P) GLAUKOMA
Hari/Tanggal : 2019
Tugas :
1) Mendorong peserta penyuluhan untuk tidak malu bertanya
2) Menyampaikan pertanyaan peserta penyuluhan ke moderator
3) Menstimulasi peserta yang tidak aktif
4) Mendokumentasikan acara penyuluhan
5) Membagikan lefleat di akhir penyuluhan
4. Observer : Seren Rumagit
Megawati Manengkey
Tugas :
1) Mencatat pertanyaan peserta penyuluhan
2) Menjalankan absensi peserta penyuluhan
3) Mengamati dan menilai proses jalannya penyuluhan untuk evaluasi
A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan ini, peserta penyuluhan mampu memahami
masalah tentang glaukoma.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan ini, peserta penyuluhan dapat :
1) Menjelaskan definisi glaukoma
2) Menjelaskan etiologi glaukoma
3) Menjelaskan faktor resiko glaukoma
4) Menjelaskan manifestasi klinis glaukoma
5) Menjelaskan penatalaksanaan glaukoma
6) Menjelaskan komplikasi glaukoma
7) Menjelaskan pencegahan glaukoma
B. Kegiatan Penyuluhan
1. Persipan
a. Membuat satuan acara penyuluhan dengan materi glaukoma
b. Menyiapkan alat dan bahan
c. Membuat kontrak dengan peserta yang akan diberikan pendidikan kesehatan
2. Pelaksanaan
Susunan acara:
Operator
Power Point
Observer Fasilitator
Peserta
Fasilitator Fasilitator
Fasilitator Observer
Fasilitator Fasilitator
1. PENGERTIAN
Glaukoma merupakan suatu kondisi yang membuat penderitanya mengalami gangguan
penglihatan. Menurut Badan Kesehatan Dunia PBB atau WHO, glaukoma merupakan penyebab
kebutaan kedua terbesar di seluruh dunia setelah katarak.
Glaukoma merupakan kelompok gangguan yang ditandai oleh kenaikan tekanan intraokuler yang
menyebabkan kerusakan pada nervus optikus dan struktur intraokuler lain. Bila tidak segera
ditangani, gangguan ini menyebabkan kehilangan penglihatan yang terjadi berangsur-angsur dan
akhirnya kebutan. Glaukoma dialami dalam beberapa bentuk: sudut terbuka yang kronis
(primer), sudut tertutp yang akut, kongetinal diturunkan sebagai sifat (trait) autosom resesif) dan
sekunder akibat penyebab lain. Glaukoma sudut terbuka yang kronis biasanya terjadi bilateral
dengan awitan yang insidius dan perjalanan penyakit yang progesif lambat. Glaukoma sudut
tertutup yang akut secara khas memiliki awitan yang cepat dan merupakan keadaan kedarurtan
oftalmogi. Jika tidak ditangani segera, bentuk glaukoma yang akut ini akan menyebabkan
kebutaan dalam tempo tiga hingga lima hari.
2. PENYEBAB
Faktor resiko glaukoma sudut terbuka yang kronis meliputi:
- Genetika
- Hipertensi
- Diabetes melitus
- Penuaan
- Etnis kulit hitam
- Miopia berat
Faktor presipitasi glaukoma sudut tertutup yang akut meliputi:
- Midriasis (dilatasi pupil yang ekstrem) yang ditimbulkan obat
- Lonjakan emosi yang dapat menimbulkan hipertensi.
Glaukoma sekunder dapat terjadi karena:
- Uvetis
- Trauma
- Obat-obat golongan steroid
- Diabetes
- Infeksi
- Pembedahan
3) KLASIFIKASI
A. Glaukoma primer sudut tertutup akut
Glaukoma primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang timbul saat TIO meningkat secara
cepat akibat blokade relatif mendadak dari jaringan trabekular. Peningkatan TIO yang tinggi
menyebabkan edema epitel kornea yang bertanggung jawab dalam timbulnya keluhan penurunan
penglihatan. Manifestasi klinis pada glaukoma sudut tertutup antara lain:
TIO yang tinggi
Pupil yang lebar dan terkadang irreguler
Edema epitel kornea
Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva
Kamera okuli anterior yang sempit
Glaukoma Sudut Tertutup atau kronis
B. Glaukoma sudut terbuka primer
Ini adalah tipe yang paling umum dijumpai.biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang
perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Tidak ada gejala samapi terjadi
kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. Pemeriksan
mata teratue sangatlah penting untuk mendeteksi dan memberi perawatan sejak dini. Perawatan
seumur hidup biasanya diperlukan untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
C. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital terjadi sejak lahir. Ada ketidaksempurnaan perkembangan saluran humor
aqueous di masa janin.
Gejala: sangat peka cahaya, mata merah, kornea membesar.
D. Glaukoma sekunder
Glaukoma yg terjadi akibat penyakit lain.
Misalnya: uveitis, diabetes melitus, obat-obatan.
5. KOMPLIKASI
Kebutaan
6. PENGOBATAN GLAUKOMA
Penanganan glaukoma sudut terbuka yang kronis dapat meliputi:
- Obat-obat golongan penyekat beta adrenergik, seperti: Timolol atau betaxolol (antagonis
reseptor-beta) untuk mengurangi produksi humor akueus.
- Obat-obat golongan agonis alfa, seperti brimodinin atau apraklodinin, untuk menurunkan
tekanan intraokuler.
- Inhibitor karbonik anhidrase, seperti dorzolamid atau asetazolamid, untuk mengurangi
pembentukan dan sekresi humor akueus.
- Epinefrin untuk menurunkan tekanan intraokuler dengan memperbaiki aaliran keluar humor
akueus.
- Prostaglandin, seperti layopronosi untuk menurunkan tekana intraokuler
- Tetes mata miotikum, seperti pilokarpin,untuk menurunkan tekana intraokuler dengan
mempelancar aliran keluar humor akueus.
Kalau terapi medis tidak berhasil menurunkan tekanan intraokuler, prosedur bedah berikut ini
dapat dilakukan:
- Trabekuloplasti dengan sinar laser argon pada jaring trabekuler (trabecular meshwork) sudut
yang terbuka untuk menghasilkan luka bakar termal yang mengubah permukaan jaring/
meshwork tersebut dan meningkatkan aliran kelar humor akueus.
- Trabekulektomi untuk mengangkat jaringan sklera yang kemudian diikuti iridektomi perifer
untuk membuat lubang bagi aliran keluar humor akueus di bawah konjungtiva sehingga
terbentuk bleb ( gelembung) penyaring
Glaukoma sudut tertutup yang akut merupakaan keadaan kedaruratan mata yang memerlukan
intervensi segera untuk menurunkan intraokuler yang tinggi ; tindakan intervensi tersebut
meliputi:
- Penyuntikan IV msnitol (20%) atau pemberian gliserin (50%) per oral untuk menurunkan
tekanan intraokuler dengan menciptakan gradien tekanan osmotik antara darah dan cairan intra
okuler.
- Obat tetes mata steroid untuk mengurangi inflamasi
- Asetazolamid, preparat inhibitor karbonik anhidrase, untuk menurunkan tekanan itraokuler
dengan mengurangi pembentukan dan sekresi humor akueus.
- Pilokarpin untuk menimbulkan konstruksi pupil sehingga memaksa iris menjauhi trabekula dan
memungkinkan cairan intraokuler mengalir keluar
- Obat-obat analgetik narkotik untuk mengurangi rasa nyeri bila diperlukan.
- Iridotomi dengan sinar laser atau operasi iridektomi perifer jika pemberian obat tidak
menurunkan tekanan intraokuler, mengurangi tekanan dan menyelamatkan penglihatan dengan
memperlancar aliran keluar humor akueus.
- Obat tetes sikloplegia, seperti apraklonidin, pada mata yang sakit (hanya setelah dilakukan
iridektomi perifer dengan sinar laser) untuk melemaskan muskulus siliaris dan mengurangi
inflamasi guna mencegah pelekatan.
7. PENATALAKSANAAN
Tekanan intraocular harus diturunkan secepatnya dengan memberikan asetazolamid 500mg
dilanjutkan 4x250mg, solusio gliserin 50% 4x100-150 ml dalam air jeruk, penghambat beta
adrenergic 0,25-0,5 % 2x1 dan KC13x0,5 g. diberikan pula tetes mata kortikosteroid dan
antibiotic untuk mengurangi reaksi inflamasi.
Untuk bentuk yang primer,diberikan tetes mata pilokarpian 2% tiap vi-1 jam pada mata yang
mendapat serangan dan 3x1 tetes pada mata sebelahnya. Bila perlu diberikan analgesik dan
antiemetik.
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi . dievaluasi tekanan intraokular (TIO) dan
keadaan matanya . bila TIO tetap tidak trurun,lakukan operasi segera. Sebelumnya diberikan
infuse maniful 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Bila jelas menurun,operasi ditunda sampai mata
lebih tenang dengan tetap memantau TIO . jenis operasi ,iridektomi atau filtrasi, ditentukan
berdasarkan hasil pemeriksaan gonioskopi setelah pengobatan medikamentosa. Sebagai
pencegahan juga dilakukan irdektomi pada mata sebelahnya.
DAFTAR PUSTAKA