Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN HASIL PENELITIAN

IMPLEMENTASI KEGIATAN LITERASI DAN MODEL PEMBELAJARAN


OTENTIK BERBASIS PENGALAMAN AUTHENTIC LEARNING EXPERIENCE DI
SEKOLAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)

Mata Kuliah Literasi (BS302)

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Vismaia S. Damayanti, M.Pd.

Dra. Novi Resmini, M.Pd

Oleh
Nurul Huda
2210441

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelasaikan
laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju
zaman yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan ilmu pengetahuan.
Laporan penelitian dengan judul “Implementasi Kegiatan Literasi dan Model Pembelajaran
Otentik Berbasis Pengalaman Authentic Learning Experience Di Sekolah.”
Karya tulis dibuat guna memenuhi tugas akhir semester ganjil pada mata kuliah Literasi
yang diampu oleh Prof. Dr. Vismaia S. Damayanti, M.Pd. Dalam menyelesaikan laporan
penelitian ini, penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini terdapat beberapa hambatan
yang dihadapi. Namun, berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Oleh karena itu, jika terdapat
kesalahan dan kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Penghargaan dan rasa terima kasih penulis
ucapkan kepada beberapa pihak yang turut mendukung proses pembuatan laporan ini hingga
selesai, yaitu:
1. Prof. Dr. Vismaia S. Damayanti, M.Pd. dan Dra. Novi Resmini, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Literasi yang telah memberikan banyak pengetahuan dan wawasan
selama perkuliahan berlangsung hingga selesainya laporan penelitian ini.
2. Rekan-rekan kelompok 5 yang turut membantu menghimpun data sehingga laporan
penelitian dapat terselesaikan dengan baik.
3. Responden kuesioner, yaitu pengajar-pengajar yang senantiasa meluangkan waktunya untuk
mengisi kuesioner yang diberikan.

Bandung, 31 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................10
DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................3
BAB II
KAJIAN TEORITIS ..............................................................................................4
2.1 Pengertian Implementasi ....................................................................................4
2.1.1 Tujuan Implementasi .................................................................................4
2.2 Pengertian Literasi .............................................................................................5
2.2.1 Tujuan Pembelajaran Literasi ...................................................................5
2.2.2 Jenis-Jenis Literasi ....................................................................................6
2.2.3 Pengertian Gerakan Literasi Sekolah ........................................................7
2.3 Pengertian Belajar Berbasis Pengalaman Authentic Learning Experience .......7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................................8
3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................................8
3.2 Sumber Data Penelitian......................................................................................8
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................9
3.4 Teknik Analisis Data..........................................................................................9
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN ....................................................................10
4.1 Penyajian Data .................................................................................................10
4.1.1 Sekolah yang Melaksanakan Kegiatan Membaca 15 Menit ..................10
4.1.2 Pelaksanaan Kegiatan Membaca 15 Menit ………………………….....11
4.1.3 Hasil Kegiatan Pembiasaan Membaca Membaca 15 Menit ...................11
4.1.4 Pelaksanaan Membaca Berbasis Authentic Learning Experience .........12

iii
4.2 Interpretasi dan Pembahasan Data ...................................................................13
4.2.1 Pelaksanaan Kegiatan Membaca 15 Menit ............................................13
4.2.2 Hasil Kegiatan Pembiasaan Membaca Membaca 15 Menit ...................15
4.3.1 Pelaksanaan Belajar Berbasis Authentic Learning Experience ..............16
BAB V
PENUTUP.............................................................................................................18
5.1 Simpulan ..........................................................................................................18
5.2 Saran ................................................................................................................18
DAFTAR RUJUKAN ..........................................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eksistensi berliterasi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang harus ada dan tertanam
pada motivasi setiap orang, lebih khususnya untuk setiap peserta didik dalam mengembangkan
pola pikir yang literat guna membentuk pribadi yang berakhlak, berkarakter, dan berilmu.
Sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 yakni: “Tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Di era Pendidikan sekarang minat baca siswa perlu ditingkatkan (Handayani, Adisyahputra
& Indrayanti, 2018). Di dalam dunia pendidikan menjadi tantangan tersendiri untuk
melindungi siswa dari dampak negatif penggunaan teknologi yang masif, terutama dalam
kehidupan sekolah sehari-hari. Era modern dimana sistem digitalisasi hadir hampir di semua
bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sekolah adalah instrumen terpenting bagi
siswa untuk mempromosikan literasi. Selain itu, sekolah juga merupakan jenjang utama yang
menentukan keberhasilan siswa pada jenjang selanjutnya. Menurut Ahmadi (2018:30) Gerakan
literasi sekolah merupakan aktivitas sosial yang dilaksanakan dengan bantuan dari berbagai
faktor. Tujuannya adalah untuk menatanya sebagai kebiasaan membaca bagi siswa. Sekolah
memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
pemerintah menetapkan Gerakan Literasi Sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan
minat baca pembelajar (Endaryana, 2017). Hal tersebut senada dengan yang tercantum dalam
peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015. Melalui program ini,
Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan agar pembelajar dapat menumbuhkan budi pekerti
luhur. Salah satukegiatan ini, yaitu membaca buku non-pelajaran selama 15 menit sebelum
dimulainya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan minat baca pembelajar. Selain itu, bahan bacaan yang diberikan pembelajar yang
berisi untuk menumbuhkan kedisiplinan, budi pekerti, kearifan lokal, nasional, atau global
sesuai dengan tahap perkembangan pembelajar. Dalam kegiatan ini, pihak sekolah dan orang
tua harus saling bersinergi dalam mendukung keberhasilan gerakan ini. Mengacu pada tahapan
Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan, khususnya pada tahap ketiga, yaitu memadukan
literasi dengan seluruh mata pelajaran di sekolah.
1
Selain itu, implementasi literasi pun dapat dilakukan dalam pembelajaran membaca dengan
model pembelajaran yang beragam. Salah satunya pembelajaran membaca dengan model
pembelajaran Otentik Berbasis Pengalaman authentic learning 2 experience. Pembelajaran
otentik adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali,
mendiskusikan, dan membangun secara bermaknsa konsep-konsep dan hubungan-hubungan,
yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford
& Pallegrino, 1999). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan mengkaji lebih dalam
mengenai implementasi kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran di SDN Cipaku
Perumda, SMK Nurul Huda Al-Gina, SMP Al-Falah Dago, SMP Sultan Agung Sumber, dan
SMPN 16 Bandung. Selain itu, peneliti juga akan mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh
kegiatan literasi terhadap minat baca pembelajar dan implementasi penggunaan model
pembelajaran membaca Otentik Berbasis Pengalaman authentic learning experience.

1.2 Rumusan Masalah


Tujuan dilaksanakan penelitian ini untuk:
1. Apakah kegiatan membaca 15 menit masih dilaksanakan di sekolah?
2. Apakah kegiatan pembiasaan 15 menit akan membuat pembelajar memiliki minat
membaca yang lebih baik?
3. Apakah pengajar melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran membaca Otentik Berbasis Pengalaman (authentic learning experience)?
Jika Melaksanakan bagaimana penerapannya di sekolah?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kegiatan membaca 15 menit sebelum dimulai proses belajar di
sekolah.
2. Untuk mengetahui dampak kegiatan pembiasaan membaca 15 menit terhadap minat
membaca pembelajar.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran authentic learning experience di sekolah.

2
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis, yaitu:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kegiatan membaca 15 menit
sebelum dimulai proses belajar di sekolah, mengetahui dampak kegiatan pembiasaan
membaca 15 menit terhadap minat membaca pembelajar, dan mengetahui pelaksanaan
pembelajaran authentic learning experience di sekolah.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat Bagi Mahasiswa: Hasil penelitian ini dapat meningkatkan semangat dan
motivasi untuk lebih memperhatikan tingkat litrasi yang dimiliki oleh peserta didik dan
untuk mengetahui sejauh mana para pendidik menerapkan kegiatan literasi membaca
15 menit sebelum pembelajaran dimulai, serta untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran authentic learning experience di sekolah.
2. Manfaat Bagi Pengguna Bahasa pada Umumnya: Hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para penggiat literatasi khususnya mengenai
“Implementasi Kegiatan Literasi dan Model Pembelajaran Otentik Berbasis
Pengalaman Authentic Learning Experience Di Sekolah”
3. Manfaat Bagi Peneliti Lain: Hasil penulisan ini dapat digunakan oleh peneliti lain
sebagai rujukan atau sebagai perbandingan untuk penelitian yang sejenis, agar
penelitian mengenai implementasi kegiatan literasi di sekolah semakin luas, serta
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian sejenis dalam rangka mendalami
kesalahan berbahasa dan meningkatkan kualitas menulis karya ilmiah.

3
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Implementasi


Menurut Widodo (Syahida, 2014:10), “implementasi berarti menyediakan sarana untuk
melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu”
Implementasi pendidikan artinya segala sesuatu yang dilaksanakan dan diterapkan sesuai
dengan program yang dirancang untuk dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan. Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Majone dan Wildavsky (2004) dalam (Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan
implementasi sebagai evaluasi. Majone dan Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Implementasi berarti proses dari
diterapkannya ide, kebijakan, maupun inovasi yang diwujudkan dalam suatu tindakan yang
akan memberikan perubahan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
implementasi adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh pihak terkait dan disusun dalam
siklus kebijakan yang sudah ada agar tercapainya tujuan kebijakan oleh masyarakat.
Istilah implementasi bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan maupun dalam dunia
manajemen, setiap guru setelah merancang program dan rencana tertentu akan berusaha sebaik
mungkin untuk melaksanakan rencana tersebut untuk mencapai keberhasilan dan mencapai
tujuan yang diinginkan. dengan aturan yang berlaku. Implementasi pendidikan artinya segala
sesuatu yang dilaksanakan dan diterapkan sesuai dengan program yang dirancang untuk
dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
pelaksanaan program juga perlu sepenuhnya melaksanakan apa yang direncanakan dalam
program, Masalah akan muncul jika apa yang dilakukan menyimpang dari apa yang
direncanakan atau tidak dirancang maka terjadilah kesia-siaan antara perancangan dengan
implementasi.

2.1.1. Tujuan Implementasi


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, implementasi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara sistematis dan dihubungkan oleh mekanisme untuk mencapai tujuan tertentu.
Merujuk pada pengertian pelaksanaan, maka beberapa tujuan pelaksanaan adalah tujuan utama
pelaksanaan adalah untuk mencapai suatu perencanaan yang matang, baik secara individu
maupun secara tim. Memeriksa dan mendokumentasikan prosedur dalam pelaksanaan rencana

4
atau kebijakan. Mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam rencana atau kebijakan
yang dirancang. Untuk menentukan kapasitas masyarakat untuk melaksanakan kebijakan atau
rencana sebagaimana dimaksud. Untuk menentukan seberapa sukses suatu kebijakan atau
rencana telah dirancang untuk meningkatkan atau meningkatkan kualitas.

2.2. Pengertian Literasi


Literasi yang dalam bahasa inggrisnya literacy berasal dari bahasa Latin yaitu litera
(huruf) sering diartikan sebagai keaksaraan. Jika dilihat dari makna hurufiah literasi berarti
kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Seringkali orang yang bisa membaca dan
menulis disebut literat, sedangkan orang yang tidak bisa membaca dan menulis disebut iliterat
atau buta aksara. Selain itu literasi juga memiliki kesamaan arti dengan belajar dan memahami
sumber bacaan. Romdhoni (2013: 90) menyatakan bahwa literasi merupakan peristiwa sosial
yang melibatkan keterampilan-keterampilan tertentu, yang diperlukan untuk menyampaikan
dan mendapatkan informasi dalam bentuk tulisan.
Literasi memerlukan serangkaian kemampuan untuk menyampaikan dan mendapatkan
informasi dalam bentuk tulisan. Lalu senada dengan itu Iriantara (2009: 5) menjelaskan bahwa
kini literasi bukan hanya berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis teks saja,
karena kini “teks” sudah diperluas maknanya sehingga mencakup juga “teks” dalam bentuk
visual, audiovisual dan dimensi-dimensi kompiterisasi, sehingga di dalam “teks” tersebut
secara bersama-sama muncul unsur-unsur kognitif, afektif, dan intuitif. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat dipahami bahwa literasi merupakan kemampuan individu untuk
membaca, menginterpretasikan, dan menganalisa informasi dan pengetahuan yang mereka
dapat untuk melahirkan kesejehteraan hidup (peradaban unggul).

2.2.1 Tujuan Pembelajaran Literasi


Pembelajaran literasi memiliki tujuan utama untuk memberikan kesempatan kepada
pembelajar dalam mengembangkan dirinya sebagai komunikator yang kompeten dalam
konteks multiliterasi, multikultur, dan multimedia melalui pemberdayaan multi intelegensi
yang dimilikinya The Ontario Ministry of Education dalam Yunus dkk, 2017. Berlandaskan
tujuan utama dapat diuraikan bahwa pembelajaran literasi memiliki tujuan, yaitu membentuk
pembelajar menjadi pembaca, penulis, dan komunikator yang strategi meningkatkan
kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir pada pembelajar, meningkatkan
dan memperdalam motivasi belajar, mengembangkan kemandirian pembelajar sebagai
seorang pembelajar yang kreatif inovatif, produktif, dan berkarakter.
5
2.2.2 Jenis-Jenis Literasi
Penguasaan enam literasi dasar yang disepakati World Economic Forum tahun 2015
menjadi hal yang sangat penting untuk dikuasai. Enam literasi dasar tersebut meliputi:
1. Literasi Baca-Tulis Literasi baca tulis adalah kemampuan dalam memproses pengetahuan
dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, memahami
informasi tertulis.
2. Literasi Numerasi Literasi numerasi adalah kemampuan dalam mengaplikasikan konsep
bilangan dan keterampilan operasi hitung dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan
dalam menginterpretasi informasi kualitatif yang terdapat di sekeliling kita.
3. Literasi Sains Literasi sains adalah kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi
pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta
mengambil pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil kesimpulan
atas isu-isu terkait sains.
4. Literasi Finansial Literasi finansial adalah kecakapan dalam mengaplikasikan pemahaman
terkait konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam
konteks finansial untuk mensejahterakan finansial.
5. Literasi Digital Literasi digital adalah kecakapan dalam mengakses, merangkai,
memahami, dan menyebarkan informasi yang diakses melalui komputer.
6. Literasi Budaya dan Kewargaan Literasi budaya adalah kemampuan dalam memahami dan
bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Adapun literasi
kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban warga negara.

2.2.3 Pengertian Gerakan Literasi Sekolah


Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan Gerakan literasi yang aktivitasnya banyak
dilakukan di sekolah dengan melibatkan siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua
dengan menampilkan praktik baik tentang literasi dan menjadikannya sebagai kebiasaan serta
budaya di lingkungan sekolah. Berikut ini adalah indikator penerapan Gerakan Literasi
Nasional di ranah sekolah:
1. Basis Kelas
- Jumlah pelatihan fasilitator literasi
- Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi dalam pembelajaran
- Skor literasi membaca dalam PISA, TIMSS, PIRLS, dan INAP.

6
2. Budaya Sekolah
- Jumlah dan variasi bahan bacaan
- Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan literasi
- Terdapat kebijakan sekolah mengenai literasi baca-tulis
- Terdapat komunitas baca-tulis di sekolah
3. Basis Masyarakat
- Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi baca-tulis di sekolah; dan
- Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan literasi baca-tulis
di sekolah.

2.3 Pengertian Belajar Otentik Berbasis Pengalaman Authentic Learning Experience


Pembelajaran otentik authentic learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan pembelajar nya untuk menggali, mendiskusikan, dan membangun secara
bermakna dari konsep-konsep dan hubungan-hubungan yang melibatkan masalah nyata dan
proyek yang relevan dengan pembelajar (Donovan, 1999). Pembelajaran otentik ini dapat
diintegrasikan dalam berbagai materi pelajaran yang ada. Model pembelajaran otentik dapat
pula diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-
proyek dan memungkinkan pembelajar untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-
masalah dengan cara yang relevan.
Menurut definisi, “belajar otentik” berarti pembelajaran yang menggunakan masalah
belajar otentik berbasis pengalaman (authentic learning experience) adalah pembelajaran yang
memberikan pengalaman langsung atas dihasilkannya manfaat dari hasil memahami teks
untuk kehidupan sehari-hari. Pembelajaran model ini diawali dengan tahapan membaca teks
kemudian mempraktikkan atau mengalami langsung dan mengambil manfaat dari hasil
praktiknya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari pernyataan di atas,
pembelajaran membaca otentik berbasis pengalaman adalah pembelajaran membaca yang
dilakukan dengan mengaitkan masalah dunia nyata, proyek-proyek yang dapat melibatkan dan
memberikan pengalaman langsung, sehingga pembelajar dapat mengeksplorasi dan mengatasi
masalah-masalah tersebut dengan cara yang relevan.

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu data yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati (Bog dan
Taylor dalam Moleong, 2008). Penelitian kualitatif berupa kalimat dari suatu subjek atau
responden penelitian yang diperoleh melalui suatu teknik pengumpulan data. Dalam penelitian
ini, peneliti mengumpulkan data dan sumber informasi melalui metode penyebaran angket.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan tingkat
eksplanasinya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Metode penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
cara menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan pada fakta-fakta yang
tampak atau yang sebagaimana adanya (Siswantoro, 2010). Dengan demikian, penelitian
deskriptif kualitatif berarti sebuah penelitian yang menggambarkan fenomena atau objek.
Fenomena atau objek yang dimaksud adalah implementasi program literasi sekolah di Jawa
Barat. Jenis penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang
merupakan gambaran dari fenomena yang diamati, yaitu gambaran pelaksanaan dan
implementasi program literasi sekolah di Jawa Barat.

3.2 Sumber Data Penelitian


Sumber data utama pada penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah
tambahan, seperti dokumen, dan lain-lain (Moleong L. J., 2003). Sumber data dalam
penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
3.2.1 Data Primer Sumber
data primer adalah data-data yang diperoleh langsung dari lapangan yang
memberikan informasi kepada peneliti tentang apa yang akan diteliti oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui penyebaran angket. Sumber data
ini diambil langsung oleh peneliti dari sumbernya dengan pengumpulan data terkait
tanggapan responden dari beberapa butir pertanyaan. Adapun yang menjadi sumber
data primer dalam penelitian ini adalah pengajar dari beberapa sekolah di wilayah Jawa
Barat.

8
3.2.2 Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data-data yang digunakan untuk menunjang data
primer. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah kajian literatur yang
relevan dengan permasalahan yang diteliti.

3.3 Teknik Pengumpulan


Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui angket atau kuesioner.
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang nantinya harus diisi oleh responden
(Sugiyono, 2008). Penelitian ini menggunakan angket tertutup dengan menyebarkan angket
secara langsung kepada responden. Tujuan dari penyebaran angket adalah untuk mencari
informasi yang jelas terkait suatu permasalahan tanpa responden merasa khawatir apabila
memberikan jawaban. Angket ini digunakan sebagai pengumpulan data implementasi
kegiatan literasi di sekolah.

3.4 Analisis data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesia, menyusun ke dalam pola, memilah data yang penting dan yang akan
dipelajari, serta merumuskan kesimpulan. Analisis data dalam penelitian dilakukan dalam 3
tahap, yaitu 1) sebelum memasuki lapangan, di mana peneliti melakukan studi terlebih
dahulu, 2) selama di lapangan, setelah mendapat hasil studi di lapangan, peneliti fokus pada
penelitiannya, dan 3) setelah di lapangan, peneliti mengumpulkan data yang telah didapatkan
selama melakukan penelitian. Adapun aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi.

9
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN

4.1 Penyajian Data


Penyajian data adalah penguraian data dari hasil penelitian tentang permasalahan yang
telah dirumuskan sebelumnya, yaitu pelaksanaan kegiatan membaca 15 menit sebelum
dimulai proses belajar, dampak dari kegiatan pembiasaan membaca 15 menit terhadap minat
membaca pembelajar, dan pelaksanaan pembelajaran authentic learning experience di
sekolah. Uji coba instrumen angket diberikan kepada 6 responden yang terdiri atas pengajar
dari beragam mata pelajaran. Berikut adalah data mata pelajaran yang diampu oleh pengajar
yang tersebut.

No Mata Pelajaran
1. Matematika
2. Ilmu Pengetahuan Sosial
3. Pendidikan Agama Islam
4. Pengajar Kelas 6
5. Bahasa Inggris
6. Kimia

Tabel 4.1. Mata Pelajaran yang Diampu oleh Pengajar dalam Penelitian

Dari hasil penyebaran angket yang terdiri atas 3 buah pertanyaan kepada beberapa
pengajar di atas diperoleh data-data sebagai berikut:

4.1.1 Sekolah yang Melaksanakan Kegiatan Membaca 15 Menit Sebelum Dimulai

Proses Pembelajar

Diagram 4.1.1 Sekolah yang Melaksanakan Kegiatan Membaca 15 Menit

10
Diagram diatas adalah presentasi sekolah yang mengisi angket mengenai “Implementasi
Kegiatan Literasi dan Model Pembelajaran Otentik Berbasis Pengalaman Authentic Learning
Experience Di Sekolah.” Dalam penelitian ini ada 5 sekolah yang ikut serta dalam membantu
pengisian angket guna menyukseskan penelitian yang dilakukan.

4.1.2 Pelaksanaan Kegiatan Membaca 15 Menit Sebelum Dimulai Proses Belajar

Grafik 4.1.2 Pelaksanaan Kegiatan Membaca 15 Menit Sebelum Dimulai Proses Belajar

Grafik di atas adalah persentase pelaksanaan kegiatan membaca 15 menit sebelum proses
dimulai proses belajar mengajar yang menunjukkan persentase 100%. Artinya, seluruh
pengajar yang menjadi subjek dalam penelitian ini melaksanakan kegiatan membaca 15 menit
sebelum memasuki pembelajaran inti.

4.1.3 Hasil Kegiatan Pembiasaan Membaca 15 Menit Terhadap Minat Baca Siswa

Grafik 4.1.3 Hasil Kegiatan Pembiasaan Membaca 15 Menit Terhadap Minat Baca Siswa

Grafik di atas adalah persentase dampak yang timbul dari kegiatan pembiasaan membaca
15 menit sebelum proses belajar mengajar yang membuat pembelajar memiliki minat
membaca yang lebih baik dengan menunjukkan persentase sebesar 100% setuju. Artinya,
seluruh pengajar yang menjadi subjek dalam penelitian ini setuju terhadap pertanyaan
tersebut.

11
4.1.4 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Authentic Learning Experience di Sekolah

Grafik 4.1.4 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Authentic Learning Experience di Sekolah

Grafik di atas adalah persentase pelaksanaan pembelajaran authentic learning di sekolah


yang menunjukkan persentase beragam. Berikut data intensitas pelaksanaan pembelajaran
authentic learning experience yang dilakukan oleh pengajar yang menjadi subjek dalam
penelitian ini.

Keterangan
Mata Pelajaran
yang Diampu Selalu Sering Jarang Pernah Tidak Pernah

Matematika √

IPS √

PAI √

Pengajar Kelas 6 √

Bahasa Inggris √

Kimia √
Tabel 4.2 Intensites Pelaksanaan Pembelajaran Authentic Learning Experience

12
4.2 Interpretasi dan Pembahasan Data

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket, dapat dijelaskan bahwa implementasi
kegiatan literasi sekolah dengan mengambil data dari beberapa pengajar mata pelajaran
adalah sebagai berikut.

4.2.1 Pelaksanaan Kegiatan Membaca 15 Menit Sebelum Dimulai Proses Belajar

Kegiatan membaca buku diluar buku pelajaran selama 15 menit sebelum dimulainya
proses pembelajaran merupakan salah satu upaya penumbuhan budaya literasi pada
pembelajar. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan adanya pelaksanaan kegiatan
membaca 15 menit sebelum dimulai proses belajar. Hal yang mendasari pengajar-pengajar
tersebut menerapkan kegiatan ini cukup bervariasi. Hal yang mendasari seorang pengajar
Matematika untuk melaksanakan kegiatan membaca 15 menit sebelum proses pembelajaran
ini, yaitu karena melalui kegiatan ini dapat membantu pembelajar dalam pembiasaan kegiatan
membaca, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pembelajar dalam memahami suatu
bacaan, serta dapat membantu meningkatkan daya ingat pembelajar apabila pembiasaan
tersebut dilakukan secara selaras.

Sementara itu, pengajar Ilmu Pengetahuan Sosial melaksanakan kegiatan membaca 15


menit sebelum proses pembelajaran karena melalui kegiatan ini, pembelajar dapat
memperoleh banyak pengetahuan. Selain itu, dengan banyak membaca, akan timbul rasa
ingin tahu pembelajar untuk terus mencari tahu hal yang belum diketahuinya melalui
membaca. Namun, terkadang kegiatan membaca 15 menit ini diganti dengan pengamatan
sekitar, video, gambar, atau hal lainnya. Hal tersebut menunjukkan kegiatan literasi yang
tidak terbatas dalam kegiatan baca-tulis saja, melainkan dapat berupa pengamatan hal lain
yang dapat menghasilkan informasi layaknya membaca buku yang dapat memberikan banyak
pelajaran jadi teori dibarengi dengan praktek.

Pengajar Pendidikan Agama Islam memiliki pandangan bahwa kegiatan membaca 15


menit sebelum proses pembelajaran dianggap dapat membantu pembelajar dalam memahami
materi pembelajaran di kelas. Hal tersebut terjadi karena informasi yang pembelajar dapatkan
dari hasil bacanya dapat menambah skematanya yang kemudian dapat dikaitkan dengan
materi pembelajaran di kelas. Menurut seorang pengajar kelas 6 Sekolah Dasar, kegiatan
membaca 15 menit sebelum proses pembelajaran dapat menumbuhkan minat membaca dan
menambah pengetahuan atau wawasan pembelajar.

13
Minat membaca berawal dari 16 kebiasaan yang dilakukan secara konsisten, hingga
akhirnya pembelajar memiliki minat membaca yang tinggi. Adapun menurut pengajar Bahasa
Inggris kegiatan membaca 15 menit ini sudah menjadi suatu kewajiban yang dilakukan
sebelum pembelajaran. Berawal dari kewajiban inilah yang menjadi dasar setiap pembelajar
untuk terus membaca. Apabila kegiatan membaca ini sudah menjadi kewajiban yang
disenangi pembelajar, minat membacanya akan semakin meningkat. Sama halnya dengan
pandangan seorang pengajar kimia terhadap pelaksanaan kegiatan membaca 15 menit
sebelum proses pembelajaran adalah hal terpenting untuk diterapkan, mengingat membaca
merupakan aspek penting dalam kehidupan.

Begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh dari membaca, seperti meningkatkan
kinerja otak, menambah pengetahuan, serta mengasah daya ingat. Berdasarkan pernyataan
pengajar di atas dapat dilihat bahwa kegiatan membaca 15 menit sebelum proses
pembelajaran sangat penting dilaksanakan. Mengingat urgensi membaca di kalangan pelajar
yang menjadi langkah utama dalam proses berlangsungnya pembelajaran di sekolah maupun
lingkungan sekitarnya. Dengan pembiasaan ini dapat membantu pembelajar dalam
meningkatkan minat bacanya. Minat baca yang tinggi dapat membuat pembelajar menjadi
seorang literat. Dalam pembiasaan kegiatan membaca 15 menit sebelum berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar ini terdapat beberapa tahapan, di antaranya:

- Membiasakan kegiatan membaca yang menyenangkan di lingkungan sekolah. Pembiasaan


ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan kegiatan membaca dalam
diri setiap warga sekolah. Penumbuhan minnat baca adalah hal yang fundamental bagi
pengembangkan kemampuan literasi peserta didik.
- Mengembangkan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya
dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara
kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan.
- Melaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Pada tahap ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman
pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi 17 secara kreatif melalui
kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran.

14
4.2.2 Hasil Dari Membiasaan Kegiatan Membaca 15 Menit Terhadap Minat Membaca
Pembelajar
Membiasakan membaca 15 menit dapat berpengaruh pada meningkatnya minat baca
pembelajar. Berdasarkan data yang diperoleh, pengajar tersebut memiliki pandangan yang
sama bahwa kegiatan pembiasaan membaca 15 menit ini dapat membuat pembelajar memiliki
minat baca yang baik. Berikut merupakan dampak dari kegiatan membaca 15 menit terhadap
minat membaca pembelajar. Memberikan fasilitas pembelajar untuk dapat mencerna bacaan
dengan lebih baik, sehingga minat membacanya akan menjadi lebih baik. Kegiatan
pembiasaan membaca 15 menit ini dapat membuat pembelajar terbiasa untuk membaca.
Apabila dalam satu hari pembelajar akan dihadapkan dengan 4-5 mata pelajaran, yang mana
di setiap pembelajaran pembelajar diharuskan untuk membaca. Artinya, dalam setiap harinya
pembelajar akan membaca dengan intensitas waktu sekitar satu jam perhari. Jika kegiatan
tersebut dilaksanakan secara konsisten, maka kebiasaan membaca pembelajar akan lebih baik.

Kegiatan pembiasaan membaca 15 menit ini dapat memotivasi pembelajar untuk lebih
menyukai kegiatan membaca. Selain itu, kegiatan ini juga dapat mendorong pembelajar untuk
terus membaca materi atau cerita yang mereka sukai. Terlebih apabila pengajar turut
memberikan penjelasan akan pentingnya membaca dan hal yang dapat diperoleh saat
seseorang banyak membaca, dapat berdampak yang lebih baik terhadap motivasi membaca
pembelajar. Kegiatan pembiasaan membaca 15 menit ini dapat membiasakan pembelajar
untuk terus membaca. Kegiatan pembiasaan ini juga dapat memberikan pemahaman kepada
pembelajar untuk dapat memperoleh pembelajaran baru.

Kegiatan pembiasaan membaca 15 menit ini dapat meningkatkan kelancaran dan


kecepatan membaca pada pembelajar, serta dapat memberikan pemahaman terhadap apa yang
telah dibaca. Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa kegiatan pembiasaan membaca
15 menit sebelum proses pembelajaran dinilai efektif terhadap meningkatnya minat baca
pembelajar. Selain itu, kegiatan tersebut dapat membawa dampak positif terhadap pembelajar,
salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan pembelajar 18 yang dapat berpengaruh pada
prestasinya. Dalam hal ini, pengajar harus terus bersinergi dalam pelaksanaan program
membaca 15 menit ini agar dapat memperoleh hasil yang diharapkan.

15
4.2.3 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Authentic Learning Experience di Sekolah

Pembelajaran membaca otentik berbasis pengalaman authentic learning experience


merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan pengalaman langsung
atas dihasilkannya manfaat dari hasil memahami teks untuk kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data yang diperoleh, dari keenam pengajar yang menjadi subjek penelitian, masih
terdapat pengajar yang masih belum menerapkan model pembelajaran ini dalam kegiatan
mengajarnya. Berikut merupakan pelaksanaan pembelajaran pembelajaran otentik berbasis
pengalaman yang diaplikasikan dalam beberapa mata pelajaran:

- Pada mata pelajaran Matematika: Pembelajar diberikan timbangan (neraca) dengan


satu sisi diisi oleh 1 dus kecil kosong ditambah dengan 3 buah permen yang sejenis.
Kemudian pada sisi lain diisi dengan 7 buah permen. Setelah itu, pembelajar diberikan
kesempatan untuk menambahkan permen pada sisi dus kecil hingga seimbang. Manfaat
yang didapat dari pengalaman ini, pembelajar diharapkan dapat mengaplikasikan dalam
perhitungan jual-beli barang.
- Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: Setelah mempelajari sebuah peta,
pembelajar mencari unsur-unsur pada peta yang telah dibagikan. Dari kegiatan tersebut,
pembelajar dapat mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah peta. Selain itu,
model pembelajaran ini juga dapat dilakukan dengan cara pembelajar mempraktekkan
kegiatan ekonomi, sehingga pembelajar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
- Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam: Setelah pembelajar membaca teks tata
cara wudhu yang benar, kemudian pembelajar mempraktekkan wudhu dan menjelaskan
manfaat dari wudhu, sehingga pembelajar dapat turut merasakan manfaatnya.
- Pada Kelas 6 Sekolah Dasar: Ketika pembelajar telah mempelajari perkembangbiakkan
tumbuhan, pembelajar dibimbing untuk mempraktekkan langsung di lapangan bagaimana
proses perkembangbiakkan tumbuhan. Manfaatnya, pembelajar dapat mengetahui proses
perkembangbiakkan tumbuhan secara langsung.
- Pada mata pelajaran Bahasa Inggris: Setelah pemaparan materi oleh pengajar,
pembelajar ditugaskan untuk praktek speaking (berbicara) sesuai dengan kaidah yang
telah dipaparkan pengajar. Dengan begitu, pembelajar dapat berbicara bahasa Inggris
sesuai kaidah yang benar.

16
- Pada mata pelajaran Kimia: Pembelajar membaca materi yang berkaitan dengan
penghantar listrik. Kemudian, pengajar mengajak pembelajar untuk menguji kemampuan
sebuah larutan dalam menghantarkan listrik. Dengan demikian, pembelajar diharapkan
mampu mengetahui apakah larutan yang diujikan tersebut termasuk larutan elektrolit atau
nonelektrolik yang dapat dilihat dari gelembung gas nyala lampu yang dihasilkan oleh
masing-masing larutan.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran membaca


otentik berbasis pengalaman dengan mengintegrasikan kegiatan membaca dengan pengalaman
langsung yang dilakukan pembelajar dapat membantu pembelajar dalam memahami suatu
materi. Dengan demikian, proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
sesuai dengan yang apa yang diharapkan.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dan hasil penelitian yang mengacu pada
rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca 15
menit sebelum proses pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan ini sangat
penting dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat dari urgensi membaca di kalangan pelajar yang
menjadi langkah utama dalam proses berlangsungnya pembelajaran di sekolah maupun
lingkungan sekitarnya. Dengan pembiasaan ini dapat meningkatkan daya saing prestasi, juga
agar tercipta kebiasaan dan budaya membaca pembelajar, sehingga minat membacanya turut
meningkat. Minat baca yang tinggi dapat membuat pembelajar menjadi seorang literat.

Berdasarkan pada anggapan bisa karena terbiasa, kegiatan pembiasaan membaca 15 menit
sebelum proses pembelajaran dianggap efektif dalam meningkatkan minat baca pembelajar.
Karena kegiatan ini dimulai dengan membiasakan pembelajar untuk membaca buku yang
disukainya selama 15 menit sebelum dimulai kegiatan belajar mengajar, jika kegiatan ini dapat
dilakukan hingga menjadi sebuah kebiasaan yang digemari pembelajar, mereka akan merasa
ingin terus membaca. Dengan demikian, minat membaca pembelajar akan menjadi lebih baik.
Adapun model pembelajaran membaca otentik berbasis pengalaman yang mengintegrasikan
kegiatan membaca dengan pengalaman langsung yang dilakukan pembelajar dinilai dapat
membantu pembelajar dalam memahami suatu materi. Dengan demikian, proses belajar
mengajar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan yang diharapkan. Akan
tetapi, model pembelajaran ini belum banyak diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, pengajar harus turut memberikan motivasi


kepada pembelajar dengan penjelasan akan pentingnya membaca guna kehidupan di masa
sekarang dan di masa yang akan datang. Selain itu, pihak sekolah juga harus berperan aktif
dalam memberikan fasilitas yang mendukung literasi pembelajar. Dengan demikian,
pembelajar akan terdorong untuk terus gemar membaca.

18
DAFTAR RUJUKAN

Suhardi, Didik., dkk. (2017). Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Sukma, E., Mahjuddin, R., & Habibi, M. (2018). Literacy media models in improving reading
skill of early class students in elementary school. Journal of Counseling and
Educational Technology, 1(2), 33.

Sukma, E., Mahyuddin, R., & Suriani, A. (2019). Literasi Membaca Puisi Guru SD. Jurnal
Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 3

Vidiawati, V. (2019). Implementasi Program Literasi dalam Meningkatkan Minat Baca


Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan.". PhD
diss., Institut PTIQ Jakarta.

Widodo, A. (2020). Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah


Pertama (SMP). Tabawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 16(1).

Yanuarti, E. (2017). Pemikiran Pendidikan Ki. Hajar Dewantara Dan Relevansinya dengan
Kurikulum 13. Jurnal Penelitian, 11(2), 246.

Yukaristia. (2019). Literasi: Solusi Terbaik Untuk Mengatasi Problematika Sosial. Sukabumi:
CV Jejak

Redha, A. (2021). Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Di SDN 113
Pekanbaru. (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau)

Eko, Outentic Learning dalam http://www.raseko.com/2011/05/pembelajaran-otentik-


outentic-learning.html di akses Rabu, 28 Desember 2022

19

Anda mungkin juga menyukai