Anda di halaman 1dari 32

MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun dan Diajukan guna Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Strategi Pengembangan SD

Dosen Pengampu : Adnan Yusufi, M.Pd.I

Oleh :

1. Dinisa Eka Safitri NIM. 40219032

2. Dhiya Ulhaq NIM. 40219029

3. Fira Seftiana NIM. 40219011

4. Ingki Hidayatu Laela NIM. 40219044

5. Sintia Kurniawati NIM. 40219073

6. Siti Syarah NIM. 40219009

7. Suci Amaliyah NIM. 40219015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BUMIAYU

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada The Spriritual Father, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga,
sahabat, dan para pengikut jejaknya hingga hari perhintungan nanti, semoga Allah SWT
mengagungkan perjuangan mereka.

Amma ba’du. Makalah yang berjudul “Model Pembelajaran” ini disusun guna memnuhi
tugas terstruktur kelompok pada mata kuliah Strategi Pengembangan SD yang diampu oleh
Adnan Yusufi, M.Pd.I., Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Peradaban. Penulisan makalah ini juga dimaksudkan sebagai media
untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam penelitian serta penulisan karya
ilmiah mahasiswa.

Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik
moril maupun materiil. Untuk itu, tim penyusun menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Akhirnya, kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnakan
dimasa mendatang. Dan kiranya, makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT
berkesan menjadikan karya ilmiah ini sebagai amal jariyah bagi tim penyusun serta pihak-pihak
yang pandangannya dikutip dalam makalah ini. Amiin.

Bumiayu,16 April 2020


Ketua

Fira Seftiana
NIM.40219011

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................... 1

B. Rumusan Masalah ................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan................ 3

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………….... 5

A. Pengertian Model Pembelajaran............... 5

B. Macam-macam Model Pembelajaran ...... 6

C. Model Pembelajaran PAKEM .................20

BAB III KESIMPULAN ............................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang


keberhasilan proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan model pembelajaran akan
berdampak pada keberhasilan belajar siswa serta tercapainya tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang dirancang untuk memperlancar
proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Suprijono (2012: 46) yang
mengemukakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Dari pengertian model pembelajaran tersebut, model pembelajaran dapat


dipahami sebagai suatu desain, pola atau rancangan yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Hal itu dilakukan untuk menciptakan
suasana yang menunjang agar siswa merasa bebas untuk merespon secara alami dan
teratur, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Karena itu, pengkajian
pemilihan model pembelajaran yang tepat menjadi hal yang perlu dilakukan, agar sesuai
dengan karakteristik siswa dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Selain itu penunjang yang lain adalah salah satu komponen pendidikan yang
paling menentukan karena peran dan fungsinya yang amat strategis adalah guru. Karena
demikian besarnya peran dan fungsinya yang harus dimainkan guru, hingga ada yang
berpendapat, bahwa andai kata tidak ada gedung sekolah, tidak ada kurikulum dan
komponen pendidikan lainnya, namun masih ada guru dan murid, maka kegiatan
pendidikan masih akan bisa berjalan.

Seorang guru harus mempunyai sifat kreatif dan berkarakter, guru yang kreatif
adalah yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Fluency, artinya guru mampu
menghasilkan ide-ide yang akurat sesuai dengan masalah yang dihadapi. Fleksibility,
artinya guru mampu membuka pikiran. Originality, artinya mampu menciptakan ide baru.
Elaboration, artinya seorang guru mampu melihat suatu masalah secara mendetail.2 Guru

1
yang kreatif adalah guru yang mampu menghasilkan ide-ide baru, membuka pikiran baik
guru itu sendiri maupun didik dan dapat menguasai masalah dan serta menyelesaikannya.

Guru yang berkarakter adalah guru yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral,
akhlak mulia, budi pekerti, sopan santun, etika, agama, dan nilai-nilai kewarganegaraan.
Guru yang demikian itu selanjutnya mengambil inisiatif,kreatifitas dan pilihannya secara
bertanggung jawab, baik pada hati nuraninya, pada masyarakat dan pada Tuhan sebagai
penciptanya.

Guru yang berkarakter ini selanjutnya menjadi pusat perhatian dari para ahli
pendidikan, mengingat guru yang berkarakter ini sangat menentukan keberhasilan
pendidikan. Dalam hubungan ini Imam al-Gazali misalnya mengatakan bahwa guru yang
berkarakter itu adalah guru yang menerapkan pola hidup zuhud (sederhana), ikhlas dalam
melaksanakan tugasnya, menyayangi dan melindungi peserta didik, bersikap pemaaf atas
kesalahan yang dilakukan peserta didik dan orang lain, bersikap adil dalam
memperlakukan para peserta didik, serta senantiasa menambah ilmunya, santun katanya,
santun perkataan dan perbuatannya, berpandangan jauh kedepan dan tidak meminta upah
dalam melaksanakan tugasnya.

Realitas menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia dinilai masih


memprihatinkan. Input guru sangat rendah. Data Badan Penelitian dan Pengembangan
Departement Pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas) tahun 1999 menunjukkan dari
peserta tes calon guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) setelah dilakukan tes bidang studi
ternyata rata-rata skor tes seleksinya sangat rendah. Untuk menghadapi era globalisasi
yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian, dibutuhkan guru yang kreatif dan
berkarakter dan mampu mengolah proses belajar mengajar. Diperlukan perubahan
strategi dan model pembelajaran yang sedemikian rupa agar dapat memberikan nuansa
yang menyenangkan bagi guru dan peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas, maka
fokus penulisan ini adalah :

• Apakah yang disebut dengan model pembelajaran ?

2
• Apa saja macam-macam model pembelajaran ?

• Bagaimana model pembelajaran PAIKEM dan implementasinya dalam


pembelajaran ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dan manfaat dari penulisan ini yang
hendak dicapai penulis adalah :

• Tujuan

Tujuan dari penulisan ini ada tiga yaitu sebagai berikut :

• Untuk mengetahui pengertian dan makna dari model pembelajaran

• Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam macam-macam model


pembelajaran

• Bagaimana model pembelajaran PAIKEM ( Pembelajaran, Aktif, Inovatif,


Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) serta implementasinya dalam proses
pembelajaran

• Manfaat

Manfaat dari penulisan tidak lain adalah :

• Penulisan ini dapat diharapkan akan menambah khazanah keilmuwan dan


pengetahuan serta dapat menjadi bahan bacaan

• Penulisan ini diharapkan guru senantiasa menjadi guru yang kreatif dan
berkarakter dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan

• Penulisan ini diharapkan menjadi sarana evaluasi dan pembenahan dalam


sistem pendidikan yang sedang berkembang saat ini

3
• Penulisan ini dapat dijadikan motivasi bagi guru-guru untuk selalu
melaksanakan proses belajar mengajar dengan cara yang menyenangkan
melalui PAIKE

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran, menurut Isjoni (2012: 147), merupakan strategi yang digunakan
guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir
kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih. Model
pembelajaran berisi strategi-strategi pilihan guru untuk tujuan-tujuan tertentu di kelas.
Sementara, strategi, menurut Kemp (dalam Rusman, 2014: 132), merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai
secara efektif dan efisien.

Sementara itu, Dick dan carey menyatakan strategi pembelajaran sebagai suatu
perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada siswa. Satu strategi pembelajaran dapat menggunakan
beberapa metode. Model pembelajaran juga dilandasi oleh berbagai prinsip dan teori
pengetahuan, diantaranya prinsip-prinsip pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, analisis
sistem, atau teori lain yang membantu (dalam Rusman, 2014:132).

Sehubungan dengan itu, model pembelajaran merupakan seperangkat materi dan


prosedur pembelajaran atas dasar landasan teoretis tertentu untuk tujuan pembelajaran
tertentu. Pendapat yang lebih komprehensif diungkapkan oleh Miftahul Huda. Model
pembelajaran didefinisikan sebagai gambaran keseluruhan pembelajaran yang kompleks
dengan berbagai teknik dan prosedur yang menjadi bagian pentingnya.

Di dalam kompleksitas model pembelajaran, terdapat metode, teknik, dan prosedur


yang saling bersinggungan satu dengan lainnya (Miftahul Huda, 2014). Sehingga model
pembelajaran adalah satu perangkat pembelajaran yang kompleks yang menaungi metode,
teknik, dan prosedur.

4
Sebagai ringkasan, definisi model pembelajaran dari Susan Ellis (1979:275) akan
melengkapi bahasan ini. Model pembelajaran merupakan strategi-strategi yang berdasar pada
teori-teori dan penelitian yang terdiri dari rasional, seperangkat langkah-langkah dan
tindakan yang dilakukan guru dan siswa, sistem pendukung pembelajaran dan metode
evaluasi atau sistem penilaian perkembangan belajar siswa.

Model pembelajaran hakikatnya menggambarkan keseluruhan yang terjadi dalam


pembelajaran dari mulai awal, pada saat, maupun akhir pembelajaran pada tidak hanya guru
namun juga siswa. Berdasarkan pengertian-pengertian model pembelajaran di atas, setiap
model pembelajaran memiliki ciri-ciri, sebagai berikut.

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

3) Dapat dijadikan pedoman perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah pembelajaran


(syntax), (b) prinsip-prinsip reaksi, (c) sistem sosial, dan (d) sistem pendukung.

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, meliputi: dampak


pembelajaran berupa hasil belajar yang terukur dan dampak pengiring berupa hasil belajar
jangka panjang.

6) Adanya desain instruksional atau persiapan mengajar dengan berpedoman pada model
pembelajaran yang dipilih.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan seperangkat


strategi yang berdasarkan landasan teori dan penelitian tertentu yang meliputi latar belakang,
prosedur pembelajaran, sistem pendukung dan evaluasi pembelajaran yang ditujukan bagi
guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dapat diukur.

B. Macam-macam Model Pembelajaran

Dalam mengajar guru harus memperhatikan model pembelajaran yang cocok agar dapat
meningkatkan hasil pembelajaran yang di ajarkan. Ada banyak model pembelajaran yang

5
berkembang saat ini yang dapat membantu guru dalam pembelajaran, Menurut Bern dan
Erickson (dalam Komalasari, 2011: 55) model-model pembelajaran memiliki banyak tipenya,
diantaranya:

• Pembelajaran berbasis masalah (problem-based-learning)

adalah strategi belajar yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan
mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu

• Pembelajaran berbasis proyek (projek-based-learning) adalah pendekatan


yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin pembelajaran

• Pembelajaran pelayanan (service learning) adalah model yang menyediakan


suatu aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan melalui proyek dan
aktivitas

• Pembelajaran berbasis kerja (work-based-learning) adalah dimana tempat


kerja terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dalam
memahami dunia terkait

• Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah strategi pembelajaran


yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar
kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat di gunakan dalam sistem


pendidikan Indonesia antara lain :

• Model Pembelajaran Kontekstual ( Contextual, teaching, and learning)

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)atau biasa di sebut


dengan model pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
(Nurhadi, 2002).

6
Sementara itu, Howey R, Keneth, dalam Rusman (2011) mendefinisikan CTL
“Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student aploy their
academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to
solve simulated or real world problems, both alone and with others” (CTL adalah
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa
menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks
dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun
nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama

Pada intinya pengembangan komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat


dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut

• Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan

belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan


sendiri, dan mengkonstrusi pengetahuan dan keterampilan baru siswa.

• Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan.

• Mengembangkan sifat ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan.

• Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok


berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

• Menghadirkan contoh pembelajaran melalui ilustrasi, model, bahkan


media yang sebenarnya.

• Membiasakan anak melakukan refleksi setiap kegiatan pembelajaran


yang telah dilakukan.

• Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang


sebenarnya pada setiap siswa.

Terdapat tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh


guru, yaitu :

• Konstruktivisme (Constructivism)

7
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yaitubahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas.

• Menemukan (Inkuri)

Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menumukan


akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan ketrampilan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan dari hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri

• Bertanya (Questioning)

Unsur lain menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan kebiasaan


untuk bertanya.

• Masyarakat Belajar (Learning Community)

Kebiasaan penerapan dan pengembangan masyarakat belajar dalam CTL


sangat memungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan masyarakat
belajar lain di luar kelas

• Pemodelan (Modelling)

Tahap pemodelan dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan


pembelajaran siswa bisa memnuhi harapan siswa secara menyeluruh dan
membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru
(Muslich,2007)

• Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang terjadi baru saja dipelajari

• Penilaian Sebenarnya ( Aunthentic Aassessment)

8
Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang
amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil
pembelajaran melalui penerapan CTL.

• Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran


dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat hingga lima orang siswa dengan
struktur kelompok bersifat heterogen. Konsep heterogen di sini adalah struktur
kelompok yang memiliki perbedaan latar belakang kemampuan akademik, perbedaan
jenis kelamin, perbedaan ras dan bahkan mungkin etnisitas. Hal ini diterapkan untuk
melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya.

Kelough & Kelough dalam Kasihani (2009: 16) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran secara berkelompok,
siswa belajar bersama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas dengan
penekanan padasaling supportdi antara anggota kelompok, karena keberhasilan
belajar siswa tergantung pada keberhasilan kelompoknya. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran belum tuntas atau belum berhasil jika hanya beberapa siswa yang
mampu menyerap dan memahami materi pelajaran yang dirancang guru di kelas.

Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2010) mengatakan tidak semua
belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, ada lima unsur dasar dalam model pembelajaran kooperatif yang harus
diterapkan, yaitu sebagai berikut :

• Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Prinsip ini meyakini bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung


pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Oleh karena itu, semua
anggota kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

9
• Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota


kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam kelompok tersebut.

• Interaksi Tatap Muka (Face To Face Promotive Interaction)

Dalam interaksi tatap muka siswa dalam kelompok berkesempatan untuk saling
berdiskusi, saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
Kegiatan interaksi ini akanmembentuk sinergi yang menguntungkan bagi semua
anggota kelompok.

• Partisipasi dan Komuniksi (Interpersonal Skill)

Komunikasi antar anggota kelompok atau keterampilan sosial merupakan prinsip


kegiatan peserta didik untuk saling mengenal dan mempercayai, saling
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling
mendukung, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.

• Evaluasi Proses Kelompok (Group Processing)

Evaluasi proses kelompok merupakan kegiatan penilaian atau mengevaluasi


proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.

Karakteriktik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim


merupakan tempat untuk mencapai tujuan

• Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

10
Terdapat tiga fungsi manajemen yaitu fungsi manajemen sebagai perencanaan
pelaksanaan, fungsi menejmen sebagai organisasi dan fungsi manajemen
sebagai kontrol.

• Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara


kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu
ditekankan dalam pembelajaran kooperatif

• Ketrampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan


pembelajaran secara berkelompok.

• Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model mengajar yang


menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan ketrampilan
pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri (Hmelo-Silver, 2004; Serafino &
Ciccheilli, 2005). Boud dan Feletti (1997) mengemukakan bahwa Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan.
Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk
meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola
piker yang terbuka, refleksi, kritis, dan belajar aktif.

Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah,


komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonalPembelajaran bebas
masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan
untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000).

Karateristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

• Permasalahan menjadi starting poin dalam belajar;

11
• Permasalahan yang diangkat adalah yang ada didunia nyata yang tidak
tersruktur;

• Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)

• Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,


sikap, dan kompetensi yang kemuddian membutuhkan identifikasi
kebutuan belajar dan bidang baru dalam belajar

• Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utuma

• Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan


evaluasi informassi merupakan proses yang esensial dalam PBM

• Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

• Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama


pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi
dari sebuah permasalahan;

• Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari


sebuah proses belajar

• PBM melibatkan evaluasi dan review siswa dan proses belajar.

• Model Pembelajaran E-Learning

E-Learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang di manfaatkan


teknologi informasi dalam proses belajar mengajar.

E-learning sangat berguna bagi siswa dalam mempelajari materi pembelajaran


karena dengan teknologi ini mereka dapat belajar secara fleksibel dimanapun dan
kapanpun dibutuhkan. Materi yang kurang dipahami oleh siswa ketika di sekolah
dapat dipelajari kembali melalui e-learning sehingga akan lebih memudahkan siswa
untuk memahami materi dengan lebih banyak waktu karena tidak terbatas seperti di
sekolah

12
Pembelajaran jarak jauh atau distance learning adalah pembelajran dimana antara
pebelajar {siswa, mahasiswa} dengan pembelajaran {guru, dosen} tidak berada
dalam suatu tempat pada waktu yang bersamaan. Pada pembelajran semacam ini,
penggunaan media sangat menentukan hasil belajar. Media yang digunakan dalam
belajar jarak jauh dapat berupa media cetak seperti modul atau media elektronik yang
biasa nya dikemas dalam bentuk pembelajaran berbantuan komputer yang berbasis
web selanjutnya dikenal dengan e-learning.

Karakteristik model pembelajaran E-Learning adalah sebagai berikut:

• Menggunakan bahan ajar bersifat mendiri (self learning materials)


yang kemudian disimpan didalam komputer, sehingga dapat untuk
diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja

• Memanfaatkan suatu jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan


belajar, serta hal-hal yang berkaitan dengan suatu administrasi
pendidikan dapat dilihat pada tiap-tiap komputer

• Memanfaatkan suatu jasa teknologi elektronik

• Memanfaatkan suatu keunggulan komputer (digital media serta juga


komputer networks).

• Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang diawali


dengan kegiatan merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan
bukti, menguji hipotesis, menarik kesimpulan sementara, dan menguji kesimpulan
sementara tersebut sampai pada kesimpulan yang diyakini kebenarannya.

Pembelajaran inkuiri terjadi apabila para pembelajar diminta untuk mendapatkan


sesuatu.Seorang guru lebih memilih mengajukan pertanyaan tentang sesuatu daripada
menyebutkannya. Menurut Cruickshank, dkk, setidaknya ada 3 maksud guru
menggunakan inkuiri adalah: Pertama, mengharapkan pembelajar mengetahui
bagaimana berpikir dan mendapatkan sesuatu untuk mereka. Sebaliknya mereka tidak

13
diharapkan menjadi kurang dependen atau mandiri dalam menerima penngetahuan
dari para guru dan kesimpulan yang diperoleh orang lain. Kedua, mengharapkan
pembelajar mengenali bagaimana pengetahuan diperoleh.Hal ini berarti para guru
mengharapkan para siswa belajar melalui mengumpulkan (collecting),
mengorganisasi (organizing), dan menganalisa informasi (analyzing information)
untuk sampai kepada kesimpulan sendiri. Ketiga, para guru menginginkan siswa
menggunakan kemampuan tertinggi dalam berpikir (highest-order thinking skill)
yakni kemampuan menganalisa (analyze), mensintesis (synthesize) dan menilai
(evaluate).

Karakteristik model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebgai berikut:

Menurut Sanjaya (2014), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam
pembelajaran inkuiri, yaitu:

• Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untu mencari


dan menemukan. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbal di dalam proses pembelajaran, tetapi
siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri.

• Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan


menemukan jawaban sendiri dan sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belajar). Dengan
demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru sebagai
sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

• Tujuan dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran adalah


mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis
atau mengembangkan kemampuanintelektual sebagai bagian dari proses
mental. Siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran dalam
metode inkuiri, akan tetapi bagaimana siswa dapat menggunakan
kemampuan yang dimilikinya secara optimal.

14
6) Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)

Menurut Sanjaya dalam (Taniredja, dkk, 2011: 87-88) mengatakan bahwa model
pembelajaran VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam
mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi persoalan
melalui proses menanalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
Sedangkan, karakteristik model pembelajaran VCT sebagai suatu model atau strategi
pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis
nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa kemudian menyelaraskannya
dengan nilai- nilai baru yang hendak ditanam.

Berdasarkan teori tersebut model pembelajaran VCT adalah suatu bentuk atau
pola belajar yang ingin menanamkan sikap positif dalam diri siswa. Sikap positif
tersebut berbentuk nilai-nilai yang terkandung dalam budaya demokrasi Indonesia.
Sebenarnya, nilai budaya demokrasi sudah dalam diri siswa, seperti siswa itu
mengerti kalau memutuskan sesuatu permasalahan harus melalui keputusan bersama
berdasarkan suara terbanyak. Jadi, untuk membangkitkan kembali sikap dan nilai
positif siswa harus melalui model pembelajaran yang sesuai, yaitu model
pembelajaran VCT.

Tujuan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Dalam


Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Setiap proses belajar sudah tentu
mempunyai tujuan pembelajaran agar lebih terarah dan dapat diukur tingkat
ketercapaian. Seperti tujuan menggunakan model pembelajaran VCT dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Mengenai hal tersebut menurut
Taniredja, dkk (2011: 88) tujuan menggunakan VCT dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, sebagai berikut:

• Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatu


nilai, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak untuk
menentukan target nilai yang akan dicapai.

15
• Mananam kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik
tingkat maupun sifat yang positif maupun yang untuk selanjut
ditanam- kan actual peningkatan dan pencapaian target nilai.

• Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang


rasional (logis) dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai
tersebut akan-menjadi milik siswa sebagai proses kesadaran moral
bukan kewajiban moral.

• Melatih siswa dalam menerima nilai-nilai dirinya dan posisi nilai


orang lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu
persoalan yang berhubungan dengan pergaulannya dan kehidupan
sehari-hari.

Prinsip - prinsip Value Clarification Technique (VCT) Taniredja, (2011:89)


mengemukakan pendapat bahwa terdapat lima prinsip-prisip VCT, yaitu:

• Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi banyak faktor


antara lain faktor potensi diri, kepekaan emosi, intelektual dan
faktor lingkungan, norma nilai masyarakat, sistem pendidikan dan
lingkungan keluarga dan lingkungan bermain.

• Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang


diterima siswa dan kekuatan nilai yang telah tertanam atau dimiliki
pada diri siswa.

• Nilai, moral dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan,


sehingga guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan
moral (moral development) dari setiap siswa. Tingkat
perkembangan moral untuk siswa dipengaruhi oleh usia dan
pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial.

• Pengubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan


mengklarifikasi nilai/sikap secara rasional, sehingga dalam diri

16
siswa muncul kesadaran diri bukan karena rasa kewajiban bersikap
tertentu atau berbuat tertentu.

• Pengubahan nilai memerlukan keterbukaan, karena itu


pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui VCT, VCT
menuntut keterbukaan antara guru dan siswa.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran VCT yang bagi tujuh bagian


dan tiga tingkatan. Menurut Joralimek (1977) dalam Taniredja, dkk (2011: 89-
90) mengenai masalah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

• Kebebasan Memilih

• Memilih secara bebas, artinya kesemapatan untuk


menentukan pilihan yang menurutnya tidak akan menjadi
miliknya secara penuh.

• Memilih dari beberapa sikap, artinya menentukan


pilihannya dari beberapa sikap pilihan secara bebas.

• Memilih setelah melakukan analisis pertimbangan


konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat atas
pilihannya itu.

• Menghargai

• Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang


menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi
integral pada dirinya.

• Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral


dalam dirinya di depan umum, yaitu menganggap bahwa
nilai itu sebagai pilihannya sehingga harus berani dengan
penuh sesadaran unutk menunjukannya di depan orang
lain.

17
• Berbuat

• Adanya kemauan dan kemampuan untuk mencoba


melaksanakannya.

• Mau mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya,


yaitu nilai yang menjadi pilihannya harus tercermin dalam
kehidupan sehari-hari.

Kebaikan-kebaikan Model Pembelajaran Value Clarification Tecnique (VCT)

• Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada


ranah internal side.

• Mampu mengklarifikasi atau menggali dan


menangungkapkan isi pesan materi yang disampaikan
selanjutnya akan mempermudah bagi guru untuk
menyampaikan makna atau pesan nilai atau moral.

• Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral


dari siswa, melihat nilai yang ada pada orang lain
memahami nilai moral yang ada dalam kehiduapan nyata.

• Mampu mengundang, melibatkan, membina dan


mengebangkan potensi diri siswa terutama
mengembangkan potensi sikap.

• Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari


berbagai kehidupan.

• Mampu menangkal, meniadakan mengitervensi dan


memadukan berbagai nilai moral dan sistem nilai dan moral
yang ada dalam diri seseorang.

18
• Memberikan gambaran nilai moral yang patut diterima dan
menuntun serta memotivasi untuk hidup layak dan
bermoral tinggi.

Kelemahan-kelemahan Model Pembelajaran Value Claritification Technique (VCT)

• Guru memiliki keterampilan melibatkan peserta didik


dengan keterbukaan, saling pengertian dan penuh
kehangatan maka siswa akan memunculkan sikap semu
atau imitasi.

• Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam dalam guru,


peserta didik dan masyarakat yang kurang atau tidak
baku dapat mengganggu tercapainya target nilai baku
yang ingin dicapai atau nilai etik.

• Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam


mengajar teruma memerlukan kemampuan atau
keterampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu
mengungkapkan dan menggali nilai yang ada dalam diri
peserta didik.

• Memerlukan kreativitas guru menggunakan media


yang tersedia dilingkungan terutama yang aktual dan
faktual sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari
peserta didik.

• Guru berlatih dan memiliki keterampilan mengajar


sesuai standar komptensi. Pengalaman guru yang
berulang-ulang kali menggunakan model pembelajaran
VCT akan memberikan pengalaman sangat berharga
karena memunculkan model-model pembelajaran
model VCT yang merupakan modifikasi sesuai
kemampuan dan kreativitas guru.

19
• Dalam setiap pembelajaran menggunakan tematik atau
pendekatan kontekstual, antara lain dengan mengambil
topik yang sedang terjadi dan ada di sekitar peserta
didik, menyesuaikan dengan hari besar nasional, atau
mengaitkan dengan program yang sedang dilaksanakan
oleh pemerintah.

C. Model pembelajaran PAIKEM

Pengertian PAIKEM ialah singkatan dari pembelajaran Aktif, Iinovatif, Kreatif,


Efektif, dan Menyenangkan.

• Aktif

Yang dimkasud ialah bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga seswa aktif untuk bertnya pertanyakan dan
mengemukakan pendapatnya belajar merupakan proses aktif dari siawa salam
membangun pengwtahuan siswa bukanlah gelas kosong yabg pasif yang hanya
menerima kuncuran ceramah guru tentang oelajarn pengetahuan atua informasi .

• Inovatif

Yang dimaksud ialah dalam proses pembelaajran di harapkan manual ide ide
gagasan atau inovasi baru yang positif dan lebih baik

• Kreatif

Dalam setiap proses pembelajaran guru yang harus maupun menciptakan kegiatan
yang beragam tidak monoton serta maupun membuat alat bantu atau media belajar
ynag swderhana yang dapat memudahkan pemahaman siswa

• Efektif

Selama proses pembelajaran berlangsung dalam mewujudkan ketercapaian tujuan


pembelajaran siswa tidak menguasai kompetensi serta keterampilan yang di harapkan

20
• Menyenangkan

Supaya belajar mengajar yang nyaman dan menyenangkan siswa selaku subjek
belajar tidak merasa takut canggung dan tertekan serta berna untuk mencoba Every
One is a Teacher Here (Setiap siswa sebagai guru)

Langkah-langkah penerapanya sebagai berikut:

• Bagian kertas mintalah siswa untuk menuliskan pertanyannya tentang


materi ynag di pelajari

• Kumpulkan kertas tersebut di kocok dan di bagikan kembali secara acak


kepada masing-masing siswa dan usahakan pertanyaan tidak kembali
kepada yag menulisnya

• Kembangkan diskusi secara lebih lanjut dengan car siswa berganti


membacakan pertanyaan dintangan masing masing sesuai wkatu yang
tersedia

• Guru melakukan kesimpulan klafikasi dengan tidak lanjut

The Power Of Two And For (menggabungkan 2 dan 4 kekuatan)

Langkah-langkah nya sebagai berikut:

• Berikan permasalahanya yang berkaitan dengan materi


mintalah kepasa siswa untuk mengerjakan secara
perorongan

• Siswa di minta berpasang-pasangan untuk


mendiskusikan jawaban kembali dan sepakati bersama
hasilnya yng baru.

Index Card Match (mencari pasangan kartu yang sesuai)

Langkah-langkah penerapanya sebagai berikut:

21
• Berilah pertanyaan terkaiy materi dan jawaban pada
potingan kertas sejumlah siswa yang ada di dalam
kelas

• Kocoklah semua kertas tersebut sehingga akan


tercampur antara soal dan jawaban dan bagikan
kepada siswa.

1. Jigsaw Learning

Langkah-langkah penerapan jigsaw learning :

• Pilih materi pembelajaran yang dapat di bagi menjadi beebrapa


subab bagian

• Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok sesuai subab yang


ada

• Setiap kelompok mendapatkan tugas membaca,memahami,dan


medis kusikataan serta mmebuat ringkasan materi pembelajaran
yang berbeda sesuai jatah subab nya

• Setiap kelompok mendelegasikan salah satu anggotanya ke


kelompok untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari
dikelompokannya

• Guru melakukan kesimpulan klarikasi,dan tidak lanjut

2. Card Jorl

• Guru menyampaikan kartu berisi tentang materi


pokok sesuai SK dan KB mata pelajaran isi kartu
terdiri dari kartu induk atau topik utama dan kartu
rincian

22
• Seluruh kartu diacak agar tidak tercampur

• Perintahkan setiap siswa untuk bergerak mencari


kartu induknya dengan mencovokan kepada teman
sekelasnya

• Setelah kartu induk dan kartu rinciannya di


tentutakan perintah masing masing melakukan
kelompok dan menempel hasil di papan secara urut.

• Gellery Walk

Penerapannya di bagi beberapa kelompok :

• Kelompok diberi kertas plano atau flup card

• Tentukan topik atau tema pelajaran

• Hasil keeja kelompok di tempel di dinding

• Masing-masing kelomook berputar mengamati hasil


kerja kelompok lainnya

• Koreksi bersama sama

CIRI-CIRI PEMBELAJARAN PAIKEM

Secara garis besar, ciri-ciri PAIKEM menurut pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) adalah sebagai berikut:

• Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan


kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning to
do)

23
• Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
suatu pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa

• Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik serta menyediakan “Pojok Baca”

• Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok.

• Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam memcahkan


suatu masalah, untuk mengugkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya

Sedangkan menurut Rose dan Nocholl dalam (Jamal Ma’mur Asmani, 2011:84)
mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah sebagai berikut:

• Menciptakan lingkungan tanpa stress (rileks), yaitu lingkungan yang aman


untuk melakukan kesalahan, namun dengan harapan akan mendapatkan
kesuksesan yang lebih tinggi.

• Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan

• Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, pada umumnya, hal
tersebut dapat terjadi ketika belajar dilakukan bersama orang lain, ketika ada
dorongan humor dan semangat, waktu rehat dan jeda yang teratur, serta
dukungan antusias.

• Melibatkan secara sadar semua indra dan otak kiri meupun kanan.

• Menentang peserta didik untuk dapat berfikir jauh kedepan dan


mengekspresikan apa yang sedang dipelajari.

PAIKEM merupakan sebuah metode pembelajarn kontekstual yang melibatkan paling sedikit
empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses interaksi, dimana siswa
dapat berinteraksi secara aktif baik dengan guru, rekan, multimedia, referensi, lingkungan,

24
dan sebagainya. Kedua, proses komunikasi, dimana siswa dapat mengkomunikasikan proses
belajar mereka dengan guru maupun rekan melalui dialog, cerita, atau stimulus. Ketiga,
proses reflesi, dimana siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan apa
yang mereka lakukan yang melibatkan semua indra (penglihatan, pendegaran, percobaan,
penyelidikan, dan wawancara).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM

• Memahami sifat yang dimiliki anak

• Mengenal anak secara perorangan

• Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

• Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan


memecahkan masalah

• Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

• Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

• Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

• Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

25
BAB III

KESIMPULAN

Dari pengertian model pembelajaran tersebut, model pembelajaran dapat dipahami


sebagai suatu desain, pola atau rancangan yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan
seperangkat strategi yang berdasarkan landasan teori dan penelitian tertentu yang meliputi latar
belakang, prosedur pembelajaran, sistem pendukung dan evaluasi pembelajaran yang ditunjukan
bagi guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dapat diukur.

Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat di gunakan dalam sistem pendidikan
Indonesia antara lain: Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual, teaching, and learning),
Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM ), Model
Pembelajaran E-Learning, Model Pembelajaran inkuiri terbimbing, Model Pembelajaran Value
Clarification Technique.

Pengertian Paikem ialah singkatan dari pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.

PAIKEM merupakan sebuah metode pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling


sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses interaksi, diamana
siswa dapat berinteraksi secara aktif baik dengan guru, rekan, multimedia, refrensi lingkungan,
dan sebagainnya. Kedua, proses komunikasi, dimana siswa dapat mengomunikasikan proses
belajar mereka dengan guru maupun rekan melalui dialog, cerita atau stimulus. Ketiga, proses
reflesi, dimana siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan apa yang mereka
lakukan yang melibatkan semua indra (penglihatan, pendengaran, percobaan, penyelidikan, dan
wawancara.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.uny.ac.id/index.php/sosia/article/download/5343/4646

http://fatkhan.web.id/pengertian-model-pembelajaran-value-clarification-technique-vct/

http://desirachmawati79.blogspot.com/2014/05/model-pembelajaran-paikem.html?m=1

L. Gavrilova, Marina. 2006. Computational Science and Its Applications - ICCSA 2006:
6th International Conference. Glasgow, UK: Springer.

Allen, Michael. 2013. Michael Allen’s Guide to E-learning. Canada : John Wiley & Sons.

Fahyuni, Eni Fariyatul, M.Pd.I dan Nurdiyansyah, M.Pd. 2016. Inovasi Model
Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013. Sidoarjo : Nizamia Learning Center

27
LAMPIRAN

28
29

Anda mungkin juga menyukai