Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA


LANSIA DENGAN KATARAK DI WISMA SAKURA PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) PAGAR DEWA KOTA BENGKULU
31 JANUARI-5 FEBRUARI 2022

DISUSUN OLEH:
NIMI HARAYANTI
1826010005

PEMBIMBING AKADEMIK PRECEPTOR KLINIK

(Ns, Hanifah, S.Kep, M.Kep) (Marlisa, Amd, Keb)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022
A. Pengertian Katarak
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak
merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan
seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin,
2000).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau akibat keduanya (Ilyas, 2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata
atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada
retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara
bertahap (Istiqomah, 2003).
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses
penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
(Muttaqin, 2008).
B. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5
cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari
beberapa lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan
mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap
bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
 Sclera
 Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
 Koroid
 Badan (korpus) siliare
 Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
 Retina
 Fundus optic
 Lensa
 Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat
memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan
mata. Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat
diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing
mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus
dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks
serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu
gambaran (Istiqomah, 2003).
C. Etiologi Katarak
Menurut Tamsuri (2008), katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1) Usia
2) Fisik
3) Kimia
4) Penyakit predisposisi
5) Genetik dan gangguan perkembangan
6) Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada
zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkanpenglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
E. Pathway Katarak
F. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang
dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma
tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak
pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara
lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan
bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi
karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat
seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan
local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi
pada satu mata lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih
berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta
bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam
korteks lensa (Tamsuri, 2008).
G. Manifestasi Klinis Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau
putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan
ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun
tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk
jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata
sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan
I. Pemeriksaan Diagnostik
1) Uji mata
2) Keratometri
3) Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4) A-scan ultrasound (echography)
5) Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan
(Suddarth, 2001).
6) Darah putih: dibawah 10.000 normal
J. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai
kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan
lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka
penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari -
hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat
penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing -
masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi
tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih
buruk lagi. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering
dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas. Kebanyakan
operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan
untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan
katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi
bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal
pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi
diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya
ytaitu Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil
menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma
darurat),dan Peningkatan air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu riwayat keluarga glaukoma,
diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan
vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan
endokrin, diabetes (glaukoma).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau
kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan ,
menurunkan,membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001).
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
pasien dengan penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/ gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d
menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya
terhadap rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis,
pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.

C. Perencanaan
Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada diagnosa
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam,2001).
Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi:
Mandiri:
 Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan, balutan mata.
 Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak
sakit sesuai keinginan.
 Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata ,
membongkok.
 Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari
anestesi.
 Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
 Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan
imajinasi, visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi.
 Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
 Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata
tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
Observasi hifema (perdarahan pada mata) pada mata dengan senter sesuai
indikasi.
 Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk
buah pir.
Kolaborasi:
 Berikan obat sesuai indikasi:
 Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
 Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin (Diamox)
 Sikloplegis
 Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (Tyenol)
Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi
Mandiri:
 Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati
mata.
 Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari
dalam keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti
balutan , dan masukan lensa kontak bila menggunakan.
 Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang dioperasi.
 Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan ,
kelopak bengkak , drainase purulen. Indentifikasi tindakan kewaspadaan
bila terjadi ISK.
Kolaborasi:
Beri obat sesuai indikasi:
 Antibiotik (topikal , parenteral, atau subkonjungtival)
 Streoid

Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi
Mandiri
 Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau keduanya terlibat
 Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
 Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala disorientasi ; pertahankan pagar
tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anestesia
 Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering;
dorong orang terdekat tinggal dengan pasien
 Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana
dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
 Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik
mungkin ada.
 Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan
pada sisi yang tak dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi
Mandiri:
 Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis tipe prosedur/lensa.
 Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk
melaporkan penglihatan berawan.
 Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
 Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah
medis pasien, contoh peningkatan hipertensi,PPOM, diabetes. Ajarkan
metode yang tepat memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek
sistemik.
 Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat,
mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung;
penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok (sendiri/orang lain).
 Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang,
menonton televisi.
 Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.
 Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari
pembedahan / penutup pada malam.
 Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan
menggunakan kacamata gelap bila keluar / dalam ruangan terang,
keramas dengan kepala belakang (bukan kedepan), batuk dengan
mulut/mata terbuk.
 Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup
penuh; pindahkan perabot dari lalu lalang jalan.
 Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan
pelunak feses yanbg dijual bebas, bila diindikasikan.
 Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri
tajam tiba-tiba, penurunan penglihatan , kelopak bengkak, drainase
purulen, kemerahan, mata berair, fotofobia.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan
Aplikasi. Salemba Medika ; Jakarta
Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika :
Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-
anamuda.html
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai