“KATARAK”
Disusun oleh :
Kelompok I
Agus arianto Nim : 2019.B.20.0500
Silvia lestari Nim : 2019.B.20.0507
Yeni yuli astuti Nim : 2019.B.20.0510
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 definisi
2.2 Patofisiologi
2.3 Tanda dan Gejala
2.4 Penatalaksanaan Medis
2.5 Komplikasi Klinis
2.6 Pemeriksaan Penunjang.
2.7 Asuhan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang penyakit
katarak.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Stadium Insipien
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini . Visus belum terganggu , dengan
koreksi masih bisa 5/5 -6/6. Kekeruha terutama terdapat pada bagian perifer berupa
bercak-bercak seperti jari-jari roda.
2) Stadium Imatur
Kekeruhan sebelum mengenai seluruh lapisan lensa , terutama terdapat dibagian
posterior dan bagian belakang nucleus lensa . Shadow test posotif . Saat ini mungkin
terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga indeks
refraksi berubah dan mata menjadi miopa. Keadaan ini disebut intumesensi.
Cembungnya lensa akan mendorong iris kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan
menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glaucoma.
3) Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal
kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua sinar yang masuk pipil
dipantulkan kembali. Shadow tes negative .Di pupil tampak lensa seperti mutiara.
4) Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)
Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa turun
karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai setengah lingkaran
dibgian bawah dengan warna berbeda dari yang diatasnya yaitu kecoklatan .Saat ini
juga terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih permeable sehingga isi korteks
dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nucleus
lensa.Keadaan ini disebut katarak morgani.
(Carpenito dan Lynda, 2000)
3. Komplikasi katarak
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagian komplikasi dari penyakit lain .
Penyebab katarak jenis ini adalah :
a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma, ablasio retina yang sudah
lama, uveitis, myopia maligna.
b. Penyakit siskemik , DM, hipoparatiroid, sindromdown, dermatritis atopic.
c. Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing didalam mata terpajan panasa yang
berlebihan , sinar X , radio aktif, terpajan sinar matahari, toksik kimia.
(Ilyas, 2005).
2.2 Patofisiologi
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Lensa yang normal adalah
struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai
kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona
sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan
warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak
yang paling bermakna seperti kristal salju (Ilyas, 2008).
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar
daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak (Ilyas, 2008).
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan,
alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang
lama (Guyton, 1997).
Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen,penurunan air,peningkatan
kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak larut. Pada proses
penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan
densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serta lensa yang lebih
tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikorteks,serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-
serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hinlangnya transparansi lensa yang tidak
terasanyeri dan sering bilateral (Ilyas, 2005).
Selain itu berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan metabolism pada
lensa mata. Gangguan metabolisme ini , menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan
yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat
berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk
memalui kornea yang dihalangi oleh lensa yang keruh atau huram. Kondisi ini memburamkan
bayangan semu yang sampai pada retina. Akibat otak mengiterprestasikan sebagai bayangan
yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian
berubah kuning , bahkan menjadi coklat atau hitam dank lien mengalami kesulitan dalam
membedakan warna (Mansjoer, 2008).
2.4.2 Fakoemulsifikasi
Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi katarak modern
menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan sayatan 3 mm pada sisi kornea.
Fakoemulsifikasi adalah tehnik operasi katarak terkini. Pada teknik ini diperlukan irisan
yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa katarak yang
telah hancur tersebut sampai bersih. Sebuah lensa Intra Ocular (IOL) yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Untuk lensa lipat (foldable lens) membutuhkan insisi
sekitar 2.8 mm, sedangkan untuk lensa tidak lipat insisi sekitar 6 mm. Karena insisi yang
kecil untuk foldable lens, maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya,
yang memungkinkan dengan cepat kembali melakukan aktifitas sehari-hari Prisla (2008).
Indikasi teknik fakoemulsifikasi berupa calon terbaik pasien muda dibawah 40-50
tahun, tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata dalam, pupil dapat dilebarkan hingga
7 mm. Kontraindikasinya berupa tidak terdapat hal – hal salah satu diatas, luksasi atau
subluksasi lensa. Prosedurnya dengan getaran yang terkendali sehingga insiden prolaps
menurun. Insisi yang dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat berkurang dan
edema dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya cepat, waktu operasi yang relatif
labih cepat, mudah dilakukan pada katarak hipermatur. Tekanan intraokuler yang
terkontrol sehingga prolaps iris, perdarahan ekspulsif jarang. Kerugiannya berupa dapat
terjadinya katarak sekunder sama seperti pada teknik Ekstra Kapsuler, sukar dipelajari
oleh pemula, alat yang mahal, pupil harus terus dipertahankan lebar, endotel ’loss’ yang
besar. Penyulit berat saat melatih keterampilan berupa trauma kornea, trauma iris,
dislokasi lensa kebelakang, prolaps badan kaca. Penyulit pasca bedah berupa edema
kornea, katarak sekunder, sinekia posterior, ablasio retina (Tana, 2006).
Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang
sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan
penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan
mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes
mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan
pelindung mata sampai luka pembedahan sembuh.Untuk mencegah astigmat pasa bedah
Ekstra Kapsuler, maka luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi.
Pada tindakan fako ini lensa yang katarak di fragmentasi dan diaspirasi (Tana, 2006).
2.4.3 SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
sembuh dan murah.
Adapun penatalaksanaan pada saat post operasi antara lain :
1. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan diperbolehkan:
Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama.
Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
2. Tidak diperbolehkan membungkuk pada wastafel atau bak mandi; condongkan sedikit
kepala ke belakang saat mencuci rambut. Hindari memakai sabun mendekati mata
3. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan kacamata
pada siang hari.
4. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak dioperasi,
dan tidak diperbolehkan telungkup.
5. Aktivitas dengan duduk.
6. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan.
7. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai dihindari (paling tidak
selama 1 minggu). Dianjurkan untuk melipat lututdan punggung tetap lurus untuk
mengambil sesuatu dari lantai
8. Hindari menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup, mengejan saat defekasi,
batuk, bersin, dan muntah
(American Academy Ophtalmology, Lens and Cataract. Basic and clinical Science
Course, Section, 2006).
2.5 Komplikasi Klinis
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding (Ilyas, 2008).
Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
Umur : 56 th
Pekerjaan : swasta
Alamat : Hibrida 10
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
Kolaborasi:
1. berikan obat
sesuai indikasi
· antiemetik
contoh
proklorprazin · mual, muntah
dapat
meningkatkan
TIO, memerlukan
tindakan segera
untuk mencega
cedera okuler
· asetazolamid(di· diberikan untuk
omox) menurun TIO bila
terjadi
peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
humor
· analgesik · digunakan
contoh empirin untuk ketidak
dengam kodein, nyamanan ringan,
asetaminofen(tyn mencega gelisah
ol) yang dapat
mempengaruhi
TIO
2 Resiko tinggi Setelah - Meningkat Mandiri
terhadap infeksi dilakukan kan 1. Diskusikan 1. Menurunkan
berhubungan intervesi sel penyembuha pentingnya jumlah bakteri
dengan bedah ama 3x24 n luka tepat mencuci tangan pada tangan,
pengangkatan jam waktu sebelum mencega
katarak diharapkan - bebas menyentu atau kontaminasi area
factor resiko drainase mengobati mata operasi
infeksi dapat purulen dan 2. Gunakan atau 2. Tehnik aseptic
diatasi eritema tunjukan tehnik menurunkan
yang tepat untuk resiko penyebaran
membersihkan bakteri dan
mata dari dalam kontaminasi
keluar dengan tisu silang
basah atau bola
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3. Tekankan
pentingnya 3. Mencegah
untuk tidak kontaminasi dan
menyentuh atau kerusakan sisi
menggarut mata operasi
yang di operasi
4. Obserpasi tanda
terjadinya infeksi4. Infeksi mata
contah terjadi 2-3 hari
kemerahan, setelah prosedur
kelopak mata dan memerlukan
bengkak, drainase upaya intervensi
purulen. yang tepat
Kolaborasi:
1. Berikan obat
sesuai indikasi
· antibiotik(topica· sediakan topical
l, perenteral, atau yang digunakan
subkunjungival) sevara profilaksis,
dimana
terapi lebih akresi
f diperlukan bila
terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical
bila pasien
mengalami
· steroid implantasi.
· Digunakan
untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah - Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka1. Tentukann 1. kebutuhan
persepsi(pengli intervesi sel n ketajaman ketajaman individu dan
hatan) ama 3x24 penglihatan penglihatan, catat pilihan intervensi
berhubungan jam batas situasi apakah 1 atau 2 bervariasi sebab
dengan diharapkan individu mata terlibat kehilangan
gangguan gangguan - Memperba penglihatan
penerimaan sensori iki potensi terjadi lambat dan
sensori/status persepsi bahaya progresif. Bila
organ indra dapat diatasi dalam bilateral tiap mata
penglihatan lingkunga dapat berlangjut
pada laju yang
berbeda tetapi
biasa nya hanya 1
mata diperbaiki
perprosedur.
2. memberikan
peningkatan
2. Orientasikan kenyamanan dan
pasien terhadap kekeluargaan,
lingkungan,stap, menurunkan cema
orang lain di area s dab disorientasi
nya pasca operasi
3. terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
3. Observasi tanda- tetbatasan
tanda dan gejala- penglihatan dapat
gejala mengakibatkan
disorientasi, bingung pada
pertahankan pagar orang tua.
tempat tidur Menurunkan
sampai benar- resiko jatuh bila
benar senbuh dari pasien bingung
anastesia atai tak kenal
ukuran tempat
tidur
4. Memberikan
rangsangan
4. Pendekatan dari sensori tepat
sisi yang tak terhadap isolasi
dioperasi , bicara, dan menurunkan
dan menyentuh bingung
sering, dorong
orang terdekat
tinggal dengan
pasien 5. Gangguan
penglihatan atau
5. Perhatikan iritasi dapat
tentang suram berakhir 1-2 jam
atau penglihatan setelah diberikan
kabur dan iritasi pengobatan tetapi
mata secara bertahap
menurunkan
dengan pengguna
an.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi
jangan hentikan
penggunaan obat
sementara
6. Ingatkan pasien 6. perubahan
menggunakan ketajaman dan
kacamata kedalaman
katarakyang persepsi dapat
tujuannya menyebabkan
memperbesar bingung
kurang lebih 25% penglihatan atau
penglihatan meningkatkan
perifer hilang dan resiko cedera
buta titik sampai pasien
mungkin ada belajar untuk
mengkompensasi.
4. Implementasi
5. Evaluasi
3.1 Kesimpulan
Katarak merupakan gangguan pada lensa mata akibat dari hidrasi lensa atau denaturasi
protein ataupun keduanya yang berjalan secara progresif. Katarak ini sering mengenai pada
orang-orang usia produktif dan juga pada orang yang sudah lanjut usia, hal ini mungkin
terjadi karena kurangnya pengetahuan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
katarak seperti terkena pajanan sinar radiasi secara langsung dan berkala, trauma, penyakit
sistemik, adanya zat pathogen yang menginvasi dan juga kurangnya pengetahuan terhadap
bagaimana cara mencegahnya.
3.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang katarak
dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau
health education mengenai katarak kepada para lansia yang utama.
2. Pemerintah
Untuk mengurangi angka kebutaan yang diakibatkan katarak, pemerintah sudah
mencanangkan program vision 2020 untuk menanggulangi kebutaan di Indonesia.
Dengan terus berputarnya waktu diharapkan pemerintah bisa mempercepat program
tersebut dengan pertimbangan semakin meningkatnya kebutaan yang diakibatkan
karena katarak.
3. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya katarak
dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy Ophtalmology, Lens, And Cataract, Basis And Clinical Science Course,
Section 11. 2005-2006. Sanfransisco: p 21-32, 96-37, 153-154.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Ilyas, S. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edition. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.