DOSEN PEMBIMBING :
Nurul Khusnul Khotimah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
KELOMPOK I
KEPERAWATAN B
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami berterima kasih
kepada Dosen Nurul Khusnul Khotimah, S.Kep.,Ns.,M.Kep\ selaku Dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yanag
membacanya. Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami minta maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik, saran, dan usulan
yang membangun dari anda demi perbaikan makalah yang akan kami buat di waktu yang
akan datang.
Kelompok I
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Tujuan penulisan.........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................5
1. Definisi..........................................................................................................................5
2. Etiologi..........................................................................................................................6
3. Manifestasi Klinis.........................................................................................................7
4. Patofisiologis.................................................................................................................8
5. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................9
7. Edukasi nutrisi.............................................................................................................10
B. Konsep Keperawatan................................................................................................11
1. Pengkajian...................................................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................13
3. Intervensi.....................................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................16
PEMBAHASAN....................................................................................................................16
3
A. KASUS........................................................................................................................16
B. Mind Map....................................................................................................................17
C. Asuhan keperawatan....................................................................................................19
D. Integrsi keislaman........................................................................................................37
BAB IV...................................................................................................................................38
BAB V....................................................................................................................................41
PENUTUP.............................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................42
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi
papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang dengan resiko adanya peningkatan
tekanan intra okular (TIO). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik
penderita glaukoma primer di Divisi Glaukoma Poliklinik Mata RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2014 berdasarkan umur, jenis kelamin, diagnosis, tekanan intra
okular, dan sebaran wilayah. Penelitian menggunakan desain cross sectional deskriptif
study, menggunakan data sekunder melalui buku register Divisi Glaukoma Poliklinik
Mata RSUP Sanglah Denpasar Periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014. Sampel
penelitian ini sejumlah 42 orang dan terdapat 64 mata dengan diagnosis glaukoma
primer.
Hasil penelitian menunjukkan:(1)pasien glaukoma primer paling sering
didapatkan pada kelompok umur 51-80 tahun sebesar 78,5%;(2)kasus glaukoma
primer paling sering adalah glaukoma sudut tertutup atau PACG (60,93%)
dibandingkan dengan glaukoma primer sudut terbuka atau POAG (39,06%);(3)rerata
tekanan intra okular pada mata kanan lebih besar yaitu 32,38 mmHg sedangkan rerata
tekanan mata kiri 31,3 mmHg;(4)laki-laki memiliki proporsi yang lebih besar
(61,90%) dibandingkan dengan perempuan (38,09%) berdasarkan variabel jenis
kelamin. Kesimpulan penelitian ini adalah diantara 42 kasus glaukoma primer dengan
64 mata yang terlibat, terdapat karakteristik pasien terbanyak yaitu pria, dengan
kelompok usia terbanyak 51 sampai 80 tahun, jenis glaukoma yang diderita
terbanyak adalah sudut tertutup, dan keluhan terbanyak terjadi pada pada kedua mata
atau bilateral, tekanan intra okular rerata pada okuli dextra adalah sebesar 32,38
mmHg dan TIO rerata pada okuli sinistra adalah sebesar 31,3
mmHg dan pasien paling banyak berada di Denpasar
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu glukoma
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya glaukoma
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala apa saja yang muncul saat seseorang terkena
glaukoma
4. Untukmengetahuibagaimanapatofisiologiterjadinya glaukoma
5. Untuk mengetahuipemeriksaan apa saja yang harus dilakukan dalam
memperkuatdiagnosismedis glaukoma
6. Untuk mengetahui bagaimana cara menangani glaukoma serta pengobatannya
7. Untuk mengetahuinutrisiapa saja yang dibutuhkan oleh pasien yang terdiagnosis
glaukoma
8. Untukmengetahuiapasajayangperludikajipadapasien glaukoma
9. Untukmengetahuidiagnosekeperawatanapasajayangakanmunculpada pasien
glaukoma
10. Untukmengetahuiintervensiapasajayangbisadiberikanpadapasien glaukoma
sesuaidengan diagnose keperawatannya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Glukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung. Yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta. (sjamsu budiono,2013)
Menurut kanski,2003 galucoma sudut tertutup akut didefinisikan sebagai suatu
keadaan peningkatan TIO yang disebabkan penutupan sudut sebagian atau
seluruhnya oleh iris purifier sehingga terjadi obstruksi aliran humor akuos.
Sampai saat ini glaucoma sudut tertutup primer akut tidak didefinisikan adanya
kerusakan saraf optic, hal ini yang membedakan dari definisi glaucoma pada
umumnya.
Pada glaucoma sudut tertutup primer akut, tidak ada kelainan patologi yang
mendasari, yang ada hanya predisposisi anatomi. Glaucoma sudut tertutup primer
akut terjadi bila ada peningkatan TIO yang cepat akibat blok mendadak dari
trabecular meschwork oleh iris.[ CITATION Sja13 \l 1033 ]
2. Etiologi
Glukoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak. Glukoma
dibagi menjadi empat rime utama yaitu:
1. Glaucoma sudut terbuka (open angle (choronic)galucome)
Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan disaluran pengeluaran
cairan bola mata akan meningkatkan tekananan pada bola mata. Tekanan
pada boa disebut dengan tekanan intra okuler (TIO). Sebagian besar
glaucoma disebabkan oleh peningkatan tekanan pada bola mata yeng
menyebabkan kerusakan pada serat-serat pada saraf optic.
2. Glaucoma sudut tertutup (angle clousure(acute) glaucoma).
6
Gejala glaucoma sudut tertutup bisa datang dan pergi begitu saja atau
semakin memburuk. Berikut adalah gejala-gejalanya.
Nyeri tiba-tiba dan berat pada salah satu mata
Penurunan penglihatan atau pengliahatan berkabut
Mual dan muntah
Melihat bayangan pelangi disekitar cahaya
Mata Merah
Mata terasa bengkak
3. Glaucoma kengenital
Gejala glaucoma kengonital berikut ibi baru bisa ditemukan setelah
bayi berumur beberapa bulan.
Adanya bayangan berkabut di depan mata
Pembesaran pada salah satu atau kedua bola mata
Mata merah
Sensitive terhadap cahaya
Keluar air mata
4. sekunder [ CITATION Wia13 \l 1033 ]
3. Manifestasi Klinis
Secara umum gejala klinik glaukoma sudut tertutup primer akut terbagi
akut, intermitten atau subakut serta kronis. Serangan akut glaukoma sudut tertutup
primer akut secara klinis oleh salmon (2004) disebut juga sudut tertutup akut
kongestif. sebagian besar serangan akut hanya terjadi pada satu mata, sedangkan
kurang dari 10% dapat menyerang kedua mata. Serangan akut tersering pada usia
55-56 tahun dan dilaporkan 3 kali lebih sering terjadi pada wanita.[ CITATION
Sja132 \l 1033 ]
Serangan tersebut biasanya mendadak ketika tekanan intraokuler
meningkat cepat (biasanya sekitar 45 - 75 mmHg), karena terjadi blok
relatiftrabekular meshwork oleh iris dengan manifestasi klinik berupa:
Nyeri mata mendadak
Sakit kepala
Kabur
Melihat cahaya Pelangi
mual muntah
Gejala yang berat sering ditunjukkan dengan nyeri mata mendadak dan
sakit kepala. Nyeri tersebut dapat radier sepanjang distribusi cabang oftalmik
saraf trigeminal yang ditandai nyeri di sinus, telinga, kepala dan Gigi. Nyeri yang
hebat karena tingginya TIO dapat menimbulkan gejala mual dan muntah. Kadang
nyeri dada dan abdomen serta berkeringat dapat terjadi. Hal ini sering
menimbulkan misdiagnosis.
Kabur dan melihat seperti pelangi disebabkan edema epitel kornea karena
tingginya TIO. Edema kornea dapat memisahkan cahaya putih menyebabkan
cincin berwarna mengelilingi cahaya lampu pijar dengan warna merah kuning di
tengah dan biru hijau di perifer titik gejala ini merupakan gejala awal serangan
akut.
Tanda klinis
Bila lampu celah bio mikroskop dan gonio lens tidak tersedia, kedalaman
bilik mata depan dapat dinilai dengan iluminasi penlight pada permukaan iris
7
melalui sinar dari sisi temporal mata. Bila iris datar akan di iluminasi kan pada
sisi temporal dan nasal pupil sedangkan bila iris lebih terdorong ke depan Maka
akan tampak bayangan pada sisi nasal atau disebut Edipse Sign. Pemeriksaan ini
mempunyai sensitifitas 80 - 86% dan spesifitas 69-70%.
Adapun juga manifestasi klinis glaukoma primer sudut terbuka yaitu:
a. Tipe yang paling umum
b. Sulit untuk mengenali lebih dini karena asimtomatik sampai akhir dari
perjalanan penyakitnya
c. Awitan terselubung, kemajuan lambat, dan kehilangan bidang pandang perifer
mungkin terjadi tanpa disadari
d. Satu mata seringkali terkena lebih dini dan lebih parah dari mata yang lain
4. Patofisiologis
Patogenesis yang mendasari terjadinya global sudut tertutup primer akut
belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Menurut kanski (2003) terdapat dua teori,
yakni teori muskulus dilator yang mengatakan bahwa kontraksi muskulus dilator
pupil akan meningkatkan aposisi Iris dan anterior lensa, mempertinggi tingkat
blok pupil fisiologis yang secara simultan membuat iris perifer lebih
flaccidsehingga mengakibatkan tekanan bilik mata belakang meningkat dan iris
perifer terdorong lebih ke anterior, akhirnya iris kontak dengan permukaan kornea
posterior dan TIO meningkat. Di lain pihak teori muskulus sfingter saat diameter
pupil sekitar 4 mm.[ CITATION Dia00 \l 1033 ]
Penting untuk ditentukan relatif atau absolut dan posisi setiap struktur
segmen anterior serta perbedaan tekanan antara bilik mata depan dan bilik mata
belakang. Blok pupil Absolute terjadi bila sinekia posterior 360° (seklusio pupil)
sehingga tidak ada aliran humor Akuos melalui pupil, sedangkan blok pupil relatif
terjadi bila ada penurunan aliran humor Akuos melalui pupil karena iris kontak
dengan lensa, lensa intraokuler,sisa kapsul, dan lain-lain.[ CITATION Dia00 \l 1033 ]
Blok pupil merupakan penyebab tersering penutupan sudut dan yang
mendasari Sebagian besar kasus glaukoma sudut tertutup primer akut. Keberadaan
blok pupil, aliran humor Aquos dari bilik mata belakang ke bilik mata depan
melalui pupil terganggu dan sumbatan tersebut menciptakan perbedaan tekanan
pada bilik mata depan dan belakang di mana TIO bilik mata belakang lebih besar
daripada bilik mata depan. Jika blok pupil ini meningkat, Irish akan lebih
terdorong ke depan atau sering disebut Iris bombans (iris bombe). Hal ini
diakibatkan iris perifer yang lebih tipis dibanding Sentral Iris Central terdorong ke
depan menutup trabekular Meshwork. Jika keadaan ini terjadi mendadak dan
berat, maka terjadi serangan akut yang disebut sudut tertutup akut, bila penutupan
sudut partikel dan agak berat, maka akan timbul sudut tertutup intermitten dan
Sub akut dan apabila terjadi gradual serta TIO meningkat pelan, maka akan
berkembang jadi sudut tertutup kronis. Pada sudut tertutup akut bilik mata depan
tertutup oleh aposisi iridocorneal dapat reversibel, sedangkan sudut tertutup kronis
penutupan bilik mata depan oleh sinekia anterior perifer sehingga irreversible.
[ CITATION Dia00 \l 1033 ]
8
Pada mata yang secara anatomi dapat berkembang menjadi glaukoma
sudut tertutup primer akut, menurut Allingham (2005) mempunyai faktor-faktor
pencetus untuk terjadinya serangan akut, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor penyebab midriasis
a. Dim ilumination
Umumnya serangan blok pupil terjadi pada keadaan pasien di
dalam ruang gelap seperti di teater, restoran, dan lain-lain.
b. Stres emosional
Biasanya serangan akut terjadi pada keadaan stres emosional yang
berat. Hal ini dapat dikaitkan midriasis terjadi akibat rangsangan saraf
Simpatik meskipunmekanisme yang sebenarnya belum dapat dijelaskan.
c. Obat-obatan
Midriatikum dapat Mencetuskan serangan akut glaukoma sudah
tertutup yang secara anatomi mempunyai risiko. Obat obat anti kolinergik
dan adrenergik mempunyai resiko untuk dapat menimbulkan serangan
akut.
2. Faktor penyebab meiosis
Miotik terapi dapat juga Mencetuskan serangan akut dimana bila
meiosis terangsang dengan membaca atau cahaya terang mekanisme Ini
kemungkinan terjadi blok pupil relatif.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada glaukoma adalah sebagai
berikut:
a. Tonometri
Tonometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur tekanan
bola mata. Untuk pengukuran tekanan intraokuler dilakukan beberapa hal,
yaitu:
1. Palpasi menggunakan jari telunjuk
2. Identisi dengan tonometer Schiotz
3. Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldman
4. Non kontak pneumotonometri
b. Gonioskopi
Gonioskopi merupakan pemeriksaan sudut bilik mata depan
menggunakan lensa kontak khusus. Dengan pemeriksaan ganioskopi dapat
membedakan apakah terjadi glaukoma sudut terbuka atau glaukoma sudut
tertutup, apakah ada perletakan iris dibagian perifer dann kelainana lainnya
pada mata.
c. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi digunakan untuk menilai kondisi papil saraf optik pada
penderita glaukoma. Papil saraf optik yang dinilai menggunakan oftalmoskopi
adalah warna papi optik dan lebarnya ekskavasi (penggaungan).
9
oleh mata normal. Tajam penglihatan dikatakan normal apabila tajam
penglihatan 6/6 atau 100%
Operasi
Operasi dilakukan ketika pemberian obat dan terapi laser tidak efektif
menangani kondisi. Operasi yang paling umum digunakan untuk menangani
glaukoma adalah trabeculectomy. Trabeculectomy merupakan prosedur bedah di
mana dokter akan membuang sebagian organ berupa jaring (trabecular
meshwork) pada saluran cairan aqueous humour, agar pengaliran cairan tersebut
dapat lebih lancar.
Selain trabeculectomy, terdapat metode operasi lain yang dapat digunakan
dalam menangani glaukoma, yakni:
10
Implan. Dalam prosedur ini, dokter menanamkan tabung/selang
khusus yang berfungsi untuk menglairkan cairan aqueous humour di
mata.
Electrocautery. Berbeda dengan trabeculectomy, prosedur ini
menggunakan alat khusus yang disebut trabectome. Trabectome
digunakan untuk membuat sayatan kecil dan mengangkat trabecular
meshwork dengan mengirim panas agar pengaliran cairan dapat lebih
lancar serta tekanan yang ada berkurang. (I. Goldberg, 2017)
7. Edukasi nutrisi
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut (Wijaya, 2013) data yang dikaji pada pengkajian mencakup
data yang dikumpulkan melalui riwayat kesehatan, pengkajian fisik,
pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan
sebelumnya. Langkah-langkah pengkajianyang sistematik adalah
pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data diagnosa
keperawatan.
Pengkajian dalam proses keperawatan pada pasien system
penglihata menurut [ CITATION Dwi18 \l 1033 ]meliputi:
a) Anamnesis
1. Identitas pasien
Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomor rekam medik dan
diagnosa medis.
11
2. Keluhan utama
Keluhan utama terbagi menjadi dua yaitu keluhan utama
saat masuk rumah sakit dan keluhan saat pengkajian. Keluhan
utama pada pasien dengan kanker payudara dapat nerupa adanya
massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara, keluar cairan
pada puting, kemerahan pada payudara, payudara terasa restraksi.
3. Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
12
7. Pemeriksaan Sistem Endokrin, Tidak ada yang mempengaruhi
terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
8. Pemeriksaan Genitouria, Tidak ada disuria, retesi urin,
inkontinesia urine.
9. Pemeriksaan Sistem Pernafasan , Pada umumnya motorik dan
sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang pandang.
10. Pemeriksaan Diagnostik, Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular
(tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan
ke retina atau jalan optik.
11. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral
atau glaukoma.
12. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg).
13. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka
dari sudut tertutup glaukoma.
14. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika
TIO normal atau hanya meningkat ringan.
15. 15) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma.
16. 16) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
17. 17) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosis.
18. 18) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya Diabetes Melitus.
(Nugraha, 2018)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut [ CITATION Tim171 \l 1033 ] diagnose keperawatan glaukoma yaitu:
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fumgsional dengan onset
medadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung hingga kurang dari 3 bulan
2. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
Definisi: perasaan kurang senang, lega dan saempaurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social
3. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan
Definisi: perubahan persepsi terhadap stimulus bak internal
maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang,
berlebihan atau terdistorsi.
4. Ansietas b/d kebutuhan tida terpenuhi (penurunan ketajaman
penglihatan )/ kurang terpapar informasi
Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
13
bahaya yang memungkikan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
3. Intervensi
14
b. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk menguragi rasa
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Rasional; Untuk menguragi rasa nyeri tanpa
menggunkan teknik farmakologis
c. Edukasi
Jelaskan penyebab priode, dan pemicu nyeri
Rasional ;untuk memberikan pemahaman tentang
keluhan yang diderita pasien
d. Kolaborasi
kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional ; Untuk memberian analgetik jika sewaktu-
waktu skala nyeri meningkat
Kriteria hasil; setelah dilakukan intervensi 1x24 jam
maka nyerinya akan menurun, dengan kriteria hasil
pasien sudah tidak merasakan nyeri.
15
Latih teknik relaksasi
Rasional : Untuk mengurangi rasa cemas /
kekhawatiran yang berlebihan
Kriteria hasil; Tingkat Ansietas menurun. [ CITATION
Tim182 \l 1057 ]
16
BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS
Tn. A seorang pasien laki-laki, 60 tahun masuk rumah sakit dan dirawat
diruang interna dengan keluhan penglihatan menurun dengan tiba-tiba pada mata
kanan 2 minggu yang lalu. Sebelum ke Rumah Sakit klien mengatakan tidak dapat
melihat jauh dan semua yang dilihat seperti bayangan. Keluhan lainnya mata kanan
bewarna merah dan terasa nyeri. Klien mengatakan muntah dan mual yang disertai
sakit kepala. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter spesialis mata
disimpulkan bahwa Tn. A mengalami Glaukoma berdasarkan pemeriksaan
Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang pandang. Tanda-tanda vital diperoleh
TD : 160/110 mmHg, Nadi : 85x/menit, Suhu : 37.2oC , Pernapasan : 22x/menit. Tn.
A tidak mengetahui tentang glukoma dan Tn. A merasa sangat takut karena
mendapatkan informasi dari teman-temannya bahwa glukoma bisamenyebabkan
kebutaan.
17
B. Mind Map
18
C. Asuhan keperawatan
1. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN AWAL
REKAMAN ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP MEDIKAL
BEDAH
A. IDENTITAS
Nama : Tn. A Ruang Rawat : Melati
No. Rekam Medik : 01443
Umur : 60 Tahun Tgl/Jama Masuk : 29 september
2020/15.00
Pendidikan :- Tgl/Jam Pengambilan Data : 29 september
2020/15.30
Pekerjaan : wiraswasta Diagnosa Masuk : Glaukoma
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluahan : Penglihatan menurun
Utama
Keluhan : klien mengatakan tidak dapat melihat jauh dan semua yang di lihat
saat ini seperti bayangan, klien mengatakan mata kanan berwarna merah dan terasa
nyeri, klien mengatakan muntah dan mual yang disetai sakit kepala, hasil
pemeriksaan fisik yang di lakukan oleh dokter spesialis mata di simpulkan
Tn,. A mengalami glukoma berdasarkan pemeriksaan ofthalmoscope,
tonometry dan ukur lapang pandang, klien merasa sangat takut karena
mendapatkan informasi dari teman-temanya bahwa glukoma bisa
menyebabkan kebutaan.
(+) Tidak pernah opname ( ) Pernah Opname dengan sakit :
……………………… Di RS :……………………………………
Pernah Mendapat Pengobatan : (+) Tidak ( ) Ya : Yaitu :
…………………………………………………………………..
BB Sebelum Sakit : 65 Kg Pernah Operasi : (+) Tidak ( ) Pasca
Operasi Hari Ke : ……...................................
C. KEADAAN UMUM
19
Kesadaran : ( +) CM ( ) Somnolen ( ) Apatis ( ) Soporos Koma
( ) Koma
GCS : ......... E3 V3 M2
Pasien Mengerti Tentang Penyakitnya : ( ) Tidak (+) Ya Pasca
Operawsi : …………………………………………..
D. KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN NYERI
- Suhu : 37,20 C (+) Gelisah (+) Nyeri ( ) Skala Nyari :
…………………………………………...................................
- Gambaran nyeri :
P:klien mengatakan mata kanan berwarna merah dan terasa nyeri
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: mata sebelah kanan
S: Skala 4
T: klien mengatakan nyeri hilang timbul
- Lokasi Nyeri : mata sebelah kanan
- Frekuwensi : hilang timbul Durasi : -
- Rsepon Emosional : klien tampak meringis
- Penyempintan Fokus : …………………………………..
- Cara Pengatasi Nyeri :
- Lain-lain :klien mengatakan muntah dan mual yang disetai sakit kepala
Masalah Keperawatan :
Nyeri akut
NUTRISI KEBERSIHAN PERORANGAN
- TB : 165 Cm - Kebiasaan mandi : 2X/hari
- BB : 65 kg - Cuci rambut : 1X/hari
- IMT : - Kebiasaan gosok gigi : 2X/hari
- Kebiasaan makan : 2X/hari - Kebersihan badan : (√) Bersih ( ) Kotor
- Keluhan saat ini : - Keadaan rambut : (√) Bersih ( ) Kotor
( ) Tidak Nafsu makan - Keadaan kulit kepala : (√) Bersih ( ) Kotor
( +) Mual ( +) Muntah - Keadaan kuku : (√) Pendek ( ) panjang ( )
( ) Sukar/Sakit Menelan Bersih ( )Kotor
( ) Sakit gigi ( ) Stomatitis - Keadaan vulva/perineal : (√) Bersih ( )
( ) Nyeri ulu hati/salah cernah,
Kotor
yang berhubungan dengan
- Keluhan saat ini: ( ) eritema ( ) gatal-gatal
…………………………………
…………………………. ( ) luka
- Di sembuhkan dengan : - - Integritas kulit : ( ) Jaringan parut ( )
Kemerahan ( ) Laserasi ( ) userasi ( )
- Pembesaran tiroid : tidak ada
Ekimosis ( ) lepuh ( ) Drainase
- Hernia/Massa : tidak ada
- Luka Bakar : (Derajat/Persen)
- Holitosis : tidak Kondisi ………………………………….
gigi/gusi : baik - Tandai lokasi luka bakar dengan menggambar
- Penampilan lidah : baik Bising bentuk depan dan belakan tubuh
Usus … ..X/menit
( ) Makan per
20
NGT/parienteral/Infus - Keadaan luka : ( ) Bersih ( ) Kotor
(dimulai tgl : - Lain-lain :
……………..Jenis cairan ………………………………………….
……………………... …………
Dipasang di :
……………….
- Porsi makan yang di habiskan : ½
piring
- Makanan yang di sukai
bakso
- Diet :
……………………………………
…………………..
- Lain-
lain………………………………
…………. ………….
Masalah keperawatan : Masalah Keperawatan
..................................................................
..............................................................................
...........
CAIRAN AKTIVITAS & LATIHAN
- Kebisaan minum : 1500CC/hari . - Aktivitas waktu luang : baring
Jenis : air mineral Aktivitas/Hobby :
- Turgor kulit : ( ) Kering ( ) ………………………………………………
Tidak elastic - Kesulitan bergerak : ( +) Tidak ( ) Ya
- Punggung kuku : baik Warna : - Kekuatan otot : lemah
normal - Tonus otot : lemah
Pengisian kapiler : - Postur : ………………….Tremor
…………………………………… ……………………………
………. Rentang gerak : kurang
- Mata cekung : ( ) Tidak (√) Ya : - Keluahan saat ini : gerakan terbatas : ( +) Tidak
Ka/Ki ( )Ya
- Konjungtiva : anemis Sklera : ( )Nyeri Otot ( ) Kaku otot ( )
…………………………… Lemah Otot
- Edema : ( ) Tidak ( ) Ya : Ka/Ki ( ) Nyeri sendi ( ) bengkak sendi ( )
- Distensi vena jugularis : Inkooardinasi
…………………………………… ( ) Parise/paralise : dibagian :
…. ………………………………...
- Asites : (√) Tidak ( ) Ya ( ) Kelelahan ( ) Amputasi ( )
Spider Neavi : (√) Tidak Deformitas
( ) Ya Kelainan bentuk ekstremitas
Minum per NGT : (√) ………………………………….
Tidak ( ) Ya :…….CC/hari. - Penggunaan alat bantu : gips / Traksi / Kruk
Terpasang dekopresi (tongkat)
(NGT):(√) Tidak ( ) Ya : …… (tanggal : ……………… Di :
CC/hari …………………………………..
Dimulai tgl : ………Jenis - Pelaksanaan aktivitas : ( ) Mandiri √) Parsial
Cairan………Dipasang di :……… ( ) Total
21
- Terpasang infuse : ( ) Tidak (√) - Jenis aktifitas yang perlu dibantu: ke toilet,
Ya RL 20tts/menit berpakaian
- Lain-lain : - Lain-lain :klien merasa sangat takut karena
…………………………………… mendapatkan informasi dari teman-temanya
………………. bahwa glukoma bisa menyebabkan kebutaan.
…………………………………
Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan.
.......................................... Ansietas
.....................................
ELIMINASI OKSIGENASI
NEOROSENSORIS KEAMANAN
- Rasa Ingin Pingsan/Pusing : ( ) Alergi/sensitivitas : tidak
Tidak Perubahan system imun sebelumnya:
( ) Ya tidak ada penyebab:
- (gejala sisa) : tidak Riwayat penyakit hubungan seksual
- Kejang : (√) Tidak ( ) Ya (tanggal/tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi :
Tipe :
………………periksa :…………………
…………………………..
Transfuse darah/jumlah :
Aura : ………………..
……………..kapan:………………….
Frekuensi :
Gambaran reaksi :
………………………….
………………………………………………
Status postika : ………
..
Cara Mengontrol :
Riwayat cidera kecelakaan :
…………………
……………………………………..
Status Mental :
Fraktur/dislokasi :
terorientasi/Disorientasi :
………………………………………………
waktu…………
..
Tempat :
Arthritis/sendi tak stabil :
……………………. Orang :
……………………………………….
………………………
Masalah punggung :
23
Kesadaran : ( ) mengantuk ……………………………………………..
( ) letargi (√) stupor Perubahan pada tahi lalat :
( ) koma ( ) kooperatif ( ………………………………………
) menyerang ( ) delusi Pembesaran nodus :
( ) halusinasi ……………………………………………..
afek (gambarkan) : Kekuatan umum :
………………………… ………………………………………………
- Memori :………..yang lalu : ..
……………………. Cara berjalan : normal
- Kaca mata: ……………….. kontak Rom : -
lensa : …………………. ………………………………………………
- Alat bantu dengar : (√) tidak ( ) ya ……………
Hasil kultur, pemeriksaan sistem
di……………………….
imun : -
- Ukuran/reaksi pupil : ka/ki :
………………………..............
- Facial drop : (√) tidak ( ) kaku
kuduk (√) tidak
- ( ) ya
- Genggaman tangan/lepas : ka/ki
:normal.postur : normal
- Koordinasi : ………… reflex
patella ka/ki : ……………….
- Reflex tendon dalam bisep/trisep:
normal
- Kernig sign : (√)Tidak ( ) Ya
- Babinsky : (√)tidak ( ) ya
- Chaddock : (√) tidak ( ) ya
- Brudinsky : (√) tidak ( ) ya
Masalah Keperawatan : Masalah Keperawatan :
SEKSUALITAS
- Aktif melakukan hubungan Pria
seksual : ( ) tidak - Rabes Penis : …………….gannguan Prostat :
( ) ya …………….…
- Penggunaan kondom - Sirkumsisi : ( √ ) tidak ( ) ya _ Vasektomi :
- Masalah-masalah/kesulitan seksual ( √ ) Tidak ( ) Ya
- Perubahan terakhir - Melakukan pemeriksaan sendiri:
dalam frekuensi /minat. ……………………………..
Wanita - Payudara/testis :
- Usia menarke : ……. Thn, lamanya ………………………………………………
siklus : …..hari - Prostoskopi/pemeriksaan Prostat terakhir :
- Durasi : ………… …………………
- Periode menstruasi terakhir : …… Tanda ( Obyektif)
menopause: ….. Pemeriksaan ;
- Rabas vagina :……. ……………….payudara/Penis/Testis :
- Perdarahan antar periode :…… …………
Kulit genetalia/Lest :
24
……………………………………………
Masalah Keperawatan :
25
3. Masalah yang telah dijelaskan :
Ô perawatan diri dirumah sakit Ô obat-obatan yang diberikan
Ô lain-lain :
Obat yang diresepkan (lingkari dosis yang terakhir) :
Obat Dosis Waktu Rute Tujuan
pemberian
F. DATA GENOGRAM
? ?
Keterangan:
: Laki-laki : Klien
26
X :Meninggal : Garis perkawinan
Keterangan :
G1 : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien telah meninggal dunia karna sebab
G2 : Ibu klien anak ke-4 dari 4 bersaudara, ibu klien dan 2 saudara ibu klien telah
Ayah klien anak ke-2 dari 4 bersaudara , 2 saudara ayah klien telah meninggal
27
28
FORMAT KLASIFIKASI DATA
29
KATEGORISASI DATA
DATA SUBJEKTIF DAN
KATEGORI DAN SUB KATEGORI
OBJEKTIF
RESPIRASI -
- TD : 160/110 mmHg
- P : 22x/menit
- S : 37,2º
SIRKULASI
- N : 96x/menit
- Terpasang infus RL 20
tts/menit
NUTRISI DAN CAIRAN -
ELIMINASI -
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT -
- Kesadaran
composmentis
- klien merasa sangat
takut karena
mendapatkan informasi
FISIOLOGI
dari teman-temanya
bahwa glukoma bisa
menyebabkan kebutaan
- klien tampak gelisah
NEUROSENSORY - hasil pemeriksaan fisik
yang di lakukan oleh
dokter spesialis mata di
simpulkan Tn. A
mengalami glukoma
berdasarkan
pemeriksaan
ofthalmoscope
- tonometry dan ukur
lapang pandang,
REPRODUKSI DAN
-
SEKSUALITAS
PSIKOLOGIS NYERI DAN KENYAMANAN - klien mengatakan mata
kanan berwarna merah
dan terasa nyeri
- klien mengatakan
muntah dan mual yang
disetai sakit kepala
- P: klien mengatakan
mata kanan berwarna
merah dan terasa nyeri
Q : nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : mata sebelah kanan
S : Skala nyeri 4
30
T : Klien mengataan
nyeri hilang timbul
- klien tampak meringis
INTEGRITAS EGO -
PERTUMBUHAN DAN
Umur 60 tahun
PERKEMBANGAN
KEBERSIHAN DIRI -
a. Informasi yang telah di
sampaikan
- Pengaturan jam besuk
Tim petugas yang
merawat
- Hak dan kewajibab
PERILAKU PENYULUHAN DAN
pasien
PEMBELAJARAN
b. Masalah yang telah di
jelaskan
- perawatan diri di rumah
sakit
- obat-obatan yang
diberikan
RELASIONAL INTERAKSI SOSIAL -
LINGKUNGAN KEAMANAN DAN PROTEKSI -
31
ANALISA DATA
DO :
- klien tampak meringis
32
- TD : 160/110 mmHg
- P : 22x/menit
- S : 37,2º
- N : 96x/menit
ansietas
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
.
1. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan d/d (D.0085)
DS :
- Klien masuk dengan keluhan penglihatan menurun dengan tiba-tiba pada mata
yang kanan 2 minggu yang lalu
- Klien mengatakan tidak dapat melihat jauh dan semua yang dilihat seperti
bayangan
DO :
- hasil pemeriksaan fisik yang di lakukan oleh dokter spesialis mata di
simpulkan Tn. A mengalami glukoma berdasarkan pemeriksaan ofthalmoscope
- tonometry dan ukur lapang pandang
- TD : 140/80 mmHg
- P : 24x/menit
- S : 38,1º
- N : 96x/menit
- Kesadaran composmentis
- Terpasang infus RL 20 tts/menit
33
DO :
- klien tampak meringis
- TD : 160/110 mmHg
- P : 22x/menit
- S : 37,2º
- N : 96x/menit
3. Ansietas b/d kurang terpapar informasi (D.0080)
DO
- klien merasa sangat takut karena mendapatkan informasi dari teman-temanya
bahwa glukoma bisa menyebabkan kebutaan
DO
- klien tampak gelisah[ CITATION Tim17 \l 1057 ]
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
34
- tonometry dan harian dan istirahat memberikan
ukur lapang perasaan yang
pandang nyaman
- TD : 140/80
mmHg Edukasi :
Ajarkan cara Agar tidak
- P : 24x/menit memicu
meminimalisasi
- S : 38,1º terjadinya
stimulus (mis,
- N : 96x/menit mengatur rangsangan
- Kesadaran pencahayaan ruangan, pada mata
composmentis mengurangi
- Terpasang infus kebisingan, membatasi
RL 20 tts/menit kunjungan)
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
Untuk
obat yang
mengurangi
mempengaruhi
atau
persepsi stimulus
meminimalisas
i rangsangan
2. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisik d/d intervensi keperawatan
DS : selama 1 X 24 jam Observasi:
- klien mengatakan maka Tingkat Nyeri Identifikasi faktor Untuk
mata kanan Menurun dengan yang memperberat dan mengetahui
berwarna merah kriteria hasil : memperingan nyeri. faktor yang
dan terasa nyeri - Keluhan nyeri memperberat
- klien mengatakan (5) dan
muntah dan mual - Meringis (5) memperingan
yang disetai sakit nyeri
kepala
- P: klien
mengatakan mata Identifikasi Untuk
kanan berwarna pengetahuan dan mengetahui
merah dan terasa keyakinan tentang pemahaman
nyeri nyeri klien
Q : nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : mata sebelah
kanan
S : Skala nyeri 4 Monitor efek samping Untuk
T : Klien penggunaan analgetik mengetahui
mengataan nyeri efek samping
hilang timbul yang
ditimbulkn
DO : dari
- klien tampak penggunaan
meringis analgetik
- TD : 160/110
35
mmHg Terapeutik:
- P : 22x/menit Berikan teknik Agar
- S : 37,2º nonfarmakologis mengurangi
N : 96x/menit untuk mengurangi rasa rasa nyeri
nyeri. klien
Edukasi:
Jelaskan strategi Agar klien
meredakan nyeri mengetahui
bagaimana
strategi
meredakan
nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian Untuk
analgetik memberikan
rasa nyaman
Edukasi :
Anjurkan keluarga Agar klien
untuk tetap bersama lebih tenang
pasien
Terapeutik :
Kolaborasi pemberian Untuk
obat ansietas memberikan
rasa
nyaman[ CITATI
ON Tim182 \l
1057 ]
D. Integrsi keislaman
37
Quran Surat At-TaghabunAyat 11
صيبَ ٍةإِاَّل بِإ ِ ْذنِٱللَّ ۗ ِه َو َمني ُْؤ ِم ۢنبِٱللَّ ِهيَ ْه ِدقَ ْلبَ ۚۥهُ َوٱللَّهُبِ ُكلِّ َش_________________________________________ ْى ٍء َعلِي ٌم َ ََمٓاأ
ِ صابَ ِمن ُّم
HadisRiwayatMuslim .
“ Tidaklahseorangmuslimtertimpakecelakaan , kemiskinan ,
kegundahan , kesedihan , kesakitanmaupunkeduka-
citaanbahkantertusukdurisekalipun , niscaya Allah SWT ,
akanmenghapusdosa – dosanyadenganapa yang menimpanyaitu ” .
( HR.Muslim )
38
BAB IV
Karakteristik penderita glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup di divisi
glaukoma
Glaukoma sering disebut sebagai pencuri penglihatan karena gejala yang sering
tidak disadari oleh penderita atau dianggap sebagai gejala dari penyakit lain, sehingga
banyak pasien yang datang ke dokter dalam keadaan yang lanjut atau buta. Hal ini
disebabkan oleh karena glaukoma dapat merusak saraf optikus sehingga dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan akhirnya kebutaan yang permanen yang tidak
dapat disembuhkan.
Untuk menanggulangi kebutaan, KEMENKES telah membuat strategi yang
dituangkan dalam Kepmenkes nomor 1473/ MENKES/SK/2005 tentang Rencana
Strategi Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan, atau Renstranas PGPK,
untuk mencapai Vision 2020. Namun sukses atau tidaknya strategi tersebut bergantung
kepada kesadaran pasien untuk memeriksakan secara dini, keinginan untuk berobat, dan
juga kemampuan dokter untuk mendiagnosis secara tepat dengan penanganan yang tepat
pula.2 Institusi pendidikan di kota besar bersama dengan bagian pelayanan kesehatan
masyarakat baik negeri ataupun swasta telah melakukan penyuluhan di berbagai media
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit glaukoma. Namun tidak
banyak masyarakat yang mau berubah sehingga tetap memeriksakan dirinya, hanya saja
sudah dalam keadaan terlambat, bila dinilai dari derajat glaukomanya. Pengenalan
glaukoma tersebut dikarenakan kurangnya koordinasi yang baik, mengingat adanya
keterbatasan dana. Selain itu adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang masih minim
dan pendidikan yang rendah dan juga masih ada masyarakat yang tidak memiliki
asuransi kesehatan.
Risiko terjadinya glaukoma, progresifitas penyakit hingga menimbulkan
kebutaan, dihubungkan dengan berbagai faktor risiko. Selain tingginya tekanan
intaokular, yang dapat menjadi faktor risiko penyakit glaukoma adalah ras, jenis
kelamin, usia, jenis/tipe glaukoma, adanya riwayat glaukoma dalam keluarga, adanya
penyakit yang mempengaruhi vaskular dan penglihatan, dan riwayat pengobatan yang
didapatkan. Kebutaan pada penderita glaukoma juga dipengaruhi oleh faktor perilaku
kesehatan.Pada tahun 2010, di Asia Tenggara total penderita dengan glaukoma berkisar
4,25 juta orang dengan populasi orang dengan umur diatas 40 tahun adalah 178 juta
orang.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013, prevalensi
kebutaan dari rentang umur 45 tahun hingga lebih dari 75 tahun mengalami peningkatan
yang cukup tinggi.
Menurut Riset Kesehatan Dasar Provinsi Bali tahun 2007, persentase tertinggi
kebutaan terjadi di kabupaten Buleleng sebesar 2,4%, kemudian Klungkung sebesar
1,6% dan Gianyar sebesar 1,2%.
Uraian tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang
karakteristik glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup di Divisi Glaukoma di
Poliklinik Mata, RSUP Sanglah Denpasar di 2014 karena belum adanya data mengenai
karakteristik pada penderita glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup yang
datang berobat ke Divisi Glaukoma di Poliklinik Mata di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Sanglah Denpasar selama 1 Januari 2014 hingga 31 Desember 2014.
39
PEMBAHASAN
40
sudut terbuka mata kiri adalah sebesar 28,56 mmHg, tekanan tertinggi sebesar
37,5mmHg, dan tekanan terendah sebesar 21 mmHg. Tekanan intra okular rerata pada
glaukoma sudut tertutup mata kanan adalah sebesar 32,41 mmHg, dengan tekanan
tertinggi adalah sebesar 60 mmHg, dan tekanan terendah adalah sebesar 22,3 mmHg.
Tekanan intra okular rerata pada glaukoma sudut tertutup mata kiri adalah sebesar 32,94
mmHg, tekanan tertinggi adalah sebesar 52 mmHg, dan tekanan terendah adalah sebesar
21,7 mmHg. Rerata tekanan intra okular pada pasien dengan diagnosis POAG lebih
rendah daripada rerata tekanan intra okular pada pasien dengan diagnosis PACG karena
peningkatan tekanan intra okular yang terjadi pada POAG terjadi secara perlahan disertai
dengan tekanan pada saraf optik, yang tidak sakit berat dan penglihatan turun perlahan
lahan.Jumlah penyakit glaukoma di dunia menurut World Health Organization (WHO)
diperkirakan kurang lebih 60,7 juta orang di tahun 2010, dan akan menjadi 79,4 juta di
tahun 2020. Penelitian yang dilakukan di Departemen Mata RSMH menunjukkan
terdapat 41 orang penderita glaukoma primer, yang terdiri dari 23 orang (56,10%)
glaukoma sudut terbuka dan 18 orang (4,90%) glaukoma sudut tertutup. Penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Soedarso Pontianak mendapatkan 59 orang
penderita glaukoma primer, terdiri dari 58 orang (98,3%) penderita glaukoma primer
sudut terbuka dan 1 orang (1,68%) penderita glaukoma primer sudut tertutup, dengan
sebaran penyakit glaukoma terjadi pada okuli dextra dan sinistra sebanyak 22 orang
(42,3%), okuli sinistra sebanyak 15 orang (28,8%), dan okuli dextra sebanyak 13 orang
(25,0%).Penelitian ini, peneliti memperoleh jumlah total penderita glaukoma sebanyak
42 orang dengan mata yang terkena glaukoma sebanyak 64 mata. Penderita tersebut
terdiri dari 27 orang (64,28%) yang menderita glaukoma primer sudut tertutup, dan
terdapat 15 orang (35,71%) yang menderita penyakit glaukoma primer sudut terbuka.
Menurut sebaran mata yang terkena, pada glaukoma primer sudut tertutup terdapat 12
orang (44,4%) yang menderita glaukoma pada kedua okuli atau bilateral, 9 orang
(33,3%) hanya pada okuli dextra dan 6 orang (22,2%) hanya pada okuli sinistra. Pada
glaukoma sudut terbuka, terdapat 10 orang (66,67%) menderita glaukoma secara pada
kedua okuli atau bilateral, 3 orang (20%) hanya pada okuli dextra, dan 2 orang (13,3%)
hanya pada okuli sinistra. Jumlah penderita glaukoma sudut tertutup didapatkan lebih
tinggi daripada penderita dengan diagnosis glaukoma sudut terbuka. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena keluhan yang muncul pada pasien dengan glaukoma sudut
tertutup lebih buruk dibandingkan dengan keluhan yang terjadi pada penderita dengan
glaukoma sudut terbuka.Keluhan tersebut dapat muncul bila jalan keluar aquous humor
tiba-tiba tertutup, dan kemudian mengakibatkan rasa sakit yang berat, nyeri hebat, mual,
muntah, kemerahan, mata terasa bengkak serta nyeri hebat, kemerahan, dan penglihatan
kabur.
Populasi glaukoma yang pada akhirnya menjadi kebutaan banyak terjadi di
negara-negara berkembang utamanya adalah Afrika dan Asia, yaitu sekitar 75% dari
kebutaan total di dunia. Hal tersebut dikarenakan kurangnya koordinasi yang baik akibat
adanya keterbatasan dana. Selain itu adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang
masih minim dan pendidikan yang rendah.Hasil penelitian ini menunjukkan sebaran
wilayah penderita glaukoma terbanyak di Provinsi Bali terjadi pada wilayah Denpasar
yaitu berjumlah 8 orang (19,04%). Hal ini kemungkinan diakibatkan karena pengenalan
glaukoma melalui informasi media masa belum terkoordinasi dengan baik. Sering juga
diakibatkan karena kurangnya pengenalan dini dari masyarakat dan kurangnya edukasi
mengenai penyakit glaukoma primer.(Giani et al. 2018)
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma sering disebut sebagai pencuri penglihatan karena gejala yang
sering tidak disadari oleh penderita atau dianggap sebagai gejala dari penyakit lain,
sehingga banyak pasien yang datang ke dokter dalam keadaan yang lanjut atau buta.
Hal ini disebabkan oleh karena glaukoma dapat merusak saraf optikus sehingga dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan akhirnya kebutaan yang permanen yang
tidak dapat disembuhkan.
Secara umum gejala klinik glaukoma sudut tertutup primer akut terbagi akut,
intermitten atau subakut serta kronis. Serangan akut glaukoma sudut tertutup primer
akut secara klinis oleh salmon (2004) disebut juga sudut tertutup akut kongestif.
sebagian besar serangan akut hanya terjadi pada satu mata, sedangkan kurang dari
10% dapat menyerang kedua mata. Serangan akut tersering pada usia 55-56 tahun dan
dilaporkan 3 kali lebih sering terjadi pada wanita.[ CITATION Sja132 \l 1033 ]
Serangan tersebut biasanya mendadak ketika tekanan intraokuler meningkat
cepat (biasanya sekitar 45 - 75 mmHg), karena terjadi blok relatiftrabekular
meshwork oleh iris
42
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, S. (2013). Buku ajar ilmu kesehatan mata. Surabaya: Airlangga University
Press.
Budiono, S. (2013). Buku ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University
Press (AUP).
Diane C, B. j. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: buku saku dari Brunner dan
Ichsan, Nur Muhammad, Fifin Luthfia Rahmi, Glaukoma Primer, and Sudut Tertutup.
2018. “Perbandingan Penurunan Tekanan Intraokuler Pasca Trabekulektomi Dan Pasca Fako-
Trabekulektomi Pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup: Studi Pada Berbagai Stadium.” Diponeg.
(2018). “Perbandingan Penurunan Tekanan Intraokuler Pasca Trabekulektomi Dan Pasca Fako-
Trabekulektomi Pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup. Diponegoro Medical Journal (Jurnal
made, W. (2013). Dokter segala hal tentang kesehatan yang wajib anda ketahui.
Sjamsu Budionom, d. (2013). Buku ajar ilmu kesehatan mata. Surabaya: Airlangga
UniversityPress.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
43
Lampiran Kerja Mahasiswa
44