Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan


menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak
pada kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi
dan pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993
– 1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini
menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di
Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu.

Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari


jumlah penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan
mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata
berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda
ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di
siang hari penderita justru  merasa silau karena cahaya yang masuk ke
mata terasa berlebih.

Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia  untuk menderita


katarak memicu kita dalam  upaya pencegahan. Dengan memperhatikan
gaya hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-
bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar dari
berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan
menyulitkan upaya penyembuhan.

Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi


dalam mencegah dan menanggulangi masalah katarak yakni dengan
memberikan sebuah raangkuman makalah tentang katarak sebagai bahan
belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan.  

1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah konsep katarak ?
2. Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada katarak ?

C. Tujuan Masalah 
1. Mengetahui definisi katarak
2. Mengetahui etiologi katarak
3. Mengetahui patofisiologi katarak
4. Mengetahui manifestasi klinis katarak
5. Mengetahui pemeriksaan dignostik pada katarak
6. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak

D. Manfaat

1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang katarak


2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada   pasien katarak

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Katarak

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,


sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009).
Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak
merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan
seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang ( Corwin,
2000 ). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana
lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein
lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa
yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu ( Iwan, 2009 )

Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi


untuk menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang
berada di bagian belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada
keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa
mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya
atau gambartadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan
ke otak melalui saraf penglihatandan akhirnya akan diterjemahkan
sehingga dapat dipahami. Tetapi bila jalan cahaya tertutup oleh keadaan
lensa yang katarak maka impuls tidak akan dapat diterima oleh otak dan
tidak akan bisa diterjemahkan menjado suatu gambaran penglihatan yang
baik.

3
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan
ketika katarak sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak
akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas
selalu mencari cara untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang
salah arah. Misalnya dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca
mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil
pada siang hari.

Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:

1. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat


disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia
kehamilan masih dini ( Farmacia, 2009 ). Katarak kongenital adalah
katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya
yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia,
homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan
histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital
biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus,
aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik,
displasia retina, dan megalo kornea.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan
pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan
trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-
kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi
pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur
dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental

4
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena
ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan
kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak
diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak
kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.

2. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda,
yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya.
3. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile
biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa
dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. ( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3 )

                 Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:

1. Stadium awal ( insipien ). Pada stadium awal ( katarak insipien )


kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat
tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya
tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya,
sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak
kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub
kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi
jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient
kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.
( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2, )

5
2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan
yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada
stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan
perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik.
Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit. ( Ilyas, Sidarta : Katarak
Lensa Mata Keruh, ed. 2, )
3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan
terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui
kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak
terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman
normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna
sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium
( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif. ( Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2, )  
4. Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair
sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan
korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah ( jam 6 ) (
katarak morgagni ). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang
keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak
Lensa Mata Keruh, ed. 2, )
5. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa
akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam
celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan
dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi
lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan

6
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa. ( Ilyas, Sidarta : Katarak
Lensa Mata Keruh, ed. 2, )
6. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (
katarak nigra ) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak
pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan
lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada
orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya
katarak kortikal posterior. ( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3 )

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak ( Ilyas, 2001 )

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

7
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

1. Katarak Inti ( Nuclear )


Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus
atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2.    Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan
kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM
3.    Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan
sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam
jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat
terlihat pada kedua mata.

B. Etiologi Katarak

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain ( Corwin,
2000 ) :

1. Usia lanjut dan proses penuaan


2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.  
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (
misalnya diabetes ) dan obat - obat tertentu (misalnya
kortikosteroid ).  

8
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera


pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata,
atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka
panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik ( Admin,
2009 ).

C.   Patofisiologi 

Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (


sodium dan kalium ). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.
Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior.
Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian
posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi
dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di
dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%)
dan HMP-shunt ( 5% ). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk
biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase
dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa
menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase. 

9
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral.
Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan
densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat
lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral.
Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.

Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan


kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat
dan sering terjadi pada kedua mata.

D. Manifestasi Klinis

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:

1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau


serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi.
2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

1.  Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak


akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

10
Gejala umum gangguan katarak meliputi: 

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


2. Gangguan penglihatan bisa berupa:

1. Peka terhadap sinar atau cahaya.


2. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
3. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
4. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
5. Kesulitan melihat pada malam hari
6. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan
mata
7. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

Gejala lainya adalah :

1) Sering berganti kaca mata


2) Penglihatan sering pada salah satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan
tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.

E. Penatalaksanaan katarak

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat


dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang
lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap
ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki lensa mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan
tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa
menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan

11
penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea.
Uvea ( disebut juga saluran uvea ) terdiri dari 3 struktur:

1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam


2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal
sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih
tipis sehingga mata bisa fokus pada objek jauh
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot
silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.

Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan.


Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid
disebut koroiditis.

Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan


glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat
setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko
operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak
dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis
lainnya. ( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3 )

Indikasi dilakukannya operasi katarak :

1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan


dalam melakukan rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari
dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60

12
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction )

yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya.


Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.

2. ECCE ( Ekstra Capsular Cataract Extraction ) terdiri dari 2 macam


yakni

Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan


mengeluarkan lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa.
Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan
lebih lama.

3. Fekoemulsifikasi ( Phaco Emulsification ). Bentuk ECCE yang


terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk
menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek
dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini
dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan
tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan
bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal,
sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh dihancurkan (
Emulsifikasi ) kemudian disedot ( Fakum ) dan diganti dengan
lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam
secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini
hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang
lebih cepat.

13
Pasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan
antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah
beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi
visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat
dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak
jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa
intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan

Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf


mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi
katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi
saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi.
Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata
orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh.
Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh
tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

14
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK

 A. ASKEP Secara Teori

1.   Pengkajian

a. Anamnesa

Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :

1. Identitas / Data demografi

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar
matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi
lingkungan dan keluarga,  dan keterangan lain mengenai identitas pasien.

2. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:


a) Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama
katarak) .
b) Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
c) Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
d) Perubahan daya lihat warna
e) Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
f) Lampu dan matahari sangat mengganggu
g) Sering meminta ganti resep kaca mata
h) Lihat ganda
i) Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
j) Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

15
3. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti

a) DM
b) Hipertensi
c) Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya
memicu resiko katarak.
d) Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
e) Ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada
radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin
4. Kaji riwayat alergi
5.  Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat
stress,

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Dalam inspeksi, bagian - bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat
lensa mata melalui senter tangan ( penlight ), kaca pembesar, slit lamp, dan
oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45
derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar
pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan
besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil
terjadi pada katarak matur.

16
3. Pemeriksaan Diagnostik

1. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan


sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system
saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat
atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik /
infeksi
4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis.
5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

  3.1      Diagnosa Keperawatan yang mungkin terjadi ( Doenges, 2000 ) :

1. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d  gangguan


penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik
dibatasi. Ditandai dengan : Menurunnya ketajaman penglihatan, perubahan
respon biasanya terhadap rangsang.
2. Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur
tindakan pembedahan
3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan katarak
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d tidak
mengenal sumber informasi, salah intrepetasi, kurangnya mengingat,
keterbatasan kognitif

17
B. KASUS

Ny. S umur 36 tahun datang ke rumah sakit pada tanggal 13 Maret 2010, dengan
keluhan penurunan ketajaman penglihatan dan silau, pandangan kabur atau redup,
susah melihat pada malam hari, serta pengembunan seperti mutiara keabuan pada
kedua pupil mata. Pasien tampak gelisah dan mengatakan 1 Tahun yang lalu
pernah mengalami konjungtivitis. Di RS pasien di periksa dan di diagnosa
menderita katarak. Pasien mengungkapkan tidak tahu banyak mengenai
penyakitnya.

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a) Identitas Pasien
Nama : Ny . S
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cendana No.9, Yogyakarta
Kebangsaan : Indonesia

b) Identitas penangung jawab


Nama : Tuan X
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cendana No.9, Yogyakarta
Hub. Dengan pasien : Suami

18
2. Data Umum
a) Keluhan Utama
Pasien mengatakan saat melihat mata terasa kabur.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pandangan mata kabur sejak 2 tahun yang lalu,
sering ditetesi dengan obat tetes mata tapi pandangan masih tetap
kabur.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami konjungtivitis setahun yang
lalu.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.

3. Pola fungsi kesehatan


a) Pola Aktifitas
- Sebelum sakit
Aktivitas seperti : mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat
tidur, merapikan rumah, ambulansi, dan makan tidak ada gangguan,
semua bisa dilakukan sendiri oleh pasien.
- Saat Sakit
Pasien merasa tidak mampu merapikan rumah lagi karena
penglihatannya kabur, sedangkan untuk kegiatan yang lain bisa
dilakukan sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
b) Pola Nutrisi dan Metabolik
- Sebelum Sakit
Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk tempe dan sayur, jarang makan
buah – buahan.Minum air teh kalau pagi dan dalam sehari minum air
putih sebanyak 6 gelas/ hari, nafsu makan normal.
- Saat Sakit
Pasien mengatakan makan dan minum tidak mengalami perubahan.

19
c) Pola Istirahat dan Tidur
- Sebelum Sakit
Pasien mulai tidur malam jam 21.00 selama 8 jam, Kualitas tidur
nyenyak.
- Saat Sakit
Pasien tidur selama 6 jam saat tidur pada waktu malam hari, tidur
nyenyak
d) Pola Eliminasi
- Sebelum Sakit
BAB 1 - 2 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari.
- Saat Sakit
BAB 1 - 2 kali sehari, BAK 4 - 5 kali sehari.
e) Pola Koping
- Sebelum Sakit
Pandangan pasien terhadap masa depan sangat optimistis, tidak ada
perasaan kehilangan.
- Saat Sakit
Masalah utama pasien selama masuk RS adalah masalah keuangan
karena pasien harus di operasi sehingga memerlukan biaya yang besar.
Sedangkan pandangan terhadap masa depan agak pesimistis.
f) Pola Kognitif Perseptual
- Sebelum Sakit
Status mental: Sadar, Bicara : Normal, Pendengaran : Normal,
Penglihatan : Normal.
- Saat Sakit
Status mental: Sadar, Bicara : Normal, Pendengaran : Normal,
Penglihatan : Terganggu dan kabur. Visus : 20/40 ft (normal : 20/20 ft)

20
g) Pola Konsep Diri
- Sebelum Sakit
Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri, dan peran diri tidak
terganggu.
- Saat Sakit
Harga diri, ideal diri, dan identitas diri tidak terganggu sedangkan
gambaran diri terganggu karena ada warna putih keabuan pada mata,
peran diri terganggu karena pasien merasa tidak dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
h) Pola Peran Berhubungan
- Sebelum Sakit
Pasien menikah, tapi tidak bekerja karena telah pensiun, suaminya
sangat mendukungnya.
- Saat Sakit
Pasien menikah, tapi tidak bekerja karena telah pensiun, suaminya
sangat mendukungnya untuk berobat ke RS.
i) Pola Seksual
- Sebelum Sakit
Pasien melakukan hubungan seksual dengan suami, pasien telah
menopause
- Saat Sakit
Pasien tidak melakukan hubungan seksual dengan suami. Pasien telah
menopause.
j) Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum dan saat sakit pasien selalu yakin dengan berdoa dan
berusaha percaya bahwa sakitnya bisa sembuh dan dia dapat pulih
kembali.pasien beragama islam.

21
4. Pemerikasaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Suhu : 37 0C
Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 60 x/menit

b) Keadaan Umum
1. Kesan umum : baik
2. Wajah : baik
3. Kesadaran : CM
4. Umur : 36 tahun
5. Bicara : jelas dan lancar
6. Pakaian, kerapian dan kebersihan badan : bersih dan rapi.

c) Status gizi : baik


d) Berat badan : 75 kg, Tinggi badan : 160 cm.
e) Kulit, rambut, kuku
1. Inspeksi : warna kulit normal, tidak ada lesi, bentuk kuku normal.
2. Palpasi : turgor kulit normal, tidak ada edema.

f) Kepala
1. Inspeksi : muka simetris, kulit kepala normal, rambut normal.
2. Palpasi : kulit kepala normal
g) Mata
1. Bentuk bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, iris
semua normal
2. Pupil : ada warna keabuan
3. Ada penurunan ketajaman penglihatan dan silau terhadap cahaya.
Visus : 20/40 ft (normal : 20/20 ft )
h) Telinga
1. Inspeksi : daun telinga dan liang telinga normal
2. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada prosessus mastoideus

22
i) Hidung
Bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada perdarahan dan
penyumbatan.
j) Mulut
Tidak ada stomatitis ataupun sianosis, tidak ada lubang pada gigi, tidak
ada karang gigi, tidak ada tonsilitis.
k) Leher
bentuk normal, warna kulit normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid.
l) Dada dan Paru-paru
1. Inspeksi : Bentuk normal ( Diameter anteroposterior dalam proporsi
terhadap diameter lateral adalah 1:2 ), kulit normal
2. Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
3. Perkusi : normal ( Resonan )
4. Auskultasi : sonor dan suara nafas : vesikuler

m) Jantung : normal
n) Abdomen
1. Inspeksi : bentuk normal dan simetris, tidak ada penonjolan, tidak
ada distensi
2. Auskultasi : peristaltik 29 x/menit (normal 5-35 x/ menit)
3. Perkusi : normal ( timpani pada lambung, dan pekak pada hepar )
4. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan, tidak
ada distensi
o) Anus dan rectum : normal tidak ada hemoroid
p) Alat kelamin : tidak ada gangguan (normal)
q) muskuloskeletal
1. Otot : Normal ( kekuatan otot ekstremitas ka-ki adalah 5, kontraksi
normal)
2. Tulang : Tidak ada deformitas ( kurva normal tulang belakang :
konveks pada bagian dada, konkaf sepanjang leher dan pinggang )
tidak ada pembengkakan, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada krepitasi.

23
3. Persendian : Normal ( sendi bergerak secara halus) tidak ada nyeri
tekan, tidak ada bengkak, tidak ada kekakuan sendi.

r) Neurologi : Normal ( kesadaran : CM, GCS = 15, refleks normal,


sensasi dan integrasi normal )

5. Pemeriksaan penunjang :
Test tajam penglihatan
Pemeriksaan oftalmoskopi

B. ANALISA DATA
No symptom Etiologi Problem
1. Do : Lensa mata pasien tampak keruh. Kedua pupil tampak terlihat
keabuan.
Ds : Pisien mengeluh pandangan kabur / redup dan ketajaman
penglihatan menurun dan silau, pasien susah melihat pada malam hari.
perubahan penerimaan sensori atau status organ indera penglihatan.
Gangguan sensori persepsi ( visual )

2. Do : Pasien tampak cemas.


Ds : Pasien mengatakan gelisah dengan penyakitnya.
Perubahan dalam status kesehatan.
cemas

24
3. Do : -
Ds : Pasien mengungkapkan tidak tahu banyak mengenai penyakitnya.
Tidak familiar dengan sumber informasi
Kurang pengetahuan.
4. Do : Pasien tampak kurang percaya diri
Ds : Pasien mengatakan malu dengan penyakitnya
Gangguan gambaran diri
Harga diri rendah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi ( visual ) b.d Perubahan penerimaan
sensori atau status organ indera penglihatan.
2. Cemas b.d Perubahan dalam status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan b.d Tidak familiar dengan sumber informasi.
4. Harga diri rendah b.d Gangguan gambaran diri
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC )
NOC : Vision Compensation Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
Px dengan KH :
1. Posisikan diri untuk meningkatkan penglihatan.
2. Anjurkan anggota keluarga untuk menggunakan tekni untuk
meningkatkan penglihatan.
3. Gunakan alat bantu penglihatan
4. gunakan kacamata
Criteria NOC :
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Sedang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan

25
NIC : EYE CARE
1. Monitor adanya kemerahan dan adanya eksudat
2. Tentukan derajat penurunan penglihatan atau tes tajam penglihatan
3. Instruksikan pasien untuk tidak menyentuh matanya
4. Monitor refleks kornea
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak
6. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan
penglihatan.
7. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
penglihatan.

2. NOC : Anxiety Control


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
Px dengan KH :
1. Adanya penggunaan strategi koping yang efektif
2. R dalam rentang normal
3. Adanya peningkatan hubungan sosial
4. Px merasa senyaman dengan keadaannya
5. Px tampak tenang
Criteria NOC :
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Sedang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Anxiety Reduction ( 5820 )
- Berusaha memahami keadaan klien
- Beri informasi tentang diagnosa dan tindakan
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menunjukkan kecemasan
- Dorong pasien mengungkapkan perasaan dan ketakutan

26
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
- Instruksikan pasien untuk menurunkan cemas dengan teknik
relaksasi
Coping Enhancement
- Gunakan pendekatan yang tenang dan memberi jaminan
- Hargai dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi
- Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
- Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
- Dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat
- Sediakan pilihan yang realistic tentang aspek perawatan saat ini

3. NOC : Knowledge Disease Process


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
Px dengan KH :
1. Mendiskripsikan proses penyakit
2. Mendiskripsikan faktor penyebab
3. Mendiskripsikan komplikasi
4. Mendiskripsikan tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi

Criteria NOC :
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Sedang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Teaching Disease Process ( 5602 )
- Berikan penilaian tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang specifik
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
- Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat

27
- Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi yang akan datang

4. NOC : Body image ( 1200 )


Setelah dilakukan tindakan askep dalam 3 x 24 jam diharapkan pasien
bisa menerima dirinya.dengan criteria hasil :
- Menerima bagian tubuh yang mengalami gangguan
- Puas dengan penampilan tubuh
- Puas dengan fungsi tubuh
Kriteria NOC :
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Sedang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan

NIC : Self estem enhancement


- Monitor pernyataan pasien tentang dirinya
- Bantu pasien untuk meningkatkan penilaian dirinya terhadap
penghargaan dirinya
- Bantu pasien untuk meningkatkan kepercayaan dirinya
- Berikan dorongan kuat untuk pasien
- Dorong kontak mata dalam komunikasi dengan semua orang
- Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
- Berikan pendidikan kesehatan pada klien tentang penyakit

28
E. IMPLEMENTASI
- Menyarankan pasien untuk tidak menyentuh matanya
- Melakukan tes tajam penglihatan ( test SNELLEN )
- Memonitor refleks kornea
- Menganjurkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak
- Melakukan tindakan untuk membantu pasien menangani
keterbatasan penglihatan mengurangi pencahayaan secara langsung
- Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan penglihatan.
- Memberi informasi tentang diagnosa dan tindakan
- Menggunakan pendekatan yang menenangkan ( melakukan
komunikasi terapeutik )
- Mengidentifikasi tingkat kecemasan
- Membantu pasien mengenal situasi yang menunjukkan kecemasan (
misal : tindakan pembedahan )
- Mendorong pasien mengungkapkan perasaan dan ketakutan
- Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan ( STELAZIN yang
mengandung trifluoperazina 2 mg/kapsul, dosis 2 x sehari peroral )
- Menginstruksikan pasien untuk menurunkan cemas dengan teknik
relaksasi ( mental imagery yaitu pasien diajak relaksasi dengan
membayangkan dirinya pada suatu tempat yang menyenangkan )
- Memberikan penilaian tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang specifik
- Menjelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi
- Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan ( tanyakan kepada
pasien mau dilakukan terapi bedah atau tidak )
- Menjelaskan pada pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat
- Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi yang akan datang.

29
- Membantu pasien untuk meningkatkan penilaian dirinya terhadap
penghargaan dirinya
- Membantu pasien untuk meningkatkan kepercayaan dirinya
- Memberikan dorongan kuat untuk pasien
- Memdorong kontak mata dalam komunikasi dengan semua orang
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang penyakit
dan kepada keluarga

E. EVALUASI

1. 14 Maret 2010
S = Pasien mengatakan kedua mata tidak mampu melihat
O = Pasien tampak kesulitan melihat pada tes tajam penglihatan
A = Masalah belum teratasi.
P = Lanjutkan intervensi : Pantau status tajam penglihatan pasien
2. 15 Maret 2010
S = Pasien dapat menerima keadaan yang dihadapi, pasien mengatakan
sudah baikan.
O = TD normal ( 120/80 mmHg ), nadi normal ( 80 x/menit ), klien
tampak rileks dan tidak gelisah, klien dapat menjalin hubungan baik
dengan perawat.
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi : atasi kecemasan klien dengan menurunkan
tingkat kecemasan atau menghilangkan kecemasan.

30
3. 16 Maret 2010
S = Pasien mengatakan mengerti tentang penyakit yang diderita
O = Pasien mampu menjelaskan tentang penyakitnya baik itu
mengenai factor penyebab, tanda dan gejala serta komplikasi yang
terjadi dan cara pencegahan supaya tidak terjadi komplikasi.
A = Masalah teratasi
P = Hentikan intervensi
4. 17 Maret 2010
S = Pasien mengatakan rasa percaya dirinya mulai tumbuh kembali
O = Pasien mampu menerima bagian tubuh yang terganggu
A = Masalah teratasi
P = Hentikan intervensi

31
Intervensi

No Diagnosa NIC NOC Rasional


Keperawatan
1 Gangguan peersepsi  Mandiri Meningkatkan  Mandiri
sensori - perseptual ketajaman penglihatan
penglihatan b.d  - Tentukan dalam batas situasi -  Kebutuhan tiap
gangguan ketajaman individu, mengenal individu dan pilihan
penerimaan penglihatan, catat gangguan sensori dan intervensi bervariasi
sensori/status organ apakah satu atau berkompensasi sebab kehilangan
indera, lingkungna dua mata terlibat terhadap perubahan. penglihatan terjadi
secara terapetik lambat dan progresif
dibatasi. Ditandai - Orientasikan klien Kriteria Hasil :
dengan : tehadap lingkungan - Memberikan
-  Mengenal gangguan peningkatan
 menurunnyaketa - Observasi tanda- sensori dan kenyamanan dan
jaman tanda disorientasi. berkompensasi kekeluargaan,
penglihatan terhadap perubahan. menuruknkan cemas
 perubahan -    Pendekatan dari dan disorientasi pasca
respon biasanya sisi yang tak - Mengidentifikasi/m operasi
terhadap dioperasi, bicara emperbaiki potensial
rangsang. dengan menyentuh. bahaya dalam - Terbangun dalam
lingkungan. lingkungan yang tidak
-    Ingatkan klien di kenal dan
menggunakan mengalami
kacamata katarak keterbatasan
yang tujuannya penglihatan dapat
memperbesar mengakibatkan
kurang lebih 25 kebingungan
persen, pelihatan terhadaap orang tua .
perifer hilang dan
buta titik mungkin - Memberikan
ada. rangsang sensori tepat
terhadap isolasi dan
-    Letakkan barang menurunkan bingung
yang
dibutuhkan/posisi -  Perubahan
bel pemanggil ketajaman dan
dalam kedalaman persepsi
jangkauan/posisi dapat menyebabkan
yang tidak bingung penglihatan
dioperasi. dan meningkatkan
resiko cedera sampai
pasien belajar untuk
mengkompensa si.

2 Kecemasan b.d  Mandiri a. Pasien  Mandiri

32
kurang terpapar mengungkapkan dan
terhadap informasi -  Kaji tingkat mendiskusikan rasa
tentang prosedur kecemasan pasien cemas/takutnya. -    Derajat kecemasan
tindakan dan catat adanya akan dipengaruhi
pembedahan tanda - tanda verbal
b. Pasien tampak bagaimana informasi
dan nonverbal. rileks tidak tegang dan tersebut diterima oleh
melaporkan individu.
-  Beri kesempatan kecemasannya mengungkapkan rasa
Pasien untuk berkurang sampai takut secara terbuka
mengungkapkan isi pada tingkat dapat dimana rasa takut
pikiran dan diatasi. dapat ditujukan.
perasaan takutnya.
c. Pasien dapat -    Mengetahui respon
-  Observasi tanda mengungkapkan fisiologis yang
vital dan keakuratan ditimbulkan akibat
peningkatan respon pengetahuan tentang kecemasan.
fisik pasien pembedahan
 Edukasi
 Edukasi
-  Meningkatkan
- Beri penjelasan pengetahuan pasien
pasien tentang dalam rangka
prosedur tindakan mengurangi
operasi, harapan kecemasan dan
dan akibatnya. kooperatif.

-  Beri penjelasan - Mengurangi


dan suport pada kecemasan dan
pasien pada setiap meningkatkan
melakukan pengetahuan
prosedur tindakan
-  Mengurangi
-  Lakukan orientasi perasaan takut dan
dan perkenalan cemas
pasien terhadap
ruangan, petugas,
dan peralatan yang
akan digunakan

33
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan

Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram.


Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga
pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan
progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang
(Corwin, 2000)

Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah


mineral. Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah.
Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral
yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua
ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian
lensa.

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat


dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang
lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap
ini tidak diperlukan tindakan operasi

Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau
masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup
tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca
operasi juga sangat jarang terjadi

B. Saran
Dari pembahasan makalah ini kami menyarankan kepada pembaca
agar dapat memberikan masukan-masukannya berupa saran, tanggapan
dan kritikan atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S.2000. Nursing Outcome


Classification (NOC).Mosby : Philadelphia.

2. Manjoer, A.et ell. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media


Ausculapius : Jakarta.

3 .Mc Claskey, J and Bulacheck, G.2000. Nursing Intervensions


Classification (NIC). Mosby: Philadelphia.

4. Nanda. 2000. Nursing Diagnosis: Prinsip-prinsip dan Classification


2005-2006. Philadelphia.

5. Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisilogi: Konsep Klinis Proses-


proses Penyakit. EGC: Jakarta.

6. Suddart, brunner. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Vol.3.EGC. Jakarta.

7. Sirait, Median. 2007. ISO ( Informasi Spesialite Obat Indonesia )


Vol 42. ISSN ( Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia ). PT. Ikrar
Mandiriabadi. Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai