Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukimia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Insidensi Leukimia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun (Wilson, 1991).
Leukimia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun . Untuk
insidensi ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang
di Inggris, Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun (Rahayu,
1993, cit Nugroho, 1998).
Pada sebuah penelitian tentang Leukimia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama
bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus Leukimia akut dari 33
penderita Leukimia. Dengan 10 orang menderita ALL (40%) dan 15 orang menderita
AML (60 %) (Boediwarsono, 1998). Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai
Leukimia maka penulis berpendapat bahwa Leukimia merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu kanker darah (Leukimia)
2. Apa tanda-tanda penyakit Leukimia
3. Apa penyebab kanker darah (Leukimia)
4. Bagaimana komplikasi yang terlibat dalam Leukimia kronik
5. Bagaimana pencegahan dan pengobatan penyakit Leukimia

C. Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Leukimia.
2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien Leukimia.

1
3. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan
keperawatan klien dengan penyakit Leukimia.
4. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan
klien dengan dengan Leukimia.
5. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada asuhan
keperawatan klien dengan Leukimia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Leukimia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah. Leukimia
adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.
Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-
sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan
tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan
menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini
terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti
seharusnya. Kejanggalan ini disebut Leukimia, di mana sumsum tulang menghasilkan
sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Beberapa pengertian menurut para ahli:
 Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
 Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-
sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare,
B.G, 2002 : 248 )
 Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum
tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
 Leukimia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa
Leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

3
B. Etiologi
Untuk penyebabnya sendiri sampai saat ini masih belum diketahui. Tetapi
kebanyakan telah ditemukan beberapa faktor penyebabnya. Antara lain:
1. Radiasi
Menurut data, LMA lebih disebabkan karena serangan radiasi. Sedang LLK
sendiri jarang mendapat laporan karena faktor radiasi. Jadi ada
kemungkinan pegawai radiologi bisa memiliki kemungkinan terkena
Leukimia.
2. Faktor leukemogenik
Maksudnya disini itu karena faktor zat kimia tertentu. Biasanya racun
lingkungan seperti Benzema, insektisida, obat-obatan terapi kaya
kemoterapi juga akan memungkinkan terjadinya Leukimia.
3. Virus
Virus ini biasanya virus HTLV penyebab utamanya. HTLV itu T-cell
Leukimia viruses merupakan penyebab utama dari ketidaknormalan
perkembangan sel darah putih.
4. Herediter
Herediter disinimaksudnya keturunan. Biasanya orang yang memiliki
Sindrom Down lebih rentan terkena Leukimia disbanding yang tidak.

C. Klasifikasi
Sifat khas Leukimia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan infasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukimia sering diklasifikasikan sesuai galur sel yang terkena, seperti limfositik atau
mielositik, dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut (sel imatur) atau kronis
(sel terdeferensiasi).
1. Leukimia mielogenus akut

4
Leukimia mielogenus akut (AML) mengenai sel stem hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil),
eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan Leukimia non limfositik yang paling
sering terjadi.
2. Leukimia Mielogenus Kronis
Leukimia mielogenus kronis (CML) juga dimasukkan dalam keganasan sel stem
myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom
Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang
menyerang individu berusia di bawah 20 tahun, namun insidensinya menignkat sesuai
pertambahan usia.
3. Leukimia Limfositik Akut.
Leukimia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas.
Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak disbanding
perempuan, dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL jarang
terjadi.
4. Leukimia Limfositik Kronis
Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung merupakan kelainan ringan yang
terutama mengenai individu antara usia 50-70 tahun. Negara- Negara barat melaporkan
penyakit ini sebagai Leukimia yang umum terjadi.

D. Patofisiologi
Leukimia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang
muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol
mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya
perubahan pada kode genetik yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.

5
Sel-sel Leukimia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel
normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat serta
bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel normal.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit Leukimia adalah sebagai
berikut:
1. Anemia
2. Perdarahan
3. Terserang infeksi
4. Nyeri tulang dan persendian
5. Nyeri perut
6. Pembekuan kelenjar lympa
7. Dyspnea

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada Leukimia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.

6
G. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Sebagian besar pasien Leukimia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan
kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel Leukimia.
Tergantung pada jenis Leukimia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua obat atau lebih.
Pasien Leukimia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:
 Melalui mulut
 Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
 Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh
darah balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan menyuntikkan obat
ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
 Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan
sel-sel Leukimia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang
belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan
menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan
karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak
mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.

Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :


a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada
fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah
sel muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi


methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk
mencegah invsi sel Leukimia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan

7
hanya pada pasien Leukimia yang mengalami gangguan sistem saraf
pusat.

c. Konsolidasi pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk


mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel Leukimia yang
beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang
terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

2. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit Leukimia tertentu menjalani terapi biologi
untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini
diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan
Leukimia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi
monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel Leukimia. Terapi ini
memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel Leukimia di dalam
darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan Leukimia myeloid kronis,
terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk
memperlambat pertumbuhan sel-sel Leukimia.

3. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel Leukimia. Bagi sebagian besar
pasien, sebuah mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak,
atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel Leukimia ini.
Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh.
(Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum
tulang.)

8
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien Leukimia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang
tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel
Leukimia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian,
pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung
fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau
leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap
di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien
dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai
menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai.

H. Pencegahan dan pengobatan


1. Olahraga yang teratur
Olahraga yang teratur akan membuat tubuh kita menjadi sehat. Sehat berarti
bebas dari penyakit kanker. Menurut American Cancer Society (ACS), olahraga
teratur terbukti mampu mengurangi resiko kanker. ACS merekomendasikan
minimal 30 menit perhari untuk berolahraga, bisa dilakukan minimal 5 hari
perminggu. Ada banyak yang bisa kita lakukanuntuk berolahraga seperti jalan
cepat, jogging, latihan kekuatan atau berenang. Olahraga adalah cara alami
mencegah kanker.
2. Diet
Penelitian juga mengatakan bahwa diet yang sehat juga dapat membantu
mencegah perkembangan kanker, termasuk kanker darah. Diet ini bisa
dilakukan dengan cara memperbanyak mengonsumsi makanan seperti biji-
bijian, buah-buahan, sayuran serta meminimalkan konsumsi lemak. Hindari
juga makanan siap saji, karena ini juga berbahaya.
3. Menghindari rokok dan alcohol

9
Selain olahraga dan diet, rokok juga harus dihindari, baik yang perokok aktif
maupun perokok pasif. Rokok merupakan penyebab sebagian besar kanker
yang terjad. Rokok selain dapat menyebabkan kanker darah juga dapat
menyebabkan kanker paru dan kanker leher Rahim. Selain rokok, alcohol juga
harus dihindari karena alcohol sama berbahayanya dengan rokok.
4. Deteksi dini
Untuk mencegah kanker darah juga bisa dilakukan dengan deteksi dini. Hal ini
bisa dilakukan sehingga bisa mencegah kanker lebih cepat.
5. Konsumsi obat herbal
Selain cara-cara diatas, juga bisa untuk mencegah kanker darah dengan
mengkonsumsi obat herbal.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa
keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994).
Pengkajian pada Leukimia meliputi :
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
 Pucat
 Kelemahan
 Sesak
 Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia
 Demam
 Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
 Ptechiae
 Purpura
 Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
 Limfadenopati
 Hepatomegali
 Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis
g.Kaji adanya :
 Hematuri
 Hipertensi
 Gagal ginjal

11
 Inflamasi disekitar rectal
 Nyeri

B. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah
trombosit.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah.
e. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari Leukimia.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan

C. Rencana Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi.
Intervensi :
 Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
 Tempatkan Px dalam ruangan khusu
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya Px dari sumber infeksi
 Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik.
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif.
 Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive

12
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
 Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi.
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi.
 Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
 Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler.
 Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia.
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh.
 Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
 Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam aktifitas sehari-hari.
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan.
 Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan.
 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi.
 Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

13
3. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan
dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
 Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah
ekimosis.
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia.
 Cegah ulserasi oral dan rectal.
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah.
 Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi.
Rasional : untuk mencegah perdarahan
 Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
 Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat).
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan.
 Hindari obat-obat yang mengandung aspirin.
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit.
 Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual


dan muntah
Tujuan : – Tidak terjadi kekurangan volume cairan
– Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
 Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
 Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang

14
 Kaji respon Px terhadap anti emetic.
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil.
 Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
 Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
 Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

5. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari Leukimia


Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
Intervensi :
 Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
 Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif,
alat
akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
 Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
 Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
 Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens


kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

15
Intervensi :
 Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
 Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
 Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
 Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam
area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
 Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit.
 Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif
 Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan


cepat pada penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
 Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna
rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut
 Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari,
angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
 Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial

16
 Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna
atau teksturnya agak berbeda.
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan
rambut baru
 Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya
wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan.

17
BAB 1V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leukimia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Penulis berpendapat bahwa Leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada
alat pembentuk darah.
Leukimia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna
yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol
mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya
perubahan pada kode genetik yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.
Sel-sel Leukimia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan
sel normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat serta
bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel normal.
Penyebab Leukimia ada beberapa faktor, diantaranya: genetik, saudara kandung, faktor
lingkungan, virus, bahan kimia, dan obat-obatan.
Klasifikasi leukimia terdiri dari Leukimia Mielogenus Akut, Leukimia
Mielogenus Kronis, Leukimia Limfositik Akut, Leukimia Limfositik Kronik.
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit Leukimia adalah sebagai
berikut:
1. Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian

18
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat
pembesaran limpa).
Pentalaksanan pada penyakin Leukimia meliputi: kemoterapi, terapi biologi,
terapi radiasi, dan transplantasi sel induk.
Untuk menghindari leukimia harus dicegah sedini mungkin, dan ketika sudah
ada gejala-gejala segera periksakan ke dokter.

B. Saran
Setelah anda membaca makalah ini, semoga anda sadar dan menerima saran dari
saya yaitu:
1. Tidak merokok agar darah tidak rusak dan terinfeksi
2. Bagi yang merasa dirinya sehat, silahkan sekali-kali untuk
memeriksakan diri ke dokter agar lebih jelas dari serangan penyakit
Leukimia.

19

Anda mungkin juga menyukai