Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Hayati, Sp. M
Nama :
NIM :
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Kristen Krida Wacana
Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter
Periode Kepaniteraan Klinik :
Judul : Journal Reading
Diajukan :
Pembimbing :
Mengetahui,
Nama :
NIM :
Periode :
FORMAT RESUME JURNAL
Association between Cataract Surgery and Age-Related Macular
Judul Jurnal
Degeneration: A Systematic Review and Meta-Analysis
Sebuah tinjauan Pustaka dan meta-analisis yang betujuan untuk
Tujuan mengevaluasi hubungan antara pembedahan pada katarak dengan
perkembangn dan progresi AMD (Age-related Macular Degeneration)
Pencarian literatur sistematis dilakukan pada Agustus 2020
menggunakan mesin pencari EMBASE dan PubMed berisikan studi
kohort, case-control atau uji randomisasi terkontrol yang mana mencari
Metode hubungan antara pembedahan katarak dan AMD. Odds Ratio (OR)
diukur melalui hubungan dengan model efek acak. Analisis
distratifikasikan lebih lanjut dengan faktor yang dapat berdampak pada
hasil.
15 studi yang terinklusi pada studi ini. Hasil analisis keseluruhan
menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pembedahan
katarak dengan insidensi AMD lanjutan (late) (OR, 1.80; 95% CI, 1.26-
2.56; p = 0.001), atrofi geografik (OR, 3.20 ; 95% CI, 1.90-5.39; p≤
0.001). Tidak ada hubungan yang signifikan antara pembedahan katarak
Hasil dengan insidensi AMD dini. Analisis subgroup menunjukan OR
insidensi AMD dini dan lambat secara signifikan lebih tinggi pada
pembedahan katarak yang dilakukan lebih dari 5 tahun dibandingkan
dengan kurang dari 5 tahun. Juga ditemukan risiko progresi AMD
meningkat setelah pembedahan katarak yang dilakukan lebih dari 5
tahun (OR, 1.97;95% CI, 1.29-3.01; p = 0,002)
Pembedahan katarak dapat berhubungan dengan meningkatnya risiko
AMD tipe lanjutan dan progresi AMD. Meningkatkan kunjungan pasca
pembedahan katarak untuk menilai progresi AMD dan risiko kejadian
Kesimpulan
AMD. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dilakukan penelitian
randomisasi teracak multisenter untuk mengkonfirmasi temuan pada
studi ini.
Pembedahan katarak merupakan tindakan operasi yang paling sering dilakukan pada
departemen ilmu penyakit mata dan hasil dalam perbaikan penglihatan sudah tidak diragukan.
Namun, AMD juga menjadi komorbiditas retinal tersering pada pasien yang akan menjalani
operasi katarak. Maka dari itu penting untuk mengetahui resiko progresi AMD, atau
timbulnya AMD pasca pembedahan atau AMD tersebut siudah berkembang sebelum
pembedahan (permasalahan dalam informed consent).
EPIDEMIOLOGI
Kondisi Katarak dan AMD berkaitan erat dengan usia, dan tiap-tiap kondisi memiliki faktor
risikonya masing-masing. Dengan populasi lansia yang meningkat dan ekspetasi hidup yang
lebih Panjang, WHO memperkirakan orang dengan kebutaan akibat katarak akan meningkat
hingga 40 juta pada tahun 2025.
Retina manusia merupakan jaringan okular terkompleks dengan struktur yang sangat
terorganisir. Retina menerima gambaran visual, yang dihasilkan oleh sistem optikal pada
mata, dan mengkonversi energi cahaya menjadi sinyal elektrikal, yang mana melalui proses
inisial yang kemudian ditansimisi sepanjang saraf optikus ke korteks visual, dimana atribut
structural (bentuk, warna dan kontras) dan spatial (posisi, kedalaman, dan gerakan) diproses.
Total luas Retina adalah 1100 mm2. Makula lutea merupakan bagian sentral retina
posterior yang berwarna kekuningan dikarenakan pigmen luteal (xanthofil) berdiameter 5,5
mm yang memiliki ketajaman penglihatan terbaik atau resolusi spasial tertinggi, disebut juga
sebagai penglihatan sentral. Fovea berada pada pusat macula yang berdiameter 1,5 mm, fovea
merupakan daerah paling tipis dan retina bersifat avaskuler pada bagian ini dan hanya terdiri
dari sel kerucut.
Stadium Katarak
Katarak Matur adalah katarak yang seluruh substansi lensa opak, hasil shadow test
negative.
Katarak Immatur adalah katarak yang memiliki beberapa bagian lensa yang masih
transparan, hasil shadow test positif. Jika lensa menjadi bengkak akibat ambilan air
yang berlebih disebut sebagai Intumesen.
Katarak Hipermatur adalah katarak dimana protein kortikalnya mencair, cairan ini
dapat keluar dari kapsul yang intak, sehinggga kapsul lensa mengkerut. Katarak
hipermatur yang nucleus lensanya mengambang bebas di kantong kapsular lensa
disebut sebagai Katarak morgagnian.
Etiologi daripada katarak senilis belum diketahui secara pasti, katarak senilis bersifat
multifactorial, yaitu:
1. Katarak Nuklear, yaitu katarak yang kekeruhan terutama pada nucleus dibagian
sentral lensa. Terjadi akibat sclerosis nuclear; nucleus cenderung menjadi gelap dan
keras (sclerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Bisanya mulai
timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya lambat. Pengerasan yang
progresif dari nucleus lensa sehingga terjadi peningkatan indeks refraksi lensa dan
terjadi perpindahan miopik (myopic shift) dikenal sebagai myopia lentikularis.
Akibat myopic shift, individu dengan presbyopia dapat membaca tanpa kacamata
(disebut penglihatan kedua/second sight). Katarak nuclear dapat menyebabkan
gangguan yang lebih besar pada penglihatan jauh daripada penglihatan dekat. Katarak
jenis ini dapat terjadi pada pasien diabetes melitus dan myopia tinggi. Dapat pula
timbul diplopia monookular (akibat perubahan mendadak indeks refraksi antara
korteks dan nuclear) dam gangguan diskriminasi warna (terutama biru dan ungu,
akibat kuningnya lensa).
2. Katarak Kortikal, yaitu katarak yang kekeruhan terjadi pada korteks lensa (bisa
didaerah anterior, posterior dan ekuatorial korteks). Muncul pada usia 40-60 tahun
dan progresivitasnya lambat. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau
gambaran seperti ruji. Efeknya terhadap fungsi penglihatan bervariasi, tergantung dari
jarak kekeruhan terhadap aksial penglihatan. Katarak kortikal umumnya tidak
memberi gejala sampai tingkat progresifitas lanjut ketika jari-jari korteks
membahayakan axis penglihatan (penglihatan dirasakan lebih baik pada cahaya terak
ketika pupil miosis). Gejala katarak kortikal adalah fotofobia dari sumber cahaya
fokal yang terus menerus dan diplopia monookular. Kekeruhan dimulai dari celah dan
vakuola antara serabut lensa oleh karena hidrasi oleh korteks. Disebabkan oleh
berkurangnya protein total, asam amino dan kalium yang dihubungkan dengan
peningkatan konsentrasi natrium dan hidrasi lensa, diikuti oleh koagulasi protein.
3. Katarak subcapsular posterior (katarak cupuliformis) yaitu terdapat pada korteks
di dekat kapsul posterior bagian sentral dan biasanya di aksial. Biasanya mulai timbul
sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat. Sejak awal, menimbulkan
gangguan penglihatan karena adanya keterlibatan sumbu penglihatan. Gejala yang
timbul adalah fotofobia dan penurunan visus dibawah kondisi cahaya terang,
akomodasi, atau miotikum. Penglihatan dirasakan lebih baik ketika pupil midriasis
pada malam hari dengan cahaya yang suram (day blindness). Ketajaman penglihatan
dekat menjadi lebih berkurang daripada penglihatan jauh. Kadang mengalami diplopia
monocular. Sering terlihat pada pasien yang lebih muda dibandingkan dengan pasien
katarak nuclear/kortikal. Sering ditemukan pada pasien DM, myopia tinggi dan
retinitis pigmentosa, akibat trauma, penggunaan kortikosteroid sistemik atau topikal,
inflamasi, dan paparan radiasi ion.
BEDAH KATARAK
Lensa diangkat dari mata (ekstrasi lensa) dengan prosedur intracapsular atau ekstrakapsular:
1. Katarak Kongenital, yaitu katarak yang mucul pada saat lahir, atau sesat setelahnya.
Gambar 5. Kataarak Kongenital
2. Katarak Traumatik, yaitu katarak yang terjadi akibat cedera benda asing pada lensa,
atau trauma tumpul pada bola mata. Lensa akan menjadi putih segera setelah terjadi
cedera, dikarenakan interupsi pada lensa mengakibatkan kapsul lensa bocor dan
cairan masuk kedalam struktur lensa.
Klasifikasi AMD
1. Tidak ada perubahan: tidak ada drusen dan abnormalitas pigmen yang terlihat.
2. Perubahan penuaan normal: hanya drusen kecil (<63 µm diameter) (druplet) dan tidak
ada abnormalitas pigmen.
3. AMD Dini: drusen sedang ( > 63 – 125 µm diameter) dan tidak ada abnormalitas
pigmen.
4. AMD Intermediet: Drusen besar (>125 µm diameter) dan/atau abnormalitas pigmen
apapun.
5. AMD lanjutan: AMD neovascular dan/atau atrofi geografik.
1. Strategi pencarian
Menggunakan panduan meta-analisis MOOSE/ Meta-analysis of Observational
Studies. Studi yang diambil adalah studi RCT, Kohort, dan case-control.
Menggunakan mesin oencari Embase dan Pubmed, dengan kata kunci ekstraksi
katarak (fako*), degenerasi makular, neovaskularisasi koroidal dan atrofi geografik.
2. Kriteria eligibilitas
Kriteria Inklusi:
Studi mengevaluasi efek dari pembedahan katarak pada perkembangan dan
progresi AMD
Studi berupa studi kohort, case-control dan RCT
Studi dengan kesimpulan yang terdapat Odds Ratio, Hazards Ratio dengan interval
kepercayaan 95%.
Kriteria Ekslusi:
Studi potong-lintang, dikarenakan tidak dapat menilai secara baik hubungan antara
pembedahan katarak dengan AMD.
Terdapat 863 studi yang didapatkan. Setelah memeriksa jurnal duplikat dan
mengeliminasi referensi yang tidak sesuai. Didapatkan 29 artikel jurnal yang relevan dan
pada analisis akhir terdiri dari 12 studi kohort, 2 RCT dan 1 studi case-control.
Tidak terdapat hubungan antara pembedahan katarak dan insidensi AMD dini.
Progresi dari AMD dan pembedahan katarak tidak signifikan pada 6-12 bulan follow-up.
Sehingga, semakin lama waktu pasca bedah katarak semakin tinggi juga insidensi AMD dan
progresi AMD. Terdapat hubungan yang kuat juga antara pembedahan katarak dengan atrofi
geografik dibandikan AMD neovascular.
Alasan yang menyebabkan pembedahan katarak berhubungan dengan AMD, yaitu:
Toksisitas Cahaya, cahaya terutama cahaya yang memilki Panjang gelombang yang pendek
dapat menyebabkan pembebasan dari reactive oxygen species, yang mana sangat toksik dan
dapat menyebabkan pembentukan lipid toksik dan produk peroksidasi protein. Pada saat lensa
di bedah, retina akan terpajan dengan cahaya bergelombang pendek seperti sinar UV secara
langsung, yang akan merusak retina dan meningkatkan risiko AMD. Efekn fototoksik ini juga
dapat menyebabkan inflamasi kronik oleh sel dendritic yang termediasi oleh respons
autoimun local. Walaupun beberapa pasien pasca bedah katarak dipakaikan alat penyokong
penghalau sinar UV atau dengan IOL penahan sinar UV tidak dapat mencegah timbulnya
AMD. Alasan kedua yaitu inflamasi yang disebabkan secara langsung selama pembedahan
katarak, baik pembedahan intra/ekstrakapsular.
Namun terdapat studi yang menunjukan bahwa pembedahan katarak berguna bagi
pasien AMD baik dalam memperbaiki visus penglihatan dan perbaikan kualitas hidup.
Mayoritas pasien dengan AMD lanjut (75,6%) masih melaporkan kepuasan atas visus
penglihatan yang membaik pasca bedah katarak, walaupun penurunan ketajaman penglihatan
masih menurun lebih cepat pada pasien dengan AMD.