Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

DI SUSUN OLEH:

EKA NURFADILLAH ISLAMIAH

201601012

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFENISI
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut
merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan
penuaan (Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital).
Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar
matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer,
2001).

2. ETIOLOGI
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing yang
merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim
mengenai orang-orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan terkena
dan sebelah mata lebih dulu terkena baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali lagi,
katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba perhatikan
hewan yang berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan lensa di
matanya.Semua ini karena faktor degenerasi.
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
a. Usia lanjut dan proses penuaan
b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang hidup
sendiri (sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering terkena
katarak.Karena kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan lainnya guna
menjaga peredaran darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.

3. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkanpenglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

4. JENIS-JENIS KATARAK
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas:
a. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
b. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Katarak congenital
Yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak
kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat
faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau
beerkaitan dengan berbagai sindrom.
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi
virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009).
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-
ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis, penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter
seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia,
lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui
penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi
ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat
selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus,
atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada
urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering
katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf
seperti retardas imental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium.
Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atau suatu leukokoria.
2) Katarak didapat
Yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab spesifik.
Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun
tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat
c. Katarak senil
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras
akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas,
Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium,
yaitu:
1) Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini
seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi
ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak
kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang
lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
2) Stadium imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-
bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan
mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik.
Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga
bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,).
3) Stadium matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa
akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan
akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini
terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena
deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.(
Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
4) Stadium hipermatur
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini
dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus
"tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan
mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka
dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d. Katarak traumatic
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah
masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor
aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.
e. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular
pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan
akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-penyakit intraokular yang
sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren,
glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
f. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
g. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu
makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik
maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
h. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular
i. Katarak juvenile
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai terbentuk
nya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak congenital.
j. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan
dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa.
k. Katarak kortikal
Katarak kotikal ini biasanya terjadi pada korteks .mulai dengan
kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehinnga menggangu
penglihatan. Banyak pada penderita DM.

5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a) Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b) Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
a) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b) Gangguan penglihatan bisa berupa:
 Peka terhadap sinar atau cahaya.
 Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
 Kesulitan melihat pada malam hari
 Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
 Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

6. PENATALAKSANAAN KATARAK
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata
yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi
katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi
katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan
dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah
sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat
dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka
pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular
multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan.
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah
mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai
95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi.
Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah
menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk
membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

7. PENCEGAHAN
Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga
penyakit yang memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya menghindari factor yang
mempercepat terbentuknya pnyakit katarak.
Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda pembentukkan
atau mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak suplemen dapat
memperlambat petumbuhannya. Pada tahap berat tindakan hanya bisa diatasi dengan
operasi. Berikut ini beberapa suplemen yang jika dikonsumsi dapat mencegah
terjadinya katarak :
 Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap rokok dan
sinar Ultraviolet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari, kurangi dosis jika
mengalami diare. Vitamin E 200 IU 2 kali sehari.
 Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas, 200 mcg 2 kali sehari.
 Billberry, membantu membuang racun dari lensa maata dan retina. Kombinasi
billberry dan vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan pertumbuhan katarak
pada 48 dari 50 orang yang di teliti. Dosis yang tepat adalah 80 mg dan
dikonsumsi 3 kali sehari
 Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg sehari (pagi
sebelum makan)
 Ekstrak biji anggur ( grape seed ), menguatkan pembuluh darah halus dibagian
mata, 100 mg 2 kali sehari.
Kebiasaan yang perlu dilakukan adalah :
 Stop merokok jika anda merokok.
 Lindungi mata dari cahaya, matahari langsung, dengan menggunakan kacamata
matahari
 Gunakan topi yang lebar, saat anda berada diluar.
 Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan
sayuran segar.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri,
pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka
a. scan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001)
b. kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
c. lapang penglihatan, penurunan mungkin di sebabkan oleh glukoma
d. pengukira tonograpi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)
e. pengukuran gonoskopi, membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma
f. pemeriksaan oftalmologis, mengkaji struktur internal okuler,pupil
oedema,perdarahan retina,dilatasi & pemeriksaan.belahan lampu memastikan Dx
Katarak

9. KOMPLIKASI
a. Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous
dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma
atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu
instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa
intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
b. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi
dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami
distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
10. PATHWAY

Usia lanjut dan Congenital


B.
proses penuaan ataubisaditurunkan. Cederamata Penyakit metabolik

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Defisiensi coklat kekuningan
Pengetahuan
Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus
multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
Tidak mengenal kesekitar daerah lensa) Kurang terpapar
sumber informasi
terhadap
Hilangnya tranparansi lensa
informasi tentang
RisikoCedera prosedur tindakan
Perubahan kimia dlm protein
lensa pembedahan
koagulasi
Gangguan
penerimaan Cemas/ Ansietas
sensori/status Mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai
influks air kedalam lensa
Menurunnya
ketajaman prosedur invasive
penglihatan Usia meningkat pengangkatan
katarak
Penurunan enzim menurun

Gangguan RisikoInfeksi
Degenerasi pd lensa
persepsi sensori-
perseptual
penglihatan
KATARAK

Post op Nyeriakut
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama
pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda,
atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah
masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien
sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah
pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
terakhir diderita pasien.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus)
pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton
televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan
penglihatan lateral atau perifer?
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek
c. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak
terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid
umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata
sebelumnya (James, 2005).
d. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
1) Persepsi terhadap kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
3) Pola istirahat tidur
4) Pola nutrisi metabolic
5) Pola eliminasi
6) Pola kognitif perceptual
7) Pola konsep diri
8) Pola koping
9) Pola seksual reproduksi
10) Pola peran hubungan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre operasi
1) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan
2) Cemas
b. Post operasi
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut)
2) Resiko tinggi terjadinya infeksi
3. INTERVENSI
a. Pre operasi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Gangguan persepsi NOC: NIC: Fall prevention
sensori visual / Fall prevention behaviour 1. Identifikasi kebiasaan dan
penglihatan Indikator: faktor-faktor yang
a. Penggunaan alat bantu dengan mengakibatkan risiko jatuh
benar 2. Kaji riwayat jatuh pada klien
b. Tidak ada penggunaan karpet dan keluarga
c. Hindari barang-barang 3. Identifikasi karakteristik
berserakan di lantai lingkungan yang dapat
meningkatkan terjadinya
risiko jatuh (lantai licin)
4. Sediakan alat bantu (tongkat,
walker)
5. Ajarkan cara penggunaan
alat bantu (tongkat atau
walker)
6. Instruksikan pada klien
untuk meminta bantuan
ketika melakukan
perpindahan, jika diperlukan
7. Ajarkan pada keluarga untuk
menyediakan lantai rumah
yang tidak licin
8. Ajarkan pada keluarga untuk
meminimalkan risiko
terjadinya jatuh pada pasien
2 Cemas NOC : NIC :
a. Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
b. Coping kecemasan)
Kriteria Hasil : 1. Gunakan pendekatan yang
a. Klien mampu mengidentifikasi menenangkan
dan mengungkapkan gejala 2. Nyatakan dengan jelas
cemas harapan terhadap pelaku
b. Mengidentifikasi, pasien
mengungkapkan dan 3. Jelaskan semua prosedur dan
menunjukkan tehnik untuk apa yang dirasakan selama
mengontol cemas prosedur
c. Vital sign dalam batas normal 4. Temani pasien untuk
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, memberikan keamanan dan
bahasa tubuh dan tingkat mengurangi takut
aktivitas menunjukkan 5. Berikan informasi faktual
berkurangnya kecemasan mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
6. Dorong keluarga untuk
menemani anak
7. Identifikasi tingkat
kecemasan
8. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
9. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
b. Post operasi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Gangguan rasa nyaman NOC : NIC :
a. Pain Level, Pain Management
(nyeri akut)
b. Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
c. Comfort level secara komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
a. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
b. Mampu mengenali nyeri (skala, frekuensi, kualitas dan
intensitas, frekuensi dan tanda factor presipitasi
nyeri) 2. Observasi reaksi nonverbal
c. Menyatakan rasa nyaman dari ketidaknyamanan
setelah nyeri berkurang 3. Kurangi faktor presipitasi
d. Tanda vital dalam rentang nyeri
normal 4. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
5. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
6. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
6. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Resiko tinggi terjadinya NOC : NIC :
infeksi a. Immune Status Infection Control (Kontrol
b. Knowledge : Infection control infeksi)
c. Risk control 1. Bersihkan lingkungan
Kriteria Hasil : setelah dipakai pasien lain
a. Klien bebas dari tanda dan 2. Pertahankan teknik isolasi
gejala infeksi 3. Batasi pengunjung bila
b. Mendeskripsikan proses perlu
penularan penyakit, factor yang 4. Instruksikan pada
mempengaruhi penularan serta pengunjung untuk mencuci
penatalaksanaannya, tangan saat berkunjung dan
c. Menunjukkan kemampuan setelah berkunjung
untuk mencegah timbulnya meninggalkan pasien
infeksi 5. Gunakan sabun
d. Jumlah leukosit dalam batas antimikrobia untuk cuci
normal tangan
e. Menunjukkan perilaku hidup 6. Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
sehat
keperawatan
7. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
8. Tingkatkan intake nutrisi
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan loka
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. Batasi pengunjung
4. Berikan perawatan pada
area epidema
5. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
6. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
7. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
8. Dorong masukan cairan
9. Dorong istirahat
10. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
11. Ajarkan cara menghindari
infeksi
12. Laporkan kecurigaan infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta


Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 2, Jakarta : Mediaction Publishing
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai