai nutrisi dan
mendapatkan nilai yang cukup (80%). obesitas. Responden diminta untuk
Dalam suatu penelitian didapatkn bahwa menjawab pertanyaan mengenai diet,
laki-laki lebih cenderung untuk memiliki obesitas, faktor resikonya, konsekuensi
obesitas, dan prinsip manajemen KESIMPULAN
obesitas.15 Namun, studi yang dilakukan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
pada 500 pasien yang berusia 18-65 dari 25 responden didapatkan nilai
tahun menunjukan tidak ada hubungan rerata pengetahuan gizi adalah 66,43
yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan mayoritas (72,0%)
dan angka indeks massa tubuh, hal ini mendapatkan nilai yang cukup (60-75),
didukung karena adanya individu yang rerata nilai IMT responden penelitan
memiliki pengetahuan gizi yang kurang adalah 24,47 dan sebagian besar
tetapi mereka memiliki pola diet rendah (44,0%) memiliki status gizi obesitas
lemak. Juga dapat dipungkiri bahwa (IMT ≥ 25 kg/m2). Tidak terdapat
ilmu gizi penting tetapi tidak menjadi hubungan yang bermakna antara
faktor utama untuk dapat merubah tingkat pengetahuan gizi dengan IMT
perilaku diet yang baik dan benar.16 Mahasiswa Kedokteran Universitas
Tarumangara Angkatan 2019 (P>0,05).

DAFTAR PUSTAKA
1. Noviyanti RD, Marfuah D. Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan
Pola Makan Terhadap Status Gizi Remaja Di Kelurahan Purwosari Laweyan
Surakarta. 2017;6.
2. Laenggeng AH, Lumalang Y. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Sikap memilih
Makanan Jajanan dengan Status Gizi Siswi SMP Negeri 1 Palu. 2015;1(1):9.
3. Maharibe CC. Hubungan Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Praktik Gizi
Seimbang Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. J E-Biomedik .2014;2(1).
4. Soederberg MLM. Age differences in the effects of domain knowledge on
reading efficiency. Psychol Aging. 2009;24(1):63-74.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Pelaksanaan Gerakan
Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS). Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
6. Mehmood Y, Al-Swailmi FK, Al-Enazi SA. Frequency of obesity and
comorbidities in medical students. Pak J Med Sci. 2016;32(6):1528-1532.
7. Gopalakrishnan S, Ganeshkumar P, Prakash MV, Christopher, Amalraj V.
Prevalence of overweight/obesity among the medical students, Malaysia.
Med J Malaysia. 2012 Aug;67(4):442-4.
8. Hameed R, Bhat AN, Nowreen N. Prevalance of Overweight and Obesity
among Medical Students and its Correlation with Sleep Pattern and Duration.
International Journal of Contemporary Medical Research. 2019;6(6): 2454-
2459.
9. Mongraw-Chaffin ML, Anderson CA, Allison MA, Ouyang P, Szklo M, Vaidya
D, Woodward M, Golden SH. Androgen and Obesity. J Clin Endocrinol Metab.
2015; 100(4):E596-600.
10. Zalmer BF, Clegg DJ. The Sexual Dimorphism of Obesity. Mol Cell
Endocrinol. 2015; 402:113-9
11. Kim KB, Shin YA. Males with Obesity and Overweight. J Obes Metab Syndr.
2020;29(1):18-25.
12. Dolatkhah, N., Aghamohammadi, D., Farshbaf-Khalili, A. et al. Nutrition
knowledge and attitude in medical students of Tabriz University of Medical
Sciences in 2017–2018. BMC Res Notes. 2019; 12(757).
13. Perlstein R, McCoombe S, Macfarlane S, Bell AC, et al. Nutrution practice
and Knowledge of First Year Medical Students. Journal of Biomedical
Education. 2017;2017:1-10.
14. Evans EM, Schweinguber H, Stevenson HW. Gender Differences in Interest
and Knowledge Acquisition: The United States, Taiwan, and Japan. Sex
Roles.2020;47(3/4): 153-167.
15. Fadli A. Relationship Between Knowledge abot Nutrition and obesity and
Nutrition Practice among Medical Students. Jurnal Kedokteran Univeristas
Indonesia. 2019;1(1).
16. O'Brien G, Davies M. Nutrition knowledge and body mass index. Health Educ
Res. 2007;22(4):571-5.

Anda mungkin juga menyukai