Anda di halaman 1dari 35

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS

LAPORAN HASIL OBSERVASI DENGAN PENDEKATAN


PROBLEM BASED LEAENING SISWA KELAS X SMA NEGERI 2
PALEMBANG

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh: Felia Rigamalinda


NIM 06012682024008

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA


INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
202I
PRAKATA

Proposal dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Teks Laporan


Hasil Observasi dengan Pendekatan problem based leaning siswa kelas X SMA Negeri 2
Palembang ” disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah metode penelitian
bahasa dan sastra dalam rangka ulangan akhir semester (uas). Dalam mewujudkan
proposal ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Zahra alwi, m.pd., dr. Suhardi mukmin,
m.hum., dan dr. Santi oktarina, m.pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah metode
penelitian bahasa dan sastra atas segala bimbingan, ilmu, dan kesabaran yang telah
diberikan dalam penulisan proposal ini.
Akhir kata, semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk pembelajaran bidang
studi bahasa indonesia dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Palembang, april 2021


penulis,

Felia Rigamalinda

i
1 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


PRAKATA .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6


2.1 Pengembangan bahan ajar........................................................................ 6
2.2 pengertian modul……………………………. ........................................ 7

2.3 karakteristik modul .................................................................................. 8


2.4 tujuan penggunaan modul ........................................................................ 12
2.5 kelebihan penggunaan modul .................................................................... 11

2.6 teks laporan hasil observasi ....................................................................... 11

2.7 model pembelajaran problem based learning ............................................ 13

2.8 karakteristik model problem based learning ............................................ 14

2.9 penelitian relavan………………………………………………………… 17

II METODOLOGI PENELITIAN................................................................ 18
3.1 Metode Penelitian..................................................................................... 18
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian .................................................................. 22
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 22

iii
3.3.1 Angket .................................................................................................. 21
3.3.Wawancara .............................................................................................. 22

3.4 Teknik Analisis Data ................................................................................ 23


3.4.1 Teknik Analisis Data Angket ................................................................ 23
3.4.1 Teknik Analisis Data. Tes...................................................................... 24
3.5. jadwal penelitian……………………………………………………….. 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 29

iii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan proses pembelajaran


merupakan inovasi pendidikan yang terus dilakukan. Salah satu inovasi tersebut adalah
mengubah paradigma pembelajaran dari pembeajaran yang terpusat pada guru menjadi
pembelajaran yang terpusat kepada siswa. Pendekatan pembelajaran yang berbasis
mengajar diubah ke dalam bentuk pembelajaran berbasis belajar.

Ciri utama pembelajaran berbasis belajar adalah terbangunnya kemandirian siswa


untuk membangun pengetahuan dan keterampilan di dalam dirinya sendiri dari
berbagai variasi informasi melalui suatu interaksi dalam proses pembelajaran. Untuk
keperluan ini tentu guru harus membantu siswa dalam membangun pengetahuan dan
keterampilannya dengan menyediakan sarana belajar yang efektif. Salah satu sarana
tersebut adalah penyediaan bahan ajar karena bahan ajar merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang keberadaannya memegang
peran penting bagi peserta didik maupun guru.
Bahan ajar berupa modul dapat dimanfaatkan untuk membantu peserta didik
memahami materi pelajaran dan mengembangkan kreativitas dalam belajar. Ketersediaan
bahan ajar yang layak dan relevan perlu diperhatikan pendidik, mulai dari aspek
kelayakan materi, penyajian, bahasa dan kegrafikan. Setiap materi ajar pada bahan ajar
dirancang sesuai Kompetensi Dasar dan kemudian dikembangkan. Dalam hal ini,
pendidik menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dengan menampilkan topik
yang dekat dengan lingkungan peserta didik. Permasalahan yang sering muncul dalam
penyediaan bahan ajar adalah kurangnya variasi pembelajaran, kreativitas, dan inovasi
yang dilakukan pendidik dalam menyusun bahan ajar yang tepat. Pemberlakuan proses
belajar yang berpusat pada pendidik dengan menerapkan sistem belajar konvensional
menyebabkan pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan membosankan.
Pendidik hanya menyuguhi materi dengan cara berceramah dan peserta didik hanya
mendengarkan tanpa diberi stimulus

1
untuk dapat berfikir tingkat tinggi serta kurang dilatih dengan penerapan secara langsung.
Sumber belajar yang digunakan juga hanya sebatas buku paket yang tersedia saja.
Belum semua pendidik mampu menyusun bahan ajar secara mandiri, pendidik belum
mengembangkan bahan ajar yang inovatif untuk mendukung pencapaian hasil belajar
peserta didik. Pendidik selama ini hanya mengandalkan buku paket ataupun lembar kerja
siswa yang telah tersedia di sekolah tanpa memodifikasinya terlebih dahulu (Putra I. K,
dkk, 2015). Atas dasar hal-hal tersebut penulis telah mencoba melakukan penelitian dan
pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk siswa SMA kelas X . Judul penelitian
ini “Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi dengan
Pendekatan Problem Based Leaening siswa kelas X SMA Negeri 2 Palembang”. Dengan
menyusun pengembangan modul Bahasa Indonesia kelas SMA berdasarkan kurikulum
2013 dan melakukan uji coba produk pada tim ahli dan pengguna diharapkan, 1)
keefektifan bahan ajar tepat digunakan dalam pembelajaran karena mudah
digunakan dan dipahami peserta didik, 2) penggunaan pengembangan bahan ajar dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik serta dapat menumbuhkan
kreativitas belajar sehingga tercapai hasil belajar seperti yang diharapkan, 3) dapat
menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan guru dan peserta didik terhadap
kebutuhan pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013.
Meskipun terbatas pada cakupan materi teks hasil observasi penulis berharap melalui
penelitian ini semoga dapat memberikan manfaat yang berarti terutama bagi guru Bahasa
Indonesia SMA dalam menyambut pelaksanaan pemberlakuan kurikulum 2013.
Berikut beberapa kelebihan pengembangan bahan ajar menulis teks hasil observasi,
1) disusun untuk melengkapi buku teks Bahasa Indonesia SMA berdasarkan hasil
telaah buku siswa, 2) disusun dengan metode bertahap dan terbimbing yang dapat
membekali siswa untuk belajar mandiri, 3) disusun dan dilengkapi contoh-contoh
wacana yang menarik, 4) lebih menekankan pada kompetensi keterampi- lan untuk
menantang peserta didik berkarya menulis teks hasil observasi.

Nurgiyantoro (2013:73) mengemukakan bahwa bahan pembelajaran atau bahan ajar,


berupa sesuatu yang diajarkan, merupakan sarana tercapainya tujuan dan sekaligus
merupakan sumber penyusunan alat penilaian. Sementara itu Mulyati (2011) menjelaskan
bahwa bahan ajar adalah suatu unit bahan yang dirancang secara khusus sehingga mudah

3
dipelajari oleh peserta didik secara mandiri, yang merupakan program pembelajaran yang
utuh, disusun secara sistematis, mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan
terukur. Lebih jauh Prastowo (2014:17) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan
seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok
utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Mengingat peranan bahan pembelajaran begitu penting, maka harus disusun suatu
deskripsi bahan pembelajaran yang tidak saja memudahkan penyusunan alat penilaian,
tetapi lebih dari itu juga dapat dimanfaatkan sebagai alat uji terhadap kesahihan alat
penilaian itu sendiri. Di amping itu deskripsi bahan ajar dapat dijadikan pegangan guru
secara sistematis, menilai kemajuan bahan, mana yang telah, sedang, dan akan diajarkan.
Deskripsi bahan pembelajaran ditunjukkan dalam pengembangan silabus yang
dikembangkan bersamaan dengan kompetensi dasar dan alat evaluasi. Dengan demikian
ada kesejajaran dan kesesuaian antara kompetensi dasar, silabus, dan alat penilaian.
Ketiga hal tersebut juga dapat dijadikan dasar penulisan buku ajar.
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran siswa
aktif berpikir yang diarahkan untuk memecahkan masalah dunia nyata dengan
menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. Siswa diarahkan untuk melihat masalah
yang ada di sekitarnya. Kemudian, setelah menemukan masalah yang ada, siswa
dibimbing untuk memecahkan masalah tersebut secara mandiri. Menurut Tan
(dalam Rusman, 2012:229) pembelajaran dengan model Problem Based Learning
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran
keterampilan siswa dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan keterampilan berpikirnya secara berkesinambungan. .Ibrahim dan
Nur (dalam Rusman, 2012: 243) mengemukakan bahwa Problem Based
Learning terdiri atas lima langkah. Pertama, mengorientasikan siswa pada masalah.
Kedua, mengorganisasi siswa untuk belajar. Ketiga, membimbing pengalaman
individu atau kelompok. Keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Kelima,menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.Kelebihan

iii
menggunakan PBL adalah sebagai berikut. Pertama, dengan PBL akan terjadi
pembelajaran bermakna. Peserta didik yang memecahkan suatu masalah maka
mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetaui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi dimana konsep
diterapkan. Kedua, dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan
dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan. Ketiga,PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja (Kemendikbud, 2013:48)
Dengan mengembangkan modul menulis teks laporan hasil observasi
menggunakan pendekatan problem based learning diharapkan membantu siswa
memahami pembelajaran tersebut secara madiri dengan cara berbeda dari yang sudah
ada sebelumnya sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah kebutuhan guru terhadap pengembangan bahan ajar teks laporan
hasil observasi?
2. Bagamanakah kebutuhan siswa terhadap pengembangan bahan ajar teks laporan
hasil observasi?
3. Bagaimanakah protipe pengembangan modul menulis teks laporan hasil observasi
sesuai kebutuhan siswa?
4. Bagaimanakah hasil validasi pengembangan modul menulis teks laporan hasil
observasi sesuai kebutuhan siswa?

5. Bagaimanakah dampak potensial pengembangan modul menulis teks laporan


hasil observasi sesuai kebutuhan siswa?

3
1.3 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan kebutuhan guru terhadap pengembangan bahan ajar teks laporan
hasil observasi?
2 Mendeskripsikan kebutuhan siswa terhadap pengembangan bahan ajar teks laporan
hasil observasi?
3 Mendeskripsikan protipe pengembangan modul menulis teks laporan hasil observasi
sesuai kebutuhan siswa?
4 Mendeskripsikan hasil validasi pengembangan modul menulis teks laporan hasil
observasi sesuai kebutuhan siswa?
5 Mendeskripsikan dampak potensial pengembangan modul menulis teks laporan hasil
observasi sesuai kebutuhan siswa?

4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk berupa modul yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan guru serta sesyau dengan kurikulum dan silabus. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat teoritis maupun praktis.
1. Secara teoritis dapat menjadi panduan dalam menulis teks laporan hasil
observasi.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif
bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil
observasi.
3. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran khususnya pembelaran menulis.
4. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumber wawasan
baru dan pengetahuan dlam mengembangkan bahan ajar untuk peneltian yang
lebih luas.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan Bahan Ajar


Bahan ajar adalah segala bentuk bahan untuk membantu guru dan siswa dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar sangat menentukan dalam ke-
berhasilan suatu pembelajaran. Bahan ajar harus dikuasai dan dipahami oleh guru
ataupun siswa karena membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar
atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus di- pelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan (Nurdin dan Andriantoni, 2016:102)

Sebuah bahan ajar layak jika memenuhi kelayakan isi, bahasa, serta penyajian.
Dengan bahan ajar, memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara
runtut dan sistematis sehingga secara aku- mulatif mampu menguasai semua kom-
petensi secara utuh dan terpadu. Sebuah bahan ajar yang baik harus mencakup: (1)
petunjuk belajar (petunjuk guru dan siswa); (2) kompetensi yang akan dicapai; (3)
informasi pendukung; (4) latihan-latihan; (5) petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja
(LK); dan (6) evaluasi.

Bahan ajar yang dimaksud dalam kajian ini lebih ke bahan ajar cetak berupa buku
teks (modul). Hal ini dikarenakan, buku teks sangat erat kaitannya dengan kurikulum,
silabus, standar kompetensi, dan kompetensi dasar.

Fungsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran sekaligus me- rupakan substansi kompetensi yang se- harusnya
diajarkan kepada siswa. Sedang- kan bagi siswa akan menjadi pedoman dalam proses
pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari. Bahan
ajar juga berfungsi se- bagai alat evaluasi pencapaian hasil pem- belajaran.

Pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berdasarkan indikator pencapaian


kompetensi dasar dengan memper- hatikan potensi peserta didik, bermanfaat bagi
peserta didik, aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pelajaran, relevansi
kebutuhan peserta didik, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan alokasi waktu yang
tersedia. Komponen-komponen pengembangan bahan ajar, antara lain kurikulum,
silabus, dan RPP.

6
2.2 Pengertian Modul

Menurut Winkel (2009: 472), modul pembelajaran merupakan satuan program

belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan

atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional). Nasution (2011:

05) mengatakan bahwa modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang

terdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk

membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.

Sedangkan menurut Daryanto (2013: 9), modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar

yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman

belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar

yang spesifik.

Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

modul adalah salah satu media pembelajaran berupa cetak yang dikemas secara

sistematis, menarik, dan jelas sehingga mudah untuk dipelajari siswa secara mandiri

7
2.3 Karakteristik Modul

Modul merupakan media pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan,

dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Berikut

Daryanto (2013: 9-11) menyampaikan beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan

dalam mengembangkan modul:

a. Self Instruction

Self instruction merupakan karakter yang memungkinkan seseorang belajar secara

mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self

instruction, maka modul harus:

1) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

2) Memuat materi pembelajaran yang spesifik, sehingga memudahkan untuk

dipelajari secara tuntas.

3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi

pembelajaran.

4) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang bertujuan untuk mengukur

penguasaan siswa.

5) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks

kegiatan dan lingkungan siswa.

6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.

7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

8) Terdapat instrumen penilaian yang memungkinkan siswa melakukan penilaian

8
9) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik siswa materi.

10) Terdapat informasi tentang rujukan atau pengayaan atau referensi yang

mendukung materi pembelajaran.

b. Self Contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang diperlukan

disajikan dalam modul tersebut. Tujuannya memberikan kesempatan siswa untuk

mempelajari materi pembelajaran secara tuntas. Materi yang disajikan dikemas ke

dalam satu kesatuan yang utuh.

c. Stand Alone (berdiri sendiri)

Merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media

lain, atau tidak harus digunakan bersamasama dengan bahan ajar atau media lain.

d. Adaptive

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan

ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta bersifat fleksibel.

e. User Friendly (bersahabat atau akrab)

Modul hendaknya bersahabat atau akrab dengan pemakainya. Pemaparan ataupun

instruksi dalam modul bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk

kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.

Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang

umum, merupakan salah satu bentuk user friendly

9
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitan pengembangan ini akan disesuaikan

dengan karakteristik-karakteristik modul, seperti self intruction, self contained, stand

alone, adaptive, dan friendly (bersahabat). Oleh karana itu, harapannya dapat digunakan

dengan mudah oleh siswa, baik dari segi penggunaan, pembelajaran, tampilan, maupun

fleksibilitas modul.

2.4 Tujuan Penggunaan Modul

Penggunaan modul dalam pembelajaran memiliki tujuan guna keberhasilan belajar

siswa. Menurut Suryosubroto (1983: 18), tujuan digunakannnya modul di dalam proses

belajar mengajar yakni:

a. Tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efisien dan efektif

b. Siswa dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan

kemampuannya sendiri.

c. Siswa dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar

sendiri, baik dibawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru.

d. Siswa dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara

berkelajutan.

e. Siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.

f. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui

evaluasi yang dilakukan setiap modul berakhir.

g. Modul disusun dengan berdasar kepada konsep ”mastery learning” suatu

konsep yang menekankan bahwa siswa harus secara optimal menguasai

bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu.

10
Prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa seorang siswa tidak

diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai paling

sedikit

2.5 Kelebihan Menggunakan Modul

Modul memiliki berbagai manfaat dalam membantu ketercapaian tujuan belajar guru

dan siswa. Hamdani (2011: 220), manfaat penggunaan modul bagi siswa yakni:

a. Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri.

b. Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam

pelajaran.

c. Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan minatnya.

d. Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan

yang disajikan dengan modul.

e. Mampu membelajarkan diri sendiri.

f. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan

lingkungan dan sumber belajar lainnya.

2.6 Teks Laporan Hasil Observasi

Teks hasil observasi merupakan segala upaya merekam segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat

bantu. Yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat

dalam rekaman hasil observasi. Menurut Madya (2009: 62) observasi berfungsi untuk

11
mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya. Observasi itu

berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-

lebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Teks laporan merupakan

teks yang berisi penjabaran umum/ melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan

(observasi). Teks laporan (report) ini juga disebut teks klasifikasi karena memuat

klasifikasi mengenai jenis-jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Pada umumnya teks

laporan hasil observasi memiliki bentuk yang hampir sama dengan teks deskripsi, tetapi

sebenarnya sifat kedua teks tersebut berbeda. Teks laporan menggambarkan sesuatu

secara umum dan sesuai fakta apa adanya tanpa ada opini/ pendapat penulis. Membuat

teks hasil observasi terlebih dahulu harus memperhatikan hal-hal berikut: mengamati

objek yang akan diobservasi. Objek yang diamati haruslah objek tunggal, mencatat data

yang diperlukan, data yang dicatat haruslah data yang akurat sesuai pengamatan, data

yang disajikan hasil penelitian terkini, dan jika diperlukan dapat melakukan wawancara

dengan narasumber sebagai bukti penguat dan referensi. Teks laporan hasil observasi

terdiri atas definisi umum (pembukaan), deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat. Bagian

definisi umum (pembukaan) berisi pengertian akan sesuatu yang dibahas. Deskripsi

bagian berisi gambaran tentang sesuatu secara terinci. Sementara itu, deskripsi manfaat

merupakan bagian yang berisi manfaat atau kegunaan. Seseorang yang ditugaskan untuk

meneliti suatu daerah atau suatu pokok persoalan tertentu, harus menyampaikan suatu

laporan mengenai hal-hal yang ditugaskan itu. Penulis laporan harus menyadari dan

berusaha agar apa yang disampaikan itu merupakan hal-hal penting, bukan mengenai

pengalaman-pengalaman pribadi atau hal-hal yang kurang penting bila dibandingkan

dengan maslaah yang dihadapi. Sebelum seseorang dibiasakan menulis laporan dalam

12
hubungan dengan tugas pekerjaannya, sudah harus mengenal dan menulis laporan-

laporan itu di sekolah. Laporan untuk kepentingan kelas tidak selalu dibayangi dengan

pertanyaan “bagaimana supaya laporan itu cocok dengan kebutuhan mereka yang

menerima laporan itu?”. Pengajar yang akan menerima dan memeriksa laporan itu sama

sekali tidak membutuhkan laporan tersebut (Keraf, 2002: 325).

Lebih lanjut, Keraf (2002: 324) mengungkapkan bahwa laporan adalah suatu cara

komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan

karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Laporan yang dimaksud sering

mengambil bentuk tertulis, maka dapat pula dikatakan bahwa laporan merupakan suatu

macam dokumen mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam

bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disintesiskan bahwa teks laporan

hasil observasi adalah cara penyampaian informasi kepada seseorang atau suatu instansi

yang disusun atas dasar tanggung jawab yang diembannya. Laporan juga dapat

didefinisikan sebagai dokumen yang menyampaikan informasi mengenai suatu masalah

atau fakta, suatu jenis dokumen yang sangat bervariasi bentuknya, dan sebab itu sukar

diberi batasan pengertian yang jelas

2.7 Model Pembelajaran Problem Based Learning

Kehidupaan identik dengan menghadapai masalah. Model pembelajaran ini melatih

dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada

masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir

tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,

13
negosiasi, dan demokratis. Menurut Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa

pengertian dari model Problem Based Learning adalah: Problem Based Learning (PBL)

atau pembelajaran berbasih masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya

permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan

keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Menurut Kamdi (2007:77) model-pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

berpendapat bahwa: Model Problem Based Learning diartikan sebagai sebuah model

pembelajaran yang didalamnya melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah

dengan melalui beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu

mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa

diharapkan akan memilki keterampilan dalam memecahkan masalah.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Problem Based Learning menjadi sebuah pendekatan pembelajaran yang berusaha

menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai sebuah konteks bagi para

siswa dalam berlatih bagaimana cara berfikir kritis dan mendapatkan keterampilan dalam

pemecahan masalah, serta tak terlupakan untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus

konsep yang penting dari materi ajar yang dibicarakan.

2.8 Karakteristik Model Problem Based Learning

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) dalam Aris

Shoimin (2014:130) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu:

14
a. Learning is student-centered

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang

belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa

didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

b. Autenthic problems from the organizing focus for learning

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa

mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam

kehidupan profesionalnya nanti.

c. New information is acquired through self-directed learning

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum mengetahui dan memahami

semua pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui

sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.

d. Learning occurs in small group

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan

pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok

yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas.

e. Teachers act as facilitators

Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu guru

harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereke agar

mencapai target yang hendak dicapai.

Sedangkan ciri dari model problem Based learning mengemukakan bahwa secara umum

dapat dikenali dengan adanya enam ciri yang dimilikinya, adapun keenam ciri tersebut

adalah:

15
a. Kegiatan belajar mengajar dengan model Problem Based Learning

dimulai dengan pemberian sebuah masalah.

b. Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa

c. Mengorganisasikan pembahasan seputar disiplin ilmu.

d. Siswa diberikan tanggungjawab yang maksimal dalam membentuk maupun

menjalankan proses belajar secara langsung.

e. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil.

f. Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka

pelajari

80% dari bahan tersebut. Depdiknas (2008), mengemukakan tujuan pembelajaran

modul adalah sebagai berikut:

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbal.

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun

guru/instruktur.

c. Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan

motivasi dan gairah belajar.

d. Mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan

lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar

secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.

e. Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil

belajarnya.

16
3.5 Penelitian Relavan
Penelitian yang dilakukan oleh Nike Yesika (2013) mengenai pengaruh penerapan
model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan menulis teks laporan hasil
observasi oleh siswa kelas VII SMP 38 Medan . Dalam penelitian tersebut diketahui hasil
rata-rata diperoleh setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek adalah 76,42.
Sedangkan sebelum penerapan model pembelajaran berbasis proyek adalah 63,14.
Penerapan model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap kemampuan siswa
menulis teks laporan hasil observasi. Hal tersebut terbukti setelah diperoleh perhitungan
pada uji t yaitu diperoleh thitung yaitu 7,06> 2,03.

Penelitian berikutnya juga pernah dilakukan oleh Anik Purwati pada tahun 2011
dengan judul peneltian pengembangan bahan ajar menulis teks laporan penelitian dengan
pendekatan pembelajaran berbasis proyek untuk siswa klas XI SMA. Hasil penelitian ini
menyatajan bahwa uji coba bahan ajar dengan ahli pembelajaran menulis laporan
penelitian rata-rata adalah 75% ahli menulis bahan ajar 83,3%, guru bahasa Indonesia
100% dan siswa 96% hasil uji dengan ahli pembelajaran menulis laporan penelitian
tergolong layak dan dapat di implementasikan.

Penelitan yang dilakukan peneliti tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan
dari penelitian penelitian sebelumnya. Persamaannya adalah penelitian sebelumnya
sama-sama peneltian mengenai menulis teks laporan hasil observasi. Sementara
perbedaannya adalah penelitian sebelumnya merupakan jens penelitian eksperimen dan
penelitian Tindakan kelas yang dilakukan disekolah menengah pertama.

Selanjutnya, penelitian sebelumnya menekankan pendekatan pembelajaran


sedangkan peneliti menggunakan pendekatan problem based learning dalam peneltian
pengembangan ini. Selain itu perbedaannya juga terletak pada subjek penelitian yang
peneliti ambil yaitu SMA Negeri 2 Palembang. Sementara pada peneltian sebelumnya
subjek peneltian adalah siswa SMA.

17
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan atau dikenal

Research and Development(R & D).Metode Penelitian dan Pengembangan adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut Sugiyono, 2011)

Pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini adalah dengan mengadaptasi

model pengembangan dari Jolly dan Balitho ( dalam Thomlinson, 1998:97-115) dan

model pengembangn Dick, Cerey dan Cerey (2005). Kedua model ini kemudian

dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan. Alasan pemilihan

model ini adalah model ini digunakan untuk pengajaran bidang Bahasa, dan pada model

Jolly dan Balitho belum sempurna karena belum sampai pada tahap evaluasi bahan ajar

baik formatif maupun sumatif. Model Dick, Cerey dan Cerey melengkapinya sehingga

model pengembangan ini sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

Langkah langkah pengembanngan Jolly dan Balitho ( dalam Thomlinson,

1998:97 (1) identifikasi kebutuhan, (2) penjajakan/survei kebutuhan, (3) realisasi

kontekstual antara bahan ajar dengan pembelajar dan pengajar/analisis model, (4)

realisasi pedagogik yang mendasari pengembangan materi ajar/analisis pra

pengembangan, (5) produksi bahan ajar, (6) penggunaan bahan ajar oleh mahasiswa

Sementara model pembelajran Dick and Carrey (2005). Adapun langkah-

langkah pembelajarannya mencakup (1) mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran,

(2) melaksanakan analisis pengajaran, (3) mengidentifikasi tingkah laku masukan dan

karakteristik siswa, (4) merumuskan tujuan performansi, (5) mengembangkan butir-

18
butir tes acuan patokan, (6) mengembangkan strategi pengajaran, (7) mengembangkan

dan memilih material pengajaran, (8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif,

(9) merevisi bahan pembelajaran, (10) mendesain dan melakukan evaluasi sumatif.

Adapun langkah-langkah pengembangan modul yang dimodifikasi oleh peneliti

sebagai berikut :

1. Identifikasi kebutuhan
Penelitian melakukan identifikasi kebutuhan dengan menggunakan angket dan
wawancara kepada siswa dan guru. Identifikasi ini berkaitan dengan kesulitan
yang dihadapi dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi, serta
kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam menggunakan bahan ajar yang sudah
ada

2. Eksplorasi kebutuhan materi


Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kebutuhan materi yang berkaitan
dengan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi. Analisis kebutuhan
materi ini merujuk pada tujuan pembelajaran dan indicator yang terdapat dalam
silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Palembang.
Peneliti juga mengidentifikasi kompetensi-kompetensi mana yang perlu
dikembangkan.

3. Relisasi kontekstual
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis tujuan dan karakteristik materi menulis
teks laporan hasil observasi, analisis sumber belajar, serta analisis karakteristik
pembelajaran. Peneliti juga mengumpulkan contoh-contoh, merancang urutan
berpikir yang runtur, menggunakan Bahasa yang mudah dipahami, serta
melibatkan pengalaman belajar siswa dengan tujuan pembelajaran agar modul
yang dikembangkan bersifat lebih kontekstual

19
4. Realisasi pedagogic
Pada tahap ini peneliti memilih dan menetapkan strategi pengorganisasian isi
pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, menetepkan
strategi pengolahan pembelajaran, dan menetapkan penilian pembelajaran yang
dilengkapi dengan Latihan-latihan serta tugas, baik tugas secara terstruktur
maupun tugas secara mandiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan
umpan balik terhadap penugasan siswa terhadap modul yang dikembangkan

5. Produksi bahan ajar berupa modul


Pada tahap ini peneliti mengembangkan bahan ajar yang efektif dan
memproduksinya dalam bentuk modul pembelajaran menulis teks laporan hasil
observasi berdasarkan pendekatan problem based learning. Adapun spesifikasi
modul yang dikembangkan 1) mendeskripsikan permasalahan untuk dijadaikan
bahan menulis teks laporan hasil observasi, 2)menentukan tugas-tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah, 3) mengumpulkan informasi yang sesuai
secara mandiri, dan mencari penjelasan, dan menulis teks laporan hasil observasi,
4) mengembangkan hsil tulisan dan mempresentasikannya. 5) menganalisis
kembali proses pemecahan masalah yang sudah dilakukan.

6. Validasi ahli
Setelah mengembangkan modul, tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah
mencari tahu apakah modul yang dikembangkan benar-benar sudah mencapai
tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu perlu dilakukan validasi oleh ahli atau
pakar, yaitu mengenai materi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan.

7. Revisi modul
Setelah divalidasi oleh tim ahli, Pada tahap ini peneliti merevisi modul yang telah
dikembangkan berdasarkan komentar, saran ataupun masukan yangdiberikan oleh
tim ahli tersebut.

20
8. uji coba modul
setelah direvisi, produk yang dikembangkan diuji coba. Tahap uji coba ini
dilakukan pada siswa sebanyak 40 orang.

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Siwa yang menjadi subjek penelitian, baik pada identifikasi kebutuhan maupun

untuk uji lanpangan bahan ajar adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Palembang.

Siswa yang akan dijadikan subjek penelitian jumlahnya sebanyak 40 orang

siswa. Pengambilan subjek penelitian ini menggunakan Teknik Purposive sampling.

Hal ini berdasarkan pertimbangan kesesuaian dengan bahan ajar yang dikembankan.

Adapun guru yang menjadi subjek penetilian dalam identifikasi kebutuhan bahan ajar

ini adalah guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Palembang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah tebuka. Angket tebuka

diberikan kepada guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X SMA Negeri 2 Palembang

yaitu memberikan kesempatan kepada audiens untuk menjawab dengan kalimatnya

sendiri. Perbedaan pemberian angket ini alasannya untuk memperoleh informasi secara

mendalam tentang kebutuhan bahan ajar menulis teks laporan hasil observasi.

Angket yang digunakan dalam penelitian pengembangan modul ini adalah untuk

memperoleh informasi tentang kebutuhan modul menulis teks laporan hasil observasi

yang diberikan kepada guru dan siswa. Angket yang diberikan ini dimaksudkan untuk

memperolh informasi terkait dengan harapan-harapan dan kesulitan-kesulitan yang

21
dihadapi furu dan siswa dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi yang

biasa digunakan dalam pembelajaran selama ini, dan kesulitan kesulitan yang dihadapi

gruru dan siswa menggunakan modul tersebut. Infprmasi yang diperoleh dari angket ini

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan modul menulis teks

laporan hasil observasi.

Agar mendapatkan infomasi kualitas produk modul yang dikembangkan berupa

modul menulis teks laporan hasil observasi, digunakan angket yang diberikan kepada

pakar/ahli untuk memperoleh informasi tentang kualitas bahan ajar berdasarkan aspek

yang menjadi kriteria komponen penilaian bahan ajar.

Dalam penelitian ini, penilian ahli mencangkup tiga aspek memberikan penilian

terhadap, yaitu 1) kelayakan isi, 2) kebahasaan, 3) penyajian dan kegrafikan. Ahli isi

mengecek komponen kebahasaan bahan ajar yang dikembangkan, ahli penyajian

mengecek komponen sajian materi dalam bahan ajar yang dikembangkan, dan ahli

kegrafikan mengecek bahan ajar yang dikembangkan menjadi menarik.

3.3.2 wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini sangat tepat digunkan

untuk mengetahui data-data secara mendalam dengan jumlah responden yang terbatas.

Wawancara digunakan peneliti untuk mengetahui kesesuaian materi, strategi

pembelajaran yang digunakan serta evaluasi yang akan digunakan dalam modul.

22
3.3.3 Tes

Pengertian tes sebagai metode pengumpulan data merupakan serentetan atau

latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.Tes penelitian dan

pengembangan ini berupa post test. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat

hasil belajar siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan modul

pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Based Learning.

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Teknik analisis data angket

Data angket yang diberikan pada siswa dan guru diolah secara objektif dan

kemudian dideskripsikan. Hasilnya dipakai untuk melengkapi data tes untuk

mengembangkan bahan ajar menulis teks laporan hasil observasi. Adapun tahap

penganalisisan data angket adalah

1. Diperikasa dan diklasifikasikan secara objektif

2. Dianalisis dan dideskripsikan

3. Ditarik kesimpulan

Sementara itu, hasil data dan evalusi tim ahli dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan skor, dideskripsikan serta ditarik kesimpulan. Hal-hal yang dinilai dalam

angket validasi tersebut adalah kelayakan isi, kebahasan, sajian dan kegrafisan. Data

tersebut dianalisis secara deskriptif persentase dengan menggunakan skor masing-

masing komponen evaluasi. Skala pengukuran yang digunakan jjenias rating scale.

hal hal yang dinilai pada angket validasi yaitu 1) kelayakan isi, 2) kebahasaan, 3)

23
penyajian dan kegrafikan bahan ajar hasil pengembangan peneliti, untuk memberikan

makna dan memutuskan berdasarkan nilai yang diberikan oleh ahli validasi

menggunakan kriteria penilian angket validasi.

3.4.2 Teknik Analisis Data Tes

Tes penelitian dan pengembangan ini berupa post test. Metode ini digunakan

untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan

dengan menggunakan modul pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Based

Learning.

Untuk mengukur pemahaman siswa menulis teks laporan hasil observasi,

peneliti menggunakan rubrik penilian dengan memperhatikan unsur-unsur dalam

menulis seperti ketepatan pemilihan kata, ejaan, dan tanda baca, pemaparan isi, dan

struktur teks laporan hasil observasi.

No Aspek yang dinilai Skor Kriteria


1. Isi dan relevansi isi gagasan 30 Sangat Baik: Judul dan isi
yang dilaporkan (judul dan gagasan yang dikemukakan logis,
gagasan)
relevan dan sistematis
sesuai dengan topik.

24 Baik: Judul dan isi gagasan yang


dikemukakan logis dan sistematis
sesuai dengan topik.
18 Cukup: Judul dan gagasan yang
dikemukakan logis dan sistematis
cukup sesuai dengan topik.
12 Kurang: Judul dan gagasan yang
dikemukakan logis dan kurang
sistematis kurang sesuai dengan
topik.
6 Sangat Kurang: tidak ada judul, isi
dan gagasan tidak relevan dan
tidak sesuai dengan topik.

24
2. Organisasi isi laporan 25 Sangat Baik: Laporan sangat teratur
dan rapi, sangat jelas, ada gagasan
pokok, pengembang, dan akhir,
urutan logis, koherensi
antar bagian sangat erat.
20 Sangat Baik: Laporan teratur dan
rapi, jelas, ada gagasan pokok,
pengembang, penutup, urutan
logis, koherensi antar bagian erat.
15 Cukup: Laporan cukup
teratur, rapi, jelas
dan logis, koherensi
antar bagian kurang.
10 Kurang: Laporan tidak teratur,
tidak rapi, tidak jelas, tidak logis, dan
tidak ada koherensi
antar
bagian.

5 Sangat kurang: Laporan tidak


teratur dan tidak rapi, tidak jelas,
tidak logis, dan tidak
ada
koherensi antar bagian.
3. Ketetapan analisis dan 20 Sangat baik: pengamatan terhadap
penyimpulan dari pengindraan media yang dilaporkan sangat
terhadap objek. teliti dan ditulis secara runtut,
secara detail serta pengembangan
ide pokok mendalam mencakup
analisis dan penyimpulan.
16 Baik: pengamatan terhadap media
yang dilaporkan teliti dan
menuliskannya secara runtut, detail
serta pengembangan ide pokok
mendalam mencakup
analisis dan penyimpulan.
12 Cukup: pengamatan terhadap
media yang dilaporkan dituliskan
secara terbatas dan cukup runtut.
8 Kurang: Pengamatan terhadap
media yang dilaporkan
kurang detail, dan kurang
jelas.
4 Sangat kurang: Pengamatan terhadap
media yang dilaporkan kurang detail,
dan tidak jelas dan
tidak runtut.

25
4. Gaya dan Ketepatan diksi 15 Sangat baik: Dimensi
(pilihan struktur dan pemilihan gaya &
kosakata) ketepatan tulisan berupa
penggunaan variasi frase
dalam
tulisan diksi yang digunakan
semua sangat tepat (semua
menggunakan kosakata baku,
denotasi, dan kata khusus).
12 Baik: Pemilihan gaya & ketepatan
tulisan berupa penggunaan variasi
frase dalam tulisan diksi yang
digunakan semua tepat (hanya ada 2-
3 kesalahan penggunaan kosakata
baku, denotasi dan kata
khusus)
9 Cukup: Pemilihan gaya & ketepatan
tulisan berupa penggunaan
variasi frase dalam tulisan diksi
yang digunakan cukup tepat namun
ada kesalahan 3-4 penggunaan kata
baku
denotasi atau kata khusus.
6 Kurang: pemilihan gaya & ketepatan
tulisan berupa penggunaan
variasi frase dalam tulisan diksi
yang digunakan kurang tepat namun
ada kesalahan 5-6 penggunaan kata
baku
denotasi atau kata khusus.
3 Sangat kurang: pemilihan gaya
&
ketepatan tulisan berupa penggunaan
variasi frase dalam tulisan diksi
yang digunakan
sangat kurang, terdapat kesalahan
dalam setiap kalimat
baik penggunaan
kata baku
maupun
denotasi dan kata khusus.

26
5. Ketepatan ejaan dan tanda 10 Sangat baik: memperhatikan ejaan
baca dan tanda baca dengan sangat baik
(tidak ada kesalahan sama sekali atau
hanya terdapat satu
kesalahan)
8 Baik: memperhatikan ejaan dan tanda
baca dengan baik (terdapat 2-3
kesalahan tanda baca dan
ejaan).
6 Cukup: memperhatikan ejaan dan
tanda baca dengan cukup baik
(terdapat 4-5 kesalahan ejaan dan
tanda baca).
4 Kurang: kurang memperhatikan
ejaan dan tanda baca (terdapat
kesalahan ejaan dan tanda baca
lebih dari 6 kesalahan).
2 Sangat kurang: dalam teks laporan
yang dibuat tidak memperhatikan
ejaan dan tata
tulis.
(Rubrik penilaian teks laporan hasil observasi)

Pada penelitian ini digunakan SPSS 25 sebagai media untuk mendeskripsikan

data yang diperoleh dari uji-t sampel berpasangan (paired sample t-test). Uji ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan dari data sampel pertama ke data sampel kedua

dengan subjek yang sama.

27
3.5 Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan dalam waktu bulan terhitung dari bulan juni hingga bulan november 2021

Tahun 2021
Bulan Juni Juli Agustus September Oktober novembaer
Kegiata Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
n
1 TAHAP PERSIAPAN
a.persiapan
b. perencanaan

2 TAHAP PENELITIAN
a. Observasi
b. Wawancara
c. Penyebaran Angket
d. Penarikan Angket

3 TAHAP PENYUSUNAN
a. Pengolahan Data
b. Analisis Data
c. Pembuatan Laporan

4 TAHAP PENGUJIAN
a. Seminar Usulan Penelitian
b. Revisi Usulan Penelitian
c. seminar hasil penelitian
d. Revisi
e. Sidang tesis

28
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, I Kd, Putra. (2015). pengaruh pendekatan saintifik terhadap prestasi belajar

pkn ditinjau dari sikap demokrasi siswa kelas V Gugus I Kecamatan Abang. E-journal

Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 5 (1). Diakses pada tanggal

17 November 2017, (http://119.252.161.254/e-journal/index. php/jurnal_pendas/

article/view/1487.).

Andi Prastowo. (2014). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta : Diva
Press.
Aris, shoimin. 2014. Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013. Yogyakarta :
Ar Ruzz Media
B, Suryosubroto. (1983) . Sistem pengajaran dengan modul, Jakarta: Bina Aksara.
Daryanto, (2013). Inovasi pembelajaran efektif. Bandung: Yrma Widya.
Dick, W and L. C arey , J. O. Carey . (2005). The systematic design of instruction. New
York : Logman
Hamdani. (2011). Strategi belajar mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Madya,S. 2009.teori dan praktik penelitian tindakan: Action Research.Bandung :
Alfabeta
Kamdi. 2007. Strategi pembelajaran. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Keraf, A. S. (2002). Etika lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas
Mulyati, Yeti, dkk, (2011). Keterampilan berbahasa indonesia sd. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Nasution. (2011) . Metode research penelitian ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara

Nurdin, S,.& Andriantoni. (2016). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Rajawali


Press
Nurgiyantoro, Burhan. (2013). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press

29
Rusman, (2012). Model-model pembelajaran : mengembangkan profesionalisme guru,
Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta

Tomlison, Brian. 1998. Material development in language teaching. Cambridge:


Cambridge University Press

Winkel, W.S. (2009) .psikologi pengajaran. Jakarta : Gramedia

29

Anda mungkin juga menyukai