DISUSUN OLEH:
NIMI HARAYANTI
1826010005
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya
ytaitu Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil
menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma
darurat),dan Peningkatan air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu riwayat keluarga glaukoma,
diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan
vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan
endokrin, diabetes (glaukoma).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau
kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan ,
menurunkan,membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001).
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
pasien dengan penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/ gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d
menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya
terhadap rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis,
pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
C. Perencanaan
Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada diagnosa
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam,2001).
Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi:
Mandiri:
Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan, balutan mata.
Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak
sakit sesuai keinginan.
Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata ,
membongkok.
Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari
anestesi.
Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan
imajinasi, visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi.
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata
tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
Observasi hifema (perdarahan pada mata) pada mata dengan senter sesuai
indikasi.
Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk
buah pir.
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi:
Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin (Diamox)
Sikloplegis
Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (Tyenol)
Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi
Mandiri:
Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati
mata.
Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari
dalam keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti
balutan , dan masukan lensa kontak bila menggunakan.
Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang dioperasi.
Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan ,
kelopak bengkak , drainase purulen. Indentifikasi tindakan kewaspadaan
bila terjadi ISK.
Kolaborasi:
Beri obat sesuai indikasi:
Antibiotik (topikal , parenteral, atau subkonjungtival)
Streoid
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi
Mandiri
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau keduanya terlibat
Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala disorientasi ; pertahankan pagar
tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anestesia
Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering;
dorong orang terdekat tinggal dengan pasien
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana
dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik
mungkin ada.
Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan
pada sisi yang tak dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi
Mandiri:
Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis tipe prosedur/lensa.
Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk
melaporkan penglihatan berawan.
Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah
medis pasien, contoh peningkatan hipertensi,PPOM, diabetes. Ajarkan
metode yang tepat memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek
sistemik.
Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat,
mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung;
penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok (sendiri/orang lain).
Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang,
menonton televisi.
Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.
Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari
pembedahan / penutup pada malam.
Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan
menggunakan kacamata gelap bila keluar / dalam ruangan terang,
keramas dengan kepala belakang (bukan kedepan), batuk dengan
mulut/mata terbuk.
Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup
penuh; pindahkan perabot dari lalu lalang jalan.
Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan
pelunak feses yanbg dijual bebas, bila diindikasikan.
Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri
tajam tiba-tiba, penurunan penglihatan , kelopak bengkak, drainase
purulen, kemerahan, mata berair, fotofobia.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan
Aplikasi. Salemba Medika ; Jakarta
Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika :
Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-
anamuda.html
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta