Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS SELF EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA


KELAS X1 MAN 3 KABUPATEN CIREBON

PROPOSAL SKRIPSI

WINDA YULIANA
NIM. 1415105141

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATICIREBON
[2018M / 1440H]
ANALISIS SELF EFFICACY BERDASARKAN GENDER DENGAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
KELAS X1 MAN 3 KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada Jurusan Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

WINDA YULIANA
NIM. 1415105141

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATICIREBON
[2018M / 1440H]

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


karena berkat rahmat, kehendak, kekuatan, pertolongan dan hidayah-Nya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah


SAW, keluarga dan para sahabat yang telah memberikan penerangan bagi umat
Islam. Skripsi dengan judul “ Analisis Self Efficacy Berdasarkan Gender
Dengan Kemampuan Pemecahan Matematika Siswa Kelas X1 Man 3
Kabupaten Cirebon” ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan serta untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon. Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, iringan do’a dan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Dr. H. Sumanta, M. Ag., Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.


2. Dr. H. Ilman Nafia, M. Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Dr. Muhamad Ali Misri, M. Si., Ketua Jurusan Tadris Matematika.
4. Arif Muchydin, M. Si., sekretaris jurusan Tadris Matematika,\.
5. Dr. Mumun Munawaroh.M.Si, Dosen Pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, bantuan, dan kesabaran dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Segenap dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon, khususnya dosen Matematika
yang telah memberikan ilmunya dengan sabar dan tanpa pamrih kepada
penulis sehingga penulis mempunyai masa depan dan wawasan yang lebih
dalam.
7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Tadris Matematika yang tidak
bisa disebutkan satu persatu yang sudah memberikan motivasi.

ii
iii

8. Kedua Orang Tua yang luar biasa sampai peneliti berjalan dan berjuang
sejauh ini untuk menempuh pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi
terimakasih.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca sehingga dapat menyempurnakan penulisan skripsi ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga proposal skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi peneliti dan para pembaca, sehingga dapat
memperkembangkan dengan kreatifitasnya dan kemajuan civitas akademik IAIN
Syekh Nurjati Cirebon.

Cirebon, 27 Desember 2018

Penulis,

Winda Yuliana
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
Bab I Metode Penelitian......................................................................................6
1. 1. Latar Belakang Masalah.................................................................6
1. 2. Identifikasi Masalah.....................................................................10
1. 3. Batasan Masalah...........................................................................10
1. 4. Rumusan Masalah........................................................................11
1. 5. Tujuan Penelitian.........................................................................11
1. 6. Manfaat Penelitian.......................................................................11
Bab II Kajian pustaka..........................................................................................13
2. 1. Kajian Teori.................................................................................13
2.1.1. Konsepsi Self Efficacy....................................................13
2.1.2. Konsep Pemecahan Masalah Matematika......................20
2.1.3. Konsepsi Gender............................................................22
2. 2. Penelitian yang Relevan...............................................................26
2. 3. Kerangka Berpikir........................................................................26
2. 4. Hipotesis.......................................................................................27
Bab III Metode Penelitian....................................................................................28
3. 1. Metode Penelitian.........................................................................28
3. 2. Tempat dan Waktu.......................................................................28
3. 3. Populasi dan Sampel....................................................................29
3.3.1. Populasi..........................................................................29
3.3.2. Sampel............................................................................29
3. 4. Definisi Operasional Variabel Penelitian.....................................30
3.4.1. Variabel Bebas (independent Variable).........................30
3.4.2. Variabel Terikat (Dependent Vriable)...........................30
3. 5. Teknik Pengumpulan Data...........................................................31

iv
v

3. 6. Instrumen Penilaian......................................................................31
3. 7. Analisis Data................................................................................32
3.7.1. Uji Valididtas.................................................................33
3.7.2. Uji Reabilitas..................................................................33
3.7.3. ANOVA Dua Arah.........................................................34
3.7.4. Koefesien Korelasi.........................................................34
Daftar Pustaka........................................................................................................35
BAB I
METODE PENELITIAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Indonesia abad 21 ini bertujuan mencerdaskan


bangsa bukan hanya pada aspek kognitif melainkan juga peserta didik
harus memiliki sikap kritis, kreatif, inovatif serta menanamkan nilai dan
norma yang baik pada lingkungan masyarakat. Ada beberapa aspek
karakter dan prilaku yang dibutuhkan manusia abad 21 salah satunya self
direction, yaitu sikap yang memiliki arah atau target dengan prinsip yang
jelas dalam usahanya untuk mencapai cita-cita sebagai seorang individu
(Hosnan, 2014). Setiap individu memiliki keinginan yang ingin dicapai
dalam kehidupannya. Namun, ada beberapa faktor yang harus
menghalanginya untuk mencapai semua keinginannya baik dari
lingkungan maupun faktor dalam dirinya.

Pendidikan di Indonesia mengutamakan pendidikan karakter


yang dapat diimplementasikan dengan menerapkan pendiidkan karakter
dalam setiap mata pelajaran, salah satunya mata pelajaran matematika.
Matematika salah satu pelajaran yang diwajibkan oleh pemerintah di
sekolah mulai dari tingkat SD, SMP/sederajat dan SMA/sederajat,
dengan tujuan menerapkan pembelajaran matematika di sekolah adalah
untuk membentuk karakter siswa yang kreatif, berpikir kritis dan
pembentukan sikap.

Selain diwajibkan di sekolah matematika juga memiliki manfaat


yang diperoleh setelah mempelajari matematika yaitu bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari seperti interaksi jual beli di pasar, menghitung
jarak dan waktu, menentukan sebuah massa benda, menghitung tinggi
rata-rata siswa yang ada di kelas dan masih banyak lagi kegunaan
matematika. Menurut (Manfaat, 2010) matematika adalah “hasil dari

6
7

membaca pesan alam seperti bilangan, garis, operasi, fungsi, dan


seterusnya. Misalnya pada sejarah penemuan garis lurus dengan
mengamati tetesan air hujan yang turun dari atas, kemudian dalam
pikirannya timbul gambaran tentang sesuatu yang bersifat lurus”.
Pengalamannya tersebut diperoleh pengertian yang kini disebut dengan
garis lurus. Jadi, matematika merupakan konsep-konsep abstrak yang
didapatkan dari memperhatikan fenomena alam.

Matematika selain memiliki manfaat yang banyak dari


penjelasan di atas matematika juga merupakan konsep-konsep abstrak
yang saling berhubungan dengan yang lainnya, sehingga tidak sedikit
siswa enggan belajar dan memahami matematika karena beberapa faktor
untuk mempelajarinya. Faktor siswa mempelajari matematika yaitu
kemauan, kemampuan, kecerdasa, kesiapan, kepercayaan diri atau self
efficacy (Maksum, 2016).

Self efficacy atau kita singkat SE menurut Bandura (Feist &


Feist, 2008) adalah “people’s beliefs in their capability to exercise some
measure of control over their own functioning and over environmental
events” . Seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan
menyelesaikan tugasnya dengan tekun, teliti dan pantang menyerah
dalam menghadapi kesulitan berbeda dengan orang yang memiliki self
efficacy yang rendah dia akan cenderung mudah menyerah dan tidak
maksimal dalam menyelesaikan tugas yang dijalaninya menurut Bandura
dalam (Feist & Feist, 2008). Sedangkan menurut Bandura dalam (Myes,
2012) SE adalah perasaan akan kemampuan kita akan mengerjakan suatu
tugas. Jadi self efficacy adalah sikap kepercayaan diri akan melaksakan
tugas tertentu. Sikap kepercayaan diri seseorang dalam menentukan
sesuatu merupakan kemampuan yang terkait aspek afektif yang
diterapkan dalam pembelajaran matematika, sehingga pembelajaran
matematika dituntut untuk lebih berpusat pada siswa, misalnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
kemampuannya dalam mencari, memilih dan menemukan yang terkait
8

pada pembelajaran sehingga siswa lebih percaya diri dalam


menyelesaikan masalah atau soal-soal matematika.

Namun pada kenyataannya tidak sama dengan realita yang


terjadi di SMP Negeri 17 Kota Cirebon, ketika peneliti melaksanakan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dimana self efficacy siswa dalam
pembelajaran matematika belum optimal. Siswa yang memiliki self-
efficacy yang tinggi tidak menjamin mendapatkan hasil belajar yang
tinggi pula, masih banyak ditemukan siswa yang mencontek dalam
mengerjakan tugasnya, hal ini dikarenakan self efficacy yang rendah pada
pembelajaran matematika sehingga siswa kurang percaya diri akan
kemampuannya.

Faktor yang mempengaruhi self efficacy salah satunya adalah


jenis kelamin (gender) menurut Bandura dalam penelitian Anwar
(Anwar, 2009) yang menyatakan bahwa perempuan efikasinya lebih
tinggi dalam mengelola perannya dibandingkan dengan laki-laki, self
efficacy selain mempengaruhi gender, juga mempengaruhi hasil belajar
khususnya pada pelajaran matematika. Tetapi menurut penelitian Anwar
pada tahun 2009 bahwa self efficacy laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan, tapi tidak ada perbedaan yang signifikan. Menurut Hans
Freudental dalam (Amir & Risnawati, 2015) matematika merupakan
aktivitas insani dan diharus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian,
matematika merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam
materi matematika dengan aturan-aturan yang tidak lepas dari aktivitas
insani tersebut. Dengan itu, matematika cara pengerjaanya harus rasional.
Adapun yang memiliki cara berpikir rasional cenderung pada laki-laki
daripada perempuan yang identik menggunakan perasaanya. Oleh karena
itu, maka pemahaman siswa laki laki terhadap mata pelajaran matematika
lebih tinggi pada perempuan.

Ada beberapa bidang dimana perempuan lebih tinggi dari laki-


laki ataupun sebaliknya. Rata-rata perempuan lebih unggul di bidang
bahasa dan ketrampilan motorik halus. Sedangkan laki-laki lebih unggul
9

dibidang matematika dan sains menurut Helpen dalam (Fitriyani, 2017).


Akan tetapi penelitian yang menunjukan hasil belajar matematika laki-
laki lebih tinggi dibandingkan perempuan cenderung kecil. Menurut
Susento dalam (Miranti, 2016) perbedaan gender bukan hanya berakibat
dalam kemampuan matematika, tetapi cara memperoleh pengetahuan
matematika. Kaitel menyatakan pada penelitian (Miranti, 2016) “gender,
social and cultural dimensions are very powerfully interacting in
conceptualization of mathematics education,...” berdasarkan pendapat
Keitel bahwa gender, sosial dan budaya berpengaruh pada pembelajaran
matematika. Nawangsari menjelaskan bahwa siswa laki-laki lebih tertarik
dalam pelajaran matematika dibandingkan dengan siswa perempuan,
sehingga perempuan lebih cemas menghadapi matematika dibandingkan
dengan laki-laki. Adapun di dalam penelitian (Fitriyani, 2017)
mengahsilkan tidak ada hubungan yang signifikan antara self efficacy dan
hasil matematika siswa berdedasarkan gender di MAN 2 Batusangkar.

Kemampuan laki-laki terhadap matematika telah dibuktikan


pada International Mathematical Olympiade (IMO) yang berlangsung
pada 9 – 10 Juli 2018 di Kota Cluj-Napoca, Romania. Tim Indonesia
mendapatkan 1 emas yang diraih oleh Gian Cordana Sanjaya usia 18
tahun (Dewi, 2018). Selain Gian yang meraih medali emas, pada tahun
2017 Kinantan Arya Bagaspati meraih medali emas pada Kontes
Matematika Dunia di Singapura. Kemampuan matemtika tidak hanya
didapat oleh siswa laki-laki, siswa perempuan juga seperti Ida Ayu Kade
Dwi Uthary dari Bali yang meraih nilai UN tertinggi di Indonesia dengan
nilai matematika 97,5. Hal ini laki-laki dan perempuan tidak memiliki
perbedaan kemampuan matematika yang signifikan.

Ditinjau dari pengertian di atas bahwa self efficacy adalah


keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas sehingga
dapat menuju keberhasilan. Siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi
dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Siswa MAN 3 Cirebon
atau MAN Buntet Pesantren selain sebagai siswa, berperan juga sebagai
santri. Dengan demikian, self efficacy yang dimiliki pada siswa MAN 3
10

Cirebon harusnya tinggi karena dapat menjalankan tugas-tugas dengan


peran yang berbeda yaitu sebagai siswa dan santri. Namun, pada
realitanya masih banyak siswa yang mencontek dalam menyelesaikan
masalah khususnya pada pemecahan matematika, hal ini berarti self
efficacy yang dimiliki rendah.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian yang menyelidiki hubungan self efficacy dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan jenis
kelamin (gender). Peneliti ingin mengetahui bagaimana self efficacy pada
siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI MAN terhadap
kemampuan pemecahan matematika yang notabennya matematika lebih
disukai oleh laki-laki sedangkan self-efficacy pada perempuan lebih
tinggi. Maka peneliti mengangkat judul “Analisis Self Efficacy
Berdasarkan Gender Dengan Kemampuan Pemecahan Matematika
Pada Siswa Kelas XI MAN 3 Cirebon”.

I. 2. Identifikasi Masalah

1. Masih banyak siswa yang kurang percaya diri dengan kemampuannya,


misalnya mencontek dalam mengerjakan tes.
2. Ada siswa yang memiliki self-efficacy tinggi tapi mendapatkan hasil
belajar yang maksimal
3. Masih sering ditemukan tuntutan tugas di luar sekolah menyebabkan
siswa tidak fokus terhadap tugas yang sedang dihadapinya.
4. Masih banyak siswa yang tidak percaya diri dalam kemampuannya
berdasarkan gender.
5. Masih sering ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika tidak sampai tuntas.

I. 3. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian


dikarenakan topik yang peneliti ambil adalah Korelasi Self Efficacy dan
11

kemampuan Matematika berdasarkan Gender Kelas XI di MAN Buntet


Pesantren Cirebon.

I. 4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merumuskan masalah


penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik self efficacy pada siswa MAN 3 Cirebon?


2. Apakah ada hubungan antara self efficacy pada siswa perempuan
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa MAN 3
Cirebon ?
3. Apakah ada hubungan antara self efficacy pada siswa laki-laki dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa MAN 3 Cirebon ?
4. Apakah terdapat perbedaan self-efficacy berdasarkan gender dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MAN 3
Cirebon?

I. 5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui karakteristik self-efficacy pada siswa MAN 3


Cirebon.
2. Ingin mengetahui hubungan antara self efficacy pada siswa perempuan
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa MAN 3
Cirebon.
3. Ingin mengetahi hubungan antara self efficacy pada siswa laki-laki
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa MAN 3
Cirebon.
4. Ingin mengetahui perbedaan self-efficacy berdasarkan gender dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MAN 3
Cirebon.
12

I. 6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat


bagi berbagai pihak yang terkait yaitu :
1. Bagi peneliti yaitu sebagai tambahan ilmu pengetahuan, informasi, dan
pengembangan diri serta acuan untuk mengembangkan penelitian
berikutnya.
2. Bagi siswa yaitu sebagai motivasi untuk lebih rajin menggali potensi
yang belum diketahui pada dirinya dan mengembangkan keyakinan
dirinya untuk mencapai prestasi belajar yag lebih baik.
3. Bagi guru sebagai pengetahuan untuk bahan refleksi self-efficacy yang
dimiliki siswanya dengan memperhatikan kepercayaan diri siswa baik
laki-laki maupun perempuan.
13

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II. 1. Kajian Teori

II.1.1. Konsepsi Self Efficacy

1. Pengertian Self Efficacy


Self efficacy secara bahasa berasal dari dua kata yaitu self dan
efficacy, berdasarkan kamus bahasa inggris (online) self artinya
sendiri, dirinya, dapat mengatur sendiri. Sedangkan efficcay yaitu
kemuharaban atau kemanjura. Jadi self efficacy adalah kemujaraban
sendiri.

Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan


diri individu yang dikemukakan oleh Albert Bandura (Myes, 2012).
Menurut Bandura self-efficacy adalah keyakinan seseorang dalam
kemampuannya untuk melakukan sesuatu dalam jangka waktu
tertentu. Menurut Bandura (2001) dalam (Feist & Feist, 2008) self
efficacy sebagai “keyakinan orang tentang kemampuan mereka untuk
melatih suatu kontrol atas fungsi orang itu sendiri dan kejadian dalam
lingkungan”. Self efficacy merupakan keyakinan akan kemmapuan
peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka, dan ada
perasaan mampu pada dirinya (Amir & Risnawati, 2015). Menurut
Bandura (1986) dalam (Amir & Risnawati, 2015) mendefinisikan self-
efficacy sebagai penilaian seseorang terhadap kemampuannya untuk
mengorganisasikan dan melaksanakan sejumlah tingkah laku yang
sesuai dengan unjuk kerja yang dirancangnya. Sementara menurut
Schunk mengatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya untuk mengendalikan kejadian-kejadian
dalam kehidupannya. Keyakinan sesorang tersebut salah satu faktor
penentu untuk melakukan suatu tindakan dalam menghadapi masalah.
14

Efikasi diri dapat membantu mengubah prilaku individu yang berbeda


diantara individu dengan kemampuan yang sama karena dengan
efikasi diri dapat mempengaruhi pilihan, tujuan, usaha da presentasi,
serta pelajaran dan prestasi (Omrod, 2008).

Berdasarkan pengertian di atas bahwa self efficacy


merupakan keyakinan atau kepercayaan diri seseorang mengenai
kemampuannya dirinya untuk mengatur, melakukan suatu tugas,
mencapai target, dan menunjukkan kerampilan dalam menyelesaikan
suatu masalah yang lebih dari biasanya.

Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang


diri yang paling berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Karena
efikasi diri ikut serta dalam menentukan suatu tindakan untuk
mencapai suatu tujuan dan perkiraan yang akan dihadapinya.
Seseorang dengan self-efficacy yang tinggi cenderung lebih banyak
belajar dan berprestasi dari pada mereka yang memiliki self-efficacy
rendah cenderung akan mudah menyerah ketika megerjakan soal-soal
hal ini benar ketika tingkat kemampuan aktualnya sama menurut
Bandura dalam (Omrod, 2008). Dengan kata lain ketika siswa
memiliki kemampuan yang sama, mereka yang percaya dan yakin
dapat melakukan tugas yang lebih ada kemungkinan siswa tersebut
lebih dulu menyelesaikan tugas tersebut dengan sukses daripada
mereka yang tidak yakin mampu mencapai keberhasilan.

2. Aspek-aspek self-efficacy
Menurut Bandura dalam (Ghufron & Risnawita, 2012), efikasi
diri pada tiap individu akan berbeda antara satu individu dengan yang
lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut adalah tiga dimensi
tersebut, yaitu :
1) Tingkat (level)
Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang
dihadapi oleh individu. Self efficacy individu dalam mengerjakan
suatu tugas berbeda dalam tingkat kesulitannya, jika tugas tersebut
15

dirutkan menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu


mungkin akan dibatasi pada tuga yang mudah, sedang atau tugas-
tugas yang sulit sesuai self efficacy yang dimiliki oleh setiap
individu. Jika individu memiliki self efficacy yang tinggi cenderung
mengerjakan tugas yang tinggi tingkat kesulitannya sesuai dengan
kemampuannya.
2) Keluasan (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu
terhadap bidang atau tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan
dirinya memiliki self efficacy pada aktivitas yang luas atau terbatas
pada fungsi tertentu saja. Individu dengan self efficacy yang tinggi
akan mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk
menyelesaikan suatu tugas. Individu yang memiliki self efficacy
rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam
menyelesaikan tugas.
3) Kekuatan (strength)
Dimensi ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau
kemantapan individu pada keyakinan terhadap kemampuannya.
Self-efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu
akan memeberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Self-efficacy
Menurut Bandura dalam (Feist & Feist, 2008) Self-efficacy
dapat ditingkatkan dan dipelajari melalui salah satu atau empat hal,
yaitu :
1) Pengalaman Menguasai Pembelajaran Sebelumnya (master
Experience)
Pengalaman akan keberhasilan dalam pembelajaran akan
sangat berpengaruh dalam perkembangan self efficacy (Omrod,
2008). Karena dengan siswa mendapatkan keberhasilan dalam
pembelajaran sebelumnya akan menunmbuhkan optimisme
terhadap bidang tersebut sehingga akan mudah untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran. Sebaliknya, bagi siswa yang
16

mendapatkan kegagalan yang berulang-ulang akan menurunkan


self efficacy (Tarsidi, 2010). Misalnya siswa yang mengalami
kesulitan belajar dalam materi matematika dan telah mengalami
kegagalan dalam memahaminya maka siswa tersebut akan enggan
untuk mempelajari mater matematika berikutnya sehingga siswa
tersebut mudah menyarah dalam mengerjakan soal matematika.
Berbeda dengan siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi, dia
kan terus tekun mengerjakan masalah yang dihadapinya.
2) Modeling Sosial (Social Modeling)
Ada pendapat mengenai kemampuan kita sendiri dengan
mengamati kesuksesan dan kegagagan orang lain yang serupa
dengan kita(Omrod, 2008). Maksudnya siswa sering mengamati
dan mempertimbangkan kesuksesan ataupun kegagalan teman-
temanya, terutama yang memiliki kemampuan yang sama ketika
menilai kesuksesan mereka sendiri. Ketika siswa melihat teman-
temannya dengan sukses, maka siswa tersebut akan optimis
dengan kemampuannya yang sama seperti temannya akan sukses.
Tapi jika mereka melihat kegagalan pada temannya maka akan
lebih turun dari sebelumnya optimis terhadap kesuksesannya.
3) Persuasi Sosial (social persuasion)
Individu diarahkan berdasarkan nasehat, saran dan
bimbingan sehingga dapat menambahkan keyakinan tentang
kemampuan-kemampuan yang dimiliki dapat membantu
tercapainya tujuan yang diinginkan. Biasanya, individu yang
diyakinkan secara verbal akan cenderung berusaha lebih keras
untuk mencapai keberhasilan(Omrod, 2008).
4) Kondisi Fisik dan Emosional (Pyhsical and Emotional States)
Emosi yang kuat biasanya akan menguramgi penampilan,
ketika siswa mengalami ketakutan yang kuat, kecemasan yang akut
atau tingkat stres yang tinggi, kemungkinan akna mmempunyai
keyakinan atau harapan efikasi yang rendah.
17

Tinggi rendahnya self efficacy seseorang dalam


mengerjakan tugas bervariasi. Karena, disebabkan oleh beberapa
faktor selain faktor di atas. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi efikasi diri dalam mengapresiaksikan kemampuan
diri individu menurut Bandura dalam (Anwar, 2009) yaitu sebagai
berikut :
1) Budaya
Budaya mempengaruhi self-efficacy melalui nilai,
kepercayaan, dan proses pengaturan diri yang berfungsi sebagai
sumber penilaian self-efficacy dan juga sebagai hukuman atau
sanksi dari keyakinan self-efficacy.
2) Jenis kelamin (gender)
Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap self-efficacy.
Hal ini dapat dilihat dari penelitian Bandura (1997) yang
menyatakan bahwa perempuan efekisasi dirinya lebih tinggi
daripada laki-laki dalam mengelola perannya (Anwar, 2009).
Perempuan yang memiliki peran selain ibu rumah tangga, juga
sebagai wanita karir akan memiliki self efficacy yang tinggi
dibandingkan dengan laki-laki yang bekerja.
3) Sifat dari tugas yang dihadapi
Tingkat kesulitan tugas yang dihadapi oleh iindividu akan
mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap kemampuan
dirinya sendiri.
4) Intensif eksternal
Faktor lain yang dapat mempengaruhi self-efficacy individu
adalah intensif yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa
salah satu faktor yang dapat meningkatkan self-efficacy yaitu
intensif yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan
keberhasilan seseorang.
5) Status atau peran individu dalam lingkungan
Individu yang memiliki peran lebih tinggi akan mempeoleh
tingkat kontrol yang lebih tinggi. Sedangkan individu yang
18

memiliki satatus yang lebih rendah akan memiliki kontrol yang


lebih kecil sehingga self-efficacy yang dimilikinya juga rendah
6) Informasi tentang kemampuan diri
Individu akan memiliki self-efficacy tinggi, jka ia
memperoleh informasi yang positif mengenai dirinya, sementara
individu akan memiliki self-efficacy yang rendah, jika ia
memperoleh informasi negatif mengenai dirinya.
4. Fungsi Self Efficacy
Efikasi diri yang telah berbentuk akan mempengaruhi dan
memberi fungsi pada aktivitas individu (Bandura, 1997) yaitu sebagai
berikut :
1) Fungsi Kognitif
Menurut Bandura di dalam fungsi kognitif menyebutkan
beberapa pengaruh pada aktivitas individu. Self efficacy pada
proses kognitif ada berbagai bentuk seperti prilaku manusia,
tujuan untuk melakukan sesuatu yang di atur oleh pikiran. Self
Efficacy yang kuat dimiliki oleh setiap individu akan semakin
tinggi tujuan yang akan di tetapkan oleh individu tersebut dan
akan semakin kuat komitmen untuk mencapai tujuan yang sudah
terrencakan tersebut. Individu yang memiliki self efficacy yang
tinggi akan mengatur langkah-langkah mencapai tujuan tersebut.
2) Fungsi Motivasi
Self efficacy berperan penting dalam diir motivasi setiap
inidvidu. Kebanyakan motivasi individu dihasilkan secara
kognitif. Individu memotivasi dirinya sendiri dan mengatur
tindakanya dengan latihan memikirkan masa depan. Mereka
membentuk keyakinan dengan pikirannya untuk mmenetukan apa
yang akan dilakukan di masa depan. Individu mengantisipasi
setiap hasil tindakannya dengan prospektif, mereka akan
menetapkan tujuan yang akan dilakukan dan menyusun langkah-
langkah nya untuk mencapai tujuan tersebut untuk mewujudkan
masa depan yang berharga. Individu yang mergasukan
19

kemmampuannya untuk mencapai suatu tujuan dengan melihat


kegagalan dan melihat orang yang melakukan kegagalan, individu
tersebut akan sulit untuk mencapai tujuannya. Berebeda dengan
individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap
kemampuannya akan emlakukan usaha yang lebih besar untuk
melawan kegagalan atau masalah yang dihadapinya. Self efficacy
akan berpengaruh kepada keyakinan individu terhadap aktifitas
yang dipilih, ketekunan dan pantang menyarah dalam menhdapi
permasalahan.
3) Fungsi Afeksi
Keyakina yang dimiliki setiap individu dalam kemampuan
mengatasi seberapa besar tingkat stres dan depresi yang mereka
alami pada saat situasi yang tegang atau sulit, serta akan
mempengaruhi tingkat motivasi tersebut. Keyakinan tersebut
untuk melakukan kontrol terhadap individu yang mengalami
kecemasan dan kegelisahan. Individu yang percaya bahwa dirinya
dapat mengendalikan pikiran yang dapat mengganggunya.
Sedangkan individu yang tidak dapat mengendalikan pikiran
dalam mengahadapi masalah dalam situsli yang tegang dan sulit
akan mengalami kecemasan tinggi. Individu yang memikirkan
ketidakmampunnya dalam mengahdapi masalah tersebut dan
memandang banyak faktoor sebagai ancaman yang mungkin
terjadi. Pikiran-pikiran tersebut akan menghambat individu untuk
mencapai tujuannya karena tidak yakin terhadap kemampuan
yang dimilikinya.
4) Fungsi Selektif
Fungsi selektif akan mempengaruhi tujuan dan tindakan
individu yang akan dilakukan. Self efficacy dapat membentuk
kehidupan yang mempengaruhi jenis kegiatan dan memilih yang
ada di lingkungan mereka. Individu yang menghindari kegiatan
dan situasi yang melebihi dari kemampannya, namun individu
tersebut telah siap melakukan tugas dan aktivitas-aktivitas
20

tersebut yang dinilai mampu untuk diatasi. Perilaku tersebut akan


menumbuhkan dan memperkuat kemampuan, minat-minat yang
mempengaruhhi kehidupannya.

II.1.2. Konsep Pemecahan Masalah Matematika

1. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika

Masalah adalah hal yang sudah biasa kita temukan di dalam


kehidupan sehari-hari yang harus segera dipecahkan. Masalah yang
biasa terjadi pada siswa yaitu masalah dalam menyelesaikan soal-soal
salah satunya soal matematika. Masalah dalam matematika yaitu
pertanyaan yang tidap dapat diselesaikan dengan aturan-aturan yang
biasa digunakan oleh siswa. Masalah dalam matematika harus
menantang untuk siswa, dalam soal matematika disebut menantang
jika ada aturan baru dalam menyelesaikannya yang memerlukan
pemahaman lebih yang dimiliki oleh siswa atau siswa harus
menyatukan konsep-konsep matematika dan saling berkaitan yang
telah diktehui oleh siswa. Sehingga dapat membentuk konsep baru
yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Pernyataan tersebut
sependapat dengan Cooney (Simanulang, Roostanto, Baskoro, &
Budhayanti, 2008) bahwa “suatu pertanyaan akan menjadi masalah
jika pertanyaan itu menunjukkan adanya tantangan yang tidak dapat
dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si
pelaku”.

Berdasarkan pendapat di atas, pemecahan masalah


matematika merupkan suatu pernyataan yang berkaitan dengan
konsep-konsep sehingga adanya tantangan untuk menyatukan konsep
tersebut, sehingga membentuk konsep baru yang dapat menyelesaikan
masalah matematika.

2. Strategi Pemecahan Masalah


Secara umum strategi yang digunakan adalah strategi yang
dikemukakan oleh Polya (Simanulang et al., 2008). Menurut Poyla
untuk mempermudah memahami dan menyelesaikan suatu masalah,
21

pertama masalah harus disusun menjadi masalah-masalah sederhana,


kemudian dianalisis untuk mencari langkah-langkah yang akan
ditempuh, setelah itu dilanjutkan dengan proses sintesis atau
memeriksa kebenaran setiap langkah yang dilakukan. Adapun
langkah-langkah pemecahan masalah matematika yang dikemukakan
oleh Poyla adalah sebagai berikut.
1) Memahami masalah
Pada langkah ini, siswa atau individu yang ingin
memecahkan suatu masalah harus mengetahui apa yang
didiketahui dan ditanyakan dari masalah tersebut, sehingga proses
pemecahan masalah akan jelas dan terarah.
2) Merencanakan cara penyelesaian
Langkah kedua yaitu individu yang ingin menyelesaikan
masalah harus dapat mengkaitkan data dengan yang ditanyakan.
Pemilihan konsep-konsep yang telah dipelajari di kombinasikan
sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Siswa
juga dapat menyelesaikan dengan mencari alternatif lain yaitu
dengan menggunakan kreativitas, pengetahuan, mental belajar,
dan konsentrasi siswa yang butuhkan untuk menyelesaikan
masalah. Ada lima cara yang dapat digunakan dalam mencari cara
penyelesaian masalah menurut (Syahlan, 2017) dalam jurnalnya,
yaitu .
(1) Mencoba-coba (guess and check)
(2) Membuat/menemukan pola (look for pattern)
(3) Membuat dan menyusun daftar secara sistematis (make a
systematic list).
(4) Membuat dan menggunkan gambar maupun model (make
and use a drawing or model)
(5) Mempertimbangkan atau meniadakan suatu kemungkinan
yang dapat terjadi (eliminate possibilities) (sheffeiled dan
cruikshank
3) Melaksanaan rencana
22

Langkah-langkah yang telah ditetapkan berdasarkan aturan-


aturan yang sesuai dengan konsep yang berlaku dalam masalah
tersebut, sehingga masalah dapat terpecahkan. Tahap ketiga ini
yang dibutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk melaksan
rencana yang sudah ditetapkan guna mendapatkan hasil yang
baik.
4) Melihat kembali
Langkah ke empat ini untuk mengecek ulang hasil
penyelesaian yang telah dikerjaka. Seperti cek konsep yang
digunakan, alasan-alasan yang digunakan, hasil, metode dan lain-
lain. Tujuannnya untuk mengurangi kesalahan dalam pemecahan
masalah.
3. Ruang lingkup konsep pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah adalah proses dari suatu hasil yang telah
siswa temukan dari beberapa konsep. Menurut silver (Simanulang et
al., 2008) menyatakan bahwa pemecah masalah lebih di karenakan
bagaimana mereka dapat menggolongkan masalah matematika
berdasarkan kesamaan dalam struktur matematika. Adapun macam-
macam ruang lingkup pemecahan masalah sebagai berikut.
1) Pengetahuan matematika sebagai dasar pemecahan masalah.
2) Algoritma atau prosedur dalam mengerjakan soal matematika
3) Teknik dan aturan-aturan pemecaham masalah matematika.

II.1.3. Konsepsi Gender

1. Pengertian Gender
Gender dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri
khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin seseorang dan diarahkan
pada peran sosial atau identitasnya dalam masyrakat (Maksum,
2016). Lipaa dalam Santrock (Miranti, 2016) mengungkapkan ada
beberapa cara untuk memandang perkembangan gender. Beberapa
menekankan pada faktor biologis dalam prilaku laki-laki dan
perempuan, dan menekankan faktor sosial atau kognitif. Le Doux
dalam Santrock (Miranti, 2016) menjelaskan satu pendekatan
23

berfokus pada perbedaan antara perempuan dan laki-laki di dalam


corpus collusum, sekumpulan saraf yang menggabungkan dua
belahan otak. Corpus collusum pada perempuan lebih besar
daripada laki-laki tentang emosi mereka sendiri dan emosi orang
lain. Ini terjadi karena otak kanan mampu meneruskan lebih banyak
kepada otak kiri.
Dalam konsep gender, yang dikenai peran gender sebagai
idividual di masyarakat, sehingga orang mengenal gender hanya
sebatas feminilitas (Maksum, 2016). Bersasarkan budaya dan sosial
gender memang telah memberikan arti pembagian peran laki-laki
dan perempuan dalam masyarakat. Peran yang dibagikan pada
masyrakat tidak sesuai azas keadilan, bahwa perempuan dan laki-laki
memiliki hak yang sama sebagai manusia. Pada kenyataannya
pembagian tugas laki-lai lebih banyak dibandingan dengan
perempuan dan tidak ada kesataraan antara laki-laki dan perempuan
dari segi kemanusiaan.
Akibat dari tidak keadilan pembagian peran berdasarkan
gender mengakibatkan adanya keridak percayaan diri individu pada
diri perempuan, karena dirinya memandang kaum kedua setelah
kaum laki-laki (Maksum, 2016). Sehimgga peran di masyrakat yang
lebih dominan adalah kaum laki-laki.
Pemahaman tentang gender dan seks seringkali mengalami
kerancuan dan saling tumpang tindih, sehingga hal ini menyebabkan
ketidakjelasan makna gender dan seks. Oleh karena itu, menurut
Mansour Fakih dalam (Maksum, 2016) bahwa seks adalah
penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang
ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Misalnya laki-laki mempunyai penis, jakun, dan mengeluarkan
sperma. Sedangkan perempuan memiliki rahim, saluran melahirkan,
memproduksi telor, memiliki vagina, dan ciri lainnya sebagai
perempuan.
24

Berbeda dengan seks, gender dipahami sebagai suatu sifat


yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuanyang dibentuk
secara sosial dan budaya. Menurut Nazrudin Uamr gender dapat
diartikan sebagai konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial dan
budaya.
Laki-laki dan perempuan cenderung menemukan nilai yang
lebih besar maupun nilai yang lebih kecil tentang pembelajaran,
tergantung mereka memandang bidang tersebut secara streotipe
sesuai bagi gender mereka. Persoalan perbedaan gender dalam
kecerdasan atau pencapaian akademis telah diperdebatkan selama
berabad-abad, dan masalah itu menjadi sesuatu yang sangat penting
sejak tahun 1970-an. Hal terpenting adalah bahawa belum seorang
peneliti yang bertanggung jawab penuh menyatakan bahwa setiap
perbedaan laki-laki dan perempuan dalam setiap ukuran kemampuan
intelektual adalah besar dibandingkan dengan jumlah keragaman
dalam masing-masing jenis kelamin. Dengan kata lain, bahkan
dalam bidang dimana perbedaan gender yang sesungguhnya
ditemukan, perbedaan-perbedaan ini hanyalah begitu kecil dan
begitu beragam sehingga hanya menemukan sedikit konsekuensi
praktis.
Gender juga menyebabkan perbedaan pada pembelajaran,
salah satunya adalah ada tingkat pemahaman matematika. Penyebab
terpenting adalah ketika perempuan lemah dalam pelajaran
matematika dibandingkan dengan laki-laki dikarenakan perempuan
mempunyai sifat yang emosional dan keibuan sedangkan laki-laki
dianggap sebagai pribadi yang memiliki karakteristik kuat, perkasa
dan rasional (Maksum, 2016). Sehingga pemahaman matematika
lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan hal ini diperkuat oleh
Warrick dan Naglieri dalam Slavina (Miranti, 2016). Tetapi
Fennema menyatakan dalam Slavina mengungkapkan tidak ada
perbedaan laki-laki dan perempuan dalam kemampuan verbal umum,
25

kemmapuan aritmatika, penalaran abstrak, visualisasi ruang atau


tentang daya ingat.
2. Gender pada Kemampuan Matematika Siswa
Tujuan pembelajaran matematika adalah dapat memahami
dan menggunakan konsep matematika. Hal ini sesuai dengan
rekomendasi oleh National Council of Teachers of Mathematics
Standards bahwa salah satu komponen yang penting dalam
pengajaran matematika yaitu penggajaran konsep dengan
mengembangkan pemahaman spatil. Pemahman spatial adalah
mencangkup kemampuan untuk berpikir melalui transformasi
gambar mental. Cara berpikir spatial berbeda dengan tipe proses
informasi alternatif yang menunjukkan aktivitas berpikir deduktif-
logis dan linear, yang diakses melalui sistem verbal (Amir, 2013).
Kedua strategi ini juga dapat diterapkan pada penyelesaian soal
matematika. Misalnya soal matematika yang cara penyelesainnya
menggunakan gambar seperti diagram atau dengan membuat
algoritma tahap demi tahap (penyelesaian logis-deduktif, verbal).
Strategi spatial ini terkait dengan strategi penyelesaian soal
matematika yang lebih di sukai anak laki-laki daripada anak
perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Tartre menemukan
bahwa siswa dengan skor tinggi pada tes ketrampilan verbal yang
disertai dengan skor rendah pada tes visualisasi spatial menggunakna
petunjuk verbal untuk menyelesaiak soal matematika, sedangkan
siswa dengan kemampuan sebaliknya menggunakna petunjuk
gambar, visual.
Perbedaan antar laki-laki dan perempuan menurut dalam belajar
matematika menurut Kruteksi (Amir, 2013) adalah sebagai berikut :
1) Laki-laki lebih unggul dalam penalaraan, perempuan lebih
unggul dalam ketepatan, penelitian, kecermatan, dan
keseksamaan berpikir.
2) Laki-laki memiliki kemampuan matematika dan mekanika yang
lebih baik dari pada perempuan, perpedaan ini tidak tampak
26

nyata pada tingkat sekolah dasar akan tetapi menjadi tampak


lebih jelas pada tingkat yang lebih tinggi.
Pendapta tersebut menunjukkan kemampuan yang tinggi bagi
anak laki-laki dalam hal matematika, namun peremuan lebih unggul
dalm aspek efektifnya (tekun, teliti, cermat).
Sementara Maccoby dan Jacklyin (Amir, 2013) mengatakan
laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan kemampuan antara
lain sebagai berikut:
1) Perempuan mempunyai kemampuan verbal lebih tinggi daripada
laki-laki.
2) Laki-laki lebih unggul dalam kemampuan visual spatil
(penglihatan keruangan).
3) Laki-laki lebih unggul dalam keampuan matematika

II. 2. Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi dengan penelitian-penelitian yang


telah dilakukan terlebih dahulu ada kaitannya dengan masalah penelitian
yang dilakukan, peneliti mencoba menelusuri beberapa penelitian yang
telah ada.
Berdasarkan kelima hasil penelitian yang pernah dilakukan,
terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan penulis sehingga dapat disajikan dalam Error: Reference
source not found yang terlampir.

Berdasarkan Error: Reference source not found tidak ada yang


sama persis dengan masalah yang diteliti penulis. Karena dalam
penelitian ini penulis memfokuskan pada karakteristik self efficacy yang
dimiliki oleh siswa yang notabennya santri dan hubungan self efficacy
siswa laki-laki dan perempuan pada pemecahan masalah matematika.
27

II. 3. Kerangka Berpikir

Setelah dipaparkan beberapa landasan teori di atas, akan ditarik


hubungan yang menjelaskan secara teoritis pertautan antara tiga variabel
yang akan diteliti. Pertautan antara tiga variabel tersebut yaitu
karakteristik self-efficacy, gender dan pemecahan masalah pada pelajaran
matematika. Dalam pembahasan ini akan diuraikan hubungan Self-
efficacy siswa laki-laki dan perempuan pada kemampuan pemecahan
matematika.

Untuk memperoleh hubungan self-efficacy berdasarkan jenis


kelamin pada kemampuan pemecahan masalah matematika, kita harus
mengetahui penyebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi self-
efficacy pada siswa. Self-efficacy pada siswa berbeda-beda baik laki-laki
maupun perempuan dilihat dari cara mengatasi masalah yang
dihadapinya. Laki-laki lebih rasional sehingga ketika menghadapi
masalah hanya dengan akal nya saja berbeda dengan perempuan yang
mampu membagi perannya dan pandai mengola perasaan dalam
menghadapi masalah meski bukan dengan rasional tapi keyakinan untuk
menyelesaikannya tinggi. Tapi apabila dikaitkan dengan masalah
matematika maka self-efficacy berpengaruh baik pada pembelajaran
matematika.

Dalam penelitian ini peneliti mengaitkan Self-efficacy


berdasarkan jenis kelamin atau gender pada kemampuan matematika
siswa. Peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang hubungan Self-efficacy
pada siswa perempuan dan laki-laki terhadap pemecahan masalah
matematika, dimana matematika adalah pelajaran yang tingkat
pemahamannya harus rasional seperti sikap yang adap pada laki-laki.

II. 4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan self efficacy perempuan dengan kemampuan


pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MAN 3 Cirebon.
28

2. Ada hubungan self efficacy laki-laki dengan kemampuan pemecahan


masalah matematika siswa kelas XI MAN 3 Cirebon.
3. Terdapat perbedaan self efficacy berdasarkan gender dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI MAN 3
Cirebon.
BAB III
METODE PENELITIAN

III. 1. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan


metode korelasi. Penelitian kuantitatif adalah salah satu pencarian ilmiah yang
didasari oleh filsafat positivisme logikal yang beroperasi dengan aturan-aturan
yang mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum dan prediksi (Trianto, 2011).
Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan antar
variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai niai
predidiktif (untuk meramalkan suatu gejala) yang dinyatakan dalam angka-
angka (Sevilla, 2006). Penelitian korelasi adalah penelitian yang dirancang
untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam
suatu populasi (Sevilla, 2006).

Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti dua variabel yaitu self
efficcacy berdasarkan gender dan kemampuan pemecahan matematika untuk
mengetahui hubungannya.

III. 2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di MAN Buntet Pesantren Cirebon. Adapun


alasan peneliti memilih tempat tersebut karena di MAN Bunten Pesantren
Cirebon siswa nya memilliki dua peran yaitu sebagai santri dan siswa ada juga
yang sebagai siswa nya saja atau non santri. Hal ini sesuai dengan tujuan
peneliti yang ingin menegetahui self-efficacy siswa tersebut dengan tugas yang
dilakukannya. Selain itu juga sekolah tersebut dekat dengan tempat tinggal
peneliti masih di daerah Cirebon. Penelitian ini dilakukan pada pembelajaran
memasuki semester genap pada tahun 2018.

29
30

Adapun rincian waktu secara lengkap dalam melaksanakan penelitian


dapat dilihat pada Tabel III .1berikut:

Tabel III.1
Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan 
SK Penelitian
2 Pembuatan   
Intrumen
3 Pengumpulan    
Data
4 Analisis Data    

III. 3. Populasi dan Sampel

III.3.1. Populasi

Populasi merupakan kumpulan dari keseluruhan elemen yang akan


ditarik kesimpulannya (Indrawan & Yuniawati, 2014).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN Buntet


Pesantren Cirebon Tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 10 kelas.
Diantaranya XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI
IPS 4, Bahasa 1, dan Syariah 1, Syariah 2.

III.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari polulasi. Teknik


pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik sampel puposif. Teknik
sampel purposif adalah teknik mengambil sampel dengan beberapa
pertimbangan tertentu agar data yang diperoleh reprensif (Sevilla, 2006).

Dalam penelitian ini sampel yang diambil diambil secara acara acak
yang terdiri dari 50 % siswa laki-laki dan 50 % siswa perempuan dengan
kelompok yang sama.
31

III. 4. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik yang mempunyai dua atau lebih


nilai atau sifat yang satu sama lain terpisah (Sevilla, 2006). Variabel pada
penelitian terdiri dari variabel terikat, dan variabel bebas.

III.4.1. Variabel Bebas (independent Variable)

Variabel bebaas adalah karakteristik-karakteristuk yang oleh


peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerenagkan hubungan
dengan fenomena yang diobservasi (Sevilla, 2006). Variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu self efficacy dan gender.

1. Self efficacy
Indikator-indikator variabel ini adalah sebagai berikut:
1) Level (tingkat), ditunjukkan dengna memiliki keyakinan untuk
dapat mengatasi soal-soal matematika.
2) Kekuatan (strength), ditunjukkan dengan mempunyai keyakinan
yang kuat tentang tujuan yang harus dicapai sehingga termotivasi
untuk bertindak meski mendapat kesulitan.
3) Keluasan (generality), ditunjukkan dengan tenang, tekun, ulet
dalam mengerjakan tugas yang dihadapi.
2. Gender
Indikator-indikator variabel ini adalah sebagai berikut :
1) Laki-laki
2) Perempuan

III.4.2. Variabel Terikat (Dependent Vriable)

Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk


mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain, variabel ini
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sevilla, 2006). Variabel terikat dalam penelitian
ini yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika.
32

Pemecahan masalah matematika merupkan suatu pernyataan


yang berkaitan dengan konsep-konsep sehingga adanya tantangan untuk
menyatukan konsep tersebut, sehingga membentuk konsep baru yang
dapat menyelesaikan masalah matematika. Adapun indikator-indikator
oemecahan masalah matematika yaitu :

1. Memahami masalah
2. Membuat rancangan pemecahan masalah
3. Melaksanakan rancangan pemecahan masalah
4. Memeriksa hasil kembali

III. 5. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang harus dikumpulkan sebagai berikut:

Data atau informasi yang perlu


No Metode Instrumen
digali
Self Efficacy yang dimiliki setiap Pertanyaan Angket
1
siswa
Tingkat pemecahan masalah Pengukuran Tes
2 terhadap mata pelajaran matematika

III. 6. Instrumen Penilaian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan


digunakan oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Angket self-efficacy

Agket ini di isi oleh siswa untuk mengetahui keyakinan diri


siswa. Angket ini berisi 20 pertanyaan dengan memberi jawaban tanda
33

ceklis pada jawaban yang tersedia (“sangat setuju”, “setuju”, “kurang


setuju”, “tidak setuju”).

3. Tes

Nilai hasil belajar siswa diambil dari pengerjaan soal-soal


matematika kelas XI yang berjumlah 20 soal untuk mengetahui
pemecahan masalah matematika.

III. 7. Analisis Data

Analisis data adalah kegiayan peneliti setelah mengumpulkan data.


Peneliti akan mengolah data self efficacy berdasarkan gender dan kemampuan
pemecahan matematika siswa dengan.

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan


soal-soal tes dengan melakukan pensekoran secara manual dengan
menggunakan kunci jawaban. Dan jika jawaban benar maka mendapatkan skor
1 dan jika salah atau tidak menjawab mendapatkan skor 0 dengan rumus

n
S= × 100
N

Keterangan

S = nilai hasl belajar siswa

n = jumlah skor yang dijawab benar

N = skor maksimum dari tes

Sehingga nila yang diperoleh siswa dikelompokkan dalam kriteria


sebagai berikut :

No Interval Kategori
1 81 – 100 Sangat tinggi
2 61 – 80 Tinggi
3 41 – 60 Cukup
4 21 – 40 Rendah
34

5 0 – 20 Sangat rendah

III.7.1. Uji Valididtas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu


mengukur apa yang diukur. Uji korelasi ini digunakan untuk mengetahui
seberapa berat hubungan antara self efficacy siswa berdasarkan jenis kelamin
dengan hasil belajar.

Rumus yang digunakan

r =n ∑ xy−(∑ x) ¿ ¿ ¿
Keterangan :
r : koefesien korelasi
∑ x : jumlah dari variabel x
∑ y : jumlah dari variabel y
∑ x 2 : kuadrat dari jumlah variabel x
∑ y2 : kuadrat dari jumlah variabel y

∑ xy : hasil perkalian variabel x dan y

III.7.2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas ini menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam


mengukur gejala yang sama dilain kesempatan. Pada program SPSS, metode
ini dilakukan dengan metode Croncbach Alpha, dimana kuesioner dikatakan
reliabel jika nilai Croncbach Alpha lebih besar dari 0,60. Rumus yang
digunakan untuk Croncbach Alpha adalah

][∑ sb
]
2

r=
[ k
(k −1)
1−
s1 2

Dimana

r : reabilitas instrumen
35

k : banyak butir pertanyaan

∑ sb
2
: jumlah varian

III.7.3. ANOVA Dua Arah

ANOVA dua arah digunakan peneliti untuk membandingkan variabel


dengan mengatasi perbedaan nilai variabel terikat yang dikategorikan
berdasarkan variabel bebas yang banyak dan masing-masing variabel terdiri
dari beberapa kelompok (Irianto, 2004).

Kemampuan Pemecahan
Jenis kelamis Self Efficacy
Masalah Matematika

Laki-laki

Perempuan

III.7.4. Koefesien Korelasi

Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap


variabel terikat di perlukan perhitungan koefesien korelasi. Koofesien regresi
linear ganda dapat dihitung dengan menggunakan rumus.

S Sb
2 a
R=
∑ y2
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Z. (2013). Perspektif Gender dalam Pembelajaran Matematiika. Marwah; Jurnal


Perempuan, 12(1), 15–31. Retrieved from
https://www.academia.edu/35378487/PERSPEKTIF_GENDER_DALAM_PEMB
ELAJARAN_MATEMATIKA

Amir, Z., & Risnawati. (2015). Psikologi Pembelajaran Matematika (1st ed.).
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Anwar, A. I. D. (2009). Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kecemasan Berbicara


di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi. Retrieved from http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14504

Bandura, A. (1997). Self Efficacy. In Human Behavior (Vol. 4, pp. 71–81). Academic
Press. Retrieved from
https://www.uky.edu/~eushe2/Bandura/Bandura1994EHB.pdf

Dewi, R. (2018). Tim Indonesia Raih 1 Emas dan 5 Perak di Olimpiade Matematika
Internasional. Retrieved July 13, 2018, from
https://edukasi.kompas.com/read/2018/07/13/13342251/tim-indonesia-raih-1-
emas-dan-5-perak-di-olimpiade-matematika-internasional

Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality (seven). United States American:
McGraw-Hill.

Fitriyani, W. (2017). Analisis Self Efficacy dan Hasil Belajar Matematika Siswa Di
MAN 2 Batusangkar Berdasarkan Gender. Analisis Gender Dan Agama, Agenda
1(1). Retrieved from
http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/agenda/article/view/945.

Ghufron, M. N., & Risnawita, R. (2012). Teori-Teori Psikologi. (Kusumaningratri, Ed.).


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

36
37

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Indrawan, R., & Yuniawati, P. (2014). Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika


Aditama.

Irianto, A. (2004). Statistik. Jakarta: Kencana.

Maksum, A. (2016). Sosiologi Pendidikan. Malang: Madani.

Manfaat, B. (2010). Membumikan Matematika. (Eduvision, Ed.). Jakarta: Eduvision.

Miranti, H. (2016). Hubungan Self-Efficacy Berdasarkan Gender dengan Hasil Belajar


Siswa pada Mata Pelaran IPA Kelas VIII SMP se-Kecamatan Teluk Betung
Selatan TAHUN AJARAN 2015/2016. Skripsi. Retrieved from
http://digilib.unila.ac.id/23758/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf

Myes, D. G. (2012). Psikologi Sosial. In 1 (10th ed.). Jakarta: Salemba Humanika.

Omrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan. In R. Rahmat (Ed.), 1 (1st ed.). Jakarta:


Erlangga.

Sevilla, C. (2006). Penganar Metode Penelitian. (A. Tuwu, Ed.). Jakarta: UI-Press.

Simanulang, B., Roostanto, E. A., Baskoro, J., & Budhayanti, C. (2008). Pemecahan
Masalah Matematika. (Yumiyati, Ed.). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Syahlan. (2017). Sepuluh Strategi dalam Pemecahan Masalah Matematika.


Mathematics and Education, 4(6). https://doi.org/10.31227/osf.io/6qfpm

Trianto. (2011). Penganar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi


Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.
LAMPIRAN

TABEL II.1

PENELITIAN YANG RELEVAN

NO Nama Tahun Judul Publikasi Metode Deskripsi Keterangan hasil

Hubungan Antara Self Kesamannya: Terdapat hubungan yang


Efficacy Dengan Prestasi - Variabel x positif dan signifikan antara
- Metode
Belajar self efficacy dengan prestasi
penelitian
Mulafi Janatin Universitas Kuantitatif Perbedaan belajar siswa kelas IV SD
Siswa Kelas IV Sd Se-
1 2015
Yogyakarta - Variabel y seGugus II Kecamatan
Gugus Ii Kecamatan Bantul
- Tempat
Bantul tahun ajaran
Tahun Ajaran 2014/2015 Penelitian dan sampel
- Instrumen 2014/2015.
penelitian
- Pembahasan
yang akan diteliti
2 Wahidah 2017 Analisis Self Efficacy Dan A G E N D A , Kuantitatif dan Kesamannya: tidak terdapat hubungan
Fitriani Hasil Belajar Matematika V O L . 1 kualitatif - Variabel x yang signifikan antara self
- Metode efficacy siswa laki-laki
Siswa Di Man 2 NO.1 Angket
penelitian
Batusangkar Berdasarkan Wawancara dengan hasil belajar

Gender Data sekunder Perbedaan matematika siswa laki-laki di

38
39

kelas XI IPA 2 MAN 2


Batusangkar, tidak terdapat
hubungan yang signifikan
antara self efficacy siswi
perempuan dengan hasil
belajar matematika siswi
perempuan di kelas XI IPA 2
- Variabel y MAN 2 Batusangkar, tidak
- Tempat terdapat perbedaan
Penelitian dan sampel
- Instrumen signifikan antara self
penelitian efficacy siswa laki-laki dan
- Pembashasan
yang akan diteliti perempuan di kelas XI IPA 2
- Latar belakang MAN 2 Batusangkar, dan
lokasi penelitian
terdapat hubungan yang
signifikanantara self efficacy
siswa secara keseluruhan
dengan hasil belajar
matematika siswa secara
keseluruhan di kelas XI IPA
2 MAN 2 Batusangkar
40

Tidak ada perbedaan efikasi


diri matematika antara laki-
laki dan perempuan.
Perbedaan Efikasi Diri Universitas
dikarenakan keyakinan
Matematika Pada Siswa Kristen Satya
3 Addini Mahya 2017 Kuantitatif Perpedaan : variabel nya perempuan lebih tinggi
SMA Wacana
Rahmasari sehingga mampu
Ditinjau Dari Jenis Kelamin Salatiga
menyeimbangkan
kemampuan pada
matematika laki-laki.

Hubungan Self-Efficacy Karakteristik self efficacy


Berdasarkan Gender seluruh siswa tinggi,
Dengan Kesamannya: adanya perbedaan self
Kuantitatif dan - Variabel x efficacy siswa laki-laki dan
Hasil Belajar Siswa Pada
Universitas - Instrumen perempuan.
Mata Pelajaran Ipa Kelas kualitatif
4 Hesti Miranti 2016 Penelitian
Lampung - Angket Perbedaan Tidak terdapat hubungan
VIII Smp Se-Kecamatan
- Tes - Variabel y antara self efficacy dengan
Teluk Betung Selatan Tahun - Tempat hasil belajar baik pada
Ajaran 2015/2016 Penelitian dan sampel
siswa lakilaki dan
perempuan

5 Ratna Widianti, 2017 Analisis Kemampuan Jurnal Riset Survei Tidak berdasarkan Hubungan Self efficacy dan
41

Pemecahan Masalah kemampuan pemecahan


Matematika dan Self- Pendidikan
matematika siswa SMP
Dhoriva
Efficacy Siswa Matematika, 4 (2), gender Negeri Ciamis dalam
- tes
Urwatul Wutsqa
2017 - 167 kategori rendah
SMP Negeri di Kabupaten - angket
Ciamis

Hubungan Antara Self Sematikin tinggi self


Efficacy Dengan efficacy mahasiswa maka
Kecemasan Berbicara Di akan semakin rendah
Depan Umum Pada tingkat kecemasannya
Mahasiswa Fakultas berbicara di deapan umum,
Astrid Indi Universitas Kuantitatif yang
6 2009 Psikologi Universitas Perbedaan : variabel y dan sebaliknya, semakin
Dwisty Anwar Sumatera Utara bersifat korelasi
Sumatera Utara rendah self efficacy
mahasiswa maka tibgkat
kecemasan berbicara di
depan umum akan semakin
tinggi
42

Anda mungkin juga menyukai