Anda di halaman 1dari 44

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


GLAUKOMA

DOSEN PEMBIMBING :
Nurul Khusnul Khotimah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
KELOMPOK I
KEPERAWATAN B

Muh Hidayat (70300114048)


Muhammad Richzan (70300118034)
Alfiqri Prama Adiputra (70300118039)
Ismayanti (70300118043)
Nurul Putri Savira (70300118047)
Ros Datun (70300118052)
Irma (70300118056)
Ayu Anandah (70300118050)
Dzakiyah H Souwakil (70300118064)

PROGRAM STUDI JURUSAN KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya dan juga kami berterima kasih
kepada Dosen Nurul Khusnul Khotimah, S.Kep.,Ns.,M.Kep\ selaku Dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yanag
membacanya. Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami minta maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik, saran, dan usulan
yang membangun dari anda demi perbaikan makalah yang akan kami buat di waktu yang
akan datang.

Makassar,29 September 2020

Kelompok I

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................................................4

B. Tujuan penulisan.........................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................5

A. Konsep Teori penyakit................................................................................................5

1. Definisi..........................................................................................................................5

2. Etiologi..........................................................................................................................6

3. Manifestasi Klinis.........................................................................................................7

4. Patofisiologis.................................................................................................................8

5. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................9

6. Penanganan dan pengobatan........................................................................................10

7. Edukasi nutrisi.............................................................................................................10

B. Konsep Keperawatan................................................................................................11

1. Pengkajian...................................................................................................................11

2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................13

3. Intervensi.....................................................................................................................13

BAB III..................................................................................................................................16

PEMBAHASAN....................................................................................................................16

3
A. KASUS........................................................................................................................16

B. Mind Map....................................................................................................................17

C. Asuhan keperawatan....................................................................................................19

D. Integrsi keislaman........................................................................................................37

BAB IV...................................................................................................................................38

JURNAL PENDUKUNG INTERVENSI............................................................................38

BAB V....................................................................................................................................41

PENUTUP.............................................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................42

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi
papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang dengan resiko adanya peningkatan
tekanan intra okular (TIO). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik
penderita glaukoma primer di Divisi Glaukoma Poliklinik Mata RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2014 berdasarkan umur, jenis kelamin, diagnosis, tekanan intra
okular, dan sebaran wilayah. Penelitian menggunakan desain cross sectional deskriptif
study, menggunakan data sekunder melalui buku register Divisi Glaukoma Poliklinik
Mata RSUP Sanglah Denpasar Periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014. Sampel
penelitian ini sejumlah 42 orang dan terdapat 64 mata dengan diagnosis glaukoma
primer.
Hasil penelitian menunjukkan:(1)pasien glaukoma primer paling sering
didapatkan pada kelompok umur 51-80 tahun sebesar 78,5%;(2)kasus glaukoma
primer paling sering adalah glaukoma sudut tertutup atau PACG (60,93%)
dibandingkan dengan glaukoma primer sudut terbuka atau POAG (39,06%);(3)rerata
tekanan intra okular pada mata kanan lebih besar yaitu 32,38 mmHg sedangkan rerata
tekanan mata kiri 31,3 mmHg;(4)laki-laki memiliki proporsi yang lebih besar
(61,90%) dibandingkan dengan perempuan (38,09%) berdasarkan variabel jenis
kelamin. Kesimpulan penelitian ini adalah diantara 42 kasus glaukoma primer dengan
64 mata yang terlibat, terdapat karakteristik pasien terbanyak yaitu pria, dengan
kelompok usia terbanyak 51 sampai 80 tahun, jenis glaukoma yang diderita
terbanyak adalah sudut tertutup, dan keluhan terbanyak terjadi pada pada kedua mata
atau bilateral, tekanan intra okular rerata pada okuli dextra adalah sebesar 32,38
mmHg dan TIO rerata pada okuli sinistra adalah sebesar 31,3
mmHg dan pasien paling banyak berada di Denpasar
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu glukoma
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya glaukoma
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala apa saja yang muncul saat seseorang terkena
glaukoma
4. Untukmengetahuibagaimanapatofisiologiterjadinya glaukoma
5. Untuk mengetahuipemeriksaan apa saja yang harus dilakukan dalam
memperkuatdiagnosismedis glaukoma
6. Untuk mengetahui bagaimana cara menangani glaukoma serta pengobatannya
7. Untuk mengetahuinutrisiapa saja yang dibutuhkan oleh pasien yang terdiagnosis
glaukoma
8. Untukmengetahuiapasajayangperludikajipadapasien glaukoma
9. Untukmengetahuidiagnosekeperawatanapasajayangakanmunculpada pasien
glaukoma
10. Untukmengetahuiintervensiapasajayangbisadiberikanpadapasien glaukoma
sesuaidengan diagnose keperawatannya

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori penyakit

1. Definisi

Glukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung. Yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta. (sjamsu budiono,2013)
Menurut kanski,2003 galucoma sudut tertutup akut didefinisikan sebagai suatu
keadaan peningkatan TIO yang disebabkan penutupan sudut sebagian atau
seluruhnya oleh iris purifier sehingga terjadi obstruksi aliran humor akuos.
Sampai saat ini glaucoma sudut tertutup primer akut tidak didefinisikan adanya
kerusakan saraf optic, hal ini yang membedakan dari definisi glaucoma pada
umumnya.
Pada glaucoma sudut tertutup primer akut, tidak ada kelainan patologi yang
mendasari, yang ada hanya predisposisi anatomi. Glaucoma sudut tertutup primer
akut terjadi bila ada peningkatan TIO yang cepat akibat blok mendadak dari
trabecular meschwork oleh iris.[ CITATION Sja13 \l 1033 ]

2. Etiologi
Glukoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak. Glukoma
dibagi menjadi empat rime utama yaitu:
1. Glaucoma sudut terbuka (open angle (choronic)galucome)
Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan disaluran pengeluaran
cairan bola mata akan meningkatkan tekananan pada bola mata. Tekanan
pada boa disebut dengan tekanan intra okuler (TIO). Sebagian besar
glaucoma disebabkan oleh peningkatan tekanan pada bola mata yeng
menyebabkan kerusakan pada serat-serat pada saraf optic.
2. Glaucoma sudut tertutup (angle clousure(acute) glaucoma).

6
Gejala glaucoma sudut tertutup bisa datang dan pergi begitu saja atau
semakin memburuk. Berikut adalah gejala-gejalanya.
 Nyeri tiba-tiba dan berat pada salah satu mata
 Penurunan penglihatan atau pengliahatan berkabut
 Mual dan muntah
 Melihat bayangan pelangi disekitar cahaya
 Mata Merah
 Mata terasa bengkak
3. Glaucoma kengenital
 Gejala glaucoma kengonital berikut ibi baru bisa ditemukan setelah
bayi berumur beberapa bulan.
 Adanya bayangan berkabut di depan mata
 Pembesaran pada salah satu atau kedua bola mata
 Mata merah
 Sensitive terhadap cahaya
 Keluar air mata
4. sekunder [ CITATION Wia13 \l 1033 ]

3. Manifestasi Klinis
Secara umum gejala klinik glaukoma sudut tertutup primer akut terbagi
akut, intermitten atau subakut serta kronis. Serangan akut glaukoma sudut tertutup
primer akut secara klinis oleh salmon (2004) disebut juga sudut tertutup akut
kongestif. sebagian besar serangan akut hanya terjadi pada satu mata, sedangkan
kurang dari 10% dapat menyerang kedua mata. Serangan akut tersering pada usia
55-56 tahun dan dilaporkan 3 kali lebih sering terjadi pada wanita.[ CITATION
Sja132 \l 1033 ]
Serangan tersebut biasanya mendadak ketika tekanan intraokuler
meningkat cepat (biasanya sekitar 45 - 75 mmHg), karena terjadi blok
relatiftrabekular meshwork oleh iris dengan manifestasi klinik berupa:
 Nyeri mata mendadak
 Sakit kepala
 Kabur
 Melihat cahaya Pelangi
 mual muntah
Gejala yang berat sering ditunjukkan dengan nyeri mata mendadak dan
sakit kepala. Nyeri tersebut dapat radier sepanjang distribusi cabang oftalmik
saraf trigeminal yang ditandai nyeri di sinus, telinga, kepala dan Gigi. Nyeri yang
hebat karena tingginya TIO dapat menimbulkan gejala mual dan muntah. Kadang
nyeri dada dan abdomen serta berkeringat dapat terjadi. Hal ini sering
menimbulkan misdiagnosis.
Kabur dan melihat seperti pelangi disebabkan edema epitel kornea karena
tingginya TIO. Edema kornea dapat memisahkan cahaya putih menyebabkan
cincin berwarna mengelilingi cahaya lampu pijar dengan warna merah kuning di
tengah dan biru hijau di perifer titik gejala ini merupakan gejala awal serangan
akut.
Tanda klinis
Bila lampu celah bio mikroskop dan gonio lens tidak tersedia, kedalaman
bilik mata depan dapat dinilai dengan iluminasi penlight pada permukaan iris

7
melalui sinar dari sisi temporal mata. Bila iris datar akan di iluminasi kan pada
sisi temporal dan nasal pupil sedangkan bila iris lebih terdorong ke depan Maka
akan tampak bayangan pada sisi nasal atau disebut Edipse Sign. Pemeriksaan ini
mempunyai sensitifitas 80 - 86% dan spesifitas 69-70%.
Adapun juga manifestasi klinis glaukoma primer sudut terbuka yaitu:
a. Tipe yang paling umum
b. Sulit untuk mengenali lebih dini karena asimtomatik sampai akhir dari
perjalanan penyakitnya
c. Awitan terselubung, kemajuan lambat, dan kehilangan bidang pandang perifer
mungkin terjadi tanpa disadari
d. Satu mata seringkali terkena lebih dini dan lebih parah dari mata yang lain

4. Patofisiologis
Patogenesis yang mendasari terjadinya global sudut tertutup primer akut
belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Menurut kanski (2003) terdapat dua teori,
yakni teori muskulus dilator yang mengatakan bahwa kontraksi muskulus dilator
pupil akan meningkatkan aposisi Iris dan anterior lensa, mempertinggi tingkat
blok pupil fisiologis yang secara simultan membuat iris perifer lebih
flaccidsehingga mengakibatkan tekanan bilik mata belakang meningkat dan iris
perifer terdorong lebih ke anterior, akhirnya iris kontak dengan permukaan kornea
posterior dan TIO meningkat. Di lain pihak teori muskulus sfingter saat diameter
pupil sekitar 4 mm.[ CITATION Dia00 \l 1033 ]
Penting untuk ditentukan relatif atau absolut dan posisi setiap struktur
segmen anterior serta perbedaan tekanan antara bilik mata depan dan bilik mata
belakang. Blok pupil Absolute terjadi bila sinekia posterior 360° (seklusio pupil)
sehingga tidak ada aliran humor Akuos melalui pupil, sedangkan blok pupil relatif
terjadi bila ada penurunan aliran humor Akuos melalui pupil karena iris kontak
dengan lensa, lensa intraokuler,sisa kapsul, dan lain-lain.[ CITATION Dia00 \l 1033 ]
Blok pupil merupakan penyebab tersering penutupan sudut dan yang
mendasari Sebagian besar kasus glaukoma sudut tertutup primer akut. Keberadaan
blok pupil, aliran humor Aquos dari bilik mata belakang ke bilik mata depan
melalui pupil terganggu dan sumbatan tersebut menciptakan perbedaan tekanan
pada bilik mata depan dan belakang di mana TIO bilik mata belakang lebih besar
daripada bilik mata depan. Jika blok pupil ini meningkat, Irish akan lebih
terdorong ke depan atau sering disebut Iris bombans (iris bombe). Hal ini
diakibatkan iris perifer yang lebih tipis dibanding Sentral Iris Central terdorong ke
depan menutup trabekular Meshwork. Jika keadaan ini terjadi mendadak dan
berat, maka terjadi serangan akut yang disebut sudut tertutup akut, bila penutupan
sudut partikel dan agak berat, maka akan timbul sudut tertutup intermitten dan
Sub akut dan apabila terjadi gradual serta TIO meningkat pelan, maka akan
berkembang jadi sudut tertutup kronis. Pada sudut tertutup akut bilik mata depan
tertutup oleh aposisi iridocorneal dapat reversibel, sedangkan sudut tertutup kronis
penutupan bilik mata depan oleh sinekia anterior perifer sehingga irreversible.
[ CITATION Dia00 \l 1033 ]

8
Pada mata yang secara anatomi dapat berkembang menjadi glaukoma
sudut tertutup primer akut, menurut Allingham (2005) mempunyai faktor-faktor
pencetus untuk terjadinya serangan akut, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor penyebab midriasis
a. Dim ilumination
Umumnya serangan blok pupil terjadi pada keadaan pasien di
dalam ruang gelap seperti di teater, restoran, dan lain-lain.
b. Stres emosional
Biasanya serangan akut terjadi pada keadaan stres emosional yang
berat. Hal ini dapat dikaitkan midriasis terjadi akibat rangsangan saraf
Simpatik meskipunmekanisme yang sebenarnya belum dapat dijelaskan.
c. Obat-obatan
Midriatikum dapat Mencetuskan serangan akut glaukoma sudah
tertutup yang secara anatomi mempunyai risiko. Obat obat anti kolinergik
dan adrenergik mempunyai resiko untuk dapat menimbulkan serangan
akut.
2. Faktor penyebab meiosis
Miotik terapi dapat juga Mencetuskan serangan akut dimana bila
meiosis terangsang dengan membaca atau cahaya terang mekanisme Ini
kemungkinan terjadi blok pupil relatif.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada glaukoma adalah sebagai
berikut:

a. Tonometri
Tonometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur tekanan
bola mata. Untuk pengukuran tekanan intraokuler dilakukan beberapa hal,
yaitu:
1. Palpasi menggunakan jari telunjuk
2. Identisi dengan tonometer Schiotz
3. Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldman
4. Non kontak pneumotonometri

b. Gonioskopi
Gonioskopi merupakan pemeriksaan sudut bilik mata depan
menggunakan lensa kontak khusus. Dengan pemeriksaan ganioskopi dapat
membedakan apakah terjadi glaukoma sudut terbuka atau glaukoma sudut
tertutup, apakah ada perletakan iris dibagian perifer dann kelainana lainnya
pada mata.

c. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi digunakan untuk menilai kondisi papil saraf optik pada
penderita glaukoma. Papil saraf optik yang dinilai menggunakan oftalmoskopi
adalah warna papi optik dan lebarnya ekskavasi (penggaungan).

d. Pemeriksaan Tajam Penglihatan


Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk menilai fungsi ketajaman
penglihatan menggunakan kartu Snellen atau E. Pada kartu tersebut dapat
melihat angka yang menyatakan jarak dimana huruf yang tertera dapat dilihat

9
oleh mata normal. Tajam penglihatan dikatakan normal apabila tajam
penglihatan 6/6 atau 100%

e. Pemeriksaan Lapang Pandang


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan adanya pulau – pulau
lapang pandang yang menghilang dan untuk mengamati adanya kerusakan
visual bersifat progresif. Pemeriksaan lapang pandanng dapat dilakukan
dengan menggunakan tes konfrontasi untuk menilai kasar, layar Bjerrum
untuk pemeriksaan lapang pandang sentral, perimeter Goldmann dan Octopus
untuk pemeriksaan lapang pandang sampai perifer.(Ichsan et al. 2018)

6. Penanganan dan pengobatan


Dalam menangani glaukoma, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan:
Pemberian obat tetes
Pemberian obat tetes merupakan penanganan yang paling awal dilakukan.
Beberapa obat tetes yang biasa digunakan untuk menangani glaukoma adalah:
 Miotic atau obat cholinergic, seperti pilocarpine. Obat ini berfungsi
untuk memperlancar aliran cairan yang ada di dalam mata.
 Prostaglandin, seperti latanoprost dan bimatoprost. Obat ini berfungsi
untuk memperlancar aliran cairan aqueous humour, sehingga tekanan
yang ada pada mata berkurang.
 Penghambat beta (beta blocker), seperti timololdan betaxolol.
Pemberian beta blocker bertujuan untuk mengurangi produksi
cairan aqueous humour pada mata.
Terapi laser
Terapi laser terbagi menjadi beberapa jenis. Beberapa tipe terapi laser
meliputi:
 Trabeculoplasty, yakni membuka jaringan yang menghambat saluran,
sehingga pengaliran cairan dapat lebih lancar.
 Iridotomy, yakni pembuatan lubang kecil pada iris atau selaput pelangi
mata agar cairan dapat dikeluarkan dari mata.
 Cyclophotocoagulation, yakni perusakan beberapa jaringan yang
bertugas memproduksi cairan, sehingga cairan dapat berkurang.
Dalam prosesnya, terapi laser umumnya akan menggunakan obat bius tetes
mata. Pasien akan merasakan sedikit rasa nyeri atau panas selama prosedur
berlangsung.

Operasi
Operasi dilakukan ketika pemberian obat dan terapi laser tidak efektif
menangani kondisi. Operasi yang paling umum digunakan untuk menangani
glaukoma adalah trabeculectomy. Trabeculectomy merupakan prosedur bedah di
mana dokter akan membuang sebagian organ berupa jaring (trabecular
meshwork) pada saluran cairan aqueous humour, agar pengaliran cairan tersebut
dapat lebih lancar.
Selain trabeculectomy, terdapat metode operasi lain yang dapat digunakan
dalam menangani glaukoma, yakni:

10
 Implan. Dalam prosedur ini, dokter menanamkan tabung/selang
khusus yang berfungsi untuk menglairkan cairan aqueous humour di
mata.
 Electrocautery. Berbeda dengan  trabeculectomy, prosedur ini
menggunakan alat khusus yang disebut  trabectome.  Trabectome 
digunakan untuk membuat sayatan kecil dan mengangkat trabecular
meshwork dengan mengirim panas agar pengaliran cairan dapat lebih
lancar serta tekanan yang ada berkurang. (I. Goldberg, 2017)

7. Edukasi nutrisi

Makanan Kaya AntioksidanNisa menyarankan penderita untuk


mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan. Hal ini karena makanan
ini adalah makanan yang paling baik untuk melawan glaukoma. Seperti halnya
makanan yang mengandung vitamin A, C, E dan vitamin B kompleks akan
memberi asupan nutrisi yang membantu untuk melindungi mata. Biji-bijian,
kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran segar adalah sumber dari nutrisi
tersebut.Makanan Kaya Karotenoid adalah antioksidan alami yang mampu
mengurangi stres oksidatif di mata. Rutin konsumsi makanan dengan
kandungan ini dapat mengurangi kemungkinan terkena glaukoma. Karotenoid
dapat ditemukan dalam makanan seperti ubi jalar, wortel, sayuran hijau
berdaun, dan tomat.Mengonsumsi makanan ini bukan hanya menjaga
kesehatan mata, tetapi mengurangi risiko glaukoma hingga hampir 60 persen.
Karena pada dasarnya, penderita glaukoma harus memperbanyak konsumsi
makanan yang mengandung zat karotenoid. [ CITATION Sja131 \l 1033 ]

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian
Menurut (Wijaya, 2013) data yang dikaji pada pengkajian mencakup
data yang dikumpulkan melalui riwayat kesehatan, pengkajian fisik,
pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan
sebelumnya. Langkah-langkah pengkajianyang sistematik adalah
pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data diagnosa
keperawatan.
Pengkajian dalam proses keperawatan pada pasien system
penglihata menurut [ CITATION Dwi18 \l 1033 ]meliputi:
a) Anamnesis
1. Identitas pasien
Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomor rekam medik dan
diagnosa medis.

11
2. Keluhan utama
Keluhan utama terbagi menjadi dua yaitu keluhan utama
saat masuk rumah sakit dan keluhan saat pengkajian. Keluhan
utama pada pasien dengan kanker payudara dapat nerupa adanya
massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara, keluar cairan
pada puting, kemerahan pada payudara, payudara terasa restraksi.
3. Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan


sebelum terjadinya keluhan utama sampai terjadi keluhan
utama dan hingga pada saat pengkajian. Riwayat kanker
payudara dari tanda gejala munjul, penetapan biopsi, keluhan
yang paling dirasakan hingga penanganan yang sudah diberikan
untuk tersebut.

b) Riwayat menangani keluhan penyakit terdahulu.


Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang
pernah di derita oleh pasien dan berhubungan dengan penyakit
yang sekarang ini.

c) Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit kelurga adalah berisi tentang semua
anggota kelurga pasien yang memiliki penyakit kronis,
menular, menurun dan menahun seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes melitus, TBC, HIV, hepatits B, penyakit
kelamin, dan apakah kelurga ada yang memiliki riwayat kanker
payudara.
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan fisik dengan
menggunakan metode head to toe yaitu dari ujung rambut hingga ujung
kaki untuk menemukan tanda tanda klinis atau kelainan pada suatu
sistem. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik inspeksi,
palpasi, auskutasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik meliputi :
1. Keadaan umum berupa keadaan kesadaran pasien, apakah pasien
dalam keadaan sadar, apatis, somnolen, sopor atau koma.
Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mendapatkan data objektif
dari keadaan pasien, pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, suhu,
respirasi, dan jumlah denyut nadi.
2. Pemeriksaan Kepala dan Leher, Meliputi kebersihan mulut,
rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala, mata merah,
edema kornea, mata terasa kabur. Pemeriksaan Integume, Meliputi
warna kulit, turgor kulit.
3. Pemeriksaan Sistem Respirasi, Meliputi frekwensi pernafasan
bentuk dada, pergerakan dada.
4. Pemeriksaan Kardiovaskular, Meliputi irama dan suara jantung.
5. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal , Pada klien dengan
glaukoma ditandai dengan mual muntah.
6. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal, Meliputi pergerakan
ekstermitas.

12
7. Pemeriksaan Sistem Endokrin, Tidak ada yang mempengaruhi
terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
8. Pemeriksaan Genitouria, Tidak ada disuria, retesi urin,
inkontinesia urine.
9. Pemeriksaan Sistem Pernafasan , Pada umumnya motorik dan
sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang pandang.
10. Pemeriksaan Diagnostik, Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular
(tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan
ke retina atau jalan optik.
11. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral
atau glaukoma.
12. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg).
13. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka
dari sudut tertutup glaukoma.
14. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika
TIO normal atau hanya meningkat ringan.
15. 15) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma.
16. 16) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
17. 17) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosis.
18. 18) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya Diabetes Melitus.
(Nugraha, 2018)

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut [ CITATION Tim171 \l 1033 ] diagnose keperawatan glaukoma yaitu:
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fumgsional dengan onset
medadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung hingga kurang dari 3 bulan
2. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
Definisi: perasaan kurang senang, lega dan saempaurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social
3. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan
Definisi: perubahan persepsi terhadap stimulus bak internal
maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang,
berlebihan atau terdistorsi.
4. Ansietas b/d kebutuhan tida terpenuhi (penurunan ketajaman
penglihatan )/ kurang terpapar informasi
Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi

13
bahaya yang memungkikan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.

3. Intervensi

1. Diagnosa keperawatan pertama: Defisit pengetahuan


Intervensi:Edukasi kesehatan
a. Observasi
Periksa Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Rasional ; Mengetahui tingkat kesiapan pasien dan
keluarga dalam menerima informasi yang akan
diberikan
b. Terapeutik
a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Rasional ;Sebagai alat yang mempermudah dalam
menyampaikan pesan atau informasi yang akan
diberikan kepada pasien
b) Berikan kesempatan untuk bertanya
Rasional ; Agar apa yang belum dipahami pasien
dapat diketahui setelah melontarkan pertanyaan
c. Edukasi
a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
Rasional : Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pasien terkait apa saja yang dapat
membahayakannya dan agar pasien dapat menjaga
kesehatannya dalam kondisi stabil
Kriteria hasil;
a) Pasien dan keluarga dapat menyatakan
pemahaman terhadap informasi yang telah
diberikan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
informasi yang dijelaskan secara benar
c) Pasien dapat menghindari dan mencegah
faktor resiko yang mempengaruhi
kesehatannya
2. Diagnosa keperawatan pertama: Nyeri akut b/d agen pencedera
fisiologis
Intervensi: Manajemen Nyeri
a. Observasi
Identifikasi durasi dan frekuensi nyeri
Rasional ;untuk mengetahui durasi dan frekuensi nyeri
a) Identifikasi skala nyeri
Rasional ; untuk mengetahui skala nyeri
b) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Rasional ; untuk mengetahui faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri

14
b. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk menguragi rasa
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Rasional; Untuk menguragi rasa nyeri tanpa
menggunkan teknik farmakologis
c. Edukasi
Jelaskan penyebab priode, dan pemicu nyeri
Rasional ;untuk memberikan pemahaman tentang
keluhan yang diderita pasien
d. Kolaborasi
kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional ; Untuk memberian analgetik jika sewaktu-
waktu skala nyeri meningkat
Kriteria hasil; setelah dilakukan intervensi 1x24 jam
maka nyerinya akan menurun, dengan kriteria hasil
pasien sudah tidak merasakan nyeri.

3. Diagnosa keperawatan pertama: Gangguan persepsi Sensorib/d


gangguan penglihatan
a. Intervensi: Minimalisasi Rangsangan
a) Observasi
Periksa status mental, status sensori, dan tingkat
kenyamanan (mis. nyeri, kelelahan)
Rasional ;untuk mengetahui status sensori dan
tingkat kenyamanan pasien
b) Terapeutik
Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
Rasional; Untuk mengontrol aktivitas
keseharian pasien
c) Edukasi
Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis. mengatur
pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
Rasional; Agar pasien bisa mandiri
Kriteria hasil; Persepsi sensori membaik

4. Diagnosa keperawatan pertama: Ansietasb/d kebutuhan tidak


terpenuhi (penurunan kelainan penglihatan)
a. Intervensi: Reduksi ansietas
a) Observasi
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
Kondisi, waktu, stressor)
Rasional ; Mengetahui tingkat kesiapan pasien dan
keluarga dalam menerima informasi yang akan
diberikan
b) Terapeutik
Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
Rasional ; Untuk mendapatkan kepercayaan pasien
c) Edukasi

15
Latih teknik relaksasi
Rasional : Untuk mengurangi rasa cemas /
kekhawatiran yang berlebihan
Kriteria hasil; Tingkat Ansietas menurun. [ CITATION
Tim182 \l 1057 ]

16
BAB III

PEMBAHASAN

A. KASUS
Tn. A seorang pasien laki-laki, 60 tahun masuk rumah sakit dan dirawat
diruang interna dengan keluhan penglihatan menurun dengan tiba-tiba pada mata
kanan 2 minggu yang lalu. Sebelum ke Rumah Sakit klien mengatakan tidak dapat
melihat jauh dan semua yang dilihat seperti bayangan. Keluhan lainnya mata kanan
bewarna merah dan terasa nyeri. Klien mengatakan muntah dan mual yang disertai
sakit kepala. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter spesialis mata
disimpulkan bahwa Tn. A mengalami Glaukoma berdasarkan pemeriksaan
Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang pandang. Tanda-tanda vital diperoleh
TD : 160/110 mmHg, Nadi : 85x/menit, Suhu : 37.2oC , Pernapasan : 22x/menit. Tn.
A tidak mengetahui tentang glukoma dan Tn. A merasa sangat takut karena
mendapatkan informasi dari teman-temannya bahwa glukoma bisamenyebabkan
kebutaan.

17
B. Mind Map

18
C. Asuhan keperawatan
1. PENGKAJIAN

PENGKAJIAN AWAL
REKAMAN ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP MEDIKAL
BEDAH
A. IDENTITAS
Nama : Tn. A Ruang Rawat : Melati
No. Rekam Medik : 01443
Umur : 60 Tahun Tgl/Jama Masuk : 29 september
2020/15.00
Pendidikan :- Tgl/Jam Pengambilan Data : 29 september
2020/15.30
Pekerjaan : wiraswasta Diagnosa Masuk : Glaukoma

Suku : Bugis Cara masuk : ( )Berjalan (+) Kursi Roda ( )


Brankar
Agama : Islam
Kiriman dari Poliklinik : -
Status perkawinan : Menikah Pindahan Dari : -
Perawat/Tim Yang Bertanggung Jawab : -
Alamat : Makassar

Sumber Informasi : Klien

B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluahan : Penglihatan menurun
Utama

Keluhan : klien mengatakan tidak dapat melihat jauh dan semua yang di lihat
saat ini seperti bayangan, klien mengatakan mata kanan berwarna merah dan terasa
nyeri, klien mengatakan muntah dan mual yang disetai sakit kepala, hasil
pemeriksaan fisik yang di lakukan oleh dokter spesialis mata di simpulkan
Tn,. A mengalami glukoma berdasarkan pemeriksaan ofthalmoscope,
tonometry dan ukur lapang pandang, klien merasa sangat takut karena
mendapatkan informasi dari teman-temanya bahwa glukoma bisa
menyebabkan kebutaan.
(+) Tidak pernah opname ( ) Pernah Opname dengan sakit :
……………………… Di RS :……………………………………
Pernah Mendapat Pengobatan : (+) Tidak ( ) Ya : Yaitu :
…………………………………………………………………..
BB Sebelum Sakit : 65 Kg Pernah Operasi : (+) Tidak ( ) Pasca
Operasi Hari Ke : ……...................................
C. KEADAAN UMUM

19
Kesadaran : ( +) CM ( ) Somnolen ( ) Apatis ( ) Soporos Koma
( ) Koma
GCS : ......... E3 V3 M2
Pasien Mengerti Tentang Penyakitnya : ( ) Tidak (+) Ya Pasca
Operawsi : …………………………………………..

D. KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN NYERI
- Suhu : 37,20 C (+) Gelisah (+) Nyeri ( ) Skala Nyari :
…………………………………………...................................
- Gambaran nyeri :
P:klien mengatakan mata kanan berwarna merah dan terasa nyeri
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: mata sebelah kanan
S: Skala 4
T: klien mengatakan nyeri hilang timbul
- Lokasi Nyeri : mata sebelah kanan
- Frekuwensi : hilang timbul Durasi : -
- Rsepon Emosional : klien tampak meringis
- Penyempintan Fokus : …………………………………..
- Cara Pengatasi Nyeri :
- Lain-lain :klien mengatakan muntah dan mual yang disetai sakit kepala
Masalah Keperawatan :
Nyeri akut
NUTRISI KEBERSIHAN PERORANGAN
- TB : 165 Cm - Kebiasaan mandi : 2X/hari
- BB : 65 kg - Cuci rambut : 1X/hari
- IMT : - Kebiasaan gosok gigi : 2X/hari
- Kebiasaan makan : 2X/hari - Kebersihan badan : (√) Bersih ( ) Kotor
- Keluhan saat ini : - Keadaan rambut : (√) Bersih ( ) Kotor
( ) Tidak Nafsu makan - Keadaan kulit kepala : (√) Bersih ( ) Kotor
( +) Mual ( +) Muntah - Keadaan kuku : (√) Pendek ( ) panjang ( )
( ) Sukar/Sakit Menelan Bersih ( )Kotor
( ) Sakit gigi ( ) Stomatitis - Keadaan vulva/perineal : (√) Bersih ( )
( ) Nyeri ulu hati/salah cernah,
Kotor
yang berhubungan dengan
- Keluhan saat ini: ( ) eritema ( ) gatal-gatal
…………………………………
…………………………. ( ) luka
- Di sembuhkan dengan : - - Integritas kulit : ( ) Jaringan parut ( )
Kemerahan ( ) Laserasi ( ) userasi ( )
- Pembesaran tiroid : tidak ada
Ekimosis ( ) lepuh ( ) Drainase
- Hernia/Massa : tidak ada
- Luka Bakar : (Derajat/Persen)
- Holitosis : tidak Kondisi ………………………………….
gigi/gusi : baik - Tandai lokasi luka bakar dengan menggambar
- Penampilan lidah : baik Bising bentuk depan dan belakan tubuh
Usus … ..X/menit
( ) Makan per

20
NGT/parienteral/Infus - Keadaan luka : ( ) Bersih ( ) Kotor
(dimulai tgl : - Lain-lain :
……………..Jenis cairan ………………………………………….
……………………... …………
Dipasang di :
……………….
- Porsi makan yang di habiskan : ½
piring
- Makanan yang di sukai
bakso
- Diet :
……………………………………
…………………..
- Lain-
lain………………………………
…………. ………….
Masalah keperawatan : Masalah Keperawatan
..................................................................
..............................................................................
...........
CAIRAN AKTIVITAS & LATIHAN
- Kebisaan minum : 1500CC/hari . - Aktivitas waktu luang : baring
Jenis : air mineral Aktivitas/Hobby :
- Turgor kulit : ( ) Kering ( ) ………………………………………………
Tidak elastic - Kesulitan bergerak : ( +) Tidak ( ) Ya
- Punggung kuku : baik Warna : - Kekuatan otot : lemah
normal - Tonus otot : lemah
Pengisian kapiler : - Postur : ………………….Tremor
…………………………………… ……………………………
………. Rentang gerak : kurang
- Mata cekung : ( ) Tidak (√) Ya : - Keluahan saat ini : gerakan terbatas : ( +) Tidak
Ka/Ki ( )Ya
- Konjungtiva : anemis Sklera : ( )Nyeri Otot ( ) Kaku otot ( )
…………………………… Lemah Otot
- Edema : ( ) Tidak ( ) Ya : Ka/Ki ( ) Nyeri sendi ( ) bengkak sendi ( )
- Distensi vena jugularis : Inkooardinasi
…………………………………… ( ) Parise/paralise : dibagian :
…. ………………………………...
- Asites : (√) Tidak ( ) Ya ( ) Kelelahan ( ) Amputasi ( )
Spider Neavi : (√) Tidak Deformitas
( ) Ya Kelainan bentuk ekstremitas
Minum per NGT : (√) ………………………………….
Tidak ( ) Ya :…….CC/hari. - Penggunaan alat bantu : gips / Traksi / Kruk
Terpasang dekopresi (tongkat)
(NGT):(√) Tidak ( ) Ya : …… (tanggal : ……………… Di :
CC/hari …………………………………..
Dimulai tgl : ………Jenis - Pelaksanaan aktivitas : ( ) Mandiri √) Parsial
Cairan………Dipasang di :……… ( ) Total

21
- Terpasang infuse : ( ) Tidak (√) - Jenis aktifitas yang perlu dibantu: ke toilet,
Ya RL 20tts/menit berpakaian
- Lain-lain : - Lain-lain :klien merasa sangat takut karena
…………………………………… mendapatkan informasi dari teman-temanya
………………. bahwa glukoma bisa menyebabkan kebutaan.
…………………………………
Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan.
.......................................... Ansietas
.....................................
ELIMINASI OKSIGENASI

- Kebisaan BAB : 1X/hari BAK : 3 - Nadi : 85X/menit


X/hari - Pernafasan : 22X/menit
- Menggunakan laksan : (√) tidak ( ) - TD : 160/110 mmHg
ya. - Bunyi Nafas : …………………………
Jenis - Respirasi : (√)TAK ( )Dispnea ( )Ronchi
……………………………………
( )stridor
…………
( )Wheezing ( ) Batuk ( )hemoptisis ( )
- Menggunakan diuretic : (√) tidak ( Sputum
) ya. ( ) Pernafasan Cuping hidung ( )
Jenis : Penggunaan otot-otor pernapasan ……………
…………………………………… - Kedalaman : ………………
……….
- Fremitus : …………………..
- Keluahan BAK Saai ini :
- Sputum : (√)kental ( )encer( )merah( )putih
( ) Retensi urin ( )
inkontinensia urin - ( ) hijau
( ) disuria (√)kuning
( ) poliuri ( ) Urgensi - Sirkulasi oksigenasi : ( )TAK ( )Pusing
( ) Nocturia ( )Sianosis
- Peristaltik usus : ( ) kembung ( ) akral dinggin ( ) clubbing finger
( ) tidak ada peristaltic ( ) - Dada : ( ) TAK ( ) retraksi dada ( ) nyeri dada
Hiperperistaltik ( )berdebar-debar( )defisiensi trackhea
- Abdomen : Nyri Tekan : ( )bunyi jantung Normal (frekwensi :
…………………………. …… )
Lunak/keras ( )Mur-mur ( ) gallop
…………………………………… - WSD ( Tanggal : …… .di ………Keadaan :
… …………….)
Massa :…… Ukuran/lingkar - Oksigenasi (tanggal ………..Canula/Sungkup :
Abdomen :…………. …………Ltr/m
- Terpasang kateter urine : (√) Tidak - Riwayat penyakit : ( )bronchitis ( )Asma
( ) ya ( )Tuberkulosis ( )Empisema ( )
(dimuai tgl :……….. di pneumonia kambuhan: ……
…………………………. ( ) pemanjanan terhadap udara
- Pengguna alcohol : ……… berbahaya :…………………
Jumlah/frekwensi :……. ( ) Perokok Pak/hari : pak/hari
- Lain-lain : Lamanya : …………………
…………………………………… ( ) hipertensi ( ) demam rematik ( )
……… flebitis
( )kesemutan
22
( ) kebas
- Lain-lain :klien mengatakan tidak dapat melihat
jauh dan semua yang di lihat seperti bayangan,
hasil pemeriksaan fisik yang di lakukan oleh
dokter spesialis mata di simpulkan Tn,. A
mengalami glukoma berdasarkan pemeriksaan
ofthalmoscope, tonometry dan ukur lapang
pandang.
Masalah keperawatan Masalah keperawatan :
............................................. Gangguan persepsi sensori
..................................
TIDUR DAN ISTIRAHAT PENCEGAHAN TERHADAP BAHAYA
- Kebiasaan tidur : (√) Malam - Refleksi : (+) tidak ( ) kelumpuhan
( ) Siang - Penglihatan : ( ) tidak ( ) masalah
- Lama Tidur : Malam: 7 Jam Siang …………………….....
1 jam - Pendengaran: ( ) tidak ( ) masalah
- Kebiasaan tidur : ………………………...
- Kebiasaan tidurdipengaruhi oleh - Penciuman : (√) tidak ( ) masalah
faktor : ………………………......
- Cara mengatasi: - Perabaan : (√) tidak ( ) masalah
………………………………. ……………………….......
- Lain- - Lain-lain
lain……………………………… ………………………………………………
…………… ………
- Jelaskan secara rinci berdasarkan
pemeriksaan nervus
Masalah Keparawatan : Masalah Keperawatan :

NEOROSENSORIS KEAMANAN
- Rasa Ingin Pingsan/Pusing : ( ) Alergi/sensitivitas : tidak
Tidak Perubahan system imun sebelumnya:
( ) Ya tidak ada penyebab:
- (gejala sisa) : tidak Riwayat penyakit hubungan seksual
- Kejang : (√) Tidak ( ) Ya (tanggal/tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi :
Tipe :
………………periksa :…………………
…………………………..
Transfuse darah/jumlah :
Aura : ………………..
……………..kapan:………………….
Frekuensi :
Gambaran reaksi :
………………………….
………………………………………………
Status postika : ………
..
Cara Mengontrol :
Riwayat cidera kecelakaan :
…………………
……………………………………..
Status Mental :
Fraktur/dislokasi :
terorientasi/Disorientasi :
………………………………………………
waktu…………
..
Tempat :
Arthritis/sendi tak stabil :
……………………. Orang :
……………………………………….
………………………
Masalah punggung :

23
Kesadaran : ( ) mengantuk ……………………………………………..
( ) letargi (√) stupor Perubahan pada tahi lalat :
( ) koma ( ) kooperatif ( ………………………………………
) menyerang ( ) delusi Pembesaran nodus :
( ) halusinasi ……………………………………………..
afek (gambarkan) : Kekuatan umum :
………………………… ………………………………………………
- Memori :………..yang lalu : ..
……………………. Cara berjalan : normal
- Kaca mata: ……………….. kontak Rom : -
lensa : …………………. ………………………………………………
- Alat bantu dengar : (√) tidak ( ) ya ……………
Hasil kultur, pemeriksaan sistem
di……………………….
imun : -
- Ukuran/reaksi pupil : ka/ki :
………………………..............
- Facial drop : (√) tidak ( ) kaku
kuduk (√) tidak
- ( ) ya
- Genggaman tangan/lepas : ka/ki
:normal.postur : normal
- Koordinasi : ………… reflex
patella ka/ki : ……………….
- Reflex tendon dalam bisep/trisep:
normal
- Kernig sign : (√)Tidak ( ) Ya
- Babinsky : (√)tidak ( ) ya
- Chaddock : (√) tidak ( ) ya
- Brudinsky : (√) tidak ( ) ya
Masalah Keperawatan : Masalah Keperawatan :

SEKSUALITAS
- Aktif melakukan hubungan Pria
seksual : ( ) tidak - Rabes Penis : …………….gannguan Prostat :
( ) ya …………….…
- Penggunaan kondom - Sirkumsisi : ( √ ) tidak ( ) ya _ Vasektomi :
- Masalah-masalah/kesulitan seksual ( √ ) Tidak ( ) Ya
- Perubahan terakhir - Melakukan pemeriksaan sendiri:
dalam frekuensi /minat. ……………………………..
Wanita - Payudara/testis :
- Usia menarke : ……. Thn, lamanya ………………………………………………
siklus : …..hari - Prostoskopi/pemeriksaan Prostat terakhir :
- Durasi : ………… …………………
- Periode menstruasi terakhir : …… Tanda ( Obyektif)
menopause: ….. Pemeriksaan ;
- Rabas vagina :……. ……………….payudara/Penis/Testis :
- Perdarahan antar periode :…… …………
Kulit genetalia/Lest :

24
……………………………………………
Masalah Keperawatan :

KESEIMBANGAN & PENINGKATAN HUBUNGAN RESIKO SERTA


INTERAKSI SOSIAL
- Lama perkawinan : …...tahun, -Sosiologis : ( ) tidak ( ) menarik diri
hidup dengan :…………….. ( ) komunikasi lancer ( ) komunikasi
- Masalah-masalah kesahatan/stress : tidak lancer
…………………………... ( ) afasia ( ) isolasi diri ( ) amuk
- Cara mengatasi stress : -Perubahan bicara : penggunaan alat bantu
…………………………………… komunikasi
…... -Adanya laringektomi :
- Orang Pendukung Lain : ……………………………………….
……………………………………. -Komunikasi verbal/nonverbal dengan
. keluarga/orang terdekat lain :
- Peran Dalam Struktur Keluarga : …………………………………………………
……………………………. -Spiritual : ( ) tak ( ) dibantu dalam
- Masalah-masalah Yang beribadah
berhubungan Dengan ( ) spiritual distress
Penyakit/Kondisi : -Kegiatan keagamaan :
…………………………………… ………………………………………….
……… -Gaya hidup :
- Prikologis : ( ) Tak ( ) gelisah …………………………………………………
( ) Takut …
( )Sedih( )Rendah diri ( ) -Perubahan terakhir :
Hiperaktif ( )acu tak acuh ………………………………………….
( )marah ( )Mudah -Lain-lain :
Tersinggung ………………………………………................
( ) merasa Kurang sempurna .....
( ) Eurofik
( ) tidak Sabar
- Keputusan asaan : ………Ketidak
berdayaan :……………...
- Lain-lain :
……………………………………
………………...
Masalah keperawatan :

E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN


1. Bahasa dominan (khusus) :
Ô Buta huruf : Ô Ketidakmampuan
belajar khusus :
Ô Keterbatasan kognitif
2. Informasi yang telah disampaikan :
Ô pengaturan jam besuk Ô hak dan kewajiban klien
Ô tim / petugas yang merawat
Ô lain-lain :

25
3. Masalah yang telah dijelaskan :
Ô perawatan diri dirumah sakit Ô obat-obatan yang diberikan
Ô lain-lain :
Obat yang diresepkan (lingkari dosis yang terakhir) :
Obat Dosis Waktu Rute Tujuan
pemberian

Riwayat pengobatan, obat tanpa resep / obat-obatan bebas :


Obat-obatan jalanan / jamu :
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir :
4. Factor resiko keluarga (tandai hubungan) :
Ô diabetes mellitus Ô tuberculosis Ô penyakit jantung
Ô stroke Ô TD tinggiÔ epilepsy
Ô penyakit ginjal Ô kanker Ô penyakit jiwa
Ô lain-lain

F. DATA GENOGRAM

? ?

Keterangan:

: Laki-laki : Klien

: Perempuan ? : Umur tidak diketahui

26
X :Meninggal : Garis perkawinan

:Garis keturunan ----- : Garis serumah

Keterangan :

G1 : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien telah meninggal dunia karna sebab

yang tidak diketahui

G2 : Ibu klien anak ke-4 dari 4 bersaudara, ibu klien dan 2 saudara ibu klien telah

meninggal dunia dan tidak ada riwayat penyakit menular

Ayah klien anak ke-2 dari 4 bersaudara , 2 saudara ayah klien telah meninggal

dunia dan ayah klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya


G3 : klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara

G. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG (diagnostic & laboratorium)


Lampirkan tanggal pemeriksaan

H. PATOFISIOLOGI & PENYIMPANGAN KDM

27
28
FORMAT KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


1. klien masuk dengan keluhan penglihatan 1. hasil pemeriksaan fisik
menurun dengan tiba-tiba pada mata yang di lakukan oleh
yang kanan 2 minggu yang lalu dokter spesialis mata di
2. klien mengatakan tidak dapat melihat simpulkan Tn,. A
jauh dan semua yang di lihat seperti mengalami glukoma
bayangan berdasarkan pemeriksaan
3. klien mengatakan mata kanan berwarna ofthalmoscope
merah dan terasa nyeri 2. tonometry dan ukur lapang
4. klien mengatakan muntah dan mual yang pandang
disetai sakit kepala 3. Pernafasan : 22X/menit
5. klien merasa sangat takut karena 4. TD : 160/110 mmHg
mendapatkan informasi dari teman- 5. Nadi : 85X/menit
temanya bahwa glukoma bisa 6. Suhu : 37,2ºC
menyebabkan kebutaan. 7. Kesadaran : (√)
6. P: klien mengatakan mata kanan composmentis
berwarna merah dan terasa nyeri 8. Rsepon Emosional : klien
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk tampak meringis
R: mata sebelah kanan 9. Klien tampak gelisah
S: Skala 4 10. Terpasang infus RL 20
T: klien mengatakan nyeri hilang tts/menit
timbul.

29
KATEGORISASI DATA
DATA SUBJEKTIF DAN
KATEGORI DAN SUB KATEGORI
OBJEKTIF
RESPIRASI -
- TD : 160/110 mmHg
- P : 22x/menit
- S : 37,2º
SIRKULASI
- N : 96x/menit
- Terpasang infus RL 20
tts/menit
NUTRISI DAN CAIRAN -
ELIMINASI -
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT -
- Kesadaran
composmentis
- klien merasa sangat
takut karena
mendapatkan informasi
FISIOLOGI
dari teman-temanya
bahwa glukoma bisa
menyebabkan kebutaan
- klien tampak gelisah
NEUROSENSORY - hasil pemeriksaan fisik
yang di lakukan oleh
dokter spesialis mata di
simpulkan Tn. A
mengalami glukoma
berdasarkan
pemeriksaan
ofthalmoscope
- tonometry dan ukur
lapang pandang,
REPRODUKSI DAN
-
SEKSUALITAS
PSIKOLOGIS NYERI DAN KENYAMANAN - klien mengatakan mata
kanan berwarna merah
dan terasa nyeri
- klien mengatakan
muntah dan mual yang
disetai sakit kepala
- P: klien mengatakan
mata kanan berwarna
merah dan terasa nyeri
Q : nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : mata sebelah kanan
S : Skala nyeri 4

30
T : Klien mengataan
nyeri hilang timbul
- klien tampak meringis
INTEGRITAS EGO -
PERTUMBUHAN DAN
Umur 60 tahun
PERKEMBANGAN
KEBERSIHAN DIRI -
a. Informasi yang telah di
sampaikan
- Pengaturan jam besuk
Tim petugas yang
merawat
- Hak dan kewajibab
PERILAKU PENYULUHAN DAN
pasien
PEMBELAJARAN
b. Masalah yang telah di
jelaskan
- perawatan diri di rumah
sakit
- obat-obatan yang
diberikan
RELASIONAL INTERAKSI SOSIAL -
LINGKUNGAN KEAMANAN DAN PROTEKSI -

31
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

1. DS : Peningkatan TIO Gangguan persepsi


- Klien masuk dengan keluhan sensori
penglihatan menurun dengan Serat saraf optic
tiba-tiba pada mata yang kanan tertekan
2 minggu yang lalu
- Klien mengatakan tidak dapat Gangguan lapang
melihat jauh dan semua yang pandang
dilihat seperti bayangan
DO :
- hasil pemeriksaan fisik yang Gangguan persepsi
sensori
di lakukan oleh dokter
spesialis mata di simpulkan
Tn. A mengalami glukoma
berdasarkan pemeriksaan
ofthalmoscope
- tonometry dan ukur lapang
pandang
- TD : 140/80 mmHg
- P : 24x/menit
- S : 38,1º
- N : 96x/menit
- Kesadaran composmentis
- Terpasang infus RL 20
tts/menit

2. DS : Reaksi faktor R Nyeri akut


- klien mengatakan mata kanan dengan antinody
berwarna merah dan terasa
nyeri faktor metabolik
- klien mengatakan muntah dan
mual yang disetai sakit kepala infeksi dengan
- P: klien mengatakan mata kecenderungan virus
kanan berwarna merah dan
reaksi peradangan
terasa nyeri
Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk
Nyeri akut
R : mata sebelah kanan
S : Skala nyeri 4
T : Klien mengataan nyeri
hilang timbul

DO :
- klien tampak meringis

32
- TD : 160/110 mmHg
- P : 22x/menit
- S : 37,2º
- N : 96x/menit

3. DO Peningkatan TIO Ansietas


- klien merasa sangat takut
karena mendapatkan informasi Serat saraf optic
dari teman-temanya bahwa tertekan
glukoma bisa menyebabkan
kebutaan Gangguan lapang
DO pandang
- klien tampak gelisah

ansietas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
.
1. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan d/d (D.0085)
DS :
- Klien masuk dengan keluhan penglihatan menurun dengan tiba-tiba pada mata
yang kanan 2 minggu yang lalu
- Klien mengatakan tidak dapat melihat jauh dan semua yang dilihat seperti
bayangan
DO :
- hasil pemeriksaan fisik yang di lakukan oleh dokter spesialis mata di
simpulkan Tn. A mengalami glukoma berdasarkan pemeriksaan ofthalmoscope
- tonometry dan ukur lapang pandang
- TD : 140/80 mmHg
- P : 24x/menit
- S : 38,1º
- N : 96x/menit
- Kesadaran composmentis
- Terpasang infus RL 20 tts/menit

2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d/d (D.0077)


DS :
- klien mengatakan mata kanan berwarna merah dan terasa nyeri
- klien mengatakan muntah dan mual yang disetai sakit kepala
- P: klien mengatakan mata kanan berwarna merah dan terasa nyeri
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : mata sebelah kanan
S : Skala nyeri 4
T : Klien mengataan nyeri hilang timbul

33
DO :
- klien tampak meringis
- TD : 160/110 mmHg
- P : 22x/menit
- S : 37,2º
- N : 96x/menit
3. Ansietas b/d kurang terpapar informasi (D.0080)
DO
- klien merasa sangat takut karena mendapatkan informasi dari teman-temanya
bahwa glukoma bisa menyebabkan kebutaan
DO
- klien tampak gelisah[ CITATION Tim17 \l 1057 ]

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Rasional

1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan Minimalisasi Rangsangan


sensori b/d gangguan Intervensi (I.08241)
penglihatan d/d keperawatan selama 3
DS : X 24 jam maka Observasi :
- Klien masuk persepsi sensori  Periksa status mental,  Agar dapat
dengan keluhan membaik dengan status sensori, dan mengetahui
penglihatan kriteria hasil : tingkat kenyamanan dan
menurun dengan - Verbalisasi (mis, Nyeri, menetapkan
tiba-tiba pada mata melihat Kelelahan) adanya
yang kanan 2 bayangan gangguan
minggu yang lalu menurunn sensori jenis
- Klien mengatakan - Konsentrasi dan lainnya.
tidak dapat melihat membaik Terapeutik :
jauh dan semua  Diskusikan tingkat  Untuk
yang dilihat seperti toleransi terhadap mengatur dan
bayangan beban sensori (mis, meminimalisas
DO : bising, terlalu terang) i rangsangan
- hasil pemeriksaan
fisik yang di
lakukan oleh
dokter spesialis  Batasi stimulus
 Untuk
mata di lingkungan (mis,
mengurangi
simpulkan Tn. A Cahaya, suara,
rangsangan
mengalami aktivitas)
yang memicu
glukoma seperti cahaya
berdasarkan
pemeriksaan
ofthalmoscope  Jadwalkan aktivitas  Untuk

34
- tonometry dan harian dan istirahat memberikan
ukur lapang perasaan yang
pandang nyaman
- TD : 140/80
mmHg Edukasi :
 Ajarkan cara  Agar tidak
- P : 24x/menit memicu
meminimalisasi
- S : 38,1º terjadinya
stimulus (mis,
- N : 96x/menit mengatur rangsangan
- Kesadaran pencahayaan ruangan, pada mata
composmentis mengurangi
- Terpasang infus kebisingan, membatasi
RL 20 tts/menit kunjungan)

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
 Untuk
obat yang
mengurangi
mempengaruhi
atau
persepsi stimulus
meminimalisas
i rangsangan
2. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisik d/d intervensi keperawatan
DS : selama 1 X 24 jam Observasi:
- klien mengatakan maka Tingkat Nyeri  Identifikasi faktor  Untuk
mata kanan Menurun dengan yang memperberat dan mengetahui
berwarna merah kriteria hasil : memperingan nyeri. faktor yang
dan terasa nyeri - Keluhan nyeri memperberat
- klien mengatakan (5) dan
muntah dan mual - Meringis (5) memperingan
yang disetai sakit nyeri
kepala
- P: klien
mengatakan mata  Identifikasi  Untuk
kanan berwarna pengetahuan dan mengetahui
merah dan terasa keyakinan tentang pemahaman
nyeri nyeri klien
Q : nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : mata sebelah
kanan
S : Skala nyeri 4  Monitor efek samping  Untuk
T : Klien penggunaan analgetik mengetahui
mengataan nyeri efek samping
hilang timbul yang
ditimbulkn
DO : dari
- klien tampak penggunaan
meringis analgetik
- TD : 160/110

35
mmHg Terapeutik:
- P : 22x/menit  Berikan teknik  Agar
- S : 37,2º nonfarmakologis mengurangi
N : 96x/menit untuk mengurangi rasa rasa nyeri
nyeri. klien

 Kontrol lingkungan  Untuk


yang memperberat memberikan
rasa nyeri (mis. Suhu rasa nyaman
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi:
 Jelaskan strategi  Agar klien
meredakan nyeri mengetahui
bagaimana
strategi
meredakan
nyeri

 Anjurkan memonitor  Agar klien


nyeri secara mandiri lebih mandiri
dalam
meredakan
nyerinya

Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian  Untuk
analgetik memberikan
rasa nyaman

3. Ansietas b/d kurang Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)


terpapar informasi Intervensi
DO Keperawatan selama 1 Observasi :
- klien merasa X 24 jam maka  Identifikasi saat  Untuk
sangat takut Tingkat Ansietas ansietas berubah mengetahui
karena Menurun dengan perubahan
mendapatkan kriteri hasil : ansietas
informasi dari - Perilaku  Monitor tanda-tanda  Untuk
teman-temanya gelisah (5) ansietas (verbal dan mengetahui
bahwa glukoma - Verbalisasi nonverbal) tanda-tanda
bisa khawatir (5) ansietas baik
menyebabkan [ CITATION verbal maupun
nonverbal
36
kebutaan Tim191 \l 1057 ]
DO Terapeutik :
- klien tampak
gelisah  Ciptakan suasana  Untuk
terapeutik untuk menumbuhkan
menumbuhkan rasa
kepercayaan kepercayaan

 Temani pasien untuk  Untuk


mengurangi mengurangi
kecemasan, jika kecemasan
memungkinkan

 Gunakan pendekatan  Agar klien


yang tenang dan lebih tenang
meyakinkan dan yakin

Edukasi :
 Anjurkan keluarga  Agar klien
untuk tetap bersama lebih tenang
pasien

 Anjurkan untuk  Agar perasaan


mengungkapkan lebih legah dan
perasaan dan persepsi tenang

 Latih kegiatan  Untuk


pengalihan untuk mengurangi
mengurangi ketegangan
ketegangan

 Latih teknik relaksasi  Untuk


memberikan
rasa nyaman

Terapeutik :
 Kolaborasi pemberian  Untuk
obat ansietas memberikan
rasa
nyaman[ CITATI
ON Tim182 \l
1057 ]

D. Integrsi keislaman

37
Quran Surat At-TaghabunAyat 11

‫صيبَ ٍةإِاَّل بِإ ِ ْذنِٱللَّ ۗ ِه َو َمني ُْؤ ِم ۢنبِٱللَّ ِهيَ ْه ِدقَ ْلبَ ۚۥهُ َوٱللَّهُبِ ُكلِّ َش_________________________________________ ْى ٍء َعلِي ٌم‬ َ َ‫َمٓاأ‬
ِ ‫صابَ ِمن ُّم‬

Arab-Latin: Māaṣābamimmuṣībatinillābi`iżnillāh, wa may


yu`mimbillāhiyahdiqalbah, wallāhubikullisyai`in 'alīm

TerjemahArti: Tidakadasuatumusibah pun yang


menimpaseseorangkecualidenganijin Allah; danbarangsiapa yang
berimankepada Allah niscayaDiaakanmemberipetunjukkepadahatinya.
Dan Allah MahaMengetahuisegalasesuatu.

HadisRiwayatMuslim .
“ Tidaklahseorangmuslimtertimpakecelakaan , kemiskinan ,
kegundahan , kesedihan , kesakitanmaupunkeduka-
citaanbahkantertusukdurisekalipun , niscaya Allah SWT ,
akanmenghapusdosa – dosanyadenganapa yang menimpanyaitu ” .
( HR.Muslim )

38
BAB IV

JURNAL PENDUKUNG INTERVENSI

Karakteristik penderita glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup di divisi
glaukoma

Glaukoma sering disebut sebagai pencuri penglihatan karena gejala yang sering
tidak disadari oleh penderita atau dianggap sebagai gejala dari penyakit lain, sehingga
banyak pasien yang datang ke dokter dalam keadaan yang lanjut atau buta. Hal ini
disebabkan oleh karena glaukoma dapat merusak saraf optikus sehingga dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan akhirnya kebutaan yang permanen yang tidak
dapat disembuhkan.
Untuk menanggulangi kebutaan, KEMENKES telah membuat strategi yang
dituangkan dalam Kepmenkes nomor 1473/ MENKES/SK/2005 tentang Rencana
Strategi Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan, atau Renstranas PGPK,
untuk mencapai Vision 2020. Namun sukses atau tidaknya strategi tersebut bergantung
kepada kesadaran pasien untuk memeriksakan secara dini, keinginan untuk berobat, dan
juga kemampuan dokter untuk mendiagnosis secara tepat dengan penanganan yang tepat
pula.2 Institusi pendidikan di kota besar bersama dengan bagian pelayanan kesehatan
masyarakat baik negeri ataupun swasta telah melakukan penyuluhan di berbagai media
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit glaukoma. Namun tidak
banyak masyarakat yang mau berubah sehingga tetap memeriksakan dirinya, hanya saja
sudah dalam keadaan terlambat, bila dinilai dari derajat glaukomanya. Pengenalan
glaukoma tersebut dikarenakan kurangnya koordinasi yang baik, mengingat adanya
keterbatasan dana. Selain itu adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang masih minim
dan pendidikan yang rendah dan juga masih ada masyarakat yang tidak memiliki
asuransi kesehatan.
Risiko terjadinya glaukoma, progresifitas penyakit hingga menimbulkan
kebutaan, dihubungkan dengan berbagai faktor risiko. Selain tingginya tekanan
intaokular, yang dapat menjadi faktor risiko penyakit glaukoma adalah ras, jenis
kelamin, usia, jenis/tipe glaukoma, adanya riwayat glaukoma dalam keluarga, adanya
penyakit yang mempengaruhi vaskular dan penglihatan, dan riwayat pengobatan yang
didapatkan. Kebutaan pada penderita glaukoma juga dipengaruhi oleh faktor perilaku
kesehatan.Pada tahun 2010, di Asia Tenggara total penderita dengan glaukoma berkisar
4,25 juta orang dengan populasi orang dengan umur diatas 40 tahun adalah 178 juta
orang.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013, prevalensi
kebutaan dari rentang umur 45 tahun hingga lebih dari 75 tahun mengalami peningkatan
yang cukup tinggi.
Menurut Riset Kesehatan Dasar Provinsi Bali tahun 2007, persentase tertinggi
kebutaan terjadi di kabupaten Buleleng sebesar 2,4%, kemudian Klungkung sebesar
1,6% dan Gianyar sebesar 1,2%.
Uraian tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang
karakteristik glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup di Divisi Glaukoma di
Poliklinik Mata, RSUP Sanglah Denpasar di 2014 karena belum adanya data mengenai
karakteristik pada penderita glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup yang
datang berobat ke Divisi Glaukoma di Poliklinik Mata di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Sanglah Denpasar selama 1 Januari 2014 hingga 31 Desember 2014.

39
PEMBAHASAN

Glaukoma adalah kelainan optik neuropati yang ditandai dengan


meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang
pandang, dengan karakteristik dan peningkatan intra okular (TIO) menjadi faktor risiko
utamanya.TIO ditentukan oleh persamaan Goldmann yang dimodifikasi, yang
menghubungkan berbagai komponen inflow dan outflow, bahwa keseimbangan antara
produksi (aliran air) dan outflow menentukan TIO. Peningkatan resistensi outflow dengan
usia memiliki pengaruh penting pada stabilitas TIO.Pada glaukoma akan terdapat
melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi
berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir
dengan kebutaan.Penelitian yang dilakukan di Bagian Mata pada Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga pada Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan
bahwa kelompok umur terbanyak dengan kasus glaukoma adalah 61-70 tahun (40%).
Penelitian yang di lakukan oleh Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/
Departemen Mata RSMH Palembang pada tahun 2007, menunjukkan bahwa jumlah
penderita terbanyak adalah rentang umur 50 sampai 70 tahun dengan jumlah 33 orang
(80,49%), dengan jumlahpenderita glaukoma primer terbanyak terjadi pada perempuan
yaitu sejumlah 21 orang (51,22%), sedangkan laki-laki sebanyak 20 orang
(48,78%).Studi yang dilaksanakan di RSCM Surabaya, menunjukkan bahwa rerata usia
penderita glaukoma primer baru di RSCM adalah 60,74 tahun dan proporsi terbesar
adalah pada kelompok usia 55-64 tahun. Peneliti memperoleh data penderita glaukoma
primer terbanyak terjadi pada pada kelompok usia dengan rentangan 51 sampai 80 tahun
dengan total 33 orang (78,5%). Glaukoma primer didapatkan lebih sering terjadi pada
pria yaitu sebanyak 26 orang (61,9%), sedangkan wanita 16 orang (38,09%). Hal ini
diduga karena pada rentang usia tersebut banyak didapatkan penyakit yang menjadi
faktor risiko terjadinya glaukoma, dan faktor keterlambatan dan kurangnya kesadaran
penderita untuk melakukan pemeriksaan penyakit mata yang sebenarnya dialami sejak
beberapa tahun sebelumya. Selain itu, menurut sensus penduduk di Bali pada tahun 2014
menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan jenis kelamin pria yaitu sejumlah
2.066.700 jiwa lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu sejumlah 2.038.200 jiwa.
Perbedaan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ini dapat menjadi hal yang dapat
membedakan gambaran penyakit glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup yang
didapatkan di daerah lain.
Glaukoma primer adalah glaukoma dengan etiologi yang tidak pasti. Namun,
faktor resiko utama dari glaukoma primer adalah peningkatan terhadap tekanan intra
okular (TIO)Secara umum tekanan intra okular (TIO) normal berkisar antara 10 hingga
kurang dari 21 mmHg. TIO dapat meningkat akibat gangguan sistem ataupun akses
drainase. Penelitian yang dilakukan di RSU. Dr. Pirngadi Medan, menunjukkan bahwa
tekanan intra okular rerata okuli dextra lebih tinggi dari okuli sinistra yaitu 25,43 mmHg,
sedangkan tekanan intra okular rerata pada okuli sinistra yaitu 24,87 mmHg. Hasil
penelitian ini mendapatkan tekanan intra okular rerata okuli dextra pada penderita
glaukoma primer adalah 32,38 mmHg, tekanan okuli tertinggi adalah sebesar 60 mmHg,
sedangkan tekanan okuli terendah adalah sebesar 22,3 mmHg. Pada okuli sinistra
tekanan rerata intra okular adalah sebesar 31,3 mmHg, tekanan okuli tertinggi sebesar 52
mmHg, sedangkan tekanan intra okuli terendah adalah sebesar 21 mmHg. Jika dibedakan
berdasarkan jenis glaukoma primernya, tekanan intra okular rerata pada glaukoma sudut
terbuka mata kanan adalah sebesar 32,29 mmHg, tekanan tertinggi sebesar 50,6 mmHg,
dan tekanan terendah sebesar 24,3 mmH. Tekanan intra okular rerata pada glaukoma

40
sudut terbuka mata kiri adalah sebesar 28,56 mmHg, tekanan tertinggi sebesar
37,5mmHg, dan tekanan terendah sebesar 21 mmHg. Tekanan intra okular rerata pada
glaukoma sudut tertutup mata kanan adalah sebesar 32,41 mmHg, dengan tekanan
tertinggi adalah sebesar 60 mmHg, dan tekanan terendah adalah sebesar 22,3 mmHg.
Tekanan intra okular rerata pada glaukoma sudut tertutup mata kiri adalah sebesar 32,94
mmHg, tekanan tertinggi adalah sebesar 52 mmHg, dan tekanan terendah adalah sebesar
21,7 mmHg. Rerata tekanan intra okular pada pasien dengan diagnosis POAG lebih
rendah daripada rerata tekanan intra okular pada pasien dengan diagnosis PACG karena
peningkatan tekanan intra okular yang terjadi pada POAG terjadi secara perlahan disertai
dengan tekanan pada saraf optik, yang tidak sakit berat dan penglihatan turun perlahan
lahan.Jumlah penyakit glaukoma di dunia menurut World Health Organization (WHO)
diperkirakan kurang lebih 60,7 juta orang di tahun 2010, dan akan menjadi 79,4 juta di
tahun 2020. Penelitian yang dilakukan di Departemen Mata RSMH menunjukkan
terdapat 41 orang penderita glaukoma primer, yang terdiri dari 23 orang (56,10%)
glaukoma sudut terbuka dan 18 orang (4,90%) glaukoma sudut tertutup. Penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Soedarso Pontianak mendapatkan 59 orang
penderita glaukoma primer, terdiri dari 58 orang (98,3%) penderita glaukoma primer
sudut terbuka dan 1 orang (1,68%) penderita glaukoma primer sudut tertutup, dengan
sebaran penyakit glaukoma terjadi pada okuli dextra dan sinistra sebanyak 22 orang
(42,3%), okuli sinistra sebanyak 15 orang (28,8%), dan okuli dextra sebanyak 13 orang
(25,0%).Penelitian ini, peneliti memperoleh jumlah total penderita glaukoma sebanyak
42 orang dengan mata yang terkena glaukoma sebanyak 64 mata. Penderita tersebut
terdiri dari 27 orang (64,28%) yang menderita glaukoma primer sudut tertutup, dan
terdapat 15 orang (35,71%) yang menderita penyakit glaukoma primer sudut terbuka.
Menurut sebaran mata yang terkena, pada glaukoma primer sudut tertutup terdapat 12
orang (44,4%) yang menderita glaukoma pada kedua okuli atau bilateral, 9 orang
(33,3%) hanya pada okuli dextra dan 6 orang (22,2%) hanya pada okuli sinistra. Pada
glaukoma sudut terbuka, terdapat 10 orang (66,67%) menderita glaukoma secara pada
kedua okuli atau bilateral, 3 orang (20%) hanya pada okuli dextra, dan 2 orang (13,3%)
hanya pada okuli sinistra. Jumlah penderita glaukoma sudut tertutup didapatkan lebih
tinggi daripada penderita dengan diagnosis glaukoma sudut terbuka. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena keluhan yang muncul pada pasien dengan glaukoma sudut
tertutup lebih buruk dibandingkan dengan keluhan yang terjadi pada penderita dengan
glaukoma sudut terbuka.Keluhan tersebut dapat muncul bila jalan keluar aquous humor
tiba-tiba tertutup, dan kemudian mengakibatkan rasa sakit yang berat, nyeri hebat, mual,
muntah, kemerahan, mata terasa bengkak serta nyeri hebat, kemerahan, dan penglihatan
kabur.
Populasi glaukoma yang pada akhirnya menjadi kebutaan banyak terjadi di
negara-negara berkembang utamanya adalah Afrika dan Asia, yaitu sekitar 75% dari
kebutaan total di dunia. Hal tersebut dikarenakan kurangnya koordinasi yang baik akibat
adanya keterbatasan dana. Selain itu adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang
masih minim dan pendidikan yang rendah.Hasil penelitian ini menunjukkan sebaran
wilayah penderita glaukoma terbanyak di Provinsi Bali terjadi pada wilayah Denpasar
yaitu berjumlah 8 orang (19,04%). Hal ini kemungkinan diakibatkan karena pengenalan
glaukoma melalui informasi media masa belum terkoordinasi dengan baik. Sering juga
diakibatkan karena kurangnya pengenalan dini dari masyarakat dan kurangnya edukasi
mengenai penyakit glaukoma primer.(Giani et al. 2018)

41
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Glaukoma sering disebut sebagai pencuri penglihatan karena gejala yang
sering tidak disadari oleh penderita atau dianggap sebagai gejala dari penyakit lain,
sehingga banyak pasien yang datang ke dokter dalam keadaan yang lanjut atau buta.
Hal ini disebabkan oleh karena glaukoma dapat merusak saraf optikus sehingga dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan akhirnya kebutaan yang permanen yang
tidak dapat disembuhkan.
Secara umum gejala klinik glaukoma sudut tertutup primer akut terbagi akut,
intermitten atau subakut serta kronis. Serangan akut glaukoma sudut tertutup primer
akut secara klinis oleh salmon (2004) disebut juga sudut tertutup akut kongestif.
sebagian besar serangan akut hanya terjadi pada satu mata, sedangkan kurang dari
10% dapat menyerang kedua mata. Serangan akut tersering pada usia 55-56 tahun dan
dilaporkan 3 kali lebih sering terjadi pada wanita.[ CITATION Sja132 \l 1033 ]
Serangan tersebut biasanya mendadak ketika tekanan intraokuler meningkat
cepat (biasanya sekitar 45 - 75 mmHg), karena terjadi blok relatiftrabekular
meshwork oleh iris

42
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, S. (2013). Buku ajar ilmu kesehatan mata. Surabaya: Airlangga University

Press.

Budiono, S. (2013). Buku ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University

Press (AUP).

Diane C, B. j. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: buku saku dari Brunner dan

Suddarth. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.

I, G. (2017). Galukoma. Langkah Penting Selamatkan Penglihatan. Jakarta: Kugler.

Ichsan, Nur Muhammad, Fifin Luthfia Rahmi, Glaukoma Primer, and Sudut Tertutup.

2018. “Perbandingan Penurunan Tekanan Intraokuler Pasca Trabekulektomi Dan Pasca Fako-

Trabekulektomi Pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup: Studi Pada Berbagai Stadium.” Diponeg.

(2018). “Perbandingan Penurunan Tekanan Intraokuler Pasca Trabekulektomi Dan Pasca Fako-

Trabekulektomi Pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup. Diponegoro Medical Journal (Jurnal

Kedokteran Diponegoro) , 7(2): 1286–96.

made, W. (2013). Dokter segala hal tentang kesehatan yang wajib anda ketahui.

Jakarta: Neura Books.

Nugraha, D. A. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Penglihata. Yogyakarta: :Pustaka Baru Press.

Sjamsu Budionom, d. (2013). Buku ajar ilmu kesehatan mata. Surabaya: Airlangga

UniversityPress.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:

Dewan PengurusPusatPersatuanPerawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

43
Lampiran Kerja Mahasiswa

44

Anda mungkin juga menyukai