Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

"Model-model dan Desain Pembelajaran"


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendalaman PAI SMA
Dosen Pengampu : Ahmad Edwar, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun oleh :
Sumiyati
Saevul bahri

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KH ABDUL KABIER (STAIKHA)
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq,
serta inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan ke hadirat Rasulullah saw. Sebagai nabi pembawa risalah demi kerahmatan
seluruh alam serta syafaatnya yang kita nantikan kelak di yaumil qiyamah, Amiiin.

Terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Bapak Ahmad Edwar, S.Pd.I., M.Pd.I selaku
pembimbing Mata Kuliah Pendalaman PAI SMA yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Model-model dan desain pembelajaran ” ini. Semoga
amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan ini penulis sadari bahwa penulisan
makalah sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari pembaca, Aamiin Ya Robbal Alamin.

petir, 18 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.LatarBelakang...................................................................................................................... 1
B.RumusanMasalah....................................................................................................... 1
C.Tujuan dan Kegunaan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Model-model pembelajaran.......... ....................................................................................... 2
B. Desain-desain pembelajaran.................................................................................................. 8
BAB lll PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................................................................... 12
Saran dan Kritik........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah pendidikan yang masih dianggap penting untuk dipecahkan oleh bangsa Indonesia,
khususnya pendidikan islam adalah mengenai rendahnya mutu pendidikan baik pendidikan
persekolahan maupun luar persekolahan. Pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan negara jika hasil
pendidikannya sesuai dengan tujuan dari pendidikan Nasional. Dalam usaha perbaikan dan
memajukan pendidikan di Indonesia pemerintah memberikan peluang besar bagi lembaga – lembaga
sekolah berupa otonomi sekolah untuk mengelola sekolah mereka dengan mandiri. Mereka
diharapkan mampu mengelola lembaga dalam segala bidang baik dari masukan, proses sampai pada
hasil dari pendidikan tersebut.

Salah satu bidang yang perlu kita pelajari dari segi proses pendidikan. Proses pendidikan akan
menyangkut masalah proses pembelajaran yang berkaitan langsung dengan siswa sebagai subyek
pendidikan. Banyak kita temui pembelajaran saat ini tidak berorientasi pada bagimana siswa
mendapatkan pengetahuan dengan mudah dan memahami. Tetapi lebih pada sisi bagaimana mana
materi tersampaikan sampai tuntas, asumsinya bagi siswa materi tersebut sebatas “tahu”. Sehingga
siswa lebih cenderung memahami materi dari sisi”kulit”nya pengetahuan saja. Padahal pengetahuan
itu dapat diketahui melaui proses yang panjang mulai dari melihat, mengetahui, memahami,
melakukan sampai menghasilkan pengetahuan secara utuh. Terutama pada materi – materi Pendidikan
Agama Islam karena materi – materi ini tidak hanya mengangkat materi sejarah, ibadah dan tauhid
tetapi lebih kepada nilai – nilai akhlakul karimah.

Oleh sebab itu fungsi guru sebagai fasilitator, motivator dan inovator pendidikan dituntut melakukan
perubahan minimal perbaikan proses pembelajaran melalui strategi – strategi yang jitu. Agar siswa
mampu memahami materi yang diajarkan hingga menjadi nilai – nilai (karakter) dalam kehidupan
siswa sehari – hari. Perbaikan terhadap proses pembelajaran dapat dilakukan mulai dari penggunaan
pendekatan, model, strategi, metode hingga ketrampilan pembelajaran. Salah satu ketrampilan yang
dapat kita lakukan dengan penggunaan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.

Dari uraian tersebut diatas penulis akan membahas tentang “model-model dan desain pembelajaran”
yang dapat digunakan dalam rangka memudahkan penyampaian materi pada proses pembelajaran.
Agar fungsi PAI sebagai pendidikan yang memiliki nilai – nilai (karakter) budaya pendidikan yang
tinggi dapat tercapai.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud pengertian Model-model pembelajaran?
2. Apakah yang dimaksud dengan desain pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang menjadi dasar penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui yang dimaksud pengertian Model-model pembelajaran
2. Untuk mengetahui yang dimaksud pengertian desain pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A.1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis untuk
melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut pada tujuan
khusus.Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran yang sudah
menerapkan langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru lebih luas lagi cakupannya.

Definisi di atas senada dengan pendapat Suprihatiningrum yang menyatakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur pembelajaran dengan sistematis
untuk mengelola pengalaman belajar siswa agar tujuan belajar tertentu yang diinginkan bisa tercapai.

Untuk memperkuat kesahihan pengertian model pembelajaran berikut ini adalah beberapa pengertian
model pembelajaran menurut para ahli :

a. Trianto
Menurut Trianto Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial.

b. Saefuddin & Berdiati


Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran.

c. Sukmadinata & Syaodih


Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang menggambarkan proses rinci
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran agar
terjadi perubahan atau perkembangan diri peserta didik.

d. Joyce & Weil


Joyce & Weil dalam Rusman berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang bahkan dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau lingkungan belajar lain.

2. Ciri Ciri Model Pembelajaran

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas terlihat adanya kesamaan ciri khusus yang
menyelubungi semua pengertian model pembelajaran. Ciri khusus tersebut adalah adanya pola atau
rencana yang sistematis.
Untuk memastikan keberadaan ciri tersebut maka berikut adalah ciri atau karakterisitk yang dimiliki
model pembelajaran jika dibandingkan dengan ilmu pelaksanaan dan perancangan pembelajaran lain.

a. Menurut Kardi & Nur dalam Ngalimun

model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau
prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Model pembelajaran merupakan rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya. Berupa landasan pemikiran mengenai apa dan bagaimana peserta didik akan
belajar (memiliki tujuan belajar dan pembelajaran yang ingin dicapai).Tingkah laku
pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

b. Menurut Hamiyah dan Jauhar

ciri-ciri model pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar tertentu.

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.

4. Memiliki perangkat bagian model.

5. Memiliki dampak sebagai akibat

6. penerapan model pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung.

3. Fungsi Model Pembelajaran

Fungsi model pembelajaran adalah pedoman dalam perancangan hingga pelaksanaan pembelajaran.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Trianto yang mengemukakan bahwa fungsi model
pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran.

Oleh karena itu pemilihan model sangat dipengaruhi sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan
(kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Ihwal sifat dan materi yang dibelajarkan tersebut, model pembelajaran juga dapat dikategorikan
berdasarkan beberapa jenis yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

4. Komponen Model Pembelajaran

Komponen model pembelajaran merupakan bagian-bagian yang menjadikan suatu model


pembelajaran menjadi kesatuan menjadi utuh. Misalnya, suatu model pembelajaran memiliki
komponen sintaks yang merupakan acuan dasar dari kerangka pembelajaran tersebut.
5. Jenis-jenis Model Pembelajaran

a. Model pembelajaran langsung


b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
c. Model pembelajaran kontekstual
d. Model pembelajaran kooperatif
e. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
f. Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
g. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
h. Pembelajaran kooperatif tipe menggunakan kartu
i. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
j. Pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT)

Beragam model pembelajaran yang dijelaskan di bawah ini merupakan jenis yang sering dibahas dan
digunakan di Indonesia. Sehingga harapannya dapat langsung memproyeksikan jenis model
pembelajaran yang lebih cocok untuk kerangka pembelajaran di Indonesia.

A. Model pembelajaran langsung

Definisi pembelajaran langsung adalah jenis model pembelajaran dimana materi pembelajaran
disusun oleh guru untuk disampaikan secara langsung kepada siswa. Model ini memiliki kaitan
dengan metode pembelajaran ekspositori, yaitu penyampaian materi dari guru ke murid dilaksanakan
secara langsung melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab.

Karakteristik model pembelajaran langsung dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Siswa mendapatkan keterampilan secara langsung dan segera mendapatkan pengaruh dari
model pembelajaran langsung
2) Pembelajaran dilakukan dengan berorientasi pada tujuan tertentu
3) Materi sudah disusun oleh guru
4) Lingkungan belajar sudah terstruktur dan disusun oleh guru

Model pembelajaran langsung memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini juga berlaku pada jenis
model pembelajaran lainnya karena jika dikembalikan pada konsep awal penyusunan model
pembelajaran, perancangan kerangka pembelajaran didasarkan pada kesesuaiannya dengan kondisi
guru dan siswa serta sejalan dengan tujuan yang akan dicapai atau tidak.

Ada lima poin kelebihan model pembelajaran langsung.

1. Guru memiliki wewenang penuh terhadap isi materi yang sudah disiapkannya sehingga lebih
mudah dalam mempertahankan fokus siswa.
2. Model ini dapat diterapkan untuk kelas besar dan kecil.
3. Dapat mendorong siswa lebih terbuka untuk mengungkapkan kesulitan secara langsung
kepada guru.
4. Efektif untuk pembelajaran tentang materi yang terstruktur dengan waktu terbatas.
5. Efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada
siswa yang nilai sekolahnya masih rendah.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran langsung diantaranya:

1. Keterampilan siswa sangat bisa berbeda-beda. Model ini bergantung pada kemampuan siswa
mengasimilasi materi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat.
2. Sulit dalam mengatasi perbedaan kemampuan, ketertarikan, dan gaya belajar siswa
3. Siswa dituntut untuk terlibat secara aktif, sehingga sulit bagi siswa yang lebih tertarik untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal.
4. Guru memiliki peran paling esensial dalam proses pembelajaran.
5. Jika guru menunjukkan sikap tidak kompeten seperti tidak memahami materi atau tidak
komunikatif, kemungkinan terburuk adalah siswa tidak mematuhi kelas, kesulitan dalam
memahami materi, dan menghambat kegiatan belajar secara menyeluruh

B. Model Pembelajaran berbasis masalah

Konsep ini memberikan siswa kesempatan untuk belajar dengan salah satu strategi pembelajaran yaitu
penyelidikan dan inkuiri terhadap situasi masalah yang autentik atau terjadi di kehidupan nyata.
Model ini mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah menggunakan kemampuan nalar dan
melatih kemampuan belajar secara independen.

Konsep pembelajaran ini memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Fokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu


2) Mendorong untuk menganalisis masalah yang selanjutnya dilakukan pengembangan hipotesis,
melakukan eksperimen, hingga merumuskan kesimpulan.
3) Mendorong agar hasil pembelajaran adalah karya nyata yang menjelaskan bentuk dari
penyelesaian masalah.

Kemudian kelebihan dari model pembelajaran berbasis masalah ini meliputi:

1. Mendorong siswa menyelesaikan masalah yang realistik dan memiliki dampak pada
kehidupan nyata
2. Memupuk sifat inkuiri siswa
3. Mendorong kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah

Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari:

1. Persiapan pembelajaran cenderung kompleks karena belum tentu siswa dan guru bisa
memenuhi alat atau instrumen yang diperlukan dalam proses belajar
2. Hasil pembelajaran bisa menjadi tidak maksimal apabila kesulitan dalam mencari masalah
yang relevan untuk siswa
3. Membutuhkan waktu lebih lama dari periode pembelajaran yang sudah ditetapkan

C. Model pembelajaran kontekstual

Model ini menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata. Kompetensi
siswa dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam menghubungkannya. Berfokus pada ‘bagaimana
cara’ siswa menggunakan pengetahuan baru mereka, model ini lebih mementingkan strategi belajar
daripada hasilnya. Oleh karena berkutat pada kedekatannya dengan kehidupan nyata, umpan balik
diperlukan untuk mengembalikan pada karakteristik model pembelajaran kontekstual ini.

Komponen utama model pembelajaran kontekstual meliputi:

1) Menggunakan landasan berpikir konstruktivisme yang menekankan pemahaman siswa secara


independen berdasarkan pengetahuan terdahulu.
2) Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis (inkuiri).
3) Pertanyaan pertama yang mendorong jawaban dan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya
4) Menekankan pada sistem belajar secara berkelompok
5) Ada model yang menjadi acuan bagi pencapaian kompetensi siswa. Guru bukan satu-satunya
model, tetapi dapat melibatkan siswa atau didatangkan dari luar.
6) Refleksi yang bisa berupa pertanyaan langsung, jurnal, pesan dan kesan dari siswa, diskusi
secara langsung, atau hasil karya.
7) Penilaian nyata dengan mengukur semua aspek pembelajaran yang terdiri dari proses, kinerja,
dan hasil pembelajaran siswa.

D. Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif ini hampir sama dengan pembelajaran kontekstual dalam hal membuat siswa
dapat bekerja sama dalam satu kelompok. Hanya saja model ini lebih menekankan pada esensi
kerjasama dalam pembelajaran. Meskipun begitu, model kooperatif ini penting dalam praktik
pendidikan karena selain meningkatkan pencapaian hasil belajar, juga mengembangkan hubungan
antar teman dan kelompok.

Ada tiga konsep yang juga merupakan karakteristik model pembelajaran kooperatif.

1) Tujuan kelompok. keberhasilan belajar didasarkan pada performa individu sebagai anggota
kelompok dalam menciptakan hubungan yang baik dengan yang lainnya dengan saling
mendukung, membantu, dan peduli satu sama lain
2) Pertanggungjawaban individu. Meskipun berorientasi pada kelompok, setiap individu juga
harus siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas yang bersifat individual tanpa bantuan
teman sekelompok
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Menggunakan metode skoring dimana
nilai perkembangan dilandasi oleh peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu, siswa memiliki kesempatan untuk memperoleh nilai secara merata.

Model ini dibagi lagi ke dalam beberapa tipe diantaranya jigsaw, Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC), Numbered Head Together (NHT), menggunakan kartu, Student Teams
Achievement Divisions (STAD), dan Team Game Tournament (TGT). Penjelasannya dapat dipahami
sebagai berikut.

1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Pembelajaran tipe jigsaw dilakukan dengan cara siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam
satu kelompok diberi tugas untuk membaca materi dengan topik berbeda-beda sehingga setiap siswa
dalam satu kelompok mendapatkan topik bacaan yang berbeda. Usai membaca, setiap siswa yang
mendapatkan topik bacaan yang sama dari kelompok yang berbeda diminta untuk mendiskusikan
topik yang sudah mereka baca. Setelah berdiskusi, mereka kembali ke kelompok masing-masing
untuk bertukar materi dari hasil diskusi sebelumnya.
Tipe jigsaw akan lebih maksimal jika digunakan untuk pelajaran dalam bidang ilmu sosial dengan
materi yang tertulis. Materi yang sudah tersedia dapat meminimalisir kemungkinan siswa
mendapatkan informasi yang kurang benar, apalagi dalam tipe ini mereka diharuskan menjelaskan
materi yang sudah dibaca.

2. Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Dalam satu kelompok, mereka diberikan bacaan
sesuai topik yang sedang dipelajari untuk kemudian didiskusikan dalam kelompok masing-masing.
Setelah berdiskusi, mereka diminta menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap topik
yang sudah dipelajari. Selanjutnya tiap kelompok diminta untuk menyampaikan ide pokok dan
tanggapan ke forum kelas agar mendapat tanggapan dari kelompok lain. Untuk mengakhiri kelas, guru
kemudian menyampaikan kesimpulan.

CIRC mendorong siswa untuk aktif dan reaktif terhadap dinamika diskusi. Dalam satu kelompok akan
ada yang membantu teman lainnya yang kesulitan. Siswa akan terdorong untuk bertanya ketika dirasa
ada yang tidak dipahami. Adanya diskusi juga akan mendorong siswa untuk berbicara dalam forum
kelas, berpendapat, menyanggah, dan seterusnya.

3. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

Tipe kooperatif ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menumbuhkan kemampuan
berargumentasi dan berpendapat. Setelah dibagi kelompok dan materi, siswa menyatukan pendapat
dengan mengerjakan lembar kerja siswa di bawah bimbingan guru dan memastikan setiap anggota
kelompoknya sudah mengetahui jawaban dari materi. Kemudian guru memanggil siswa berdasarkan
nomor urut mereka untuk menjawab pertanyaan.

NHT ini bisa jadi tipe yang paling membuat siswa gelisah karena siswa cenderung khawatir jika
jawaban mereka salah. Oleh sebab itu, jika jawaban siswa salah, guru tetap harus tenang,
menenangkan siswa, dan memberikan arahan yang benar.

4. Pembelajaran kooperatif tipe menggunakan kartu

Berdasarkan tipe ini, hal yang dilakukan dalam pembelajaran adalah menggunakan kartu berisi
pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban sebagai instrumen belajar. Guru dapat membagi siswa
sepasang-sepasang. Sepasang siswa menjawab kartu-kartu pertanyaan siswa lainnya. Setelah itu,
mereka bertukar kembali untuk mengoreksi jawabannya.

Kelebihan dari tipe menggunakan kartu adalah lebih menyenangkan bagi siswa, selain juga karena
mereka bisa berinteraksi dengan siswa lainnya. Tipe ini juga berlaku untuk hampir semua mata
pelajaran. Sedangkan tantangan dari tipe ini adalah siswa harus tahu jawaban dari pertanyaan, yang
tetap saja pada akhirnya guru perlu memantau jalannya proses ini.

5. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Gagasan utama tipe STAD adalah memotivasi siswa agar saling mendukung dan membantu satu sama
lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Secara teknik, tipe ini bisa dibilang
cenderung sederhana.

Keunggulan STAD ada pada penekanan pada aktivitas dan interaksi siswa satu sama lain untuk saling
memotivasi dan membantu menguasai materi pelajaran. Kemudian setiap siswa memiliki kesempatan
yang sama dalam menunjukkan kemampuannya. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dalam tipe
ini adalah pengaturan tempat duduk. Sebab pengaturan tempat duduk yang tidak baik dapat
menyebabkan gagalnya pembelajaran dalam kelas.

6. Pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT)

TGT memiliki kesamaan dengan tipe STAD kecuali TGT menggunakan sistem turnamen akademik
yang mendorong siswa menjadi lebih ambisius dan kompetitif. Komponen dalam tipe TGT terdiri dari
presentasi di kelas. Siswa harus memperhatikan betul presentasi di kelas untuk memahami materi
sehingga dapat mengerjakan kuis. Komponen kedua adalah tim yang mana sudah merupakan
komponen utama dalam jenis pembelajaran kooperatif itu sendiri.

Komponen ketiga, game yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa dari materi yang sudah
dijelaskan melalui presentasi sebelumnya. Komponen keempat adalah turnamen itu sendiri. Kelima
adalah penilaian tim. Komponen kelima ini juga penting untuk merefleksikan performa tim setelah
melalui komponen keempat (turnamen) yang merupakan bagian esensial dari tipe pembelajaran
kooperatif ini.

Berdasarkan penjelasan tentang berbagai jenis di atas, bisa diketahui bahwa jenis dan turunan dari
setiap modelnya bisa jadi sangat banyak. Perkembangannya pun dapat dilihat dengan membacanya
dari berbagai pendapat ahli. Perlu diketahui bahwa apapun jenisyang ada, selalu dikembalikan pada
kebutuhan dan kondisi guru dan siswa. Pilihan yang baik dan benar adalah yang sesuai dengan siswa
dan guru.

B.1. Pengertian Desain Pembelajaran

Para ahli dalam bidang perencanaan merumuskan desain dengan definisi, Desain adalah salah satu
aspek dari proses pengembangan yang terdiri dari enam fase. Untuk mengembangkan berbagai bentuk
atau aktifitas baru yang dianalisis sebagai proses yang terdiri dari enam karakteristik yang saling
berhubungan:
a. Riset (analisis)
b. Desain (sintesisi)
c. Produksi (formasi )
d. Distribusi (pemyebaran)
e. Utilisasi (kinerja)
f. Eliminasi (penghentian)

Desain pembelajaran adalah suatu komponen pengajaran yang telah dirancang sebelum melakukan
atau melaksanakan system pembelajaran yang berhasil, yang menggunakan pola efektif dan efisien.
Karena system pendidikan pada zaman modern pada saat sekarang ini, karena seorang guru yang
penuh dengan banyaknya tuntutan dan kebutuhan yang dihadapi oleh pada saat ini guru dituntut harus
bisa dalam segala bidang sebagai bentuk untuk menfasilitasi bakat anak yang sangat banyak
berkembang.
Untuk supaya tidak salah memahami suatu makalah ini maka penulis memberikan penjelasan secara
terinci.

1. Desain adalah kerangka, bentuk atau rancangan. langkah pertama


dalam fase pengembangan bagi setiap produk atau sistem yang
direkayasa. Desain dapat didefinisikan berbagai “proses aplikasi
berbagai teknik dan prinsip bagi tujuan pendefinisian suatu
perangkat, suatu proses atau sistem dalam detail yang memadai untuk
memungkinkan realisasi fisiknya”. Tujuan desainer adalah untuk
menghasilkan suatu model atau representasi dari entitas yang
kemudian akan dibangun.
2. Tujuan adalah sasaran yang ingin dicapai setelah mengajar suatu
pokok atau subpokok bahasan yang sudah ditencanakan.[4] Dalam
buku lain dijelaskan tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh
suatu lembaga pendidikan seperti SD,SM,dan universitas yang harus
sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.[5] Jadi tujuan yang
penulis maksud sesuatu yang hendak dicapai setelah mengajar suatu
pokok bahasan atau sub bahasan yang telah direncanakan oleh
seorang pendidik ataupun guru formal atau non formal sehingga
sehingga terjadinya perubahan pada anak didik atau siswa dalam hal
intelegensi maupun moral, sopan santun, ataupun akhlak.
3. Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk
hidup belajar.[6] Pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar
(Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005).
4. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UUSPN No.20
Tahun 2003 dalam Sagala, 2005). Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas
berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
pembelajaran.
2. Kata “desain “ berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau
rencana endahuluan. Sedang “pengembangan” berarti membuat
tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih
baik, lebih efektif dan sebagainya.

Dilihat dari terminologinya, desain pembelajaran (instructional design) terdiri atas dua kata, yakni
desain dan pembelajaran. Kata desain dapat diartikan rancangan, pola atau model.

Jadi Desain pembelajaran adalah sebuah konstruksi secara utuh tentang proses pembelajaran yang
akan dilakukan seorang dosen di dalam kelas. Desain pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran
(learning objectives) yang akan dicapai, pengembangan materi perkuliahan atau desain mata penilaian
hasil belajar (evaluation).
Desain pembelajaran juga bisa diartikan rangcangan atau kerangka terhadap sesuatu yang akan
dicapai setelah mengajar dalam pokok bahasan atau subbahasan sehingga proses belajar mengajar
atau system pembelajaran terarah dan terprogram sesuai dengan yang diinginkan.

Semua program pendidikan atau pengajaran didasarkan kepada tujuan umum pengajaran. Tujuan
umum ini di turunkan menjadi tiga sumber yaitu: masyarakat, siswa dan bidang studi. Yang
diturunkan oleh masyarakat mencakup konsep luas seperti “membentuk manusia pancasila” “manusia
pembangun” “manusia berkepribadian” “menetapkan nilai”. Manusia bertanggung jawab dan
sebagainya.

Tujuan pembelajaran sangat terkait erat dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin
dicapai. Standar kompetensi berkaitan dengan tujuan yang dicapai setelah suatu mata kuliah itu
selesai diajarkan, sedangkan kompetensi dasar berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
suatu pokok bahasan dari materi pelajaran selesai diajarkan, standar kompetensi bersifat umum
seangkan kompetensi bersifat khusus. Strategi pembelajaran berkaitan dengan strategi atau cara-cara
yang ditempuh oleh dosen dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengukur apakah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
telah dicapai setelah melalui proses pembelajaran.

2. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Yang Baik

Desain pembelajaran pendidikan agma Islam yang baik adalah:

a. Menentukan tujuan pengajaran pendidikan Islam, adapun tujuan secara umum,


pendidikanagama Islam adalah bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swtserta
berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan
bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebutjuga perlu adanya suatu materi pengajaran
tertentu.

b. Menentukan materi pengajaran/ bahan ajar, bahan ajar atau materi pengajaran di
dalam pendidikan agama Islam adalah terdiri dari Al-Qur’an dan al-hadist, keimanan,
syarai’ah, Ibadah, muamalah, aklhlaq dan tareh atau sejarah yang lebih menekankan
padaperkembangan ajaran agam, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

c. Menentukan pendekatan dan metode mengajar dan strategi yang akan digunakan agar
bisa menyesuaikan dengan keadaan peserta ajar., di dalam pendidikan agama Islam
metode yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan metode ceramah, Tanya
jawab dan diskusi.

d. Media pengajaran dan pengalaman belajar ini di lakukan untuk mempermudah


peserta ajar/murid untuk menerima pelajaran. Dalam hal ini bisa menngunakan media
bacaaan, tape recorde.
e. Evaluasi keberhasilan, hal ini di lakukan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalammenerima pelajaran yang telah di berikan oleh pengajar pendidikan agama
Islam.

2. Manfaat design pembelajaran yaitu :

a. Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.


b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang
terliat dalam kegiatan.
c. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketepatandan kelambatan kerja.
d. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang
diajar.
e. Untuk bahan penyususnan data agar terjadi keseimbangan kerja
f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.

3. Komponen Desain Pembelajaran

Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:


a. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan
dikuasai oleh pembelajar.
b. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik
mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
c. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan
dipelajari.
d. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau
mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar. Bahan Ajar, adalah format materi
yang akan diberikan kepada pembelajar .
e. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah
dikuasai atau belum.

4. Model-model desain pembelajaran

Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum,
model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model
berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar.

Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang
hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE. Model
berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkann suatu produk, biasanya
media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh
modelnya adalah model hannafin and peck.

Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan
suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum
sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model
prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey
sementara contoh model melingkar adalah model Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan
itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan
dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan
mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.

Beberapa contoh dari model-model diatas akan diuraikan secara lebih jelas berikut ini:

a. Model Jerold E. Kemp


Model desain pembelaaran yang digunakan oleh Kemp meupakan model yang membentuk siklus
yang terdiri atas komponen-komponen yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan
berbagai kendala yang timbul.

Adapun kompnen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :


1) Hasil yang ingin dicapai
2) Analisis tes mata pelajaran
3) Tujuan khusus belajar
4) Aktivitas belajar
5) Sumber belajar
6) Layanan pendukung
7) Evaluasi belajar
8) Tes awal
9) Karakteristik belajar.

b. Model Gerlach and Ely


Berikut ini adalah langkah – langkah deesain pembelajaran model Gerlach and Ely:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran
2) Menentukan isi materi
3) Menilai kemampuan awal siswa
4) Menentukan strategi
5) Pengelompokan belajar
6) Pembagian waktu
7) Menentukan ruangan
8) Memilih media
9) Evaluasi hasil belajar
10) Menganalisis umpan balik.

c. Model Dick and Carey


Dick dan Carey memulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran :
1) Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran
2) Melakukan analisis pembelajaran
3) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4) Merumuskan tujuan performansi
5) Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
6) Mengembangkan strategi pembelajaran
7) Mengembangkan dan memilih material pembelajaran
8) Melaksanakan evaluasi formatif
9) Merevisi bahan pembelajaran
10) Melaksanakan Evaluasi Sumatif.

d. Model Banathy
Model ini memandang bahwa penyusunan desain pembelajaran dilakukan melalui tahapan-tahapan
yang jelas. Terdapat enam tahapan dalam mendesain suatu program pebelajaran, yakni:
1) Menganalisis dan merumuskan tujuan
2) Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak docapai
3) Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar
4) Merancang system
5) Mengimplelentasikan dan melakukan kontrol kualitas sistem
6) Mengadakan perbaikan dan perbuatan berdasarkan hasil evaluasi.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis untuk
melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut pada tujuan
khusus.Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran yang sudah
menerapkan langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru lebih luas lagi cakupannya.

Pada desain pembelajaran semua itu bagian suatu komponen pengajaran yang telah dirancang
sebelum melakukan atau melaksanakan sistem pembelajaran yang berhasil, yang menggunakan pola
efektif dan efisien. Karena system pendidikan pada zaman modern pada saat sekarang ini, karena
seorang guru yang penuh dengan banyaknya tuntutan dan kebutuhan yang dihadapi oleh pada saat ini
guru dituntut harus bisa dalam segala bidang sebagai bentuk untuk menfasilitasi bakat anak yang
sangat banyak berkembang.

Proses belajar mengajar adalah interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik dalam suatu
pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah di rencanakan dan ditetapkan. Agar bisa brjalan
dengan lancar maka seorang guru harus mampu mendesain pembelajaran dengan baik.

B. Saran

Dengan segala keterbatasan kami, demikianlah makalah ini kami buat. Kesempurnaan hanyalah ada
pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. oleh karena itu sudah pasti makalah ini memerlukan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca yang baik hatinya demi lebih baiknya makalah setelah ini.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.Balai Pustaka, 1997)
B. Uno, Hamzah, Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif, (Jakarta: PT. Umi Aksara, 2012)
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Jakarta:Rajawali Pers, 2009.
Nasution, S., Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 1999)
Rusman, Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT. Raja
Grafindp Persada, 2011
Saefudin sa’ud, Udin dan abin syansuddin makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan
Komprehensif, (bandung, PTremaja rosda karya, 2006 )
Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kecana
Pernada Media Group, 2006)
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2009.
Zaini, Hisyam, dkk, Desain Pembelajaran di Perdosenan

Anda mungkin juga menyukai