Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MODEL – MODEL PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah Pembelajaran Matematika SD


Hardianto, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
KELAS 4E

A.Wafda 1801414314
Ekatri Pandari 1801414321
Rezki Yustiawati 1801414312
Jabal Rahma 1801414329
Iin Triyanti Wahyuddin 1801414359
Dana Inggriani Patabang 1801414310
Catherine Palipadang 1801414331

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan Ilmu Pendiidikan
Universitas Cokroaminoto Palopo
2020
KATA PENGANTAR
Puji  syukur  penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berisi materi tentang Model
– Model Pembelajaran. Atas terselesainya makalah ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang
telah membimbing dan mengajarkan Mata Kuliah Matematika SD sehingga
makalah ini bisa terselesaikan.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekeliruan dan
kekurangan yang menyebabkan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dari pembaca yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis atas terbentuknya makalah ini,
semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palopo, 20 Maret 2020

                                                                                
                        Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1
BAB 2. PEMBAHASAN..................................................................................... 2
2.1 Pengertian Model Pembelajaran.............................................................. 2
2.2 Tujuan Model Pembelajaran.................................................................... 3
2.3 Fungsi Model Pembelajaran.................................................................... 3
2.4 Macam – Macam Model Pembelajaran................................................... 4
BAB 3. PENUTUP.............................................................................................. 28
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 28
3.2 Saran........................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 29

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Di dalam pembelajaran tentu ada
model pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran dapat berjalan. Berkenaan
dengan model pembelajaran, makalah ini akan menjelaskan kepada pembaca
untuk memahami berbagai hal yang terkait dengan model pembelajaran, tujuan
dan fungsi model pembelajaran, macam-macam model pembelajaran, dan model
pembelajaran yang efektif khususnya dalam mata pelajaran matematika.
Keanekaragaman model pembelajaran yang hendak disampaikan pada
makalah ini merupakan upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam
strategi pembelajaran yang hendak disampaikan agar selaras dengan tingkat
perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik pada jenjang
Sekolah Dasar (SD). Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan
suatu model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian
dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga
kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar
yang ada.
Dengan demikian makalah ini diharapkan bisa sebagai acuan bagi para guru
dan calon guru dalam rangka kelangsungan pembelajaran yang efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan model pembelajaran?
2. Apa tujuan model pembelajaran?
3. Apa fungsi model pembelajaran?
4. Apa saja macam-macam model pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan memahami model pembelajaran.
2. Untuk mengetahui tujuan model pembelajaran.
3. Untuk mengetahui fungsi model pembelajaran.
4. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
Sedangkan pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut
meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Pengertian model pembelajaran menurut Joyce adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
computer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk rencana pembelajaran jangka
panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya. 
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau
perencanaan yang dirancang untuk menciptakan pembelajaran di kelas secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan model
pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan
menyeluruh. Misalnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah,
kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang
telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model
pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam
keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model
pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada
model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang
penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model
pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah
menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi
pada upaya penyelidikan oleh siswa.

2
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran
kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja
dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa
duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda.
Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan
guru. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama
lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan
memperhatikan guru.

2.2 Tujuan Model Pembelajaran


Beberapa tujuan model pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik
2. Agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam
latar belakang
3. Mengembangkan keterampilan sosial siswa
4. Kemampuan berfikir agar lebih tanggap, cermat, dan melatih daya nalar
5. Membina dan mengembangkan sikap ingin lebih tahu
6. Mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
7. Mengembangkan sikap, keterampilan kepercayaan murid dalam memutuskan
secara tepat dan obyektif
8. Meningkatkan keaktifan siswa
9. Meningkatkan hasil belajar siswa

2.3 Fungsi Model Pembelajaran


Beberapa fungsi penting yang seharusnya dimiliki suatu model
pembelajaran menurut Joyce & Weil adalah:
1. Bimbingan, artinya suatu model pembelajaran berfungsi menjadi acuan bagi
guru dan siswa mengenai apa yang seharusnya dilakukan, memiliki desain
instruksional yang komprehensif, dan mampu membawa guru dan siswa kearah
tujuan pembelajaran.
2. Mengembangkan kurikulum, artinya model pembelajaran selanjutnya berfungsi
untuk dapat membantu mengembangkan kurikulum pada setiap kelas atau
tahapan pendidikan.
3. Spesifikasi alat pelajaran, artinya model pembelajaran berfungsi merinci semua
alat pembelajaran yang akan digunakan guru dalam upaya membawa siswa
kepada perubahan-perubahan perilaku yang dikehendaki.
4. Memberikan perbaikan terhadap pembelajaran. Artinya model pembelajaran
dapat membantu meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar sekaligus
meningkatkan hasil belajar siswa.

3
2.4 Macam – Macam Model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pengajaran Langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya
bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru harus
mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada
siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru
sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang
menarik bagi siswa.
Langkah-langkah model pembelajaran langsung pada dasarnya mengikuti
pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan memotivasi siswa. Tujuan langkah awal ini untuk
menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk
berperan serta dalam pelajaran itu.
2. Menyampaikan tujuan. Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu
mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta
dalam pelajaran.
3. Presentasi dan Demonstrasi. Fase ini merupakan fase pengajaran langsung.
Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan.
Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demonstrasi
informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.
4. Mencapai kejelasan. Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan
bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik
kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar
mengajar.
5. Melakukan demonstrasi. Pengajaran langsung berpegang teguh pada
asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari
mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat
menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.”
6. Mencapai pemahaman dan penguasaan. Untuk menjamin agar siswa akan
mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-
benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini,
berarti jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan
juga benar.
7. Berlatih. Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan
latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari
keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
8. Memberikan latihan Terbimbing. Salah satu tahap penting dalam
pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan
“pelatihan terbimbing”. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat

4
meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan
memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.

2. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial
(Ibrahim, dkk, 2000:7).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil untuk
memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
Model Pembelajaran Kooperatif dibatasi sebagai lingkungan belajar dimana
siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-
beda untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik.  Pembelajaran kooperatif dapat
diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa
dalam kelompok kecil, mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas.
Model pembelajaran ini memanfaatkan bantuan siswa lain untuk
meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran, karena terkadang
siswa lebih paham akan hal yang disampaikan temannya daripada guru serta
bahasa yang digunakan siswa kadang lebih mudah dipahami oleh siswa lainnya.
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah memberikan kesempatan
kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dalam kegiatan
belajar. Kelompok siswa tersebut harus saling bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif lebih dari
sekedar bekerja dalam kelompok. (Slavin, 2008: 113).
 Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif, antara lain:
1. Untuk menuntaskan materi belajar, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif.
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
heterogen.
3. Jika dalam kelas terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin
yang berbeda, maka diupayakan agar tiap kelompok berbaur.
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

 Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif


1) Student Teams Achievement Division (STAD)
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang atayang merupakan campuran menurut tingkat
kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian

5
siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang
materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:


1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memotivasi
siswa.
2. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah).
Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda.
4. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk
mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya
digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dan kelompok.

2) Group Investigation (Investigasi Kelompok)


Pembelajaran investigasi kelompok itu adalah metode yang menekankan
pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informan)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia misalnya
dari buku pelajaran, masyarakat, internet dan lain-lain. Siswa dilibatkan sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok.
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi
apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan
heterogenitas.
2. Merencanakan tugas

6
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota.
Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti,
bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
3. Membuat penyelidikan
Siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan. Siswa
mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat
kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan
baru dalam mencapai solusi masalah kelompok dengan menggukan
berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.
Guru terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan
bantuan jika diperlukan.
4. Mempersiapkan tugas akhir
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan
dipresentasikan di depan kelas.
5. Mempresentasikan tugas akhir
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya dengan menarik dari berbagai
topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat.
Kelompok lain tetap mengikuti serta presentasi kelompok dikoordinir oleh
guru.
6. Evaluasi.
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mencakup seluruh topik yang
telah diselidiki dan dipresentasikan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa
secara individua tau kelompok, atau keduanya.

3) Jigsaw (Model Tim Ahli) 


Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru,
yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan
pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim,
keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara
mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk
mempelajari semua materi sendirian.
Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
kepada kelompoknya. Pada model pembelajaran Jigsaw ini keaktifan sisa
(student centered) sangat dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-
kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok
asal dan kelompok ahli.
Langkah-langkah mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:

7
1. Guru menjabarkan isi topik secara umum dan menjelaskan tujuan
dipelajarinya topik tersebut.
2. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang
3. Setiap kelompok diberi sub topik yang berbeda.
4. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing.
5. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan
mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan
6. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas semua sub topik yang
diberikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
7. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke
kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan
kelompoknya.
8. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi.
9. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi
yang telah didiskusikan.
10. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua
topik.

4) Team Assited Individualization (TAI)


Model ini cocok digunakan pada pembelajaran matematika. Dalam model
ini para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan
kemudian melanjutkan dengan tingkat kemampuannya sendiri. Secara umum,
anggota kelompok bekerja dengan unit pelajaran berbeda. Teman satu tim
saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban
dan saling membantu dalam menyelesaikan masalah. Tipe ini
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara
individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak
digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah
setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-
kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan
semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban
sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai
berikut:

8
1. Placement Test
Pada langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test) kepada
siswa. Cara ini bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilai harian
atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat
mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
2. Teams
Ini merupakan langkah yang cukup penting dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif TAI. Pada tahap ini guru membentuk
kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
3. Teaching Group
Guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian
tugas kelompok.
4. Student Creative
Pada langkah ini, guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi bahwa
keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan
kelompoknya.
5. Team Study.
Pada tahapan team study, siswa belajar bersama
dengan mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang diberikan dalam
kelompoknya. Pada tahapan ini guru juga memberikan bantuan secara
individual kepada siswa yang membutuhkan, dengan dibantu siswa-siswa
yang memiliki kemampuan akademis bagus di dalam kelompok tersebut
yang berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya).
6. Fact test
Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
siswa, misalnya dengan memberikan kuis, dan sebagainya.
7. Team Score dan Team Recognition
Selanjutnya guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan
memberikan “gelar” penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam
menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut mereka sebagai
“kelompok OK”, kelompok LUAR BIASA”, dan sebagainya
8. Whole-Class Units
Langkah terakhir, guru menyajikan kembali materi oleh guru
kembali diakhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh
siswa di kelasnya.

5) Example Non Example


Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut
example and non-example merupakan model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.  

9
Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media
gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong
siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-
permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat
mengenai apa yang ada di dalam gambar.
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat
melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster.
Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh,
sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memerhatikan atau menganalisis gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan.

6) Picture and picture


Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses
pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture  ini yaitu:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang
menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan
demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-
indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting,
dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.

10
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena
guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang
selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam
pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh
tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan
dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan
menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi
yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau
demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena
penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa
terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa
memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar
yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di
modifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut.
Siswa dilatih untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat
tentang urutan gambar tersebut. Dalam langkah ini peran guru sangatlah
penting sebagai fasilitator dan motivator agar siswa berani
mengemukakan pendapatnya.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau
materi, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses ini guru harus memberikan penekanan-penekanan
pada hal ingin dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi,
menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal
tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah
ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah
ditetapkan.
7. Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja
diterimanya.
Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa.
Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman.
Apabila siswa belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan
dalam pengamatan gambar tersebut guru memberikan penguatan kembali
tentang gambar tersebut 

11
7) Number Head Together (Kepala Bernomor)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Langkah-langkah model ini dikembangkan oleh Ibrahim (2000:29)
menjadi enam langkah sebagai berikut:
1. Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Langkah 2. Pembentukan kelompok


Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau
dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan
belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes
awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing
kelompok.
3. Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan.
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki
buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam
menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
4. Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap
siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap
siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa
tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam
LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat
bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5. Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

12
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari
tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6. Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

8) Cooperative Script
Script adalah model belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang
dipelajari. Jadi model pembelajaran Cooperative Script merupakan
penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau
ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan
kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/memasukkan ide-
ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu
siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan masing-masing
(Alit, 2002:203).

Langkah-langkah penerapan Cooperative Script:


1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Seorang pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,
dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar:
1. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
2. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
3. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
4. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru

9) Mind Mapping
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti
peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya
peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok

13
masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa
merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana
kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan,
membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara
kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat
informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan
teknik mencatat biasa.
Mind mapping disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah
satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind
mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping
ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang
kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan
semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan (2 orang).

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Mind Mapping:


1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa/ atau sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5. Tiap kelompok diacak (kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan
guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

10) Snowball Throwing


Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran
yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball
Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat
diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan
dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara

14
bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini
memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi
dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau
berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu
menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian,
tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya
mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola
kertas.
Langkah-langkah penerapan model Snowball Throwing:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk
menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa
ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.

11) Think Pair Share


Think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau
diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling
membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau
siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru
menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah
dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk
membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi
berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model
pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa

15
juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada
materi/tujuan pembelajaran
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah
sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang)
dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan
para siswa.

12) Role Playing


Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan
imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan sebagai
tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk
‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap
penampilan. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-
masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat
bagi pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan
pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
Langkah-langkah model pembelajaran role playing:
1. Guru menyusun serta menyiapkan scenario pembelajaran
2. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario beberapa
hari sebelum kegiatan berlangsung
3. Guru membuat kelompok
4. Menjelaskan kompetensi yang hendak dicapai
5. Memanggil peserta didik atau suatu kelompok untuk menjalankan scenario
yang telah dipelajarinya
6. Setiap peserta didik berada dikelompoknya sembari melihat peragaan
kelompok lain.
7. Setelah semua sudah selesai dilakukan, setiap peserta didik diberi lembar
kerja untuk melakukan penilaian atas penampilan tiap-tiap kelompok.

16
8. Setiap kelompok menyampaikan kesimpulan
9. Pendidik memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi

13) Make a Match


Metode pembelajaran Make a Match guna meningkatkan partisipasi dan
keaktifan siswa dalam kelas. Metode make a match atau mencari pasangan
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa.
Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka,
proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali
pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Dengan metode
pencarian kartu pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan
yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya
dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
Misalnya: pemegang kartu yang berisi sebuah soal akan berpasangan
dengan kartu yang berisi jawaban yang sesuai soal tersebut.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.

14) Bertukar Pasangan

17
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan
tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan
pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan
fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan
suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis, dan masing-masing
siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada
siswa lain.
Langkah-langkah pembelajarannya yaitu:
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa
menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari
kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang
baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.

15) Bamboo Dancing (Tari Bambu)


Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda
dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.
Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa
yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.
Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1. Penulisan topik di papan tulis atau mengadakan tanya jawab dengan siswa.
Guru dapat bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai
topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan
struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap
menghadapi pelajaran yang baru.
2. Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam
satu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang.
3. Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu sepuluh
orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang

18
juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap
kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut
sebagai pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk
dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup
kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya.
4. Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar
saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini
tiap-tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi
informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru
berhenti ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke pasangan asal.
5. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan
kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog
interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar
pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar
dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

16) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)


Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan
menulis secara koperatif –kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-
CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model
pembelajaran yang cocok pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam
rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau tema sebuah
wacana/kliping.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa
bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok
saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan
menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman
belajar yang lama.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar
kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.

19
17) Inside Outside Circle
Model pembelajaran lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside – outside
– circle) dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan
pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan
yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu
keunggulan model ini adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan
siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan
teratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah penerapan model Inside Outside Circle:
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama
menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi
informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan
dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa
yang di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi
demikian seterusnya.

18) Take and Give


Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi.
Maksud take and give dalam model pembelajaran ini adalah dimana siswa
mengambil dan memberi pelajaran pada siswa yang lainnya. Beberapa ahli
percaya bahwa suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila
peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lain.
Mengajar teman sebaya yaitu memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia
menjadi narasumber bagi yang lain.
Langkah-langkah penerapannya yaitu:
1. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
2. Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan.
3. Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan,
setiap siswa diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5
menit.
4. Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan
untuk saling menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa

20
harus mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah
diberikan.
5. Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan
menerima materi masing-masing (take and give).
6. Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give
dengan memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya
(kartu orang lain).
7. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
8. Guru menutup pelajaran.

19) Two Stay Two Stray (TSTS)


TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada
kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar
yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan
tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam
kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling
bergantung satu sama lainnya.
Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan
mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu,
yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang
diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam
proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Langkah-langkah model pembelajaran TSTS yaitu:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus
dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan
membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota
4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi
akademik siswa dan suku.
2. Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan
menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Kegiatan Kelompok
a. Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang
berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam
satu kelompok.
b. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan
klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa)
yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota
kelompoknya.

21
c. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah
yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
d. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain,
sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas
menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu.
e. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan
temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja
mereka.
4. Formalitas
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan
yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan
kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa
ke bentuk formal.
5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-
masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil
pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan
pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-
rata tertinggi.

20) Talking Stick


Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran
kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat
terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-
menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ini,
guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6
orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan
keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya
menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.
Langkah-langkah Model Talking Stick
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

22
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi
bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok
yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun
individu.
10. Guru menutup pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)


Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah atau Problem Based Instruction
(PBI) menekankan masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa dan peran guru
dalam menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog.

Langkah-langkahnya yaitu:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, dan
memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai, seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

4. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL)


Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik

23
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek
dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta
didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya.
Langkah-langkah Project Based Learning :
a. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the
big question/essential question).
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving
question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk
melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan
realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b. Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki
atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial
dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta
menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
menyelesaikan proyek.
c. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas,
dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan
peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga
harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari
tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek
yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga
guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara
berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat
jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di
kelas.
d. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the
project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata
lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru
mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah

24
kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing-masing
dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
e. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman
yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan
saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan
kelompok lain secara bergantian.
f. Evaluasi (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta
didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek.

5. Model Pembelajaran Inkuiri


Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembelajaran
ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Pembelajaran
inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pembelajaran ini sering
juga dinamakan pembelajaran heuristic,  yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada
pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan
model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya.
Secara umum proses pembelajaran Inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Orientasi, pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap
orientasi ini adalah:

25
 Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa
 Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
 Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-
teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
2) Merumuskan hipotesis, hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah
dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
3) Mengumpulkan data, adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
4) Menguji hipotesis, adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
5) Merumuskan kesimpulan, adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.

6. Model Discovery Learning

26
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
penentuan dan inferensial.
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti
ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi
student oriented. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan
dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.
Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing (discovery
learning) adalah sebagai berikut:
1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan
stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi
pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat
pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan
membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut,
peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi,
sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk
menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
3. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik
diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat
digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi.
Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta
membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai
alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan.
4. Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih
peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan
konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan
ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5. Verification (memverifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik
untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui
berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau
mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta
mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.

27
6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring
untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau
permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih
pengetahuan metakognisi peserta didik.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Model pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan yang di rancang
untuk menciptakan pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Macam – Macam Model Pembelajaran
 Model Pembelajaran Langsung (Direct Intruction)
 Model Pembelajaran Kooperatif
 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
 Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Proyek Based Learning)

28
 Model Pembelajaran Inkuiri
 Model Discovery Learning

3.2 Saran
Berbagai macam model pembelajaran dapat dilakukan oleh seorang guru,
tetapi guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
dibawakannya. Model pembelajaran yang dipilih guru dapat memudahkan dalam
pencapaian tujuan pembelajaran dan pengetahuan dapat tersampaikan kepada
siswa dengan baik.
Semoga setelah membaca makalah ini para pembaca lebih memahami lagi apa
yang dimaksud dengan Model – Model Pembelajaran khususnya kepada guru dan
calon guru agar memudahkan dalam proses pembelajaran. Dan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna sehingga saya meminta kritik dan sarannya yang bersifat
relevan.

DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Activity, Student. 2017. Project Based Learning. Jakarta : Universitas Bina
Nusantara.
Agung, Isma. 2016. Pengertian dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role
Playing. Rantaiguru.blogspot.com
Alit, M. (2002). Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana. Cirebon: SD
Negeri 2 Bungko Lor.
Asikbelajar.com. Model Pembelajaran Two Stay-Two Stray (TSTS).
Budiningsih. (2005). Model Discovery Learning. Jakarta: Pustaka Mandiri.

29
Caelivemath. 2018. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu (Bamboo
Dancing). Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
Dodo, Teguh. 2014. 41 Macam Model Metode Pembelajaran Efektif.
Wordpress.com
Hen, Hen. 2018. 10 Model Pembelajaran dan Langkah-Langkahnya.
Jagoanilmu.net
Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.
Joyce, Bruce and Weil, Marsha. 1980. Models of Teaching. Englewood Cliffs,
New Jersey : Prentice-Hall.
Lutfiana, Desi. 2019. Model – Model Pembelajaran. Metro : Institut Agama Islam
Negeri.
Makalah, Pecinta. 2017. Model Pembelajaran SD/MI. Lampung. UIN Raden
Intan.
Raharjo, Kurniawan Budi. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning). Wordpress.com
Ranti, Hanum. 2015. Model – Model Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013.
Rijal, 2016. Model Pembelajaran Matematika di SD.
Riska, 2015. Model – Model Pembelajaran Matematika.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Sudrajat, Akhmad. 2011. Pembelajaran Inkuiri. Kuningan.
Tindakan Kelas, Penelitian. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.
Widyatun, Diah. 2012. 41 Macam Model Metode Pembelajaran Efektif. Semarang
: Jurnal Bidan Diah
Yuwono, Velta Boenika. 2013. Macam-Macam Model Pembelajaran. Purworejo :
Universitas Muhammadiyah.
Zamroni, Ahmad. 2016. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif. Dunia
Matematika.

30

Anda mungkin juga menyukai