Anda di halaman 1dari 30

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PPKN KELAS VII


SMP NEGERI 17 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2022/2023

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Seminar Proposal

Oleh:

DOLORES ANGELINA NAIBAHO

NIM. 3193311012

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat, hidayah
dan perlindunganNya yang di berikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal ini
dengan baik dan tepat waktunya. Adapun Judul proposal yaitu “Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas
VII SMP Negeri 17 Medan Tahun Pelajaran 2022/2023”. Penulisan proposal ini dimaksud untuk
memenuhi syarat seminar proposal di Jurusan Pendidikaan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Proses penulisan proposal ini dapat di sadari
tentunya tidak terlepas dari dukungan, bantuan, kerjasama dan bimbingan dan motivasi dari
berbagai pihak, sehingga penulisan proposal ini dapat tersusun, meskipun penulisan masih
banyak kekurangan, Banyak hambatan, tantang serta rintangan yang di alami oleh penulis
dalam penyelesaikan proposal ini. Maka sepantasnya penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1) Bapak Arief wahyudi, S.H., M.H selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
2) Ibu Hodriani, S.Sos., M.AP selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
3) Bapak Majda El Muhtaj, M.Hum selaku Dosen Pembimbing akademik saya yang selama
ini memotivasi dan membantu saya dalam melaksanakan perkuliahan.
4) Bapak Drs. Liber siagian M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi saya yang telah
memberikan banyak bimbingan, arahan dalam proses pengerjaan.
5) Terimakasih kepada kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan saya semangat, kasih
sayang yang tulus, doa, didikan, dan motivasi kepada saya dan terimakasih kepada orang
tua tercinta juga yang telah menganatkan saya mendapatkan gelar S.Pd dan Puji Tuhan
saya bisa mewujudkannya, serta adik kandung saya Antonia Paulina Naibaho, Delva
Naibaho, dan Regina Naibaho yang telah menyemangati saya dan mendoakan segala
proses pendidikan saya hingga akhir.
6) Terimakasih kepada teman-teman yang memberi bantuan khususnya kepada saya yang
saling memberikan semangat selama ini.
7) Kepada teman – teman Kelas Reguler A 2019 yang memberikan semangat dan
terimakasih sudah menjadi teman belajar yang tangguh dan asik selama 4 tahun
perkuliahan yang kita lalui bersama
8) Terimakasih untuk diri sendiri yang masih mau terus berjuang dan semangat.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik darisegi
isinya maupun struktur penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran positif
untuk perbaikan makalah dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,
umumnya kepada para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Mei 2020

Penulis,

Dolores Angelina Naibaho

NIM. 3193311012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................3
C. Pembatasan (Pemilihan) Masalah....................................................................4
D. Perumusan Masalah..........................................................................................4
E. Tujuan Penelitian..............................................................................................4
F. Manfaat Penelitian.............................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................6
A. Kerangka Teori..................................................................................................6
B. Penelitian yang Relevan...................................................................................20
C. Kerangka Berfikir ...........................................................................................22
D. Hipotesis.........................................................................................................22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................23
A. Jenis Penelitian ...............................................................................................23
B. Lokasi Penelitian..............................................................................................23
B. Populasi dan Sampel........................................................................................23
C. Variabel penelitian dan defenisi operasional...................................................24
D. Teknik pengumpulan data...........................................................................25
E Tekhnik Analisis Data......................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA 27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Hasil belajar adalah suatu kegiatan proses mengatur, mengorganisasi dilingkungan
peserta didik sehingga dapat menumbuhkan serta mendorong peserta didik dalam kegiatan
proses pembelajaran. Selain itu, pembelajaran di Indonesia sangat menawarkan berbagai macam
suatu model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Suatu model pembelajaran yang digunakan
oleh guru dapat mempengaruhi suatu proses pembelajaran serta tercapainya suasana belajar
didalam kelas, oleh karena itu seorang guru harus memilih model pembelajaran berdasarkan
kebiasaan tetapi juga berdasarkan materi serta sasaran yang harus dicapai.
Model pembelajaran adalah suatu unsur penting yang dalam kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Rusman (2012: 133), “Model
pembelajaran merupakan suatu bentuk atau pola yang dipergunakan dalam bentuk kurikulum
atau yang disebut rencana pembelajaran dalam jangka panjang, dalam merancang bahan- bahan
pembelajaran, serta membimbing pembelajaran dikelas.
Penerapan model pembelajaran dapat dilaksanakan serta dapat diterapkan dalam
suatu pekerjaan jika melalui pendidikan dan latihan. Model pembelajaran menunjuk pada suatu
fungsi serta kerangka konseptual yang dapat melukiskan suatu prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan suatu pengalaman dalam mencapai tujuan belajar sehingga berfungsi dalam
pedoman bagi perancang pembelajaran sehingga guru dapat merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar.
Dalam mencapai meningkatkan pembelajaran yang baik maka tidak terlepas dari
penerapan model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran di
kelas. Adapun faktor yang mempengaruhi suatu keberhasilan pembelajaran yaitu; guru, siswa
sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, dan kurikulum. Guru dalam prosesnya
pembelajaran sekolah menempati kedudukan sangat penting serta tanpa mengabaikan faktor
yang lain, selain itu guru juga suatu subjek pendidikan yang menentukan suatu keberhasilan
pendidikan itu sendiri.
Keberhasilan itu sendiri dapat diartikan, jika seorang guru melakukan salah satu
konsep atau salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan suatu pengetahuan siswa.
Oleh karena itu, guru merupakan suatu faktor utama yang dapat menjadikan peserta didik
menjadi teladan dalam kepribadian yang terampil serta menjadikan seorang peserta didik itu
memiliki kepribadian yang mandiri serta kreatif dalam cara berpikir dalam melaksanakan
pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
Banyak guru yang mengeluhkan bahwasannya peserta didik tingkat kemampuannya
kurang dalam menerapkan suatu konsep belajar yang cenderung cara berpikir dan menghafal.
Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya kesalahan peserta didik dalam memahami suatu
konsep dan mengakibatkan adanya kesalahan – kesalahan dalam pengerjaan tugas- tugas
maupun dalam saat proses belajar mengajar itu berlangsung sehingga, mengakibatkan rendahnya
hasil belajar seperti dalam ulangan harian, semester maupun diakhir ujian akhir semester.
Sehingga melihat dari kondisi itu semua , banyak guru mengeluh dalam menerapkan
model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan, sehingga terjadinya pembelajaran yang membosankan dan kurang efektif saat
proses belajar mengajar itu berlangsung. Kebanyakan dari guru ppkn hanya menggunakan suatu
model pembelajaran yang konvensional itu saja. Guru berbicara saja didepan kelas dan peserta
didik hanya sebagai pendengar, oleh sebab itu model pembelajaran tidak sesuai sehingga
membuat peserta didik merasa jenuh, bosan serta tidak merespon guru dengan baik saat proses
belajar itu berlangsung.
Hal ini disebabkan karena peserta didik kurang paham dalam menangkap materi
yang dijelaskan oleh guru serta kurangnya arti pemahaman konsep yang belum tersajikan dengan
baik oleh guru. Oleh sebab itu, diperlukan suatu model variasi dalam penyampaian materi
pembelajaran agar semua peserta didik aktif serta terampil didalam kelas saat proses belajar
mengajar berlangsung. Salah satu model yang proses penyampaian materi pembelajaran dapat
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang paling ideal. Masing –masing dari
model pembelajaran itu juga mempunyai kelebihan serta kekurangannya sendiri. Hal itu sangat
berpengaruh besar dan bergantung pada tujuan yang dicapai guru, baik itu dalam ketersediaan
suatu fasilitas maupun kondisi siswa tersebut. Banyak model pembelajaran yang dapat
diterapkan guru dalam mengatasi permasalahan – permasalahan. Salah satu model pembelajaran
yaitu Problem Based Learning yang dimana Problem Based Learning merupakan suatu
pembelajaran yang diawali dengan menghadapkan peserta didik pada suatu masalah.
Menurut Talib (2013: 65) bahwa model pembelajaran Problem Based Learning
melibatkan peserta didik dalam berpikir tinggi, serta memecahkan masalah. Problem Based
Learnig adalah suatu pendekatan pembelajaran dimulai dengan menyelesaikan masalah, tetapi
dalam menyelesaikan masalahnbtersebut peserta didik harus memerlukan pengetahuan baru
dalam menyelesaikan suatu masalah, serta memberikan kondisi belajar aktif untuk peserta didik.
Dalam proses belajar dengan menggunakan penerapan model Problem Based
Learning, guru berperan penting sebagai klarifikator serta sebagai penjelas, yang tugasnya
menjelaskan dan mengarahkan apa yang sedang dipelajari atau sedang dipecahkan masalahnya.
Dalam aktivitas pembelajaran ini, guru memberikan suatu masalah yang memiliki konteks
didunia nyata yang mengharuskan peserta didik secara metodologis ilmiah mengikuti prosedur
pemecahan masalah dengan mencari kegiatan pengumpulan informasi atau data berhubungan
dengan pemecahan masalah tersebut. Dengan demikian model pembelajaran based learning ini
suatu kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik untuk memecahkan masalah melibatkan
partisipasi aktif dari peserta didik untuk mencari solusi atas permasalahan yang diberikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwasannya dalam penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dapat memberikan pengaruh yang sangat positif dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik selain itu juga hasil belajar yang meningkat, peran aktif
peserta didik dalam proses belajar meningkat. Berdasarkan uraian di atas, kemudian penulis
mengangkat judul,
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas VII SMPN 17 Medan Tahun Pelajaran 2022/2023

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Model pembelajaran Problem Based Learning (PLB) jarang digunakan dalam
proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan di SMP Negeri 17 Medan
2. Rendahnya efektivitas belajar peserta didik saat proses belajar mengajar dikelas
terutama pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di SMP
Negeri 17 Medan sehingga menyebabkan hasil belajar yang rendah
3. Model pembelajaran yang digunakan belum optimal.
1.3. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi permasalahan karena luasnya masalah dalam penelitian ini.
Disamping itu juga masih perlu dinyatakan secara khusus batas- batas masalah agar penulis lebih
terarah dan untuk menghindari pembahasan yang luas dan hasil yang mengambang, maka dari itu
perlu adanya pembatasan masalah sehingga masalah yang akan diteliti menjadi jelas dan tidak
meluas kemana-mana, sekaligus untuk menghindari kesalahpahaman. Dalam hal ini untuk
membatasi maka yang perlu dibahas hanya mengarah pada Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas
VII SMPN 17 Medan Tahun Pelajaran 2020/2023.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa sajakah kendala yang dihadapi oleh peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar
pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan kelas VII di SMP Negeri
17 Medan?
2. Bagaimanakah penerapan untuk meningkatkan hasil belajar dan penerapan model
Problem Based Learning pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
kelas VII di SMP Negeri 17 Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi oleh peserta didik untuk meningkatkan
hasil belajar pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan kelas VII di
Smp Negeri 17 Medan
2. Untuk mengetahui penerapan untuk meningkatkan hasil belajar dan penerapan model
Problem Based Learning pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
kelas VII di Smp Negeri 17 Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terdiri dari dua macam yaitu manfaat secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan sehingga dapat
mengembangkan dan meningkatkan belajar pada peserta didik.
b. Menjadi referensi atau pedoman untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa yaitu dapat membantu siswa untuk meningkatkan kualitas belajar dalam
penerapan model Problem Based Learning pada mata pelajaran PPKn.
b. Bagi guru dimana hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan acuan guru dalam
meningkatkan dan lebih menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
pada proses belajar mengajar.
c. Bagi peneliti lain dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
bacaan bagi peneliti lain serta menjadi bahan pembelajaran yang bermanfaat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori


2.2.1. Hasil Belajar
1. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh
seseorang menguasai bahan yang sudah di ajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentukknya,“hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil belajar
menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional, sedangkan belajar dilakukannya untuk
mengusahakan adanya perubahan perilaku pada yang belajar (Anggraini.2017.hlm4).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Sikap dan cita-cita. Pendapatdari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan
dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah
menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Priansa (2017.hlm82) berpendapat bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai
atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga tampak perubahan tingkahlaku pada diri individu.
Selain itu menurut Christin (2016.hlm223) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku siswa setelah mengikuti pelajaran terjadi akibat lingkungan belajar yang sengaja dibuat
oleh guru melalui model pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam suatu pembelajaran
(Arie dkk. 2020.hlm12).
Purwonto mendefinisikan hasil belaajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mencakup aspek
kogenitif, efektif dan psikomotorik. Perumusan aspek kemempuan yang menggambarkan
Output perserta didik yang di hasilkan dari peroses pembelajaran dan di klasifikasikan ke dalam
tiga renah yaitu:
1. Renah Kogenitif adalah renah yang mencakup kegiatan mental
(oatak). Segala upaya yang aktifiatas otatak adalah termasuk dalam
renah kogenitif. Tujuan aspek kogenitif berorantasi pada
kemempuan dan kecakapan-kecakapan intelektaul berfikir.
2. Renah efektif adalah renah yang berkaitan denagn sikap dan nilai,
renah aktifitas mencakup watak perilaku seperti: perasaan, minat,
sikap, emaosi dan nilai.
3. Renah psikomotorik merupakan renah yang berkaitan dengan
keteramplan (skill) kemampuan bertinadak setelah seseoarang
menerima pengalaman belajar tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-

ulang. Serta akan tesimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-

lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin

mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan

perilaku kerja yang lebih baik.

2. Manfaat hasil belajar

Hasil belajar siswa, dapat diketahui pengetahuan dan kemampuan perkembangan

sekaligus tingkat keberhasilan pendidik di sekolah. Hasil belajar harus menunjukkan perubahan

keadaan menjadi lebih baik, sehingga dapat bermanfaat untuk:

a. Menambah pengetahuan.

b. Memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya.

c. Mengembangkan potensi yang dimiliki.

Berdasarkan beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari hasil

belajar yaitu terjadinya perubahan perilaku siswa dalam berbagai aspek yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar dari sisi sekolah yang meliputi:

a. Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam

mengajar.

b. Kurikulum adalah iartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa. Kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan bahan

pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan

bahan pelajaran itu.

c. Relasi siswa dengan siswa artinya siswa yang mempunyai sifat-sifat atau

tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah

diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari

kelompok.

d. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan

siswa dalam sekolah juga dalam belajar. Hal ini mencakup segala aspek baik

kedisiplinan guru dalam mengajar karena kedisiplinan pendidik juga dapat

memberi contoh bagi siswa atau peserta didik

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkankan bahwa hasil belajar

adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.

Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya

karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai

hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku

kerja yang lebih baik.


2.2.2. Problem Based Learning (PLB)

1. Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) pertama kali dikembangkan pertamakali oleh Prof.

Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University

Canada (dalam Amir,2014,hlm.21). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang

nyata bagi peserta didik sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan

dan diterapkannya dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Model Problem Based Learning didasarkan kepada psikologi kognitif yang

berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah suatu proses prubahan tingkah laku karena adanya

pengalaman belajar. Belajar bukan sekedar proses menghafal akan tetapi suatu proses interaksi

antara siswa dengan lingkungannya sehingga perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada

aspekMkognitifnya, akan tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotor melalui proses

penghayatan terhadap masalah yang dihadapinya.

Model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah

metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata proses dimana peserta didik

melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan

untuk invesrigasi dan penyelidikan dan lapooran akhir. Dengan demikian peserta didik

didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan

berpikir kritis (Arends,2008).

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran dengan menghadapkan

peserta didik pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan

kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan- permasalahan yang selanjutnya dicari solusi

untuk menyelesaikannya. Pengertian Problem Based Learning lainnya adalah cara penyajian
pelajaran dengan memanfaatkan permasaahan yang ditemui anak yang digunakan sebagai bahan

pelajaran yang kemudian permasalahan tersebut dibahas atau didiskusikan bersama untuk

mendapatkan penyelesaiian atau jalan keluarnya.

Menurut Dutch (dalam Amir,2014,hlm.21) Problem Based Learning merupakan

metode intruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar, bekerja sama

dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk

mengaitkan rasa ingin tahu serta kemampuan analisis peserta didik untuk berpikir kritis dan

untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

Sedangkan menurut Howard Barrorws dan kelson (dalam Amir,2014,hlm.21)

Problem Based Learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya

dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapatkan pengetahuan yang

penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar

sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim (Rasto, Rego.2021:10).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah

adalah pembelajaran yang didasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait dengan

kopentensi dasar yang sedang dipelajari siswa.Masalah yang dimaksud bersifat nyata, dengan

penerapan model pebelajaran berbasis masalah, siswa menjadi terampil dalam memecahkan

masalah, baik berkaitan dengan akademik ataupun kehidupan mereka sehari-hari. Merekapun

diharapkan menjadi solusi dari beragam masala yang mungkin dihadapi dilingkungan dan

masyarakatnya.

Ghufron dan Risnawati (2012) menegaskan bahwa kepercayaan diri individu sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a.     Konsep diri


Menurut Antony (dalam Ghufron dan Risnawati, 2012) terbentuknya kepercayaan

diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperolehnya melalui

pergaulan dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri.

b.    Harga diri

Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif. Harga diri adalah

penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi

tingkat kepercayaan seseorang.

c.     Pengalaman

Pengalaman masa lalu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri.

Ketika seseorang sering mengalami kegagalan, sering kalah dalam persaingan.

d.    Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri

seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan seseorang tersebut, tergantung dan

berada di bawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai dari dirinya. Sebaliknya orang yang

mempunyai pendidikan tinggi, akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan

dengan orang yang memiliki pendidikan yang rendah.

2. Langkah – langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pebelajaran

berbasis maalah adalah sebagai berikut:

a. Orientasi siswa pada masalah pada tahap ini dalam kegiatan pembelajarannya guru

menjelasan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang di butuhkan, otifasi siswa

terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar pada tahap ini dalam kegiatan pembelajarannya
guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan masalah tersebut.

c. Membimbing individu atau kelompok pada tahap ini dalam kegiatan pembelajarannya

guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksprimen untuk mendapatkan pembeajaran dan pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya pada tahap ini dalam kegiatan

pembelajarannya guru membantu siswa dalam merncahkan dan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan dan membantu siswa untuk berbagai tugas dengan temannya atau

kelompok.

e. Menganalisis dan mengevaluasi peroses pemecahan pada tahap ini pada kegiatan

pembelajarannya guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan siswa dan tahap-tahap yang mereka gunakan.

Langkah pembelajaran dengan Problem Based Learning di atas dapat disimpulkan bahwa

dalam pembelajaran dengan PBL yang lebih dipentingkan adalah dari segi peroses dan

bukan hanya sekedar hasil belajar yang di peroleh.

3. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PLB)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya

di kelas. Problem Based Learning dapat diterapkan dalam kurikulum dan pembelajaran,

mengingat pentingnya siswa memiliki pengalaman dan kemampuan mengatasi masalah nyata

dalam kehidupannya sehari-hari secara mandiri. Adapun kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran problem based learning yaitu:

a. Kelebihan Problem Based Learning

Adapun kelebihan dari model pembelajaran problem based learning yaitu:


1) Pemecahan masalah Problem Based Learning merupakan teknik yang

cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

2) Pemecahan masalah dapat menentang kemampuan peserta didik serta

memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi

peserta didik.

3) Pemecahan masalah Problem Based Learning dapat membantu peserta

didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung

jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu

pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan

evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

4) Pemecahan masalah Problem Based Learning dapat memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan

yang mereka miliki dalam dunia nyata.

b. Kekurangan Problem Based Learning

Adapun kelemahan problem based learning ini yaitu:

1) Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membutuhkan waktu

yang cukup untuk persiapan.

2) Tanpa pemehaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin

mereka pelajari.

3) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,maka

mereka akan merasa enggan untuk mencoba.


2.2.3. Pembelajaran Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganagaraan adalah mata pelajaran yang diguanakan sebagai

wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai leluhur dalm moral yang berakar apada

budaya bahasa Indonesia. Istilah pendidikan kewarganegaraan apabila dikaji secara mendalam

berasal dari kepustakaan asing yang memiliki dua istilah yaitu civic education dan citigenzhip

education.

Istilah civic education ternyata lebih cenderung digunakan dalam makna yang serupa

untuk mata pelajaran di sekolah (identik dengan PKn). Civic education atau pendidikan

kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda

untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara.

Menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang sidiknas pasal 1 ayat 20, pembelajaran

adalah peroses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Pembelajaran sebagai peroses pembelajaran yang dibanngun oleh guru untuk

mengembangkan keraktivitas berfikir yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa sebagai

upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran yang didukung dengan

sumber belajar seperti buku ataupun sumber belajar yang lain.

Didalam lampiran permendikbut No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi

Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dielaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan

peroses penddikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi

dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilanya. Kegiatan pembelajaran harus diarahkan untuk

memfasilitasi pencapaian kopentensi yang telah direncang dalam kurikulum agar setiap siswa

mampu menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat.


Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem yang

bertujuan untuk membentu peroser belajar yang di dalamnya berisi serangkaian peristwa yang

direncang untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik.

Pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan disekolah dimaksudkan sebagi suatu

proses belajar mengajar dalam rangka membantu perserta didik agar dapat belajar dengan baik

dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan kerakter manusia yang

diharapkan mengarah pada suatu penciptaan masyarakat yang yang menempatkan

demokrasi dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila,

UUD, dan norma yang berlaku dimasyarakat.

Namun sangat disayangkan bahwa dalam aplikasinya, pelajaran PPKn kurang banyak

diminati dan dikaji dalam dunia pendidikan karena kebanyakan lembaga pendidikan formal

cenderung menyajikan materi yang bersifat kognitif dan jarang menyajikan materi yang

menyentuh aspek afektif. Hal ini bukan karena tidak disadari esensinya, melainkan karena

tidakpahaman para pendidik.

Pendidikan pancasila kewarganegaraan mempunyai peranan penting sebagai wahana

untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab. Dalam mencapai hal tersebut PPKn perlu dikembangkan dan dituangkan

dalam bentuk standar nasional,standar materi serta model-model pembelajaran yang efektif

dengan memperhatikan empat hal, yaitu:

1) PPKn perlu mengembangkan kemampuan dasar terkait dengan kemampuan

intelektual, sosial (berpikir, bersikap, bertindak, serta berpartisipasi dalam

hidup masyarakat).

2) PPKn perlu mengembangkan daya nalar peserta didik, pengembangan


kecerdasan, tanggung jawab, dan partisipasi warga negara sebagai landasan

pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.

3) PPKn sebagai laboratorium demokrasi bukan sekedar membutuhkan

pemahaman, sikap, dan perilaku demokrasi melalui mengajar tetapi

memerlukan model pembelajaran yang secara langsung dapat menerapkan

hidup berdemokrasi.

4) PPKn perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih inspiratif

dan partisipatif dengan menekankan pada pelatihan penggunaan logika dan

penalaran.

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan

Tujuan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk membentuk watak, atau

karakteristik pada peserta didik dan warga negara. Adapun tujuan pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan untuk menjadikan peserta didik menjadi:

1) Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi

persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan dinegaranya.

2) Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan

bertanggung jawab sehingga bisa bertindak cerdas dalam semua kegiatan.

Melalui materi pendidikan kewarganegaraan juga dapat mendidik peserta didik agar

berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, dapat berpartisipasi

secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.


2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian hasil terdahulu yang relevan atau yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Wulan Fortuna Wardani (2018) dengan judul:
Penerapan Model Problem Based Learning (PLB) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Islamiyah Sumberrejo Batanghari Tahun
Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan
untuk mengetahui hasil belajar IPS dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL). Peneliti bertindak sebagai guru dan mitra kolaborasi sebagai observer
yaitu guru mata pelajaran IPS. Pembelajaran di lakukan dengan 2 siklus selama 4 kali
pertemuan setiap siklus memiliki tahapan yaitu: perencanaan tindakan,pelaksanaan
tindakan, observasi (pengamatan) dan refleksi. Alat pengumpulan data pada penelitian ini
adalah observasi untuk mengamati aktivitas belajar siswa, observasi aktivitas guru, tes
untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan dokumentasi. Hasil belajar siswa pada siklus I
meningkat yaitu sebanyak 8 siswa memenuhi KKM dengan nilai tertinggi 80, tes di
lanjutkan kembali pada siklus II dengan sedikit perbaikan di dapat kembali hasil belajar
siswa pada siklus II meningkat, sebanyak 10 siswa memenuhi KKM dengan nilai
tertinggi 90. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut; Penerapan model Problem Based Learning(PBL)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
kelas IV. ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I diketahui pada pretest sebesar
41,66% dan post test sebesar 66,6%, dan mengalami kenaikan pada siklus II preetest
sebesar 81,6% dan post test sebesar 83,3%. Jadi tingkat ketuntasan hasil belajar siswa
dari siklus I dan siklus II terjadi peningkatan 16,7%, maka target yang diinginkan telah
tercapai untuk ketuntasan hasil belajar siswa, karena pada akhir siklus telah mencapai
sesuai target yang ditentukan yaitu 75%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hermayanti Nimko (2018) dengan judul: Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VA Pada Pembelajaran PKn di MI NW Kawo Tahun Ajaran
2018/2019. Hasil penelitian meneunjukan bahwa menerapan metode pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Data yang
diperoleh siswa pada siklus I persentasi ketuntasan klasikal 47.61%.hasil tersebut
menunjuan bahwa pada siklus I secara kelasikal perserta didik belum tuntas sebab peserta
didik yang memperoleh nilai ≥6,5 lebih kecil dari persentase ketuntasan klasikal yang
dikehendaki yaitu 80%. Sementara untuk perolehan hasil observasi aktivitas guru pada
siklus I diperoleh persentase 66% dan persentase aktivitas siswa mencapai 60%. Pada
siklus II diperoleh data data ketuntasan kelasikal sebesar 90.47% . Hasil siklus pada
siklus II tersebut menunjukan secara kelasikal perserta didik sudah tuntas, sebab peserta
didik yang memeperoleh nilai ≤6,5 lebih besar dari ketuntasan kelasikal yang di
kehendaki 80% dan untuk persentase aktivitas guru mencapai 83% dan persentase
aktivitas belajar siswa mencapai 80%. Bedasarkan hasil peelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA di MI NW
Kawo Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019.
2.3. Kerangka Berfikir
Hasil belajar adalah suatu kegiatan proses mengatur, mengorganisasi
dilingkungan peserta didik sehingga dapat menumbuhkan serta mendorong peserta didik
dalam kegiatan proses pembelajaran. Dengan itu suatu proses pembelajaran serta
tercapainya suasana belajar didalam kelas, oleh karena itu seorang guru harus memilih
model pembelajaran berdasarkan kebiasaan tetapi juga berdasarkan materi serta sasaran
yang harus dicapai. Dalam hal ini peran guru sangat penting dalam pensuasanaan kelas.
Yang menjadi komponen penting pada penerapapan pembelajaran adalah sebuah Model
pembelajaran. Model pembelajaran adalah unsur p’enting dalam kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran dapat
dilaksanakan serta dapat diterapkan dalam suatu pekerjaan jika melalui pendidikan dan
latihan. Dalam mencapai meningkatkan pembelajaran yang baik maka tidak terlepas dari
penerapan model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru dalam proses
pembelajaran di kelas. Sama halnya dengan SMP Negeri 17 Medan, model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) jarang digunakan dalam proses pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di SMP Negeri 17
Medan sehingga menyebabkan rendahnya efektivitas belajar peserta didik saat proses
belajar mengajar dikelas terutama pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan di SMP Negeri 17 Medan sehingga menyebabkan hasil belajar yang
rendah. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik meneliti masalah sehingga mengangkat
judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas VII SMPN 17 Medan Tahun
Pelajaran 2022/202. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat di bagan bawah ini:

model pembelajaran Problem Based Rendahnya efektivitas belajar peserta


Learning (PBL) jarang digunakan didik saat proses belajar

model pembelajaran Problem Based


digunakan

Kendala & Penerapan

Faktor-faktor yang
mempengaruhi

Hasil Belajar Siswa


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

Menurut Riduwan (2015), mengemukakan bahwa penelitian adalah suatu cara imiah

untuk memecahkan suatu cara ilmiah untuk memecahkan masalah dan menembus batas-batas

ketidaktahuan manusia. Kegiatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan

proses dan fakta yang dapat dikomunikasikan oleh peneliti dan hasilnya dapat dinikmati dan

dipergunakan oleh manusia.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan

jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian yang menggambarkan bagaimana upaya

penerapan model Problem Based Learning dan menjelaskan apa saja kendala dalam upaya

penerapan model pembelajaran tersebut.

3.1.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis guna menyelesaikan skripsi adalah dengan metode

deskriptif kualitatif. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan,

menerangkan,menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti

dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian.

Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian

yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Maka dari itu alasan peneliti menggunakan metode deskriptif yang sudah dipaparkan dengan

teori diatas untuk menguatkan dalam penelitian yaitu peneliti memiliki tujuan untuk

menganalisis Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas VII SMPN 17 Medan Tahun Pelajaran

2022/2023.

3.1.3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam hal ini adalah kelas VII yang ada di SMP Negeri 17 Medan yang

terdiri dari empat kelas. Penulis dapat memperoleh dat yang akurat karena disamping memiliki

kompetensi terkait dengan objek penelitian, yang merupakan sekolah menengah pertama.

3.1.4. Subjek Penelitian

Subyek Penelitian merupakan subyek penelitian menurut Suharsimi Arikonto tahun (2016)

memberi batasan tentang subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk

variabel penelitian melekat, dan tidak mempermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek

penelitian mempunyai peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data

tentang variabel penelitian amati. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah informan kunci,

yaitu Peserta Didik SMPN 17 Medan, Guru SMPN 17 Medan dan Kepala Sekolah SMPN 17

Medan.

3.1.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Adapun yang menjadi variabel sekaligus defenisi operasional dalam penelitian ini adalah hasil

belajar hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

a. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu kognitif ,afektif dan
psikomotor yang diperoleh dari tes dilakukan di awal siklus (pretest) dan diakhir siklus (posttest)

setelah siswa diberikan model Problem Based Learning (PBL) serta diharapkan hasil belajar

siswa akan meningkat setiap siklusnya sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

adalah 75.

b. Model Problem Based Learning

Model Problem Based Learning dalam pnelitian ini adalah interaksi antara stimulus dengan

respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi

masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan itu secara efektif ,sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,

dianalisis, serta dicari pemecahanya dengan baik.

3.1.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan secara langsung dilapangan terhadap obyek yang diteliti dalam

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil

belajar pada mata pelajaran PPKn kelas VII di SMPN 17 medan.

2) Wawancara

Wawancara yang dilakukan yaitu dengan tanya jawab kepada responden yang berkaitan

dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan

hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PPKn.

3.1.7. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data atau informasi yang diperoleh langsung dilokasi
penelitian. Data atau informasi tersebut diperoleh melalui kegiatan wawancara

dengan pihak terkait, seperti tenaga pendidik (guru), peserta didik dan kepala

sekolah dan pihak terkait lainnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kajian atau penelaahan berbagai

sumber kepustakaan, dokumen, dan laporan – laporan yang berkaitan dengan

kebutuhan data dalam peneltian.

3.1.8. Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan komponen paling penting dalam sebuah

penelitian. Karena dengan teknik ini digunakan dalam mengumpulkan data penelitian

yang dilakukan oleh peneliti di lapangan. Menurut Sugiyono (2017;308) jika peneliti

ingin mengetahui teknik saat pengumpulan data, maka hasilnya peneliti tidak akan

mendapatkan data sesuai dengan standar ketentuan yang ada. Dengan teknik

pengumpulan data, mempermudah peneliti saat melakukan penelitian. Dalam

penelitian ini menggunakan beberapa tenik pengumpulan data yaitu: observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

1. Wawancara/ Interview

Wawancara suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan proses tanya

jawab dengan informanyang dianggap mampu dan dapat memberikan informasi serta

data yang akurat. Menurut Moloeng (2016;186) wawancara adalah bersifat bercakap-

cakap dengan maksud tertentu dengan adanya tujuan yang ditulis. Percakapan

tersebut dengan pewawancara (interview) sebagai orang yang memberikan

pertanyaan dan yang terwawancara (interviewee) adalah orang yang memberikan


jawaban ataupun informasi mengenai pertanyaan dari pewawancara.

Dengan menggunakan teknik wawancara ini akan lebih lumrah digunakan dalam

sebuah penelitian dengan mengikuti pedoman wawancara yang telah disediakan

sebelumnya oleh sipeneliti yang akan ditanyakan kepada informan penelitian guru

maupun kepala sekolah tersebut.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument penelitian adalah alat bantu yang akan digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data penelitian. Suatu penelitian ilmiah, agar data yang kita

kumpulkan menjadi valid, maka kita harus mengetahui bagaimana cara – cara

mengumpulkan data dalam research itu, agar data yang kita peroleh menjadi

pendukung. Dengan mengevaluasi kita memperoleh data tentang objek yang akan kita

teliti. Oleh karena itu, dalam menyusun instrument merupakan langkah penting dalam

prosedur penelitian yang lainnya. Instrument pengumpulan data yang peneliti

gunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3.1.9. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini seperti komponen analisis,

yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dalam bentuk

interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus. Kegiatan dalam analisis

model interaktif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dalam

mengorganisasikan data.

2. Penyajian data merupakan kumpulan informasi yang memberikan kemungkinan


adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Peneliti akan dapat

memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan dalam

pemahaman tentang penyajian data.

3. Penarikan kesimpulan merupakan yang diambil yang sebelumnya belum jelas

kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengikat dengan kokoh. Peneliti

akan menguji kebenaran yang merupakan validitasnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai